BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yang menyatakan: Tiap-tiap warga
|
|
- Ratna Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi bagi setiap warga negara sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI 1945) yang menyatakan: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Amandemen UUD NRI 1945 juga mengatur tentang ketenagakerjaan sebagaimana yang disebutkan dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 28D ayat (2) UUD NRI 1945 yaitu: Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Ketentuan Pasal 28D ayat (2) tersebut berimplikasi pada kewajiban negara untuk memfasilitasi warga negaranya agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan yang matang di bidang ketenagakerjaan untuk mewujudkan kewajiban negara tersebut. Salah satu langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam hal ketenagakerjaan adalah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketengakerjaan dan juga Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Kedua undangundang tersebut mengatur seluruh hal terkait dengan hukum ketengakerjaan serta cara penyelesaian hubungan industrial di Indonesia, serta untuk
2 melindungi hak-hak dan kewajiban serta kepentingan para pihak yang terlibat dalam perjanjian kerja serta pihak-pihak yang bersilisih dalam hubungan industrial. Pengusaha maupun pekerja terikat langsung dengan kedua ketentuan undang-undang tersebut. Pada dasarnya pengusaha dan pekerja masingmasing mempunyai kebebasan membuat perjanjian kerja. Hal ini berkaitan dengan dengan asas kebebasan berkontrak, meskipun dalam membuat perjanjian kerja diberlakukannya asas kebebasan berkontrak, namun asas kebebasan berkontrak tersebut dibatasi oleh beberapa hal yaitu; undangundang, kesusialan dan ketertiban umum. 1 Dalam praktik ditemukan pengusaha yang membuat perjanjian kerja secara sepihak, tindakan pengusaha dalam membuat perjanjian kerja secara sepihak sebagaimana disebutkan di atas dilakukan mengingat bahwa perjanjian kerja merupakan salah satu jenis perjanjian baku (perjanjian standar), yaitu suatu perjanjian yang dibuat oleh salah satu pihak dalam bentuk tertulis. Artinya bahwa isi dari perjanjian baku tersebut telah ditentukan secara sepihak oleh pihak yang memiliki kedudukan ekonomi yang lebih kuat. 2 Dalam konteks perjanjian kerja yang membuat perjanjian baku tersebut adalah pengusaha (perusahaan). Sebagai salah satu jenis perjanjian baku, dalam pembuatan perjanjian kerja pihak pekerja tidak mempunyai kebebasan dalam hal menentukan isi dari pada 1 Agusmidah, 2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dinamika dan Kajian Teori, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm Halim HS, 2007, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata, PT. RahaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 158.
3 perjanjian kerja tersebut, namun pihak pekerja memiliki hak untuk menerima (menyetujui) atau menolak isi dari perjanjian kerja tersebut. Artinya, apabila pihak pekerja menerimanya, maka pekerja akan menandatangani perjanjian kerja tersebut sebagai bentuk pernyataan kesepakatan, dan juga sebaliknya apabila pekerja menolaknya. Pada dasarnya setiap perjanjian harus didasarkan pada kesepakatan para pihak yang mengadakan perjanjian, termasuk juga perjanjian kerja, di mana pihak perusahaan dan pekerja harus membuat sebuah perjanjian kerja atas dasar kesepakatan bersama. Hal ini sebagaimana yang telah diatur dengan jelas dan tegas dalam Pasal 52 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, yaitu: Pasal 52 (1) Perjanjian kerja dibuat atas dasar: a. kesepakatan kedua belah pihak b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan d. pekerjaan yang diperjanjian tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sama halnya dengan syarat perjanjian pada umumnya yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, syarat sahnya perjanjian kerja yang disebutkan diatas juga dapat dibatalkan apabila tidak terpenuhinya syarat yang dimaksud dalam Pasal 52 (1) huruf a dan b, sedangkan apabila syarat yang dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf c dan d tidak terpenuhi maka perjanjian kerja tersebut batal demi hukum. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 52 ayat (2) dan (3) UU Ketenagakerjaan. Akibat hukum dari perjanjian kerja yang sah adalah perjanjian kerja tersebut mengikat para pihak antara pekerja dengan pengusaha (perusahaan).
4 Hal ini terkait dengan asas pacta sunt servanda yaitu perjanjian yang dibuat oleh para para pihak bersifat mengikat para pihak didalamnya layaknya undang-undang. Ketentuan mengenai mengikatnya suatu perjanjian dapat dilihat dalam rumusan Pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pengertian berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya menunjukkan bahwa undang-undang sendiri mengakui dan menempatkan posisi para pihak dalam perjanjian (kontrak) sejajar dengan pembuat undang-undang. 3 Pada saat sekarang ini, perkembangan dunia usaha dari tahun ke tahun semakin kompetitif, perusahaan akan melakukan segala upaya untuk mengembangkan usahanya dan untuk mempertahankan para pekerjanya agar tetap setia pada perusahaan. Perusahaan juga akan melakukan berbagai cara untuk menimalisasi biaya dan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya, begitulah prinsip ekonomi yang selama ini lazim digunakan oleh para pelaku usaha. Untuk mempertahankan para pekerjanya agar tetap setia pada satu perusahaan, pihak perusahaan menyiasati berbagai cara agar pekerjanya tidak keluar dari perusahaan tempat ia bekerja, salah satu tindakan yang dilakukan oleh pihak perusahaan terhadap pekerjanya adalah dengan cara malakukan penahanan ijazah asli pekerjanya. Praktik penahanan ijazah pekerja yang dilakukan oleh perusahaan pada dasarnya tidak diatur dalam ketentuan UU Ketenagakerjaan dan KUH Perdata. 3 Agus Yudha Hernoko, 2008, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, LaksBang Mediatama, Yogyakarta, hlm. 110.
5 Artinya, dapat dikatakan bahwa kedua ketentuan peraturan hukum tersebut tidak membolehkan atau melarang pihak perusahaan untuk menahan ijazah pekerjanya. Meskipun pada praktik sekarang ini, banyak perusahaan yang menahan ijazah asli pekerjanya dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan bahwa penahanan ijazah dilakukan perusahan untuk menertibkan pekerjanya agar tidak gampang keluar masuk dari pekerjaanya sesuka hati pekerja, dan ada perusahaan yang beralasan penahanan ijazah pekerja sebagai jaminan pekerja karena mengingat tanggungjawab yang tugaskan oleh perusahaan kepada pekerja tersebut cukup berat dan berisiko tinggi (hal ini biasanya terjadi pada perusahaan yang bergerak di bidang lembaga keuangan atau Perbankan). Pada suatu hubungan kerja, posisi tawar pihak pekerja berbeda dengan posisi tawar pihak pengusaha (perusahaan) sebagai pihak pemberi kerja, di mana pihak pekerja merupakan pihak dengan posisi tawar yang rendah (lemah), sedangkan pihak pengusaha memiliki posisi tawar yang lebih tinggi. Dalam situasi seperti ini, pihak pekerja sebagai pihak yang membutuhkan pekerjaan akan menandatangi perjanjian kerja tersebut dengan segala risiko, termasuk juga dengan risiko ijazah ditahan oleh pengusaha (perusahaan). Oleh karena itu, seharusnya penahanan ijazah pekerja oleh pengusaha (perusahaan) dilakukan perusahaan atas kerelaan dari pekerja bukan karena keterpaksaan yang disebabkan oleh posisi tawar pekerja yang rendah (lemah). Perihal penahanan ijazah pekerja oleh pihak perusahaan belum diatur secara jelas dan tegas dalam UU Ketenagakerjaan, namun seharusnya praktik
6 penahanan ijazah tersebut tidak lazim dan tidak wajar untuk diterapkan dalam suatu hubungan ketenagakerjaan. Sejatinya dalam sebuah hubungan kerja telah adanya kesepakatan kedua belah pihak yang dimuat dalam perjanjian kerja antara pihak pekerja dan pemberi kerja. Dengan adanya perjanjian kerja tersebut seharusnya pihak perusahaan tidak perlu lagi melakukan penahanan ijazah pekerja. Ijazah itu sendiri bukan merupakan surat berharga yang bernilai ekonomis bagi perusahaan, namun bagi pekerja ijazah merupakan dokumen berharga dan dokumen yang sangat penting dalam mencari pekerjaan yang layak (lebih baik) guna menunjang kehidupannya serta kehidupan keluarganya. Pada dasarnya semua kewajiban dan hak para pihak telah termuat dalam perjanjian kerja. Oleh karena itu, dalam menjalankan perjanjian kerja tersebut diberlakukannya asas iktikad baik dari pihak pengusaha (perusahaan) dan pihak pekerja itu sendiri, dalam arti kedua belah pihak saling sadar untuk memenuhi kewajiban masing-masing sebagaimana yang telah disepakati dalam perjanjian kerja tanpa harus adanya penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan. Apabila salah satu pihak beritikad tidak baik, dalam arti tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam perjanjian kerja, maka cukup menggunakan perjanjian kerja sebagai pedoman dalam menyelesaikannya sebagaimana yang telah diperjanjikan para pihak. Perselisihan penahanan ijazah yang terjadi antara pihak pekerja dengan perusahaan termasuk dalam salah satu jenis perselisihan hubungan industrial, maka dari itu, penyelesaian perselisihannya dapat ditempuh melalui
7 penyelesaian perselisihan secara bipartit, mediasi, konsiliasi, arbitrase dan pengadilan hubungan industrial. Fokus penulis dalam penelitian ini, yaitu mengenai proses penyelesaian yang dilakukan secara mediasi oleh mediator. Pada tahap proses mediasi mengenai perselisihan penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan, mediator selaku pihak yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan tersebut harus menyelesaikan perselisihan tersebut tanpa memihak kepada salah satu pihak, artinya mediator harus bersikap netral di antara kedua belah pihak yang sedang berselisisih. Mediator dalam menyelesaikan perselisihan penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan harus terlebih dahulu menawarkan atau menganjurkan kepada para pihak untuk menyelesaikan atau berunding lagi dengan itikad baik antara pihak pekerja dengan pihak perusahaan. Apabila anjuran tersebut ditolak oleh para pihak, maka mediator akan melanjutkan proses penyelesaian perselisihan penahanan ijazah tersebut melalui sidang mediasi yang dilakukan secara musyawarah untuk mufakat. Perlu diingat bahwasanya setiap sebelum sidang mediasi dimulai mediator berkewajiban untuk mennganjurkan kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihannya berdasarkan itikad baik. Salah satu praktik penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan yang pernah diselesaikan oleh mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul yaitu penahanan ijazah atas nama Dwi Wahyuni Sari sebagai pekerja di PT. Pelangi Nusa Persada. Praktik penahanan ijazah yang dilakukan oleh PT. Pelangi Nusa Persada telah jelas disebutkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu yang telah disepakati oleh pihak Dwi Wahyuni Sari itu sendiri. Pada
8 awal penandatanganan perjanjian kerja waktu tertentu tersebut pihak pekerja selaku pihak yang terlibat dalam pembuatannya telah menyepakati seluruh klausul yang tertera dalam perjanjian kerja waktu tertentu, termasuk juga klausul mengenai penyerahan ijazah pekerja sebagai jaminan kepada pihak perusahaan, PT. Pelangi Nusa Persada. Perselisihan antara Dwi Wahyuni Dari dengan PT. Pelangi Nusa Persada berawal dari adanya aturan-aturan baru yang dibuat oleh PT. Pelangi Nusa Persada terhadap pekerjanya, termasuk Dwi Wahyuni Sari. Dari adanya aturan-aturan baru tersebut membuat pihak Dwi Wahyuni Dari merasa tidak nyaman lagi untuk melanjutkan pekerjaanya lagi di PT. Pelangi Nusa Persada, hingga akhirnya Dwi Wahyuni Sari memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya sebelum masa kerjanya di PT. Pelangi Nusa Persada berkahir. Langkah pengunduran diri yang ditempuh oleh Dwi Wahyuni Sari tidak serta merta telah menyelesaikan permasalahannya dengan PT. Pelangi Nusa Persada. Hal ini membuat PT. Pelangi Nusa Persada merasa dirugikan oleh Dwi Wahyuni Sari. Maka dari itu, pihak PT. Pelangi Nusa Persada masih menahan (belum mengembalikan) ijazah Dwi Wahyuni Sari, meskipun Dwi Wahyuni Sari tidak lagi bekerja di PT. Pelangi Nusa Persada. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai praktik penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan. Maka dari itu, penulisan tesis ini penulis berikan judul Keberadaan Asas Itikad Baik
9 Dalam Penahanan Ijazah Pekerja Oleh Perusahaan (Studi Kasus di PT. Pelangi Nusa Persada Kabupaten Bantul). B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah praktik penahanan ijazah yang dilakukan oleh PT. Pelangi Nusa Persada terhadap pekerjanya telah sesuai dengan asas itikad baik? 2. Apakah Mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul telah mengakomodasikan keberadaan asas itikad baik dalam menyelesaikan perselisihan praktik penahanan ijazah pekerja antara PT. Pelangi Nusa Persada dengan Dwi Wahyuni Sari? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif Berdasarkan pokok masalah seperti yang telah diuraikan di atas, Tujuan obyektif dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai sesuai atau tidaknya praktik penahanan ijazah pekerja yang dilakukan oleh PT. Pelangi Nusa Persada dengan asas itikad baik. b. Untuk mengetahui dan menganalisis diakomodasikan atau tidaknya itikad baik oleh Mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul dalam menyelesaikan perselisihan penahanan ijazah antara PT. Pelangi Nusa Persada dengan Dwi Wahyuni Sari.
10 2. Tujuan Subjektif Penelitian ini secara subyektif bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan dan syarat akademis untuk memperoleh gelar Master Hukum, di Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum, Klaster Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan dan pengkajian Ilmu Hukum, khususnya di bidang Hukum Keperdataan yang berkaitan dengan permasalahan mengenai keberadaan asas iktikad baik dalam penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan. 2. Manfaat Praktis Secara parktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, membantu dan meberikan masukan kepada para pembuat peraturan (undang-undang) agar membuat peraturan mengenai penahanan ijazah pekerja guna menjawab kebutuhan para pekerja yang merasa dirugikan dalam hal ijazahnya ditahan oleh pihak perusahaan. Serta memberikan masukan bagi pengusaha, pekerja dan peneliti yang terlibat dalam hal penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan.
11 E. Keaslian Penelitian Sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM) dan dari Internet (google.com). Dari hasil penelusuran tersebut, penulis menemukan beberapa penelitian terkait tentang keberadaan asas itikad baik dan penelitian mengenai penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan, yaitu di antaranya sebagai berikut: 1. Tesis yang berjudul Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Yang Ditahan Ijazahnya Oleh Perusahaan (study kasus pada Perusahaan Toko Larid di Jalan KHA. Dahlan Kabupaten Purworejo). 4 Penelitian ini ditulis oleh Satrio Ageng Rihardi, mahasiswa Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2015, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah pencantuman klausula penahanan ijazah pekerja yang dibuat oleh perusahaan bertentangan dengan asas itikad baik? 2) Bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Purworejo terhadap pekerja yang mengalami kerugian akibat ijazahnya ditahan oleh perusahaan? Kesimpulan dari penelitian tersebut, bahwa penerapan isi/klausul perjanjian kerja mengenai penyerahan ijazah pendidikan asli milik pekerja yang ditahan oleh pengusaha tidak dapat serta merta dikatakan telah bertentangan dengan asas itikad baik. Hal ini harus dibuktikan dengan adanya suatu kesepakatan para pihak yang terlibat dalam perjanjian kerja tersebut. 4 Satrio Ageng Rihardi, 2015, Pelindungan Hukum Bagi Pekera Yang Ditahan Ijazahnya Oleh Perusahaan (study kasus pada Perusahaan Toko Laris di Jalan KHA. Dahlam Kabupaten Purworejo), Tesis, Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
12 Perlindungan hukum yang diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Purworejo khususunya bidang hubungan industrial dan pengawasan tenaga kerja dilakukan dengan perlingungan secara preventif dan represif. 2. Skripsi yang berjudul Penahanan Ijazah Sebagai Jaminan Kontrak Bagi Karyawan Studi Kasus Swalayan Palma Jaya di Cilacap Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif. 5 Penelitian ini ditulis oleh Dera Reswara Santiaji, mahasiswa fakulras Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2015, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana bentuk kontrak bersyarat dengan jaminan ijazah di Swalayan Palma Jaya? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap pelaksanaan perjanjian dengan penahanan ijazah? Kesimpulan dari penelitian tersebut, bentuk kontrak yang digunakan di Swalayan Palma Jaya merupakan kontrak kerja tertulis yang di dalamnya memuat tentang hubungan antara perusahaan dan karyawan mengenai tata cara kerja, hak dan kewajiban serta aturan-aturan yang ada di perusahaan. Perjanjian kerja di Swalayan Palma Jaya ditinjau dari hukum Islam tergolong dalam akad fasid, karena telah mencakup semua syarat-syarat dan rukunrukun sebuah perjanjian, namun syarat keabsahan akad yang tidak terpenuhi yaitu kerelaan kedua belah pihak yang berakad. Sedangkan menurut hukum 5 Dera Aswara Santiaji, 2015, Penahanan Ijazah Sebagai Jaminan Kontrak Kerja Bagi Karyawan Studi Kasus Swalayan Palma Jaya di Cilacap Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
13 positif, perjanjian kerja di Swalayan Palma Jaya telah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan Pasal 52 Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang mencakup sebuah syarat sahnya perjanjian, perjanjian kerja yang dibuat oleh Swalayan Palma Jaya adalah sah dan dapat diterima. 3. Tesis yang berjudul Asas Itikad Baik Dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Penerapannya Pada Tahap Pra Kontrak. 6 Penelitian ini ditulis oleh Adhani Suryaputra, mahasiswa Magister Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011, dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana tahap pra kontrak dalam kerangka hukum perjanjian di Indonesia? 2) Bagaimana penerapan itikad baik pada tahap pra kontrak? 3) Bagaimana bentuk-bentuk dan akibat hukum terhadap ketiadaan itikad baik pada tahap pra kontrak? Kesimpulan dari penelitian tersebut, di Indonesia perkembangan penerapan asas itikad baik dalam hukum perjajian hanya berfokus pada penerapan Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, di mana ruang lingkupnya masih diletakkan pada pelaksanaan perjanjian saja, dan seolah-olah KUH Perdata belum mengakui keberadaan asas itikad baik pada tahap pra kontrak. Pengakuan itikad baik oleh KUH Perdata sebenarnya tidak hanya sebatas pada tahap pelaksanaan perjanjian saja, tidak berkembangnya ajaran itikad baik 6 Adhari Suryaputra, 2011, Asas Itikad Baik Dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Penerapannya Pada Tahap Pra Kontrak, Tesis, Magister Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.
14 dalam tahap pra kontrak lebih karena hakim tidak hanya menggali dan menafsirkan bentuk-bentuk itikad baik pada tahap pra kontrak. Oleh karena itu, ajaran ini seharusnya masuk dalam revisi KUH Perdata dengan mejelaskan bentuk-bentuk itikad baik pada tahap pra kontrak, yang meliputi kewajiban untuk menjelaskan dan meliputi fakta material, larangan terhadap paksaan dan penyalahgunaan keadaan, serta kewajiban untuk loyal (duty of loyalty) dan menjaga kerahasiaan dalam proses negosiasi (duty of confidentially). Dari ketiga penelitian sebelumnya yang disebutkan di atas, terdapat penelitian yang membahas mengenai penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan, namun penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang penulis teliti. Letak perbedaannya adalah dalam hal obyek penelitian, dalam penelitian sebelumnya lebih membahas kepada peran pemerintah yaitu Dinas Ketenagakerjaan setempat dalam memberikan perlindungan hukum bagi pekerja yang ditahan ijazahnya oleh pihak perusahaan, dan penelitian mengenai penahanan ijazah sebagai jaminan kontrak ditinjau menurut hukum Islam dan hukum positif. Pada Penelitian ini, penulis lebih menitikbertakan pada peran mediator dalam proses penyelesaian perselisihan penahanan ijazah pekerja oleh perusahaan, apakah telah mengakomodasikan asas iktikad baik dalam anjuran penyelesaiannya atau tidak. Di dalam penelitian ini telah memenuhi kaedah keaslian penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia semakin berkembang dan berdaya saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerja
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional senantiasa bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. 1 Peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan
Lebih terperinciTEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK
TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menunjang pembangunan nasional, pembangunan dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Atas
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sesuai kodratnya menjadi seseorang yang dalam hidupnya selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dikenal dengan makhluk sosial, karena manusia tidak bisa hidup sendiri yang artinya manusia membutuhkan sesama manusia dalam hal kebutuhan hidupnya.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib
BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Pengaturan perjanjian bisa kita temukan didalam buku III bab II pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi Perjanjian adalah suatu perbuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha dalam pelaksanaan hubungan kerja tetapi juga termasuk seorang yang akan mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan serta cita-cita bangsa, termasuk di dalamnya
Lebih terperinciBAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA DENGAN PEKERJA OUTSOURCING
15 BAB II KEABSAHAN PERJANJIAN KERJA ANTARA PERUSAHAAN 2.1 Hubungan Hukum Antara Perusahaan Penyedia Jasa Dengan Pekerja/Buruh Hubungan hukum antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa itu sendiri
Lebih terperinciUndang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan
KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sengketa adalah suatu pertentangan atas kepentingan, tujuan dan atau pemahaman antara dua pihak atau lebih. Sengketa akan menjadi masalah hukum apabila pertentangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan jasa dari para pekerja dan pekerja mengharapkan upah dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia saat ini berkembang secara pesat. Perusahaan-perusahaan bermunculan dan bersaing secara ketat di pasar global. Perusahaan-perusahaan berupaya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam mencapai kebutuhan hidupnya saling berinteraksi dengan manusia lain. Masing-masing individu dalam berinteraksi adalah subjek hukum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia harus berupaya memperoleh penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Bekerja merupakan salah satu upaya manusia dalam rangka memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu perjanjian tertulis merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan industrial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan salah satu hal yang penting bagi setiap individu. Keinginan masyarakat untuk dapat memiliki tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghapusan dan pelepasan aset harus jelas dan transparan. Sehubungan hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perubahan organisasi dan perkembangan bisnis pada PT PERTAMINA (Persero) saat ini menuntut bekerja lebih cepat, efektif, efisien dan transparan, maka segala kegiatan
Lebih terperinciSetiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.
PENGANTAR Pembahasan MSDM yang lebih menekankan pada unsur manusia sebagai individu tidaklah cukup tanpa dilengkapi pembahasan manusia sebagai kelompok sosial. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M.
PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M. Abstrak Dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan secara kontraktual, tidak jarang terjadi
Lebih terperinciOleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon
UPAYA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL SECARA BIPARTIT, MEDIASI DAN KONSILIASI, SEBUAH KAJIAN YURIDIS Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon ABSTRAK Dengan meningkatnya
Lebih terperinciHUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.
HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari
Lebih terperinciseperti Hak Cipta (Copyright), Merek (Trade Mark)maupun Desain
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Hukum Rahasia Dagang 1. Penjelasan Rahasia Dagang Rahasia Dagang (Trade Secret) memegang peranan penting dalam ranah Hak Kekayaan Intelektual. Rahasia Dagang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.
BAB I PENDAHULUAN Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menentukan bahwa semua perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang. Oleh karena itu, para pihak dalam melaksanakan
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang Disebabkan Karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di PT. Planet Electrindo Berdasarkan Putusan Nomor 323K/Pdt.Sus-PHI/2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, maka perdagangan yang sebelumnya lebih banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata cara perdagangan kian berkembang seiring maraknya penggunaan teknologi internet, maka perdagangan yang sebelumnya lebih banyak dilakukan dengan bertatap
Lebih terperinciIII. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
(1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia sudah berjalan dua dekade lebih. Hal ini ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat
Lebih terperinciHubungan Industrial. Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi
Modul ke: Hubungan Industrial Perjanjian Kerja; Peraturan Perusahaan; Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Daftar Pustaka
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan industrial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata membedakan dengan jelas antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
BAB I PENDAHULUAN Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan, demikianlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa terlepas dari hubungan manusia lainnya hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan mahkluk sosial. Interaksi atau hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki pekerjaan. Pada dasarnya, memiliki pekerjaan merupakan hak yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hakikat manusia adalah menggerakkan hidup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini dapat terjadi apabila manusia memiliki
Lebih terperincifile://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm
Page 1 of 38 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR
BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR 3.1. Pemutusan Hubungan Kerja Pemutusan hubungan kerja oleh majikan adalah jenis PHK yang sering terjadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memperkerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memperkerjakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 2.1 Perjanjian secara Umum Pada umumnya, suatu hubungan hukum terjadi karena suatu
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6,2004 KESRA Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah.Tenaga Kerja. Ketenagakerjaan. Perjanjian
Lebih terperinciBAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING
BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu
Lebih terperinciBAB IV. Surabaya ini termasuk pada bab ija>rah karena merupakan akad yang objeknya. Menurut bapak A. Djohan Hidayat selaku PJS Penyelia Umum & SDM,
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP KLAUSUL PERJANJIAN KERJA ANTARA BANK DENGAN PEGAWAI DI BANK JATIM SYARIAH CABANG SURABAYA A. Mekanisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tantangan terbesar bagi hukum di Indonesia adalah terus berkembangnya perubahan di dalam masyarakat yang membutuhkan perhatian dan pengaturan
Lebih terperinciBAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL 1. Hak- hak dan kewajiban dari pembeli unit kondotel Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang dilahirkan dari perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menjadi suatu kenyataan yang dihadapi setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Proses interaksi dan saling pengaruh memengaruhi, bahkan pergesekan
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyelesaikan perselisihan hubungan industrial antara pengusaha dengan pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh di perusahaan perlu dilakukan upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerja merupakan aset utama dalam sebuah perusahaan karena tanpa adanya pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam menghasilkan barang
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:
AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh: Abuyazid Bustomi, SH, MH. 1 ABSTRAK Secara umum perjanjian adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. III/No. 6/Juli/2015
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK TERHADAP PEMUTUSAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE) DALAM PERSPEKTIF HUKUM BISNIS 1 Oleh : Cindi Pratiwi Kondo 2 ABSTRAK Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pekerja / buruh dengan pengusaha, berpotensi menimbulkan perbedaan
51 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hubungan Industrial yang merupakan keterkaitan kepentingan antara pekerja / buruh dengan pengusaha, berpotensi menimbulkan perbedaan pendapat, sehingga mencuat menjadi konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu
Lebih terperinciPROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN XII) PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL copyright by Elok Hikmawati 1 Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Mochtar Kusumaatmadja mengatakan
Lebih terperinciKONTRAK SEBAGAI KERANGKA DASAR DALAM KEGIATAN BISNIS DI INDONESIA
KONTRAK SEBAGAI KERANGKA DASAR DALAM KEGIATAN BISNIS DI INDONESIA Oleh Anak Agung Ayu Pradnyani Marwanto Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT In business activities in Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting dalam kehidupan karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada tanah. Dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut paham nomokrasi bahkan semenjak negara Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Paham nomokrasi adalah sebuah paham yang menempatkan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK
44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*
Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian
Lebih terperinciSerikat Pekerja dan Hubungan Industrial
MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan
Lebih terperinciMSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial
MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan
Lebih terperinciSistematika Siaran Radio
Sistematika Siaran Radio Rabu, 24 Mei 2017 Tema: Penggunaan Perjanjian Tertulis (Kontrak) dalam Transaksi-Transaksi Bisnis Sehari-Hari Oleh: Dr. Bayu Seto Hardjowahono, S.H., LL.M. dan LBH Pengayoman UNPAR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang. Oleh karena itu, pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Dari uraian di atas, selanjutnya dari hasil penelitian penulis menyimpulkan sebagai
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian di atas, selanjutnya dari hasil penelitian penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan eksekusi objek fidusia yang tidak terdaftar di Kota Bukittinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya menuntut setiap orang untuk bekerja. Dalam melakukan pekerjaan harus dibedakan yaitu pelaksanaan pekerjaan untuk kepentingan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Persyaratan Pembangunan Rumah Susun dalam Tindakan. Hukum Pemesanan Rumah Susun
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan penulis, jawaban atas identifikasi masalah pada Bab I skripsi ini adalah: 1. Persyaratan Pembangunan Rumah Susun dalam Tindakan Hukum Pemesanan Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi maka hubungan antar manusia menjadi hampir tanpa batas, karena pada dasarnya manusia adalah
Lebih terperinciDAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pokok-pokok pikiran yang tercantum di dalam Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menekankan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
Lebih terperinciDAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA
DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA
BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA A. Analisis Dualisme Akad Pembiayaan Mud{arabah Muqayyadah Keberadaaan suatu akad atau perjanjian adalah sesuatu yang
Lebih terperinciKEKUATAN HUKUM MEMORANDUM
1 KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ANTARA KEJAKSAAN TINGGI GORONTALO DENGAN PT. BANK SULAWESI UTARA CABANG GORONTALO DALAM PENANGANAN KREDIT MACET RISNAWATY HUSAIN 1 Pembimbing I. MUTIA CH. THALIB,
Lebih terperinciPEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)
PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang) Abstrak Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah jika nilai pengadaan barang, pekerjaan konstruksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian, mengingat perjanjian sering digunakan oleh individu dalam aspek kehidupan. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan meningkat, serta terwujud
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan di berbagai aspek kehidupan juga ikut berkembang. Hal ini merupakan petanda baik bagi Indonesia, jika dalam perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidup yang layak. Pada dasarnya manusia selalu berjuang dengan
Lebih terperinciMahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman dalam lingkup khusus. 1 Kekhususan
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015
PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI LUAR PENGADILAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 2004 1 Oleh: Sigit Risfanditama Amin 2 ABSTRAK Hakikat hukum ketenagakerjaan adalah perlindungan
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan hukum terhadap lisensi creative commons
Lebih terperinciTanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.
Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia Oleh : Lili Naili Hidayah 1 ABSTRAK Setiap perbuatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Ketenagakerjaan sebagai bagian dari integral dari Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Lebih terperinciBAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK
BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK A. Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding dalam Perjanjian Berdasarkan Buku III Burgerlijke
Lebih terperinciPerselisihan Hubungan Industrial
Perselisihan Hubungan Industrial Pasal 1 angka 22 UU Ketenagakerjaan: Perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa hubungan industrial
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI 3.1 Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Asuransi Mikro Asuransi adalah perjanjian timbal balik yang menimbulkan
Lebih terperinciMENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : Mengingat : MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR; KEP.92/MEN /VI/2004 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan era globalisasi pekerja dituntut untuk saling berlomba mempersiapkan dirinya supaya mendapat pekerjaan yang terbaik bagi dirinya sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasioal karena
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM KETENAGAKERJAAN TERHADAP HUBUNGAN KERJA ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA YANG DIDASARKAN PADA PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN
37 BAB II PENGATURAN HUKUM KETENAGAKERJAAN TERHADAP HUBUNGAN KERJA ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA YANG DIDASARKAN PADA PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN A. Pengaturan tentang Hubungan Kerja Pada dasarnya hubungan
Lebih terperinci