BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan bagian terluar tubuh manusia yang berfungsi untuk melindungi dari berbagai macam gangguan dari luar, terutama paparan sinar matahari yang dapat menimbulkan bercak hitam atau coklat pada kulit (hiperpigmentasi). Hiperpigmentasi merupakan kondisi dimana jumlah melanin berlebihan. Hiperpigmentasi ini dapat dicegah dengan suatu penghambat atau inhibitor enzim tirosinase (Hartanti dan Setiyawan, 2009). Penghambat enzim tirosinase yang sering digunakan untuk mengatasi hiperpigmentasi adalah hidrokuinon. Hidrokuinon mampu menurunkan jumlah melanin hingga 90% (Baumann dan Alleman, 2009). Namun, hidrokuinon yang digunakan terusmenerus dapat menimbulkan dampak negatif bagi kulit, yaitu iritasi, kulit menjadi merah (eritema), dan rasa terbakar. Efek ini terjadi segera setelah pemakaian hidrokuinon konsentrasi tinggi, yaitu diatas 4%. Pemakaian hidrokinon di bawah 2% dalam jangka waktu lama secara terus-menerus dapat mengakibatkan leukoderma kontak dan okronosis eksogen (Baumann dan Alleman, 2009) sehingga mendorong para peneliti untuk menemukan penghambat enzim tirosinase dari bahan alam yang lebih aman. Menurut Chang (2009) senyawa inhibitor tirosinase yang banyak terdapat pada tumbuhan adalah golongan flavonoid. Selain senyawa flavonoid, asam askorbat atau vitamin C, asam linoleat, alkaloid, saponin, dan juga tanin dapat menghambat aktivitas enzim tirosinase (Fithria, 2015; Badreshia dan Draelos, 2007; Shaheen, dkk., 2005; Hindritiani, dkk., 2013; Zhang dan Zhou, 2013). 161

2 2 Menurut Leelaprakash, dkk (2011) ekstrak etanol daun pare mengandung senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid mempunyai efek menghambat proses melanogenesis sebagai inhibitor tirosinase, melindungi kulit dari radiasi UV dan memperbaiki fungsi sel (Pandel, dkk., 2013). Flavonoid merupakan kelompok tirosinase inhibitor terbesar sampai sekarang (Chang, 2009). Senyawa flavonoid seperti liquiritin dalam sediaan krim liquiritin 2% terbukti mampu mengurangi hiperpigmentasi pada kulit manusia lebih baik dibandingkan dengan krim hidrokuinon 4% (Zubair dan Mujtaba, 2009). Berdasarkan uraian tersebut maka menarik untuk membuktikan aktivitas antihiperpigmentasi ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) pada kulit marmut belanda (Cavia porcellus). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) memiliki aktivitas antihiperpigmentasi secara in vivo pada kulit marmut belanda (Cavia porcellus) yang dipapar sinar UVB? 2. Apakah ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) memiliki aktivitas antihiperpigmentasi yang lebih tinggi daripada krim farma (hidrokuinon 4%, tretinoin 0,05% dan fluosinolon asetonid 0,01%)? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1. Membuktikan aktivitas antihiperpigmentasi secara in vivo ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) pada kulit marmut belanda (Cavia porcellus) yang dipapar sinar UVB.

3 3 2. Membandingkan aktivitas antihiperpigmentasi ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) dengan krim farma (hidrokuinon 4%, tretinoin 0,05% dan fluosinolon asetonid 0,01%). D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan bukti ilmiah bahwa ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) memiliki khasiat antihiperpigmentasi secara in vivo sehingga dapat dimanfaatkan oleh peneliti selanjutnya dalam penemuan antihiperpigmentasi dari bahan alam. E. Tinjauan Pustaka A. Daun Pare (Momordica charantia L.) Tanaman pare (paria) adalah tanaman herba berumur satu tahun atau lebih yang tumbuh menjalar dan merambat. Tanaman ini (gambar 1) merupakan tanaman tropis sehingga mudah tumbuh di indonesia, hidup di dataran rendah dan dapat dibudidayakan atau tumbuh sebagai tanaman liar di tanah kosong. Tanaman pare sangat mudah dibudidayakan dan tumbuhnya tidak tergantung pada musim sehingga dapat ditanam kapan saja (Hernawati, 2009). a. Klasifikasi Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan jenis tanaman obat-obatan, salah satunya adalah tanaman pare (Momordica charantia L.) (gambar 1). Sistematika taksonomi tanaman pare menurut Dasuki (1991) sebagai berikut : Kingdom Divisi : Plantae : Magnoliophyta

4 4 Sub Divisi Kelas Famili Genus Spesies : Magnoliopsida : Dycotiledonae : Cucurbitaceae : Momordica : Momordica charantia b. Morfologi Gambar 1. Daun Pare (Mutiara dan wildan, 2014) Tanaman pare memiliki akar tunggang dan akar serabut yang sangat lembut berwarna putih. Batang tanaman ini berwarna hijau tua (medium green), beruas-ruas batangnya, tidak berkayu dan bentuk cabang dari tanaman pare merambat dengan sulur berbentuk spiral yang berfungsi sebagai pengait sehingga tanaman tidak mudah roboh. Bentuk daun menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua (lay green) dan permukaan bawah berwarna hijau muda (medium green). Daun pare memiliki tajuk yang bergigi kasar sampai berlekuk menyirip, Panjangnya cm dengan lebar cm dengan pangkal daun berbentuk jantung dengan warna hijau tua (lay green). Tanaman pare mempunyai dua jenis bunga yang terpisah antara bunga jantan dan bunga betima. Buah pare berbentuk bulat agak panjang berwarna hijau

5 5 tua dengan rusuk buah yang tegas dan daging buah yang tebal, panjang cm dan diameter 8-13 cm serta mamiliki berat 0,25 kg. Biji buah pare berwarna coklat, permukaan benih kasar, betuk biji terkesan kotak agak lonjong dan pada buah yang sudah tua biji diselaputi pembungkus berwarna merah (Triwiyatno, 2003). c. Kandungan Kimia Menurut Dalimartha (2008) daun pare memiliki kandungan momordicine; momordin; charantine; asam trikosanik; resin; asam resinat; saponin; vitamin A dan C; serta minyak lemak yang terdiri atas asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan lemak oleostearat. Menurut Leelaprakash, dkk (2011) kandungan kimia daun pare yaitu alkaloid, flavonoid, dan tanin. Redha (2010) menyatakan flavonoid tergolong senyawa fenolik dan memiliki peran sebagai antioksidan. Senyawa flavonoid dalam daun pare diketahui dapat mencegah terjadinya hiperpigmentasi. Hal ini sesuai dengan penelitian in vitro yang dilakukan Tsai, dkk (2014) bahwa ekstrak daun pare dapat mengurangi produksi melanin dengan jalan menghambat kerja enzim tirosinase. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkhelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon. Flavonoid flavonol memiliki lebih banyak khasiat antioksidan dibandingkan jenis yang lainnya (Cuppett, dkk., 1954). d. Khasiat Tanaman Pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman yang memiliki banyak khasiat. Salah satu bagian tanaman pare yang memiliki

6 6 banyak khasiat adalah daun pare. Beberapa penelitian menyebutkan daun pare memiliki khasiat sebagai mukolitik, antipiretik, antifertilitas, anti hama, memperlancar ASI, dan anthelmentik. Penelitian Tsai, dkk (2014) juga menyebutkan bahwa daun pare memiliki khasiat sebagai antioksidan yang signifikan. B. Senyawa Alam sebagai Antihiperpigmentasi Senyawa alam dalam daun pare yang dapat menghambat enzim tirosinase diantaranya vitamin C, asam linoleat, alkaloid, saponin, dan tanin (Fithria, 2015; Badreshia dan Draelos, 2007; Shaheen, dkk., 2005; Hindritiani, dkk., 2013; Zhang dan Zhou, 2013). Masing-masing senyawa memiliki mekanisme yang berbeda. Vitamin C merubah melanin bentuk oksidasi menjadi bentuk reduksi dan mencegah pembentukan melanin dengan cara merubah DOPAquinone menjadi DOPA (Fithria, 2015). Asam linoleat bekerja mempengaruhi degradasi enzim, mengubah kandungan protein tirosinase di melanosit, dan juga mempengaruhi pigmentasi kulit dengan merangsang pergantian epidermal serta meningkatkan deskuamasi pigmen melanin dari epidermis (Badreshia dan Draelos, 2007). Shaheen, dkk (2005) menyatakan bahwa pada penelitian terhadap likotonin, salah satu jenis norditerpeoid alkaloid memiliki aktivitas sebagai inhibitor tirosinase. Selain alkaloid yang bersifat terpenoid, beberapa jenis alkaloid oxindole yang diisolasi dari Isatis costata juga dianggap signifikan sebagai inhibitor tirosinase, dengan nilai IC 50 berkisar antara 7,21 hingga 17,34 µm (Loizzo, dkk., 2012). Zhang dan Zhou (2013) melaporkan bahwa saponin yang diisolasi dari Xanthoceras sorbifolia mampu menghambat aktivitas tirosinase sebesar 52,9%. Selain itu dinyatakan bahwa penghambatan saponin kemungkinan merupakan

7 7 kombinasi antara penghambatan kompetitif dan ankompetitif terhadap tirosinase. Tanin diduga dapat menurunkan sintesis melanin dengan menghambat superoxide anion radikal, dimana Superoxide anion radikal ini dapat meningkatkan proses oksidasi L-tirosin menjadi L-DOPA sebanyak 40 kali lipat (Chaudhuri, dkk., 2007; Wood dan Schallreuter, 1991). C. Dampak Sinar UV Terhadap Melanogenesis pada Kulit Manusia Melanin diproduksi oleh melanosom yang dihasilkan oleh melanosit. Melanosit berada di lapisan stratum germinativum. Melanin yang terbentuk akan menyebar mengisi keratinosit (Fithria, 2015). Sel melanosit terdapat pada lapisan epidermis tepatnya di lapisan basal. Melanosit adalah sel dendritik yang membentuk melanin. Melanin berfungsi untuk melindungi kulit terhadap sinar matahari terutama sinar UV. Dermis berada di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Dermis terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu pars papilare dan pars retikulare yang mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea (Djuanda, 2007). Sumber radiasi UV alam menurut De Grujl (2000) adalah matahari. Spektrum sinar UV adalah elektromagnetik yang memiliki rentang panjang gelombang nm, dibagi menjadi sinar ultraviolet A atau UV-A (λ nm), sinar UV-B (λ nm) dan sinar UV-C (λ nm) (WHO, 2009). Panjang gelombang dari radiasi sinar matahari yang paling berisiko dalam pencapaiannya ke bumi menurut Pandel, dkk (2013) adalah UVB nm dan UVA nm. Semakin kuat radiasi UVB yang dipancarkan maka semakin menimbulkan reaksi di epidermis, dengan perkiraan 10% dapat mencapai dermis.

8 8 Radiasi UVA 50% akan mencapai dermis, sedangkan UVC hampir diserap sempurna oleh lapisan ozon sehingga tidak menimbulkan efek pada kulit. UVC dapat sangat merusak kulit, bahkan pada paparan yang sangat singkat. Sinar UV akan merusak gugus sulfhidril yang merupakan penghambat tirosinase. Dengan adanya sinar UV, enzim tirosinase bekerja secara maksimal dalam memicu proses melanogenesis. Kulit kemudian akan merespon melalui mekanisme perlindungan alami, ditandai dengan peningkatan melanosit dan perubahan fungsi melanosit sehingga timbul proses tanning sebagai respon terhadap radiasi UV (Damayanti dan Listiawan, 2004). Sinar UVB dapat mencapai bumi dengan mewakili 10% dari jumlah total sinar UV. UVB dapat menembus lapisan epidermis kulit ( nm) dan merupakan konstituen yang paling aktif dari cahaya matahari. UVB 1000 kali lebih kuat membakar kulit dibanding UVA. Efek negatif yang terbentuk adalah efek langsung dan tidak langsung, termasuk pembentukan photoproducts pirimidin (Katiyar 2005), isomerisasi trans asam cis-urocanic (Capote, dkk., 2006), induksi aktivitas dekarboksilase ornithine (Ahmad dan Gilliam, 2001), stimulasi sintesis DNA (Andley, dkk., 1996), produksi radikal bebas (Aitken, dkk., 2007), photoaging dan foto-karsinogenesis (Gruijl, 2000). Sinar UVB kemungkinan besar dapat menyebabkan kanker kulit (karsinoma sel skuamosa dan basal) dan imunosupresi (Clydesdale, dkk., 2001). UVA dikenal sebagai sinar penuaan, mewakili lebih dari 90% dari radiasi UV yang mencapai permukaan bumi (Koesoema, 2009). UVA dapat menembus lebih dalam ke dalam epidermis dan dermis kulit (sekitar 1 mm) dan meningkatkan pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) (Wondrak, dkk., 2006). Dibandingkan

9 9 dengan UVB, UVA 1000 kali lebih efektif memberi efek tanning langsung yang disebabkan adanya melanin di epidermis (Brenner dan Hearing, 2008). Paparan UVA kronis dapat merusak struktur penting dalam dermis dan menyebabkan photoaging pada kulit (Ichihashi, dkk., 2009), terutama menyebabkan kulit kendur daripada kulit berkerut (Krutmann, 2001). UVA dapat menghasilkan kerusakan struktural pada DNA, merusak sistem kekebalan tubuh, dan menyebabkan kanker. Situasi ini telah dikaitkan dengan 67% kasus melanoma maligna (Duthie, dkk., 1999). Melanogenesis (gambar 2) merupakan proses pembentukan melanin oleh sel melanosit pada stratum germinativum. Sintesis melanin dimulai dengan sintesis tyrosinase dalam retikulum endoplasma kasar, yang kemudian diakumulasi dalam kompleks golgi. Tyrosinase ini membutuhkan oksigen dan tembaga (Cu) untuk mengoksidasi asam amino menjadi 3,4 dihydroxyphenylalanine (L-DOPA) melalui jalur Raper Mason dan selanjutnya dioksidasi menjadi DOPAquinone, kemudian keduanya dikatalisis oleh tirosinase. DOPAquinone kemudian akan diubah menjadi DOPAchrome, lalu proses berikutnya diubah menjadi 5,6-dihydroxyindole (DHI) dan 5,6-dihydroxyindole-2-carboxylic acid (DHICA) yang akan membentuk eumelanin yaitu melanin berwarna hitam dan coklat. DOPA quinine yang berikatan dengan glutathione atau cysteine, kemudian membentuk cysteinyl DOPA atau feomelanin yang berwarna kuning kemerahan. Melanin yang terbentuk kemudian ditransfer dan didistribusikan ke keratinosit epidermal (Fithria, 2015). Melanogenesis pada kulit manusia tersebut dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal yang utama adalah paparan sinar UV, sinar ultraviolet yang sampai ke kulit akan diserap oleh kromofor endogen yaitu

10 10 melanin. Lalu akan terjadi reaksi fotokimiawi dan menghasilkan Photoproduct antara lain ROS (Reactive Oxygen Species), di mana ROS tersebut akan mengaktifkan phopholipase-c (PLC) dan membebaskan diacetyl glycerol (DAG) serta inositoltriphosphat. DAG dan inositoltriphosphat berfungsi sebagai second messenger yang dapat mengaktifkan faktor nuklear sehingga akan memacu transkripsi DNA di inti sel. Transkripsi DNA tersebut akan meningkatkan pembentukan enzim tyrosinase dan selanjutnya terjadilah melanogenesis yang berlebihan. Selain itu, paparan sinar UV mampu merusak gugus sulfihidril pada epidermis. Gugus sulfihidril ini mampu menghambat enzim tyrosinase dengan jalan mengikat ion Cu dari enzim tersebut. Gugus sulfihidril yang rusak dapat membuat kerja enzim tyrosinase semakin meningkat dan memacu proses melanogenesis yang berlebihan (Fithria, 2015). Gambar 2. Melanogenesis (Gillbro dan Olsson, 2011) D. Kelainan hiperpigmentasi yang sering dijumpai adalah melasma (chloasma) dan freckles (epheliede) (Plensdorf dan Martinez, 2009). Melasma

11 11 (chloasma) merupakan bercak berwarna cokelat muda atau hitam berukuran besar pada area wajah (pipi, dahi, dagu, dan bibir atas) yang dapat meluas ke daerah leher. Melasma dapat terjadi pada pria (10%) maupun wanita, terutama di masa subur wanita, yaitu pada usia tahun. Sementara itu, freckles (epheliede) atau dikenal dengan flek hitam pada wajah merupakan bercak berukuran kecil yang terdapat pada wajah, leher, lengan, punggung tangan, atau tungkai. Freckles berwarna cokelat muda sampai cokelat tua, dapat muncul sejak usia 2-5 tahun, dan bisa terjadi pada pria dan wanita (Fithria, 2015). E. Hidrokuinon sebagai Produk Antihiperpigmentasi Hiperpigmentasi kulit dapat diobati dengan sediaan krim farma, yaitu krim yang mengandung obat. Menurut Taylor, dkk (2005) krim farma untuk mengatasi hiperpigmentasi terdiri dari 3 kombinasi (triple combination therapy) yaitu hidrokuinon 4% (HQ), tretinoin 0.05% (RA), dan fluosinolon asetonid 0.01% (FA). Triple combination therapy tersebut terbukti aman dan efektif dalam pengobatan melasma dalam jangka waktu 8 minggu. Ketiga senyawa kombinasi ini memiliki mekanisme yang berbeda dalam mengatasi hiperpigmentasi. Hidrokuinon merupakan senyawa hidroksifenolik yang dapat menginhibisi perubahan DOPA menjadi melanin melalui penghambatan enzim tirosinase, menghambat sintesa DNA dan RNA, degradasi melanosom, dan penghancuran melanosit. Tretinoin dapat mengganggu transfer pigmen, dan mempercepat transfer epidermis, sehingga pigmen melanin hilang lebih cepat. Tretinoin mempercepat pergantian (turnover) lapisan epidermis, mempersingkat lama transit (transit time) di lapisan basal sehingga terjadi proses epidermopoesis dan pigmen melanin hilang lebih cepat.

12 12 Mekanisme lain tretinoin yaitu menurunkan proses melanogenesis dengan jalan mereduksi melanin epidermis sehingga jumlah transfer melanosom ke keratinosit menurun, selanjutnya terjadi peningkatan proliferasi epidermis dan penghambatan enzim tirosinase (Fithria, 2015; Kligman dan Willis, 1975). Fluosinolon asetonid merupakan kortikosteroid potensi lemah (grup VI), mampu menghambat sintesis melanin melalui penurunan aktivitas sel secara umum, dapat juga mereduksi iritasi atau inflamasi yang disebabkan HQ dan tretinoin, antagonis terhadap efek penipisan stratum korneum akibat penggunaan tretinoin dan mereduksi iritasi yang diinduksi oleh retinoid. Menurut Kligman dan Willis (1975), kortikosteroid dapat menekan fungsi biosintetik dan sekresi melanosit sehingga menekan produksi melanin tanpa menghancurkan melanosit. F. Dimetil Sulfoksida sebagai Penetrant Enhancer DMSO merupakan bahan alami dari serat kayu dan tidak berbahaya, dapat berfungsi sebagai pelarut yang cepat meresap di dalam epitel ekstrak tanpa merusak sel-sel tersebut dan sering digunakan dalam bidang kedokteran dan kesehatan. DMSO digunakan sebagai peningkat penetrasi yang larut lemak. DMSO bekerja dengan cara memodifikasi atau melemahkan susunan lipid interseluler stratum corneum sehingga transfer zat aktif melalui kulit dapat ditingkatkan (Fatmawaty, dkk., 2012). Penelitian Fatonah (2006) menyebutkan bahwa laju permeasi gel piroksikam dengan penambahan zat peningkat penetrasi (enhancer) DMSO hampir lima kali lebih cepat dalam melepaskan zat aktif dibanding dengan formula tanpa DMSO. DMSO dapat meningkatkan fluks obat melalui interaksinya dengan lipid pada stratum corneum dengan cara memodifikasi membran atau berpengaruh terhadap ketebalan membran, terutama sel-sel mati;

13 13 serta merubah struktur protein, yang menyebabkan terjadinya perubahan nilai koefisien partisi membran (Shembale, dkk., 2010). G. Marmut Belanda Sebagai Hewan Uji Antihiperpigmentasi H. Marmut belanda (Cavia porcellus) (gambar 3) atau juga disebut sebagai tikus belanda merupakan hewan pengerat yang sering dipelihara manusia. Marmut belanda adalah hewan percobaan yang telah sering digunakan pada percobaan sebelumnya karena memiliki banyak persamaan secara biologis terhadap manusia, salah satunya yaitu distribusi melanin marmut belanda hampir sama dengan distribusi melanin pada manusia (Jindra dan Imholte, 2009). Karakter marmut lebih penakut daripada mencit dan kelinci (Suryanto, 2012). Walaupun satu spesies, marmut belanda (Cavia porcellus) berbeda dari marmut, ukuran marmut belanda ini lebih kecil dari marmut. Karakteristik dari marmut belanda yaitu memiliki mantel (rambut) yang bervariasi dalam warna, panjang dan tekstur. Beberapa warna yang umum adalah putih, hitam, merah, krem, nila, dan coklat atau kombinasi. Marmut belanda dewasa panjangnya mm. Hewan ini tidak mempunyai ekor eksternal, mempunyai empat jari pada kaki depan dan tiga jari belakang serta mempunyai kuku yang tajam (Ragland, 1988). Marmut belanda jarang menggigit, proporsi berat badan dan kaki yang tidak sebanding membuat marmut belanda umumnya tidak dapat melompat atau memanjat (Suryanto, 2012). Badan marmut gemuk, pendek mudah menyimpan panas dengan baik, tetapi pelepasannya kurang baik sehingga marmut dapat bertahan baik dalam suhu rendah. Pemeliharaan marmut

14 14 belanda relatif mudah, tahan pada kondisi lingkungan yang terbatas (Ragland, 1988). I. J. K. L. M. Gambar 3. Marmut belanda (Yamamoto, 2015) N. Pengklasifikasian marmut belanda (Cavia porcellus) menurut Yamamoto (2015) adalah sebagai berikut : O. Kingdom : Animalia Filum Kelas Ordo Upaordo Famili Genus Spesies : Chordata : Mammal : Rodent : Hystricomorpha : Caviidae : Cavia : Cavia porcellus P. F. Landasan Teori Daun pare (Momordica charantia L.) memiliki aktivitas antioksidan. Daun pare mengandung senyawa flavonoid, dimana menurut Rice-Evans, dkk (1996) flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan. Pembuktian aktifitas antioksidan ekstrak etanol daun pare yang dilakukan oleh Fidrianny, dkk (2015)

15 15 didapatkan nilai IC 50 sebesar 77,10 µg/ml dan nilai ini dikategorikan sebagai antioksidan yang kuat. Tsai, dkk (2014) mengatakan bahwa daun pare (Momordica charantia L.) memiliki aktifitas antimelanogenik dengan jalan menghambat enzim tirosinase pada konsentrasi 200 µg/ml secara invitro. Zubair dan Mujtaba (2009) membuktikan dalam penelitiannya, bahwa senyawa flavonoid liquiritin dalam bentuk sediaan topikal krim liquiritin 2% memiliki aktivitas antihiperpigmentasi yang lebih tinggi dibandingkan krim hidrokuinon 4%. G. Hipotesis 1. Ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) memiliki aktivitas antihiperpigmentasi pada kulit marmut belanda (Cavia porcellus) jantan. 2. Ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) memiliki aktivitas antihiperpigmentasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan krim farma (hidrokuinon 4%, tretinoin 0,05% dan fluosinolon asetonid 0,01%).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma merupakan kelainan yang ditandai lesi makula hiperpigmentasi pada kulit yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, leher, atau lengan. Melasma masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit sehat merupakan idaman semua orang terutama bagi kaum perempuan oleh karena itu mayoritas masyarakat menggunakan produk kosmetik pemutih yang beredar di pasaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau topeng kehamilan) berasal dari bahasa Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memberikan keindahan (estetika) pada manusia. Permasalahan estetika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memberikan keindahan (estetika) pada manusia. Permasalahan estetika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ penting tubuh manusia, yang salah satu fungsinya adalah memberikan keindahan (estetika) pada manusia. Permasalahan estetika pada kulit yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat Indonesia, terutama oleh perempuan. Hiperpigmentasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat Indonesia, terutama oleh perempuan. Hiperpigmentasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperpigmentasi adalah salah satu masalah estetika kulit yang sering dikeluhkan masyarakat Indonesia, terutama oleh perempuan. Hiperpigmentasi adalah kondisi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar tubuh manusia. Kulit memiliki fungsi yang sangat penting untuk perlindungan organ tubuh

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH Disusun Oleh : Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa setiap wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Seiring bertambahnya usia, fungsi kulit ikut menurun. Sel kulit yang mati melekat lebih lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk kosmetik saat ini sudah merupakan bagian dari kebutuhan sehari-hari yang tidak terpisahkan dari gaya hidup modern. Menurut BPOM Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang selalu terjadi pada setiap makhluk hidup. Penuaan atau proses menua/menjadi tua (aging) adalah menghilangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan

BAB I PENDAHULUAN. berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis didapat, berupa bercak yang tidak teratur, berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan sinar ultraviolet.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

Hidrokinon dalam Kosmetik

Hidrokinon dalam Kosmetik Hidrokinon dalam Kosmetik Kita ketahui bahwa kosmetik sangat beragam jenisnya, mulai dari kosmetik untuk wajah, kulit, rambut, hingga kuku. Namun diantara ragam jenis kosmetik tersebut, yang sering menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dapat diberikan melalui kulit untuk mendapatkan efek pada tempat pemakaian, jaringan di dekat tempat pemakaian, ataupun efek sistemik. Meskipun terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua makhluk hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti kulit menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan 2 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penuaan kini telah mendapat perhatian khusus di ilmu Kedokteran. Konsep Anti Aging Medicine yang dicetuskan pada tahun 1993, mengganggap dan memperlakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan kendali cuaca serta iklim yang sangat penting dan sebagai sumber energi utama di bumi yang menggerakkan udara dan arus laut. Energi matahari diradiasikan

Lebih terperinci

BIOKIMIA KULIT B Y D R. K U S U M A W A T I S O E T R I S N O

BIOKIMIA KULIT B Y D R. K U S U M A W A T I S O E T R I S N O BIOKIMIA KULIT B Y D R. K U S U M A W A T I S O E T R I S N O Pendahuluan Kulit merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia Kulit memiliki beberapa fungsi yaitu: Perlindungan Ekskresi dan absorbsi Sensasi

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Menurut Depkes (2006), klasifikasi tumbuhan Binahong adalah sebagai berikut: 1. Sistematika Tanaman : Divisio : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan dini (PD) adalah proses degeneratif yang melibatkan kulit dan sistem penyokong kulit, 1 berupa perubahan stuktural dan elastilitas kulit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penampilan kulit adalah indikator utama dari usia. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari, disatu pihak sangat diperlukan oleh makhluk hidup sebagai sumber energi, kesehatan kulit dan tulang, misalnya dalam pembentukan vitamin D dari pro vitamin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sinar matahari merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, namun ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 1. Sejarah Singkat Ubi jalar (Ipomoea batatas) termasuk tanaman palawija penting yang diduga berasal dari Benua Amerika. Para

Lebih terperinci

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Derajat Sarjana Farmasi (S. Farm) Progam Studi Ilmu Farmasi pada

Lebih terperinci

Histologi Dari Melanosit

Histologi Dari Melanosit Histologi Dari Melanosit Alya Amila Fitrie Fakultas Kedokteran Bagian Histologi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Warna kulit tergantung pada 3 (tiga) komponen menurut derajat yang bervariasi. Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, polusi dan berbagai

Lebih terperinci

KRIM I M P EMU M TI T H I Bleaching Cream Dra. a N. az a liln i i n w i at a y t,m,. M S. i S. i,. A, p A t p

KRIM I M P EMU M TI T H I Bleaching Cream Dra. a N. az a liln i i n w i at a y t,m,. M S. i S. i,. A, p A t p KRIM PEMUTIH Bleaching Cream Dra.Nazliniwaty,M.Si.,Apt Sediaan kosmetika memutihkan kulit Masalah Hiperpigmentasi Warna Hitam Berupa Bercak Bercak Setempat Pada Kulit Warna kulit Jumlah pigmen terbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila datangnya tepat waktu. Proses

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penuaan atau aging menjadi salah satu masalah pada setiap orang, terutama pada mereka yang sudah memasuki usia menengah atas. Paparan sinar matahari, polusi udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berbeda-beda ada yang terang, kuning langsat, sawo matang, coklat,

BAB I PENDAHULUAN. manusia berbeda-beda ada yang terang, kuning langsat, sawo matang, coklat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia. Warna kulit setiap manusia berbeda-beda ada yang terang, kuning langsat, sawo matang, coklat, dan hitam. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi menengah ke atas. Hingga nilai beli terhadap sesuatu yang sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik normal dalam tubuh yang secara potensial dapat menyebabkan kerusakan (Benzei and Strain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah digunakan oleh manusia yang hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

THE ANTIHYPERPIGMENTATION EFFECT PARE LEAVES (Momordica charantia L.) ETHANOL EXTRACT ON GUINEA PIG (Cavia porcellus) SKIN

THE ANTIHYPERPIGMENTATION EFFECT PARE LEAVES (Momordica charantia L.) ETHANOL EXTRACT ON GUINEA PIG (Cavia porcellus) SKIN THE ANTIHYPERPIGMENTATION EFFECT PARE LEAVES (Momordica charantia L.) ETHANOL EXTRACT ON GUINEA PIG (Cavia porcellus) SKIN Risha Fillah Fithria 1 *, Yance Anas 1, and Febi Ariska Wahyu Putri 1 1 Department

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Berenuk (Crescentia cujete L). a. Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionata Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita berharap dapat melewati penuaan dalam kondisi sehat dan tanpa keluhan penyakit. Penuaan sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan lainnya. Penyakit ini telah

Lebih terperinci

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang BAB II Penuaan Dini pada Wanita Jepang 2.1 Penuan Dini Banyak orang berfikir bahwa penuaan merupakan hal yang sangat biasa, bahkan bagi sebagian orang penuaan dianggap tidak terlalu penting untuk kesehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN PEMBAHASAN PENDAHULUAN Taksonomi tanaman memaminkan peranan penting dalam konservasi keanekaragaman hayati, karena itu memerlukan karakterisasi yang tepat untuk distribusi serta lokalisasi daerah pada spesies dengan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Api-api (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) Pohon api-api (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) merupakan tumbuhan sejati yang hidup di kawasan mangrove. Morfologi

Lebih terperinci

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Kulit Kanker kulit merupakan kanker yang umum terjadi. Tingkat insidensi kanker kulit di seluruh dunia telah meningkat pesat. Meskipun tingkat insidensi di Hong Kong jauh lebih rendah daripada negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas adalah sebuah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Clarkson dan Thompson, 2000)

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

DAFTAR LAMPIRAN. xvii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Ubi jalar ungu... 4 Gambar 2. Struktur DPPH... 8 Gambar 3. Reaksi penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan... 10 Gambar 4. Formulasi lipstik ubi jalar ungu... 21 Gambar

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan matahari, contohnya wajah dan leher

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). I. PENDAHULUAN Produk perawatan tubuh merupakan produk kesehatan dan kebersihan yang meliputi produk perawatan gigi, pelembab, minyak atsiri, produk cukur, produk pembersih tubuh, lotio tubuh, gel wajah,

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2017 Krim ekstrak etanol biji mengkudu (Morinda citrifolia) sama efektifnya dengan krim hidrokuinon dalam mencegah peningkatan jumlah melanin kulit

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat LATAR BELAKANG kesehatan merupakan hal terpenting dan utama dalam kehidupan manusia dibandingkan lainnya seperti jabatan, kekuasaan, pangkat, ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur kulit manusia mempunyai banyak lapisan yang berperan dalam pertahanan tubuh. Diantara lapisan tersebut terdapat suatu pigmen melanin yang disintesis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

1 Siti Fitrah I H 2 Poppy M. Lintong 2 Lily L. Loho.

1 Siti Fitrah I H 2 Poppy M. Lintong 2 Lily L. Loho. PENGARUH PEMBERIAN UMBI BENGKUANG (Pachyrrhizus erosus l urban) TERHADAP JUMLAH PIGMEN MELANIN KULIT MENCIT (Mus musculus) YANG DIPAPARKAN SINAR MATAHARI 1 Siti Fitrah I H 2 Poppy M. Lintong 2 Lily L.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap mahluk hidup terutama manusia membutuhkan sinar matahari dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat sinar matahari telah banyak diketahui di antaranya sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Penyakit infeksi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan hal yang sering terjadi dan dapat mengenai semua orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut Sumarji (2009), luka adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis yang didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luka adalah salah satu dari kasus cedera yang sering terjadi. Luka didefinisikan sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab dari luka

Lebih terperinci

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit.

Struktur Anatomi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatomi Kulit. Struktur Anatmi Dan Fungsi Kulit Manusia Anatmi Kulit. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan kulit terluar biasa disebut lapisan ari atau epidermis, di bawah lapisan ari adalah lapisan jangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) merupakan salah satu spesies

1. PENDAHULUAN. Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) merupakan salah satu spesies 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) merupakan salah satu spesies mangrove yang banyak ditemukan di pantai utara pulau Jawa. Bogem dikenal memiliki berbagai manfaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak faktor yang menyebabkan warna kulit manusia berbedabeda dari faktor genetik, usia, cahaya matahari dan lingkungan. Semua itu berhubungan dengan melanosom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan dapat melakukan sintesis senyawa organik kompleks. menghasilkan golongan senyawa dengan berbagai macam struktur.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan dapat melakukan sintesis senyawa organik kompleks. menghasilkan golongan senyawa dengan berbagai macam struktur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan dapat melakukan sintesis senyawa organik kompleks yang menghasilkan golongan senyawa dengan berbagai macam struktur. Usaha mengisolasi senyawa baru pada tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit, tumbuh sebagai batang-batang tanduk, dan tersebar hampir di seluruh kulit tubuh, wajah, dan kepala, kecuali pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat dijumpai pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki musim penghujan, ancaman penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes sp yaitu demam berdarah kembali menjadi pokok perhatian kita. Penyakit demam berdarah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Seseorang dengan BMI 30 dikategorikan sebagai obesitas (WHO, 2014). Obesitas dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Wijen (Sesamum indicum L) 1. Sistematika Tanaman Tanaman wijen mempunyai klasifikasi tanaman sebagai berikut : Philum : Spermatophyta Divisi : Angiospermae Sub-divisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor 1 2 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia kulit akan mengalami proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan minuman yang berasal dari bahan alami yang bermanfaat bagi tubuh. Minuman herbal biasanya dibuat dari rempah-rempah atau bagian dari tanaman,

Lebih terperinci