BAB III ANALISIS. 3.1 Analisis Tapak Batasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS. 3.1 Analisis Tapak Batasan"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS 3.1 Analisis Tapak Batasan Gambar 16 : Peta dan Foto Udara Eksisting Stasiun Manggarai Sumber :Google Earth Batas Utara : Jl. Stasiun Manggarai Dalam rencana kawasan Manggarai, sebelah Utara stasiun akan dibangun fasilitas umum. Batas Selatan : Bengkel kereta api Dalam rencana kawasan Manggarai, sebelah Selatan stasiun akan dibangun fasilitas umum. Batas Timur : Jl. Manggarai Utara dan taman Dalam rencana kawasan Manggarai, sebelah Timur stasiun akan dibangun fasilitas wisma dan taman sebagai ruang terbuka hijau. Batas Barat : Perumahan Dalam rencana kawasan Manggarai, sebelah Barat stasiun akan dibangun fasilitas umum. Luas Lahan : 4 Ha KDB : 50% KLB : 3,5 GSB : 6m 22

2 Berdasarkan analisis batasan, maka bagian dasar stasiun yang diperbolehkan dibangun sebesar m2. Dengan lantai atas berjumlah dua lantai. GSB yang cukup besar dapat digunakan sebagai lahan parkir mobil dan motor. Rencana kawasan sekitar stasiun yang sebagian besar akan digunakan sebagai fasilitas umum (komersial) dapat dijadikan view yang potensial selain sebuah taman di sebelah Timur stasiun sehingga untuk fasilitas penumpang pada stasiun dibuat dinding transparan agar pengguna dapat melihat semua view Iklim Suhu rata-rata : 27 C Kelembaban : 80-90% Curah Hujan : mm Kecepatan Angin : 5-10knot Berdasarkan analisis terhadap iklim yang merupakan iklim tropis maka untuk perancangan stasiun Manggarai yang baru harus dipenuhi hal-hal berikut ini. Stasiun harus mampu menampung dan mengalirkan air hujan dari atap sampai ke saluran air kotor sehingga tidak akan menyebabkan kebocoran atau air masuk ke dalam bangunan dan menyebabkan kebanjiran. Selain tahan terhadap hujan, ruang di dalam stasiun tidak boleh terasa panas dan menyilaukan pada pagi, siang, dan malam hari; disediakan penghawaan sehingga pengguna di dalam stasiun merasa nyaman Matahari Gambar 17 : Analisis Matahari Sumber : dokumentasi pribadi 23

3 Letak rel kereta api Manggarai mengarah ke barat laut sehingga pengaruh sinar matahari tidak terlalu membuat panas bangunan baik bila diletakkan dalam posisi sejajar rel maupun tegak lurus dengan rel. Namun ada bagian dari bangunan akan mengarah ke Barat, sehingga membuat ruangan yang berada di dalamnya menjadi panas. Pada bagian ini perlu di disain penutup ruang yang tidak membuat panas tapi pengguna di dalam masih bisa melihat keluar Vegetasi Vegetasi sekitar bangunan sedikit dan tidak terlalu tinggi. Tinggi pohon sebelah Utara stasiun sekitar 10 m, sebelah Barat stasiun tinggi pohon sekitar 15 m, dan sebelah Timur stasiun terdapat taman rumput dengan pohon-pohon yang tingginya kira-kira 10 m. Vegetasi pada bagian Timur stasiun dapat dimanfaatkan sebagai view dari dalam bangunan. Gambar 18 dan 19: Keadaan Lingkungan Kawasan Manggarai Sumber : dokumentasi pribadi Gambar 20: Keadaan Lingkungan Kawasan Manggarai Sumber : dokumentasi pribadi 24

4 3.1.5 Sungai Gambar 21 : Sungai di Dekat Rel Stasiun Manggarai Sumber : dokumentasi pribadi Sebelah Utara lahan terdapat sungai Ciliwung yang cukup besar dengan garis sempadan sungai 7,5 m. Sebelah Barat lahan terdapat sungai kecil dengan sempadan sungai 2 m. Sungai Ciliwung ini dapat dimanfaatkan juga sebagai view dari dalam bangunan. Sungai kecil di sebelah Barat lahan dapat digunakan sebagai saluran pembuangan akhir air kotor dari bangunan setelah diolah terlebih dahulu Pencapaian Gambar 22 : Analisis Pencapaian Sumber : dokumentasi pribadi 25

5 Pencapaian dari luar ke bangunan bisa menggunakan kendaraan pribadi dari arah jl.stasiun Manggarai (dua arah), jl.manggarai Utara (satu arah), dan dari arah Barat stasiun (rencana pelebaran jalan dan satu arah). Angkutan umum dari arah Utara stasiun menggunakan ojek, bajaj, taksi, dan metromini. Angkutan umum dari arah Barat stasiun menggunakan bus (terminal bus Manggarai) dan busway (halte Manggarai). Untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung stasiun yang menggunakan angkutan umum dan member kenyamanan bagi pengguna kendaraan di jalan umum, maka lahan stasiun bagian Utara diberi area perhentian angkutan umum dengan penutup atap supaya aman dari cuaca. Untuk lahan bagian Barat diberi jalur pedestrian yang tertutup supaya pengunjung dari terminal dan halte tidak kehujanan atau kepanasan Analisis Bangunan Gambar 23 : Analisis Eksisting Sumber : dokumentasi pribadi 1. Bangunan stasiun yang sekarang merupakan warisan pemerintahan Belanda sehingga terlihat memiliki langgam kolonial. Hall stasiun yang masih ada sekarang kecil dan tidak terawat dan hall loket stasiun yang ada hanya menyediakan 6 loket. Gambar 24, 25, dan 26 : Keadaan Stasiun Manggarai Sumber : dokumentasi pribadi 26

6 2. Stasiun Manggarai yang sekarang memiliki peron baru tetapi kurang menyediakan tempat duduk sehingga penumpang yang menunggu kereta duduk di lantai. Jalur penumpang yang akan menuju ke peron bersilangan dengan jalur rel sehingga membahayakan penumpang yang akan menyebrang. Gambar 27, 28, dan 29 : Keadaan Stasiun Manggarai Sumber : dokumentasi pribadi 3. Stasiun Manggarai yang sekarang tidak steril, sehingga masyarakat umum bisa masuk kedalam stasiun tanpa ada pengawasan. Selain itu, penumpang yang keluar dari kereta, tidak melalui gerbang stasiun tetapi melalui jalur rel. Gambar 30, 31, dan 32 : Keadaan Rel Stasiun Manggarai Sumber : dokumentasi pribadi 4. Peron digunakan pedagang kaki lima untuk berjualan makanan, minuman, majalah, dan lain-lain. Sehingga mengganggu kenyamanan penumpang. Gambar 33 : Keadaan Rel Stasiun Manggarai Sumber : dokumentasi pribadi 27

7 5. Daerah Selatan stasiun digunakan untuk mencuci dan memperbaiki kereta. Tempat ini akan dipindahkan ke tempat lain karena fungsi stasiun yang baru adalah stasiun penumpang Pencapaian dari Kereta Api Gambar 34 dan 35 : Keadaan Rel Stasiun Manggarai Sumber : dokumentasi pribadi Gambar 36 : Analisis Sirkulasi Kereta Api Sumber : dokumentasi pribadi Stasiun Manggarai yang sekarang memfasilitasi kereta api komuter yang berasal dari dalam kota Jakarta, dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sehingga untuk mencapai stasiun Manggarai digunakan kereta api listrik ekonomi maupun eksekutif. Sedangkan kereta api dari kota daerah Timur misalnya Bandung, DIY, Surabaya, dan lain-lain hanya melintasi stasiun ini. Namun pada perkembangannya stasiun ini akan memfasilitasi penumpang dari kota daerah Timur menggunakan kereta api diesel dan penumpang dari Bandara Soekarno-Hatta menggunakan kereta api listrik diesel. Untuk kereta komuter, terjadi penambahan waktu dari sekitar 20 menit menjadi 6 mernit sehingga penumpang komuter tidak akan menunggu terlalu 28

8 lama. Tabel dibawah ini merupakan jadwal kereta api yang sekarang digunakan untuk kereta komuter dan kereta jarak jauh. Gambar 37 : Jadwal Keberangkatan KA Sumber : dokumentasi pribadi Kesimpulan Berdasarkan analisis tapak ini maka diperlukan bangunan stasiun yang baru untuk dapat menampung jumlah penumpang yang banyak dari berbagai tujuan karena stasiun yang sekarang tidak memiliki kapasitas yang cukup. Bangunan stasiun yang lama (kolonial) menurut PT. KAI akan dipindahkan ke Cikarang sehingga lahan 29

9 kereta api Manggarai ini akan dianggap kosong. Selain itu depo yang ada di Selatan stasiun akan dipindahkan ke Depok sehingga lahannya akan digunakan untuk sentra bisnis baru sesuai dengan rencana pengembangan. Untuk bangunan baru yang menghadap ke arah Barat, diperuntukkan bagi fungsi-fungsi yang tidak berhubungan langsung dengan penumpang misalnya servis maupun administrasi. Bila diperlukan untuk fungsi penumpang maka perlu penyelesaian yang dapat mengurangi panas matahari memasuki bangunan. Diperlukan sirkulasi yang aman untuk mencapai peron sehingga penumpang yang akan memasuki kereta api tidak perlu melewati rel kereta api. 3.2 Analisis Kegiatan Tabel 5. Analisis Kegiatan NO FASILITAS PELAKU KEGIATAN UTAMA ANALISA 1. FASILITAS UTAMA : pengunjung melakukan perpindahan dengan naik/turun antar moda transportasi Membutuhkan signage yang jelas dan orientasi yang Sarana Transit mudah Kereta Api 2. mengelola Membutuhkan FASILITAS PENUNJANG : Administrasi dan Manajemen Pimpinan Staff Administrasi menerima tamu mengadakan rapat melakukan transaksi ruang yang terpisah dari umum (privat) Staff Operasional Mengontrol peron Disediakan CCTV Operasional Petugas keamanan Mengontrol mesin sebagai kamera karcis pengawas untuk Menjaga keamanan membantu Mengontrol gerbang karcis Mengontrol kereta api pengontrolan Disediakan ruangan yang transparan untuk mengawasi 30

10 Penumpang Memeberikan informasi Disediakan layar Bagian Staff Menjual karcis informasi Pelayanan Petugas keamanan Menerima keluhan keberangkatan dan Penumpang penumpang kedatangan kereta Kereta Mengecek barang Disediakan ruangan bawaan penumpang informasi dan Melakukan city chek-in costumer servis Diperlukan loket karcis dan mesin tiket Diperlukan sarana x-ray dan loket 3. city chek-in FASILITAS Pengunjung makan/minum Penempatan yang PELENGKAP : pengelola menyiapkan pesanan mudah dilihat dan Restoran pengunjung di jangkau Dapur yang terpisah dari umum Jalur sirkulasi barang yang terpisah dari publik Pengunjung Membeli barang atau Penempatan yang Retail pengelola makanan mudah dilihat dan Menjual barang atau dijangkau makanan Jalur sirkulasi barang yang terpisah dari publik 3.3 Analisis Pemakai Tabel 6. Analisis Pengguna No Pengguna Kecenderungan Analisa 1. Penumpang Ingin berjalan sependek Penghubung antarmoda mungkin transportasi yang jelas dan 31

11 Mencari tempat duduk untuk menunggu Berjalan dan melihat-lihat Memerlukan informasi jadwal,biaya, dan arah Menunggu dan mencari pertokoan yang menjual buku-buku, majalah, atau makanan Mudah mencari teman jika berjanji untuk bertemu Mudah membawa barang Barang aman masuk kereta api 2. Pengantar Kemudahan memperoleh informasi Kemudahan melihat kedatangan dan keberangkatan penumpang Ingin mengantarkan sampai kereta atau kendaraan umum berangkat 3. Staf KAI Mencari tempat makan saat istirahat Mengawasi pergerakan moda transportasi Mengontrol penumpang yang datang ataupun pergi Bekerja dengan kenyamanan tinggi dekat Disediakan ruang-ruang yang mengalir dan ada pengarah Disediakan tempat duduk yang dirancang untuk jangka waktu menunggu panjang dan sebentar Ruang utama sebagai inti ruangan Disediakan jalur bagi penyandang cacat Menyediakan jumlah loket dengan perhitungan jumlah penumpang terbanyak pada jam sibuk Tersedia tempat menunggu yang nyaman Disediakan uang istirahat atau kantin Ruang-ruang kantor yang nyaman 32

12 4. Staf Railink Bisa mengontrol penumpang yang datang ataupun pergi Bekerja dengan kenyamanan tinggi Mengangkut barang bagasi dengan aman Mencari tempat makan saat istirahat 5. Pedagang Berada di tempat yang sering dilewati pengunjung Bisa mengawasi pembeli Mudah untuk bongkar muat barang 6. Pengunjung umum Membutuhkan orientasi atau penanda pada pintu masuk Mencari tempat yang menjual buku, majalah, atau makanan Melihat-lihat pemandangan ke lingkungan sekitar 7. Petugas Membersihkan lantai tanpa kebersihan menggangu penumpang Membersihkan tempat sampah sesering mungkin Membersihkan kaca jendela dengan aman Mudah menyimpan alat kebersihan Sirkulasi bagasi yang tertutup dari penumpang Disediakan uang istirahat atau kantin Ruang-ruang kantor yang nyaman Berada di jalur sirkulasi atau tempat tunggu Pintu masuk yang menarik Butuh tanda-tanda yang jelas dan menarik dengan ketinggian skala manusia Mengolah pemandangan ke potensi lingkunan sekitar Perlu adanya pemisahan yang jelas antara free area dengan paid area Bidang sirkulasi yang tidak patah dan berlikuliku Menyediakan tempat sampah di setiap jalur yang ramai penumpang Disediakan tempat penampungan sampah sementara dan shaft sampah antar lantai Disediakan ruang janitor 33

13 8. Petugas parkir Memberikan karcis parkir dengan mudah Mengawasi kendaraan yang diparkir Disediakan tempat karcis di pintu masuk dan keluar parkiran Disediakan ruang/menara pengawas parkiran 3.4. Analisis Ruang dan Bentuk Pola massa bangunan Terdapat dua jenis pola massa bangunan, yaitu : 1. Massa tunggal, yaitu bangunan yang hanya terdiri dari satu massa. 2. Massa majemuk, yaitu bangunan yang terdiri lebih dari satu massa. Berdasarkan kondisi pada tapak yang ada, efisiensi luas bangunan, dan efisiensi sirkulasi, maka dipilih jenis massa tunggal dengan bentuk linier (mengikuti sumbu rel) pada bagian bangunan Utara karena diatasnya terdapat jalur rel kereta api dan berbentuk melingkar pada bagian bangunan Selatan untuk mengorientasikan view ke arah luar Bentuk dasar bangunan Bentuk dasar bangunan digunakan bentuk dasar persegi dengan komposisi yang beraturan dan stabil, alasannya: Efisiensi ruang sangat baik. Dilihat dari fungsi bangunan sebagai stasiun yang memiliki ruang yang cukup beragam, maka pengefisiensian ruang sangat penting Sirkulasi dalam bangunan sangat baik dan akan bersifat linier Kesan bangunan netral 34

14 3.5 Analisis Struktur dan Utilitas Bangunan Fungsi dari struktur bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang terhadap iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh alam dan menyalurkan semua beban ke dalam tanah. Penentuan struktur yang tepat, kuat dan ekonomis akan dapat menambah keindahan arsitektur Sistem Struktur Bawah Penentuan jenis pondasi bangunan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain : Karakteristik tanah Kedalaman tanah keras Beban yang akan dipikul Kemudahan pelaksanaan Waktu pelaksanaan (berpengaruh terhadap masa konstruksi proyek) Pengaruh lingkungan sekitar proyek Alternatif penggunaan sistem pondasi 1 : Pondasi Tiang Pancang Tiang pondasi dibuat terlebih dahulu dengan metoda pre-fabrikasi untuk mendapatkan standarisasi, kemudian penempatannya dilakukan dengan alat pemancang. Pondasi Bored Pile Pada tahap awal dibuat lubang lebih dahulu, dengan cara di bor untuk kemudian diisi oleh konstruksi pondasi dicor di lokasi proyek. Pondasi Rakit ( Raft Fondation ) Prinsip kerjanya dengan membuat galian pada tanah seluas area bangunan dengan kedalaman pondasi yang telah diperhitungkan sesuai dengan daya dukung tanah di lokasi, sehingga akan terlihat seperti mangkok. 1 Francis D.K Ching, Building Construction Illustrated,John Wiley & Sons,Inc.,

15 JENIS PONDASI PONDASI TIANG PANCANG Tabel 7. Alternatif Penggunaan Sistem Pondasi SKETSA KELEBIHAN KEKURANGAN Pengerjaan tiang dibuat Pada saat penanaman dipabrik tiang pancang, Standar dan mutu terjaga baik menimbulkan getaran Mudah pada lingkungan sekitar diperoleh dalam jumlah yang banyak tapak Memerlukan biaya Pekerjaan lebih cepat tambahan untuk pengangkutan Perlu teknik penyambungan bila kedalaman tanah kerasnya cukup jauh PONDASI BORED PILE PONDASI RAKIT Tidak menimbulkan getaran yang keras Kekuatan menahan beban sama dengan tiang pancang Dipergunakan untuk segala jenis tanah Lubang galian dapat digunakan sebagai basement Sangat berguna digunakan pada banguan yang berada di tapak yang daya dukung tanahnya lemah Berdiameter besar sehingga biaya lebih besar Membutuhkan alat bantu khusus mulai dari alat bor Kurang praktis Perlu biaya tambahan untuk menggali tanah dan mengangkutnya Kesimpulan : Berdasarkan alternatif penggunaan pondasi diatas, maka pondasi yang digunakan pada stasiun Manggarai adalah pondasi bored pile, karena stasiun ini berada pada tanah yang tergolong stabil dan kemampuan pondasi tersebut menahan beban berat (pergerakan kereta api ). 36

16 Sistem Struktur Atas Sistem Struktur Bangunan Alternatif jenis sistem struktur yang dapat diterapkan pada bangunan adalah 2 : 1.Portal (kolom dan balok) Tabel 8. Alternatif Sistem Struktur Sketsa Kelebihan Kekurangan Kekakuan cukup tinggi Kurang fleksibel dalam Ruang yang dihasilkan bebas penataan ruang dalam kolom Pemakaian biaya cukup Dapat meredam bising besar (lebih cocok digunakan untuk bangunan tingkat tinggi) 2. Dinding Pemikul Sketsa Kelebihan Kekurangan Kekakuan cukup tinggi Ruang yang dihasilkan bebas kolom Dapat meredam bising Kurang fleksibel dalam penataan ruang dalam Pemakaian biaya cukup besar (lebih cocok digunakan untuk bangunan tingkat tinggi) 3. Wafel Sketsa Kelebihan Kekurangan Dapat membentuk ruang yang bebas Biaya relatif mahal kolom Tidak ada ruang Kuat mendukung gaya dari berbagai arah untuk penempatan Tidak memerlukan finishing karena sarana utilitas tampilan strukturnya mempunyai nilai Tidak dapat estetika diadakan penambahan sarana utilitas 2 Francis D.K Ching, Building Construction Illustrated,John Wiley & Sons,Inc.,

17 Kesimpulan : Berdasarkan analisis struktur bangunan, maka bangunan stasiun menggunakan sistem portal Bahan Struktur Pertimbangan bahan struktur berdasarkan studi bahan struktur 3 Tabel 9. Alternatif Penggunaan Bahan Struktur BAHAN STRUKTUR GAMBAR KEUNTUNGAN Kekakuan cukup tinggi Dapat menahan gaya yang besar BETON Mudah dalam pengaturan (fleksibel) Tahan terhadap panas/kebakaran KERUGIAN Pelaksaan relatif lama BAJA KOMPOSIT Pelaksanaan relatif cepat Fleksibilitas tinggi Ekonomis waktu Tahan terhadap bahaya kebakaran dan gempa Pemeliharaan mudah Tidak tahan terhadap panas yang tinggi Biaya relatif tinggi Biaya relatif tinggi Kesimpulan : Berdasarkan analisis diatas maka bahan struktur bangunan yang digunakan adalah struktur beton bertulang Struktur Lantai Pemilihan struktur untuk lantai bangunan berdasarkan pertimbangan : Fasilitas pendukung dan stasiun membutuhkan utilitas yang lengkap dan baik sehingga harus disediakan ruang sebagai tempat sarana utilitas ditempatkan. Kemampuan daya bentang 3 Francis D.K Ching, Building Construction Illustrated,John Wiley & Sons,Inc.,

18 Kemampuan untuk mendukung beban yang bekerja diatasnya. Berat bahan yang digunakan harus seringan mungkin sehingga dapat mengurangi beban struktur. Tabel 10. Alternatif Penggunaan Plat Lantai JENIS LANTAI BAHAN KEUNTUNGAN KERUGiAN STRUKTUR PLAT LANTAI Beton Ada ruang antara plat Makin lebar BALOK bertulang lantai atas dengan bentang, makin SATU ARAH / DUA Baja komposit plafon ntuk penempatan tebal plat lantai Relatif lebih murah ARAH terlalu berat PLAT LANTAI Beton Fungsi balok digantikan oleh Penempatan WAFEL bertulang plat wafel utilitas permanen Ukuran lebih tipis Penambahan saran dibandingkan dengan utilitas hanya sistem plat lantai + balok dapat ditempatkan Dapat sekaligus dibawah grid dimanfaatkan sebagai plafon wafel Beban struktur lebih berat Relatif mahal Kesimpulan : Berdasarkan analisis diatas, sistem struktur lantai bangunan menggunakan plat lantai balok satu/dua arah dengan konstruksi beton bertulang Struktur Atap Pertimbangan penggunaan struktur atap : Kesesuaian dengan tampilan bangunan (estetika eksterior) Sesuai dengan iklim setempat Kebutuhan fungsi ruang - ruang dengan struktur bentang yang bervariasi. 39

19 Pertimbangan jenis penutup atap 4 : Tabel 11. Alternatif Penggunaan PenutupLantai JENIS PENUTUP ATAP SKETSA KELEBIHAN KEKURANGAN Kuat dan kokoh Dapat terjadi Insultasi bunyi baik sekali keretakan DAK Beban besar (masif) BETON RANGKA BIDANG Kuat Ekonomis Bentang lebih kecil Terbatas dalam bentuk RANGKA RUANG Dapat digunakan dengan bentangan yang cukup panjang Bobot ringan Biaya relatif tinggi (tidak ekonomis) Kesimpulan : Bangunan stasiun ini membutuhkan ruangan tanpa kolom sehingga kolom untuk ruangannya menggunakan penutup dari rangka bidang Struktur Dinding a. Dinding Beton Ekspose (Ekspose Concrete Wall) Merupakan material masif, padat, dan berat. Penggunaan dinding beton solid dapat berupa kombinasi dengan dinding bata sebagai dinding ganda bagi lapisan dinding untuk ruang yang berhubungan langsung dengan ruang luar. Kesan ditimbulkan masif dan kokoh. b. Dinding Panel Alumunium (Alumunium Panel Wall) Digunakan sebagai pelapis dinding masif sebagi penyeimbang kesan kaku yang ditimbulkan dinding beton ekspos. Bahan ini dapat menambah penampilan bahan secara keseluruhan. 4 Francis D.K Ching, Building Construction Illustrated,John Wiley & Sons,Inc.,

20 Kesan yang ditimbulkan pada penampilan bangunan bersifat "modern, canggih, dan berteknologi tinggi" c. Dinding Permukaan kaca (Curtain Wall) Digunakan sebagai pelapis "estetika" yang transparan pada penyelesaian fasade bangunan, biasanya material ini digunakan pada fungsi bisnis (perkantoran). Interaksi yang dihasilkan oleh material ini bersifat interaksi visual dan pemisahan secara fisik Sistem Utilitas Sistem Penyediaan Air Bersih Kebutuhan akan pendistribusian air bersih untuk ruangan-ruangan seperti toilet, pantry, mushola, restaurant & café, kebutuhan pemadam kebakaran. Air bersih berasal dari PAM dan air sumur sebagai sumber air cadangan. Air RESERVOIR BAWAH POMPA RESERVOIR ATAS PANEL POMPA WATER SPRINKLER HYDRANT Diagram 1. Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem Pembuangan Air Kotor AIR HUJAN AIR KOTOR BAK PENAMPUNGAN BAK KONTROL RIOL KOTA KOTORAN BERLEMAK PERANGKAP LEMAK TANAH PENGENDAPAN TANAH CLORINASI Diagram 2. Sistem Pembuangan Air Kotor Sistem Pembuangan Sampah Sampah dapat berasal dari kegiatan di dalam bangunan dan penumpang / pengunjung. Sampah pada tempat sampah dikumpulkan dengan kereta dorong pada 41

21 setiap lantai, ditampung di tempat penampungan sementara dan selanjutnya diangkut dengan truk dari dinas kebersihan kota. SAMPAH TEMPAT SAMPAH BAK PENAMPUNGAN PENAMPUNGAN KOTA TPA Diagram 3. Sistem Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah dalam bangunan dibagi menjadi dua, yaitu : Vertikal, dengan menggunakan shaft sampah Horisontal, dengan meletakkan tempat sampah pada lokasi tertentu pada bagian bangunan untuk kemudian dikumpulkan dibawa ke pembuangan Sistem Jaringan Listrik Suplai listrik utama pada stasiun ini diperoleh dari PLN dan genset. Pemakaian genset digunakan pada saat lampu padam. Jaringan kabel yang akan digunakan adalah melalui jaringan kabel bawah tanah, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada ruangan dalam stasiun kabel-kabel ini diletakkan di langit-langit ruangan. Adapun sistem pendistribusian daya listrik yang diterapkan adalah sistem konvensional, yaitu sebagai berikut : Genset Jaringan PLN Gardu Central Panel Stasiun kereta api Diagram 4. Sistem Jaringan Listrik Sistem Komunikasi Sistem telekomunikasi yang terdapat didalam stasiun adalah : Komunikasi Ekstern Yaitu yang digunakan untuk hubungan komunikasi luar area. Disediakan sambungan telepon dari PT Telkom untuk pengelola bangunan dan ruang-ruang pelengkap lainnya serta komunikasi (telepon) umum. 42

22 Komunikasi Intern Yaitu yang digunakan untuk hubungan dalam bangunan. Disediakan interkom yang menghubungkan antara bagian-bagian bangunan yang memerlukan. Disediakan pula sound system yang digunakan untuk menyampaikan pengumuman, pengaturan pengoperasian perjalanan kereta, panggilan, keamanan dan lain-lain Sistem Pencahayaan Bangunan terpadu ini merupakan bangunan umum dengan berbagai macam aktivitas pengguna yang kompleks, yang memerlukan penyediaan fasilitas penerangan yang memadai. Sistem pencahayaan pada bangunan sangat berpengaruh terhadap kualitas suasana yang dihasilkan dan juga kenyamanan bagi pengguna yang berada di dalamnya. Berdasarkan sumber penerangan cahaya yang dibutuhkan dalam bangunan dapat dibedakan menjadi : 1.Pencahayaan Alami Pencahayaan alami menimbulkan kesan alami, biaya relatif murah dan tidak menimbulkan keletihan pada mata. Persyaratan yang harus dipenuhi: Tidak menyilaukan Penyebaran merata Kuat penerangan cukup Sistem yang dapat digunakan: Melalui skylight Melalui bukaan-bukaan, seperti penggunaan louvres pada bidang dinding sebagai ventilasi alami dan jendela dengan elemen pendukung tertentu (ornamen transparan) 2. Pencahayaan Buatan Bertujuan memberikan kenyamanan visual disamping suasana yang diinginkan. Terutama pemakaian pada malam hari dan pada ruangan yang tidak memperoleh cahaya matahari langsung. Intensitas penerangan cahaya tidak terlalu menyilaukan, intensitas cahaya untuk pencahayaan antara 50 lux 150 lux. 43

23 Sistem Penghawaan Suhu udara di kawasan Jakarta relatif panas pada siang hari. Sehingga untuk meningkatkan kenyamanan pada bangunan, diperlukan pengkondisian udara buatan. Pada dasarnya, ada 2 macam sistem penghawaan, yaitu : 1. Penghawaan Alami Sistem penghawaan alami dipakai di bangunan dengan sistem ventilasi silang (cross ventilation). Sistem ini digunakan pada ruang-ruang yang relatif besar dan tidak memerlukan pengkondisian udara yang intensif. 2. Penghawaan Buatan Digunakan pada ruang-ruang yang memerlukan kondisi udara yang intensif dan stabil sehingga dapat memenuhi tingkat kenyamanan thermal (22-26 C). Dengan penggunaan sistem ini, suhu dan kelembaban dapat diukur hingga mencapai tingkat kenyamanan yang diinginkan dan penghawaan terjadi dengan merata Sistem Keamanan Untuk keamanan pada bangunan digunakan sistem keamanan dengan camera monitor (CCTV) untuk hall utama, hall tiket, hall city check in, platform, dan fasilitas penunjang lainnya yang disambung dengan ruang penjaga/pengawas. 3.6 Kebutuhan Bangunan Rumus yang dipakai pada perhitungan kebutuhan ruang pada tabel di bawah ini berdasarkan standar oleh JICA. Asumsi jumlah penumpang : Jumlah Penumpang Komuter = penumpang/hari Jumlah Penumpang Jarak Jauh = penumpang/hari Jumlah Penumpang Bandara = penumpang/hari 44

24 Tabel 12. Perhitungan Kebutuhan Ruang Jumlah penumpang komuter pada peak hour (berlangsung selama 1 jam) = orang Jumlah penumpang jarak jauh pada peak hour (berlangsung selama 1 jam) = 994 orang Jumlah penumpang bandara pada peak hour (berlangsung selama 1 jam) = orang Hall utama S = A x B Concourse komuter S3=A x B S = luas area hall A = satuan luas area tunggu penumpang = 0,7m²/orang B = jumlah penumpang yang menunggu = c x q c = jumlah penumpang jam sibuk Q = % penumpang menunggu pada jam sibuk = 2,5 % B = x 2,5 % = 495,875~496 S3= luas concourse A= Luas per penumpang=0,7m²/orang B= Jumlah penumpang yang menunggu di concourse (asumsi 10%= 1713 orang) S = 0,7 x 496 = 347,2m² S3=0,7x1713 =1.199,1m² 45

25 Concourse jarak S3= luas concourse S3=1x596 jauh A= Luas per =596 m² S3=A x B penumpang=1m²/orang B= Jumlah penumpang yang menunggu di concourse (asumsi 60%= 596 orang) Concourse bandara S3=A x B Jumlah loket tiket komuter n = t/b S3= luas concourse A= Luas per penumpang=1m²/orang B= Jumlah penumpang yang menunggu di concourse (asumsi 60%= orang) n = jumlah loket t = jumlah penumpang pembeli tiket ( orang,asumsi 50% tiket langganan =8.567 orang/jam) b = kapasitas pemesanan (300 orang/jam) S3=1x1.024 =1.024m2 n = 8.567/300 = 29 loket ~(Jumlah loket=14 dan mesin loket yang kapasitasnya lebih cepat= 7 mesin). Jumlah loket tiket Jarak Jauh n = t/b n = jumlah loket t = jumlah penumpang pembeli tiket (994 orang) b = kapasitas pemesanan (225orang/jam) n = 994/225 = 5 loket 46

26 Jumlah loket tiket Bandara n = t/b n = jumlah loket t = jumlah penumpang pembeli tiket (1.707 orang) b = kapasitas pemesanan (225orang/jam) n = 1707/225 = 8 loket Gerbang Komuter N = (n1/p1 + n2/p2) + A N = jumlah gerbang n1 = penumpang masuk pada jam sibuk (asumsi yang masuk 40%=6.853 orang) P1 = jumlah penumpang yang masuk satu gate per jam(menggunakan mesin 1 kartu/orang=3 detik~1200 orang/jam) n2 = penumpang keluar pada jam sibuk (asumsi yang keluar 60%= orang) P2 = jumlah penumpang yang keluar satu gate per jam (menggunakan mesin=1200 orang/jam) A = tambahan gerbang = 2 Jumlah gate masuk N=(6853/1200)+2 = 7 gate jumlah gate keluar N=(10280/1200)+2 =11 gate 47

27 Gerbang Jarak Jauh N = (n1/p1 + n2/p2) + A N = jumlah gerbang n1 = penumpang masuk pada jam sibuk (asumsi yang masuk 40%=398 orang) P1 = jumlah penumpang yang masuk satu gate per jam (menggunakan pemeriksa manual =5detik~720 orang/jam) n2 = penumpang keluar pada jam sibuk (asumsi yang keluar 60%=596 orang) P2 = jumlah penumpang yang keluar satu gate per jam (menggunakan pemeriksa manual=720orang/jam) A = tambahan gerbang = 2 Jumlah gate masuk N=(398/720)+2 = 3gate jumlah gate keluar N=(596/720)+2 =3 gate Gerbang Bandara N = (n1/p1 + n2/p2) + A N = jumlah gerbang n1 = penumpang masuk pada jam sibuk (asumsi yang masuk 40%=683 orang) P1 = jumlah penumpang yang masuk satu gate per jam(menggunakan mesin =3detik~1200 orang/jam) n2 = penumpang keluar pada jam sibuk (asumsi yang keluar 60%=1024 orang) P2 = jumlah penumpang yang keluar satu gate per jam (menggunakan mesin=1200orang/jam) A = tambahan gerbang = 2 Jumlah gate masuk N=(683/1200)+2 = 3gate jumlah gate keluar N=(1024/1200)+2 =3 gate 48

28 Ruang antri tiket komuter S1 = L1 x L2 Ruang antri tiket jarak jauh S1 = L1 x L2 S1 = area hall mesin tiket L1 = lebar loket x jumlah loket = 1,05 x 29 = 30,45 L2 = panjang antrian 2,5m/10 orang S1 = area hall mesin tiket L1 = lebar loket x jumlah loket = 1,05 x 5= 5,25 L2 = panjang antrian 15m/10 orang S1 = 30,45 x 2,5 = 76,125m² S1 = 5,25 x 15 = 78,75m² Ruang antri tiket bandara S1 = L1 x L2 Ruang antrian pada gerbang masuk komuter S2 = L3 x L4 S1 = area hall mesin tiket L1 = lebar loket x jumlah loket = 1,05 x 8= 8,4 L2 = panjang antrian 15m/10 orang S2 = area antrian pada gerbang L3 = lebar total dari gerbang = (lebar 1 gerbang x jumlah gerbang) + toleransi = (1,1m x 7) + 2 = 9,7m L4 = panjang antrian 3m/10orang S1 = 8,4 x 15 = 126m² S2 = 9,7 x 3 = 29,1m² 49

29 Ruang antrian pada gerbang keluar komuter S2 = L3 x L4 Ruang antrian pada gerbang keluar dan masuk jarak jauh S2 = L3 x L4 Ruang antrian pada gerbang keluar dan masuk bandara S2 = L3 x L4 Kantor kepala stasiun S = N + 14 S2 = area antrian pada gerbang L3 = lebar total dari gerbang = (lebar 1 gerbang x jumlah gerbang) + toleransi = (1,1m x 11) + 2 = 14,1m L4 = panjang antrian 3m/10orang S2 = area antrian pada gerbang L3 = lebar total dari gerbang = (lebar 1 gerbang x jumlah gerbang) + toleransi = (1,1m x 3) + 2 = 5,3m L4 = panjang antrian 15m/10orang S2 = area antrian pada gerbang L3 = lebar total dari gerbang = (lebar 1 gerbang x jumlah gerbang) + toleransi = (1,1m x 3) + 2 = 5,3m L4 = panjang antrian 15m/10orang S = luas kantor N = jumlah pengunjung kantor = 10 orang/10m² S2 = 14,1 x 3 = 42,3m² S2 = 5,3 x 15 = 79,5m² S2 = 5,3 x 15 = 79,5m² S = = 24m² Kantor stasiun S = S1 + S2 + S3 S = luas kantor stasiun S1 = luas meja kepala = 7m² S2 = luas meja staf = 3,2m²/orang x 15 orang S = ,5 = 71,5 m² 50

30 Ruang rapat S = a x N Platform penumpang (mengikuti standar P.T. KAI) = 48m² S3 = ruang untuk staf tanpa meja =1,1m²/orang x 15orang = 16,5 m² S = standar luas ruang rapat a = standar pengunjung = 1,5m²/orang N = jumlah orang yang ikut rapat =15 Luas platform sejajar: Panjang = 200 m, lebar = 7m Panjang total platform = P pl P pl = (10 x gerbong kereta) = (10 x 20) =200m S = 1,5 x 15 = 22,5 m² Luas = 1400m² Tabel 13. Persyaratan Ruang Ruang Luas Persyaratan Keterangan Hall utama 694,4m² Ruangan bebas kolom Mudah terlihat dan dicapai Merupakan akses utama,masuk dan keluar stasiun Plafon ruangan tinggi Terdapat informasi signage dan informasi kereta yang berangkat/datang 51

31 Komuter Loket tiket 30,1 m² Keamanan yang tinggi, dibatasi dengan kaca Cahaya buatan yang terang Terdapat panel jadwal dan biaya kereta api komuter Ruang Ticket 32,5 m² Keamanan dipantau Vending CCTV Machine Terdapat informasi penggunaan dan tujuan kereta Ruang antri 76,125m² Ruangan bebas kolom tiket komuter Diawasi oleh petugas keamanan(langsung/c CTV) Ruang antrian 71,4 m² Ruangan bebas kolom gerbang Sejajar dengan loket komuter tiket Diawasi oleh petugas keamanan(langsung/c CTV) Ruang penjaga 12,5 m² Mudah melihat gerbang elektrik dan penumpang yang melewati gerbang Satu loket luas=2,15 m² (meja,kursi,komputer,d an sirkulasi) Jumlah loket=14(komuter), Terdapat 5 TVM Satu ruang penjaga=2,5m2 52

32 Concourse 1.199,1m² Tempat duduk sedikit komuter (+30 kursi) Terdapat informasi kereta dan signage Disediakan 8 telepon koin Disediakan tempat sampah WC 39 m² Pencahayaan buatan Shaft untuk air bersih dan kotor Musholla 30 m² Pencahayaan buatan Air bersih yang lancar mengalir Ruang ganti 8 m² Pencahayaan buatan popok Penghawaan Disediakan tempat sampah Ruang 18 m² Penghawaan Merokok Disediakan 10 kursi Merupakan zona paid Ruangan sebelum platform WC pria=7 urinoir, 3 closet, dan 2 wastafel WC wanita= 4 closet, dan 3 wastafel Janitor Terdapat 2 musholla Kapasitas musholla 15 orang 4 keran air wudhu Terdapat 2 ruangan Dua wastafel Jarak Jauh Loket tiket 21,5 m² Keamanan yang tinggi, dibatasi dengan kaca Cahaya buatan yang terang Terdapat panel jadwal Satu loket luas=2,15 m² (meja,kursi,komputer,d an sirkulasi) Jumlah loket=10 53

33 dan biaya kereta api komuter Ruang antrian 78,75m² Ruangan bebas kolom tiket jarak jauh Diawasi oleh petugas keamanan(langsung/c CTV) Ruang antrian 79,5m² Ruangan bebas kolom gerbang jarak Sejajar dengan loket jauh tiket Diawasi oleh petugas keamanan(langsung/c CTV) Ruang penjaga 10 m² Mudah melihat gerbang elektrik dan penumpang yang melewati gerbang Concourse 596 m² Terdapat tempat jarak jauh duduk berjumlah 25% dari penumpang yang datang (100 kursi) Tempat duduk yang nyaman Terdapat informasi kereta dan signage Terdapat TV Ruang tunggu 180 m² Pencahayaan alami dan cafe (60) dan buatan Penghawaan (dapur dan cafe) Air bersih yang lancar Shaft untuk air bersih dan kotor Satu ruang penjaga=2,5 m² Merupakan zona paid Ruangan sebelum platform Kapasitas 60 orang Luas dapur=31.2 m² 2 wastafel 54

34 Ruang tunggu 429 m² Pencahayaan alami 2 ruangan dan cafe (80) dan buatan Penghawaan cafe=80orang (dapur dan cafe) Luas cafe Air bersih yang lancar =31.2 m² Shaft untuk air bersih 2 cafe dan kotor Retail 27 m² Pencahayaan buatan 3 retail WC 78 m² Pencahayaan buatan Shaft untuk air bersih dan kotor WC pria=7 urinoir, 4 closet, 2 wastafel, dan 4 kamar mandi WC wanita= 4 closet, 5 wastafel, dan 4 kamar mandi Janitor Musholla 121 m² Pencahayaan buatan Air bersih yang lancar mengalir Ruang ganti 11 m² Pencahayaan buatan popok Penghawaan Disediakan tempat sampah Ruang 18 m² Penghawaan Merokok Disediakan 10 kursi Terdapat 2 musholla Kapasitas musholla 30 orang 4 keran air wudhu Terdapat 4 ruangan Dua wastafel 55

35 Bandara Loket tiket 23,65 m² Keamanan yang tinggi, dibatasi dengan kaca Cahaya buatan yang terang Terdapat panel jadwal dan biaya kereta api komuter Satu loket luas=2,15 m² (meja,kursi,komputer,d an sirkulasi) Jumlah loket=11 Ruang antrian tiket bandara Ruang antrian bandara 126m² Ruangan bebas kolom Diawasi oleh petugas keamanan(langsung/c CTV) 79,5m² Ruangan bebas kolom Sejajar dengan loket tiket Diawasi oleh petugas keamanan(langsung/c CTV) Concourse bandara m² Terdapat tempat duduk berjumlah 100 kursi Tempat duduk yang nyaman Terdapat informasi kereta dan signage Terdapat TV Merupakan zona paid Ruangan sebelum platform 56

36 Ruang tunggu 324 m² Pencahayaan alami dan cafe dan buatan Penghawaan (dapur dan cafe) Air bersih yang lancar Shaft untuk air bersih dan kotor City check in 110 m² Keamanan tinggi Petugas dapat bertatap Kapasitas 200 orang Luas dapur=31.2 m² 2 wastafel 6 counter langsung dengan penumpang Ruang x-ray 54 m² Keamanan tinggi 2 mesin x-ray Ruang 67 m² Keamanan tinggi pengambilan Petugas dapat bertatap bagasi langsung dengan penumpang WC 78 m² Pencahayaan buatan WC pria=7 urinoir, 4 closet, 2 wastafel, dan 4 kamar mandi WC wanita= 4 closet, 5 Shaft untuk air bersih wastafel, dan 4 kamar dan kotor mandi Janitor Ruang ganti 11 m² Pencahayaan buatan Terdapat 4 ruangan popok Penghawaan Dua wastafel Disediakan tempat sampah Ruang 18 m² Penghawaan Merokok Disediakan 10 kursi 57

37 Ruang 72,6 m² Keamanan tinggi Sebagai tempat untuk pemilahan memisahkan bagasi bagasi berdasarkan tujuan pesawat terbang Terletak terpisah dari fasilitas umum Kantor Railink 127,5 m² Pencahayaan buatan Terdapat 15 pegawai,1 Penghawaan kepala staff Ruangan yang tidak Terletak terpisah dari terlalu bising fasilitas umum Ruang rapat 22,5 m² Pencahayaan buatan Kapasitas 12 orang Railink Penghawaan Terletak terpisah dari Ruangan yang tidak fasilitas umum terlalu bising Ruang ganti pegawai railink 62,5 m² Penghawaan Pencahayaan buatan Terdapat 2 ruangan (pria dan wanita) 4 lemari loker, 4 bangku sepanjang 2 m, dan 8 kursi gudang 16 m² Penghawaan Pencahayaan buatan Musholla 30 m² Pencahayaan buatan Air bersih yang lancar mengalir Terdapat 2 musholla Kapasitas musholla 15 orang 4 keran air wudhu 58

38 WC pegawai 30 m² Pencahayaan buatan Shaft untuk air bersih dan kotor Pantry 12 m² Pencahayaan buatan Shaft untuk air bersih dan kotor Fasilitas Administrasi KAI Kantor Kepala 35 m² Pencahayaan buatan Stasiun Tidak bising Disediakan ruang tamu Dapat mengawasi fasilitas stasiun Kantor Wakil 20 m² Pencahayaan buatan Kepala Stasun Tidak bising Kantor stasiun 71,5 m² Pencahayaan buatan Tidak bising WC pria=3 urinoir, 2 closet, dan 1 wastafel WC wanita= 3 closet, dan 2 wastafel Janitor Terletak terpisah dari fasilitas umum Terletak terpisah dari fasilitas umum Terletak terpisah dari fasilitas umum 59

39 Ruang rapat 22,5 m² Pencahayaan buatan Kapasitas 12 orang KAI Terletak terpisah dari fasilitas umum Tidak bising Ruang ganti 62,5 m² Penghawaan Terdapat 2 ruangan pegawai Pencahayaan buatan (pria dan wanita) stasiun 4 lemari loker, 4 bangku sepanjang 2 m, dan 8 kursi gudang 16 m² Penghawaan Pencahayaan buatan Musholla 30 m² Pencahayaan buatan Air bersih yang lancar mengalir WC pegawai 30 m² Pencahayaan buatan Shaft untuk air bersih dan kotor Pantry 12 m² Pencahayaan buatan Shaft untuk air bersih dan kotor Terdapat 2 musholla Kapasitas musholla 15 orang 4 keran air wudhu WC pria=3 urinoir, 2 closet, dan 1 wastafel WC wanita= 3 closet, dan 2 wastafel Janitor 60

40 Ruang VIP 128 m² Pencahayaan buatan 2 ruangan, di lantai 1 dan dasar Terletak terpisah dari fasilitas umum Tidak bising Kamar mandi 24 m² Pencahayaan buatan 2 kamar mandi lantai 1 dan VIP dasar Shaft untuk air bersih dan kotor Ruang Istirahat 104 m² Penghawaan Tempat untuk istirahat Pegawai Pencahayaan buatan dan untuk makan Shaft untuk air bersih Kapasitas kantin 50 dan kotor orang Fasilitas lain stasiun Ruang 36 m² Dapat bertatap Kapasitas 2 orang informasi langsung dengan Terletak di Hall utama penumpang Terdapat informasi bangunan, jadwal kereta dan tarif Ruang 37,5 m² Pencahayaan buatan Terletak di zona publik reservasi Kapasitas 12 orang Tidak bising Costumer 37,5 m² Pencahayaan buatan Terletak di zona publik servis Kapasitas 6 orang Tidak bising 61

41 Ruang P3K 72 m² Pencahayaan buatan Tidak bising POLUSKA 130 m² Pencahayaan buatan Tidak bising Terdapat ruang tahanan sementara Terdapat ruang untuk dokter seluas 27 m² Terdapat tempat tidur untuk 4 orang Terletak diantara zona komersial dan kereta api Terdapat ruang kontrol stasiun Ruang Porter 60 m² Pencahayaan buatan Terdapat 2 ruangan untuk hall utara dan selatan Tempat duduk dengan kapasitas 25 orang Fasilitas Komersial Minimart 270 m² Pencahayaan buatan Terletak di zona publik Disediakan gudang penyimpanan barang Keamanan yang tinggi Retail 189 m² Pencahayaan buatan Terdapat 21 retail Terletak di zona publik 62

42 Biro perjalanan 42 m² Pencahayaan buatan Terdapat 2 biro Terletak di zona publik Dekat dengan gerbang keluar Money 40 m² Pencahayaan buatan Terdapat 2 biro Changer Terletak di zona publik Keamanan yang tinggi Restoran 480 m² Pencahayaan alami Terdapat 2 restoran buatan dengan kapasitas 100 orang Terletak di zona publik Cafe 480 m² Pencahayaan alami Terdapat 3 cafe dengan buatan kapasitas 50 orang Terletak di zona publik ATM 30 m² Terdapat 6 mesin di setiap hall WC 39 m² Pencahayaan buatan WC pria=7 urinoir, 3 closet, dan 2 wastafel WC wanita= 4 closet, dan 3 wastafel Shaft untuk air bersih Janitor dan kotor Musholla 30 m² Pencahayaan buatan Terdapat 2 musholla Air bersih yang lancar Kapasitas musholla 15 mengalir orang 4 keran air wudhu 63

43 Ruang ganti 8 m² Pencahayaan buatan Terdapat 2 ruangan popok Penghawaan Dua wastafel Disediakan tempat sampah Ruang 18 m² m² Penghawaan Merokok Disediakan 10 kursi Kantor 90 Pencahayaan buatan Pengelola Tidak bising Ruang ganti 62,5 m² Penghawaan pegawai Pencahayaan buata komersial Gudang 120 m² Penghawaan komersial Pencahayaan buatan Musholla 30 m² Pencahayaan buatan pegawai Air bersih yang lancar mengalir WC pegawai 30 m² Pencahayaan buatan Shaft untuk air bersih dan kotor Terletak terpisah dengan zona publik Terdapat 2 ruangan (pria dan wanita) 4 lemari loker, 4 bangku sepanjang 2 m, dan 8 kursi Terletak terpisah dengan zona publik Terdapat 2 musholla Kapasitas musholla 15 orang 4 keran air wudhu WC pria=3 urinoir, 2 closet, dan 1 wastafel WC wanita= 3 closet, dan 2 wastafel Janitor 64

44 Pantry 12 m² Pencahayaan buatan Shaft untuk air bersih dan kotor Fasilitas Operasional kereta PPKA 105 m² Pencahayaan buatan Dapat mengawasi secara langsung dan dengan kamera CCTV Pengawas 84 m² Pencahayaan buatan Peron Dapat mengawasi secara langsung Ruang sinyal 378 m² Pencahayaan buatan Diletakkan terpisah dengan bangunan stasiun Ruang 35 m² Pencahayaan buatan Perawatan Diletakan dekat dengan fasilits administrasi Memiliki akses untuk memeriksa seluruh kereta api Tiap peron memiliki pngawas peron dengan luas 7mx12m 65

45 Fasilitas Utilitas Ruang 124 m² Terletak dilantai dasar reservoir Jauh dari septictank Dinding ruangan yang kuat Ruang Pompa 21 m² Terletak dilantai dasar Jauh dari septictank Dekat dengan ruang reservoir Ruang AHU 180 m² Terletak dilantai dasar Pintu yang besar Ruang Genset 90 m² Terletak dilantai dasar Pintu yang besar Memiliki akses keluar bangunan untuk pengisian bahan bakar Ruang 36 m² Terletak dilantai dasar Elektrikal Tidak bersebelahan langsung dengan ruang reservoir Ruang traffo 36 m² Terletak dilantai dasar Tidak bersebelahan langsung dengan ruang reservoir Dekat dengan ruang elektrikal Roof tank 50 m² Terletak di atap Jauh dari jangkauan penumpang Chiller 40 m² Terletak di atap Jauh dari jangkauan penumpang Berada di zona servis Berada di zona servis Berada di zona servis Berada di zona servis Berada di zona servis Berada di zona servis 66

46 Septitank 106,25 m² Terletak jauh dari reservoir Didalam tanah Parkir Parkir Mobil m² Asumsi pengguna kendaraan=5% dari jumlah keseluruhan pada jam padat( orang)=992 orang Asumsi pengguna mobil=60%x992=595 Jumlah pengguna tiap mobil 3 orang,jadi jumlah parkir mobil=595/3=198 Luas total=198x12,5=2.475 m² Parkir Motor 336,6 m² Asumsi pengguna kendaraan=5% dari jumlah keseluruhan pada jam padat( orang)=992 orang Asumsi pengguna motor=40%x992=397 Jumlah pengguna tiap motor 2orang,jadi jumlah parkir mobil=397/2=198 Luas total=198x1,7=336,6 m² 67

47 Parkir Mobil 312,5 m² Asumsi pengguna Staf kendaraan pegawai=25% dari jumlah keseluruhan pegawai(250 orang)=63 orang Asumsi pengguna mobil=40%x63=25 Luas total=25x12,5 =312,5 m² Parkir Motor 64,6 m² Asumsi pengguna Staf kendaraan pegawai=25% dari jumlah keseluruhan pegawai(250 orang)=63 orang Asumsi pengguna motor=60%x63=38 Luas total=38x1,7 =64,6 m² Parkir Bus 60 m² Kapasitas 2 bus kecil Luas=3x10=30 m² Parkir Bus Staf 60 m² Kapasitas 2 bus kecil Luas=3x10=30 m² Parkir Taksi 187,5 m² 15 taxi Jumlah Sirkulasi 10% ,58 m² 1.379,958 m² Peron (7,5x200)x m² TOTAL ,538 m² 68

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan

BAB III ANALISA. Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan BAB III ANALISA 3.1 Analisa Tapak 3.1.1 Batas Tapak Gambar 20 Fungsi bangunan sekitar lahan Batas-batas tapak antara lain sebelah barat merupakan JL.Jend.Sudirman dengan kondisi berupa perbedaan level

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang

Lebih terperinci

Lahan ini memiliki luas ± m 2. Sehingga, luas bangunan maksimal. Sesuai KDB x 60% = m 2. Sesuai KLB x 0.6 = 23.

Lahan ini memiliki luas ± m 2. Sehingga, luas bangunan maksimal. Sesuai KDB x 60% = m 2. Sesuai KLB x 0.6 = 23. ΒΑΒ 3: Αναλισα 3.1. Analisa Lokasi 3.1.1. Analisa Lokasi Menurut Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) lahan ini memiliki ketentuan KDB 60%. KLB 0,6 dan garis sempadan 10 meter dari Jl. Terusan Dr. Djoendjoenan.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya tentang analisis maka ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 47 BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan terdiri atas kelompok ruang, program ruang, dan tapak terpilih. Kelompok ruang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS TIPE A DI CILACAP

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS TIPE A DI CILACAP BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS TIPE A DI CILACAP 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan Tujuan dari perencanaan dan perancangan Terminal Bus tipe A di Cilacap ini adalah

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN KA BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN KA BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN KA BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA 6.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan mengenai Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno- Hatta

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD BSD INTERMODAL TRANSPORT FACILITY 3.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan mengenai Fasilitas Transportasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4. 1 Ide awal (conceptual idea) Ide awal dari perancangan stasiun ini muncul dari prinsip-prinsip perancangan yang pada umumnya diterapkan pada desain bangunan-bangunan transportasi.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6 BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4. Analisa Tapak Luas Tapak : ± 7.840 m² KDB : 60 % ( 60 % x 7.840 m² = 4.704 m² ) KLB :.5 (.5 x 7.840 m² =.760 m² ) GSB : 5 meter Peruntukan : Fasilitas Transportasi 4.. Analisa

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP 5.1 Dasar Pendekatan Kolam Renang Universitas Diponegoro merupakan kolam renang tipe C. Program perencanaannya berdasarkan pada tinjauan

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Tabel 6.1 Program Redesain Terminal Terboyo KELOMPOK RUANG LUASAN Zona Parkir Bus AKDP-AKAP

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Museum kereta api merupakan bangunan yang mewadahi aktivitas memajang / memamerkan lokomotif, dan menampung pengunjung museum dan aktivitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Konsep Dasar

BAB IV KONSEP. 4.1 Konsep Dasar BAB IV KONSEP 4.1 Konsep Dasar Peron dan emplasmen kereta. Jumlah penumpang pada 1 hari 45,000 orang per hari Jumlah penumpang pada 1 jam padat (peak hour: ratio 12.5 %) = 5626 orang Headway kereta (jarak

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perancangan 6.1.1 Program 1. Kelompok Kendaraan Tabel 6.1 Kelompok Kendaraan Emplasement kedatangan Bus AKAP Bus AKDP Angkuta Angkudes Emplasement

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 6.1 Konsep Dasar Dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan dan perancangan Stasiun MRT Blok M Jakarta ini adalah sebuah bangunan publik

Lebih terperinci

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN Oleh : Puti Laras Kinanti Hadita, Indriastjario,Agung Dwiyanto Stasiun Sudimara (SDM) adalah stasiun kereta api kelas III yang terletak

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Pengguna bangunan terminal adalah mereka yang secara langsung melakukan ativitas di dalam terminal

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Asrama Mahasiswa Binus University merupakan bangunan hunian yang bersifat sosial, edukatif dan tidak komersial.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan mengenai Stasiun KA Merak ini didasarkan pada pendekatan yang telah dilakukan pada bab

Lebih terperinci

BAB V. Tabel 5.1. Besaran Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Belajar-Mengajar (Sumber: Analisa Pribadi, 2016)

BAB V. Tabel 5.1. Besaran Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Belajar-Mengajar (Sumber: Analisa Pribadi, 2016) BAB V PROGRAM PERENCANAAN N PERANCANGAN SMK GRAFIKA 1.1. Program Dasar Perencanaan 1.1.1. Program Ruang Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Sekolah Menengah Kejuruan Grafika di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL 5.1. Pendekatan Perancangan 5.1.1. Kelompok Pelaku Kegiatan Pelaku yang ada di Terminal Bus Bahurekso yaitu: a) Pemimmpin

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Pasar Yaik Semarang Program ruang pasar Yaik Semarang berdasarkan hasil studi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Denah 5.1.1. Perancangan Denah Lantai Satu Berdasarkan konsep pola-pola ruangan, perancangan denah ini merupakan pengembangan hubungan ruang yang telah dirancang.

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1.PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Tapak Tapak yang digunakan adalah tapak existing Asrama Universitas Diponegoro, dengan

Lebih terperinci

STADION AKUATIK DI SEMARANG

STADION AKUATIK DI SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Program ruang disini dibedakan sesuai dengan kelompok jenis kegiatan dan fungsinya, yaitu kelompok kegiatan umum,

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema BAB VI HASIL RANCANGAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema yang terkandung antara lain celebration

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN 5.1. Program Dasar perencanaan Program dasar perencanaan pada kampus II Pondok Pesantren Futuhiyyah terdiri

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

6.1 Program Dasar Perencanaan

6.1 Program Dasar Perencanaan BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TIDAR DI KOTA MAGELANG 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Kelompok Ruang Luar ruangan (m 2 ) A. Kelompok Ruang Luar 1 - Area Penurunan Penumpang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TRANS STUDIO SEMARANG. Keg. Penerima Gate / Main Entrance Disesuaikan Parkir Pengunjung 16.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TRANS STUDIO SEMARANG. Keg. Penerima Gate / Main Entrance Disesuaikan Parkir Pengunjung 16. BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TRANS STUDIO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Kelompok Kegiatan Jenis Ruang Luas Keg. Penerima Gate / Main Entrance Disesuaikan Parkir

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

Pelabuhan Teluk Bayur

Pelabuhan Teluk Bayur dfe Jb MWmw BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Aksesibilitas A. Pencapaian pengelola 1. Pencapaian langsung dan bersifat linier dari jalan primer ke bangunan. 2. Pencapaian

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema.

BAB IV: KONSEP Konsep Bangunan Terhadap Tema. BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Bangunan Terhadap Tema Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian terpadu dengan berbagai kelengkapan fasilitas. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet ini dibagi menjadi 3 yaitu bangunan primer, sekunder dan penunjang yang kemudian membentuk zoning sesuai fungsi,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista BAB IV ANALISA 4.1 Analisa Fisik Analisa Fisik merupakan analisa terhadap penempatan bangunan untuk mendapatkan data yang dapat dijadikan pedoman dalam perancangan sehingga bangunan menjadi tepat sasaran

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID BAB V PROGRAMMING 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Kelompok Kapasitaiber Perhitungan Un- Sum- Luas No (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID Masjid 1000 Jumlah

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang a. Aktivitas Utama Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar dari perancangan Pusat Rehabilitasi Medik ini adalah menciptakan suasana nyaman yang membuat pasien merasa baik. Artinya jika pasien merasa baik, maka pasien akan lebih

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1 Program Dasar Perencanaan Dalam perencanaannya, asrama ini merupakan tempat tinggal sementara bagi mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Gedung Sinepleks di Kota Semarang bertujuan untuk mewujudkan suatu rancangan fasilitas hiburan dan rekreasi

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Cafe and Chocolate Factory di Semarang dibagi menjadi 2 bagian yaitu program ruang dan tapak terpilih.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAGIAN LIMA KONSEP PERENCANAAN

BAGIAN LIMA KONSEP PERENCANAAN BAGIAN LIMA KONSEP PERENCANAAN Menghadirkan suatu bangunan stasiun kereta api dengan fasilitas komersial sebagai penunjang kegiatan. Memberikan alternatif pemecahan masalah transportasi di kawasan Manggarai

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. 3.1 Analisis Tapak

BAB III ANALISIS. 3.1 Analisis Tapak BAB III ANALISIS 3.1 Analisis Tapak Wilayah Gedebage terletak pada dataran rendah Kota Bandung dengan ketinggian antara 650-700 m di atas permukaan laut (dpl). Pada umumnya wilayah ini bertopografi landai

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal Ide awal rancangan bangunan perpustakaan ini adalah bangunan sebagai fitur taman. Masyarakat yang menggunakan ruang terbuka kota/taman Maluku ini dapat sekaligus menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan. Hasil ini berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

Lapas Kelas I A Kedungpane

Lapas Kelas I A Kedungpane BAB V PROGRAM PERANCANGAN DAN PERENCANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA 5.1. Tapak Terpilih Lokasi tapak dipilih berdasarkan rencana pembangunan lapas wanita oleh Kemenkumham Kanwil Jawa Tengah, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5. 1 Konsep Dasar. Sumber: dokumentasi pribadi, 2015

BAB V KONSEP. Gambar 5. 1 Konsep Dasar. Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 87 BAB V KONSEP A. Konsep Dasar Gambar 5. 1 Konsep Dasar Sumber: dokumentasi pribadi, 2015 Pada umumnya terminal bus memiliki 3 permasalahan utama yaitu sirkulasi silang, tindak kriminalitas dan polusi.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci