2 PROSES MANUFAKTUR I CASTING PROCESSES JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 PROSES MANUFAKTUR I CASTING PROCESSES JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA"

Transkripsi

1 2 PROSES MANUFAKTUR I CASTING PROCESSES JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA

2 HASIL PEMBELAJARAN Umum: Memberikan pengetahuan yang komprehensif tentang dasardasar proses foundry, proses forming, proses joining, proses machining dan aplikasi terhadap kualitas produk dan analisis sistem manufaktur. Khusus: Memberikan pemahaman terhadap proses pengecoran Penilaian: UAS : 40% UTS : 35% Tugas : 15% Kehadiran : 10%

3 Pendahuluan Gambar komponen mobil

4 Pendahuluan Proses pengecoran banyak digunakan karena : 1. Dapat membuat bentuk yang rumit dengan rongga bagian dalam atau potongan berongga. 2. Dapat membuat komponen yang besar ukurannya. 3. Dapat membuat komponen yang sukar dibuat dengan proses yang lain. 4. Pertimbangan ekonomi.

5 Pendahuluan Metode Pengecoran Sand Casting High Temperature Alloy, Complex Geometry, Rough Surface Finish Investment Casting High Temperature Alloy, Complex Geometry, Moderately Smooth Surface Finish Die Casting High Temperature Alloy, Moderate Geometry, Smooth Surface

6 Pendahuluan Sand Casting cetakan terdiri dari bagian yang dibentuk dalam rongga pasir dengan satu pola yang mempunyai bentuk benda cor yang yang diharapkan.

7 Pendahuluan Die Casting Logam cair dipaksa masuk dalam suatu cetakan di bawah tekanan dan pada satu percepatan relatif tinggi, sampai mengeraskan dengan tekanan yang ditentukan. Cetakan baja terdiri dari dua bagian; bila disatukan akan membentuk benda yang diinginkan. Bila pendinginan telah dicapai, bagian cetakan dibuka dan benda coran di dorong keluar. Laju pengecoran relatif cepat, sehingga metode ini digunakan untuk produk masal, satu set cetakan dapat digunakan untuk ribuan pengecoran. Teknik ini umumnya hanya untuk komponen kecil dan paduan logam dengan titik leleh rendah seperti Zn, Al, dan Mg.

8 Pendahuluan Pola dibuat dari lilin atau itu plastik mempunyai temperatur rendah. Pola dituangkan dengan fluida kental yang kemudian embentuk cetakan pejal yang disebut dengan pengecoran invesmen. Plaster die formed around wax prototype Cetakan kemudian dipanaskan, bahwa pola lilin/platik meleleh dan terbakar, meninggalkan satu rongga cetakan sesuai bentuk yang diinginkan. Teknik ini digunakan untuk ketelitian dimensional yang tinggi, pembuatan detil bagus, dan diperlukan penyelesaian yang sempurna (pada perhiasan dan mahkota gigi dan sudu-sudu untuk impelerimpeler mesin jet dan turbine gas)

9 Turbine Blades Made of Ni-based Superalloys Material blade turbin didisain untuk suhu dan temperatur yang sangat tinggi. Pembuatannya dari teknologi paduan nikel dengan disain inovatif pendinginan

10 Shape Casting Processes Cetakan habis pakai (Expendable Mold) Permanent Pattern Sand Casting Plaster Molding Expendable Pattern Lost Foam Lost Wax (investment casting) Cetakan permanen (Permanent Mold) Die Hot Chamber Cold Chamber Thixotropic Thixotropic Process

11 Bentuk dan ukuran dari coran Dalam pengecoran, bentuk dan ukuran yang sembarang dapat diizinkan, tetapi perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Bentuk dari pola hendaknya mudah dibuat. Pola yang sukar dibuat membutuhkan waktu dan biaya banyak. Pola harus sederhana kecuali jika pekerjaannya memang memerlukan kerumitan. 2. Cetakan dari coran hendaknya mudah. Terutama harus dihindari bentuk-bentuk yang tak dapat dicetak dengan kup dan drag saja atau kalau mungkin lebih baik tidak dengan permukaan pisah yang rumit. 3. Cetakan hendaknya tidak menyebabkan berbagai cacat dalam coran. Tidak diinginkan kalau menyebabkan cacat dalam penuangan dan pembekuan, walaupun pembuatan model dan cetakannya mudah. Sebagai contoh adalah coran yang terlalu tipis atau perubahan tebal yang terlalu besar harus dihindari. Dalam beberapa hal, coran menjadi mudah dibuat dan cacatcacatnya hilang apabila bentuk dan ukurannya diubah sedikit.

12 Contoh perbaikan coran Contoh Pengubahan bentuk untuk memudahkan pengecoran Gambar menunjukkan rumah bantalan yang akan dibaud ke dinding dimana dalam hal (1) muka a dan muka b adalah bidang lengkung yang memerlukan pekerjaan dengan tangan, sedangkan dalam hal (2) dirubah menjadi datar yang mudah dan murah untuk dibuat.

13 Contoh perbaikan coran Contoh dari pembuatan cetakan yang mudah dan menghemat permukaan pisah. Gambar menunjukkan dudukan berbentuk kotak (1) mem-punyai proyeksi dari atas dan dasar, sehingga cetakan harus dipisah menjadi tiga, bagian atas, tengah dan bawah menurut anak panah, sedangkan (2) mempunyai proyeksi mengarah kedalam pada bagian atasnya, yang hanya memerlukan satu permukaan pisah, kup dan drag.

14 Contoh perbaikan coran Contoh bidang permukaan pisah dan pembuatan cetakan yang di sederhanakan Gambar menunjukkan satu tuas penghubung (1) mempunyai lengan miring dan permukaan pisahnya tidak merupakan satu bidang, sehingga dalam pembuatan cetakan sering cetakan itu pecah, sedangkan kalau diperbaiki menjadi (2) permukaan pisahnya dirubah menjadi satu bidang dan pembuatan cetakan menjadi mudah.

15 Contoh perbaikan coran Contoh dari penghematan jumlah proses dalam pembuatan cetakan dengan meng-hindari bagian terpisah Gambar menunjukkan satu tutup (1) mempunyai tonjolan dan model tidak dapat ditarik, sehingga membutuhkan satu set inti pada cetakan utama atau potongan terpisah untuk bagian dari tonjolan (2) mempunyai tonjolan yang tidak dipisahkan sampai ke atas, dan model dapat ditarik dan penerjaan cetakan disederhanakan.

16 Contoh perbaikan coran Contoh penyempurnaan tebal dari coran yang sangat tipis Gambar sebuah belokan dari coran aluminium. Kalau dindingnya setebal 1 mm, logam cair bisa salah alir dan persen kecacatan logam adalah 80% sedangkan untuk tebal 1,5 mm kecacatan dikurangi menjadi 35% dan seterusnya menjadi 10% untuk tebal 2 mm. Oleh karena itu coran yang sangat tipis harus dirubah ke tebal yang memadai.

17 Contoh perbaikan coran Contoh pencegahan penyusutan dengan menghilangkan perubahan tebal Gambar topi logam yang mempunyai perubahan tebal yang menyolok, dimana bagian yang tertebal membeku terakhir, yang menyebabkan penyusutan. Tebalnya diubah sedapat mungkin agar menjadi rata, dalam (2) dan kecacatan yang disebut diatas akan hilang.

18 Contoh perbaikan coran Contoh pencegahan retak dengan menghilangkan perubahan tebal Bagian yang berbentuk kisi dalam gambar (1) mempunyai satu rusuk dalam yang melintang, yang tebal dan akan membeku serta mendingin paling akhir. Bagian ini ditarik oleh tegangan tarik akibat oleh pendinginan dan penyusutan dari rusuk-rusuk yang cenderung untuk robek pada silangan. Kalau bentuknya diubah seperti gambar (2) silangan diubah menjadi bentuk Y, yang tidak membuat tempat panas seperti pada silangan, dan tegangan tarik pada rusuk juga dikurangi.

19 Contoh perbaikan coran Contoh perencanaan mengingat aliran logam waktu penuangan Seperti pada sambungan dalam gambar (1), logam cair mengisi bagian mendatar a disebelah atas, pada waktu penuangan. Oleh karena itu kotoran mengumpul di sini dan cenderung untuk membuat cacat seperti kotoran, terak atau pasir. Kadang-kadang logam cair menjadi tidak kokoh dan terjadi cacat salah alir atau sumbat dingin. Kalau bagian a dimiringkan seperti gambar (2) logam cair naik pada bagian miring itu dan cacat tersebut hilang.

20 Bentuk standar dan ukuran coran Tebal Minimum Ukuran coran harus ditentukan sedemikian sehingga coran mudah dibuat. Ketebalan yang sangat tipis menyebabkan cacat salah alir dan coran tidak baik, dan dengan demikian tebal minimum harus dipilih sesuai dengan bahannya. Bahan Kurang dari 200 Ukuran coran (mm) Besi cor kelabu Besi cor mutu tinggi Besi cor bergrafit bulat Baja cor Baja tahan karat Brons & Kuningan 2 2, Kuningan tegangan tinggi Paduan aluminium 2-3 2,

21 Bentuk standar dan ukuran coran Lubang Berinti Lubang berinti dari suatu coran harus diperhatikan bentuk ukuran dan panjangnya. Untuk lubang yang sempit dan panjang, inti akan dipanaskan lanjut dan terjadi fusi, dan gas dari pasir akan membentuk ronga-rongga udara. Oleh karena itu lubang inti sebaiknya tidak terlalu panjang dan sempit Macam lubang Inti Coran besi kelabu Coran baja Panjang (1) d t (minimum 10 mm) or d T/3 (2) d t (minimum 10 mm) or d T/3 d 2t (minimum 20 mm) or d T/2 d 2t (minimum 20 mm) 0r d T/2 1 3d 1 2d (3) d T/2 (minimum 10 mm) d T (minimum 20 mm ) 1 = T (4) d T/2 (minimu 10 mm) d T (minimum 20 mm) 1 2d

22 Bentuk standar dan ukuran coran Perubahan Tebal Tebalnya coran sebaiknya berubah tidak secara mendadak tetapi berangsur-angsur. Gradien pada satu sisi disarankan 15 derajat, dan pada kedua sisi disarankan 7,5 derajat, lihat Gambar.

23 Bentuk standar dan ukuran coran Sudut Siku Dan Tajam ( Sambungan L). Bagian yang bersudut siku dan tajam harus mempunyai radius disudut dalamnya, kecuali dalam hal-hal khusus. Kalau perbandingan tebal dari kedua dinding dari sambungan l lebih kecil dari 1 : 1,5, maka sudut dalamnya cukup mempunyai radius R = T/3 ( T = tebal dinding), dimana kalau perbandingan lebih dari itu, bagian dalam dari kedua dinding harus mempunayi gradien dan sudut dalam harus dibundarkan seperti ditunjukkan pada gambar. Gradien harus : L = 4 (T - t) A = (T t) dimana : T = ukuran dinding tebal t = ukuran dinding tipis Dalam hal ini sudut dari gradien adalah 15. Radius dari sudut harus Pecahan dibulatkan ke atas menjadi satuan T R 3

24 Bentuk standar dan ukuran coran Sambungan T dan Y Sambungan T dan Y cenderung menjadi tebal dan perencana harus memperhatikan untuk menghindarkan tebal dinding yang berlebihan. Tetapi kalau sudut dari sambungan tidak bundar, terjadi retakan, atau terjadi fusi karena pemanasan lanjut dari pasir disudut, sehingga sudut harus secara cocok dibundarkan. Radius dari sudut harus 1/3 dari tebal dinding yang tertebal T dan pecahan harus dibulatkan ke atas menjadi satuan, lihat gambar.

25 Bentuk standar dan ukuran coran Sambungan T dan Y Kalau perbandingan dinding yang tipis yaitu yang tebalnya kurang dari 1 : 1,5, dinding dapat disambung tegak dan sudut dibundarkan, sedangkan kalau perbandingan lebih dari pada itu, dinding harus mempunyai gradien untuk mengurangi perubahan tebal dinding. Tetapi rusuk dan sirip tidak mempunyai gradien pada pangkalnya, meskipun perbandingan tebal dindingnya besar.

26 Ketelitian ukuran coran Toleransi ukuran dari tebal dinding. Ukuran dari coran akan menyimpang oleh karena adanya : penyimpangan dari pola pada pembuatan cetakan, ketidak telitian pada pemasangan inti, dan variasi penyusutan volume dari coran dan sebagainya. Oleh karena itu ukuran dari coran mempunyai kesalahan sampai tingkat tertentu yang harus diperkenankan dalam satu pembatasan. Tabel A. menunnjukkan toleransi ukuran untuk coran besi cor kelabu dan coran baja dengan cetakan pasir, yang diperbolehkan kalau tidak ada permintaan khusus, derajat permintaan harus ditunjukkan pada gambar rencana. Harga-harga dari Tabel ini adalah harga biasa, dan mungkin agak berbeda sesuai dengan bengkel kerja dan produk.

27 Ketelitian ukuran coran Tabel A. Toleransi tebal dinding yang biasa dari pengecoran pasir ( mm) Bahan Coran besi cor Coran baja Mutu Ketebalan dinding (mm) Kurang dari Teliti 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 4,0 Sedang 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 4,0 5,0 Teliti - 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 4,0 Sedang - 2,0 2,5 3,0 4,0 5,0 6,0

28 Ketelitian ukuran coran Toleransi Ukuran Untuk Panjang. Ukuran yang mempunyai hubungan antara kup dan drag atau cetakan utama dan inti sering cenderung untuk menyimpang lebih dari pada kalau hanya mempunyai hubungan dengan kup atau drag saja. Tetapi perencanaan menghendaki ketelitian tanpa mempertimbangkan keadaan tersebut. Insinyur pengecoran harus mempertimbangkan rencana pengecoran menurut permintaan-permintaan tersebut. Tabel B. menunjukkan toleransi ukuran untuk pengecoran pasir dan harga-harga tersebut harus dipakai dalam setiap hal tanpa permintaan khusus.

29 Ketelitian ukuran coran Tabel B. Toleransi ukuran yang biasa dari pengecoran pasir ( mm) Bahan Coran besi cor Coran baja Mutu Kurang dari Teliti 1,0 1,5 2,0 3,0 4,0 5,0 Sedang 1,5 2,0 3,0 4,0 5,0 7,0 Teliti 1,5 2,0 3,0 4,0 6,0 10,0 Sedang 2,5 3,0 5,0 8,0 10,0 16,0

30 3 PROSES MANUFAKTUR I EXPENDABLE MOLD CASTING JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA

31 Sand, Investment, and Lost Foam Casting Pengisian cetakan dengan gaya gravitasi. Cetakan dibongkar untuk mengeluarkan benda cor Alir logam adalah lambat Dinding harus lebih tebal dibandingkan dengan cetak logam Cycle time lebih panjang dibanding cetak logam oleh karena keterbatasan proses pendinginan.

32 Sand Casting Produk yang dibuat dengan proses sand casting

33 Keuntungan/kerugian cetakan pasir Keuntungan Cetakan yang murah Geometri kompleks Untuk semua material Ukuran yang tak terbatas Hemat di dalam jumlah rendah Kerugian Harga per part tinggi Membutuhkan tenaga kerja banyak Produksi lebih lambat Permukaan kasar menyelesaikan Toleransi rendah Dinding cetakan relatif tebal (0.120 )

34 Sand Casting Enam Faktor yang berpengaruh 1. Rongga cetakan (mould cavity) 2. Logam cair (molten metal) 3. Jalan keluar udara/gas (escape of air /gas) 4. Penyusutan (shrinking) 5. Penyelesaian pemesinan (Mould removal) 6. Penyelesaian (finishing)

35 Istilah dalam cetakan pasir Cetakan terbuka (Open Mold) : berbentuk kontainer Cetakan tertutup (Closed Mold) : memerlukan saluran (passageway) menuju rongga

36 Istilah dalam cetakan pasir

37 Istilah dalam cetakan pasir Cetakan terdiri dari dua bagian : Cope = bagian atas (separuh dari cetakan) Drag = bagian alas (separuh dari cetakan) Kotak cetakan dibagi dua bagian yang disebut rangka cetakan (flask) Garis pemisah keduanya disebut garis pisah (parting line)

38 Proses pembuatan cetakan pasir

39 Proses pembuatan cetakan pasir Bahan baku Tungku Ladel Pembuatan model/pola Pengolahan Pasir Cetak Pasir Gambar diagram aliran proses pengecoran Pembuatan Cetakan Rangka cetak Penuangan dalam cetakan Membeku dalam cetakan No Pembongkaran Pekerjaan lanjut Oke QC Pembersihan

40 Pola (Patron) Dalam perencanaan dan perancangan pola hal yang perlu dipertimbangkan dengan baik adalah : 1. Bagaimana menurunkan pembuatan biaya cetakan 2. Bagaimana membuat pola yang mudah. 3. Bagaimana menstabilkan inti-inti. 4. Bagaimana cara mempermudah pembongkaran cetakan 5. Bagaimana menetapkan arah kup dan drag, posisi permukan pisah. 6. Bagian yang dibuat oleh cetakan utama dan bagian yang dibuat oleh inti. 7. Bagaimana menetapkan tambahan untuk penyusutan, tambhan untuk penyelesaian dengan mesin 8. Bagaimana kemiringan pola 9. dll.

41 Sand Casting Pola

42 Sand Casting Pola dan Inti Inti

43 Sand Casting Menentukan Kup, Drag dan Permukaan Pisah. 1. Pola harus mudah dikeluarkan dari cetakan. Permukaan pisah harus satu bidang serta dasarnya kup dibuat agak dangkal. 2. Penempatan inti harus mudah. Tempat inti dalam cetakan utama harus ditentukan secara teliti. 3. Sistem saluran harus dibuat sempurna untuk mendapatkan aliran logam cair yang optimum. 4. Terlalu banyak permukaan pisah akan mengambil banyak waktu dalam proses pembuatan cetakan yang menyebabkan tonjolan-tonjolan sehingga pembuatan pola menjadi mahal.

44 Sand Casting Menentukan Tambahan Penyusutan. Secara alamiah coran akan menyusut sewaktu pembekuan dan pendinginan, maka dalam pembuatan pola perlu memperhitungkan hal tersebut. Oleh karena itu perencanaan pola perlu memperhatikan material yang akan dicor serta tambahan penyusutan (lihat tabel berikut) Tambahan penyusutan Material 8/1.000 Besi cor, baja cor tipis. 9/1.000 Besi cor, baja cor tipis yang banyak menyusut. 10/1.000 Sama dengan diatas dan aluminium 12/1.000 Paduan aluminium, Brons, baja cor (tebal 5-7 mm) 14/1.000 Kuningan kekuatan tinggi, baja cor 16/1.000 Baja cor (tebal lebih dari 10 mm) 20/1.000 Coran baja yang besar 25/1.000 Coran baja besar dan tebal

45 Sand Casting Menentukan Tambahan Penyelesaian Mesin. Tempat dimana memerlukan penyelesaian mesin setelah pengecoran harus dibuat dengan kelebihan tebal seperlunya. Kelebihan tebal ini berbeda menurut bahan, ukuran, arah kup dan drag, dan keadaan pekerjaan mekanis. Tabel-tabel berikut ini menunjukkan harga-harga yang biasa untuk tambahan penyelesaian mesin. coran besi cor coran baja

46 Sand Casting Kemiringan Pola. Permukaan-permukaan tegak dari pola dimiringkan mulai dari permukaan pisah, untuk memudahkan pengangkatan pola dari cetakan; meskipun dalam hal mempergunakan pola logam, pola ditarik dengan pengarah dari pena-pena, bagan membutuhkan kemiringan 1/200, demikian juga pola kayu membutuhkan kemiringan 1/30 sampai 1/100. Gambar dibawah menunjukkan contoh-contoh kemiringan pola yang direncanakan.

47 Sand Casting Tambahan Pelenturan. Penyusutan dari coran pada waktu pembekuan dan pendinginan, kadangkadang bukan saja mengecilkan keseluruhan, tetapi juga mengakibatkan pelenturan yang tergantung pada bentuknya. Untuk menghindari pelenturan pada coran, maka pola dengan sengaja dilenturkan dengan membuat petunjuk dalam rencana pembuatan pola, agar disimpangkan kearah yang berlawanan, seperti dengan jalan : menempatkan rusukrusuk atau penambahan tebal sesuai dengan besar pelenturan yang diharapkan. Tambahan pelenturan (untuk pelenturan disebabkan terhalangnya penyusutan untuk inti Tambahan pelenturan (untuk pelenturan disebabkan oleh ketidakseragaman tebal).

48 Sand Casting Tambahan Pelenturan. Tambahan pelenturan (untuk pelenturan disebabkan oleh perbedaan penyusutan pada permukaan dalam dan permukaan luar) Tambahan pelenturan (untuk pelenturan karena terhalang oleh inti)

49 Sand Casting Macam Pola

50 Sand Casting Macam Pola Pada pemilihan macam pola harus diperhatikan produktivitas, kualitas coran dan harga pola. Bahan Pola biasanya terbuat dari kayu, logam, resin. Pola mempunyai berbagai macam bentuk, antara lain adalah : 1. Pola Pejal 2. Pola Pelat Pasangan 3. Pola Pelat dan Drag. 4. Pola Cetakan Sapuan 5. Pola Penggeret dengan Penuntun 6. Pola Penggeret Berputar Dengan Rangka Cetak 7. Pola Rangka (A) 8. Pola Rangka (B)

51 Sand Casting 1. Pola Pejal Pola pejal adalah pola yang biasa dipakai yang bentuknya hampir serupa dengan bentuk coran. Pola pejal ini terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya adalah : a. Pola Tunggal b. Pola Belah c. Pola Setengah d. Pola Belah Banyak e. Pola Penarik Terpisah f. Pola Penarik Sebagian

52 Sand Casting 1.a. Pola Tunggal Pola ini dibentuk serupa dengan corannya, disamping itu kecuali tambahan penyusutan, tambahan penyelesaian mesin dan kemiringan pola, kadangkadang dibuat juga menjadi satu dengan telapak inti.

53 Sand Casting 1.b. Pola Belah Pola ini dibelah ditengah untuk memudahkan membuat cetakan. Permukaan pisahnya kalau mungkin dibuat satu bidang.

54 Sand Casting 1.c. Pola setengah Pola ini dibuat untuk coran dimana kup dan dragnya simetri terhadap permukaan pisah. Kup dan drag dicetak hanya dengan setengah pola, sehingga harga pola setengah dari harga pola tunggal.

55 Sand Casting 1.d. Pola belahan banyak Dalam hal ini pola dibagi menjadi tiga belah atau lebih untuk memudahkan penarikan dari cetakan dan untuk penyederhanaan pemasangan inti. Pada cetakan yang dibuat dengan pola ini kadang-kadang terjadi pergeseran, sehingga menyebabkan salah ukuran.

56 Sand Casting 1.e. Pola penarik terpisah Pola penarik terpisah dipakai untuk pola berukuran besar atau untuk cetakan jenis mengeras sendiri. Pola dibuat secara terbagi-bagi untuk memudahkan pengambilannya dari cetakan. Bagian yang ditengah ditarik lebih dahulu, kemudian bagian-bagian terluar diambil satu persatu.

57 Sand Casting 1.f. Pola penarik sebagian Pada pengambilan pola dari cetakan, apabila sebagian pola tidak mungkin ditarik, maka bagian itu harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian bagian utama ditarik pertama kali dan bagian cabang ditarik satu demi satu.

58 Sand Casting 2. Pola Pelat pasangan Pola ini merupakan pelat dimana pada kedua belahnya ditempelkan pola demikian juga saluran turun, saluran masuk, dan penambah. Pola ini cocok sekali untuk masa produksi dari coran kecil. Pola biasanya dibuat dari logam atau plastik.

59 Sand Casting 3. Pola Pelat dan Drag Dalam hal ini pola kayu, logam atau plastik dilekatkan pada dua plat demikian juga saluran turun pengalir, saluran masuk dan penambah. Pelat tersebut ialah pelat kup dan pelat drag. Kedua pelat dijamin oleh penapena agar bagian atas dan bawah dari coran menjadi cocok. Pola semacam ini dipakai untuk meningkatkan produksi.

60 Sand Casting 4. Pola cetakan sapuan Dalam hal ini bentuk dari coran silinder atau bentuk benda putar. Alat ini dibuat dari pelat dengan sebuah penggerat dan pemutar ditengahnya. Pembuatan cetakan dilakukan dengan memutar pengerat di sekeliling pemutar.

61 Sand Casting 5. Pola Penggeret dengan penuntun Ini digunakan untuk pipa lurus atau pipa lengkung yaitu penampangnya tidak berubah. Penuntun dibuat dari kayu, dan pembuatan cetakan dilakukan dengan menggerakkan penggerat sepanjang penuntun. Harga pola ini tidak mahal, tetapi pembuatan cetakannya membutuhkan waktu dua atau tiga kali waktu yang diperlukan untuk pembuatan cetakan biasa dengan pola tungal.

62 Sand Casting 6. Pola Penggerat Berputar dgn Rangka Cetak Ini suatu kasus dimana bagian pola dapat ditukar serta konsentris. Kedua ujung dari penggeret mempunyai poros. Pembuatan cetakan dilakukan dengan mengayunkan penggeret sekeliling poros.

63 Sand Casting 7.a. Pola Rangka (A) Ini dibuat dengan meletakkan pelat dasar dan membuat pelat dudukan penuntun di atasnya dan mengikat pelat-pelat untuk menahan pasir antara tiap penuntun. Pasir ditimbun diatasnya dan disapu oleh penggeret untuk membuat permukaan lengkung yang kontinyu. Ini cocok untuk bentuk dengan lengkungan yang berbeda-beda, sedangkan lamanya pembuatan cetakan menjadi bertambah, sehingga hanya dipakai untuk jumlah produksi yang terbatas.

64 Sand Casting 7.b. Pola Rangka (B) Pola ini dibuat dengan meletakkan pelat ukur pada permukaan pisah dan diatasnya diletakkan pengukur-pengukur dari ketebalan yang sama seperti dudukan coran, dan mempertemukan pengukur-pengukur lain yang mempunyai ketebalan serupa sehingga menjadi kerangka berbentu sangkar. Pada pembuatan cetakan, pasir ditimbun dan dipadatkan sampai batas luar dan kertas direkatkan padanya, sehingga ia menjadi seperti pola tunggal/pola belahan.

65 Sand Casting INTI/CORE Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga cetakan untuk mencegah pengisian logam pada bagian yang seharusnya berbentuk lubang atau berbentuk rongga dalam suatu coran. Locate in mould core prints Core Core Box

66 Sand Casting Telapak Inti Dalam merencanakan pembuatan inti tidak dapat dilupakan dengan apa yang dinamakan telapak inti. Dimana yang dimaksud dengan telapak Inti adalah : 1. Untuk menempatkan inti, membawa dan menentukan letak dari inti. Pada dasarnya dibuat dengan menyisipkan bagian dari inti. 2. Untuk menyalurkan udara dan gas-gas dari cetakan yang keluar melalui inti. Kalau cetakan telah terisi penuh oleh logam, gas-gas dari inti dibawa keluar melalui telapak inti. 3. Untuk memegang inti. Kalau cetakan telah terisi penuh oleh logam, ia mencegah bergesernya inti dan memegang inti terhadap daya apung dari logam cair. Penentuan bentuk dan ukuran dari telapak inti harus direncanakan dengan teliti untuk menyederhanakan cetakan, dan agar didapat coran yang baik serta menaikkan produktivitas.

67 Sand Casting Telapak Inti/Core prints Core prints

68 Sand Casting Telapak inti mempunyai beberapa bentuk, antara lain adalah : 1. Telapak inti mendatar bertumpu dua. (Gambar 1) Dalam hal ini inti dipasang mendatar dan ditahan pada kedua ujungnya pada telapak inti. 2. Telapak inti dasar tegak. (Gambar 2) Dalam hal ini inti ditahan tegak oleh telapak inti pada alasnya, yang cukup menyetabilkan inti. (Gambar 1) (Gambar 2)

69 Sand Casting 3. Telapak inti tegak bertumpu dua. (Gambar 3) Dengan hanya satu alas telapak inti tidak cukup untukmenstabilkan inti, maka telapak inti dipasang pada drag dan juga pada kup untuk mencegah jatuhnya inti. 4. Telapak inti untuk penghalang (sebagian). (Gambar 4) Pola yang tidak dapat ditarik ke arah tegak lurus pada permukaan pisah karena adanya tonjolan yang jauh dari permukaan pisah, dan lagi sukar untuk menempatkan inti secara biasa, maka telapak inti dipasang di bagian paling luar. (Gambar 4) (Gambar 3)

70 Sand Casting 5. Telapak inti untuk penghalang yang menggantung. (Gambar 5) Dalam hal ini cetakan mempunyai tonjolan pada permukaan pisahnya. Kup dijadikan telapak inti secara keseluruhan dan permukaan yang menonjol dibuat oleh inti untuk menyederhanakan pembuatan cetakan. 6. Telapak inti lebih. (Gambar 6) Dalam hal ini permukaan pisah dan letak garis tengah dari inti adalah berbeda, sehingga telapak inti dilebihkan sampai permukaan pisah. (Gambar 5) (Gambar 6)

71 Sand Casting 7. Telapak inti pancang. (Gambar 7) Dalam hal ini inti harus ditahan oleh hanya satu ujung, dengan telapak inti cukup besar untuk menstabilkanya. 8. Telapak inti berhubungan. (Gambar 8) Telapak inti ini dibuat dengan menghubungkan lebih dari satu telapak inti untuk memperbaiki penyangga inti-inti. (Gambar 7) (Gambar 8)

72 Selesai

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran. III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI A. Sub Kompetensi Pembuatan pola dan inti dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan

Lebih terperinci

Merencanakan Pembuatan Pola

Merencanakan Pembuatan Pola SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Merencanakan Pembuatan Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA

PERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA Arianto Leman S., MT Disampaikan dalam : PELATIHAN PENGEMBANGAN RINTISAN PENGECORAN SKALA MINI BAGI GURU-GURU SMK DI YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material

Metal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material Metal Casting Processes Teknik Pembentukan Material Pengecoran (Casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku

Lebih terperinci

XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA. Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar

XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA. Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA A. Sub Kompetensi Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN Disusun Oleh Nama Anggota : Rahmad Trio Rifaldo (061530202139) Tris Pankini (061530200826) M Fikri Pangidoan Harahap (061530200820) Kelas : 3ME Dosen

Lebih terperinci

Proses Manufaktur (TIN 105) M. Derajat A

Proses Manufaktur (TIN 105) M. Derajat A Proses Manufaktur (TIN 105) 1 Suatu proses penuangan logam cair ke dlm cetakan kemudian membiarkannya menjadi beku. Tahapan proses pengecoran logam (dengan cetakan pasir) : Bahan baku pola Pasir Persiapan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand

Lebih terperinci

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM A. Sub Kompetensi Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu

Lebih terperinci

MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM

MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 TIM PDTM SMK PGRI 1 NGAWI 1 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI Judul modul ini adalah Modul Pengecoran.

Lebih terperinci

BAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN

BAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN Bertitik tolak pada cara kerja proses ini, maka proses pembuatan jenis ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Proses penuangan. 2. Proses pencetakan. Proses penuangan adalah proses

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Membuat Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

PROSES MANUFACTURING

PROSES MANUFACTURING PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR Oleh: Muhamad Nur Harfianto 2111 105 025 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Soeharto,

Lebih terperinci

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM 1 PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

TI-2121: Proses Manufaktur

TI-2121: Proses Manufaktur TI-11: Proses Manufaktur Dasar-dasar Pengecoran Logam Laboratorium Sistem Produksi www.lspitb.org 003 1. Hasil Pembelajaran Umum: Memberikan mahasiswa pengetahuan yang komprehensif tentang dasar-dasar

Lebih terperinci

Pengecoran logam. Pengecoran (casting)

Pengecoran logam. Pengecoran (casting) Pengecoran logam (casting) Pengecoran (casting) Adalah proses dimana logam cair mengalir dengan gaya gravitasi atau gaya lain, kedalam cetakan, yang kemudian akan memadat mengikuti bentuk dari ruang cetakan.

Lebih terperinci

Membuat Cetakan Pasir dan Inti

Membuat Cetakan Pasir dan Inti SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Membuat Cetakan Pasir dan Inti Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB 2 PROSES PENGECORAN

BAB 2 PROSES PENGECORAN BAB 2 PROSES PENGECORAN 2.1. Pendahuluan Proses pengecoran melalui beberapa tahap : pembutan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENYUSUTAN DANAREA MACHINING PADA PROSES CASTING UNTUK POLA DIES (PATTERN) FENDER MINI TRUCK ESEMKA SANG SURYA

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENYUSUTAN DANAREA MACHINING PADA PROSES CASTING UNTUK POLA DIES (PATTERN) FENDER MINI TRUCK ESEMKA SANG SURYA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENYUSUTAN DANAREA MACHINING PADA PROSES CASTING UNTUK POLA DIES (PATTERN) FENDER MINI TRUCK ESEMKA SANG SURYA Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

BAB 3. PENGECORAN LOGAM

BAB 3. PENGECORAN LOGAM BAB 3. PENGECORAN LOGAM Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai ketrampilan pembentukan material melalui proses pengecoran : Menguasai pembentukan komponen dari aluminiun melalui pengecoran langsung DASAR

Lebih terperinci

Perancangan Pola Cetakan dan Penjadwalan Mesin pada Produk Iron Ductile

Perancangan Pola Cetakan dan Penjadwalan Mesin pada Produk Iron Ductile Performa (2003) Vol. 2, No.1: 6-14 Perancangan Pola Cetakan dan Penjadwalan Mesin pada Produk Iron Ductile Cucuk Nur Rosyidi, Lobes Herdiman Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI TEKNIK PENGECORAN LOGAM

SKRIPSI TEKNIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI TEKNIK PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SPROKET CONVEYOR YANG MEMPUNYAI DAYA 11 KW DAN PUTARAN 32 RPM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

TEKNIK PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULI UNTUK DIGUNAKAN PADA KOMPRESOR AC KENDARAAN PENUMPANG BERKAPASITAS 5 ORANG

TEKNIK PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULI UNTUK DIGUNAKAN PADA KOMPRESOR AC KENDARAAN PENUMPANG BERKAPASITAS 5 ORANG SKRIPSI TEKNIK PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULI UNTUK DIGUNAKAN PADA KOMPRESOR AC KENDARAAN PENUMPANG BERKAPASITAS 5 ORANG Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang berfungsi sebagai tempat piston dan ruang bakar pada mesin otomotif. Pada saat langkah kompresi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

Bab 3 Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Casing Pompa Sentrifugal

Bab 3 Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Casing Pompa Sentrifugal Bab 3 Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Casing Pompa Sentrifugal Proses yang lazim dilakukan dalam pembuatan pola volute casing pompa sentrifugal adalah proses dengan menggunakan metode rakitan. Pola

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA TEKNIK PENGECORAN LOGAM

TUGAS SARJANA TEKNIK PENGECORAN LOGAM TUGAS SARJANA TEKNIK PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN WORM SCREW UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAHAN 10 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR OLEH : HENDRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini di dunia industri pengecoran logam di Indonesia masih banyak menggunakan metode sand casting. Metode sand casting adalah sebuah metode yang digunakan

Lebih terperinci

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan Seperti halnya pada baja, bahwa besi cor adalah paduan antara besi dengan kandungan karbon (C), Silisium (Si), Mangan (Mn), phosfor (P), dan Belerang (S), termasuk kandungan lain yang terdapat didalamnya.

Lebih terperinci

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A Agus Salim Peneliti pada Bidang Peralatan Transportasi Puslit Telimek LIPI ABSTRAK Telah dilakukan pengecoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan manusia dalam bidang industri semakin besar. kebutuhan akan material besi dalam bentuk baja dan besi cor juga

Lebih terperinci

ASSEMBLING POLA PLAT

ASSEMBLING POLA PLAT KODE MODUL M4.12 A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN ASSEMBLING POLA PLAT BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING URZA RAHMANDA, EDDY WIDYONO Jurusan D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya

Lebih terperinci

PERMANEN MOLD CASTING

PERMANEN MOLD CASTING PERMANEN MOLD CASTING Permanen mold casting adalah pembuatan logam dengan cetakan dipadukan dengan tekanan hidrostastik. Cara ini tidak praktis untuk pengecoran yang berukuran besar dan ketika menggunakan

Lebih terperinci

Gambar 1 Sistem Saluran

Gambar 1 Sistem Saluran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Sebutkan dan jelaskan komponen-komponen gating system! Sistem saluran (gating system) didefinisikan sebagai jalan masuk atau saluran bagi logam cair yang dituangkan dari ladel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Teknik Mesin Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan pada rentang waktu pada bulan September

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukan bahwa material rockwool yang berbahan dasar batuan vulkanik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Material Rockwool. Dalam studi kali ini, material rockwool sebelum digunakan sebagai bahan isolasi termal dalam tungku peleburan logam ialah dengan cara membakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian aluminium dalam dunia industri yang semakin tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMUM PADA PENGECORAN INVESTMENT CASTING DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN TANAH LIAT Prima Eko Susanto 1, Hendra Suherman 1, Iqbal 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.

PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing. PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA Idris Prasojo 23411466 Teknik Mesin Dr.-Ing. Mohamad Yamin Latar Belakang Berkembangnya teknologi pada industri kereta api. Beragam

Lebih terperinci

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.

L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran. L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati ANALISIS PENGARUH MODEL SISTEM SALURAN DENGAN POLA STYROFOAM TERHADAP SIFAT FISIS DAN KEKERASAN PRODUK PULI PADA PROSES PENGECORAN ALUMINIUM DAUR ULANG Jurusan Teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Laju Perubahan 2.1.1 Laju Perubahan Rata-Rata Laju perubahan rata-rata fungsi dalam selang tertutup ialah : 2.1.2 Garis Singgung pada Sebuah Kurva Andaikan sebuah fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM Indreswari Suroso 1) 1) Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta

Lebih terperinci

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aplikasi logam dalam industri manufaktur sangat luas. Logam dapat dimanfaatkan sebagai bahan perakit suatu produk hingga dalam proses packaging. Pembuatan

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR Judul Tugas Sarjana Perbaikan Proses Pembuatan Pola Volute Agus Susilo B.S Casing Pompa Sentrifugal Program Studi Teknik Mesin 13103148 Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung Ringkasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam merupakan bagian dari industri hulu dalam bidang manufaktur, terdiri dari proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam tersebut dicorkan ke dalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI

TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI TUGAS AKHIR POLA DAN PENGECORAN BODY RUBBER ROLL UNTUK SELEP PADI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Toleransi& Implementasinya

Toleransi& Implementasinya Toleransi& Implementasinya Daftar Isi 1. Toleransi Linier... 3 a) Suaian-suaian (Fits)... 6 b) Jenis jenis Suaian... 6 c) Toleransi Khusus dan Toleransi Umum... 6 1) Toleransi Khusus... 6 2) Toleransi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada) PROSES PENGERJAAN PANAS PROSES PENGERJAAN PANAS Adalah proses merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan (T proses : T cair > 0,5), volume benda kerja tetap dan tak adanya geram (besi halus sisa proses).

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-80 Studi Eksperimental Pengaruh Model Sistem Saluran dan Variasi Temperatur Tuang terhadap Prosentase Porositas, Kekerasan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pengecoran logam merupakan salah satu proses pembentukan logam dengan menggunakan cetakan yang kemudian diisi dengan logam cair. Pada proses pengecoran logam bahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi  2.2 Rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi Mesin perontok padi adalah suatu mesin yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia untuk memisahkan antara jerami dengan bulir padi atau

Lebih terperinci

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.

K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan. K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl Menoreh Tengah X/22 Semarang e-mail: roziqinuwh@gmail.com helmy_uwh@yahoo.co.id i.syafaat@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR INDUSTRI INOVATIF Vol. 6, No., Maret 06: 38-44 ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR ) Aladin Eko Purkuncoro, )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam merupakan suatu proses pembuatan benda yang dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari pembuatan pola, cetakan, proses peleburan, menuang, membongkar

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR MANUFAKTUR PRODUK

BAB II DASAR-DASAR MANUFAKTUR PRODUK BAB II DASAR-DASAR MANUFAKTUR PRODUK II.1 Prinsip Dasar Manufaktur Produk Dalam prinsip dasar proses manufaktur suatu produk saya akan mengklasifikasikan untuk manufaktur produk prototype dan manufaktur

Lebih terperinci

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) *Yusuf Umardani a, Yurianto a, Rezka

Lebih terperinci

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi 3.1 Perancangan Reaktor Gasifikasi Perancangan reaktor didasarkan pada rancangan reaktor gasifikasi sekam padi milik Willy Adriansyah. Asumsi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pompa Pompa merupakan alat yang lazim digunakan untuk mengalirkan fluida dari satu unit operasi ke unit operasi lainnya. Pompa digunakan secara luas di berbagai bidang kegiatan:

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING

RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING Oleh: Agung Tri Hatmoko 2111 105 017 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

2. Pengoperasian Cam-lock

2. Pengoperasian Cam-lock Daftar isi 1. Kata pengantar. 2. Pengoperasian Cam-lock.. 3. Pencegahan Kebocoran Uap Air. 4. Panel Cold Storage Dengan Panel Atap & Lantai 5. Memasangan Lantai Panel Cold Storage. 6. Memasang Wall Panel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 35 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Pengecoran logam dilakukan dipabrik pengecoran logam, Desa Serdang, Kecamatan Tanjung Bintang

Lebih terperinci

BAB I PROSES MANUFAKTUR

BAB I PROSES MANUFAKTUR BAB I PROSES MANUFAKTUR A. Pendahuluan. teknologi mekanik merupakan suatu proses pembuatan suatu benda dari bahan baku sampai barang jadi atau setengah jadi dengan atau tanpa proses tambahan. Dari sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membersihkan coran. Hampir semua benda-benda logam yang. Perkembangan material berbasis besi ( ferro), khususnya

BAB I PENDAHULUAN. membersihkan coran. Hampir semua benda-benda logam yang. Perkembangan material berbasis besi ( ferro), khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengecoran logam merupakan suatu proses pembuatan benda yang dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari pembuatan pola, cetakan, proses peleburan, menuang, membongkar

Lebih terperinci

Perancangan Dan Pembuatan Batang Torak Dengan Daya 100 PS Dan Putaran 3500 RPM Dengan Proses Pengecoran Logam

Perancangan Dan Pembuatan Batang Torak Dengan Daya 100 PS Dan Putaran 3500 RPM Dengan Proses Pengecoran Logam Perancangan Dan Pembuatan Batang Torak Dengan Daya 100 PS Dan Putaran 3500 RPM Dengan Proses Pengecoran Logam SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ARIMAN

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN CRANKSHAFT MESIN SINAS METODE PENGECORAN PASIR DENGAN BAHAN FCD 600

PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN CRANKSHAFT MESIN SINAS METODE PENGECORAN PASIR DENGAN BAHAN FCD 600 PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN CRANKSHAFT MESIN SINAS METODE PENGECORAN PASIR DENGAN BAHAN FCD 600 Moh Nur Harfianto, Soeharto, Bambang sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM

OPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi OPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM Susilo Adi Widyanto*,

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta INTISARI Setiap logam akan mengalami perubahan fasa selama proses pengecoran,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn Teguh Raharjo, Wayan Sujana Jutusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi dustri Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS A. Gambaran Umum Deformasi. Deformasi adalah perubahan bentuk akibat adanya tegangan dalam logam yaitu tegangan memanjang dan tegangan melintang, yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN BAB II PERTIMBANGAN DESAIN 2.1 Pertimbangan Desain Hal hal penting dalam pertimbangan desain untuk merancang press tool sendok cocor bebek, hal hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan metode

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah material plastik dengan suhu tinggi dimasukkan kedalam mold, kemudian material

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN BANTALAN POROS LORI DENGAN KAPASITAS LORI 2,5 TON TBS DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN BANTALAN POROS LORI DENGAN KAPASITAS LORI 2,5 TON TBS DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM PERENCANAAN DAN PEMBUATAN BANTALAN POROS LORI DENGAN KAPASITAS LORI 2,5 TON TBS DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HIMAWAN

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN Oleh: M.Nawarul Fuad Shibu lijack LATAR BELAKANG Fungsi velg sebagai roda

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Battery cord Battery cord merupakan komponen penghubung antara cell battery dengan cell battery lainnya. Battery cord yang paling umum dibuat dari bahan timah dan kuningan, Hasil

Lebih terperinci

Proses Lengkung (Bend Process)

Proses Lengkung (Bend Process) Proses Lengkung (Bend Process) Pelengkuan (bending) merupakan proses pembebanan terhadap suatu bahan pada suatu titik ditengah-tengah dari bahan yang ditahan diatas dua tumpuan. Dengan pembebanan ini bahan

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Proses Manufaktur II (Pengecoran, Pembentukan) 3 sks

Mata Kuliah: Proses Manufaktur II (Pengecoran, Pembentukan) 3 sks Mata Kuliah: (Pengecoran, Pembentukan) 3 sks oleh : Yudy Surya Irawan Gambar Proses pembuatan baja bagian I Molten Steel Molten Steel Molten Steel YudySuryaIrawan Gambar Proses pembuatan baja bagian II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dalam segala aspek kehidupan saat ini semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGECORAN LOGAM

MODUL PRAKTIKUM PENGECORAN LOGAM MODUL PRAKTIKUM PENGECORAN LOGAM I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Memahami pembuatan benda coran dengan menggunakan jenis pengecoran sand casting (pengecoran pasir). 2. Memahami perancangan pola dan gatting sistem

Lebih terperinci

PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM PENGERTIAN Pengecoran (casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING

STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING Sidang Tugas Akhir (TM 091486) STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING oleh : Rachmadi Norcahyo

Lebih terperinci

PEMBUATAN CETAKAN COR PROPELLER UNTUK KAPAL NELAYAN DENGAN METODE PEMBEKUAN SEARAH

PEMBUATAN CETAKAN COR PROPELLER UNTUK KAPAL NELAYAN DENGAN METODE PEMBEKUAN SEARAH PEMBUATAN CETAKAN COR PROPELLER UNTUK KAPAL NELAYAN DENGAN METODE PEMBEKUAN SEARAH PROYEK AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya Disusun Oleh : SUPONO 2009-55 - 039

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 Nurhadi

Lebih terperinci