BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pengertian konseling Menurut Abimanyu dan Manrihu (1996) mengemukakan bahwa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Pengertian konseling Menurut Abimanyu dan Manrihu (1996) mengemukakan bahwa"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian konseling Menurut Abimanyu dan Manrihu (1996) mengemukakan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan melalui wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli (konselor) kepada individu atau individu-individu yang sedang mengalami masalah (klien). Dalam proses konseling tersebut, klien mengemukakan masalah-masalah yang dihadapinya kepada konselor, kemudian konselor menciptakan suasana hubungan yang akrab dengan menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik wawancara sehingga masalah klien dapat terjelajahi. Menurut Hariastuti (2007) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu layanan professional yang terjadi atas dasar hubungan konselor dengan klien. Konseling pada dasarnya merupakan suatu hubungan yang membantu (helping relationship) karena upaya bantuan dari knselor tidak semata-mata diberikan secara langsung melainkan melalui terbentuknya hubungan konseling yang memfasilitasi klien dalam menemukan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh konseli. Menurut McLeod (2008) mengemukakan bahwa konseling adalah bentuk pertolongan yang fokus pada kebutuhan dan tujuan seseorang. Adapun tujan konseling. Sedangkan menurut Walgito (1983) konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan

2 masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Tujuan dari konseling menurut Walgito (1983) adalah pemecahan suatu persoalan atau masalah yang dihadapi oleh konseli. Sedangkan menurut Willis (2007) konseling adalah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh konseli, mampu mengatasi masalah dan menyesuaikan diri secara positif. Tujuan dari konseling adalah membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konselor Ketrampilan Dasar Konseling Pengertian Menurut Willis (2007) ketrampilan konseling adalah cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu konseli agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya dan agama. Bagi seorang konselor, menguasai ketrampilan konseling adalah mutlak. Karena dalam proses konseling ketrampilan yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Menjalin hubungan dengan klien adalah sangat penting, karena hubungan dengan klien merupakan pusat dalam proses konseling serta sangat dibutuhkan dalam mempelajari teknik konseling sebagai upaya meningkatkan efektivitas proses

3 konseling. Konseling juga merupakan proses suatu proses komunikasi antara konselor dengan konseli. Sebagai suatu proses komunikasi agar proses konseling berjalan dengan baik maka diperlukan ketrampilan-ketrampilan konselor dalam menangkap atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya kembali kepada konseli. Agar proses konseling berjalan efektif dan efisien maka konselor perlu memiliki kemampuan dalam membantu konselinya. Salah satu kemampuan tersebut adalah ketrampilan-ketrampilan dalam melakukan konseling. Ketrampilan dasar konseling merupakan ketrampilan yang perlu dimiliki oleh konselor. Ketrampilan dasar konseling ini akan membantu berjalannya komunikasi antara konselor dan konseli dalam proses konseling Jenis-jenis ketrampilan dasar konseling Menurut Willis (2007) terdapat beberapa macam ketrampilan dalam konseling yang perlu dikuasai oleh konselor yaitu, Attending, Opening, Acceptance, Restatemen, Reflection of felling, Clarification, paraprashing,structuring, lead, silent, Reassurance, rejection, advice, summary,konfrontasi, interpretasi, termination. 1. Attending Attending adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada konseli agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga

4 konseli bebas dalam mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya. Ketrampilan attending meliputi: 1. Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka) a. Duduk dengan badan menghadap klien b. Tangan di atas pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-kadang digunakan untuk menunjuk gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal. c. Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan atau menggunakan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti. d. Badan tegak lurus tetapi tidak kaku, manakala diperlukan bisa condong ke arah konseli untuk menunjukkan kebersamaan. 2. Kontak mata a. Melihat konseli pada waktu bicara b. Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan ekspresi minat dan keinginan untuk mendengarkan dan merespon 3. Mendengarkan Mendengarkan dalam ketrampilan dasar konseling adalah mendengarkan dengan tepat dan mengingat apa yang

5 konseli katakan dan bagaimana mengatakannya. Dengan mendengarkan yang tepat kemungkinan merumuskan tanggapan yg dapat menangkap dengan tepat perasaan dan pikiran konseli. a. Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada konseli b. Mendengarkan apapun yang dikatakan konseli, mendengarkan keseluruhan pribadi konseli, kata dan perilaku konseli. c. Mendengarkan keseluruhan pribadi konseli (katakatanya, perasaannya dan perilakunya) d. Memahami keseluruhan pesannya 4. Hal-hal tidak baik dilakukan oleh konselor a. Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap konseli b. Duduk dengan sangat kaku c. Penampilan badan dan ekspresi muka gelisah atau resah. d. Mempermainkan tangan, kertas, dan kuku tangan e. Tangan tidak memperlihatkan gerakan-gerakan gerakan-gerakan isyarat menyertai tangan sendiri f. Terlalu banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan kepala yang tidak berarti g. Senyum yang dibuat-buat, tidak spontan dan kaku

6 h. Tidak pernah memandang konseli i. Memandang konseli secara konstan dan tidak memberi kesempatan konseli untuk membalas tatapan j. Perhatian pendengaran terbagi. k. Merumuskan respon konseli terhadap pesan konseli sebelum konseli mengakhiri pesan l. Melompat dari topik yang satu ke topik yang lain. 2. Opening (pembukaan) Opening adalah ketrampilan atau teknik untuk membuka atau memulai hubungan konseling. Beberapa hal yang perlu diprhatikan oleh konselor antara lain adalah menyembut kehadiran klien, membicarakan topic netral dan memindahkan pembicaraan topik netral ke dalam permulaan konseling. 1. Penyambutan a. Verbal Konselor memberi atau menjawab salam, menyebut nama konseli, mempersilahkan duduk. b. Non verbal Konselor segera membuka pintu ruang konseling, jabat tangan, senyum dengan ceria, mendampingi atau mengiringi konseli saat menuju tepat duduk, menempatkan klien pada tempat duduk yang lebih baik, konselor duduk setelah konselinya duduk.

7 2. Pembicaraan topik netral a. Topik netral adalah bahan pembicraan yang sifatnya umum dan tidak menyinggung perasaan konseli. b. Bahan topik netral antara lain kejadian-kejadian hangat di lingkungan konseli, hobi konseli, bahanbahan atau gamar-gambar yang ada di ruang konseling, ptensi lingkungan asal konseli. 3. Pemindahan topik netral ke permualaan konseling. a. Cara 1. Menggunakan kalimat jembatan, misalnya setelah kita membicarakan..(isi topic netral) barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan bersama dalam pertemuan ini. 2. Mengembangkan sebagian isi topik netral, misalnya itu tadi hobimu dibidang musik, lalu bagaimana dengan prestasimu dalam perkuliahan? 3. Acceptance Acceptance (penerimaan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli. 1. Verbal a. Bentuk pendek: teruskan, oh ya; lalu/ kemudian; ya.ya..;hem..hem b. Bentuk panjang: saya memahami..;saya menghayati ;saya dapat merasakan.;saya dapat mengerti.

8 2. Non verbal: anggukan kepala, posisi duduk condong ke depan, perubahan mimic, memelihara kontak mata. 4. Restatement( Pengulangan) Restatement (pengulangan kembali) adalah teknik yang digunakan konselor untuk mengulang atau menyatakan kembali pernyataan konseli yang dianggap penting. Dengan cara 1). Pengulangan harus persis sama dengan pernyataan konseli, tidak boleh menambah ataupun mengurangi. 2)intonasi konselor hendaknya variatif dengan memperhatikan pernyataan konseli. 5. Reflection of Felling Reflection Of Felling (pemantukan perasaan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan atau sikap yang terkandung dibalik pernyataan konseli. Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan seperti agaknya, sepertinya, tampaknya, rupa-rupanya, kedengarannya, nada-nadanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh konselor adalah sebagai berikut: 1. Hindari stereotype 2. Pilih waktu yang tepat untuk merespon pernyataan klien. 3. Gunakan kata-kata perasaan yang melambangkan perasaan atau sikap konseli secara tepat. 4. Sesuai bahasa yang digunakan dengan kondidi konseli. 6. Clarification

9 Clarification (klarifikasi) adalah teknik yang digunakan untuk mengungkapkan kembali isi pernyataan konseli dengan menggunakan kata-kata baru dan segar. Respon konselor didahului oleh kata-kata pendahuluan misalnya: pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain dsb. 7. Paraprashing Paraprashing adalah kata-kata konselor untuk menyatakan kembali esensi dari ucapan-ucapan konseli. Paraphrase yang efektif adalah sbb: 1. Konseli menjadi merasakan kebersamaan dengan pembimbing. 2. Lebih mengarahkan pembicaraan konseli berikutnya. 3. Dapat mengecek ketepatan atau kecermatan pembiming dalam menangani konseli. Paraphrase yang efektif akan sering diikuti dengan kata-kaya ya atau benar secara spontan dari kata-kata konseli. 1. Paraphrase hanya menyatakan kembali secara lebih esensial, bantuan untukmemperoleh klasifikasi tambahan yang cermat. 2. Paraprase bukanlah upaya membaca apa yang terlintas dibenak konseli atau pemikiran konselor terhadap ucapan konseli

10 3. Paraphrase biasanya diikuti dengan pernyataan mengundang pembicaraan terbuka 8. Structuring (pembatasan) Structuring (pembatasan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas atau pembatasan agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling. Jenis-jenis structuring terdiri atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut: 1. Time limit (pembatasan waktu) a. Time limit dari konseli b. Time limit dari konselor 2. Role limit (pembatasan peran) 3. Problem limit (pembatasan masalah) 4. Action limit (pembatasan tindakan) 9. Lead (Pengarahan) Lead adalah teknik atau ketrampilan yang digunakan konselor untuk mengarahkan pembicaraan konseli dari satu hal ke hal yang lain secara langsung. Ketrampilan ni dering disebut ketrampilan bertanya, karena dalam penggunaannya hanya menggunakan kalimat-kalimat tanya. Tujuan dari lead ini adalah mendorong konseli untuk merespon pembicaraan terutama pada awal-awal pertemuan. Secara umum ada dua jenis pengarahan(lead) yaitu lead umum dan lead khusus. 1. Lead umum

11 Adalah teknik pengarahan atau pertanyaan yang memberikan kesempatan kepada konseli untuk bebas mengelaborasi, mengeksplorasi atau memberikan reaksi atau jawaban dari berbagai kemungkinan sesuai denagn keinginan konseli. 2. Lead khusus Lead khusus adakah tejnik pengarahan atau pertanyaan untuk memberikan suatu rekasi atau jawaban yang tertentu 10. Silence (diam) Silence adalah suasana hening, tidak ada interaksi verbal antara konselor dan konseli dalam proses konseling. Tujuan dari teknik ini adalah: 1. Memberikan kesempatan kepada konseli untuk istiahat atau mereorganisasi pikiran dan perasaannya atau mereorgansasi kalimat yang akan dikemukakan selanjutnya. 2. Mendorong konseli atau memotivasi konseli untuk mencapai tujuan konseling. Ada 2 jenis silence yaitu silence dari onselor dan silence dari konseli. 1. Silence dari konselor Jenis silence ini terjadi saat pusat komunikasi berada pada konselor. Pada waktu tertentu, konselor merespon dengan silence. 2. Silence dari konseli

12 Terjadi pada saat pusat komunikasi berada pada klien, yaitu setelah konseli bercakap-cakap dan menerima tanggng jawab. 11. Reassurance (penguatan atau dukungan) Reassurance adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor untuk memberikan dukungan atau penguatan terhadap pernyataan positif konseli agar konseli tersebut menjadi lebih yakin dan percaya diri. Ketrampilan reassurance juga dapat digunakan untuk mendorong diri konseli agar dirinya dapat lebih tabah dan tegar dalam mengahadapi situasi atau hal-hal yang tidak menyenangkan bagi konseli tersebut. Ada tiga jenis reassurance yaitu prediction reassurance, posdiction reassurance, factual reassurance. 1. prediction reassurance (penguatan predikssi) adalah penguatan yang dilakukan oleh konselor terhadap pernyataan atau rencana positif yang akan dilakukan konselor. 2. Penguatan postdiksi adalah pngumpulan atau dukungan konselo terhadap tingkah laku positif yang telah dilakukan klien dan tampak berhasil yang diperoleh dari apa yang dilakukan oleh klien tersebut. 3. factual reassurance merupakan penguatan yang digunakan konselor untuk mengurangi beban

13 penderitaan secara psikis konselidengan cara mengumpulkan bukti-bukti atau fakta bahwa kejadian kejadian yang tidak diharapkan yang menimpa konseli bila dialami oleh orang lain akan membuat dampak yang sama atau relative sama dengan apa yang dialami oleh konseli. 12. Rejection (penolakan) Rejection adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk melarang konseli melakukan rencana yang akan membahayakan atau merugikan dirinya atau orang lain. Secara umum ada dua jenis penolakan yaitu secara halus dan penolakan secara terang-terang terangan. 13. Advice (saran atau nasehat) Advice adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memberikan nasehat atau saran bagi konseli agar konseli dapat lebih jelas, pasti, pasti mengenai apa yang akan dikerjakan. Secara umum ada tiga bentuk advise Yaitu advice langsung, advice persuasive dan advice alternative. 1. Advice langsung Advice langsung adalah saran atau nasehat yang diberikan langsung pada konseli. Berupa fakta jika klien

14 sama sekali tidak mempunyai informasi tentang fakta yang konseli. 2. Advice persuasive adalah saran atau nasehat yang diberikan konselor bilamana konseli telah mengemukakan alas an-alasan yang logis dan dapat diterima dari rencana yang dilakukan. 3. Advice alternative Advice alternative adalah nasihat atau saran yang diberikan konselor setelah konseli mengetahui kelebihan dan kelemahan setiap alternative. 14. Summary (ringkasan atau kesimpulan) Summary (kesimpulan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk menyimpulkan atau ringkasan mengenal apa yang telah dikemukakan konseli pada proses komunikasi konseling.summary terdiri dari dua jenis yaitu summary bagian dan summari akhir. 1. Summary bagian Merupakan kesimpulan yang dibuat setiap saat dari percakapan konseli dengan konselor yang dipandang penting. untuk kesimpulan tersebut didahului kata-kata pendahuluan, sperti misalnya: sementara ini,,,,,,,.sampai saat ini, sejauh ini,., selama ini. 2. Summary akhir

15 Summaru akhir merupakan kesimpulan yang dibuat pada akhir omunkasi konseling, sbagai kesimpulan keseluruhan pembicaraan. Bentuk esimpulan yang dibuat pada akhir komunikasi konseling sebagai kesimpulan keseluruhan pembicaraan. Bentuk kesimpulan akhir itu misalnya : sebagai puncak pembicaraan..,sebagai penutup pembicaraan kita., dari awal hingga akhir pembicaraan kita Konfrontasi (pertentangan) Konfrontasi adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor untuk menunjukkan adanya kesenjangan, deskrepansi atau inkronguensi dalam diri konseli dan kemudian konselor mengumpanbalikkan kepada konseli. Kesenjangan itu terjadi: 16. Interpretasi (Penafsiran) Interpretasi adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan oleh konselor dimana berarti atau karena tingkah laku konseli ditafsirkan atau diduga dan dimengerti dengan dikomunikasikan pada konseli. Dalam interpretasi konselor menggali arti dan makna yang terdapat dibelakang kata-kata klien atau dibelakang perbuatan atau tidaknya yang telah diceritakannya. Tujuan dari interpretasi adalah membantu klien lebih memahami diri sendiri bilamana konseli bila mana bersedia mempertimbangannya dengan pikiran terbuka.

16 17. Termination (pengakhiran) Termination (pengakhiran) adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk mengakhiri komunikasi konseling, baik mengakhiri untuk dilanjutkan pada pertemuan berikutnya maupun mengakhiri karena komunikasi konseling betul-betul telah berakhir. Cara pengakhiran ini dapat dilakukan dengan syarat misalnya konselor merapikan kembali alat-alat yang telah digunakan, membuat kesimpulan akhir, membicarakan tugas-tugas yang hendak dilakukan sebelum pertemuan yang akan datang, dan dapat dilakukan secara langsung, misalnya konselor menunukkan pembatasan waktu (time limid) konseling yang telah disepakati pada awal pertemuan Latar Belakang Pendidikan Guru BK Konselor di dunia pendidikan umum di kenal dengan jurusan BK, (Bimbingan Konseling). Dengan program sertifikasi BK dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. Umumnya bekerja sebagai konselor pendidikan formal dan non formal. Banyak sekolah yang baik menyediakan guru BK bagi siswanya. Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus sarjana Psikologi. Dengan mengikuti

17 program akta IV bisa menjadi guru BK di sekolah. Persyaratan Konselor Sekolah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Konselor adalah (1). Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling, dengan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) (2). Berpendidikan profesi konselor (Kons.) Sekarang ini di beberapa sekolah banyak yang mempekerjakan guru BK yang berlatar belakang pendidikan S1 Psikologi yang mengikuti program akta IV untuk bisa menjadi guru dan masa kerja juga sudah bertahun-tahun. Menurut Reni ( 2012) sarjana S1 Psikologi hanya mampu melakukan assesment dan alat pengukuran psikologi, mampu mengembangkan dan melakukan intervensi psikologis pada siswa, mampu melakukan pelatihan yang diperlukan untuk pengembangan guru dalam menangani siswa, mampu melakukan konsultasi yang berkaitan dengan institusi sekolah dan sistem pendidikan yang ada di sekolah, mampu mengembangakan komunikasi yang baik dengan siswa dan orang tua siswa, mampu mengembangkan relasi sosial dan keterampilan sosial, mampu melakukan penelitian terapan psikologi. Sedangkan guru BK itu mempunyai keahlihan dalam melakukan konseling di pendidikan formal maupun non formal. Dengan demikian sangat jelas sekali jika sarjana S1 psikologi tidak bisa

18 menjadi guru BK di sekolah-sekolah dikarenakan hanya ahli dalam penguasaan ahli ukur psikologis dan tidak bisa melakukan konseling. Sedangkan lulusan sarjana S1 BK mereka bisa bekerja di lingkup pendidikan baik formal maupun non formal, guru BK tahu bagaimana dia mengajar, mendidik dan membimbing para peserta didiknya untuk mengoptimalkan potensi para peserta didik yang berguna untuk dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat umum baik bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Menurut Reni (2012) para lulusan sarjana S1 Psikologi harus membuka tempat praktek kerja sendiri dan paling terpenting lagi background guru yang berlatar belakang S1 Psikologi bukan dari pendidikan, jadi kurang berpengalaman dalam cara mendididik, mengajar dan memberikan bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir kepada para peserta didik. Sedangkan lulusan sarjana S1 BK bisa bekerja di lingkup pendidikan baik formal maupun non formal, karena background S1 Bimbingan konseling adalah pendidikan Penelitian Yang Relevan Hasil kompetensi guru yang telah tersertifikasi terhadap kinerja guru menyatakn bahwa ada hubungan yang relevan dengan arah positif 0,62 antara kompetensi guru yang tersertifikasi terhadap kinerja guru BK SMP di sekitar Kota Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung barat. Meningkat atau tidaknya sertifikasi guru yang sudah tersertifikasi SMP N di sekitar Kota Kecamatan

19 Lembang kabupaten Bandung barat ditentukan oleh Kinerja Guru adalah 39% dan 60,4% ditentukan oleh faktor lain. Untuk kompetensi guru yang belum tersertifikasi ada hubungan yang relevan dengan arah positif 0,62 antara kompetensi sertifikasi guru yang belum tersertifikasi terhadap kinerja guru SMP di sekotar Kota Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Meningkat atau tidaknya sertifikasi guru yang belum tersertifikasi SMP N di sekitar Kota Kecamatan Lembang kabupaten Bandung barat ditentukan oleh Kinerja Guru adalah 62% dan 38% ditentukan oleh faktor lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosita Endang Kusmaryani (2010) yang menunjukkan bahwa dalam pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru BK (47%) yang menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru BK yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Padahal berdasarkan deskripsi data subjek penelitian, sebagian besar guru BK bekerja sebagai guru BK lebih dari 10 tahun, usia mereka di atas 40 tahun serta berlatar belakang pendidikan BK. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asrowi (2010) di Solo bahwa penguasaan keterampilan dasar komunikasi konseling secara rinci juga dijelaskan sebagai berikut: (1) keterampilan penyambutan dan memperhatikan konseli datang, nilai tertinggi 7,50, (1

20 orang ) nilai terendah 4,17 jadi nilai rata-rata yang diperoleh 6,3, (2) keterampilan memimpin pembicaraan dengan konseli, nilai tertinggi 9,58, nilai rendah 4,17 dan nilai rata-rata 6,50, (3) keterampilan merefleksi konseli, nilai tertinggi 6,50, nilai terendah 4,17, nilai ratarata yang diperoleh 5,18 (4) keterampilan menyimpulkan sementara, nilai tertinggi 4,38, nilai terendah 2,50, dan nilai rata-rata yang diperoleh 3,3, (5) keterampilan mengkonfrontasi, nilai tertinggi 3,75, nilai, nilai terendah 1,88, dan nilai rata-rata 2,97, (6) keterampilan mengintrepretasi, nilai tertinggi 7,50, nilai terendah 3,75, dan nilai ratarata 6,25, (7) keterampilan memberikan informasi dan nasehat, nilai tertinggi 6,42, nilai terendah 4,23, dan nilai rata-rata 5, Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ada perbedaan secara signifikan dalam penguasaan ketrampilan dasar konseling berdasarkan latar belakang pendidikan pada guru BK SMP di Kota Salatiga

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan tanda (X) pada lembar jawab yang sudah disediakan!

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan tanda (X) pada lembar jawab yang sudah disediakan! LAMPIRAN Lampiran 1 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan tanda (X) pada lembar jawab yang sudah disediakan! 1. Attending merupakan teknik untuk pemusatan perhatian kepada klien agar klien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Profesi guru Bimbingan dan Konseling sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Profesi guru Bimbingan dan Konseling sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah komparasi yaitu ingin mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan penguasaan ketrampilan dasar konseling berdasarkan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Ketrampilan Dasar Konseling II. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Ketrampilan Dasar Konseling II. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling II Fakultas Psikologi Tazkia Edelia Sumedi M.Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Pengantar Sebagai fasilitator penyelenggaraan

Lebih terperinci

Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan.

Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan. Gantina Komalasari Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan. Konseli berbicara dan konselor tidak memberi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Pelatihan Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok bagi Guru BK Kota Yogyakarta

Pelatihan Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok bagi Guru BK Kota Yogyakarta Pelatihan Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok bagi Guru BK Kota Yogyakarta Oleh Sugiyanto 081326025221 Email/face book : sugiyanto@uny.ac.id atoksugiyanto@yahoo.com Konseling adalah jantunghatinya

Lebih terperinci

A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media.

A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media. Bentuk Komunikasi A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media. 1. Karakteristik komunikasi massa

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING. Rosita E.K.

KETERAMPILAN KONSELING. Rosita E.K. KETERAMPILAN KONSELING Rosita E.K. KETERAMPILAN ATTENDING Keterampilan attending terkait dengan penerimaan konselor melalui perhatian dan kesiapsiagaan penuh yang diberikan kepada konseli. Keterampilan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING Proses-proses konseling meliputi tahap awal, tahap pertengahan (tahap kerja), tahap akhir. Teknik-teknik konseling meliputi ragam teknik konseling, penguasaan teknik

Lebih terperinci

Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok

Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok Pelatihan Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok Disampaikan dalam Pelatihan bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Kota Yogyakarta Tanggal 1 2 Desember 2009 Oleh : Sugiyanto Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

ABV 3.1 KETRAMPILAN-KETRAMPILAN MIKRO DALAM KIP/KONSELING KB

ABV 3.1 KETRAMPILAN-KETRAMPILAN MIKRO DALAM KIP/KONSELING KB ABV 3.1 KETRAMPILAN-KETRAMPILAN MIKRO DALAM KIP/KONSELING KB ABV 3.2 TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan cara melakukan observasi dan memantapkan hubungan baik 2. Mempraktikkan ketrampilan mendengar aktif

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR THE INFLUENCE OF TRAINING ON BASIC COMMUNICATION SKILL OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

Lebih terperinci

Buku Ajar. Pengantar Keterampilan Dasar Konseling bagi Konselor Pendidikan. Mulawarman, Ph.D.

Buku Ajar. Pengantar Keterampilan Dasar Konseling bagi Konselor Pendidikan. Mulawarman, Ph.D. Buku Ajar Pengantar Keterampilan Dasar Konseling bagi Konselor Pendidikan Mulawarman, Ph.D. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang [COMPANY NAME] [Company

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI KONSELING

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI KONSELING PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI KONSELING A. PENGANTAR Evaluasi program konseling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas program konseling yang diselenggarakan di sekolah. Evaluasi

Lebih terperinci

KOMU N IKASI KON SE LIN G

KOMU N IKASI KON SE LIN G KOMU N IKASI KON SE LIN G A. P E N D AH U LU AN Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, institusi pendidikan, orang tua dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan akan

Lebih terperinci

Keterampilan Konseling Dalam Mewujudkan Konselor Yang Trusted Objective Profesional

Keterampilan Konseling Dalam Mewujudkan Konselor Yang Trusted Objective Profesional Keterampilan Konseling Dalam Mewujudkan Konselor Yang Trusted Objective Profesional Oleh Rosita Endang Kusmaryani, M.Si 1. Pengertian Konseling Istilah konseling sebenarnya bukan merupakan istilah yang

Lebih terperinci

Pengertian Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh individu, khususnya profesi (konselor, guru, relawan, rohaniawan) dalam membantu & mendampingi klien

Pengertian Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh individu, khususnya profesi (konselor, guru, relawan, rohaniawan) dalam membantu & mendampingi klien Pengertian Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh individu, khususnya profesi (konselor, guru, relawan, rohaniawan) dalam membantu & mendampingi klien Fungsi komunikasi terapeutik Klien dapat merasa nyaman

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. observasi yang disajikan pada awal bab, adapun data yang di analisis. sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. observasi yang disajikan pada awal bab, adapun data yang di analisis. sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut: BAB IV ANALISIS DATA Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara dan observasi yang disajikan pada awal bab, adapun data yang di analisis sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut:

Lebih terperinci

TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING PADA GURU BK SMP SE KECAMATAN BANYUMAS

TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING PADA GURU BK SMP SE KECAMATAN BANYUMAS Tingkat Pemahaman Keterampilan (Yeptha Briandana Satyawan) 386 TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING PADA GURU BK SMP SE KECAMATAN BANYUMAS TEACHERS UNDERSTANDING OF BASIC COUNSELING SKILLS IN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum 85 4.5.3 Konseling dan Tes Secara Sukarela Didalam konseling dan tes secara sukarela (KTS) atau yang juga dikenal dengan Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum tes

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING MAHASISWA REGULER JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2011

PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING MAHASISWA REGULER JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2011 Pemahaman Keterampilan Dasar Konseling Mahasiswa Reguler Jurusan Bimbingan Dan Konseling... 107 PEMAHAMAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING MAHASISWA REGULER JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2011 Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

ACTIVE LISTENING SEBAGAI DASAR PENGUASAAN KETERAMPILAN KONSELING Oleh : Rosita E.K., M.Si

ACTIVE LISTENING SEBAGAI DASAR PENGUASAAN KETERAMPILAN KONSELING Oleh : Rosita E.K., M.Si ACTIVE LISTENING SEBAGAI DASAR PENGUASAAN KETERAMPILAN KONSELING Oleh : Rosita E.K., M.Si Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia

Lebih terperinci

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 179 LAMPIRAN 180 181 A. Pedoman Wawancara NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 1. Perkenalan dan Rapport 2. Riwayat Penyakit 3. Dampak penyakit terhadap kehidupan secara keseluruhan 4. Aspek Tujuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING

PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING Identitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara

PENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara PENDAHULUAN A. Pengertian Wawancara Wawancara merupakan salah satu dari beberapa teknik dalam mengumpulkan informasi atau data. Pada awalnya teknik wawancara sangat jarang digunakan, tetapi pada abad ke-20

Lebih terperinci

BAB II TAHAP PERTENGAHAN KONSELING

BAB II TAHAP PERTENGAHAN KONSELING BAB II TAHAP PERTENGAHAN KONSELING A. Keterampilan Konseling Kegiatan konseling tidak berjalan tanpa keterampilan. Untuk menguasai beragam keterampilan konseling diperlukan praktek yang terus menerus.

Lebih terperinci

VERBATIM WAWANCARA KONSELING

VERBATIM WAWANCARA KONSELING VERBATIM WAWANCARA KONSELING Nama konselor Nama konseli Masalah : I Putu Edi Sutarjo : Prema : Tidak bisa berkonsentrasi belajar di kos Pendekatan yang digunakan : Client Centered Narasi : Prema (siswa

Lebih terperinci

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Konselor Volume 2 Number 4 December 2013 ISSN: Print 1412-9760 Received October 11, 2013; Revised Nopember 11, 2013; Accepted December 30, 2013 Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Lebih terperinci

I K A R A H M A S U S I L A W A T I A R I P R A T I W I U L I F A R A H M A

I K A R A H M A S U S I L A W A T I A R I P R A T I W I U L I F A R A H M A TAHAPAN KONSELING I K A R A H M A S U S I L A W A T I A R I P R A T I W I U L I F A R A H M A SUB POKOK BAHASAN : Gambaran umum dalam proses konseling Identifikasi dan assessmen Sasaran konseling dan intervensi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta PERAN KONSELOR SEKOLAH DALAM KETRAMPILAN EMPATI SEBAGAI USAHA PENGUATAN KARAKTER SISWA Eny Kusumawati Universitas

Lebih terperinci

ANNE HAFINA Jurusan PPB FIP UPI (PROSES KONSELING) PROSES KONSELING

ANNE HAFINA Jurusan PPB FIP UPI (PROSES KONSELING) PROSES KONSELING PROSES KONSELING KLIEN : INVOLVING EXPLORING UNDERSTANDING ACTING KONSELOR : ATTENDING RESPONDING PERSONALIZING INITIATING I A. ATTENDING a. PENGERTIAN : UPAYA KONSELOR AGAR KLIEN TERLIBAT b. LANGKAH-LANGKAH

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR TEKNIK INSTRUKSIONAL (PEKERTI) KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH VI JAWA TENGAH

PELATIHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DASAR TEKNIK INSTRUKSIONAL (PEKERTI) KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA WILAYAH VI JAWA TENGAH KETERAMPILAN BERTANYA DASAR DAN BERTANYA LANJUT ( diisi oleh Pengamat ) Lampiran 1&2 Sub- No Komponen-Komponen Keterampilan Skor Kualitas Komentar A. Keterampilan Bertanya Dasar: 1. Pengungkapan pertanyaan

Lebih terperinci

Keterampilan Konseling. (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan)

Keterampilan Konseling. (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan) Keterampilan Konseling (Attending, Bertanya, Empati, Pemusatan) Pertanyaan : Apa komentar bapak dan ibu terkait dengan tayangan film Babies tadi? Kecenderungan mana yang bapak dan ibu pilih: 1. Bayi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Mahasiswa Jurusan BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN. perolehan data pengembangan paket.

BAB IV ANALISIS DATA. Mahasiswa Jurusan BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN. perolehan data pengembangan paket. 98 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data tentang Pengembangan Paket Pelatihan Grooming bagi Mahasiswa Jurusan BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam pembahasan ini ada dua point

Lebih terperinci

IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA IFA HANIFAH MISBACH, S.Psi, Psikolog UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Interview merupakan salah satu alat ukur untuk memperoleh informasi antara dua orang yang dilakukan dengan cara dua arah di dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. untuk menelaah data yang tlah diperoleh peneliti dari informan maupun dari

BAB IV ANALISIS DATA. untuk menelaah data yang tlah diperoleh peneliti dari informan maupun dari BAB IV ANALISIS DATA Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk menelaah data yang tlah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan. Analisis data juga bermanfaat

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi verbal atau lisan yang efektif tergantung pada sejumlah faktor dan tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari kecakapan antarpribadi yang penting lainnya seperti komunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat MIN Pemurus Dalam Banjarmasin. keputusan Menteri Agama No. 155 A Tanggal 20 November 1995.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat MIN Pemurus Dalam Banjarmasin. keputusan Menteri Agama No. 155 A Tanggal 20 November 1995. BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat MIN Pemurus Dalam Banjarmasin MIN Pemurus Dalam beralamat di kelurahan Pemurus Dalam Kecamatan Banjarmasin Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat penting bagi klien untuk

BAB III PENYAJIAN DATA. prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat penting bagi klien untuk BAB III PENYAJIAN DATA Membangun hubungan konseling antara konselor dan klien dalam mengatasi konflik pernikahan sangat penting bagi seorang konselor dalam prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat

Lebih terperinci

KONSELING. Oleh: Muna Erawati

KONSELING. Oleh: Muna Erawati TAHAPAN dan TEKNIK KONSELING Oleh: Muna Erawati Tujuan Konseling Insight: mendapat pemahaman mengenai asal muasal dan perkembangan kesulitan emosi, lalu meningkat pada peningkatan kapasitas pengendalian

Lebih terperinci

Metode Observasi Wawancara Klinis & Sosial

Metode Observasi Wawancara Klinis & Sosial Modul ke: Metode Observasi Wawancara Klinis & Sosial Langkah-Langkah Observasi dan Wawancara Klinis dan Sosial Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi.Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL JURNAL SKRIPSI

TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL JURNAL SKRIPSI TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL JURNAL SKRIPSI Oleh Dominika Triastiti NIM 10104241021 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 1.1. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Guru BK SMP di Kota Salatiga yang menjadi guru Bimbingan konseling SMP di Salatiga berdasarkan latar

Lebih terperinci

Small Groups in Counseling and Therapy. Sigit Sanyata 07 Juni 2009

Small Groups in Counseling and Therapy. Sigit Sanyata 07 Juni 2009 Small Groups in Counseling and Therapy Sigit Sanyata 07 Juni 2009 Konseling kelompok? Konseling kelompok? Kita perlu belajar Perubahan dalam konseling Perasaan Pikiran Perilaku Bahagia Konsep konseling

Lebih terperinci

: Komunikasi Dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan

: Komunikasi Dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan 1 Mata Kuliah Topik : Komunikasi Dan Konseling Dalam Pelayanan Kebidanan : Konseling (komunikasi interpersonal) Sub topic : 1. Pengertian konseling (KIP/K) 2. Tujuan konseling (KIP/K) 3. Ketrampilan observasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar tahun 1950-an, pengaruh terbesar dalam hidup remaja adalah rumah. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan televisi. Suatu survei di tahun

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, Januari 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal,

Lebih terperinci

TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL SKRIPSI

TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL SKRIPSI TINGKAT PEMAHAMAN KETERAMPILAN KONSELING PADA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling

Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling Modul ke: Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Attending Behavior Kunci dari attending behavior adalah

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 06 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KASUS. masalah klien MG adalah sebagai berikut: dapat saling membantu menghadapi masalahnya. materi seputar merancang masa depan.

BAB IV PEMBAHASAN KASUS. masalah klien MG adalah sebagai berikut: dapat saling membantu menghadapi masalahnya. materi seputar merancang masa depan. A. Rencana Intervensi BAB IV PEMBAHASAN KASUS Adapun rencana intervensi yang dibuat praktikan untuk menangani masalah klien MG adalah sebagai berikut: 1. Social Case Work Method Metode Bimbingan Sosial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif Alberti & Emmons (1990) mendefinisikan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku kompleks yang ditunjukan oleh seseorang dalam hubungan antar pribadi, dalam mengekspresikan

Lebih terperinci

KONSELING KELOMPOK.

KONSELING KELOMPOK. KONSELING KELOMPOK http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net Latar Belakang Konseling kelompok (salah satu prosedur terapeutik) menjadi metode kelompok yang semakin populer Atkinson (1991), keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan gelombang globalisasi yang melanda dunia, standarisasi juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Artinya

Lebih terperinci

Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan

Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan . Sesi Kedua Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan Handout Akatiftas 1 : MENDENGARKAN dan BERBICARA: SANDIWARA (1 jam) Topik Yang Mungkin: Bercerita tentang pengalaman memancing yang paling berkesan

Lebih terperinci

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bosan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu berusaha menghilangkannya, bosan terjadi jika seseorang selalu melihat, merasakan, mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:128), penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan dengan ruang lingkup permasalahan yang di teliti dalam penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa tinjauan pustaka adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN (Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 14 Padang) Oleh: RIKA YULIA FITRI NPM: 11060038 Program

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 116 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Permainan Dialog untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MI Ma arif NU Pucang Sidoarjo Dalam bahasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Komunikasi 1. Definisi Keterampilan Komunikasi Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar,

Lebih terperinci

Bernardus Widodo, S.Pd.,M.Pd

Bernardus Widodo, S.Pd.,M.Pd Bernardus Widodo, S.Pd.,M.Pd A. Pendahuluan Dalam perkembangannya, individu tidak dapat terlepas dari hubungannya dengan kelompok sosial lainnya, misalnya kelompok teman sebaya. Lingkungan/kelompok ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsentrasi Belajar Menurut pengertian secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 6 (2) (2017) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk HUBUNGAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING DENGAN MINAT SISWA MENGIKUTI KONSELING

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian didasarkan kepada pendekatan penelitian kualitatif didasari pertimbangan sebagai berikut : a. Penelitian secara spesifik fokus pada proses praktikum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN Dr. Ainur Rofieq, M.Kes. ainurrofieq@yahoo.co.id Materi: Ketrampilan Dasar Mengajar Ketrampilan Interpersonal (komunikasi) Ketrampilan Pengelolaan Kelas Pembelajaran Orang Dewasa

Lebih terperinci

THE COUNSELING INTERVIEW

THE COUNSELING INTERVIEW THE COUNSELING INTERVIEW Setiap orang yang biasa dipanggil sebagai konselor, bertugas untuk membantu subjek memperoleh insight dan kemampuan untuk mengatasi masalah fisik, emosi, finansial, akademis ataupun

Lebih terperinci

TEKNIK DAN PRAKTIK LABORATORIUM KONSELING. Achmad Suwandi Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat Fijriani

TEKNIK DAN PRAKTIK LABORATORIUM KONSELING. Achmad Suwandi Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat Fijriani TEKNIK DAN PRAKTIK LABORATORIUM KONSELING Achmad Suwandi Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat Fijriani TEKNIK DAN PRAKTIK LABORATORIUM KONSELING Achmad Suwandi Sisca Folastri

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 73 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data yang peneliti peroleh dari lapangan berasal dari observasi dan wawancara (interview), wawancara yang peneliti gunakan dalam hal ini adalah wawancara tidak

Lebih terperinci

KOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KEPADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KEPADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KEPADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Andika Ari Saputra 1), Agus Saputra 2), Indah Permatasari 3) Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes PENGERTIAN KOMUNIKASI Proses penyampaian pikiran atau perasaan dalam bentuk pendapat/ informasi melalui kata-kata, gerak

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF. Mata Kuliah ETIK UMB. Panti Rahayu, SH, MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

KOMUNIKASI EFEKTIF. Mata Kuliah ETIK UMB. Panti Rahayu, SH, MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Mata Kuliah ETIK UMB KOMUNIKASI EFEKTIF Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN http://www.mercubuana.ac.id Jika Saya kembali ke kuliah, saya akan berkonsentrasi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran merupakan proses perubahan dalam perilaku sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL KETERAMPILAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU BK DI YOGYAKARTA. Rosita Endang Kusmaryani Universitas Negeri Yogyakarta

PENGEMBANGAN MODUL KETERAMPILAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU BK DI YOGYAKARTA. Rosita Endang Kusmaryani Universitas Negeri Yogyakarta 1 PENGEMBANGAN MODUL KETERAMPILAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU BK DI YOGYAKARTA Rosita Endang Kusmaryani Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan

Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan 124 5.1.2 Analisis Hasil Wawancara Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan kelima informan: Dari penelitian penulis mendapatkan bahwa konselor melakukan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan sebuah layanan bimbingan konseling. Komunikasi konseling berkaitan erat

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan sebuah layanan bimbingan konseling. Komunikasi konseling berkaitan erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi konseling merupakan jembatan dalam sebuah proses layanan bimbingan konseling. Komuniasi konseling berperan penting dalam kelancaran serta sebagai

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MANAJEMEN. Oleh : Elisabeth Herwanti

KOMUNIKASI MANAJEMEN. Oleh : Elisabeth Herwanti KOMUNIKASI MANAJEMEN Oleh : Elisabeth Herwanti Tujuan Umum Mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar yang relevan dengan kegiatan komunikasi manajemen Tujuan Khusus Mahasiswa mampu memahami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penggunaan metode merupakan hal yang sangat penting, apalagi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penggunaan metode merupakan hal yang sangat penting, apalagi dalam 44 BAB III METODE PENELITIAN Penggunaan metode merupakan hal yang sangat penting, apalagi dalam penelitian ilmiah, sebab dengan menggunakan metode akan mempengaruhi proses pengumpulan data, juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu (Nurihsan, 2005). Pendidikan yang bermutu menurut penulis adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI PADA ANAK (STUDI KASUS ANAK YANG SELALU BERGANTUNG PADA ORANG LAIN)) A. Analisis Proses Pelaksanaan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I Kategori Keterampilan Kepemimpinan 1. Keterampilan reaksi Yaitu keterampilan untuk menanggapi, yang menjadikan pemimpin mudah untuk

Lebih terperinci