BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam desain unit apartemen yang nantinya ingin dicapai agar dirasakan sejuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam desain unit apartemen yang nantinya ingin dicapai agar dirasakan sejuk"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Variabel penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini fokus pada suhu ruangan dalam desain unit apartemen yang nantinya ingin dicapai agar dirasakan sejuk bagi penghuni di dalamnya. Untuk mencapai suhu yang diinginkan dijawab dengan pengoptimalan penghawaan alami berupa ventilasi/bukaan dengan tujuan agar pergerakan udara di dalam unit apartemen dapat mengalir dengan baik. 2.2 Definisi singkat Apartemen Menurut buku Site Planning (1984 : 252), apartemen didefinisikan sebagai several dwelling units share a common (usually anindoor) access and are enclosed by a common structural envelope, yang berarti beberapa bagian unit hunian yang saling berbagi akses yang sama dan dilingkupi oleh struktur kulit bangunan yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993 : 51), apartemen didefinisikan sebagai tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan bertingkat; rumah flat; rumah pangsa; bangunan bertingkat terbagi dalam beberapa tempat tinggal. Suatu kompleks hunian dan bukan rumah tinggal yang berdiri sendiri (Joseph Dechiara, Time Saver Standart for Building Types). Sebuah ruangan atau beberapa susunan dalam beberapa jenis yang memiliki kesamaan dalam suatu bangunan yang digunakan sebagai rumah tinggal (Stein, 1967). 10

2 11 Menurut buku Apartments: Their Design and Development, apartemen didefinisikan sebagai.the apartment is the background for a series of emotional experience. It should be a relaxing haven from the tensions of earning a living, from noise and worry and strain. It should provide beauty, convenience, security, and privacy for the family living in it., yang berarti apartemen adalah dasar dari kumpulan pengalaman emosi. Apartemen harus menjadi suatu wadah relaksasi untuk melepas lelah karena kegiatan mencari nafkah serta bebas dari kebisingan, kecemasan dan tekanan. Apartemen harus memberikan keindahan, kenyamanan, keamanan dan privasi bagi keluarga yang tinggal di dalamnya. Secara umum, apartemen dapat didefinisikan sebagai suatu bangunan bertingkat lebih dari satu yang di dalamnya merupakan kumpulan dari beberapa unit hunian dengan tiap unit hunian memiliki ruang untuk hidup yang lengkap, dimana para penghuninya saling berbagi fasilitas yang sama. Karakteristik apartemen Ada beberapa hal berbeda antara satu apartemen dengan apartemen lainnya seperti tinggi bangunan, penampilan fisik, fasilitas yang disediakan, struktur yang digunakan, dan kelas apartemen. Secara garis besar, apartemen memiliki karakteristik sebagai berikut: Memiliki jumlah lantai lebih dari satu Terdiri atas beberapa unit dalam satu lantai Setiap unit hunian terdiri atas minimal 3 macam ruang yaitu ruang tidur, dapur, dan kamar mandi Setiap penghuni akan berbagi fasilitas yang ada di apartemen

3 12 Sirkulasi vertikalnya berupa tangga dan lift, sementara sirkulasi horizontalnya berupa koridor Keamanan, ketenangan, dan privasi lebih terjamin Akses yang mudah dan cepat untuk menjangkau fasilitasfasilitas yang ada Struktur dan bahan bangunan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama Setiap unit akan mendapatkan jendela yang menghadap ke luar bangunan Adapun ruang-ruang yang umumnya ada pada sebuah apartemen antara lain: Ruang duduk Ruang duduk harus dapat menampung aktivitas bersama suatu keluarga seperti menonton, mendengar music, membaca, dan tempat bermain anak-anak, sekaligus sebagai tempat relaksasi individual. Pada beberapa apartemen, ruang duduk juga berfungsi sebagai ruang tamu. Adapula ruang duduk yang sekaligus menyatu dengan kamar tidur, terutama pada unit hunian tipe studio. Ruang makan Ruang makan letaknya dekat dengan dapur dan ada kalanya menyatu dengan dapur ataupun ruang duduk untuk menghemat biaya. Dapur

4 13 Dapur harus mewadahi semua aktivitas persiapan makanan, penyimpanan dan penyajian makanan. Kamar tidur Setiap kamar tidur harus memiliki ruang yang cukup untuk menampung dua orang dan harus memiliki jendela yang menghadap ke luar bangunan untuk keperluan pencahayaan dan pengudaraan. Kamar mandi Perlengkapan kamar mandi yang paling standar terdiri dari kloset (duduk atau jongkok) dan shower atau bak mandi, wastafel dapat ditambahkan namun tidak mutlak. Pada kamar mandi apartemen menengah ke atas, kamar mandi dilengkapi dengan bath tub, adapula yang memiliki ruang peralihan tempat peralatan mandi (handuk, dll) atau kamar rias. Pada apartemen mewah, ada penambahan ruang-ruang seperti ruang kerja, ruang penerima tamu, foyer, ruang khusus pembantu, perpustakaan dan ruang baca, ruang rias, ruang penyimpanan pakaian. Pengelompokan apartemen Apartemen dapat dibedakan berdasarkan pengelompokannya masingmasing yaitu: 1. Apartemen berdasarkan golongan ekonomi penghuninya: Apartemen golongan bawah Apartemen golongan menengah Apartemen golongan mewah

5 14 Perbedaan antara ketiga jenis apartemen ini hanya terletak pada ukuran ruang pada tiap unit hunian, serta fasilitas yang disediakan oleh apartemen tersebut. 2. Apartemen berdasarkan jenis pembiayaannya. Ada dua jenis berdasarkan tipe ini yaitu: Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah Apartemen yang dibiayai oleh swasta/investor Perbedaan antara kedua jenis apartemen ini umumnya berpengaruh pada status kepemilikan unit-unit dalam apartemen tersebut. Apartemen yang dibiayai oleh pemerintah umumnya berharga murah dan memiliki sistem sewa atau sistem beli dengan tipe kepemilikan bersama (cooperative), dan seringkali dibangun untuk menampung masyarakat kalangan bawah yang tidak memiliki tempat tinggal, disebut pula dengan istilah rumah susun. Sementara apartemen yang dibiayai oleh swasta umumnya diperuntukkan bagi kalangan menengah dan kalangan atas, dengan sistem sewa atau sistem beli dalam bentuk condominium. 3. Apartemen berdasarkan ketinggian bangunan: Apartemen bertingkat rendah/low-rise yaitu apartemen yang mempunyai jumlah tingkat/lapis sampai 6 lantai. Apartemen bertingkat sedang/mid-rise yaitu apartemen yang memiliki ketinggian antara 6-9 lantai. Apartemen bertingkat tinggi/high-rise yaitu apartemen yang memiliki ketinggian di atas 9 lantai. Tipe apartemen ini

6 15 umumnya merupakan apartemen untuk golongan menengah ke atas karena biasanya dibangun di daerah yang memiliki keterbatasan lahan yang harga lahannya mahal. 4. Apartemen berdasarkan sistem penyusunan lantai: Simplex Pada apartemen jenis ini, setiap unit keluarga memiliki satu lantai hunian. Duplex Pada apartemen jenis ini, setiap unit memiliki dua lantai, dalam pembagian ruangnya satu lantai berfungsi sebagai lantai bersifat semi privasi, sedangkan lantai yang lainnya bersifat privasi. Triplex Pada apartemen jenis ini memiliki pembagian menjadi 3 lantai per unitnya. Dimana di tingkat 1 menjadi tempat servis, area di tingkat 2 bersifat semi privat, sedangkan area di tingkat 3 merupakan area yang bersifat privat. Dalam pembagian tingkat bervariasi yaitu: Half level dan split level. 5. Apartemen berdasarkan bentuk massa bangunan: Slab Pada apartemen berbentuk slab, bangunan akan berbentuk seperti kotak yang pipih. Massa yang berbentuk slab biasanya menggunakan koridor sebagai penghubung ruang yang terdiri dari: a. Double loaded corridor b. Single loaded corridor

7 16 c. Skip stop plan (single loaded corridor). Elevator membuka pada lantai-lantai tertentu, biasanya digunakan pada duplek apartemen. d. Terrace plan. Dalam unit terdapat teras yang berukuran besar sebagai ruang luar tambahan. Ruang ini mempunyai akses langsung ke ruang atap di atas apartemen. Tower Biasanya ketinggian bangunannya di atas 20 lantai. Sistem sirkulasinya menggunakan sistem core karena menggunakan lift. Ada berbagai variasi bentuk tower, antara lain: a. Single tower b. Multi tower Apartemen berbentuk tower ini dapat juga dibedakan berdasarkan sistem core yaitu Tower plan, Expanded tower plan, Cross plan, Expanded cross plan, Three wing plan, Five wing plan, dan Circular plan. Varian Massa apartemen yang berbentuk varian ini merupakan bentuk gabungan massa slab dengan podium dan tower dengan podium. 6. Apartemen berdasarkan pencapaian vertikal: Walk-up apartment Pada apartemen ini, sirkulasi vertikal utamanya adalah menggunakan tangga. Ketinggian bangunan apartemen ini maksimal hanya 4 lantai. Elevator apartment

8 17 Pada apartemen ini sirkulasi vertikal utamanya adalah lift dan memiliki sirkulasi vertikal sekunder berupa tangga yang seringkali juga merupakan tangga darurat. Ketinggian bangunan di atas 6 lantai. Ada dua macam sistem lift yang dapat digunakan pada tipe apartemen ini: 1. Lift berhenti di setiap lantai 2. Skip-floor elevator system. Lift yang digunakan diprogram untuk berhenti pada lantai-lantai tertentu pada bangunan. Umumnya sistem ini digunakan pada apartemen dengan sistem penyusunan lantai Duplex. 7. Apartemen berdasarkan pencapaian horisontal: Single-loaded corridor apartment Apartemen dengan tipe koridor ini dapat terbagi lagi menjadi dua yaitu: 1. Open corridor apartment Koridor pada tipe ini bersifat terbuka dengan pembatas terhadap ruang luar berupa tembok atau railing. 2. Closed corridor apartment Koridor bersifat tertutup oleh dinding, kadang memiliki bukaan berupa jendela ataupun jalusi atau bahkan tidak ada bukaan sama sekali. Double-loaded corridor apartment Tipe koridor pada apartemen ini dikelilingi oleh unit-unit hunian sehingga seringkali terletak di tengah-tengah bangunan (central corridor)

9 18 Tipe-tipe hunian pada apartemen Ada 5 macam tipe hunian yang sering dijumpai pada apartemen berdasarkan jumlah kamar tidur, antara lain: Tabel 2.1 Tipe hunian pada apartemen berdasarkan jumlah kamar tidur Keterangan Ruang-ruang yang ada Tipe penghuni Studio 1 kamar mandi Dapur kecil dan ruang makan menjadi satu Ruang duduk dan kamar tidur menjadi satu Lajang Pasangan muda yang baru menikah Orang lanjut usia 1 kamar tidur 1 kamar mandi Dapur dan ruang makan menjadi satu Ruang duduk Kamar tidur 2 kamar tidur 1 atau 2 kamar mandi Dapur Ruang duduk dan ruang makan menjadi satu Kamar tidur 3 kamar tidur 2 kamar mandi dengan satu kamar mandi dalam kamar tidur Dapur Ruang duduk Ruang makan (bisa juga menyatu dengan ruang duduk) Kamar tidur (bisa juga ditambah dengan 1 kamar pembantu) Penthouse Terdiri atas 2 lantai 3-5 kamar tidur 3 kamar mandi Dapur Ruang duduk/ruang keluarga Ruang makan Ruang kerja Ruang tamu Foyer Ada yang mempunyai kamar pembantu Untuk yang mewah ditambah dengan ruang baca Lajang Pasangan muda yang baru menikah Pasangan lanjut usia Keluarga kecil dengan 1-2 anak yang masih kecil/belum menikah Pasangan lanjut usia yang tinggal dengan sanak saudara Keluarga kecil dengan 3-4 anak yang masih kecil/belum menikah Pasangan muda yang baru menikah Keluarga besar dengan 4-5 anak Orang-orang kalangan atas Sumber: Apartments: Their Designs and Development (1967)

10 19 Fasilitas standar apartemen Ada beberapa fasilitas standar yang terdapat pada apartemen berdasarkan kelas apartemen tersebut antara lain: Tabel 2.2 Fasilitas standar yang ada di apartemen berdasarkan kelas apartemen Letak Kelas bawah Kelas menengah Kelas mewah Penjaga Penjaga pintu dan keamanan telepon Dalam unit hunian Dalam bangunan Pada tapak Binatu Lobi kecil Intercom Alarm pintu Balkon Pendingin tersendiri ruangan Binatu Area komersial Ruang bersama Tempat penyimpanan barang bersama Kolam tertutup Parkir di luar Parkir dengan bangunan pengawasan/di Tempat dalam bangunan menjemur Tempat bermain di pakaian luar ruangan Tempat dudukduduk di luar ruangan Kolam renang Sumber: Apartments: Their Designs and Development (1967) Balkon Pendingin ruangan terpusat Entrance servis Parkir yang terjaga ketat Tempat berbelanja Lift servis Penjaga pintu CCTV Parkir sistem valet Ruang pertemuan Pusat kebugaran Taman Area rekreasi Kolam renang renang 2.3 Teori Sustainable Architecture Sustainable Architecture adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja

11 20 arsitektur. Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah. Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai dari proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan. Visi arsitektur berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (glass houses effect), juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi kualitas dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan, kenyamanan, estetika dan nilai tambah. 2.4 Teori Penghawaan Alami Pencapaian sistem ventilasi alami ini dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa hal berikut (Broadbent,1973): Site dan keadaan tapak Bentuk dan desain bangunan Perencanaan dan desain interior Gambar 2.1 Letak bukaan dan pergerakan angin Sumber: Apartemen Subsidi Dengan Pendekatan Optimalisasi Penghawaan Alami Di Pulogadung Jakarta Timur (Carolline 2012)

12 21 Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa letak bukaan dapat menentukan bagaimana pergerakan udara dapat menyentuh ujung-ujung ruangan atau tidak. Letak bukaan yang berseberangan ujung ke ujung umumnya dapat membantu pergerakan udara dengan lebih baik. Adanya pembatas pada ruangan dapat mempersempit ruang aliran udara, sehingga memungkinkan terjadinya angin mati pada titik-titik tertentu. Bentuk bangunan bersama dengan lokasi ventilasi bukaan menentukan cara ventilasi alamiah operasi. Terdapat tiga prinsip ventilasi yaitu: Ventilasi satu sisi Gambar 2.2 Ventilasi satu sisi Sumber: Apartemen Subsidi Dengan Pendekatan Optimalisasi Penghawaan Alami Di Pulogadung Jakarta Timur (Carolline 2012) Prinsip ventilasi ini menunjukkan bagaimana aliran udara bagian luar dan dalam bangunan merupakan hal yang terkait, dan karenanya kekuatan penghawaan alami akan sangat berpengaruh. Selanjutnya, prinsip ventilasi ini memberikan indikasi tentang bagaimana udara masuk ke dalam gedung, dan bagaimana udara keluar dari tempat yang sama. Pergerakan udara melalui selubung bangunan juga dapat memainkan peran tertentu, tergantung pada desain selubung bangunan.ventilasi satu sisi bergantung pada bukaan hanya pada satu sisi ventilasi utama. Udara segar memasuki ruangan melalui sisi yang sama dengan udara yang telah digunakan. Contohnya adalah kamar dari sebuah bangunan dengan jendela yang dapat dibuka di satu sisi dan pintu masuk tertutup

13 22 disisi lain. Dengan bukaan ventilasi tunggal di ruangan itu, kekuatan pendorong utama di musim panas adalah turbulensi angin. Dalam kasus dimana bukaan ventilasi yang disediakan pada ketinggian yang berbeda, tingkat ventilasi dapat ditingkatkan dengan efek daya apung. Keadaan termal tergantung pada perbedaan suhu antara bagian dalam dan luar bangunan, jarak vertikal antara bukaan, dan area ventilasi sendiri. Ventilasi silang Gambar 2.3 Ventilasi silang Sumber: Apartemen Subsidi Dengan Pendekatan Optimalisasi Penghawaan Alami Di Pulogadung Jakarta Timur (Carolline 2012) Ventilasi silang ini terjadi ketika udara mengalir di antara dua sisi selubung bangunan melalui angin yang disebabkan perbedaan tekanan antara kedua sisi. Ventilasi udara masuk dan keluar melalui jendela, celah atau kisi-kisi yang terintegrasi di bagian fasad gedung. Kondisi pergerakan udara bergerak dari sisi angin bertiup ke sisi bawah angin. Sebuah contoh sederhana adalah sebuah perencanaan kantor dengan konsep lanskap tebuka di mana ruang membentang di kedalaman seluruh bangunan. Aliran udara yang juga dapat melewati beberapa ruangan melalui pintu terbuka atau kisi-kisi.ventilasi silang mempertimbangkan satu ruang di mana udara memasuki salah satu sisi ruang dan keluar dari sisi yang berlawanan. Udara yang bergerak melintasi ruang, diharapkan dapat mengambil panas dan polutan. Akibatnya, ada batas untuk kedalaman ruang yang dapat secara efektif lintas berventilasi.

14 23 Ventilasi menumpuk (lubang udara secara vertikal) Gambar 2.4Ventilasi menumpuk Sumber: Apartemen Subsidi Dengan Pendekatan Optimalisasi Penghawaan Alami Di Pulogadung Jakarta Timur (Carolline 2012) Ventilasi vertikal terjadi di mana kekuatan pendorong mempromosikan arus keluar dari gedung, sehingga menarik udara segar dalam melalui lubang ventilasi di tingkat yang lebih rendah. Udara segar biasanya masuk melalui lubang ventilasi pada tingkat rendah, sementara digunakan dan terkontaminasi udara habis melalui high level ventilasi bukaan (aliran terbalik dapat terjadi selama beberapa kondisi). Merancang outlet berada dalam wilayah angin yang disebabkan under pressure dapat meningkatkan efektivitas stack ventilation. Sebuah khas contoh adalah sebuah bangunan dengan bagian tengah tinggi, dimana hangat dan udara yang terkontaminasi dari ruang sekitarnya naik sampai habis melalui menara angin yang terletak di atap. Karena sifat fisiknya, efek tumpukan membutuhkan ketinggian tertentu antara inlet dan outlet. Hal ini dapat dicapai misalnya oleh meningkatkan lantai dengan tinggi langit-langit, memiringkan profil dari atap, atau menerapkan cerobong atau atrium. Berdasarkan sifatnya, ventilasi tumpukan menyerupai cross ventilation sejauh beberapa ruang individu yang bersangkutan, di udara yang memasuki salah satu sisi ruang dan daun dari sisi 1 berlawanan. Udara dapat mengalir di seluruh lebar bangunan dan habis melalui cerobong asap, atau mungkin mengalir dari tepi ke tengah untuk habis melalui cerobong pusat atau atrium.

15 Teori Untuk dapat memecahkan masalah penelitian, maka dilakukan studi/kajian terhadap penelitian- penelitian terdahulu mengenai penghawaan alami. 1. Apartemen dengan pendekatan penghawaan alami di Jakarta (oleh Laurents Bernatto, 2012) Berangkat dari permasalahan kota Jakarta yang pada penduduknya dan banyaknya pembangunan tetapi dibarengi keterbatasan lahan, menyebabkan dampak buruk di lingkungan Jakarta.Salah satunya adalah pemborosan energi. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis mendesain suatu bangunan hunian dengan konsep hemat energi. Perwujudan dari penghematan energi pada karya tulis ini berfokus pada masalah penghawaan. Dengan cara memaksimalkan sistem penghawaan, baik secara alami maupun buatan diharapkan bisa terjadi penghematan energi yang cukup signifikan dan juga memenuhi kebutuhan penghuni Apartemen akan udara segar. Penulis menganalisa penghawaan pada ruangan apartemen menggunakan software ecotect agar diketahui bentukan ruangan seperti apa yang cocok agar penghawaan dapat mengalir dengan baik. Untuk mendapatkan penghawaan alami yang optimal bagi ruangan hunian apartemen perlu diketahui besaran arah angin yang paling dominan berasal dari mana serta mengetahui kebutuhan besaran bukaan pada tiap ruangan hunian serta juga di pengaruhi luasan ruang, sehingga faktor-faktor yang saling terkait tersebut kita dapat menentukan besaran bukaan tersebut.

16 25 2. Apartemen menengah di kawasan Cengkareng dengan pendekatan desain pencahayaan alami pada bukaan jendela (oleh Augusta Christopher, 2012) Pada jurnal ini penulis merencanakan proyek apartemen pada Cengkareng yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan akan pemenuhan tempat tinggal untuk masyarakat golongan menengah. Pada proyek apartemen ini, pendekatan desain mengarah kepada penggunaan pencahayaan alami untuk penerangan pada pagi hingga sore hari. Penggunaan pencahayaan alami pada hunian dapat menghemat listrik cukup besar, sehingga aspek pencahayaan cukup penting untuk dipertimbangkan dalam desain apartemen. Karya ini adalah hasil penelitian yang menggunakan metode analisis eksploratori dengan pendekatan kuantitatif. Hasil yang didapat adalah mengetahui bentuk massa yang ideal dengan tapak sesuai dengan arah pembayangan serta menentukan besaran bukaan jendela. Penulis menggunakan metode penelitian berupa perhitungan besar bukaan menggunakan standart dari SNI dan analisa pembayangan menggunakan alat bantu sketchup. Segala hasil pengamatan akan diolah ke dalam desain apartemen Cengkareng Jakarta. Dari hasil penelitian ini penulis menarik kesimpulan bahwa untuk mendapatkan bukaan untuk pencahayaan yang optimal bagi ruangan perlu diketahui kebutuhan kuat cahaya yang disesuaikan dengan fungsi ruang, selain itu juga dipengaruhi luasan ruang, sehingga faktor-faktor yang saling terkait tersebut kita dapat menentukan besaran bukaan tersebut. 3. Analyzing the ventilation performance of tropical high density residential precints using computational fluid dynamics (oleh HII JUN CHUNG Daniel, 2011)

17 26 Kota-kota besar di dunia semakin besar karena mereka terus tumbuh untuk memenuhi peningkatan populasi. Kota-kota ini biasanya mengharuskan perencanaan perkotaannya dapat menyesuaikan dengan kepadatan yang tinggi. Dalam konteks tropis, kota dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti Singapura dan Hong Kong tidak memiliki ruang yang mewah untuk bangunan tingkat rendah. Kota-kota ini harus membangun dengan rasio tingkat bangunan 4 lantai ke atas untuk memuat penghuninya yang banyak. Satunya solusi mereka adalah gedung dibangun setinggi mungkin, sejauh bahwa perubahan pola aliran angin alami, yang membawa dampak lingkungan kepada masyarakat. Hal ini umumnya tidak baik karena aliran angin membantu untuk menjaga kenyamanan termal rakyat, sedangkan hawa panas dan polutan disalurkan keluar dari kota untuk menghindari efek Urban Heat Island. Dalam konteks tropis, aliran angin sangat penting untuk menjaga kenyamanan termal orang, karena suhu umumnya sangat tinggi dari paparan matahari sepanjang tahun. Penelitian telah menunjukkan bahwa aliran angin memainkan bagian yang paling penting dalam menjaga kenyamanan termal manusia meskipun mengekspos sinar matahari langsung di daerah tropis. Oleh karena itu, analisis aliran angin ini sangat penting untuk membuat desain yang berkelanjutan dan hemat energi, karena orang tidak harus bergantung pada ventilasi mekanis untuk mengkompensasi kurangnya aliran angin. Computation Fluid Dynamic (CFD) selalu digunakan dalam bidang arsitektur, desain perkotaan dan perencanaan perkotaan untuk memahami pola aliran angin melalui lingkungan binaan. Ketersediaan perangkat keras yang lebih kuat bagi pengguna komputer mainstream serta menurunkan biaya komputer ini dibuat CFD lebih mungkin untuk diadopsi dalam dunia desain saat ini. Ini

18 27 juga berarti menggunakan CFD dalam proses desain, terutama untuk menganalisis dampak dari desain dengan kondisi situs saat ini dan pola angin tahunan akan membantu desain baru untuk lebih responsif terhadap situs. Kepentingan dari makalah ini adalah untuk menganalisis tipologi kepadatan tinggi untuk melihat seberapa baik mereka menanggapi pola aliran angin lokal. Tipologi A dianggap diterima ketika aliran angin akan melalui situs masih mempertahankan kecepatan angin dapat diterima. Ini berarti tidak memblokir dari angin dan menciptakan ruang stagnan. Desain yang berbeda menghasilkan tipologi yang berbeda yang akan merespon secara berbeda terhadap pola angin. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tipologi kepadatan lokal tinggi dalam hal respon mereka terhadap angin. Perubahan tipologi dapat dieksplorasi juga untuk melihat apakah kinerja akan berbeda. Untuk tipologi yang dianggap gagal total dalam hal respon terhadap angin, hal itu dapat meningkatkan kinerjanya jika orientasi diubah. Cara termudah untuk melakukannya adalah dengan memompa ketinggian bangunan. Dalam kesimpulan, merancang dalam menanggapi angin sangat penting karena lebih berkelanjutan dan responsif terhadap efek Urban Heat Island. Sebuah desain yang respons yang baik dengan pola angin akan membantu menghemat biaya beban pendinginan dan pengeluaran fan. Orang-orang juga akan lebih bersedia untuk menggunakan ruang luar yang akan secara keseluruhan menghasilkan ruang kota yang lebih baik. Akibatnya, sebuah kota dengan kepadatan tinggi jumlah penduduk yang besar masih dapat menikmati kenyamanan termal yang baik jika perencanaan kota secara umum dan desain merespon dengan baik untuk angin.

19 28 4. Numerical simulation of effect of urban geometry layouts on wind and natural ventilation under mediteranian climate (Oleh Bouchahm Yasmina, 2012) Penggunaan "simulasi" metode iklim mikro untuk situs perkotaan menyajikan banyak kepentingan, karena ini dapat berfungsi sebagai kita observasi dan analisis konsekuensi dari berbagai skenario yang berkaitan dengan keberadaan dan pentingnya elemen konstituen dalam ruang kota. Angin di luar ruang kota adalah salah satu parameter yang paling sulit untuk mengidentifikasi dan mengendalikan bidang tertentu ketidakstabilan. Saat ini, di bidang ventilasi, ada beberapa alat simulasi luar ruang, digunakan untuk menilai aliran angin pada skala spasial yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan efek dari geometri perkotaan tata letak pada pergerakan angin dan ventilasi alami luar. Namun, penelitian ini menyelidiki efek pada kenyamanan termal luar dari layout bangunan di daerah perumahan yang direncanakan terletak di kota wilayah Mediterania Jijel lembab Aljazair. Dalam rangka meningkatkan kenyamanan dalam ruang terbuka, alat simulasi 3D numerik ENVI, bertemu 3,1 beta 4 digunakan untuk mensimulasikan iklim thermal perkotaan dengan memperhitungkan berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian, hasil simulasi ini akan dibahas dalam makalah ini. 5. Parametric approach to the bioclimatic design of a student housing in Patras, Greece Sebuah kompleks perumahan baru di Kampus Universitas Patras, Yunani, diharapkan untuk melayani sebagai test bed untuk bereksperimen dengan proses desain parametrik yang mengintegrasikan data iklim yang signifikan. Untuk mengoptimalkan kinerja lingkungan kompleks perumahan

20 29 yang diusulkan algoritma desain parametrik telah dikembangkan. Algoritma menghubungkan data cuaca di daerah dengan topografi lokasi dan fitur geometris dasar bangunan di situs. Untuk mengeksplorasi interaksi fitur bangunan dengan angin yang berlaku di daerah dan paparan matahari sepanjang tahun aplikasi perangkat lunak berbagai, termasuk simulasi CFD, telah digunakan. Dimasukkannya data angin algoritma menjadikan itu sangat efektif. Proses parametrik dikembangkan telah berguna selama tahap desain awal ketika studi tentang berbagai pola untuk mengatur bangunan di situs dilakukan. Proses parametrik telah memfasilitasi konfigurasi blok bangunan khas juga. 2.6 Kaitan teori dengan masalah Apabila dikaitkan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini, seperti kepadatan penduduk di kota Jakarta menuntut banyaknya pembangunan juga untuk mendukung segala kegiatan yang ada. Banyaknya pembangunan ini ternyata berdampak tidak baik pada lingkungan di Jakarta. Timbulnya kemacetan dan yang terutama dampak buruk bagi lingkungan karena pembangunan tersebut tidak sesuai dengan konsep arsitektur berkelanjutan. Penggunaan energi di bangunan sering berlebihan sehingga terjadi pemborosan energi, terutama di penggunaan AC sebagai penghawaan buatan. Jakarta dengan iklim tropisnya memiliki karakter tingkat curah hujan yang tinggi, radiasi matahari yang panas serta kecepatan angin yang rendah. Hal ini yang menyebabkan penggunaan AC memakan beban energi yang besar. Penggunaan AC bertujuan untuk mencapai suhu yang sejuk dalam ruangan.

21 30 Dalam teori-teori yang diambil, para penulis juga mengungkapkan bahwa permasalahan pada penggunaan AC sebagai penghawaan buatan memang boros energi karena itu perlu didesain bangunan yang hemat energi. Dengan pengoptimalan ventilasi/bukaan pada bangunan dapat mengurangi pemborosan tersebut. Terkait dengan jurnal terdahulu, metode yang digunakan untuk meneliti seperti menggunakan software untuk mendukung data yang ada, juga dilakukan dalam penelitian ini. Konsep penghawaan alami dengan mengandalkan arah angin yang datang terbesar di tapak dan menyesuaikan dengan sistem ventilasi yang ada pada bangunan juga dipakai.

22 Kerangka berpikir Latar Belakang Pengoptimalan penghawaan alami dengan desain ventilasi/bukaan dan ruang terbuka pada bangunan apartemen Perancangan hunian apartemen yang terletak di tengah ibukota dengan menerapkan topik sustainable housing yang hemat energi sesuai dengan iklim tropis dengan pengoptimalan penghawaaan alami Tinjauan Umum Maksud dan Tujuan Tinjauan Khusus - Definisi singkat - Teori Studi lapangan: Survey ke salah satu apartemen di Jakarta, Survey tapak, Studi literatur: Studi jurnal terdahulu, Studi definisi dan teori pendukung Feed back POKOK PERMASALAHAN Analisa Analisa yang dilakukan meliputi analisa tapak, analisa bangunan, analisa wind mapping, analisa sistem ventilasi, analisa manusia dan kegiatannya, analisa matahari dan angin, serta analisa lain yang dibutuhkan dalam perancangan Merancang hunian yang beradaptasi sesuai dengan iklim tropis dan menghasilkan hunian yang hemat energi dengan mengoptimalkan penghawaan alaminya sehingga suhu di dalam bangunan tetap terasa sejuk. Konsep Perancangan Konsep yang diterapkan adalah optimalisasi penghawaan alami pada bangunan dengan mengandaalkan arah angin yang bertiup ke tapak dan sistem ventilasi/bukaan yang digunakan SKEMATIK DESAIN PERANCANGAN

23 Hipotesis Dari kerangka berpikir dapat ditarik sebuah hipotesis yaitu bahwa dengan pengoptimalan penghawaan alami berupa ventilasi/bukaan dan ruang terbuka dapat membantu pergerakan angin masuk ke dalam apartemen sehingga udara dapat mengalir dengan lancar dan dapat dicapai suhu yang sejuk dan nyaman bagi penghuninya. Dengan begitu, pemborosan energi dapat diminimalisir.

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. TINJAUAN UMUM II.1.1. Pengertian Apartemen Beberapa definisi dari kata Apartemen sebagai berikut : Menurut buku Site Planning (1984 : 252), apartemen didefinisikan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan.

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan. BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Gambaran Umum Proyek Judul Tema Sifat proyek : Perencanaan Apartemen : Arsitektur life style : fiktif II.2. Tinjauan Khusus II.2.1. Pengertian Apartemen Apartemen adalah - Merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II. 1. TINJAUAN UMUM II. 1. 1. Pengertian Apartemen Tempat tinggal, (terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Solusi-solusi desain yang diterapkan oleh biro Kas+Architecture dalam perancangan rumah tinggal Bukit Gading Mediterania dan rumah tinggal Langsat, sejalan dengan kajian teori

Lebih terperinci

MACAM-MACAM APARTEMEN BERDASARKAN SISTEM SIRKULASI CORE TYPE WALK UP APARTMENT CORRIDOR TYPE WALK UP APARTMENT

MACAM-MACAM APARTEMEN BERDASARKAN SISTEM SIRKULASI CORE TYPE WALK UP APARTMENT CORRIDOR TYPE WALK UP APARTMENT MACAM-MACAM SISTEM KORIDOR PADA APARTEMEN SINGLE-LOADED CORRIDOR CLOSED CORRIDOR OPEN CORRIDOR DOUBLE-LOADED CORRIDOR MACAM-MACAM APARTEMEN BERDASARKAN SISTEM SIRKULASI WALK UP APARTMENT CORE TYPE WALK

Lebih terperinci

APARTEMEN SUBSIDI DENGAN PENDEKATAN OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI DI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR

APARTEMEN SUBSIDI DENGAN PENDEKATAN OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI DI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR APARTEMEN SUBSIDI DENGAN PENDEKATAN OPTIMALISASI PENGHAWAAN ALAMI DI PULOGADUNG JAKARTA TIMUR Carolline, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta caine_whitechick@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Apartemen yang akan dirancang adalah apartemen dengan berbagai klasifikasi, yakni: High-Rise Apartment. Apartemen dengan sistem beli atau ownership. Double-loaded

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen BAB 4 ANALISIS DATA 4.1 Analisis Aspek Manusia Analisa yang dilakukan pada aspek ini membahas kegiatan penghuni apartemen, staf pengelola dan karyawan apartemen, serta tamu yang datang di apartemen. Analisa

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Arsitektur Bioklimatik Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI. dari ruang-ruang tempat tinggal (Grolier, 1973).

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI. dari ruang-ruang tempat tinggal (Grolier, 1973). BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum II.1.1. Pengertian Apartemen Sebuah ruangan dalam suatu bangunan, suatu bagian dalam rumah yang terpisah dari yang lain dengan sekat; sederetan atau

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Dasar Rusunawa Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara kita, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat

Lebih terperinci

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perancangan Apartemen di Jakarta Dengan Eksplorasi Bentuk dan Deflector

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perancangan Apartemen di Jakarta Dengan Eksplorasi Bentuk dan Deflector BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Perancangan Apartemen di Jakarta Dengan Eksplorasi Bentuk dan Deflector Berdasarkan Pengaruh Angin dijabarkan dalam pengertian sebagai berikut dimana kata perancagan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan untuk tempat tinggal yaitu seluas 45964,88 Ha, dengan keterbatasan lahan

Lebih terperinci

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. LEMBAR PENGESAHAN... CATATAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PERNYATAAN PRAKATA. DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. ABSTRAK. i ii iii iv v vii x xiii xv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 5.1 Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Sumber: Data olahan pribadi, 2013

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif. BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Orientasi Massa Bangunan Bagian massa bangunan apartemen menghadap arah utara-selatan sedangkan massa bangunan pusat perbelanjaan berbentuk masif dan mengarah ke dalam.

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan 3.1.1 Rancangan Skematik Kawasan Tapak Dalam rancangan skematik kawasan tapak penulis mencoba menyampaikan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Sustainable Architecture (Materi pertemuan 6) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Sustainable

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Bentuk Massa Bangunan Berdasar Analisa Angin, Matahari dan Beban Pendinginan Gambar 58. Massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari Gambar 59. Massa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

Penghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin

Penghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin Penghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin Mamiek Nur Utami, Muhammad Ibrahim, Nurzaman Azis Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Email:

Lebih terperinci

Perancangan Rumah Susun dengan Aspek Bioklimatik di Kota Malang

Perancangan Rumah Susun dengan Aspek Bioklimatik di Kota Malang Perancangan Rumah Susun dengan Aspek Bioklimatik di Kota Malang Mohdar Rizqoh Alhamid 1, Beta Suryokusumo Sudarmo 2, Heru Sufianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Student Housing Student housing atau asrama mahasiswa didefinisikan sebagai suatu fasilitas tempat penginapan yang ditunjukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Kualitas Ruang V.1.1 Skema Hubungan Makro Main Entrance Apartemen Entrance Plaza Parkir Lobby Fasilitas seni & Lobby Apartemen Pusat Perbelanjaan Fasilitas Service Pengelola

Lebih terperinci

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING Emil Salim 1 dan Johanes Van Rate 2 1 Mahasiswa PS S1 Arsitektur Unsrat 2 Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Unsrat ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN Laporan Perancangan Arsitektur Akhir The Green Residential Tropical & Resort Architecture BAB V HASIL RANCANGAN V.1. Analisa V.1.1. Zoning Vertical Gambar V. 1. Zoning Vertical Sumber: Hasil Analisa Bangunan

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel menjadi salah satu solusi tempat sementara seseorang/kelompok untuk menginap selama mereka pelakukan keperluannya di daerah/kota tersebut. Tidak heran di jaman

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI 5.1. Konsep Pengolahan Lahan Rusuna Bertingkat Tinggi 5.1.1. Skenario Pengolahan Lahan Gambar 5.1. Skenario pengolahan

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 TUJUAN DAN SASARAN...

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB V. KajianTeori Kajian Teori Tema Desain Uraian Interprestasi dan Eloborasi Teori Tema Desain

BAB V. KajianTeori Kajian Teori Tema Desain Uraian Interprestasi dan Eloborasi Teori Tema Desain BAB V KajianTeori 5.1. Kajian Teori Tema Desain 5.1.1. Uraian Interprestasi dan Eloborasi Teori Tema Desain Penekanan tema desain yang diterapkan pada Sekolah Tinggi ini adalah arsitektur ekologis. Ekologi

Lebih terperinci

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI 1 Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI Membuat analisa pada tapak, mencakup orientasi matahari, lingkungan, sirkulasi dan entrance, kontur. Analisa Zoning, mencakup zona public, semi public dan private serta

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang bertempat tinggal dan bekerja di dalam kota maupun yang berasal dari daerah pinggiran seperti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya rumah tinggal mempunyai halaman depan dan halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan

Lebih terperinci

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA

APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Sensus Penduduk dan Tabel 2. Data Proyeksi Perkembangan Sensus Penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Sensus Penduduk dan Tabel 2. Data Proyeksi Perkembangan Sensus Penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan kota metropolitan dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tiap tahunnya. Menurut data sensus BPS pada tahun 2010, meskipun jumlah penduduk Jakarta

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN APARTEMEN

BAB II TINJAUAN TEORI DAN APARTEMEN BAB 2 Tinjauan Teori dan Apartemen 10 BAB II TINJAUAN TEORI DAN APARTEMEN II.1 Definisi Apartemen Apartment : a suite of rooms forming one residence; a flat. a block of apartments. (Oxford English Dictionary)

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan dari Apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat ini adalah All in One Place, dimana para penghuni bangunan merasa nyaman dan tidak perlu lagi mencari hiburan diluar

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( ) SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Hemat Energi pada IklimTropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Green Architecture (Materi pertemuan 7) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PRINSIP-PRINSIP GREEN

Lebih terperinci

Pola Tatanan Unit Terhadap Perletakan Sirkulasi Vertikal Penghuni Pada Apartemen Casa Grande Residence

Pola Tatanan Unit Terhadap Perletakan Sirkulasi Vertikal Penghuni Pada Apartemen Casa Grande Residence Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No. Vol. 1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 Pola Tatanan Unit Terhadap Perletakan Sirkulasi Vertikal Penghuni Pada UTAMI, ASTERINA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N V.1 Perancangan Siteplan Siteplan massa bangunan berorientasi kepada pantai Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Pada siteplan ini jalan utama untuk memasuki kawasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HALAMAN JUDUL RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Kantor sewa merupakan sebuah area untuk bekerja, dimana banyak orang selalu disuguhkan dengan konsep yang kaku dan cenderung membosankan sehingga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii v vi viii xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA Susy Irma Adisurya Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti E-mail: susyirma@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci