BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lelang adalah cara penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lelang adalah cara penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lelang adalah cara penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang. Penjualan dimuka umum yaitu dengan cara mengundang orang-orang atau sebelumnya sudah diberitahu tentang adanya pelelangan kemudian diberi kesempatan kepada orang-orang tersebut untuk berlelang atau membeli untuk menawar harga, menyetujui harga serta mendaftarkan. 1 Lelang secara objektif dilaksanakan di muka umum dan hak serta kewajiban diantara peserta lelang adalah sama, serta penawaran yang khas di dalam lelang sehingga tercipta kompetisi harga yang optimal. Dasar hukum pelaksanaan lelang pada awalnya adalah Vendu Reglement selanjutnya disebut VR Stbl Nomor 189 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Stbl 1930 Nomor 85. Didalam perkembangannya di masyarakat, lelang banyak digunakan di dalam perjanjian kredit perbankan dengan jaminan baik fidusia maupun hak tanggungan. 2 Proses lelang yang dilakukan dengan cara penjualan dimuka umum, Folderman memberikan pengertian penjualan dimuka umum adalah alat untuk 1 Harahap M Yahya, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta : PT Gramedia, 1989) hal Sutardjo, Eksekusi Lelang Barang Jaminan Dan Masalah Yang Timbul Dalam Praktek Lelang, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hal 11. 1

2 2 mengadakan perjanjian atau persetujuan yang paling menguntungkan untuk si penjual dengan cara menghimpun peminat. Syarat utamanya adalah menghimpun para peminat untuk mengadakan perjanjian jual beli yang paling menguntungkan si penjual. 3 Lembaga lelang di Indonesia bukan hanya sebagai lembaga eksekusi pengadilan sebagaimana pandangan masyarakat umumnya di Indonesia, namun juga lembaga lelang melakukan pelelangan atas objek lelang di luar eksekusi sebagai salah satu cara penjualan barang selain penjualan yang biasa terjadi. Pada kenyataannya lelang yang dilakukan di luar barang eksekusi pengadilan atau yang disebut dengan lelang sukarela kurang dimanfaatkan oleh masyarakat, padahal dengan melakukan penjualan secara lelang ada beberapa manfaat yang akan dinikmati oleh masyarakat tersebut. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengakibatkan apa yang diharapkan pemerintah yaitu agar masyarakat memanfaatkan lembaga lelang kurang tercapai dan mengakibatkan kebaikan atau manfaat lelang tidak dapat pula dirasakan oleh masyarakat. 4 Lelang memberikan beberapa manfaat atau kebaikan dibandingkan dengan penjualan yang lainnya yaitu : adil, cepat, aman, mewujudkan harga yang tinggi dan memberikan kepastian hukum. Keuntungan lain yang didapat melalui lelang yaitu dengan sistem lelang maka pembeli lelang seringkali mendapatkan harga lebih murah 3 Rohmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi Lelang, (Bandung : Eressco, 2003), hal S. Mantayborbir dan V.J. Mantayborbir, Hukum Perbankan dan Sistem Hukum Piutang dan Lelang Negara, (Jakarta : Pustaka Bangsa Press, 2006), hal 21.

3 3 dari harga pasaran. 5 Pada saat lelang dilaksanakan maka acara lelang menjadi tanggung jawab pejabat lelang (vendu meester) sebagaimana dimaksud dalam VR yaitu orang khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Syarat-syarat untuk dapat melakukan penjualan di muka umum yaitu : 1) Penjualan di muka umum harus selengkap mungkin 2) Ada kehendak untuk mengikatkan diri 3) Bahwa pihak lainnya (pembeli) yang akan mengadakan/melakukan perjanjian tidak dapat ditunjuk sebelumnya, dengan perkataan lain belum ada pelanggaran aturan lelang jika hanya memberikan kesempatan kepada khalayak ramai untuk melakukan penawaran. 6 Unsur pokok pengertian lelang pada prinsipnya meliputi antara lain : a) Saat dan tempat tertentu b) Dilakukan di depan umum dengan mengumpulkan peminat melalui cara pengumuman c) Dilaksanakan dengan cara penawaran yang khusus yaitu tertulis dan atau lisan d) Penawaran tertinggi dinyatakan pemenang. 7 Pada dasarnya lelang merupakan perjanjian jual beli, dimana untuk sahnya suatu jual beli harus memenuhi syarat sesuai ketentuan yang terdapat didalam pasal 1320 Ketentuan Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPerdata yaitu : 1) Sepakat mereka yang mengikatkan diri 2) Kecakapan mereka yang mengikatkan diri 3) Suatu hal tertentu 4) Suatu sebab yang halal 5 Muhammad Candra Noor Fajri, Perlindungan Hukum Terhadap Pemenang Lelang, (Yogyakarta : Fakultas Hukum UGM, 2007), hal Firman Septianto, Hukum Lelang, Pelaksanaan dan Dasar Hukumnya, (Jakarta : Prenada Media, 2006), hal Ibid

4 4 Meskipun lelang termasuk dalam perjanjian jual beli akan tetapi dilakukan dengan cara khusus seperti yang disebutkan dalam pengertian lelang pada pasal 1 VR dimana para pihak adalah penjual, pembeli serta harus dilakukan dihadapan pejabat lelang. Berdasarkan pasal 2 Surat Keputusan Menteri Keuangan selanjutnya disebut Kepmenkeu Nomor 306/KMK.01/2002 Tentang Balai Lelang menyatakan bahwa balai lelang dapat didirikan oleh swasta nasional, asing atau patungan dalam bentuk perorangan atau badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk usaha balai lelang. Kantor lelang baik dalam bentuk lembaga pemerintahan (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang selanjutnya disebut KPKLN) maupun balai lelang dalam bentuk perorangan ataupun badan hukum membutuhkan jaminan hukum atau kepastian yang dapat menimbulkan rasa kepercayaan atas keberadaan kantor lelang tersebut. 8 Kepastian hukum yang menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap pelelangan yang terjadi atas pelelangan baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak yang didukung dengan kepastian mengenai pihak-pihak yang terkait dalam pelelangan dan hak serta kewajiban dari pihak-pihak tersebut antara lain pejabat lelang yang merupakan orang khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan selanjutnya disebut Menkeu, untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Notaris juga merupakan 8 Rudianto Halim, Pelaksanaan Lelang dan Permasalahan Hukumnya di Indonesia, (Bandung : Bumi Aksara, 2006), hal 29.

5 5 salah satu jabatan yang khusus diberi wewenang sebagai pejabat lelang kelas II oleh Menkeu sehingga seorang Notaris harus mengetahui dengan jelas mengenai hak dan kewajibannya sebagai pejabat lelang yang berkedudukan baik di kantor pejabat lelang kelas II maupun di balai lelang perorangan atau balai lelang berbentuk badan hukum. 9 Pelaksanaan lelang di kota Batam umumnya dilaksanakan oleh KPKNL, antara lain barang-barang bergerak dan tidak bergerak yang merupakan jaminan hutang dari nasabah perbankan yang diikat dengan jaminan fidusia maupun hak tanggungan. Jaminan hutang dari nasabah kepada bank dapat dilaksanakan serta dieksekusi dengan cara pelelangan baik berupa tanah dan bangunan yang memiliki sertifikat ataupun mobil, sepeda motor, alat-alat berat seperti dum truck, beko, stom wales atau alat-alat berat lainnya. 10 Pada prakteknya masyarakat Batam lebih antusias untuk mengikuti pelaksanaan lelang eksekusi hak tangggunan, hal ini didorong karena tingginya kebutuhan akan rumah tinggal di kota Batam. 11 Pelaksanaan lelang atas jaminan hutang baik jaminan fidusia maupun hak tanggungan tidak terlepas dari peranan bank sebagai kreditur, sehingga bank merupakan pihak yang sangat memerlukan pelayanan KPKNL baik dari tahap pelelangan maupun sampai proses eksekusi. Bank lebih memilih prosedur lelang melalui KPKNL karena mendapatkan banyak keuntungan, selain banyaknya peminat lelang yang dapat dikumpulkan dalam satu waktu juga harga yang dihasilkan sangat 9 Ratna Cahyanti Kurnia, Risalah Lelang, (Jakarta : Prenada Media, 2009), hal Ida Noviyanti, Administrasi Lelang, (Bandung : Eressco, 2009), hal Berita DKJN, Gebyar Lelang Properti, gebyar-lelang-property-pt-btn, diakses tanggal 26 Pebruari 2015

6 6 kompetetif dan proses pelaksanaannya mudah dimengerti oleh pembeli lelang. 12 Bank umumnya menjadi mitra KPKNL Batam. Sedangkan untuk instansi non perbankan, KPKNL juga melayani pelaksanaan lelang untuk barang-barang bergerak maupun tidak bergerak milik Badan Usaha Milik Negara selanjutnya disebut BUMN, dan instansi pemerintah diantaranya PT Telkomsel, PLN serta juga instansi swasta seperti PT Sucofindo Batam maupun juga perusahaan swasta lainnya yang ada di kota Batam. Proses pemberian kredit melalui bank baik kepada perorangan maupun badan hukum dengan jaminan hak tanggungan, dapat menimbulkan kemungkinan dimana debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya seperti yang disepakati dalam perjanjian kredit. 13 Hak tanggungan adalah jaminan atas tanah untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditor-kreditor lain. 14 Salah satu kelebihan dari sertifikat hak tanggungan adalah adanya hak yang diberikan oleh undang-undang kepada pemegang hak tanggungan berupa hak eksekutorial yang memiliki kekuatan hukum tetap sama halnya dengan putusan pengadilan. 15 Selain melalui cara eksekutorial, eksekusi hak tanggungan dapat dilakukan dengan parate executie berdasarkan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun Ketentuan ini memberikan kepastian bagi perbankan apabila nasabah debitur cidera janji, dengan memberikan kemungkinan dan kemudahan untuk pelaksanaan parate 12 Ibid 13 Ita Suciati dan Bambang Winarno, Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang Eksekusi Hak Tanggungan Atas Penguasaan Obyek Lelang, (Jurnal Hukum : FH Universitas Brawijaya), hal C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1970), hal Pasal 14 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

7 7 executie yang diatur dalam Pasal 224 HIR dan Pasal 258 RBG. Bank selaku kreditur dapat menjual lelang atas barang tidak bergerak yang dijadikan agunan ketika debitur wanprestasi Lelang yang dilakukan oleh para pihak yang terkait dalam jaminan hak tanggungan akan menimbulkan akibat hukum yaitu peralihan hak. Menurut Boedi Harsono bahwa peralihan hak atas tanah dibedakan menjadi 2 (dua) hal yaitu: peralihan hak atas tanah karena pewarisan tanpa wasiat serta peralihan hak atas tanah karena pemindahan hak. Salah satu bentuk pemindahan haknya bisa melalui proses jual beli, karena perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah yang bersangkutan sengaja dialihkan kepada pihak lain. 16 Peralihan hak atas tanah melalui lelang merupakan perbuatan hukum yang sah selama memenuhi syarat yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan ketentuan Pasal 41 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, bahwa peralihan hak melalui pemindahan hak dengan lelang hanya dapat didaftar jika dibuktikan dengan kutipan risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang. Namun dalam peralihan hak tersebut dapat menimbulkan permasalahan baru, seperti obyek lelang yang tidak dapat dikuasai oleh pemenang lelang/pembeli, serta pembatalan lelang karena putusan Pengadilan Negeri. Untuk itu perlu adanya perlindungan hukum terhadap pembeli/pemenang lelang atas jaminan lelang dengan hak tanggungan. Satu kasus yang terkait dengan perlindungan hukum bagi pemenang/pembeli lelang atas hak tanggungan akan dianalisis pada kasus berdasarkan putusan Mahkamah Agung 16 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, isi dan pelaksanaannya, (Jakarta : Djambatan, 1999), hal

8 8 Nomor 2839 K/Pdt/2003 di kota Batam, dimana dalam kasus tersebut tergugat IV adalah Kepala Kantor KPKNL Batam dengan penggugat YKL dan IA, juga PT.LS, PT.BJP, PT.IJP sebagai tergugat I,II,III serta AA, pemenang lelang sebagai tergugat V. Kasus ini bermula ketika YKL membeli 3 unit rumah dari PT. IJP. Sebelum perjanjian jual beli yang dilakukan dengan PT. IJP, YKL tidak mengenal atau pernah terlibat kasus hukum dengan PT.LS maupun PT.BJP Kemudian YKL mengalihkan kepemilikan 2 (dua) unit bangunan rumah tersebut kepada IT namun sertifikat tanah dan bangunan atas peralihan hak belum diselesaikan yang kemudian IT menjualnya kepada IA. Dilain perkara sebelumnya pada tahun 1996, PT.LS menggugat PT. BJP dan PT IJP atas kasus hutang dimana 3 unit rumah sengketa dijadikan sebagai jaminan hutang. Pada waktu terjadinya perjanjian hutang piutang antara PT.BJP dengan PT.LS, PT IJP sebagai penjamin atas hutang PT. BJP dan menjaminkan rumah sengketa. PT.LS tidak mengetahui sebelumnya telah terjadi jual beli antara PT. IJP dengan YKL. Hal ini dibuktikan dengan sertifikat rumah sengketa masih atas nama PT IJP yang mana PT IJP menjaminkan rumah sengketa tersebut sebagai jaminan hak tanggungan atas hutang yang diterima oleh PT. BJP kepada PT.LS yang kemudian menguggat PT. BJP dan PT IJP atas hutang yang tertunggak dan perkara tersebut dimenangkan oleh PT. LS YKL dan IA yang mengetahui bahwa rumah sengketa akan dilelang melalui harian surat kabar telah menyampaikan permohonan kepada Pengadilan Negeri Batam untuk membatalkan eksekusi dan eksekusi sempat tertunda selama satu tahun namun akhirnya PT. LS meminta Pengadilan Negeri Batam untuk mengeksekusi 3

9 9 unit rumah sengketa dan menyerahkan kepada KPKNL untuk melakukan proses lelang guna pembayaran hutang PT. BJP kepada PT.LS yang kemudian rumah tersebut dimenangkan oleh AA melalui risalah lelang yang dikeluarkan oleh KPKNL Batam dengan nomor 33/2001 tertanggal 16 April 2001 namun dalam kasus ini turut menjadi tergugat. Kasus ini sangat menarik untuk diteliti karena lelang yang telah dilaksanakan oleh KPKLNL digugat oleh pihak ketiga sebagai pemilik obyek lelang dan risalah lelang yang telah dikeluarkan dinyatakan tidak sah oleh pengadilan. KPKNL sebagai instansi yang menyelenggarakan proses pelelangan serta yang mengeluarkan risalah lelang yang merupakan seharusnya dapat menjamin adanya kepastian hukum atas risalah lelang melalui proses lelang namun menjadi pihak tergugat dan pemenang lelang yang pada hakekatnya memiliki itikad baik namun juga turut tergugat. Pada dasarnya, sejak seorang peserta mengajukan penawaran dengan rela dan kehendak sendiri, ia telah mengikat diri dan bersedia memenuhi kewajiban sebagai pembeli. Dengan demikian pemenang lelang yang dinyatakan dan disahkan sebagai pembeli oleh Pejabat Lelang wajib melunasi pembayaran harga sebesar penawaran yang diajukan, sedangkan pihak penjual wajib menyerahkan barang lelang kepada pemenang lelang. Oleh karenanya, sebagai pihak yang telah dinyatakan sebagai pemenang dalam suatu lelang seharusnya hak-hak yang timbul karenanya harus dipenuhi dan dijamin oleh instansi yang terkait yaitu Kantor Lelang Negara atau dalam hal ini KPKLN, namun apabila KPKLN juga sebagai pihak yang tergugat tentunya hal ini akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat khususnya bagi

10 10 masyarakat yang ingin melakukan jual beli dalam proses lelang. Pada masyarakat akan timbul pertanyaan bagaimana KPKLN dapat memberikan perlindungan hukum bagi pemenang lelang jika KPKLN sendiri menjadi pihak yang digugat. Perlindungan hukum terhadap pemenang lelang/pembeli lelang yang artinya bahwa adanya kepastian hukum atas hak pemenang lelang terhadap barang yang dibelinya melalui proses lelang. Memiliki barang dan hak kebendaan atas barang yang dibelinya melalui proses lelang serta dapat menguasai obyek lelang yang telah dimilikinya secara yuridis maupun secara materiil. Apabila terjadi gugatan, seharusnya pemenang lelang tidak turut karena ia sebagai pembeli beritikad baik, jika diketahui tidak beritikad baik sudah tentu akan menjadi tergugat seperti uraian singkat mengenai kasus yang telah dipaparkan. Hal inilah yang akan dikaji mengenai perlindungan hukum bagi pemenang lelang eksekusi hak tanggungan atas penguasaan obyek lelang ditinjau dari hukum positif Indonesia, serta dasar pertimbangan hakim dalam memutus sengketa terkait lelang eksekusi hak tanggungan. Untuk lebih rinci dalam hal menganalisa kasus yang telah disampaikan maka penelitian ini mengambil judul : Perlindungan Hukum Terhadap Pemenang Lelang Atas Barang Yang Digugat Oleh Pihak Ketiga, Studi Kasus : Putusan MA Nomor 2839 K/Pdt/2003 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana prosedur lelang eksekusi yang dilaksanakan oleh KPKNL Batam sehingga terjadi lelang atas barang milik orang lain?

11 11 2. Bagaimana upaya peserta lelang untuk melindungi diri dari membeli barang milik orang lain dalam lelang eksekusi jaminan hak tanggungan? 3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemenang lelang atas barang lelang eksekusi jaminan hak tanggungan apabila ada gugatan dari pihak ketiga? C. Tujuan Penelitian Merujuk pada pokok permasalahan dalam penelitian ini maka dapat disampaikan untuk tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui prosedur lelang eksekusi yang dilaksanakan oleh KPKNL Batam yang mengakibatkan terjadinya lelang atas barang milik orang lain. 2. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan oleh peserta lelang guna melindungi diri dari membeli barang milik orang lain dalam lelang eksekusi jaminan hak tanggungan. 3. Untuk menganalisa perlindungan hukum terhadap pemenang lelang atas barang lelang eksekusi jaminan hak tanggungan apabila ada gugatan dari pihak ketiga. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian yang dilakukan maka diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis : 1. Secara teroritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangsih pemikiran bagi perkembangan hukum lelang pada umumnya mengenai tata cara prosedur pelaksanaan lelang eksekusi jaminan hak

12 12 tanggungan pada khususnya, juga dalam hal hambatan-hambatan yang membahas mengenai perlindungan hukum bagi pemenang lelang eksekusi hak tanggungan serta mengenai perlindungan hukum bagi pemenang lelang. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat khususnya di kota batam, maupun bagi pihak-pihak yang terkait mengenai hukum lelang pada umumnya. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran serta pengecekan baik di Magister Kenotariatan maupun di Perpustakaan Magister Ilmu Hukum yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan menunjukkan bahwa penelitian dengan judul ini belum pernah dilakukan.tetapi ada beberapa judul yang ada kaitannya dengan topik yang dibahas pada penelitian ini, diantaranya adalah : 1. Lamria Sianturi/ MKn ( ), judul penelitian : Pelaksanaan Lelang Eksekusi Kejaksaan (Studi pada KPKLN Medan). Permasalahan yang dibahas yaitu : a. Apa yang dimaksud dengan eksekusi kejaksaan yang mengakibatkan terjadinya lelang? b. Hambatan apa saja yang sering terjadi dalam pelaksanaan lelang eksekusi kejaksaan pada KPKLN Medan? c. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan KPKLN Medan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut? 2. Nevayanti/MKn ( ), judul penelitian : Peranan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Dalam Penanganan Piutang Negara

13 13 Macet Sebelum dan Sesudah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun Permasalahan yang dibahas yaitu : a. Bagaimanakah kedudukan hukum KPKNL Medan dalam menangani kredit macet bank BUMN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006? b. Bagaimana akibat hukum keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 terhadap pengurusan piutang negara? c. Bagaimana hambatan-hambatan yan dihadapi dalam pelaksanaan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 dalam hal pengurusan piutang negara? Berbeda dengan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, dalam penelitian ini lebih berfokus kepada permasalahan mengenai gugatan terhadap pemenang lelang yang diselaraskan dengan menganalisa kasus Putusan MA Nomor 2839 K/Pdt/2003 yang terjadi di kota Batam. F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori Melakukan suatu penelitian sangat dibutuhkan teori sebagai pemandu untuk dijadikan sebagai bahan untuk memperjelas dan mempertajam permasalahan yang diteliti. 17 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik hal Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D(Bandung: Alfabeta, 2011),

14 14 atau proses tertentu terjadi. 18 Kerangka teori dapat dijadikan sebagai bahan masukan eksternal bagi peneliti yang berfungsi sebagai kerangka pemikiran atau buku-buku pendapat. Tesis mengenai suatu kasus ataupun permasalahan yang dijadikan sebagai perbandingan, pegangan teoritis apakah disetujui atau tidak dengan pegangan teori 19. Teori berfungsi sebagai pisau analisis dalam penelitian dan teori merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional serta harus sesuai dengan obyek yang dipermasalahkan dan harus didukung dengan adanya fakta atas permasalahan yang diteliti agar dapat diuji kebenarannya. 20 Dengan pedoman tersebut diharapkan akan memberi wawasan berpikir untuk menemukan kebenaran dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian.penelitian hukum harus berpijak pada teori hukum, karena teori hukum adalah seluruh pernyataan yang saling berkaitan berkenan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan. 21 Penelitian ini merujuk pada teori hukum tentang kepastian hukum yang didukung dengan teori perlindungan hukum dan teori tanggung jawab bagi pemenang lelang. a. Teori kepastian hukum. 18 JJJ M, Wusiman dengan penyunting M. Hisyam, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta : FE UI, 1996), hal M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hal Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta :UI Press, 1982), hal HR Otje Salman, Teori Hukum, (Jakarta : Refika Aditama, 2002),hal 60.

15 15 Pendapat mengenai kepastian hukum dikemukakan oleh Jan Michiel Otto yang mengatakan bahwa kepastian hukum dalam situasi tertentu mensyaratkan sebagai berikut 22 : 1) Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas atau jernih, konsisten dan mudah diperoleh (accesible), yang diterbitkan oleh kekuasaan negara 2) Bahwa instansi-instansi penguasa (pemerintahan) menerapkan aturanaturan hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya; 3) Bahwa mayoritas warga pada prinsipnya menyetujui muatan isi dan karena itu menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-aturan tersebut; 4) Bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum; dan 5) Bahwa keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan. Menurut Jan Michiel bahwa semakin baik suatu negara hukum berfungsi, maka semakin tinggi tingkat kepastian hukum nyata. Sebaliknya bila suatu negara tidak memiliki sistem hukum yang berfungsi secara otonom, maka kecil pula tingkat kepastian hukumnya. 23 Untuk mewujudkan keteraturan dalam hal pelelangan maka dibuat suatu aturan mengenai lelang dan hal ini memang sudah dijalankan jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu dengan mengacu pada VR Stbl 1940 Nomor 56 yang merupakan produk hukum peninggalan Hindia Belanda. Tujuan hukum lelang dibuat adalah untuk mengatur kepentingan masing-masing pihak karena dengan banyaknya kepentingan maka tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik karena kepentingannya yang saling bertentangan. Selama tidak ada 22 Jan Michiele Otto, Sulistyowati Irianto, Kajian Sosiologi-Legal, (Bali : Pustaka Larasan,2012), hal Ibid

16 16 kepentingan manusia (conflict of human interest) atau selama kepentingan manusia tidak dilanggar, maka tidak akan ada yang mempersoalkan siapa yang benar dan siapa yang salah. 24 Kepastian hukum sebagai pemenang lelang diwujudkan dengan dikeluarkannya risalah lelang namun dalam fakta melalui kasus yang diteliti bahwa risalah lelang dibatalkan oleh pengadilan. Untuk itu penelitian ini akan membahas untuk mengetahui lebih jauh mengenai kekuatan hukum atas risalah lelang sebagai akta otentik dan dibuat oleh pejabat berwenang tetapi dapat dibatalkan oleh pengadilan. b. Teori perlindungan hukum Pemenang lelang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum secara preventif dan represif. Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dua prinsip negara hukum, yaitu 25 : 1) Perlindungan hukum yang preventif. Perlindungan hukum kepada rakyat yang diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah menjadi bentuk yang menjadi definitife. 2) Perlindungan hukum yang represif.perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Kedua bentuk perlindungan hukum diatas bertumpu dan bersumber pada pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia serta berlandaskan pada prinsip negara hukum. Perlindungan preventif pada pemenang lelang dapat dilakukan dalam risalah lelang. Risalah lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat 24 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Edisi ke 4, (Yogyakarta :Liberty, 1996), hal Zahirin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hal 2.

17 17 oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. 26 Pemenang lelang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum secara preventif dan represif. Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dua prinsip negara hukum, yaitu 27 : a) Perlindungan hukum yang preventif. Perlindungan hukum kepada rakyat yang diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah menjadi bentuk yang menjadi definitife. b) Perlindungan hukum yang represif.perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Kedua bentuk perlindungan hukum diatas bertumpu dan bersumber pada pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia serta berlandaskan pada prinsip negara hukum. Perlindungan preventif pada pemenang lelang dapat dilakukan dalam risalah lelang. Risalah lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, 28 dan risalah lelang berisi jual beli yang didasari kesepakatan dua pihak, dan Pejabat lelang sebagai pejabat umum, hanya menyatakan, menyaksikan dan mengesahkan. Perlindungan hukum represif menurut Phillipus Hadjon adalah upaya untuk mendapatkan perlindungan hukum yang dilakukan melalui badan 26 Pasal 1 angka 32 PMK Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang 27 Zahirin Harahap, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hal Pasal 1 angka 32 PMK Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

18 18 peradilan. 29 Perlindungan represif terhadap pemenang lelang eksekusi hak tanggungan terdapat dalam Pasal 200 HIR. Apabila pemenang lelang eksekusi hak tanggungan tidak dapat menguasai obyek yang dibeli melalui proses lelang yang sah demi hukum, maka pemenang lelang dapat meminta bantuan kepada Pengadilan Negeri untuk pengosongan obyek tersebut. 30 Dalam ketentuan ini memberikan asas kepastian hukum bagi pemenang lelang untuk dapat menguasai obyek lelang. c. Teori Tanggung Jawab Pertanggungjawaban seseorang ada seimbang dengan kerugian yang diakibatkan oleh perbuatannya yang bertentangan dengan hukum dari orang lain. Hal ini disebut tanggung jawab kualitatif, yaitu orang yang bertanggungjawab karena orang itu memiliki suatu kualitas tertentu. 31 Kranenburg dan Vegtig mengemukakan bahwa mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat ada dua teori yang melandasi, yaitu Teori Fautes Personalles dan Teori Fautes de Servuces yang akan diuraikan sebagai berikut 32 : 1. Teori Fautes Personalles yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. 29 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia: Sebuah Studi tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, (Surabaya :Bina Ilmu,1987), hal Ita Suciati & Bambang Winarno, Op Cit,al W. Sommermeijer, Tanggung Jawab Hukum, (Bandung : Pusat Studi Hukum Universitas Parahyangan, 2003), hal Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal 365.

19 19 Menurut teori ini, beban tanggungjawab ditujukan pada manusia selaku pribadi. 2. Teori Fautes de Servuces Yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini tanggungjawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada tanggungjawab yang harus ditanggung Teori pertanggungjawaban dalam penelitian ini dikaitkan dengan teori kepastian dan perlindungan hukum kepada pemenang lelang dalam hal pemenang lelang menjadi pihak tergugat maupun sebagai pihak yang tidak dapat menguasai objek lelang setelah dinyatakan menjadi pemenang lelang. Peraturan lelang pada hakekatnya bertujuan untuk melindungi pihak-pihak yang terlibat dalam proses lelang namun dengan adanya aturan yang kabur sehingga menjadi peluang terjadinya sengketa meskipun aturan lelang mengalami pembaharuan. Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan sebagai instansi yang ditunjuk untuk mengatur pelaksanaan lelang, melakukan pembaharuan hukum lelang yaitu dengan menerbitkan aturan hukum yang baru dengan tujuan untuk mendukung peraturan hukum lelang sebelumnya dan diwujudkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Peraturan tersebut dengan tegas menyebutkan harus adanya pengawasan dalam hal penjualan lelang dimana pengawasan tersebut tidak hanya mencakup pada kewenangan pejabat lelang tetapi juga meliputi pengawasan administrasi, keuangan serta dapat bertindak

20 20 sebagai pemutus bila para pihak yang terlibat didalam jual beli lelang mengalami perselisihan. 33 Aturan lelang dibuat berbeda dengan aturan hukum lainnya karena dalam kehidupan sosial terdapat berbagai macam tata aturan selain hukum, seperti moral atau agama. Jika masing-masing tata aturan tersebut berbeda-beda, maka defenisi hukum harus spesifik sehingga dapat digunakan untuk membedakan hukum dari tata aturan yang lain. 34 Aturan hukum lelang tidak hanya terpaku pada satu aturan hukum saja namun juga berkaitan dengan aturan hukum lain sebab hubungan antara hukum yang mengatur pembuatan hukum lain dan hukum lain tersebut dapat disebut sebagai hubungan super dan sub-ordinasi dalam kontek spesial. 35 Keterkaitan ini diselaraskan mengenai lelang eksekusi jaminan hak tanggungan dengan Undang-Undang Hak Tanggungan. bahwa 36 : Tentang jaminan hak tanggungan, Undang-undang Hak menyatakan secara tegas Apabila debitur cidera janji, maka berdasarkan : a) hak pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual obyek hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau 33 Heru Darsono, Tinjauan Yuridis Tentang Hukum Lelang di Indonesia Dalam Teori dan Praktek, (Surabaya : Pustaka Ilmu, 2007), hal Kelsen, General TheoryOf Law and State, Translate : Anders Wedberg, (New York : Russel & Russel, 1961), hal Jimmly Asshiddiqie & M Ali Safa at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta : Sekjend & Kepaniteraan MK RI, 2006), hal Pasal 20, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

21 21 b) titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang hak tanggungan dengan hak mendahului dari pada kreditur-kreditur lainnya. Undang-Undang Hak Tanggungan dibentuk sebagai pelaksanaan dari Pasal 51 Undang-undang Pokok Agraria selanjutnya disebut UUPA, untuk menggantikan aturan atas berakhirnya ketentuan-ketentuan mengenai hypotheek yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Creditverband yang diatur dalam Staatsblad 1908 No. 542 sebagaimana telah diubah dengan Staatsblad 1937 Nomor 190. Undang-Undang Hak Tanggungan juga tidak dapat dilepaskan dari proses lelang, karena jika ditinjau dari sisi aturan bahwa Undang-Undang Hak Tanggungan saling berkaitan satu dengan yang lain dimana dalam pasal-pasal yang dimuat dalam Undang-Undang Hak Tanggungan mencantumkan kewenangan dari kreditor untuk melaksanakan pelelangan atas objek jaminan jika debitur wanprestasi dan aturan lelang mengakomodir pelaksanaan dari proses lelang tersebut. 2. Konsepsi Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori hukum, antara kasus hukum dengan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal 31

22 22 Defenisi operasional adalah mendefenisikan suatu variable yang akan diamati dalam proses dengan mana variable itu akan diukur. 38 yaitu: Defenisi-defenisi yang berkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini a. Perlindungan hukum. Perlindungan Hukum adalah sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut. 39 Menurut Muktie AFadjar bahwa perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum. 40 Sedangkan pendapat lain mengenai perlindungan hukum menurut Fitzgerald bahwa teori perlindungan hukum yaitu hukum bertujuan mengintegrasikan dam mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan dilain pihak. 41 Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang 38 L.N Jewel, Siegel Marc, Psikologi Industri/Organisasi Modern, Penerjemah, A Hadyana Pudjaatmaka dan Maetasari, (Jakarta : Archan, 1998), hal Philipus M. Hadjon,Op Cit, hal Abdul Muktie Fadjar, Reformasi Konstitusi Dalam Masa Transisi Paradigmatik, (Malang : In-Trans, 2003), hal Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal 53.

23 23 perlu diatur dan dilindungi. 42 Pemenang lelang memiliki kepentingan hukum setelah membeli obyek hak tanggungan diantaranya adalah untuk keperluan dalam peralihan hak dan untuk hal tersebut juga haknya perlu mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perlindungan bagi pemenang lelang atas obyek lelang yang dibeli melalui proses lelang. b. Pemenang Lelang. Para pihak-pihak yang terkait dalam jual beli secara lelang adalah sebagai berikut: Penjual, adalah perseorangan, badan atau instansi berdasarkan peraturan perundang-undangan atau perjanjian yang berwenang melakukan penjualan lelang. 43 1) Pembeli, adalah orang atau badan yang mengajukan penawaran tertinggi yang mencapai atau melampaui nilai jual yang disahkan sebagai pemenang lelang oleh pejabat lelang. 44 Berdasarkan Pasal 40 Peraturan Menkeu Nomor 93/PMK.06/2010 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 106/PMK.06/2013 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan No. 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang menyebutkan bahwa pejabat lelang, pejabat penjual, pemandu lelang, hakim, jaksa, panitera, juru sita, pengacara/advokat, 42 Ibid 43 Pasal 1 ayat (8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang 44 Pasal 1 ayat (9) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

24 24 notaris/ppat, penilai dan pengawas Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara selanjutnya disebut DJPLN yang terkait dengan pelaksanaan lelang dilarang menjadi pembeli. 2) Pejabat Lelang, adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Menkeu untuk mengawasi pelaksanaan lelang. Pengawas lelang merupakan atasan langsung dari pejabat lelang yaitu kepala kantor. Pejabat lelang dibedakan dalam 2 (dua) tingkatan, dimana Gubernur Jendral menentukan orang-orang dari golongan jabatan mana yang termasuk dalam masing-masing tingkatan. 45 Tingkatan dari pejabat lelang tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 6 VR, sebagai pejabat lelang kelas I adalah pejabat pemerintah yang diangkat khusus. Dewasa ini pejabat lelang kelas I sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 6 VR, dijabarkan dalam Peraturan Menkeu Nomor 174/PMK.06/2010 yang menyebutkan bahwa pejabat lelang adalah pegawai DJPLN yang telah diangkat sebagai pejabat lelang. 46 Pejabat kelas II adalah orang-orang tertentu yang berasal dari praktisi seperti notaris, penilai, lulusan pendidikan dan pelatihan keuangan yang diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan atau pensiunan pegawai DJPLN, diutamakan yang pernah menjabat menjadi pejabat lelang kelas I. 47 3) Pemenang Lelang 45 Pasal 3 ayat (1) dan (2) Vendur Reglement Stbl 1930 Nomor S. Mantayborbir dan V.J. Mantayborbir, Op Cit, hal Pasal 4 ayat (3)Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

25 25 Pemenang lelang ditentukan terhadap peserta lelang yang mengajukan harga tertinggi dan telah disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat lelang. 48 c. Barang Lelang Obyek ataupun barang-barang yang umum di jual dalam lelang adalah barangbarang bergerak maupun barang tidak bergerak. Salah satu obyek lelang adalah penjualan barang jaminan atau lelang eksekusi barang jaminan baik dari lelang ekesekusi grose akta yang terdapat dalam akta jaminan hak tanggungan dan jaminan fidusia maupun eksekusi putusan pengadilan. Peringatan eksekusi grose akta timbul dari perjanjian kredit yang diikat dengan jaminan dimana debitor dinyatakan dalam keadaan lalai (wanprestasi). 49 Penelitian ini agar tidak melebar dalam hal pembahasan maka difokuskan pada obyek barang lelang yang tidak bergerak yaitu berupa tanah dan bangunan yang merupakan jaminan dalam lelang eksekusi hak tanggungan. G. Metode Penelitian Secara Etimologi metode diartikan sebagai jalan atau cara melakukan atau mengerjakan sesuatu, metode berasal dari bahasa yunani Methodos yang artinya jalan menuju, bagi kepentingan ilmu pengetahuan, metode merupakan titik awal menuju proposisi-proposisi akhir dalam bidang pengetahuan tertentu. 50 Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. 51 Penelitian itu sendiri bekerja atas 48 Pasal 1 angka 27 PMK Nomor 93/PMK.06/2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang 49 Irfan Mussakir & Anwar Borahima, Perlindungan Hukum Bagi Pemenang Lelang Yang Beritikad Baik Terhadap Lelang Yang Dibatalkan Oleh Pengadilan, (Jurnal Hukum : Universitas Hassanuddin, 2010) 50 Bahder Johan Nasution,Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Mandar maju, 2008), hal Mohammad Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), hal. 51

26 26 dasar asumsi, teknik dan metode. 52 Menurut Sugiyono berpendapat bahwa Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 53 Dengan demikian metode penelitian dapat juga diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian. 54 Untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan maka untuk penelitian ini digunakan metode yaitu : 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pijakan normatif. 55 Penelitian yuridis normatif adalah pemecahan masalah yang didasarkan pada literatur-literatur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas beranjak dari adanya kesenjangan dalam norma atau asas hukum, dengan cirinya adalah menggunakan landasan teoritis dan bahan hukum yang terdiri atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Landasan teoritis yang digunakan merupakan undang-undang, norma-norma maupun teori-teori yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Penelitian hukum normatif yang terdiri dari penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum dan taraf sinkronisasi hukum. 56 Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 52 Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13, ( Yogyakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal Sugiyono, Methode Penelitian Bisnis, (Bandung : Alfabeta, 2004), hal.1 54 Lukman Hadi Darmanto, Metode Penelitian HukumI, (Jakarta : UI Press, 2001), hal Lili Rasjidi dan Liza Sonia Rasjidi, Filsafat Ilmu, Metode Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah Hukum, (Bandung : Monograf, 2007), hal Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, ( Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2009), hal 41.

27 27 metode yuridis normatif karena penelitian ini mempelajari bahan-bahan hukum sebagai acuan dalam penelitian serta diselaraskan dengan menganalisa kasus sebagai bahan referensi yaitu putusan Mahkamah Agung Nomor 2839 K/Pdt/2003. Menurut sifatnya penelitian ini digolongkan dalam penelitian deskriptif analisis. Penelitian deskriptif analisis adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. 57 Menurut Furchan salah satu jenis penelitian deskriptif analisis yaitu dengan studi kasus 58 dan kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai sengketa eksekusi jaminan hak tanggungan dimana pemenang lelang menjadi tergugat dan obyek lelang tidak dapat dimiliki oleh pemenang lelang. Kasus tersebut akan dibahas dan dianalisa menurut ilmu dan teoriteori maupun dengan pendapat dari peneliti yang kemudian akan disimpulkan Sumber dan Jenis Bahan Hukum Data merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung berhasilnya suatu penelitian, karena data adalah gejala yang akan dicari untuk diteliti, gejala yang diamati oleh peneliti dan hasil pencatatan terhadap gejala yang diamati oleh 57 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode penelitian pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), hal Ahmad Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Belajar,2004), hal Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitiandan Juri metri, (Jakarta : GhaliaIndonesia, 1988), hal 9.

28 28 peneliti. 60 Penelitian ini bertolak belakang dari suatu pengertian bahwa penelitian pada hakekatnya mencakup kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, analisa data dan konstruksi data yang semuanya dilaksanakan secara sistematis dan konsisten. 61 Data yang diperoleh agar bisa digunakan secara relevan atau sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti maka diperlukan data sekunder dan data primer sebagai bahan penunjang dalam penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya 62, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan. 63 Penelitian yuridis normatif, sumber dan jenis datanya terfokus pada data primer dan data sekunder yang meliputi bahan bahan hukum dan dokumen hukum termasuk kasus hukum yang menjadi pijakan dasar peneliti dalam rangka menjawab permasalahan dan tujuan penelitian. Menurut Soerjono Soekanto bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari norma atau kaidah dasar yaitu Pembukaan,Undang-Undang Dasar 1945, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan misalnya hukum adat, yurisprudensi, traktat dan KUHPerdata. 64 a. Bahan hukum primer yaitu : 60 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Peran dan Penggunaan Perpustakaan di Dalam Penelitian Hukum, (Jakarta : PDHUI, 1979), hal.1 61 Ibid, hal.1 62 J Supranto, Methode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003), hal.2 hal Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), 64 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1981), hal

29 29 1) Hukum dan Peraturan Perundang undangan Tentang Lelang 2) Undang Undang Tentang Hak Tanggungan 3) Undang-Undang Pokok Agraria 4) Peraturan Perundangan dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan pelaksanaan Hukum Lelang di Indonesia 5) Undang-Undang Peraturan Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 b. Bahan hukum sekunder yaitu : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, buku buku, literatur, artikel, makalah, dan tulisan tulisan yang berkaitan dengan lelang di Indonesia. c. Dokumen atau arsip resmi yang berkaitan dengan kasus lelang atas jaminan hak tanggungan melalui putusan Mahkamah Agung Nomor : 2839 K/Pdt/2003. d. Bahan hukum tersier berupa Kamus Hukum. 3. Teknik dan Alat Pengumpulan Bahan Hukum Data yang telah dikumpul melalui proses kegiatan pengumpulan data belum sepenuhnya dapat dipergunakan dan dapat memberikan arti pada tujuan penelitian. Penelitian belum dapat ditarik kesimpulan untuk mendapatkan tujuan dari penelitian sebab data itu masih merupakan bahan mentah, sehingga diperlukan usaha untuk mengolahnya. 65 Berkaitan dengan penelitian yuridis normatif maka metode pengumpulan data berstandar pada data sekunder yaitu dengan cara studi pustaka, hal Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta :Bumi Aksara, 2001),

30 30 wawancara, studi dokumenter, serta menggali masalah masalah hukum yang telah dibukukan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akan mendukung fakta penelitian dari narasumber yaitu dari pihak KPKLN Batam dalam hal ini adalah Kepala Seksi Hukum dan Informasi. 4. Analisis Bahan Hukum Penelitian yang dilakukan supaya mendapat hasil yang maksimal, maka sangat penting dilakukan analisis bahan hukum karena dengan analisis bahan hukum merupakan proses menyusun bahan hukum agar bahan hukum dapat ditafsirkan. 66 Untuk menganalisa permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, selain mengambil rujukan dari putusan Mahkamah Agung, juga diselaraskan dengan peraturan hukum yang terkait dengan permasalahan mengenai kasus lelang atas jaminan eksekusi hak tanggungan dengan memakai metode kualitatif. 67 Metode ini tidak bisa dipisahkan dengan pendekatan masalah, spesifikasi penelitian, dan jenis bahan hukum yang dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan bahan hukum deskriptif berupa kata-kata tertulis. 68 Analisis yang dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis yang mempergunakan aspek-aspek normatif (yuridis) melalui metode yang bersifat deskriptif analisis yang menguraikan gambaran dari bahan hukum yang diperoleh dan Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2000), hal Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hal 68 Ibid, hal 3.

31 31 menghubungkan satu sama lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan umum. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan deduktif dengan metode deduksi. Yaitu cara berpikir yang mengambil kesimpulan berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum kemudian ke khusus, fakta tersebut yaitu hasil putusan hakim yang dianalisa dalam kasus yang diangkat.

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya pertumbuhan perekonomian menciptakan motivasi masyarakat untuk bersaing dalam kehidupan. Hal ini di landasi dengan kegiatan usaha dan pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Tanggungan adalah suatu istilah baru dalam Hukum Jaminan yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU 149 DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, Jakarta : Pustaka Alumni, 1992. Asshiddiqie, Jimmly & M Ali Safa at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta : Sekjend

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. 13 A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Lelang sebagai suatu kelembagaan telah dikenal saat pemerintahan Hindia Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam Staatsblad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelesaian kredit macet perbankan yang terjadi pada bank-bank umum terutama pada bank umum milik pemerintah wajib di intensifkan dan harus dilaksanakan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yaitu action yang berarti

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yaitu action yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Hak milik, atas suatu barang dapat diperoleh melalui berbagai macam cara, salah satu di antaranya membeli di pelelangan. Lelang sebagai suatu lembaga hukum mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan adanya alat bukti tertulis dalam suatu pembuktian di Pengadilan mengakibatkan semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat dilakukan secara sendiri tanpa orang lain. Setiap orang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

Imma Indra Dewi Windajani

Imma Indra Dewi Windajani HAMBATAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG YOGYAKARTA Imma Indra Dewi Windajani Abstract Many obstacles to execute mortgages by auctions on the Office of State Property

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat sebagai tempat pembangunan dan juga tempat mata pencaharian masyarakat. Tanah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tanah merupakan salah satu sumber daya alam bagi kehidupan manusia dan merupakan salah satu kekayaan Indonesia yang mempunyai fungsi sosial amat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang menggerakkan roda perekonomian, dikatakan telah melakukan usahanya dengan baik apabila dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara.

BAB II LANDASAN TEORI. diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Teori 2.1.1 Teori Kepastian Hukum Kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto mendefenisikan sebagai kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu : 1) Tersedia aturan -aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda bergerak maupun yang tidak berwujud. Pesatnya perkembangan masyarakat dewasa ini, kebutuhan akan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia 7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya perekonomian suatu bangsa, menyebabkan pemanfaatan tanah menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini terlihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN. Rachmadi Usman, Hukum Lelang, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm.15 Ibid. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa pembangunan nasional saat ini negara dituntut untuk senantiasa mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan dasar negara yaitu Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan ekonomi dan perdagangan dewasa ini, sulit dibayangkan bahwa pelaku usaha, baik perorangan maupun badan hukum mempunyai modal usaha yang cukup untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Elizabeth Karina Leonita, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Elizabeth Karina Leonita, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perlindungan hukum terhadap pembeli lelang berarti adanya kepastian hukum bagi pembeli lelang atas barang yang dibelinya melalui lelang, memperoleh barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK. MANDIRI (PERSERO) Tbk. BANDAR LAMPUNG. Disusun Oleh : Fika Mafda Mutiara, SH.

PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK. MANDIRI (PERSERO) Tbk. BANDAR LAMPUNG. Disusun Oleh : Fika Mafda Mutiara, SH. PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. BANDAR LAMPUNG Disusun Oleh : Fika Mafda Mutiara, SH. 11010112420124 Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang perekonomian. Perbankan menjalankan kegiatan usahanya dengan mengadakan penghimpunan dana dan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan pembangunan merupakan dua variabel yang selalu sering mempengaruhi antara satu sama lain. Hukum berfungsi sebagai stabilisator yang mempunyai peranan menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, dan merupakan sarana bagi pemerintah dalam menggalakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyahkt yang adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembagunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan mempunyai utang. Perusahaan yang mempunyai utang bukanlah merupakan suatu hal yang buruk, asalkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, setiap manusia hingga perusahaan pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat manusia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk kredit atau pinjaman.

BAB I PENDAHULUAN. transaksi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk kredit atau pinjaman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era teknologi dan informasi sekarang ini, mendorong terjadinya peningkatan pembangunan di segala bidang. Salah satu peningkatan pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang keseluruhan bagiannya meliputi aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan BAB I 1. Latar Belakang Masalah Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan jaminan kepastian atas transaksi bisnis yang dilakukan para pihak, sifat otentik atas akta yang dibuat oleh

Lebih terperinci

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339 KEWENANGAN MENJUAL SENDIRI (PARATE EXECUTIE) ATAS JAMINAN KREDIT MENURUT UU NO. 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN 1 Oleh: Chintia Budiman 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari berbagai kebutuhan, seiring dengan meningkatnya kehidupan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan manusia lain dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ia memerlukan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENYELESAIAN HAK TANGGUNGAN DENGAN CARA LELANG. Arga Baskara,SH,MH

ALTERNATIF PENYELESAIAN HAK TANGGUNGAN DENGAN CARA LELANG. Arga Baskara,SH,MH ALTERNATIF PENYELESAIAN HAK TANGGUNGAN DENGAN CARA LELANG Arga Baskara,SH,MH Fakultas Hukum - Universitas Surakarta Email : are_go_unsa@yahoo.co.id ABSTRAK: Bank lebih sering menggunakan lelang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, matipun manusia masih memerlukan tanah. berbagai persoalan dibidang pertanahan khususnya dalam hal kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, matipun manusia masih memerlukan tanah. berbagai persoalan dibidang pertanahan khususnya dalam hal kepemilikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah atau sebidang tanah dalam bahasa latin disebut ager. Agrarius berarti perladangan, persawahan, pertanian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agraria berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang baik dengan sengaja maupun tidak, harus dapat dimintakan pertanggungjawaban terlebih lagi yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman negara Indonesia telah banyak perkembangan yang begitu pesat, salah satunya adalah dalam bidang pembangunan ekonomi yang dimana sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang semua kegiatan manusia tidak lepas dari yang namanya uang. Mulai dari hal yang sederhana, sampai yang kompleks sekalipun kita tidak dapat lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Dengan menghadapi adanya kebutuhankebutuhan tersebut, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 3 B. Saran... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 4 A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi sebagai salah satu bagian yang terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi sebagai salah satu bagian yang terpenting dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai salah satu bagian yang terpenting dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam perkembangan sejarah, lelang sebagai salah satu cara metode penjualan telah dikenal dan dipergunakan sejak dahulu. Suatu literatur dari

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tinjauan hukum..., Aryo Dharmajaya, FH UI., 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tinjauan hukum..., Aryo Dharmajaya, FH UI., 2009. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pembangunan Indonesia saat ini sedang giat-giatnya digalakkan mencakup segala bidang kehidupan, baik materiil maupun non materiil. Pada bidang materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian pada hakikatnya sering terjadi di dalam masyarakat bahkan sudah menjadi suatu kebiasaan. Perjanjiaan itu menimbulkan suatu hubungan hukum yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya yaitu membeli dari lelang. Perihal lelang diatur dalam Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya yaitu membeli dari lelang. Perihal lelang diatur dalam Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hak milik atas sesuatu barang dapat diperoleh dari berbagai macam cara, salah satunya yaitu membeli dari lelang. Perihal lelang diatur dalam Peraturan Lelang Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara tentu memerlukan suatu pembangunan untuk menjadi suatu Negara yang maju. Pembangunan yang dilaksanakan Bangsa Indonesia mengacu pada salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur oleh undang - undang termasuk dalam hal pengikatan antara

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur oleh undang - undang termasuk dalam hal pengikatan antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana diatur oleh undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (dalam tulisan ini, undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia, karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian terus berlangsung di manapun dan oleh siapapun sebagai pelaku usaha, baik pribadi, badan hukum privat atau publik, bahkan oleh gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat dewasa ini karena masyarakat sekarang sering membuat perikatan yang berasal

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta JAMINAN DAN EKSEKUSI Studi terhadap Pelaksanaan Eksekusi Barang Jaminan dalam Perjanjian Kredit di Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara Wilayah Kerja Salatiga \ \ Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan prinsip syari ah tidak mungkin dihindari akan terjadinya konflik. Ada yang berujung sengketa

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI Airlangga ABSTRAK Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

Lebih terperinci

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C. PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik

Lebih terperinci

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan, untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara Pemberi utang (kreditur)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Awal mula masuknya peseroan terbatas dalam tatanan hukum Indonesia adalah melalui asas konkordasi, yaitu asas yang menyatakan bahwa peraturan yang berlaku di

Lebih terperinci