Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Kata Pengantar Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang dituangkan ke dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas daerah, dan arah kebijakan keuangan daerah. Dokumen ini merupakan hasil pengkajian dalam proses Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bengkalis tahun , yang telah melewati mekanisme perencanaan secara tekhnokratis dan partisipatif. Dokumen RPJMD ini terdiri dari sembilan bab yakni; pendahuluan, gambaran umum kondisi daerah daerah, gambaran pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan, analisis isu-isu strategis, visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan, kebijakan umum dan program pembangunan daerah, penetapan indikator kinerja daerah, serta pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan. Selain itu juga terdapat lampiran berupa matrik sebagai panduan umum pelaksanaan program dan kegiatan bagi seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bengkalis hingga tahun Pemerintah Kabupaten Bengkalis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan materi hingga Dokumen RPJMD ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu dan telah di tetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor.. Tahun Terima kasih, semoga Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini dapat menjadi dasar dan acuan dalam proses Perencanaan dan pelaksanaan Pembangunan Kabupaten Bengkalis lima tahun ke depan. BUPATI BENGKALIS Ir. H. Herliyan Saleh, M.Sc i

10 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Daftar Isi KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR viii BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang I Pengertian I Maksud Dan Tujuan I Dasar Hukum Penyusunan I Hubungan Antar Dokumen I Sistematika Penyusunan I-9 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II Kondisi Saat Ini II Perkembangan Penduduk II Ketenagakerjaaan II Infrastruktur II Pendidikan II Kesehatan II Kondisi Produksi Sektor Ekonomi II Perindustrian dan Perdagangan II Pariwisata II Pertambangan II Perkembangan Perkonomian Daerah Kabupaten Bengkalis II-23 ii

11 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III Pengelolaan Keuangan Daerah III Penerimaan Daerah III Pendapatan Asli Daerah (PAD) III Dana Perimbangan III Pengelolaan Belanja Daerah III Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah III Arah Pengelolaan Aset Daerah III Kerangka Pendanaan III-13 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV Isu Strategis Nasional (RPJMN) Yang Berdampak Kepada Kabupaten Bengkalis. IV Visi Indonesia IV Misi Pembangunan IV Isu-Isu Strategis Nasional IV Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau IV Visi Dan Misi Pembangunan Provinsi Riau IV Isu-Isu Strategis Pembangunan Provinsi Riau IV Isu Strategis RPJP Kabupaten Bengkalis ( ) IV Visi Dan Misi Pembangunan Daerah IV Isu-Isu Strategis Jangka Panjang Kabupaten Bengkalis IV Isu-isu Strategis RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun IV Visi Dan Misi Pembangunan IV Isu-Isu Strategis IV Isu-Isu Strategis RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun IV-18 iii

12 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Isu Dan Masalah Kesehatan IV Isu Dan Masalah Infrastruktur IV Isu Dan Masalah Perekonomian IV Isu Dan Masalah Pendidikan IV Isu Dan Masalah Birokrasi Serta Kepemerintahan Yang Baik Dan Bersih IV Isu Dan Masalah Implementasi Otonomi Desa IV Isu dan Masalah Pelestarian Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup IV Isu Dan Masalah Pangan, Air Dan Energi IV-37 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V Visi V Misi V Tujuan dan Sasaran V-3 BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN VI Grand Strategi VI Grand Strategi Pengembangan Empat Kawasan VI Grand Strategi Enam Jaminan pada Masyarakat VI Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah VI-7 BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VII Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah Menurut Misi VII Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah Dalam Pengembangan Empat Kawasan VII Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah Dalam iv

13 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Pengembangan Enam Jaminan pada Masyarakat BAB VIII PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH VII-16 VIII Target Indikator Sasaran Tiap Misi VIII Pagu Tentatif Per SKPD Tahun VIII-14 BAB IX PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN IX Pedoman Transisi IX Program Transisi Tahun 2016 IX Kaidah Pelaksanaan IX-2 LAMPIRAN: - LAMPIRAN I : MATRIKS HUBUNGAN SASARAN, STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM RPJMD KABUPATEN BENGKALIS TAHUN LAMPIRAN II : MATRIK PENGEMBANGAN EMPAT KAWASAN KABUPATEN BENGKALIS TAHUN LAMPIRAN III : MATRIK ENAM JAMINAN KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN BENGKALIS TAHUN LAMPIRAN IV : INDIKATOR KINERJA PROGRAM RPJMD KABUPATEN BENGKALIS TAHUN LAMPIRAN V : INDIKASI RENCANA PROGRAM YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN KABUPATEN BENGKALIS TAHUN v

14 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Daftar Tabel Tabel 2.1 Posisi Geografis II-1 Tabel 2.2 Luas Daerah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2009 II-2 Tabel 2.3 Perkembangan Penduduk Tahun II-3 Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2010 II-5 Tabel 2.5 Banyaknya TK, SD, SMP,SMA Dan SMK Menurut Kecamatan Tahun 2009 II-9 Tabel 2.6 Rasio Murid Terhadap Guru Setiap Jenjang Pendidikan Menurut Kecamatan Tahun 2009 II-9 Tabel 2.7 Data Guru Menurut Tingkat Pendidikan SLTA s.d D.III Tahun 2009 II-10 Tabel 2.8 Data Guru Menurut Tingkat Pendidikan D.IV s.d S3 Tahun 2009 II-11 Tabel 2.9 Data Bidang Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bengkalis Tahun 2009 II-12 Tabel 2.10 Perkembangan Komponen Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Bengkalis Tahun II-13 Tabel 2.11 Produksi Perikanan Tahun 2009 II-18 Tabel 2.12 Jumlah Industri Kecil Dan Menengah Per Kecamatan II-20 Tabel 2.13 Jumlah Industri Kecil Dan Menengah Berdasarkan Kategori II-20 Tabel 2.14 Data Industri Besar di Kabupaten Bengkalis II-20 Tabel 2.15 Kondisi Objek Wisata II-23 Tabel 2.16 Distribusi PDRB Tahun Menurut Harga Berlaku (Milyar Rupiah) II-24 Tabel 2.17 Distribusi PDRB Tahun Menurut Harga Konstan Tanpa Migas Tahun 2000 (Milyar Rupiah) II-25 Tabel 2.18 Indikator Makro Perekonomian II-27 Tabel 3.1 Realisasi Penerimaan Keuangan, Tahun (Juta Rupiah) III-4 Tabel 3.2 Ringkasan Realisasi Pengeluaran Keuangan Tahun 2008 Dan 2009 (Juta Rupiah) III-12 Tabel 3.3 Prediksi Penerimaan Keuangan Tahun (Juta Rupiah) III-14 Tabel 4.1 Rasio Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Bengkalis IV-18 Tabel 4.2 Indikator Kinerja RSUD Kabupaten Bengkalis IV-19 Tabel 5.1 Tujuan dan Sasaran Misi I V-3 vi

15 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Tabel 5.2 Tujuan dan Sasaran Misi II V-6 Tabel 5.3 Tujuan dan Sasaran Misi III V-7 Tabel 5.4 Tujuan dan Sasaran Misi IV V-9 Tabel 5.5 Tujuan dan Sasaran Misi V V-11 Tabel 6.1 Strategi dan Kebijakan Empat Kawasan VI-1 Tabel 6.2 Strategi dan Kebijakan Enam Jaminan Pada Masyarakat VI-4 Tabel 6.3 Strategi dan Kebijakan Misi I VI-7 Tabel 6.4 Strategi dan Kebijakan Misi II VI-9 Tabel 6.5 Strategi dan Kebijakan Misi III VI-9 Tabel 6.6 Strategi dan Kebijakan Misi IV VI-11 Tabel 6.7 Strategi dan Kebijakan Misi V VI-12 Tabel 7.1 Kebijakan dan Program Misi I VII-I Tabel 7.2 Kebijakan dan Program Misi II VII-4 Tabel 7.3 Kebijakan dan Program Misi III VII-5 Tabel 7.4 Kebijakan dan Program Misi IV VII-7 Tabel 7.5 Kebijakan dan Program Misi V VII-10 Tabel 7.6 Kebijakan dan Program Pengembangan Kawasan I VII-12 Tabel 7.7 Kebijakan dan Program Pengembangan Kawasan II VII-13 Tabel 7.8 Kebijakan dan Program Pengembangan Kawasan III VII-14 Tabel 7.9 Kebijakan dan Program Pengembangan Kawasan IV VII-15 Tabel 7.10 Kebijakan dan Program Pengembangan Jaminan I VII-16 Tabel 7.11 Kebijakan dan Program Pengembangan Jaminan II VII-17 Tabel 7.12 Kebijakan dan Program Pengembangan Jaminan III VII-18 Tabel 7.13 Kebijakan dan Program Pengembangan Jaminan IV VII-19 Tabel 7.14 Kebijakan dan Program Pengembangan Jaminan V VII-20 Tabel 7.15 Kebijakan dan Program Pengembangan Jaminan VI VII-21 Tabel 8.1 Target Indikator Sasaran Misi I VIII-1 Tabel 8.2 Target Indikator Sasaran Misi II VIII-6 Tabel 8.3 Target Indikator Sasaran Misi III VIII-7 Tabel 8.4 Target Indikator Sasaran Misi IV VIII-9 Tabel 8.5 Target Indikator Sasaran Misi V VIII-11 Tabel 8.6 Pagu Tentatif Per SKPD Tahun VIII-18 vii

16 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Daftar Gambar Gambar 1.1 Alur Perencanaan Pembangunan Derah I-8 Gambar 2.1 Persentase Luas Daerah Menurut Kecamatan II-2 Gambar 2.2 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2009 II-4 Gambar 2.3 Produksi Sayur-sayuran Tahun 2009 II-16 Gambar 2.4 Produksi Tanaman Buah-buahan Tahun 2009 II-16 Gambar 2.5 Jumlah Ternak dan Unggas Tahun 2009 II-17 Gambar 2.7 Produksi Perkebunan Tahun 2009 II-19 Gambar 2.8 Perkembangan Ekspor Impor Tahun II-22 Gambar 3.1 Trend PAD dan Kontribusinya terhadap Pendapatan daerah Tahun III-3 Gambar 3.2 Realisasi Bagian Penerimaan PAD (Milyar Rupiah) Tahun 2009 III-5 Gambar 3.3 Penerimaan Pajak Dearah dan Kontribusinya Terhadap PAD Tahun III-5 Gambar 3.4 Retribusi Dearah dan Kontribusinya Terhadap PAD Tahun III-6 Gambar 3.5 Laba BUMD dan Kontribusinya Terhadap PAD Tahun III-7 Gambar 3.6 Distribusi Penerimaan Dana Perimbangan Tahun III-7 Gambar 3.7 Bagi Hasi Pajak dan Kontribusinya terhadap Dana Perimbangan Tahun III-8 Gambar 3.8 Bagi Hasi Bukan Pajak dan Kontribusinya terhadap Dana Perimbangan Tahun III-9 Gambar 3.9 DAU dan DAK dan Kontrusinya terhadap Dana Bengkalis Tahun III-10 Gambar 4.1 Persentase Tingkat Kemandirian Posyandu IV-19 viii

17 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa daerah diharuskan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah setelah Kepala Daerah terpilih dilantik. Oleh karena itu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis setelah dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati periode pada tanggal 5 Agustus Sesuai dengan hal tersebut, maka Kabupaten Bengkalis melakukan penyusunan RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun , yang secara terpadu, terintegrasi, selaras serta harus mengacu dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bengkalis Tahun RPJPD Kabupaten Bengkalis Tahun difokuskan pada pembangunan sumber daya manusia, pengembangan ekonomi kerakyatan, pembangunan dan pengembangan infrastruktur, peningkatan daya saing daerah/kapasitas inovasi daerah. Sementara itu, RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun yang merupakan tahap awal dan fondasi pembangunan Kabupaten Bengkalis memfokuskan pada empat pilar yaitu: 1) pembangunan sumberdaya manusia, 2) pembangunan infrastruktur, 3) pembangunan ekonomi kerakyatan dan 4) pembangunan faktor pendukung lainnya. Sebagai kelanjutan dari RPJMD Kabupaten Bengkalis dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan jangka panjang , RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun , difokuskan pada lima misi yang dielaborasi dengan dua Grand Strategy yaitu Grand Strategy Pengembangan Empat Kawasan dan Grand Strategy Enam Jaminan. Capaian-capaian RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun yang ingin diwujudkan adalah : 1) Terbangunnya Pusat Pendidikan Nasional di Pulau Bengkalis, 2) Terwujudnya penuntasan wajib belajar 9 tahun menjadi 12 tahun, 3) Terwujudnya Pendahuluan I-1

18 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN pengembangan agribisnis di Pulau Bengkalis, 4) Terbangunnya kawasan transit dan industri di Duri dan Pinggir serta terbangunnya landmark Kota Minyak Nasional di Duri, 5) Terwujudnya kawasan pariwisata dan sarana penunjangnya yang terintegrasi dengan kawasan agroindustri di Pulau Rupat, 6) Terwujudnya kawasan industri dan sarana penunjangnya di Kecamatan Bukit Batu (Buruk Bakul), 7) Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang lebih optimal, 8) Terwujudnya kemandirian pangan dalam rangka meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Untuk mewujudkan capaian RPJMD tersebut perlu diperhatikan kebijakan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur, pengendalian penggunaan lahan, peningkatan kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan keberadaan air tanah, memperkokoh kelembagaan sumber daya air untuk meningkatkan keterpaduan dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat, meningkatkan kapasitas aparatur desa, mendorong peran serta masyarakat melalui lembaga-lembaga pelayanan dalam berbagai bidang (lembaga pelatihan, penyuluhan, layanan sosial dll). Selain itu, perlu juga dilakukan pemetaan sumberdaya manusia dengan menerapkan sistem informasi kependudukan, perluasan dan pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), pembangunan sistem informasi tata ruang dan Sumber Daya Alam (SDA), peningkatan kelestarian lingkungan hidup; termasuk memulihkan lingkungan yang terlanjur rusak; memacu tumbuhnya formasi rumpun usaha dan meningkatkan peran serta investor dari luar daerah, penyederhanaan regulasi usaha, pembangunan dan pengembangan pembangkit listrik, dan pemanfaatan energi terbarukan, terutama untuk kawasan perdesaan. Dokumen RPJMD diperlukan agar hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai sebelumnya dapat terjamin keberlanjutannya, dan permasalahan serta tantangan yang sedang dihadapi daerah dapat diatasi dengan lebih optimal. Oleh karena itu, dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah perlu dipertimbangkan program pembangunan yang mampu beradaptasi dengan perubahan yang demikian cepat. Sebagai pijakan perencanaan pembangunan untuk kurun waktu lima tahun ke depan, maka pada RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun tercantum indikasi rencana program prioritas tahunan daerah yang akan dilaksanakan untuk kurun waktu lima tahun beserta kebutuhan pendanaannya. Oleh karenanya RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun menjadi rujukan dalam penyusunan perencanaan tahunan daerah atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bengkalis pada kurun waktu RPJMD memuat tolok ukur kinerja pembangunan Pendahuluan I-2

19 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Pemerintah Kabupaten Bengkalis selama lima tahun. Pada akhirnya RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun akan dipertanggungjawabkan oleh Bupati/Wakil Bupati Bengkalis diakhir masa jabatannya PENGERTIAN RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun merupakan penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah yang secara subtansi merupakan bagian pencapaian visi RPJPD Kabupaten Bengkalis Tahun dan selaras dengan visi RPJMD Provinsi Riau dan visi RPJM Nasional. RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif untuk rentang waktu 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2010 sampai dengan tahun MAKSUD DAN TUJUAN RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun , ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pembangunan (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dengan tujuan untuk mewujudkan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya didalam satu pola sikap dan pola tindak DASAR HUKUM PENYUSUNAN Landasan penyusunan RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); Pendahuluan I-3

20 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4359); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengn Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Pendahuluan I-4

21 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekosentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816) 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) Pendahuluan I-5

22 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107); 22. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah; 26. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Riau Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2009 Nomor 9); 27. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Riau Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2010 Nomor 10); 28. Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 19 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis (Lembaran Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun 2004 Nomor 22); 29. Peraturan Daerah Kabupten Bengkalis Nomor 03 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun 2007 Nomor 03); 30. Peraturan Daerah Kabupten Bengkalis Nomor 07 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bengkalis (Lembaran Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun 2008 Nomor 07); 31. Peraturan Daerah Kabupten Bengkalis Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Bengkalis (Lembaran Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun 2008 Nomor 08); Pendahuluan I-6

23 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Peraturan Daerah Kabupten Bengkalis Nomor 09 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun 2008 Nomor 09); 33. Peraturan Daerah Kabupten Bengkalis Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bengkalis (Lembaran Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun 2008 Nomor 10); 34. Peraturan Daerah Kabupten Bengkalis Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Bengkalis (Lembaran Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun 2008 Nomor 13); 35. Peraturan Daerah Kabupten Bengkalis Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Kabupaten Bengkalis (Lembaran Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun 2008 Nomor 14); 36. Peraturan Daerah Kabupten Bengkalis Nomor 03 Tahun 2009 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bengkalis Tahun 2008 Nomor 03); 1.5. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Perencanaan pembangunan daerah terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan urusan yang menjadi kewenangan daerah. Atas dasar tersebut untuk menjamin terciptanya konsistensi, integrasi, sinkronisasi dan sinergitas perencanaan pembangunan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi, maka dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 telah diatur hirarki perencanaan dimaksud. Sesuai dengan amanat Undang-Undang tersebut jenis perencanaan pembangunan terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk kurun waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) untuk kurun waktu 5 tahun dan Rencana Kerja Pembangunan (RKP) untuk kurun waktu 1 tahun. Pendahuluan I-7

24 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Sumber: Bappenas, 2010 Gambar 1.1: Alur perencanaan pembangunan daerah Pada Gambar 1.1, dapat dilihat hubungan dan keterkaitan antar dokumen perencanaan pembangunan daerah, baik dengan dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Bengkalis lainnya maupun dengan dokumen perencanaan pembangunan Pemerintah Pusat dan Provinsi. Selanjutnya RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun dijadikan sebagai acuan penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Tahun di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bengkalis dan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) periode tahun 2011 sampai dengan tahun Selain itu di dalam RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun juga dicantumkan program-program tahun transisi, sebagai dasar penyusunan RKPD Tahun 2015 yaitu sebelum ditetapkannya RPJMD periode berikutnya. Pendahuluan I-8

25 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN SISTEMATIKA PENYUSUNAN RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Pengertian 1.3. Maksud Dan Tujuan 1.4. Dasar Hukum Penyusunan 1.5. Hubungan Antar Dokumen 1.6. Sistematika Penyusunan BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Kondisi Saat Ini Perkembangan Penduduk Ketenagakerjaaan Infrastruktur Pendidikan Kesehatan Kondisi Produksi Sektor Ekonomi Perindustrian dan Perdagangan Pariwisata Pertambangan 2.2 Perkembangan Perkonomian Daerah Kabupaten Bengkalis BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Pengelolaan Keuangan Daerah Pendahuluan I-9

26 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Penerimaan Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan 3.3. Pengelolaan Belanja Daerah 3.4. Arah Pengelolaan Pembiayaan Daerah 3.5. Arah Pengelolaan Aset Daerah 3.6. Kerangka Pendanaan BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Isu Strategis Nasional (RPJMN) yang Berdampak Kepada Kabupaten Bengkalis Visi Indonesia Misi Pembangunan Isu-Isu Strategis 4.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Visi Dan Misi Pembangunan Provinsi Riau Isu-Isu Strategis Pembangunan Provinsi Riau 4.3 Isu Strategis RPJP Kabupaten Bengkalis ( ) Visi Dan Misi Pembangunan Daerah Isu-Isu Strategis Jangka Panjang Kabupaten Bengkalis 4.4. Isu Strategis RPJMD Kabupaten Bengkalis ( ) Visi Dan Misi Pembangunan Isu-Isu Strategis 4.5 Isu Isu Strategis RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun ( ) Isu Dan Masalah Kesehatan Isu Dan Masalah Infrastruktur Isu Dan Masalah Perekonomian Isu Dan Masalah Pendidikan Pendahuluan I-10

27 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Isu Dan Masalah Birokrasi Serta Kepemerintahan yang Baik dan Bersih Isu Dan Masalah Implementasi Otonomi Desa Isu dan Masalah Pelestarian Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup Isu Dan Masalah Pangan, Air Dan Energi BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi 5.2 Misi 5.3 Tujuan dan Sasaran BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN 6.1 Grand Strategi dan Kebijakan Pendukung Pencapaian Misi Strategi dan Kebijakan Pengembangan Empat Kawasan Strategi dan Kebijakan Enam Jaminan pada Masyarakat 6.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Derah BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah Menurut Misi 7.2 Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah Dalam Pengembangan Empat Kawasan 7.3 Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah Dalam Pengembangan Enam Jaminan pada Masyarakat BAB VIII PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH 8.1 Target Indikator Sasaran Tiap Misi 8.2 Pagu Tentatif Per SKPD Tahun Pendahuluan I-11

28 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN BAB IX PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 9.1 Pedoman Transisi Program Transisi Tahun Kaidah Pelaksanaan Pendahuluan I-12

29 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. KONDISI SAAT INI Wilayah Kabupaten Bengkalis menurut sejarah pembentukannya merupakan suatu kawasan yang terjadi dari endapan lumpur. Endapan lumpur ini membentuk pulau-pulau kecil dan besar sebanyak lebih kurang 16 buah pulau. Ditinjau dari letaknya, Kabupaten Bengkalis terletak di bagian pesisir Timur Pulau Sumatera. Secara geografis, posisi wilayah Kabupaten Bengkalis berada pada 2 7'37,2-0 55'33,6 Lintang Utara dan '57, '25,2 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bengkalis saat ini adalah 7.773,93 km 2, yang terdiri dari pulau, daratan dan lautan serta memiliki kawasan pesisir dan laut dengan garis pantai sepanjang 446 km. Tabel 2.1. Posisi Geografis Posisi Geografis Kabupaten Bengkalis Utara Selatan Timur Barat Selat Malaka Kabupaten Siak Kabupaten Kepulauan Meranti Kota Dumai dan Kab. Rokan Hilir Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis, Letak Kabupaten Bengkalis sangat strategis karena berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, serta berada di jalur perdagangan internasional selat Malaka. Berdasarkan batas wilayah, Kabupaten Bengkalis di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, Sebelah Timur dengan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti, sebelah Selatan dengan Kabupaten Siak dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir. Kabupaten Bengkalis terdiri dari 8 kecamatan dengan luas setiap kecamatan dapat dilihat dari tabel berikut : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-1

30 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Tabel 2.2 Luas Daerah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2009 Kecamatan Luas Daerah Wide Area Persentase Sub-Regency Km 2 Ha Percentage (%) (1) (2) (3) (4) Mandau 937, ,06 Pinggir 2.503, ,20 Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara Bengkalis Bantan 1.128, ,51 742, ,55 896, ,53 628, ,08 514, ,61 424, ,46 Kab. Bengkalis 7.773, ,00 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis 2010 Gambar 2.1 : Persentase Luas Daerah Menurut Kecamatan Bengkalis 6,61% Bantan 5,46% Mandau 12,06% Rupat Utara 8,08% Pinggir 32,20% Rupat 11,53% Siak Kecil 9,55% Bukit Batu 14,51% Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis 2010 Kabupaten Bengkalis beriklim tropis yang dipengaruhi dua musim yaitu musim GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-2

31 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN hujan dan musim kemarau, yang masing-masing berlangsung selama enam bulan. Musim hujan dimulai dari bulan September sampai Januari, dan musim kemarau dari Februari sampai Agustus setiap tahunnya. Berdasarkan klasifikasi iklim Smidt Ferguson, daerah ini termasuk tipe musim iklim A dengan curah hujan antara mm per tahun, dengan jumlah hari hujan kurang dari 110 hari pertahun. Suhu rata-rata antara 26 C 32 C dengan kelembapan udara 85 persen. Selain itu Kabupaten Bengkalis juga mengenal empat musim angin yaitu; angin utara, angin timur, angin barat, dan angin selatan. Keadaan laut di utara dan timur sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika perairan selat Malaka, sedangkan dibagian selatan dan barat dipengaruhi oleh air Sungai Siak yang bermuara ke Selat Bengkalis. Wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan dataran rendah yang ditumbuhi hutan tropis, pantainya landai dan merupakan endapan lumpur sebagai hasil erosi sungai terutama di Pulau Bengkalis. Daerah perbukitan yang tingginya lebih dari 25 M di atas permukaan laut hanya terletak di wilayah Kecamatan Mandau. Kabupaten Bengkalis dialiri oleh beberapa sungai yang memiliki arti sangat penting sebagai sarana transportasi utama dalam perekonomian masyarakat, di antaranya adalah Sungai Siak Kecil 90 Km dan Sungai Mandau 87 Km Perkembangan Penduduk Perkembangan penduduk di Kabupaten Bengkalis termasuk relatif rendah dengan laju pertumbuhannya di bawah rata-rata laju pertumbuhan penduduk Provinsi Riau, yakni sekitar 1,32 persen pada pada periode tahun Laju pertumbuhan penduduk juga dipengaruhi oleh dinamika pembangunan di daerah berdasarkan potensi sumber daya alam yang cukup kaya dan letak daerah yang strategis. Tabel 2.3. Perkembangan Penduduk Tahun Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan , , , Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-3

32 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Jika dilihat dari angka-angka tersebut, maka dapat dikatakan bahwa meskipun ada peningkatan jumlah penduduk namun pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya mengalami penurunan sejak tahun Dan pertumbuhan penduduk biasanya akan selalu diikuti dengan pertambahan permintaan terhadap barang konsumsi berupa pangan, sandang maupun perumahan dan juga peningkatan permintaan terhadap jasa pelayanan umum lainnya berupa sarana pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Distribusi penduduk berdasarkan data kependudukan pada tahun 2008 dan 2009 dari sisi jenis kelamin, perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan (sex ratio) menunjukkan bahwa di Kabupaten Bengkalis jumlah penduduk laki-laki ternyata lebih besar dibandingkan dengan penduduk perempuan yakni pada tingkat 107. Sedangkan penduduk kabupaten Bengkalis berdasarkan kecamatan tahun 2009 (berdasarkan publikasi BPS tahun 2010) sex ratio terbesar di Kecamatan Rupat sebesar 109, yang terkecil adalah di Rupat Utara sebesar 102. Gambar 2.2 : Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2009 Mandau 44,84% Bantan 7,41% Pinggir 15,97% Bengkalis 13,78% Rupat Utara 2,49% Rupat 6,14% Bukit Batu 5,78% Siak Kecil 3,60% Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis Dilihat dari tingkat kepadatan penduduk, di Kabupaten Bengkalis berdasarkan data Bengkalis Dalam Angka Tahun Maka tingkat kepadatan penduduk adalah 62,00 jiwa/km 2 dengan penyebaran penduduk menurut wilayah kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Mandau yaitu jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 232,00 jiwa/km 2 dan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Rupat Utara yaitu jiwa dengan tingkat GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-4

33 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN kepadatan penduduk 19,00 jiwa/km 2. Tapi jika dilihat dari luas wilayah, Kecamatan Pinggir merupakan wilayah yang paling luas dibandingkan kecamatan lain, luas Kecamatan Pinggir adalah 2.503,00 KM 2, kemudian diikuti Kecamatan Bukit Batu seluas 1.128,00 KM 2 dan yang terkecil adalah Kecamatan Bantan seluas 424,40 KM2. Tabel 2.4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2010 Kecamatan Sub-Regency (1) Luas (Km 2 ) Penduduk Kepadatan per Km 2 Wide Area Population Density per Km (2) (3) (4) 2 1. Mandau 937, Pinggir 2.503, Bukit Batu 1.128, Siak Kecil 742, Rupat 896, Rupat Utara 628, Bengkalis 514, Bantan 424, Jumlah Total 7.773, Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis 2010 Tingginya tingkat kepadatan di Kecamatan Mandau disebabkan karena letaknya sangat strategis yaitu di lintas jalur timur sumatera dan menjadi salah satu pusat kegiatan perminyakan dengan adanya Duri Steam Fluid (DSF) yang membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak, berkembangnya usaha perkebunan besar swasta, pusat perdagangan, pusat perkantoran dan pusat pelayanan jasa, serta juga berkembangnya sejumlah industri lainnya. Sedangkan cukup tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Bengkalis dikarenakan perannya sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bengkalis. Dari gambaran jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis berdasarkan kelompok umur, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang berada dalam usia produktif atau berusia antara tahun mencapai 66,70 persen yakni sebesar jiwa sedangkan penduduk yang berada pada usia non produktif yakni penduduk yang berusia 0-14 tahun dan berusia 65 tahun ke atas sebanyak jiwa atau sekitar 33,30 persen dari jumlah penduduk. Dengan demikian dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan (dependency ratio) antara penduduk yang berusia produktif dan yang GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-5

34 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN tidak produktif adalah 33 yang berarti bahwa diantara 100 orang yang produktif terdapat sebanyak 33 orang yang tidak produktif Ketenagakerjaaan Jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja senantiasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagai akibat dari per tumbuhan penduduk di wilayah ini. Dari Susenas 2008, jumlah penduduk usia kerja (>15 tahun) sebanyak 68,04 persen terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari jumlah usia kerja di atas yang menjadi angkatan kerja sebanyak 54,24 persen terdiri dari 80,98 persen laki-laki dan 19,02 persen perempuan. Dari sejumlah angkatan kerja tersebut, 46,42 persen telah bekerja di berbagai sektor dan 7,82 persen mencari kerja. Dari jumlah angkatan kerja yang bekerja, tercatat di sektor pertanian sebanyak 40,50 persen, sektor pertambangan/penggalian 12,44 persen, industri 4,39 persen, listrik, Gas dan air 0,25 persen konstruksi 13,90 persen, perdagangan 13,31 persen, jasa angkatan dan komunikasi 7,68 persen, keuangan 1,00 persen, dan sektor jasa sebanyak 11,91 persen. Jika dirinci menurut jenis kelamin, angkatan kerja wanita yang bekerja telah mencapai 21,07 persen dari total penduduk wanita usia kerja. Dalam hal ini sebanyak 45,88 persen angkatan kerja wanita bekerja pada sektor pertanian, 1,34 persen pada sektor pertambangan dan penggalian, 8,76 persen sektor industri, 1,48 persen sektor konstruksi, 27,46 persen sektor jasa, 21,46 persen sektor perdagangan, dan 0,89 persen bekerja pada sektor keuangan Infrastruktur A. Prasarana dan Sarana Transportasi Infrastruktur yang berupa prasarana dan sarana transportasi di Kabupaten Bengkalis lebih bercirikan pada sifat dan bentuk geografis berupa wilayah perairan dengan jumlah pulau yang cukup banyak. Hal ini tercermin dari cukup banyaknya pelabuhan yang dapat disandari oleh kapal berukuran besar maupun kecil, baik untuk angkutan penumpang maupun barang. Dari beberapa pelabuhan yang dikelola Pemerintah, terdapat dua pelabuhan yang relatif besar dengan intensitas bongkar-muat barang dan naik-turunnya penumpang yang cukup tinggi, yakni pelabuhan Bengkalis yang juga melayani pelayaran ke luar negeri, dan pelabuhan Sungai Pakning, dimana di samping untuk bongkar muat barang dan naik turun penumpang juga terdapat pelabuhan untuk GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-6

35 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN bongkar muat minyak karena di daerah tersebut terdapat kilang minyak milik Unit Pengolahan Pertamina. Disamping itu, pelabuhan Selat Baru di Pulau Bengkalis juga telah beroperasi dengan fokus melayani pelayaran ke luar negeri terutama Malaysia. Namun, pengoperasian pelabuhan ini masih terganjal beberapa kendala akibat pasang surut dan pendangkalan wilayah sekitar pelabuhan. Sedangkan pelabuhan-pelabuhan lainnya merupakan pelabuhan yang tetap dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai prasarana untuk melakukan mobilitas. Kondisi geografis Kabupaten Bengkalis yang terdiri dari wilayah daratan dan kepulauan memerlukan kelengkapan prasarana dan sarana perhubungan dengan sistem yang terpadu antar moda transportasi, guna menghubungkan antara wilayah daratan dan wilayah kepulauan. Sistem transportasi di Kabupaten Bengkalis terdiri dari sistem transportasi darat dan transportasi laut yang ditunjang oleh transportasi udara. Untuk transportasi darat, di Kabupaten Bengkalis terdapat jalan dengan kondisi yang beragam mulai dari jalan yang baik, sedang, rusak dan rusak berat serta dengan permukaan yang beragam pula mulai dari permukaan aspal, kerikil, tanah, dan beton. Dari segi kondisi kualitas jalan kabupaten sepanjang km terdapat 50,04 persen yang kondisinya dalam keadaan baik, dan 49,96 persen dengan kondisi rusak dan rusak berat dengan kondisi permukaan jalan 34,17 persen berupa tanah dan kerikil serta 65,83 persen berupa aspal dan beton. Dalam mencapai sistem transportasi darat yang terpadu, diperlukan prasarana jembatan dan dermaga penyeberangan yang merupakan keperluan dalam sistem tersebut. Prasarana jembatan utama di Kabupaten Bengkalis meliputi jembatan yang tersebar pada ruas-ruas jalan utama pada kecamatan Siak Kecil, Bukit Batu, Bantan, Rupat, serta Rupat Utara. Sedangkan dermaga penyeberangan yang ada di Bengkalis dua buah yaitu dermaga Ro Ro di Sei Selari Kecamatan Bukit Batu dan Air Putih Kecamatan Bengkalis. Selain itu untuk memperlancar aksesibilitas antar daerah Kabupaten Bengkalis ke wilayah lain bahkan jalur hubungan internasional, maka dibangun juga dermaga Ro Ro di Tanjung Kapal Kecamatan Rupat menuju Kota Dumai. Prasarana transportasi udara di Kabupaten Bengkalis didukung oleh bandara di Sei. Selari Kecamatan Bukit Batu. Bandara ini milik Pertamina UP II Dumai-Sei. Pakning yang merupakan bandara khusus, namun dalam jangka panjang akan dapat melayani kepentingan umum. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-7

36 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN B. Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi Prasarana air bersih yang dikelola dengan manajemen PAM, baru tersedia di Ibukota Bengkalis; Duri Kecamatan Mandau; dan Sungai Pakning Kecamatan Bukit Batu. Sedangkan kecamatan lain masih mengandalkan kemampuan swadaya dalam bentuk sumur bor maupun sumur gali yang dikelola masing-masing pemiliknya untuk kebutuhan sehari-hari. Prasarana listrik di Kabupaten Bengkalis dikelola oleh PLN, yang mengoperasikan PLTD yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Untuk listrik pedesaan terpasang 53 unit PLTD dengan kapasitas perunit adalah 15 KVA, dan tersebar pada 8 kecamatan di Kabupaten Bengkalis. Jumlah tersebut belum termasuk captive power yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan swasta yang beroperasi di wilayah Kabupaten Bengkalis. Konsumsi listrik di Kabupaten Bengkalis dari jumlah rumah tangga yang ada 77,92 persen menggunakan sumber penerangan listrik PLN dan non PLN dan 22,08 persen rumah tangga masih menggunakan petromak, pelita, dan lainnya. Dari 77,92 persen rumah tangga yang menggunakan listrik sekitar 81,16 persen atau sekitar rumah tangga yang hanya menggunakan listrik PLN sedangkan 18,84 persen atau rumah tangga yang menggunakan listrik non PLN yang dikelola oleh masyarakat. Di bidang pelayanan jasa telekomunikasi, pengembangannya dilaksanakan oleh PT. Telkom, Indosat serta Telkomsel, telah mampu menjangkau seluruh wilayah kabupaten, baik dengan pesawat telepon biasa maupun telepon seluler. Kapasitas sentral telepon biasa dan telepon fleksi yang dikelola oleh PT. Telkom telah mencapai masing-masing unit dan unit, sedangkan untuk jaringan telekomunikasi, terdapat jaringan telepon dengan sistem kabel yang dikelola oleh PT. Telkom, bahkan juga saat ini telah beroperasi telepon wireless yakni telepon Flexi, di samping itu juga sejumlah operator telepon seluler (GSM) telah mampu menjangkau ke sebagian besar wilayah Kabupaten Bengkalis, terutama pada daerah-daerah yang mengalami perkembangan yang relatif cepat Pendidikan Pembangunan di bidang pendidikan merupakan komitmen utama Pemerintah Kabupaten Bengkalis, selain pendidikan SD, SLTP dan SLTA, pada jenjang pendidikan tinggi telah tersedia Sekolah Tinggi llmu Ekonomi (STIE) Syari ah Bengkalis, dan Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Bengkalis, serta Politeknik Bengkalis. Selain GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-8

37 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN itu, telah pula dibangun Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Duri dan Akbid Bengkalis di Duri. Tabel 2.5: Banyaknya TK, SD, SMP,SMA dan SMK Menurut Kecamatan Tahun 2009 Jumlah Nama Kecamatan TK SD SLTP SMA SMK 1. Mandau Pinggir Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara Bengkalis Bantan Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis Kecamatan Mandau menempati urutan pertama banyaknya sekolah, kurang lebih 30% lembaga pendidikan tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK berada di Kecamatan Mandau. Sedangkan rasio murid terhadap guru menurut jenjang pendidikan dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 2.6 : Rasio Murid terhadap Guru Setiap Jenjang Pendidikan Menurut Kecamatan Tahun 2009 Kecamatan Rasio Murid Terhadap Guru SD SLTP SLTA SMK 1. Mandau Pinggir Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara Bengkalis Bantan Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis 2010 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-9

38 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan atau keberhasilan pendidikan adalah ketersedian pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi pendidikan formal setingkat sarjana yang memiliki kompetensi pada setiap disiplin keilmuan. Data menunjukkan bahwa, di Kabupaten Bengkalis masih terdapat kurang dari 40% guru yang masih belum menamatkan pendidikannya setaraf sarjana strata satu (S-1), serta masih terdapatnya sejumlah guru yang masih berpendidikan setingkat SLTA atau yang sederajat (9%), kondisi tersebut membawa konsekwensi kepada perlunya kebijakan pengembangan kualifikasi pendidikan pendidik dan tenaga kependidikan ke jenjang standar yakni setaraf sarjana strata satu (S-1). Tabel di bawah ini menunjukkan keadaan tersebut. Tabel 2.7 : Data Guru Menurut Tingkat Pendidikan SLTA s.d D.III Tahun 2009 NO KECAMATAN SLTA D1 DII DIII JLH % JLH % JLH % JLH % 1 BENGKALIS BANTAN BUKIT BATU SIAK KECIL RUPAT RUPAT UTARA MANDAU PINGGIR JUMLAH Sumber: BPS Kabupaten BengkalisTahun 2010 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-10

39 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Tabel 2.8 : Data Guru Menurut Tingkat Pendidikan D.IV s.d S3 Tahun 2009 NO KECAMATAN DIV/S1 S2 S3 JUMLAH GURU JLH % JLH % JLH % 1 BENGKALIS BANTAN BUKIT BATU SIAK KECIL RUPAT RUPAT UTARA MANDAU PINGGIR JUMLAH Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis Tahun Kesehatan Periode pembangunan di Kabupaten Bengkalis 5 (lima) tahun terakhir telah memberikan kontribusi besar pada kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat. Hasil pembangunan yang sudah dilaksanakan dan sudah pula dinikmati oleh masyarakat tersebut dapat dijelaskan, diantaranya pembangunan Rumah sakit bertaraf Internasional yang terletak di Bengkalis dan Duri. Pembangunan 11 unit Puskesmas, Puskesmas dengan ruang rawat Inap sebanyak 4 unit, serta telah pula dilaksanakan pembangunan dan rehabilitasi terhadap 38 unit Poskesdes, 52 unit Puskesmas Pembantu dan 32 unit polindes. Untuk kelancaran pelayanan kesehatan dan dekatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang baik telah pula dibangun 13 unit rumah dokter, tersedianya 27 unit rumah Paramedis, dengan penyediaan peralatan di rumah sakit maupun Puskesmas yang ada, serta penyediaan obat-obatan. Kesehatan masyarakat yang baik tidak terlepas dari kegiatan imunisasi, penyuluhan serta pengamatan terhadap penyakit menular. Selain itu telah pula dilaksanakan pelayanan terhadap kesehatan ibu hamil, pembinaan terhadap dukun bayi, supervisi bidan desa serta peningkatan kegiatan Pos Yandu. Pada bagian lain, telah pula dilaksanakan kegiatan GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-11

40 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN penyuluhan kesehatan remaja terhadap anak sekolah. Terhadap anak-anak telah pula diberikan Vitamin A, serta terhadap ibu hamil telah diberikan Tablet Tambah Darah, telah pula dipulihkan 500 Balita kurang gizi dalam waktu 90 hari, dan pemberian makanan tambahan terhadap anak Sekolah Dasar dalam waktu 8 bulan. Tabel 2.9 : Data Bidang Pelayanan Kesehatan Tahun 2009 NO INDIKATOR JUMLAH SATUAN JLH ( % ) KASUS 1. Angka Kematian Bayi Bayi 138 8,35 per 1000 KLH 2. Angka Kematian Ibu Malahirkan Ibu 8 108,95 per KLH 3. Persentase Balita Gizi Buruk Balita 2 0,004 (BB/TB) 4. Persentase penduduk yang Pddk ,839 memanfaatkan puskesmas 5. Rasio Dokter persatuan jumlah penduduk a. Dokter Spesialis 26 Orang Rasio 6 - b. Dokter Umum 71 Orang Rasio 13 - c. Dokter Gigi 23 Orang Rasio 4-6. Rasio Tenaga Paramedis Per 746 Orang Rasio 14,04 Satuan Jumlah Penduduk Persentase Penduduk yang Pddk ,958 Memanfaatkan RSUD 8. Bed Occupancy Rate (BOR) 124 t. tidur - 41,3 9. Turn Over Interval (TOI) 124 t. tidur - 6,5 10. Nett Dead Rate (NDR) 124 t. tidur - 12,1 11. Umur Harapan Hidup - Tahun - 70,6 thn 12. Prevalensi Gizi Buruk (BB/U) Balita 265 0,3 13. Cakupan Rawat Jalan Puskesmas Pddk , Cakupan Rawat Inap RS Pddk , Angka Kesakitan TB-Paru 254 Penderita , Angka Kesakitan DBD Penderita , Angka Kesakitan Kusta Penderita 73 13,376 per pddk 18. Angka Kesakitan AFP Kasus 5 2,33 per pddk 19. Universal Child Imunation (UCI) 102 Desa/kel 90 88,24 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis 2010 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-12

41 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Tabel 2.10 : Perkembangan Komponen Indeks Pembangunan Manusia Tahun No 1 IPM Komponen IPM Tahun ,10 73,36 74,12 74,64 Kenaikan , Indeks Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (thn) Indeks Pendidikan Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah MYS (thn) 69,90 97,29 8,60 70,06 97,29 8,60 70,13 97,78 8,86 70,25 97,39 8,99 0,49 1,10 4,58 4 Indeks Pendapatan Pendapatan Perkapita Sumber : data di olah dari berbagai sumber , Kondisi Produksi Sektor Ekonomi Kabupaten Bengkalis mempunyai potensi sumberdaya alam yang sangat besar dan beragam. Potensi tersebut menyebar hampir merata di seluruh wilayah kecamatan, antara lain pertanian (tanaman pangan dan peternakan), perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan (minyak bumi), hasil hutan, endapan gambut dan pariwisata. Potensi endapan gambut yang sangat dominan terdapat di Kecamatan Bukit Batu. Endapan gambut ini sangat baik dan memenuhi persyararatan untuk bahan bakar baik PLTU, industri dan keperluan industri rumah tangga. Sebagian besar penduduk di daerah ini bermata pencaharian sebagai petani. Oleh karena itu Kabupaten Bengkalis merupakan daerah penghasil padi, palawija, hortikultura dan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, pinang dan kakao. Potensi lahan perkebunan di Kabupaten Bengkalis adalah hektar dengan Komoditi yang paling banyak dikembangkan adalah kelapa sawit yang mencapai 129,369 hektar atau 71,27 persen dengan kapasitas produksi yang dihasilkan mencapai ton TBS (Tandan Buah Segar). Areal perkebunan sawit yang terbesar terdapat di Kecamatan Pinggir yang mencapai hektar. Untuk tanaman karet di Kabupaten Bengkalis mencapai hektar atau 22,03 persen dengan kapasitas produksi yang dihasilkan mencapai ton (Ojol). Sedangkan untuk tanaman kelapa di Kabupaten Bengkalis mencapai hektar atau 9,50 persen dengan kapasitas produksi yang dihasilkan mencapai ton. Selanjutnya GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-13

42 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN tanaman sagu di Kabupaten Bengkalis yang termasuk ke dalam jenis tanaman perkebunan, pada tahun 2009 memiliki luas area tanaman sebesar hektar atau 4,95 persen, dengan produksi ton. (sumber, BPS Kabupaten Bengkalis 2010). A. Pertanian Tanaman Padi dan Palawija Pengembangan kawasan sentra produksi khususnya tanaman padi dilaksanakan pada kecamatan Siak Kecil, Bukit Batu, Bantan, dan Rupat. Penetapan 4 (empat) Kecamatan ini sebagai sentra produksi padi karena selain wilayah kecamatan ini mempunyai potensi lahan yang cukup luas juga masyarakat petani sudah terbiasa menanam padi pada lahan sawah tadah hujan walaupun intensitas pertanamannya baru satu kali setahun (IP 100) dengan luas garapan sekitar 1 1,5 Ha/KK. Kawasan sentra produksi padi di Kecamatan Siak Kecil meliputi beberapa desa yaitu desa Sepotong, Langkat, Tanjung Damai, Lubuk Gaung, Lubuk Garam, Sei Siput, Bandar Jaya, Tajung Belit, Lubuk Muda dan Desa Sei. Linau yang mempunyai potensi lahan sebesar ha, dengan luas panen ha, dan produksi mencapai ton Gabah Kering Giling, jumlah kelompok tani penggarap sebanyak 133 kelompok dengan jumlah anggota orang. Kawasan sentra produksi padi di Kecamatan Bukit Batu meliputi beberapa desa yaitu Desa Bukit Batu, Sukajadi, Parit 1 Api-api, Temiang, Api-api dan desa Tanjung Leban mempunyai potensi lahan seluas ha, dengan luas panen 921 ha, dan produksi mencapai ton Gabah Kering Panen Giling, jumlah kelompok tani penggarap sebanyak 40 kelompok dengan jumlah anggota 800 orang. Kawasan sentra produksi padi di Kecamatan Bantan meliputi beberapa desa yaitu Desa Selat Baru, Bantan Tengah, Bantan Air dan Desa Teluk Pambang mempunyai potensi lahan seluas ha, dengan luas panen ha, dan produksi mencapai ton Gabah Kering Giling, jumlah kelompok tani penggarap sebanyak 56 kelompok dengan jumlah anggota orang. Kawasan sentra produksi padi di Kecamatan Rupat meliputi beberapa desa yaitu Desa Tanjung Kapal, Batu Panjang, Parit Kebumen, Sei Cingam dan Desa Hutan Panjang mempunyai potensi lahan seluas ha, dengan luas panen 487 ha, dan produksi mencapai ton Gabah Kering Giling, jumlah kelompok tani penggarap sebanyak 96 kelompok dengan jumlah anggota orang. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-14

43 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Disamping keempat wilayah sentra produksi tanaman padi tersebut, tanaman padi juga ditanam di kecamatan Mandau dengan luas panen 398 Ha dengan produksi sebesar ton Gabah Kering Giling dan Kecamatan Pinggir dengan luas panen sebesar 625 ha, dengan ton Gabah Kering Giling. Dari potensi lahan untuk tanaman padi seluas ha, sampai dengan tahun 2009 luas panen ha dengan jumlah produksi ton Gabah Kering Giling, kelompok tani penggarap 328 kelompok. Selain tanaman padi, di Kabupaten Bengkalis dibudidayakan tanaman palawija antara lain ubi kayu (386 ha), ubi jalar (73 ha), jagung (81 ha), kacang tanah (30 ha), talas (7 Ha) dan kacang hijau (21 ha). Tanaman Hortikultura Pengembangan kawasan sentra tanaman hortikultura ini disesuaikan dengan potensi wilayah, potensi pasar serta budaya masyarakat setempat. 1. Tanaman Sayuran Pengembangan tanaman sayuran dibudidayakan di semua wilayah Kabupaten Bengkalis. Penetapan kawasan sentra pada kecamatan Bengkalis, Bukit Batu dan Mandau sebagai wilayah sentra tanaman sayuran disamping masyarakatnya telah mengusahakan komoditi tersebut juga peluang pasar sangat menjanjikan. Tanaman sayuran yang telah dikembangkan adalah tanaman Cabai 140 ha, Sawi 41 ha, Kacang Panjang 93 ha dan terong 34 ha. 2. Tanaman Buah-buahan Tanaman buah-buahan dengan pola pekarangan dikembangkan pada kecamatan Bengkalis, Bantan, Rupat, Rupat Utara, Bukit Batu, Mandau dan Pinggir. Data tanaman buah-buahan yang telah berkembang di Kabupaten Bengkalis adalah tanaman Durian (194 ha), Mangga (73 ha), Nenas (13 ha) Manggis (33 ha) dan Pisang (227 ha). GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-15

44 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Gambar 2.3 Produksi Sayur-sayuran Tahun ,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Sawi Tomat Bayam Kangkung Labu Terung Kc Panjang Cabe besar Cabe rawit Ketimun Sumber: BPS Kab. Bengkalis 2010 Gambar 2.4 : Produksi Tanaman Buah-buahan Tahun 2009 Ton 4000, , , , , , ,00 500,00 0,00 Alpukat Mangga Duku Jeruk Besar Jeruk Siam Durian Sawo Pepaya Pisang Jambu Biji Nangka Sukun Nanas Manggis Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis 2010 Peternakan Di bidang peternakan potensi untuk pengembangan ternak ruminansia (kerbau, sapi dan kambing) dan unggas masih sangat besar, baik di daerah pemukiman penduduk maupun di areal perkebunan. Melalui sistem integrasi ternak dan tanaman, luas areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Kabupaten Bengkalis sejumlah GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-16

45 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN ha, dengan asumsi 70 % atau seluas ha mampu menampung sejumlah ekor ternak sapi. Sedangkan jumlah ternak yang ada di areal perkebunan sejumlah ekor, berarti masih terdapat peluang pengembangan sebanyak ekor namun jika pola pemeliharaan lebih diintensifkan maka daya tampung dapat ditingkatkan. Gambar 2.5 : Jumlah Ternak dan Unggas Tahun ekor Sapi Kerbau Kambing Domba Ayam ras Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis 2010 Ayam kampung Perikanan Potensi perikanan di Kabupaten Bengkalis adalah perikanan laut dan budidaya. Pengembangan perikanan laut adalah perikanan tangkap dan budidaya laut. Potensi penangkapan ikan laut mencapai ton dengan tingkat produksi sebesar 9.443,80 ton/tahun. Kondisi ini sudah cukup tinggi, sehingga pengembangan sektor perikanan diarahkan kepada pengembangan budidaya laut berupa ikan kakap putih, udang windu dan vaname yang dikembangkan Kecamatan Bantan, Rupat, Bengkalis, dan Bukit Batu. Potensi perikanan darat di Kabupaten Bengkalis adalah perairan umum (danau, sungai, rawa) dan potensi budidaya kolam. Jenis ikan yang dapat dikembangkan adalah ikan mas, lele, gurame dan patin, serta pengembangan benih ikan air tawar. Lokasi pengembangannya adalah Kecamatan Mandau dan Pinggir. Potensi yang dimiliki saat ini berupa tambak, keramba jaring apung dan kolam seluas 2.000,94 hektar, dengan perkiraan produksi mencapai 91,08 ton. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-17

46 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Tabel 2.11 : Produksi Perikanan Tahun 2009 No. Kecamatan Ikan Laut Tangkap Ikan Air Tangkap Tambak KJA Air tawar tawar 1. Bengkalis 1.990, Bantan 2.750,7 4, Bukit Batu ,10-4. Siak Kecil 81, ,85-5. Rupat ,25 0,25-0,2 6. Rupat Utara 1.956, Mandau ,9 59,1 8. Pinggir ,5 26,7 Jumlah 9.443,80 4,85 0,25 344,35 85,98 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bengkalis Tahun 2010 B. Perkebunan dan Kehutanan Perkebunan Luas tanaman perkebunan kelapa sawit rakyat dan perusahaan mencapai hektar pada tahun 2007, namun pada tahun 2009 naik menjadi hektar. Terletak di beberapa kecamatan dengan total produksi ton TBS (Tandan Buah Segar) pada tahun Lokasi pengembangannya diarahkan pada Desa Sebanga Kecamatan Mandau, Desa Sepahat Kecamatan Bukit Batu, dan Kecamatan Rupat. Luas areal potensial pengembangan komoditi ini mencapai hektar. Luas areal perkebunan kelapa di Bengkalis mencapai hektar pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2009 luasnya adalah hektar, penurunan luas lahan kelapa terkait dengan telah terjadinya pemekaran wilayah Kabupaten Bengkalis dengan terbentuknya Kabupaten Kepulauan Meranti. Areal perkebunan kelapa tersebar hampir di seluruh kecamatan, terutama di Kecamatan Bantan sehingga arah pengembangan lokasi perkebunan kelapa adalah Kecamatan Bantan. Luas areal tanaman karet di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2007 adalah hektar, sedangkan pada tahun 2009 sebanyak hektar. Perkebunan karet rakyat tersebar hampir di seluruh kecamatan, terutama Kecamatan Bukit Batu dan Mandau. Sentra pengembangan produksi karet berada di Kecamatan Bengkalis, Kecamatan Bukit Batu Desa Buruk Bakul. Areal yang memiliki potensi untuk GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-18

47 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN dikembangkan sebagai perkebunan adalah Kecamatan Bukit Batu dan Rupat. Gambar 2.7 : Produksi Perkebunan Tahun 2009 pinang kopi sagu kelapa kelapa sawit karet 0, , , ,0 Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis ton Kehutanan Kawasan hutan berdasarkan RTRW Kabupaten Bengkalis adalah seluas hektar, terdiri dari kawasan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan produksi konversi, hutan bakau dan hutan suaka alam. Untuk hutan mangrove, banyak terdapat di kawasan pesisir Bengkalis antara lain bakau, nipah dan api-api. Ketiga jenis tanaman ini tersebar disetiap gugusan pulau-pulau besar dan kecil, kecuali di sekitar kawasan pemukiman, pelabuhan, indusri, tanaman pangan basah serta perkebunan. Jika dilihat dari fungsi ekologis sebagian besar kawasan hutan mangrove masih optimal untuk pengembangbiakkan udang, ikan dan biota laut lainnya serta sebagai penghambat terjadinya intrusi dan abrasi pantai, khususnya hutan mangrove yang terdapat di kawasan pesisir perairan Selat Melaka Perindustrian dan Perdagangan A. Industri Pada tahun 2010 usaha industri kecil dan menengah (IKM) di Kabupaten Bengkalis tercatat sebanyak IKM. Jumlah terbesar berada di Kecamatan Mandau GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-19

48 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN dengan IKM, dan jumlah terkecil di Kecamatan Siak Kecil sebanyak 125 IKM. Tabel 2.12 : Jumlah Industri Kecil dan Menengah Per Kecamatan Kecamatan Bukit Siak Rupat Mandau Pinggir Rupat Tahun Batu Kecil Utara Bengkalis Bantan Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bengkalis, 2010 Tabel 2.13: Jumlah Industri Kecil dan Menengah Berdasarkan Kategori Kain Makanan Anyaman Furniture Logam Batu Lainnya Industri Tahun Tenun & Pintal & Minuman dari Daun Bata & Keramik Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bengkalis, 2010 Tabel. 2.14: Data Industri Besar di Kabupaten Bengkalis NO Kecamatan Mandau Pinggir Bukit Batu Siak Kecil Bengkalis Bantan Rupat Rupat Utara Jumlah Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bengkalis, 2010 Jenis industri besar yang ada di Kabupaten Bengkalis khususnya di Kecamatan GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-20

49 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Mandau merupakan industri pendukung sektor pertambangan, industri transportasi dan industri hulu kelapa sawit. Sedangkan jenis industri yang ada di Kecamatan Pinggir adalah industri pendukung transportasi (Bengkel mobil dan alat-alat berat), industri crumb ruber, dan industri hulu kelapa sawit. Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 07/M-IND/per/5/2005 tentang Penetapan Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Masing Direktorat Jenderal Di Lingkungan Departemen Perindustrian, maka kelompok Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kabupaten Bengkalis dapat dibagi menjadi : 1. Industri Kain Tenun dan Pintal. 2. Industri Makanan dan Minuman. 3. Industri Anyaman dari Daun. 4. Industri Furniture dari Kayu, Rotan, Bambu, dan barang Lainnya dari Kayu. 5. Barang Dari Logam 6. Industri Batu Bata dari Tanah Liat/Keramik. Perkembangan UKM di Kabupaten Bengkalis berjalan dengan kondisi yang belum memuaskan, hal ini disebabkan sebaran wilayah dan tempat usaha masih terbatas pada skala lokal, sehingga menyulitkan untuk berkembang secara optimal. Disamping itu motivasi kewirausahaan pelaku IKM belum menunjukkan perkembangan, hal ini akibat dari lemahnya sumberdaya manusia dari pelaku usaha tersebut. Pada sektor industri pelaku usaha hanya puas dengan skala usaha yang ada, dengan tidak berusaha mengembangkan usahanya dengan pemakaian teknologi dan perbaikan proses produksi untuk meningkatkan daya saing produk terutama peningkatan mutu produk dan perbaikan kemasan/packaging yang disertai dengan sertifikasi produk. B. Perdagangan Salah satu sektor yang dapat menjadi andalan daerah ke depan adalah sektor perdagangan, ini karena didukung oleh posisi geografis Kabupaten Bengkalis yang berada di jalur perdagangan internasional. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bengkalis pada tahun 2010 terdapat sebanyak 75 perusahaan yang terdiri dari 54 perusahaan perdagangan besar, 13 perusahaan perdagangan menengah, dan 8 perusahaan perdagangan kecil. Sedangkan untuk GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-21

50 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN perdagangan luar negeri, di Kabupaten Bengkalis tercatat ada 5 perusahaan ekspor dan 5 perusahaan impor. Nilai ekspor di Kabupaten Bengkalis hingga Desember 2009 mencapai US$. Nilai ekspor yang terbesar dari pelabuhan Sungai Pakning sebesar US$. Sementara itu nilai impor di Kabupaten Bengkalis selama 2009 mencapai US$ melalui pelabuhan Bengkalis. Gambar 2.8: Perkembangan Ekspor Impor Tahun Nilai (US$) Sumber: BPS Kabupaten Bengkalis 2010 Ekspor Impor Pariwisata Potensi pariwisata Kabupaten Bengkalis cukup banyak dan beragam, sehingga prospektif untuk dikembangkan. Pontensi pariwisata tersebut adalah; wisata alam terdiri dari Pantai Selat Baru di Kecamatan Bantan dan Pantai Tanjung Medang di Kecamatan Rupat Utara; dan Tasik Tiga Puluh Tiga di Siak Kecil ; hutan lindung/suaka margasatwa di Bukit Batu; dan pusat pelatihan gajah di Muara Basung Mandau. Sedangkan wisata budaya meliputi; Balai Adat Sakai di Mandau, Tarian Zapin Api di Rupat Utara, dan Tarian Rakyat Bengkalis. Tabel 2.15: Kondisi Objek wisata di Kabupaten Bengkalis GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-22

51 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN No Nama Objek Wisata Jenis Objek Lokasi Kecamatan Luas (ha) 1 Pantai Selat Baru Bahari Bantan Taman Andam Dewi Taman Rekreasi Bengkalis Pantai Prapat Tunggal Bahari Bengkalis Pusat Pelatihan Gajah Atraksi gajah Mandau Tasik Serai Alam/Tasik Mandau Kawasan Masyarakat Budaya Mandau --- Tradisional Suku Sakai 7 Pantai Pasir Putih Tj.Medang Bahari Rupat Utara Pulau Payung Bahari Rupat Kawasan Masyarakat Budaya Rupat dan Rupat --- Tradisional Suku Akit Utara 10 Ladang Percontohan Riset Gambut Ilmu Pengetahuan Mandau 500 Sumber : BPS, Kabupaten Bengkalis, Pertambangan Sektor ini masih merupakan sumber penerimaan terbesar bagi Kabupaten Bengkalis. Kapasitas produksi pertambangan minyak bumi yang dikelola oleh Chevron di Kecamatan Mandau mencapai barrel/tahun, dan gas bumi MSCF/tahun. Lapangan minyak Chevron yang masih berproduksi adalah Duri, Melibur dan Lapangan Selatan berupa daratan (onshore), Selain potensi pertambangan minyak, pertambangan pasir laut juga potensial untuk dikembangkan. Lokasi yang cukup potensial adalah Pulau Rupat. Namun hingga saat ini penambangan pasir laut masih menjadi kontroversi berkaitan dengan kelestarian lingkungan, terutama sebagai objek wisata pantai dan sentra perikanan laut. 2.2 PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN BENGKALIS Perekonomian Kabupaten Bengkalis tahun 2009 menunjukkan kinerja yang baik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik berdasarkan harga konstan tahun 2000 maupun harga berlaku. Jumlah PDRB (tanpa migas) berdasarkan harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp 13,29 triliun atau naik 19,88% dari tahun 2008 sebesar Rp 11,08 triliun. Naiknya nilai PDRB tersebut tidak terlepas dari peran sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa yang mengalami kenaikan. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-23

52 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Tabel Distribusi PDRB Tahun Menurut Harga Berlaku (Milyar Rp) No Sektor Pertanian , , , ,70 2 Pertambangan , , , ,50 3 Industri Pengolahan , , , ,10 4 Utilitas , , , ,30 5 Konstruksi , , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi , , , , , , , ,10 8 Jasa Keuangan , , , ,30 9 Jasa-Jasa , , , ,40 PDRB dengan Migas , , , ,00 PDRB tanpa Migas , , , ,80 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis, Bengkalis Dalam Angka 2010 Tingkat pertumbuhan tertinggi di sektor industri pengolahan sekitar 34,84%, diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 25,38%, dan jasa keuangan sebesar 23,77%. Sektor-sektor yang tumbuh lambat adalah sektor pertambangan, jasa-jasa dan pertanian. Peranan sektoral dari PDRB Kabupaten Bengkalis atas dasar harga berlaku dari tahun masih didominasi sektor pertambangan yang mencapai ratarata 80% dari seluruh PDRB. Sektor PDRB tanpa pertambangan dan industri pengolahan migas paling besar adalah perdagangan, hotel dan restoran, diikuti sektor pertanian. Untuk menjadikan Kabupaten Bengkalis sebagai pusat perdagangan yang didukung oleh industri yang kuat, maka upaya pembangunan harus lebih dikonsentrasikan pada pembangunan infrastruktur yang memadai sesuai dengan tuntutan dan standard yang diperlukan untuk menjadi pusat kegiatan ekonomi, seperti tersedianya pembangkit listrik dengan kapasitas tinggi, tersedianya pelabuhan/terminal barang/cargo, jaringan transportasi yang menuju pusat-pusat perekonomian yang memadai dan dengan biaya yang murah, adanya jaringan pelayanan telekomunikasi dan air bersih yang memadai, dan sebagainya. Guna memperoleh informasi yang riil terhadap perkembangan Produk GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-24

53 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana faktor inflasi diminimalkan pengaruhnya, maka berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh gambaran bahwa tingkat per tumbuhan yang terjadi pada tahun 2009 tidak sebesar PDRB yang dihitung berdasarkan harga berlaku. Jumlah PDRB (tanpa migas) berdasarkan harga konstan 2000 pada tahun 2009 sebesar Rp triliun atau naik 7,13% dari tahun sebelumnya yakni tahun 2008 dengan nilai Rp. 2,98 triliun. Sektor perdagangan sebagai salah satu sektor kunci pada tahun 2009 perannya dalam perekonomian mengalami peningkatan dari 31,17% menjadi 31,45% demikian pula untuk sektor jasa naik dari 14,36% menjadi 14,87%. Sedangkan sektor pertanian terus mengalami penurunan selama periode , dari 27,72% menjadi 25,83%. Kontribusi sektor pertambangan migas terhadap pembentukan PDRB Kabupaten juga terus mengalami penurunan, walaupun peranannya masih sangat dominan dan seluruh sektor ekonomi trumbuh karena adanya aktivitas sektor pertambangan. Tabel Distribusi PDRB Tahun Menurut Harga Konstan Tanpa Migas Tahun 2000 (Rp milyar) No. Sektor Pertanian , , , ,00 2 Pertambangan , , , ,30 3 Industri Pengolahan , , , ,80 4 Utilitas , , , ,70 5 Konstruksi , , , ,70 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran , , , ,50 7 Transportasi dan , , , ,40 Komunikasi 8 Jasa Keuangan , , , ,80 9 Jasa-Jasa , , , ,10 PDRB dengan Migas , , , ,40 PDRB tanpa Migas , , , ,10 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis, 2010 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis (PDRB tanpa migas) pada GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-25

54 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, yakni dari 7,93 persen pada tahun 2008 menjadi 7,13 persen pada tahun Kenaikan penerimaan PDRB tidak sama pada setiap sektor, struktur perekonomian Kabupaten Bengkalis didominasi oleh 3 sektor kunci, yakni sektor perdagangan diikuti oleh sektor pertanian sebesar 29,85 persen, industri dan jasa-jasa. Berdasarkan perhitungan PDRB dengan harga konstan tidak dapat dipungkiri bahwa secara riil peran sektor pertanian di Kabupaten Bengkalis masih kuat, namun ketika dibandingkan dengan perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku terlihat bahwa telah terjadi diskriminasi terhadap tingkat perkembangan harga yang cukup tajam, di mana tampak bahwa harga atas barang-barang pertanian mengalami tekanan yang cukup berat sehingga mengakibatkan harga jual barang pertanian menjadi lebih murah, sementara terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor industri harga jualnya cukup tinggi. Kondisi ini menggambarkan bahwa para petani masih belum memperoleh kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan tingkat kesejahteraannya oleh karena harga atas output yang dihasilkannya masih memiliki nilai yang rendah, pada hal di sektor ini cukup banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidupnya. Rendahnya harga atas output yang dihasilkan sektor pertanian tersebut, lebih disebabkan oleh karena pada sektor ini kebijakan-kebijakan yang dirumuskan dalam pengembangan pertanian masih berorientasi pada on farm (usaha tani) dan bersifat parsial belum bersifat komprehensif. Oleh karenanya jika ingin sektor pertanian Kabupaten Bengkalis dapat berkembang dengan baik dan memberikan nilai tambah berupa meningkatnya kesejahteraan petani dan semakin mapannya peran sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian Kabupaten Bengkalis, maka pemerintah perlu melakukan kebijakan pertanian yang berorientasi pada sistem agribisnis terpadu dengan fokus perhatian pada: 1. Pengembangan kegiatan sektor hulu (up stream), yakni kebijakan yang bertujuan mengefisiensikan dan meminimalkan biaya input bagi petani guna menjaga keberlangsungan kegiatan usaha tani seperti usaha pembenihan, industri pupuk, rekayasa teknologi yang akan dapat meningkatkan kinerja petani, peralatan mesin pertanian beserta suku cadang, dan sebagainya. 2. Pengembangan kegiatan sektor hilir (down stream), yaitu berupa kegiatan yang mampu menampung hasil pertanian dengan tingkat harga yang wajar dan mampu memberikan nilai tambah bagi petani itu sendiri. 3. Pengembangan sistem pendukung (supporting system), berupa kebijakan yang GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-26

55 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN mampu memberikan mendukung bagi berkembangnya sektor pertanian secara menyeluruh mulai dari tingkat hulu, usaha tani, maupun tingkat hilir. Dukungan tersebut adalah menyangkut aspek kelembagaan distribusi/pemasaran, penyediaan sumber permodalan, dan kelembagaan pengambil kebijakan (policy maker) yang mampu mewujudkan suasana yang kondusif bagi berkembangnya kegiatan sektor pertanian. Tabel Indikator Makro Perekonomian Uraian PDRB non Migas ADH Berlaku (Rp. Milyar) 7.532, , , ,80 2 PDRB non Migas AHD 2000 (Rp. Milyar) 2.556, , , ,95 3 PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp. Juta) 14,60 16,80 20,30 24,10 4 PDRB Per kapita ADH Konstan (Rp. Juta) 4,94 5,12 5,46 5,79 Pendapatan Regional Per Kapita ADH Berlaku 5 (Rp. Juta) 13,30 15,40 18,60 22,00 6 Pendapatan Regional Per Kapita ADH Konstan (Rp. Juta) 4,52 4,68 4,99 5,29 7 Pertumbuhan Ekonomi (%) 7,87 7,99 7,97 7,13 Sumber : BPS Kabupaten Bengkalis, Tahun 2010 Dari berbagai hal tersebut di atas, maka secara umum bahwa kinerja perekonomian di Kabupaten Bengkalis selama tahun 2009 apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya tahun 2008 dari sisi pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, namun dari sisi PDRB pertumbuhan PDRB tanpa minyak dan gas, menunjukkan peningkatan. Dilihat pada beberapa indikator ekonomi makro dimana jumlah PDRB, PDRB Perkapita, pendapatan per kapita yang dicapai lebih tinggi maka masih menunjukkan kinerja ekonomi yang cukup baik. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-27

56 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Keuangan daerah Kabupaten Bengkalis dikelola sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 junto Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, serta peraturan perundangundangan lain yang terkait. Secara spesifik pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Bengkalis diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, asas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, kerugian daerah, pengelolaan keuangan BUMD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, serta sistem informasi keuangan daerah. Pedoman penatausahaan pelaksanaan APBD setiap tahun diatur tersendiri dalam Peraturan Bupati yang biasanya ditetapkan pada akhir Desember sebagai pedoman pelaksanaan APBD tahun berikutnya. Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah menjadi komitmen pemerintah daerah Kabupaten Bengkalis adalah keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi, diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-1

57 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN APBD merupakan instrumen yang menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah. Landasan administrasi yang mengatur pengelolaan anggaran daerah antara lain prosedur dan teknis penganggaran harus secara tertib dan taat azas agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik dan benar. Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah antara lain adalah: (1) pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja: (2) penganggaran pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; (3) semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dibukukan dalam rekening Kas Umum Daerah. Aspek penting dalam penyusunan anggaran adalah penyelarasan kebijakan (policy). perencanaan (planning) dengan penganggaran (budget) antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan pemerintah provinsi agar tidak tumpang tindih. Penyusunan APBD pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. Perubahan APBD dimungkinkan jika terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD seperti : terdapat keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja, serta terjadi keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya dan harus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun berjalan. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa : (1) laporan realisasi anggaran, (2) neraca, (3) laporan arus kas, dan (4) catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan dan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia PENERIMAAN DAERAH Sumber penerimaan daerah terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan milik Daerah GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-2

58 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan yang terdiri dari Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus; 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah serta Perkembangan target Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bengkalis selama kurun waktu 5 tahun. Pemerintah Daerah tidak mempunyai sumber-sumber pendapatan lain, kecuali yang telah ditentukan peraturan perundang-undangan. Apabila Pemerintah Daerah tidak mengambil langkah-langkah yang kreatif inovatif untuk menggali potensi pendapatan asli daerah, maka ketergantungan dari Pemerintah Pusat semakin tinggi. Kabupaten Bengkalis menjadi daerah otonom yang memiliki kapabilitas PAD rendah, hanya mencapai 4 % dari total APBD tahun Apabila diperhatikan trend PAD sejak tahun , PAD Kabupaten Bengkalis dapat dilihat dari grafik berikut : Gambar 3.1 Trend PAD dan Kontribusinya Terhadap Penerimaan Daerah , , ,8 2,7 1, ,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 - PAD Kontribusi thd Penerimaan Daerah (%) Data laporan tahunan sosial ekonomi Kabupaten Bengkalis tahun 2010 menunjukan realisasi penerimaan keuangan Kabupaten Bengkalis 2009 mencapai Rp. 3,54 trilyun, turun 20,28 persen dibanding 2008 sebesar Rp. 4,471 trilyun. Penerimaan keuangan terbesar dari Sisa Anggaran Tahun Lalu mencapai Rp. 1,818 triliun (51,37%), Dana Perimbangan sebesar Rp. 1,528 trilyun (43,19 %) dan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 138,345 milyar (3,91%). Melalui Tabel 3.1 dapat dilihat perkembangan penerimaan daerah Kabupaten Bengkalis tahun GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-3

59 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Tabel 3.1. Realisasi Penerimaan Keuangan, (Juta Rupiah) URAIAN A. PENERIMAAN DAERAH Sisa Anggaran Tahun Lalu Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba BUMD Penerimaan Lainnya Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus B. PENERIMAAN LAIN-LAIN TOTAL PENERIMAAN Sumber : Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Bengkalis (Dalam Laporan Tahunan Sosial Ekonomi Kabupaten Bengkalis, 2010) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Realisasi PAD Kabupaten Bengkalis tahun 2009 sebesar Rp. 138,345 milyar naik 13,54% dibanding 2008 sebesar Rp milyar. Kenaikan PAD tahun 2009 terutama disebabkan meningkatnya laba BUMD mencapai 75,11% dari Rp milyar menjadi Rp milyar. Retribusi daerah dan penerimaan lainnya juga mengalami peningkatan di tahun 2009 masing-masing sekitar 0,51 % dan 17,23%. Sedangkan dana penerimaan pajak daerah turun sekitar 1,71% dari Rp milyar tahun 2008 menjadi 23,835 milyar tahun Secara keseluruhan, kontribusi penerimaan lainnya terhadap PAD Kabupaten Bengkalis Tahun 2009 merupakan yang terbesar mencapai 67,73%, pajak daerah mencapai 17,23%, retribusi daerah sekitar 9,87% dan laba BUMD hanya 5,18%, seperti terlihat dari Gambar 3.2 berikut. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-4

60 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Gambar 3.2 Realisasi Bagian Penerimaan PAD (Milyar Rupiah) Tahun ,23% 9,87% 67,73% 5,18% Pajak Daerah Retribus i Daerah Laba BUMD Penerimaan Lainnya Pajak Daerah Walaupun pajak daerah Kabupaten Bengkalis terus mengalami kenaikan dari tahun , namun kontribusinya tidak mengalami peningkatan berarti. Tahun 2005 penerimaan pajak daerah hanya Rp. 7,327 milyar dengan kontribusi mencapai 21% terhadap PAD, kecenderungan penurunan terjadi di tahun 2005 menjadi hanya Rp. 6,631 milyar dan kontribusinya menurun jauh hanya menjadi sekitar 5,10%. Gambar 3.3 Penerimaan Pajak Daerah dan Kontribusinya Terhadap PAD Tahun ,99 19, , , , Penerimaan (Rp. Milyar) Kontribusi (%) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-5

61 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Pada tahun 2007 pajak daerah Kabupaten Bengkalis kembali naik menjadi Rp. 9,377 milyar dan kontribusinya meningkat menjadi 5,31%. Perbaikan terus terjadi hingga tahun 2008 dengan penerimaan pajak mencapai Rp. 24,240 milyar dan kontribusnya mencapai 19,90%. Namun di tahun 2009 kembali terjadi penurunan menjadi Rp. 23,825 milyar dengan kontribusi 17,23%. Retribusi Daerah Perkembangan retribusi daerah sama halnya dengan pajak daerah. Tahun 2005 jumlahnya hanya Rp.6,234 milyar namun kontribusnya cukup besar mencapai 18,71%. Tahun 2006 jumlahnya meningkat menjadi Rp. 8 milyar tetapi kontribusinya turun jauh menjadi hanya 6,33% terhadap PAD Kabupaten Bengkalis. Tahun 2007 dan 2008 terus terjadi peningkatan yang berarti di dalam penerimaan retribusi, baik dari jumlahnya maupun kontribusnya terhadap PAD. Pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi Rp. 13,652 milyar dengan kontribusi yang berkurang menjadi hanya 9,87%. Gambar 3.4 Retribusi Daerah dan Kontribusinya Terhadap PAD Tahun , , ,0 16, , ,15 9,87 12,0 10, ,62 8, ,33 6,0 4,0 2, Retribusi Daerah (Rp. Milyar) Kontribusi (%) Laba BUMD Laba BUMD dari tahun 2005 hingga tahun 2009 terus meningkat, rata-rata 101,85%. Laba BUMD tertinggi dibukukan pada tahun 2007 sebesar Rp. 8,353 milyar atau sekitar 7,43% dari total PAD Kabupaten Bengkalis. Namun di tahun 2008 terjadi GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-6

62 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN penurunan sekitar 51% dibanding tahun 2007 menjadi Rp. 4,090 milyar, dan ditahun 2009 kembali meningkat sekitar 75,11% menjadi Rp. 7,161 milyar. Gambar 3.5 Laba BUMD dan Kontribusinya Terhadap PAD Tahun , , , , ,18 5, , , ,36 4,0 3, , , Laba BUMD (Rp. Milyar) Kontribusi (%) Dana Perimbangan Dana perimbangan merupakan sumber pembiayaan utama bagi pembangunan Kabupaten Bengkalis, walaupun SiLPA tahun 2008 yang digunakan untuk tahun 2009 masih lebih besar. Namun sumber dana SiLPA tersebut juga merupakan sisa penerimaan dari dana perimbangan tahun Bila dilihat dari struktur dana perimbangan Kabupaten Bengkalis tahun 2009, komponen utamanya adalah bagi hasil bukan pajak yang diperoleh dari eksploitasi SDA yang ada di Kabupaten Bengkalis, yaitu komoditi minyak mentah dan gas serta produk olahannya mencapai 80,09%. Gambar 3.6 Distribusi Penerimaan Dana Perimbangan Tahun Dana Alokasi Khusus 1,70% Bagi Hasil Pajak 18,21% Bagi Hasil Bukan Pajak 80,09% GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-7

63 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Sebagai daerah yang memiliki sumber pembiayaan dari dana bagi hasil, penerimaan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus di Kabupaten Bengkalis tidak memberikan kontribusi berarti, hanya 1,70% dari total dana perimbangan yang diperoleh. Sedangkan penerimaan dari bagi hasil pajak, kontribusinya mencapai 18,21% dari penerimaan dana perimbangan. Bagi Hasil Pajak Penerimaan dana perimbangan dari bagi hasil pajak meningkat dari tahun 2005 sebesar Rp. 209,016 milyar menjadi Rp. 278,353 milyar di tahun Selain peningkatan dalam nominal juga terjadi perbaikan kontribusinya, dari 13,72% menjadi 18,21% terhadap total penerimaan dana perimbangan. Secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan penerimaan bagi hasil pajak sekitar 8,29% pertahun. Gambar 3.7 Bagi Hasil Pajak dan Kontribusinya Terhadap Dana Perimbangan Tahun , , ,21 18,0 16, , , , ,0 12, , ,0 6, , , Bagi Hasil Pajak (Rp. Milyar) Kontribusi (%) Tren penerimaan bagi hasil pajak mengalami kenaikan hingga tahun 2007, namun setelahnya terus mengalami penurunan rata-rata 8,52% hingga tahun Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian, karena kemandirian daerah selain dari Pendapatan Asli Daerah juga dilihat dari bagi hasil sektor pajak. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-8

64 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi hasil bukan pajak sebagai komponen dari dana perimbangan merupakan sumber penerimaan terbesar bagi Kabupaten Bengkalis. Tahun 2009 mencapai Rp ,5 milyar atau sekitar 80% dari total dana perimbangan yang diperoleh. Nilai tersebut sama dengan 8,85 kali besar PAD Kabupaten Bengkalis. Namun di dalam realisasinya, penerimaan dari bagi hasil bukan pajak ini tidak dapat diprediksi dengan tepat karena adanya fluktuasi harga minyak dunia dan lifting minyak dari perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Bengkalis, dengan demikian penerimaan sektor ini sangat dipengaruhi faktor eksternal. Gambar 3.8 Bagi Hasil Bukan Pajak dan Kontribusinya Terhadap Dana Perimbangan Tahun , ,59 86, ,68 80,09 90,0 80,0 70,77 70, ,0 50, ,0 30, ,0 10, Bagi Hasil Bukan Pajak (Rp. Milyar) Kontribusi (%) Gambar di atas memperlihatkan fluktuasi penerimaan dana perimbangan dari bagi hasil bukan pajak yang mengalami penurunan sejak tahun 2005 dan kontribusinya juga semakin turun menjadi 80% dibandingkan dengan tahun 2005 yang mencapai 85,50% Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi, Dana Bagi Hasil menjadi primadona penerimaan sehingga Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus menjadi sangat kecil atau tidak memberi besaran yang berarti. Bahkan di tahun 2006, kedua sumber penerimaan tersebut tidak diperoleh sama sekali. Rata-rata penerimaan dari dana alokasi tersebut kurang dari 0,1%. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-9

65 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Gambar 3.9 DAU dan DAK dan Kontribusinya Terhadap Dana Bengkalis Tahun , ,11 0,1 0, , , , , , ,01 0,02 0, DAU & DAK Kontribusi (%) PENGELOLAAN BELANJA DAERAH Sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, pada tahun anggaran struktur belanja dalam APBD Kabupaten Bengkalis terdiri dari belanja aparatur dan belanja pelayanan publik. Pada tahun anggaran struktur belanja dipilah atas belanja tidak langsung dan belanja langsung, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 junto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Belanja tidak langsung meliputi; Belanja pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan, tambahan penghasilan pegawai, penerimaan lainnya untuk pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dan biaya pemungutan pajak daerah. Belanja bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas pinjaman pemerintah daerah kepada pihak lainnya. Subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat. Belanja hibah yaitu pemberian hibah untuk penyelenggaraan program dan kegiatan yang bersifat cross cutting issue. Bantuan Sosial yaitu bantuan sosial organisasi kemasyarakatan antara lain bantuan keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan dan bantuan partai politik. Untuk Belanja tidak langsung dan belanja langsung dapat dijelaskan sebagai berikut : GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-10

66 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung. Belanja Bagi Hasil meliputi belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kepada Desa/Kelurahan. Bantuan Keuangan yang bersifat umum maupun khusus kepada Desa/Kelurahan. Belanja tak terduga untuk kegiatan yang sifatnya tidak bisa atau diharapkan tidak terulang. 2. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung meliputi; Belanja Pegawai, dipergunakan untuk pengeluaran honorarium PNS, honorarium non PNS dan uang lembur. Belanja Barang dan Jasa dipergunakan untuk pengeluaran bahan habis pakai, bahan material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak dan penggandaan, sewa alat berat, sewa perlengkapan, sewa perlengkapan dan alat kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus, perjalanan dinas, beasiswa pendidikan PNS, kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis perjalanan pindah tugas dan lain sebagainya. Belanja Modal dipergunakan untuk pengeluaran pengadaan tanah, alat-alat berat, alat-alat angkutan darat bermotor, alat-alat angkutan darat tidak bermotor, alat-alat angkutan di air bermotor, alat-alat angkutan di air tidak bermotor, alat-alat bengkel, alat-alat pengolahan pertanian dan peternakan, peralatan kantor, perlengkapan kantor, komputer dan lain-lain. Realisasi pengeluaran keuangan Kabupaten Bengkalis 2009 mencapai Rp milyar berarti 87,92% persen dari total belanja yang dianggarkan. Realisasi pengeluaran tersebut meningkat sekitar 11,07% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp milyar. Realisasi belanja langsung menjadi komponen terbesar pengeluaran Kabupaten Bengkalis yang mencapai 60,22% tahun 2009 yaitu sebesar Rp milyar, sedangkan di dalam anggaran mencapai 63,17%. Tahun 2009 dianggarkan defisit mencapai 47% dari penerimaan, namun dalam realisasinya hanya mencapai 39,74%. Dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, sebenarnya tahun 2009 terjadi penurunan kinerja keuangan daerah karena di tahun 2008 terjadi surplus sekitar 47,67% di anggaran dan 8,93% di dalam realisasinya. Pada Tahun Anggaran 2008 hingga 2009, peningkatan realisasi penyerapan anggaran belanja mencapai 11,7% menunjukkan bahwa tingkat penyerapan dalam batas proporsi yang masih ideal karena dalam realisasi sebuah anggaran akan dipengaruhi berbagai hal, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Rincian GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-11

67 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN selengkapnya untuk alokasi anggaran dan realisasi belanja daerah dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.2. Ringkasan Realisasi Pengeluaran Keuangan Tahun 2008 dan 2009 (juta rupiah) Belanja Anggaran Realisasi Belanja Tidak Langsung 2 Belanja Langsung Jumlah Belanja Surplus (Defisit) ( ) ( ) ( ) ARAH PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAERAH Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri dari; Penerimaan pembiayaan yang mencakup SiLPA tahun anggaran sebelumnya, Pencairan dana cadangan, Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, Penerimaan pinjaman daerah, Penerimaan kembali pemberian pinjaman, Penerimaan piutang daerah, Penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, dan Penerimaan kembali dana talangan. Pengeluaran pembiayaan yang mencakup; Pembentukan dana cadangan, Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, Pembayaran pokok utang, Pemberian pinjaman daerah, Pembayaran utang belenja, Pemberian dana talangan dan SiLPA tahun berkenaan. Bertolak pada kondisi Kabupaten Bengkalis saat ini dibutuhkan peran serta masyarakat dalam proses percepatan pembangunan karena sangat mustahil visi dicapai tanpa dukungan semua pemangku kepentingan. Untuk itu peran sektor swasta sangat penting dalam mewujudkan capaian target indikator ekonomi makro Kabupaten Bengkalis, mengingat tingkat multiplier effect APBD terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Bengkalis hanya 0,094 atau proporsinya 9,4%, maka GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-12

68 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN diperlukan investasi swasta yang sangat besar yaitu mencapai 90% lebih. Simbiosis mutualisme antara pemerintah, swasta dan masyarakat dengan dukungan investasi swasta dalam berbagai sektor diharapkan menjadi sumber pembiayaan pembangunan baik langsung maupun tidak langsung ARAH PENGELOLAAN ASET DAERAH Arah pengelolaan aset meliputi penatausahaan aset dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan aset barang daerah. Penatausahaan aset terdiri dari pencatatan dan pelaporan akuntasi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai/ digunakan. Pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin dan berkala tidak dikapitalisasi. Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi salah satu kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat. Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana diuraikan di atas berupa perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya. Penyusutan sebagaimana diuraikan di atas merupakan penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. Pengelolaan aset daerah berpedoman pada Standar Akuntasi Pemerintah (SAP) KERANGKA PENDANAAN Pendapatan asli daerah merupakan komponen pendapatan yang penggaliannya sangat tergantung pada kinerja dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Sehingga keberhasilan Pemerintah Daerah dalam menggali potensi pendapatan asli daerah akan mendongkrak tingginya pendapatan daerah. Dengan segala potensi yang dimiliki Kabupaten Bengkalis diprediksikan Pendapatan Asli Daerah pada tahun akan mengalami peningkatan, utamanya dari obyek pajak daerah dan retribusi daerah. Proyeksi pertumbuhan rata-rata PAD selama kurun waktu sebesar 25% per tahun. Pajak daerah diprediksi akan mengalami kenaikan secara bertahap rata-rata sebesar 25%, dengan asumsi kondisi perekonomian stabil. Sedangkan kontribusi pajak terhadap PAD diproyeksikan sebesar 18,33% tahun Gambaran tentang prediksi PAD dan pajak daerah Kabupaten Bengkalis tahun , dapat lihat pada tabel 3.3 berikut ini. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-13

69 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Tabel 3.3 Prediksi Penerimaan Keuangan Tahun (juta Rupiah) URAIAN PENDAPATAN DAERAH 2,306, ,629,278 2,808,582 3,005, Pendapatan Asli Daerah 188, , , , ,855 Pajak Daerah 34,530 43,163 51,795 62,154 74,585 Retribusi Daerah 18,156 22,695 27,234 32,681 39,217 Laba BUMD 9,757 12,196 14,636 17,563 21,075 Penerimaan Lainnya 125, , , , , Dana Perimbangan 2,050,279 2,150,356 2,255,743 2,366,844 2,484,096 Bagi Hasil Pajak 333, , , , ,751 Bagi Hasil Bukan 1,609,968 1,666,317 1,724,638 1,785,001 1,847,476 Pajak/SDA Dana Alokasi Umum 72,353 77,521 82,689 87,857 93,025 Dana Alokasi Khusus 34,135 39,312 44,490 49,667 54, Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 67,605 85,000 90, , , PEMBIAYAAN DAERAH 3.1 Penerimaan Pembiayaan 1,100, , , , ,000 Daerah SiLPA 1,100, , , , ,000 TOTAL PENERIMAAN 3,406,243 2,670,805 2,819,278 2,988,582 3,175,339 Sumber : Estimasi Data Keuangan Kabupaten Bengkalis, 2010 Post Anggaran Penerimaan pembiayaan daerah dari sisa anggaran tahun lalu (SiLPA), diprediksi persentasenya turun dari 37% ditahun 2011 menjadi hanya 5,5% pada tahun Tingginya angka Silpa pada tahun 2011 lebih disebabkan karena masa transisi RPJMD menjadi RPJMD Dengan lebih fokusnya pelaksanaan pemerintahan, maka SiLPA pada tahun 2012 diprediksi menurun jauh dari 37% menjadi 7,7%. Penerimaan utama APBD Kabupaten Bengkalis masih bertumpu pada dana perimbangan, yaitu dana bagi hasil bukan pajak yang berkisar sekitar 75% dari Total Dana Perimbangan. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN III-14

70 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun merupakan dokumen perencanaan yang tetap mengikuti arahan dan mengacu pada RPJM Nasional, RPJMD Provinsi dan RPJPD Kabupaten Bengkalis Tahun Oleh karena itu isu-isu strategis pada RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun berkaitan erat dengan isu-isu RPJM Nasional ( ), RPJM Provinsi ( ), RPJPD Kabupaten Bengkalis Tahun dan RPJMD Kabupaten Bengkalis Tahun Berikut ini, disusun rangkaian isu-isu strategis pembangunan kabupaten Bengkalis yang dipengaruhi oleh RPJM Nasional yang berdampak kepada daerah, RPJM Provinsi Riau, RPJPD Kabupaten Bengkalis ( ) dan evaluasi pelaksanaan atau hasil-hasil yang dicapai di dalam RPJMD Bengkalis tahun ISU STRATEGIS NASIONAL (RPJMN) YANG BERDAMPAK KEPADA KABUPATEN BENGKALIS. Isu-isu strategis merupakan identifikasi masalah kekinian yang diproyeksikan akan dihadapi dalam satu periode pembangunan jangka menengah dalam skala nasional, regional maupun internasional yang memiliki keterkaitan langsung maupun tidak langsung sebagai akibat dari hubungan interaksi lintas wilayah, sektor maupun isu-isu ekonomi dan politik yang lebih besar. Sehingga dalam dokumen RPJMD diperlukan telaahan terkait proyeksi isu terkini yang berdampak terhadap pembangunan daerah lima tahun ke depan Visi Indonesia Indonesia memiliki modal yang sangat besar, baik sumber daya alam, letak geografis yang strategis, struktur demografis penduduknya yang ideal, sumber daya kultural yang beragam dan kuat, serta masyarakatnya yang memiliki potensi dan kreativitas yang tidak terbatas untuk dapat merubah krisis dan tantangan menjadi peluang dan kesempatan. Di bidang energi, Indonesia memiliki berbagai sumber energi ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-1

71 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN mulai dari minyak bumi, gas, batubara dan sumber energi yang terbarukan yang melimpah seperti geotermal dan air, disamping itu tersedia lahan yang luas dan subur sehingga bisa ditanami dengan berbagai komoditas pangan dan pertanian. Penduduk Indonesia memiliki potensi yang besar di berbagai bidang, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan budaya, olahraga, serta kreativitas. Dengan perkiraan ekonomi dunia akan mengalami pemulihan secara bertahap, serta tidak lagi terjadi gejolak (shock) berskala global yang baru, maka kinerja ekonomi nasional juga akan pulih secara bertahap. Kinerja ekonomi Indonesia telah dan terus diupayakan untuk mengatasi dampak krisis dengan memacu potensi ekonomi dalam negeri, fondasi ekonomi dan stabilitas harus tetap dapat dipelihara dan bahkan harus diperkuat. Dengan kondisi itulah, rata-rata pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun ke depan akan dapat dijaga pada kisaran 6,3%-6,8%. Jika pemulihan ekonomi global terjadi secara lebih cepat dan tidak terjadi gejolak ekonomi baru, melalui strategi penguatan ekonomi domestik dan penguatan ekspor, maka pertumbuhan ekonomi rata-rata tersebut dapat dipacu lebih tinggi dan pada akhir periode lima tahun ke depan mencapai 7% atau lebih. Dengan pertumbuhan ini, tingkat kemiskinan akan dapat diturunkan menjadi 8%-10% dan tingkat pengangguran terbuka menjadi 5%-6%. Pengalaman lima tahun terakhir memberikan pelajaran bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat bila disertai pemerataan kesejahteraan melalui kebijakan ekonomi yang berpihak nyata pada kelompok masyarakat yang paling lemah. Kebijakan ekonomi harus dengan pendekatan yang menyeluruh dan seimbang, konsisten dan adil. Kemiskinan terjadi bukan sekadar karena belum terpenuhinya kebutuhan pokok, tetapi kemiskinan terjadi karena tidak adanya hak dan akses untuk memenuhi kebutuhan pokok. Akses tidak hanya mencakup ketersediaan pasokan kebutuhan pokok yang berkualitas sesuai dengan lokasi kebutuhan, tetapi juga keterjangkauan harganya, dan keamanan pasokan sepanjang waktu. Oleh karena itu, rakyat Indonesia akan menjadi sejahtera bila hak dan aksesnya untuk memenuhi kebutuhan dasar terjamin. Mekanisme pasar dan globalisasi tidak dapat diandalkan untuk secara otomatis menyejahterakan rakyat. Bahkan mekanisme pasar tanpa batas telah membuahkan krisis keuangan global yang berdampak luas dan dapat menyengsarakan masyarakat dunia. Peranan pemerintah yang kuat, cerdas, bersih, dan efisien sangat penting dalam melindungi kelompok masyarakat yang rentan denhan menjaga kepentingan negara dan rakyat dari eksploitasi pasar yang tidak terbatas. Reformasi birokrasi dan peranan pemerintah yang efektif dan bebas dari konflik kepentingan menjadi suatu keharusan dalam menjaga kepentingan nasional ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-2

72 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN dan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir telah mencapai hampir 6%, yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak krisis ekonomi terjadi tahun Tingkat pengangguran dan kemiskinan juga mengalami penurunan. Namun, tingkat pengangguran dan kemiskinan masih harus terus diturunkan. Saat ini masih banyak masyarakat yang hidup di sekitar dan di bawah garis kemiskinan. Kehidupan mereka masih sangat rentan terhadap berbagai gejolak, terutama gejolak harga pangan. Persoalan kemiskinan adalah persoalan yang harus ditangani secara lebih substantif dan mendasar. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan menjamin pemerataan (growth with equity) harus didukung dengan stabilitas dan fundamental negara yang kuat. Pertumbuhan ekonomi yang memihak masyarakat hanya tercapai bila alokasi anggaran belanja pemerintah secara sungguh-sungguh dirancang untuk benar-benar memihak masyarakat dan membantu mereka keluar dari lingkaran kemiskinan. Perlindungan sosial juga harus terus diberikan bukan hanya karena merupakan kewajiban konstitusional, namun juga karena pertimbangan strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang produktif, terdidik, terampil, dan sehat. Manusia seperti ini akan menjadi modal berharga bagi bangsa yang kuat, unggul dan berdaya saing dalam menghadapi berbagai tantangan, baik pada lingkup nasional, regional maupun internasional. Kita harus menunjukkan proses perbaikan kualitas manusia Indonesia secara konsisten. Untuk itu diperlukan sebuah sistem pemerintahan yang demokratis yang memberikan jaminan akses kepada setiap rakyatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tujuannya agar kebijakan yang diambil memang bermanfaat dan ditujukan sebesar-besarnya untuk mencapai kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, upaya konsolidasi demokrasi harus tetap dilanjutkan, kebebasan berpendapat harus makin dijamin dan pilar-pilar demokrasi harus makin ditegakkan yang diimbangi dengan peningkatan kepatuhan hukum. Indonesia berhasil melalui sebuah proses transformasi politik dari negara otoriter menjadi sebuah negara dengan tatanan politik yang lebih demokratis. Konsolidasi demokrasi telah berhasil dilaksanakan dengan baik melalui proses pemilihan umum baik di tingkat nasional maupun lokal. Ke depan berbagai usaha harus dilakukan untuk membawa demokrasi prosedural ini menjadi demokrasi substansial. Di dalam konstitusi Indonesia dengan tegas dinyatakan prinsip-prinsip pengawasan antar kekuasaan secara timbal balik dan berimbang, konstitusi juga ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-3

73 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN secara tegas memuat sejumlah pasal yang berisi pengakuan terhadap hak asasi manusia. Sebagai negara hukum yang demokratis, supremasi hukum, pemerintahan yang bertanggung jawab, partisipatif dan terbuka, serta penghargaan terhadap hak asasi manusia mutlak harus diwujudkan. Indonesia saat ini telah menjadi sebuah negara dengan tata kelola pemerintah yang lebih baik, lebih bersih dan lebih berwibawa dan bebas dari berbagai kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan. Upaya ini harus terus diperkuat untuk mewujudkan Indonesia yang bersih, berwibawa dan bebas KKN serta memberikan pelayanan publik yang baik, efisien dan murah bagi berbagai pelaku kepentingan sehingga dihormati oleh dunia internasional. Memperhatikan uraian di atas dan mencermati tantangan ke depan, maka kerangka Visi Indonesia 2014 adalah : TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN Misi Pembangunan Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan pada periode , tentu harus terus dipelihara dan ditingkatkan. Capaian dan prestasi pembangunan di periode adalah salah satu modal dasar yang harus dilanjutkan untuk meraih capaian dan prestasi pembangunan yang lebih baik lagi pada periode Pada periode bangsa Indonesia harus terus berupaya keras untuk mencapai perbaikan di bidang kesejahteraan rakyat, membangun keadilan, penerapan tata kelola pemerintahan yang baik, peningkatan kualitas demokrasi serta menjaga kesatuan dan keamanan negara. Misi Pembangunan Indonesia merupakan bagian awal dari proses menuju cita-cita tersebut. Dalam menjalankan misinya, Indonesia tidak dapat terlepas dari pengaruh kondisi regional dan pengaruh global. Krisis dan gejolak harga pangan dan energi serta krisis ekonomi global yang terjadi sejak awal 2008 dan belum pulih sepenuhnya hingga saat ini, telah mempengaruhi kondisi dunia. Ekonomi dunia mengalami kontraksi ekonomi pada tahun 2009 yang disebabkan rusaknya lembaga-lembaga keuangan dunia yang pada akhirnya akan mempengaruhi secara negatif kegiatan ekonomi riel dan perdagangan dunia. Pada ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-4

74 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN akhirnya tingkat kesejahteraan masyarakat dunia akan mengalami penurunan, dan target penurunan kemiskinan global pada 2015 seperti yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG) juga akan mengalami hambatan. Meskipun pada tingkat pimpinan dunia terdapat inisiatif untuk mengatasi krisis global, antara lain yang telah dilakukan oleh forum G-20, namun pemulihan ekonomi global sepenuhnya masih akan memerlukan proses yang cukup panjang. Hal ini disebabkan perbaikan kembali sektor keuangan, memperbaiki regulasi dan pengawasan sektor keuangan, melakukan program counter cyclical melalui stimulus fiskal dan mencegah proteksionisme dengan terus menjaga arus perdagangan antar negara membutuhkan koordinasi yang rumit antar negara, selain juga melalui proses politik di masing-masing negara yang tidak mudah. Sementara itu, munculnya kesadaran kolektif global mengenai masalah perubahan iklim (climate change) juga akan mempengaruhi strategi pembangunan di semua negara. Setiap negara, baik yang sudah maju maupun yang sedang berkembang memiliki tanggung jawab yang sama meskipun dengan peran dan cara yang berbedabeda dalam mengatasi masalah perubahan iklim global. Wujud dari makin maraknya kesadaran kolektif global atas dampak dari fenomena perubahan iklim adalah makin mengemukanya strategi pembangunan ekonomi yang harus menempatkan kesadaran akan daya dukung lingkungan alam pada prioritas yang tinggi. Bila hal tersebut tidak dilakukan, rangkaian bencana alam akibat ulah manusia dan dampak industrialisasi akan makin sering terjadi dan dapat membahayakan umat manusia sendiri. Upaya Indonesia untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat pada periode masih akan dibayangi oleh kondisi krisis ekonomi global dan agenda perubahan iklim (climate change) tersebut. Indonesia memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,3%-6,8% pada periode dengan asumsi perekonomian global tidak akan mengalami pemburukan dalam periode 2010, stabilitas sektor keuangan dunia sudah pulih, serta harga komoditas pangan dan energi menyesuaikan secara bertahap dan tidak mengalami gejolak tajam. Indonesia memiliki potensi geografi yang strategis yang ditopang oleh sumber daya alam yang memadai, warisan luhur budaya yang kuat, dan sumber daya manusia yang besar dan mendapat pendidikan makin baik dari waktu ke waktu. Dalam lima belas tahun mendatang, komposisi penduduk usia produktif masih akan meningkat, yang berarti menjadi tantangan dan sekaligus kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan investasi sumber daya manusia yang bermutu dan berkesinambungan untuk menciptakan bangsa yang memiliki daya saing yang makin tinggi. ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-5

75 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Bangsa Indonesia saat ini menjadi model transisi demokrasi dunia yang sebelumnya diragukan keberhasilannya akibat kompleksitas dan heterogenitasnya. Proses desentralisasi sistem pemerintahan yang telah dijalankan dari waktu ke waktu telah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Demokrasi dan desentralisasi adalah suatu kombinasi yang kompatibel dan dapat menjadi kekuatan yang dahsyat dalam tatanan ekonomi dan politik global. Untuk mewujudkannya diperlukan upaya yang konsisten secara terus-menerus untuk membangun lembaga pemerintahan yang kompeten, bersih, dan dapat dipercaya melalui proses reformasi yang konsisten Isu-Isu Strategis Nasional Isu strategis berkaitan erat dengan misi pembangunan sebagai rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 2014, yaitu terwujudnya Indonesia Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Misi pemerintah dalam periode diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, serta meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis. Pencapaian misi tersebut tidak dapat terlepas dari kondisi dan tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu yang mempengaruhinya. Paling tidak terdapat 6 isu strategis utama yang dirumuskan secara eksplisit dalam RPJM Nasional yang berkaitan dengan rencana pembangunan Kabupaten Bengkalis lima tahun ke depan. Pertama, optimalisasi pengembangan sektor dan komoditas unggulan dimana selama ini nilai tambah komoditas unggulan dalam tingkat yang rendah. Disamping itu rendahnya peran sektor pariwisata dalam perekonomian wilayah menjadi isu penting karena pariwisata dapat menjadi sektor unggulan yang dapat memberi sumbangan besar dalam pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat; Kedua, keterbatasan sumber daya energi listrik dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal. Belum terpenuhinya permintaan energi listrik wilayah yang terus tumbuh menjadi hambatan bagi laju pertumbuhan investasi yang pada gilirannya menyebabkan stagnasi perkembangan industri manufaktur dan industri jasa; Ketiga, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penanggulangan kemiskinan. Strategi pengembangan difokuskan pada upaya meningkatkan akses ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-6

76 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN pendidikan dasar, menengah dan tinggi, memperluas jangkauan pelayanan kesehatan khususnya kepada rumah tangga miskin, meningkatkan akses pelatihan keterampilan kerja, meningkatkan efektivitas program penanggulangan kemiskinan dengan menjangkau sasaran rumah tangga miskin. Keempat, kualitas birokrasi dan tata kelola. Strategi pengembangan difokuskan pada meningkatkan kualitas legislasi dengan prioritas; penataan Daerah Otonom dan Otonomi Khusus, pembinaan dan fasilitasi dana perimbangan, pembinaan administrasi anggaran daerah, pembinaan dan fasilitasi pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, pembinaan administrasi pejabat negara di daerah dan DPRD, pembinaan dan pengelolaan administrasi kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan bidang pemerintahan dan politik. Kelima, pengembangan kawasan perbatasan, pulau-pulau terdepan dan terpencil. Tingginya potensi penyelundupan dikawasan perbatasan, termasuk perdagangan sumber daya alam ilegal ke negara tetangga sebagai akibat kesenjangan kesejahteraan dengan negara tetangga di kawasan perbatasan; Keenam, kerawanan bencana dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Tingginya frekuensi bencana alam terkait kondisi geologi dan terkait perbuatan manusia seperti banjir, longsor, kebakaran hutan menjadi isu serius baik dalam kaitan dengan tingkat kesejahteraan rakyat maupun dalam kaitan dengan pergaulan antar wilayah. Ketujuh, Strategi pembangunan spasial nasional, adalah mengembangkan enam koridor ekonomi nasional, yang tersebar dari pulau sumatera, Jawa, hingga ke bahagian Timur Indonesia, khusus untuk Pulau sumatera, salah satu wilayah yang masuk dalam pembangunan koridor ekonomi nasional adalah poros Pekanbaru - Duri Dumai - Rupat. Rancang bangun pengembangan koridor ekonomi nasional tersebut akan berfokus kepada penyedian infrastruktur jalan, pengembangan kawasan ekonomi (kawasan industri dan infrastruktur pendukungnya). Pembangun infrstruktur ekonomi tersebut akan diikuti dengan penyiapan paket regulasi khusus yang berlaku di kawasan ekonomi khusus, seperti Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Nasional (KEK) Pulau Rupat dan KEK Dumai. Perencanaan jangka menengah nasional tersebut akan berimplikasi positif terhadap pembangun di Riau umumnya dan Kabupaten Bengkalis khususnya, oleh karena itu rencana pembangunan Kabupaten Bengkalis kedepan seyogyanya disesuaikan dengan arah ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-7

77 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN kebijakan pembangunan nasional agar terjadi sinergitas yang pada akhirnya akan mendorong akselerasi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah. 4.2 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI RIAU Visi dan Misi Pembangunan Provinsi Riau Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Riau (sesuai UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional ) merupakan kristalisasi komitmen dan kesepakatan seluruh lapisan masyarakat. Riau sebagai mana dinyatakan dalam Visi Riau 2020 sesuai Perda No. 36 Tahun 2001 yang relevan untuk melandasi pembangunan jangka panjang hingga tahun 2025, yakni " Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Bathin, di Asia Tenggara Tahun 2010" Dalam upaya mewujudkan Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Riau maka Kepala Daerah menyusun Visi Antara pembangunan jangka menengah lima tahunan kedua yang ditetapkan sebagai Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun yaitu "Terwujudnya Pembangunan Ekonomi yang Mapan dan Pengembangan Budaya Melayu secara Proposional melalui Kesiapan Infrakstruktur dan Peningkatan Pembangunan Pendidikan dalam Masyarakat yang Agamis" a. Pembangunan ekonomi yang mapan merupakan kondisi perekonomian dalam berbagai sektor sudah berjalan dengan baik atau tidak mudah dipengaruhi oleh fluktuasi dan pekembangan perekonomian yang datang dari luar sehingga terwujudnya Propinsi Riau sebagai pusat perekonomian yang memiliki kawasan terbesar, unggul serta mampu bersaing dan berpengaruh dalam seluruh kegiatan ekonomi, perdagangan, dan lalu lintas barang dan jasa. Kemapanan ekonomi ini terletak pada sistem perekonomian yang berbasis kerakyatan. b. Pengembangan Budaya Melayu secara proposional merupakan upaya terusmenerus untuk menggali dan menerapkan nilai-nilai budaya Melayu sebagai jati diri dan menjadi ruh bagi perilaku masyarakat dan pemerintahan dalam karsa dan karya pembangunan di Provinsi Riau. ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-8

78 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN c. Kesiapan Infrastruktur merupakan tersedianya prasarana dasar yang mendukung lancarnya arus barang, jasa, orang, dan informasi antara masyarakat dengan pemerintah serta pelaku ekonomi lainnya. Kesiapan infrakstruktur bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan seluruh potensi daerah sehingga memiliki daya saing yang tinggi dan kapasitas daerah yang kuat untuk kemakmuran rakyat. d. Peningkatan Pembangunan Pendidikan merupakan upaya terus-menerus mempersiapkan sumber daya manusia di Provinsi Riau agar memiliki kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis iman dan takwa. Upaya peningkatan tersebut dilakukan dengan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keadilan dalam memperoleh kesempatan pendidikan bagi semua penduduk melalui penyelenggaraan pendidikan yang responsif terhadap tuntutan dan kebutuhan pembangunan. e. Masyarakat yang Agamis merupakan kondisi kehidupan masyarakat yang mengamalkan ajaran agama secara konsisten untuk terwujudnya suasana kehidupan yang harmonis, sejahtera, lahir dan batin. Misi Pembangunan jangka menengah Provinsi Riau Tahun adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan Kinerja Pemerintah Daerah yang profesional dan bermoral melalui keteladanan pemimpin dan aparat. b. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai kelanjutan pengentasan kebodohan. c. Memperkuat keseimbangan pembangunan antar-wilayah sebagai kelanjutan pembangunan infrakstruktur. d. Meningkatkan pembangunan perekonomian berbasis potensi sumber daya daerah dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui penguatan koperasi dan UKM sebagai kelanjutan pengentasan kemiskinan. e. Meningkatkan penanaman modal untuk mendukung pertumbuhan dan pembangunan perekonomian yang mapan. f. Meningkatkan peran masyarakat dan kelembagaan di pedesaan dalam pembangunan. g. Mewujudkan budaya melayu menjadi payung kebudayaan daerah dan alat pemersatu berbagai budaya yang ada di Provinsi Riau. h. Meningkatkan kualitas lingkungan dan perlindungan lingkungan. i. Meningkatkan kemampuan penanganan permasalahan regional dan global secara terpadu dan berkesinambungan. ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-9

79 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Isu-Isu Strategis Pembangunan Provinsi Riau Dalam upaya mewujudkan visi dan misi Riau di atas, perlu memperhatikan beberapa isu strategis yang harus direspons dalam kebijakan pembangunan Provinsi Riau. Pertama, kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dengan perhatian utama pada pelayanan dasar pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dapat mendorong Link and Match antara dunia pendidikan dengan pasar kerja. Disamping meningkatkan kuantitas pendidikan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan melalui perbaikan layanan, peningkatan penyediaan sarana/prasarana kesehatan serta peningkatan penyediaan dan peningkatan kopetensi tenaga medis di rumah sakit, Puskesmas dan Pos pelayanan Kesehatan di pedesaan dan lain-lain perlu dilakukan. Sedangkan berkenaan dengan ketenagakerjaan lebih ditekankan pada upaya pendekatan keterampilan kerja dan mendorong penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta penguatan iman dan Taqwa (IMTAQ) melalui pendekatan keagamaan baik dalam bentuk jenjang pendidikan formal maupun informal (dakwah), pengajian dll; Kedua, pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pendekatan utama dilakukan melalui penguatan asset ekonomi baik melalui perlindungan/jaminan sosial ekonomi masyarakat, penguatan asset produktif serta kredit usaha rakyat yang diperlukan dengan perluasan jaringan pasar, penguasaan teknologi dan pemberdayaan koperasi serta UKM dalam menunjang pengembangan Agribisnis dan Agroindustri; Ketiga, penyediaan infrakstruktur dalam upaya mendukung peningkatan Investasi, pemerataan pembangunan dan pelayanan kebutuhan masyarakat di wilayah perkotaan, pedesaan, pedalaman, wilayah pesisir, daerah kepulauan, perbatasan, daerah aliran sungai serta penguatan Kawasan Andalan yaitu pusat kegiatan nasional (PKN) pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal dalam bentuk infrakstruktur jalan/jembatan, air bersih, listrik, perhubungan darat, laut dan udara, perumahan dan lain-lain. Keempat, melaksanakan revitalisasi pertanian melalui kerjasama daerah antar Provinsi dan Kabupaten/Kota se-provinsi Riau dengan sasaran pokok ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-10

80 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN mengembangkan agribisnis sistem terpadu, penggunaan teknologi tepat guna, serta reinventing manajemen permodalan yang diimplementasikan dalam program Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM) untuk mencapai swasembada pangan dan atau mengurangi ketergantungan pangan dari luar provinsi Riau. Kemudian melakukan agribisnis peternakan, budidaya perikanan dan agribisnis perkebunan yang diarahkan untuk pengembangan perkebunan dan revitalisasi kebun tua; Kelima, Peningkatan investasi dunia usaha melalui regulasi perizinan seperti pelayanan satu atap (one stop-service), complain board, penguatan promosi investasi, serta dukungan pelayanan infrakstruktur guna mendorong pertumbahan ekonomi baik dalam upaya berkembangnya kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, perdagangan dan sebagainya, yang berpengaruh pada peluang dan kesempatan kerja serta bermuara pada peningkatan pendapatan masyarakat; Keenam, pelaksanaan PON XVII Tahun 2012 dengan mempersiapkan sarana, prasarana fisik serta pembinaan atlet. PON XVIII yang akan dilaksanakan di sejumlah tempat di Provinsi Riau dengan capaian target sukses yakni (1) sukses pelaksanaan dan prestasi; (2) sukses penguatan ekonomi masyarakat; dan (3) sukses menggalakan wisata ; Ketujuh, tata pemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih (Good Governance dan Clean Government) dalam rangka memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat; penegakan dan perlindungan Hukum dan Ham, mendukung dan melanjutkan upaya pelaksanaan rencana aksi nasional pemberantasan korupsi, penguatan keamanan dan ketertiban masyarakat serta menciptakan kondisi rukun antar umat beragama, peningkatan kinerja aparatur, baik dalam upaya mendorong peningkatan produktivitas kerja, disiplin dan ethos kerja serta memperkuat upaya terciptanya aparatur pemerintah yang baik, berwibawa dan akuntabel; Kedelapan, mewujudkan Kebudayaan Melayu sebagai akar jati diri masyarakat Riau serta sebagi payung negeri untuk mempersatukan budaya lainnya yang ada di Provinsi Riau. Pengembangan dan pelestarian menempatkan Provinsi Riau sebagai pusat bahasa dan dokumentasi melayu, serta pusat pendidikan melayu yang diaktualisasikan melalui lembaga pendidikan dan organisasi kemasyarakan ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-11

81 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN lainnya melalui pembinaan simbol-simbol, pranata, pewarisan yang diimplementasikan di tengah-tengah masyarakat; Kesembilan, optimalisasi pengembangan potensi pariwisata. Arah kebijakannya adalah membangun objek-objek wisata unggulan di setiap Kabupaten/Kota se-provinsi Riau dan menyelenggarakan event-event pariwisata bertaraf nasional dan internasional; Kesepuluh, pembangunan pedesaan yang diarahkan untuk mengimplementasikan otonomi desa secara bertahap dengan membuat peraturan sebagai payung hukum (Peraturan Gubenur dan Peraturan Daerah), pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam upaya mengurus asset dan mengembangkan diri secara mandiri. Arahan kebijakan di sini adalah mewujudkan penyelenggaraan desa yang demokratis, transparan, akuntabel dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kemandirian lembaga pemerintah desa, lembaga adat dan lembaga lainnya disamping upaya penguatan infrakstruktur pedesaan yaitu infrakstruktur jalan desa, air bersih pedesaan, listrik desa dan rumah sederhana layak huni dan sebagainya; Kesebelas, pelestarian lingkungan hidup dengan memantapkan sistem koordinasi, sosialisasi dan penegakan hukum serta melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Kebijakan ini diarahkan pada aktivitas penanganan banjir, masalah kebakaran, pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup serta pelestarian lingkungan hidup baik melalui rehabilitasi maupun konservasi lahan kritis, gambut, hutan suaka margasatwa dan sebagainya. 4.3 ISU STRATEGIS RPJP KABUPATEN BENGKALIS ( ) Visi dan Misi Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi masyarakat Kabupaten Bengkalis saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta memperhitungkan modal dasar dan potensi yang dimiliki oleh Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Bengkalis, serta amanat pembangunan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, maka visi Pembangunan Kabupaten Bengkalis yang hendak diwujudkan pada tahun 2025 mendatang adalah : "Menjadi Salah Satu Pusat Perdagangan di Asia ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-12

82 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Tenggara, Dengan Dukungan Industri yang Kuat dan Sumber Daya Manusia Yang Unggul, Guna Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera dan Makmur". Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, maka akan ditempuh melalui misi pembangunan daerah sebagai berikut: 1. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas; Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang utama agar pembangunan Kabupaten Bengkalis dapat dikelola secara lebih baik lagi. Dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, maka kemampuan mentransformasikan, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan dapat terlaksana untuk memacu pembangunan daerah. Kualitas sumber manusia yang diharapkan adalah sumber daya manusia disamping memiliki kualitas intelektual dalam bidang penguasaan dan pengaplikasian ilmu pengetahuan dan teknologi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki nilai-nilai moral religius dan kultural, yakni keimanan dan ketaqwaan yang tinggi serta berjati diri sebagai "Orang Melayu"; 2. Mewujudkan daya saing daerah; Sebagai kabupaten yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dari sisi letak, kekayaan sumber daya alam, kondisi topografi dan geomorfologi daerah, maka perekonomian daerah dikembangkan dan diperkuat dengan berbasis pada potensi dan keunggulan daerah yang ada serta pada kekuatan ekonomi rakyat, meningkatkan pengelolaan dan pemanfatan kekayaan sumberdaya alam secara efisien dan efektif dengan tetap memegang prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainable), membangun dan mengembangkan infrakstruktur yang maju agar dapat diakses dan mengakses secara merata ke seluruh wilayah; 3. Mewujudkan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintah yang demokratis berlandaskan hukum; Menjadikan suasana kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintah yang dinamis, responsif, akuntabel, dan demokratis sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam falsafah Pancasila dan konstitusi negara dalam koridor negara Kesatuan Republik Indonesia, semakin berkembang dari mantapnya eksistensi kelembagaan politik, sosial kemasyarakatan dan kebudayaan sebagai upaya untuk mewujudkan dan mengembangkan "kearifan lokal", semakin dinamis dan berkembangnya komunikasi dan ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-13

83 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN interaksi antara masyarakat dan pemerintah dalam memperjuangkan dan mewujudkan kepentingan publik yang lebih luas, serta semakin berkembang dan mapannya suasana kehidupan yang menjunjung hukum dan perwujudan penegakan hukum yang adil, konsisten, menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia, serta tanpa diskriminasi. 4. Mewujudkan peran penting daerah pada tingkat regional, nasional dan internasional; Mengingat letaknya yang sangat strategis di jalur Selat Malaka, adalah bagaimana mewujudkan Kabupaten Bengkalis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem kenegaraan atau sistem politik, sistem sosial, ekonomi, dan kebudayaan pada tataran regional, nasional dan internasional, sehingga perlu semakin dimantapkan identitas dan integritas yang dapat menjadikan kebanggaan tersendiri sebagai masyarakat Kabupaten Bengkalis, mendorong, meningkatkan dan mengembangkan kemitraan yang sejajar dan saling menguntungkan di berbagai bidang dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar daerah pada skala regional, nasional dan internasional; 5. Mewujudkan suasana aman, damai, dan harmonis yang bermoral, beretika dan berbudaya; Menciptakan keadaan kondusif yang memungkinkan berkembangnya seluruh aktivitas Masyarakat dan pemerintah pada berbagai aspek seperti aspek ekonomi, sosial budaya, dan politik; sebagai daerah yang pada awalnya memiliki tingkat heterogenitas namun telah melebur dalam satu nilai kultural yang dijunjung secara bersama yakni Melayu, maka harmonisasi dalam kehidupan masyarakat yang telah terwujud harus dapat dipertahankan terus dan dikembangkan agar mampu menjadi filter yang handal untuk menangkal masuknya nilainilai asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan mengakomodir nilai-nilai yang mampu membawa perubahan masyarakat pada kondisi yang maju, sejahtera dan makmur Isu-Isu Strategis Jangka Panjang Kabupaten Bengkalis Dalam rumusan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Bengkalis periode termuat isu-isu starategis yang harus diterjemahkan dalam kebijakan pembangunan yang terumuskan dalam RPJMD. Isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut : ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-14

84 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Pertama, pengembangan sumber daya manusia yang diarahkan pada peningkatan kualitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan peningkatan pendapatan; Kedua, peningkatan daya saing daerah dengan memperkuat perekonomian daerah dengan berbasis ekonomi rakyat dan potensi sumberdaya alam yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, percepatan pembangunan infrastruktur sehingga tersedia jaringan infrakstruktur yang handal di seluruh wilayah Kabupaten Bengkalis, dan peningkatan kemampuan aparatur; Ketiga, penataan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis dengan menyelenggarakan penegakkan hukum, penyelenggaraan pemerintahan yang berkualitas, dan pembangunan budaya politik; Keempat, mewujudkan Kabupaten Bengkalis yang memiliki peran penting di lingkungan regional, nasional dan internasional, dengan mengembangkan kerjasama regional, nasional, internasional, pengembangan wilaya perbatasan dan meningkatkan investasi dari luar, Kelima, pembentukan suasana aman, damai, dan harmonis yang bermoral, beretika dan berbudaya, dengan mengembangkan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat, dan pengembangan nilai-nilai Budaya Melayu ISU STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Visi dan Misi Pembangunan Mencermati perkembangan global dan regional yang terkait dengan analisis Geo Ekonomi, Geo politik, dan Geo Strategi, maka visi pembangunan daerah Kabupaten Bengkalis adalah: Menjadi Salah Satu Pusat Perdagangan di Asia Tenggara, Dengan Dukungan Industri Yang Kuat dan Sumber Daya Manusia Yang ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-15

85 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Unggul, Guna Mewujudkan Masyarakat Yang Sejahtera dan Makmur Pada Tahun 2020". Untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita sesuai dengan visi di atas, maka misi pembangunan daerah Kabupaten Bengkalis adalah: 1. Mengembangkan infrakstruktur perkotaan dan perdesaan. 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, agar memiliki kemampuan dan daya saing yang tinggi. 3. Mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya alam baik yang ada di daratan maupun lautan untuk kesejahteraan masyarakat, dengan tetap memperhatikan aspek kesinambungan dan kelestarian lingkungan. 4. Mengembangkan daerah pantai, pesisir dan pulau-pulau secara terpadu untuk membuka isolasi daerah dan mengembangkan potensi sumber daya alamnya melalui pembangunan prasarana dan sarana yang memadai. 5. Mengembangkan secara berkelanjutan nilai-nilai agama untuk mewujudkan kehidupan yang tertib dan tentram di tengah-tengah masyarakat dengan dilandasi pengalaman ajaran agama oleh masyarakatnya. 6. Menggali, memelihara, mengaktualisasikan dan mengapresiasikan nilai-nilai budaya Melayu guna terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan. 7. Pengembangan potensi industri dan perdagangan melalui perluasan jangkauan dan aksesbilitas ke kantong-kantong produksi dan pemasaran Isu-Isu Strategis Isu strategis Kabupaten Bengkalis meliputi peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan, optimalisasi pengembangan sumber daya alam, mengembangkan dan meningkatkan pembangunan serta memperkecil kesenjangan antar wilayah, penciptaan suasana kehidupan masyarakat yang kondusif, mengembangkan kehidupan beragama yang kondusif, menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan, dan menjaga dan mengendalikan kualitas lingkungan: ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-16

86 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Pertama, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu dan berdaya saing tinggi melalui perluasan dan peningkatan aksesibilitas pada sumber palayanan dasar masyarakat ; Kedua, memberdayakan, mengembangkan dan memajukan perekonomian rakyat yang efektif untuk menanggulangi kemiskinan serta dapat mewujudkan perekonomian daerah yang tangguh berbasis pada potensi dan sumberdaya yang tersedia; Ketiga, mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan secara efisien dan efektif potensi sumberdaya alam yang ada di wilayah daratan, pesisir dan kelautan untuk memperkuat struktur perekonomian daerah dan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat yang berada di sekitarnya; Keempat, mengatasi dam memperkecil kesenjangan antar wilayah guna mewujudkan keadilan dan pemerataan dalam pembangunan dengan mengembangkan infrakstruktur guna mendukung percepatan peningkatan kesejahteraan dan peningkatan pelayanan dasar masyarakat sesuai dengan standar pelayanan minimal ; Kelima, memelihara, meningkatkan dan mengembangkan suasana yang kondusif bagi berkembangnya aktifitas sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik, dan pengelolaan pemerintahan dan pembangunan; Keenam, memelihara, meningkatkan dan mengembangkan suasana kehidupan beragama yang rukun dan harmonis melalui peningkatan kualitas iman dan taqwa; Ketujuh, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan daerah agar efisien dan efektif dan; Kedelapan, menjaga dan mengendalikan kualitas lingkungan untuk mewujudkan penyelenggaraan pembangunan yang berkelanjutan. ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-17

87 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN ISU STRATEGIS RPJMD KABUPATEN BENGKALIS TAHUN Isu dan Masalah Kesehatan Berdasarkan hasil pemantauan kinerja/mutu kesehatan dan indikator kesehatan dari Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan tahun 2010, ada beberapa isu strategis kesehatan yang menjadi permaslahan dan kebutuhan kesehatan di kabupaten Bengkalis. Isu tersebut antara lain: Belum optimalnya perencanaan pengadaan dan pendayagunaan SDM kesehatan sesuai kebutuhan. Hal ini terlihat dari jumlah tenaga kesehatan yang ada belum memenuhi kebutuhan daerah (dilihat dari indikator rasio kecukupan tenaga kesehatan dan jumlah penduduk) serta pendistribusian tenaga kesehatan yang belum merata di setiap kecamatan. Beberapa data yang mendukung antara lain. Tabel 4.1 : Rasio Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Bengkalis INDIKATOR SATUAN Baseline (2010) Rasio Jumlah Dokter per penduduk Rasio Jumlah Dokter spesialis per penduduk Rasio Jumlah Sarjana Kesehatan Masyarakat Per penduduk Rasio Jumlah Dokter Gigi Per penduduk Rasio Jumlah Bidan Per penduduk Rasio Jumlah Perawat Per penduduk Rasio Jumlah Ahli Gizi Per penduduk Rasio Jumlah Sanitarian Per penduduk Rasio Jumlah Apoteker Per penduduk Terget IS 2010 Orang 6 40 Orang 2 6 Orang 3 49 Orang 3 11 Orang Orang Orang 3 22 Orang 1 40 Orang 0,3 10 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis 2010 Belum optimalnya kualitas pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan medik spesialistik. Hal ini terlihat dari masih terbatasnya kesanggupan pelayanan ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-18

88 KABUPATEN BENGKALIS TAHUN kesehatan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususunya bagi puskesmas yang berada di daerah terpencil. Selanjutnya juga tingkat pemanfaatan (utilisasi) dan fungsionalisasi pelayanan rujukan/rsud (spesialistik) belum memenuhi target yang ideal, baik RSUD Bengkalis maupun RSUD Duri. Beberapa data yang mendukung antara lain: Tabel 4.2: Indikator Kinerja RSUD Kabupaten Bengkalis INDIKATOR KINERJA SATUAN Baseline (2010) Target IS 2010 Utilisasi rate RSUD Bengkalis: BOR NDR % Orang/ 1000 penderita keluar 48 < <25 GDR ALoS Orang/ 1000 penderita keluar hari <40 4 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis Tahun < Belum optimalnya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat terhadap aspek kesehatan, hal ini terlihat dari masih kurangnya secara kualitas bentuk/jenis kegiatan yang berbasis masyarakat (UKBM) serta upaya-upaya pemberdayaan terhadap masalah kesehatan yang berujung kepada terbentuknya perilaku sehat masyarakat. Beberapa data yang mendukung antara lain: 60 Gambar 4.1 Persentase Tingkat Kemandirian Posyandu 54, ,64 14,91 Pratama Madya Purnama Mandiri ,68 Sumber:Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis Tahun Belum memadainya pembiayaan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan persolan kesehatan masyarakat, terutama untuk pelayanan promotif dan preventif. ANALISIS ISU ISU STRATEGIS IV-19

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB I PENDAHULUAN I - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, mengamanatkan bahwa daerah diharuskan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SIstem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas,

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 insi Kepulauan Riau menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Berdasarkan hasil Pilkada tersebut ditetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Karimun 2011-2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG : : : : PERATURAN DAERAH 4 TAHUN 2012 20 April 2012 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN 2011-2016 BAB I PENDAHULUAN Perencanaan adalah

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2015

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2015 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT TAHUN 2012-2016

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN SALINAN GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan

dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan 2015 Ringkasan dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan Calon Bupati dan Wakil Tahun 2016-2021 Visi-Misi Bupati Luwu Timur Periode IR. H. MUH. THORIG HUSLER IRWAN BACHRI SYAM,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Peletakan sendi-sendi dasar pembangunan Sulawesi Tenggara periode 2008 2013, telah memperlihatkan kerangka pembangunan yang jelas, terarah dan sistematis dalam menyongsong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

Pembangunan Daerah Berbasis Data

Pembangunan Daerah Berbasis Data Pembangunan Daerah Berbasis Data Disampaikan pada Kegiatan Rekonsiliasi Data dan Informasi Pembangunan Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017 Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian

Lebih terperinci