PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SOFT DRINK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SOFT DRINK"

Transkripsi

1 PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SOFT DRINK DAN KONSUMSI SOFT DRINK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Ijazah S1Gizi Disusun Oleh : RAHMADYA SAPUTRI J PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

2 HALAMAN PERSETUJUAN Judul Skripsi : Hubungan antara Pengetahuan Soft Drink dan Konsumsi Soft Drink dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Remaja di SMP Budi Mulia Dua Nama Mahasiswa : Rahmadya Saputri Nomor Induk Mahasiswa : J Telah Dibaca dan Disetujui oleh Pembimbing Skripsi Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 07 Desember Menyetujui Surakarta, 18 Maret 2013 Pembimbing I Pembimbing II (Susi Dyah, SP. M.Si) NIK (Pramudya Kurnia, STP, M.Agr) NIK Mengetahui, Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Dwi Sarbini, S.ST., M.Kes NIK ii

3 STUDY PROGRAM OF NUTRITION S1 FACULTY OF HEALTH SCIENCE MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA RESEARCH PAPER RAHMADYA SAPUTRI J THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE SOFT DRINK AND COMSUMPTION SOFT DRINK WITH THE INCIDENCE OF OBESITY AMONG CHILDREN AGED TEENS IN SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA Introduction: : Health problems caused by nutritional problems divided poor nutritional status, poor nutrition, or nutrition / obesity. Obesity is a term used to indicate the presence of excess body fat normal limits. On the terms of a preliminary survey in SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta in November 2011 that made the grade 1,2,3 total of 191 students found that the prevalence of obesity in adolescents is quite high, at 12.56%. Prevalence of soft drink consumption from the 65 students interviewed. The prevalence of students who consume soft drinks at 24.61%. Prevalence of obesity was higher when compared with adolescents in Yogyakarta research survey in 2004 which amounted to 7.8%. Soft drink intake is responsible for the excess energy that can lead to obesity. Objective: This study aimed to determine the relationship of knowledge of soft drink and consumption soft drink with the incidence of obesity in adolescents in SMP Budi Mulia Dua Research methods: Observational research with cross sectional approach. Sample obtained by sampling proportional sample of 79 respondents to the study inclusion and exclusion criteria samples. Knowledge of the data basis for taking soft drink using a food frequency questionnaire. statistical test used was chi-square test. Results: The results showed that most respondents have a good knowledge of soft drinks (55.7%). Most of the respondents have a soft drink consumption categories are often (62%). Statistical test results showed there is relationship between knowledge of soft drinks and soft drink consumption with obesity (p = and p = 0.024). Conclusion: there is a relationship between knowledge of soft drinks and soft drink consumption with obesity Keywords : Knowledge of soft drinks, Soft drink consumption, Obesity. References : 25 ; iii

4 PENDAHULUAN Gangguan kesehatan akibat masalah gizi terbagi : status gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih/obesitas, sedangkan gangguan kesehatan akibat masalah gizi mikro, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A (Syarief, 2004). Obesitas juga merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas normalnya (Moehyi, 1990). Obesitas merupakan faktor yang independen terhadap munculnya penyakit kardiovaskuler dan DM tipe II. Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat obesitas adalah diabetes, darah tinggi, kanker, maupun penyakit jantung (Farmacia, 2007). Obesitas atau kegemukan bukan saja melanda orang dewasa melainkan juga melanda anak-anak. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan prevalensi obesitas di Indonesia pada penduduk usia > 15 tahun pada lakilaki 13,9 % dan perempuan 23,8 % sedangkan pada anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5 % dan perempuan 6,4 %. Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya : kurangnya aktifitas fisik, sindroma makan malam sebelum tidur, faktor emosional, efek samping dari obat tertentu, faktor hormonal, faktor genetik, faktor kesuburan, faktor lingkungan, pengetahuan gizi yang kurang dan mengkonsumsi makanan seperti : es krim, coklat, hotdog, minuman smoothies, makan cepat saji, makanan ringan dalam kemasan, makanan berpemanis buatan dan mengkonsumsi minuman ringan atau soft drink (Mustofa, 2010). Minuman ringan sering juga disebut dengan soft drink ataupun minuman tanpa alkohol. Minuman ringan memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila dikonsumsi secara berlebihan. Gula terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan jumlah asupan energi berlebih. Asupan energi yang berlebih tersebut dapat memicu peningkatan resiko kelebihan berat 1

5 badan, obesitas, penyakit gula dan kerusakan gigi (Barasi, 2007). Hasil penelitian Nurhanifah (2008) di Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa seringnya mengkonsumsi soft drink berpengaruh terhadap kejadian resistensi insulin dan obesitas pada remaja. Sebuah studi di Amerika Serikat tahun 2003 dari 548 anak selama periode 19 bulan kemungkinan obesitas meningkat 1,6 kali untuk setiap konsumsi minuman ringan tambahan per hari. Elizabeth (2007) menyebutkan bahwa di Yogyakarta menunjukkan bahwa pengetahuan gizi, sikap dan uang saku/ jajan berpengaruh terhadap frekuensi mengkonsumsi soft drink dan obesitas. Berdasarkan survei pendahuluan di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta pada bulan November 2011 yang dilakukan pada siswa kelas I, II, dan III berjumlah 191 siswa didapatkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja cukup tinggi yaitu sebesar 12,56%. Prevalensi konsumsi soft drink dari 65 siswa yang diwawancara didapatkan prevalensi siswa yang mengkonsumsi soft drink sebesar 24,61%. Prevalensi obesitas ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan survei penelitian remaja di Yogyakarta pada tahun 2004 yaitu sebesar 7,8%. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis ingin mengetahui Hubungan antara pengetahuan soft drink dan konsumsi soft drink dengan kejadian obesitas remaja di SMP Budi Mulia Dua TINJAUAN PUSTAKA Remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa/ usia antara anak- anak dan dewasa. Remaja adalah kelompok orang yang berusia tahun. Remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap kehidupan selanjutnya. (Sulistyoningsih, 2011). Remaja sangat rentan terhadap kekurangan dan kelebihan zat gizi karena beberapa faktor. Faktor pertama, karena bertambahnya kebutuhan zat gizi dan kalori akibat meningkatnya kebutuhan, pertumbuhan dan 2

6 perkembangan fisik dalam waktu yang relatif singkat. Faktor kedua, karena berubahnya gaya hidup dari kebiasaan makan yang akan mempengaruhi asupan kebutuhan makanan (Hendarto, 2005). Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya (Soetjiningsih, 1995). Obesitas juga merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya penumpukan lemak tubuh yang melebihi batas normalnya (Moehyi, 1990). Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak dan remaja telah mencapai 11%. Obesitas pada masa anak dan remaja cenderung berlanjut hingga dewasa dan lanjut usia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2011 menunjukkan prevalensi obesitas di Indonesia pada penduduk usia 15 tahun pada laki- laki 13,9% dan perempuan 23,8% sedangkan pada anak- anak usia 6-14 tahun pada laki- laki 9,5% dan perempuan 6,4%. Survei obesitas yang dilakukan tahun 2004 pada anak remaja siswasiswi SLTP di Yogyakarta menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan 2% remaja di pedesaan mengalami obesitas (Mahdiah, 2004). Obesitas biasanya disebabkan karena remaja tidak dapat mengontrol makanannya, makan dalam jumlah berlebih, suka mengkonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan atau soft drink secara berlebihan (Sulistyoningsih, 2011). Obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya : kurangnya aktifitas fisik, sindroma makan malam sebelum tidur, faktor emosional, efek samping dari obat tertentu, faktor hormonal, faktor genetik, faktor kesuburan, faktor lingkungan dan mengkonsumsi makanan yang salah. Mengkonsumsi makanan yang salah juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan obesitas seperti makanan : es krim, coklat, hotdog, 3

7 minuman smoothies, makan cepat saji, makanan ringan dalam kemasan, makanan berpemanis buatan dan mengkonsumsi minuman ringan (Mustofa, 2010). Penyebab utama obesitas adalah konsumsi makanan yang berlebihan tanpa diimbangi aktifitas fisik dan olahraga. Konsumsi makanan yang berlebihan menyumbangkan banyak sekali energi yang tidak berguna kedalam tubuh. Soft drink yang manis menyumbangkan sejumlah energi yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua jenis, yaitu: minuman ringan dengan karbonasi (carbonated soft drink) dan minuman ringan tanpa karbonasi (Widodo, R, 2008). Pengetahuan adalah keseluruhan fakta, kebenaran azas, dan keterangan yang diperoleh manusia. Pengetahuan menunjukkan pada halhal yang ingin diketahui (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi bila setiap orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek (Nursalam, 2001). Pengetahuan gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan yang sehat. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang hubungan konsumsi makanan dengan kesehatan tubuh. Pengetahuan gizi yang baik dapat membantu seseorang belajar bagaimana menyimpan, mengolah, serta menggunakan bahan makanan yang berkualitas untuk dikonsumsi (Wahyuni, 2008). Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik (Sediaoetama, 2000). Hasil penelitian 4

8 Nurhanifah (2008) di Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa seringnya mengkonsumsi soft drink berpengaruh terhadap kejadian resistensi insulin dan obesitas pada remaja. Minuman ringan merupakan kaya kalori. METODE PENELITIAN Jenis penelitian bersifat observasional dengan pendekatan Crossectional. Variabel yang diambil oleh peneliti yaitu Obesitas sebagai variable terikat sedangkan Pengetahuan Soft Drink dan Konsumsi Soft Drink sebagai variabel bebas. Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Budi Mulia Dua di Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Oktober 2011 dan pengambilan data dilakukan pada bulan Maret Mei Lokasi penelitian dilakukan di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta karena berdasarkan survei pendahuluan menunjukkan prevalensi obesitas 12,56% dan 24,61% siswanya mengkonsumsi soft drink. Pengambilan sampel ditentukan dengan cara proportional sampling. Sampel penelitian adalah siswa/ siswi SMP Budi Mulia Dua di Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yaitu sebanyak 79 subjek. Data primer pada penelitian ini didapatkan dari responden secara langsung dengan metode wawancara mengenai karakteristik subjek yaitu identitas responden yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, data BB, data TB, dan alamat. Data pengetahuan responden mengenai soft drink dilakukan dengan cara mengisi langsung kuesioner yang disediakan oleh peneliti. Konsumsi soft drink dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner Food Frequensi Questioner (FFQ). Data obesitas responden dilakukan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan responden kemudian dibandingkan dengan grafik WHO- CDC (Center Disease Control) Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara observasi langsung dan wawancara, meliputi : gambaran umum sekolah, data jumlah dan nama-nama anak sekolah, sarana dan prasarana sekolah, dan keadaan sekolah. 5

9 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta Sekolah Menengah Pertama (SMP) Budi Mulia Dua merupakan salah satu sekolah menengah pertama swasta yang berada di wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta lebih tepatnya terletak di Jalan Raya Panjen, Wedomartani. Sekolah ini memiliki luas gedung sekolah seluas 1,5 Ha dilengkapi fasilitas pendukung seperti perpustakaan lengkap dengan multimedia, lapangan olahraga, school clinic, laboratorium komputer, internet dan audio visual, hot spot area, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, studio musik, dan kolam renang indoor. Jumlah siswa di SMP Budi Mulia Dua sebanyak 208 siswa dengan tenaga pengajar sebanyak ± 35 orang. Sekolah ini memiliki kelas yang terdiri dari kelas VII sampai kelas IX yang masingmasing kelas terdiri dari 3 ruangan yakni ruangan A sampai C. Masingmasing kelas mempunyai kapasitas siswa sebanyak 25 orang. B. Karakteristik Sampel 1. Jenis Kelamin Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N % Laki- laki Perempuan Usia Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Usia N % 12 tahun 11 13,9 13 tahun 20 25,3 14 tahun 32 40,5 15 tahun 16 20,3 Usia sampel penelitian ini yang termuda adalah 12 tahun dan tertua adalah 15 tahun. Usia sampel yang paling banyak dalam penelitian ini adalah 14 tahun (40,5%). C. Karakteristik Orang Tua Sampel Tabel 3. Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan Ayah N % Pegawai Negeri 16 20,3 Pegawai Swasta 33 41,8 Tentara 6 7,6 Pengusaha/Wiraswasta 21 26,6 Dokter 3 3,8 Pekerjaan Ibu N % Pegawai Negeri 13 16,5 Pegawai Swasta 16 20,3 Pengusaha/Wiraswasta 24 30,4 Dokter 8 10,1 IRT 18 22,8 6

10 Berdasarkan tabel 3 didapat hasil bahwa pekerjaan ayah sampel yang terbesar adalah pegawai swasta yaitu sebesar 41,78% sedangkan pekerjaan ibu yang terbesar adalah pengusaha yaitu sebesar 30,39%. Tabel 4. Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Pendidikan N % Ayah S ,8 S ,2 S ,5 D3 9 11,4 Pendidikan Ibu N % S ,7 S ,1 S ,7 D SMA 6 7,6 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa distribusi penelitian berdasarkan pendidikan orang tua paling banyak yaitu jenjang pendidikan S2 (ayah) yaitu sebesar 39,25% dan S1 (ibu) yaitu sebesar 36,70%. D. Pengetahuan Soft Drink Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Pengetahuan Soft Drink Pengetahuan Soft N % Drink Baik 44 55,7 Tidak Baik 35 44,3 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan soft drink yang baik yaitu sebanyak 44 orang (55,7%) dan responden yang memiliki pengetahuan soft drink yang tidak baik sebanyak 35 orang (44,3%). Pengetahuan gizi yang baik dapat membantu seseorang belajar bagaimana menyimpan, mengolah, serta menggunakan bahan makanan yang berkualitas untuk dikonsumsi (Wahyuni, 2008). E. Konsumsi Soft Drink Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Frekuensi Konsumsi Soft Drink Konsumsi Soft N % Drink Sering Jarang Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden yang sering mengkonsumsi soft drink sebanyak 49 orang (62%), sedangkan responden yang jarang mengkosumsi soft drink sebanyak 30 orang (38%). Menurut Jacobson (2003), rasa manis yang terdapat didalam 1 kaleng soft drink setara dengan 7 sendok teh gula pasir. Mengkonsumsi 1 kaleng (350 cc) soft drink bersoda setiap hari akan menambah 550 7

11 kalori kosong (zat gizi yang masuk hanya energi saja yang berasal dari gula tanpa zat gizi lain). Hasil penelitian Nurhanifah (2008) di Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa seringnya mengkonsumsi soft drink berpengaruh terhadap kejadian resistensi insulin dan obesitas pada remaja. F. Status Gizi Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Klasifikasi Obesitas Klasifikasi N % Obesitas Obesitas 30 37,97 Tidak Obesitas 49 62,03 Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa responden lebih banyak mengalami tidak obesitas yaitu sebesar 57,8% dibandingkan yang mengalami obesitas yaitu sebesar 42,2%. Tabel 8. Distribusi Responden Obesitas Menurut Jenis Kelamin Obesitas N % Laki- Laki Perempuan Total Berdasarkan tabel 8 diketahui responden yang mengalami obesitas berjumlah sebanyak 30 orang dengan jenis kelamin laki- laki sebanyak 18 orang (60%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang (40%). G. Analisa Hubungan 1. Hubungan Pengetahuan Soft Drink Dengan Kejadian Obesitas Tabel 9. Distribusi Pengetahuan Soft drink Berdasarkan Kejadian Obesitas Pengetahuan Soft Drink Kejadian Obesitas Tidak Jumlah Obesitas Obesitas N % N % n % Baik 10 22, , Tidak Baik 20 57, , Jumlah Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan soft drink baik dengan kejadian obesitas sebesar 22,7% sedangkan responden yang memiliki pengetahuan soft drink baik dengan kejadian tidak obesitas sebesar 77,3%. Ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden memiliki pengetahuan soft drink tidak baik dengan kejadian obesitas. Oleh karena itu, memungkinkan bahwa ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan soft drink dengan kejadian obesitas. Hasil ini diperkuat uji statistik dengan Chi Square test menunjukkan nilai p sebesar 0,002 nilainya lebih kecil dari 0,05. Sig. (p) 0,002 8

12 Konsumsi Soft Drink Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sediaoetama (2000) yang menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. 2. Hubungan Konsumsi Soft Drink Dengan Kejadian Obesitas Tabel 10. Distribusi Konsumsi Soft Drink Berdasarkan Kejadian Obesitas Kejadian Obesitas Tidak Jumlah Obesitas Obesitas n % n % N % Sering 23 47, , Jarang 7 22, , Jumlah Sig. (p) 0,024 Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan siswa yang mengkonsumsi soft drink dengan kategori sering dengan kejadian obesitas sebesar 47,9% sedangkan siswa yang mengkonsumsi soft drink dengan kategori sering dengan kejadian tidak obesitas yaitu sebesar 52,1%. Responden yang mengkonsumsi soft drink jarang dengan kategori obesitas yaitu sebesar 22,5% sedangkan yang mengkonsumsi soft drink jarang dengan kategori tidak obesitas lebih besar yaitu sebesar 77,5%. Hal ini memungkinkan bahwa ada kecendrungan hubungan antara konsumsi soft drink dengan kejadian obesitas. Hasil ini diperkuat dengan uji statistic dengan Chi Square test menunjukkan nilai p sebesar 0,024 nilainya lebih kecil dari 0,05. Remaja cenderung mengkonsumsi soft drink untuk menciptakan citra diri yang modern dalam komunitasnya (Wirakusuma, 2006). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Nurhanifah (2008) di Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa seringnya mengkonsumsi soft drink berpengaruh terhadap kejadian resistensi insulin dan obesitas pada remaja. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Siswa yang memiliki pengetahuan soft drink baik sebesar 55,7% dan siswa yang memiliki pengetahuan soft drink tidak baik sebesar 44,3%. 2. Responden yang dikategorikan sering mengkonsumsi soft drink yaitu sebanyak 49 orang (62%) sedangkan responden yang jarang 9

13 mengkosumsi soft drink yaitu sebanyak 30 orang (38%) 3. Siswa yang mengalami obesitas sebesar 37,97% dan yang tidak mengalami obesitas sebesar 62,03%. 4. Ada hubungan antara pengetahuan soft drink terhadap kejadian obesitas pada anak usia remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta (p= 0,002). 5. Ada hubungan antara konsumsi soft drink dengan kejadian obesitas pada anak usia remaja di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta (p= 0,024). B. Saran 1. Bagi Dinas Kesehatan dapat memberikan informasi dan promosi kesehatan melalui penyuluhan dan tanya jawab kepada remaja mengenai makanan dan minuman sehat dan bergizi seimbang. 2. Bagi SMP Budi Mulia dapat memberikan informasi mengenai masalah obesitas pada remaja kepada siswa dan orang tua sehingga keluarga dapat memotivasi dan memperhatikan apa yang dikonsumsi oleh anak. DAFTAR PUSTAKA 1. Atmodjo, W Bar, Minuman dan Pelayanannya. Andi Yogya. 2. Ayu, F Hubungan Antara Metabolisme Karbohidrat dan Lemak dengan Kejadian Obesitas. Universitas Islam Negri. Malang. 3. Barasi, M Ilmu Gizi. Penerbit Erlangga. Jakarta. 4. Donochue Obesity Textbook of Pediatric 17th. Saunders. Philadelphia. 5. Elizabeth, H Hubungan Pengetahuan Gizi, Sikap, dan Uang Saku dengan Frekuensi Minum Soft Drink Siswa di SMU Stella Duce 1 Universitas Gajah Mada. 6. Farmacia, Majalah Farmacia, Halaman: 19 (5099 hits). Jakarta. 7. Hendarto, A Kebutuhan Dan Pentingnya Nutrisi Pada Remaja. Gizi Mindo Vol 5 No. 12. Jakarta. 8. Jacobson Minuman Ringan Dibalik Kenikmatannya Ada Bencana. Kompas Cyber Media didownload pada tanggal 20 Mei Kumalasari Hubungan antara Pengetahuan Diet Penurunan Berat Badan dengan Perilaku Diet Penurunan BB pada Remaja Putri SMAN 7 Surakarta. Universitas Diponegoro. Semarang. 10. Kuczmarski, R.J, et al CDC growth charts for the united states : methods and development. National Center for the Health Statistis. Vital Health Stat Kusumawardhani. A Food Addiction In Obesity. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta. 10

14 12. Madanijah, S Pendidikan Dalam Sistem Pangan Dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta. 13. Mahdiah Prevalensi Obesitas Dan Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja SMP Kota dan Desa Di Daerah Istimewa Universitas Gajah Mada. 14. Malik, V dan Schulze,M Intake of Sugar Sweetened Beverages and Weight Gain. American Society for Clinical Nutrition. 15. Moehyi, S Pengaruh Makanan dan Diit Untuk Penyembuhan Penyakit. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 16. Mustofa, A Solusi Ampuh Mengatasi Obesitas. Hanggar Kreator. 17. Nurhanifah, R Hubungan Antara Konsumsi Soft Drink Dengan Resistensi Insulin Pada Remaja SMP Obesitas. Universitas Gadjah Mada. 18. Prima, A Minuman Berkarbonasi dari Buah Segar. Trubus Agrisarana. Jakarta. 19. Proverawati, A Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan. Mulia Medika : 20. Pusat Data dan Informasi- Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Minuman Favorit, Perusak Tubuh. Didownload di pada tanggal 01 Juni Riwidikdo, H Statistik Kesehatan. Mitra Cendikia Press. 22. Sediaoetama, A Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa & Profesi. Dian Rakyat. Jakarta. 23. Septiana, M Hubungan Antara Resting Metabolic Rate (RMR) dengan Komposisi Tubuh Pada Anak Obesitas. Universitas Diponegoro. Semarang. 24. Sjarif, D. R Childhood Obesity : Evaluation and Management, dalam buku National Obesity Symposium II Pusat Diabetes dan Nutrisi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga- RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 25. Soetjiningsih, Tumbuh kembang anak. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sulistyoningsih, H Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu. 26. Wahyuni Pengetahuan dalam Pangan dan Gizi. Mulia Medika. 27. Wang, Y Cross National Comparison of Childhood Obesity. The Epidemic and the Relationship between Obesity and Socioeconomic Status. International Journal of Epidemiology Waang,Y, dan Zhang,Q American Children and Adolescents of Low Socioeconomic Status at Increased Risk of Obesity Changes in The Association Between Overweight and Family Income Between 1971 and American Journal of Clinical Nutrition. 29. Widodo, R Mengenal Minuman Ringan Berkarbonasi (Softdrink). Universitas 17 Agustus Surabaya. 30. Wirakusuma, E Soft drink, minuman ringan berakibat berat. Majalah Femina. Jakarta. 31. Vartanian, L Effects of Soft Drink Consumption on Nutrition and Health. American Journal of Public Health. 11

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor yang penting untuk menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas dari pembahasan mengenai zat-zat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SOFT DRINK DAN KONSUMSI SOFT DRINK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SOFT DRINK DAN KONSUMSI SOFT DRINK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SOFT DRINK DAN KONSUMSI SOFT DRINK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang dan membangun, Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan dengan negara lain yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas pada saat ini telah menjadi masalah kesehatan dan berhubungan dengan terjadinya peningkatan penyakit tidak menular (Bener, 2006). Prevalensi obesitas meningkat

Lebih terperinci

PERBEDAAN. Disusun Oleh: J

PERBEDAAN. Disusun Oleh: J PERBEDAAN KARAKTERISTIK ORANG TUA, UANG SAKU DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD ANTARA REMAJA OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMK BATIK 1 SURAKART TA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: WENTI RUSTININGSIH J310100068

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern ini, manusia menjadikan makanan sehat sebagai pilihan yang kedua dalam menu sehari-hari. Dengan kecanggihan alat elektronik sekarang ini maka dengan mudahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight merupakan masalah kesehatan dunia dengan jumlah prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat gizi, termasuk air merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi kebutuhan zat gizi melalui

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : NUR KHASANAH J

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : NUR KHASANAH J NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN KONSUMSI WESTERN FAST FOOD (FREKUENSI DAN SUMBANGAN ENERGI) DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan dari masyarakat baik dalam keluarga maupun diluar rumah. Pola makan terutama

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN KONSUMSI WESTERN FAST FOOD (FREKUENSI DAN SUMBANGAN ENERGI) DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN KONSUMSI WESTERN FAST FOOD (FREKUENSI DAN SUMBANGAN ENERGI) DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN KONSUMSI WESTERN FAST FOOD (FREKUENSI DAN SUMBANGAN ENERGI) DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi kegemukan dan obesitas terus meningkat sangat tajam di seluruh dunia, dan mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SERAT DAN KONSUMSI SERAT DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMP BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RUSMIYATI J310101010 PROGRAM STUDI SARJANA GIZI

Lebih terperinci

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 9 No. 2: 121-128, Oktober 2009 Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia 11-13 Tahun The Correlation Between

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan sehingga dapat menggangu kesehatan tubuh. (1) Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI SOFT DRINK

PENGARUH KONSUMSI SOFT DRINK Idea Nursing Journal ISSN : 2087 2879 Teuku Salfiadi, dkk PENGARUH KONSUMSI SOFT DRINK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA PUTRI SMAN 2 KOTA BANDA ACEH Effects of soft drink consumption on obesity incidence

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi, Juli Desember 00 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI A.Esse Puji ), Sri Satriani ), Nadimin

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN JURNAL KESEHATAN TERPADU () : 25-29 ISSN : 2549-8479 TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN *Ni Putu Eny Sulistyadewi (), dan Dylla Hanggaeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas terus meningkat di seluruh dunia yang menjadikan obesitas sebagai suatu epidemi global. Obesitas

Lebih terperinci

Keywords: Anemia, Social Economy

Keywords: Anemia, Social Economy HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 5 KOTA MANADO *Angelia M. Sondey *Maureen I. Punuh *Dina V. Rombot Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstrak Anemia pada umumnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN POLA KONSUMSI FAST FOOD DAN SOFT DRINK PADA REMAJA PUTRI OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMA ASSALAM SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN POLA KONSUMSI FAST FOOD DAN SOFT DRINK PADA REMAJA PUTRI OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMA ASSALAM SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN POLA KONSUMSI FAST FOOD DAN SOFT DRINK PADA REMAJA PUTRI OVERWEIGHT DAN NON OVERWEIGHT DI SMA ASSALAM SURAKARTA Disusun Oleh : NADA RAHMI J 310 100 064 PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012) 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu perubahan bentuk tubuh yang tentu saja tidak diinginkan oleh semua orang terutama remaja putri. Obesitas terjadi apabila total asupan kalori

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Vol. 3 No 1 Mei 2018 ISSN 2541-0644 (Print) ISSN 2599-3275 (Online) Dapat di akses di http://journal.ugm.ac.id/jkesvo Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Susanti

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KINTAMANI Remaja merupakan sebuah transisi

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KINTAMANI Remaja merupakan sebuah transisi ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 KINTAMANI Remaja merupakan sebuah transisi pertumbuhan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Masa

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi masalah kesehatan global di dunia. Masalah kesehatan ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara berkembang.

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO. HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 1 KOTA MANADO. Puput Dewi Purwanti 1), Shirley E.S Kawengian 1), Paul A.T. Kawatu 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN FREKUENSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP N 5 KARANGANYAR PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan mendasar yaitu perubahan secara biologis, psikologis, dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016

FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016 FAKTOR RISIKO GIZI LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016 ` Herliana Endang Supriyatini* ), dr. Siti Fatimah P.** ), M. Zen Rahfiludin ** ) * ) Mahasiswa Peminatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015 Irmayanti STIKes Prima Program Studi Kesehatan Masyarakat Korespondesi penulis: irmayanti.harahap@stikesprima-jambi.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent killer merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi karena merupakan pembunuh tersembunyi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO Agustian Ipa 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT Background : Physical growth and maturation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pubertas merupakan suatu tahapan yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN RESIKO OBESITAS PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMA KRISTEN KALAM KUDUS SUKOHARJO THE RELATION BETWEEN FAST FOOD CONSUMPTION WITH OBESITY RISK FOR 10

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa serum yang terjadi akibat adanya

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY LAPORAN HASIL PENELITIAN Gambaran Pengetahuan Tentang Diet Seimbang pada Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2011 Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY 080100424 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja tentunya ingin menampilkan tampilan fisik yang menarik. Banyak remaja putra berkeinginan membuat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S. HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S. Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya)

KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya) KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya) Arief 1) Hidayanti 2) Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular yang berkaitan dengan gizi seperti diabetes mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et al., 2006 dalam Sacks,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH Maria Novianti Nino a, Yohanes Dion S.Kep.,Ns.,M.Kes b, dan Maryati

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : EDO YULIANTO WICAKSONO J

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : EDO YULIANTO WICAKSONO J SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI NGEMIL, DURASI MENONTON TV DAN DURASI BERMAIN GAMES DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMP NEGERI 5 KARANGANYAR Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelebihan berat badan saat ini merupakan masalah yang banyak terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur lebih dari 30 tahun

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP PENULIS

RIWAYAT HIDUP PENULIS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PENGESAHAN SKRIPSI... SURAT PERNYATAAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG OBESITAS DENGAN POLA MAKAN DI SMUN 5 KEDIRI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG OBESITAS DENGAN POLA MAKAN DI SMUN 5 KEDIRI 16 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI USIA 16-18 TAHUN TENTANG OBESITAS DENGAN POLA MAKAN DI SMUN 5 KEDIRI RELATIONSHIP OF ADOLESCENT LEARNING KNOWLEDGE AGES 16-18 YEARS ABOUT OBESITY WITH EATING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu tantangan yang paling serius. Masalahnya adalah global dan terus mempengaruhi negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, khususnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh : NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU, PENGELUARAN PANGAN DAN NON PANGAN KELUARGA PADA ANAK SD YANG STUNTED DAN NON STUNTED DI WILAYAH KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa, dan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta Nanik Kristianti, Dwi Sarbini dan Mutalazimah Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU, PENGELUARAN PANGAN DAN NON

PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU, PENGELUARAN PANGAN DAN NON PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU, PENGELUARAN PANGAN DAN NON PANGAN KELUARGA PADA ANAK SD YANG STUNTED DAN NON STUNTED DI WILAYAH KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi ini

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID ABSTRAK PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID Ekowati Retnaningsih dan Rini Oktariza Angka kejadian berat badan lebih pada anak usia sekolah di Indonesia mencapai 15,9%. Prevalensi

Lebih terperinci

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA

THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA THE RELATIONSHIP OF FOOD CONSUMPTION TOWARDS STAY LENGTH AND PATIENT NUTRITIONAL STATUS BY RICE DIET IN PKU MIHAMMADIYAH HOSPITAL OF YOGYAKARTA Listia Anita 1, Yeni Prawiningdyah 2, Farissa Fatimah 3 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Soft Drink 2.1.1 Pengertian Soft Drink Soft drink ialah minuman berkarbonasi yang diberi tambahan berupa bahan perasa dan pemanis seperti gula. Soft drink terdiri dari sugar-sweetened

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa penyakit kronis sehingga mengakibatkan umur harapan hidup (UHH) seseorang menurun adalah obesitas. World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, salah satunya ialah remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD TERHADAP OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR BANDA ACEH

KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD TERHADAP OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR BANDA ACEH P-ISSN : 2527-3310 E-ISSN : 2548-5741 Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, November 2016; 1(2): 78-82 KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD TERHADAP OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH DASAR BANDA ACEH (Habist of consumption

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Gizi merupakan kebutuhan utama dalam setiap proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal dan berlebihan yang dapat menggangu kesehatan. (1) Obesitas adalah penyakit yang timbul sebagai akibat dari

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN DENGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR DALAM MEMILIH MAKANAN JAJANAN DI SD N KARANGASEM III SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J.300

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO Bryan Reppi*, Nova H. Kapantow*, Maureen I. Punuh* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Usia

Lebih terperinci

SWEETENED PUBLIKASI ILMIAH. Strata 1 pada. Disusun IVAN PANJI TEGUH J

SWEETENED PUBLIKASI ILMIAH. Strata 1 pada. Disusun IVAN PANJI TEGUH J PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN KONSUMSI SUGAR- SWEETENED BEVERAGES (SSBs) PADA REMAJA GIZI LEBIH DAN NORMAL DI MAN 2 SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Studi Strata

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) DENGAN OBESITAS PADA SISWA KELAS V DAN VI SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN OLEH: NILAM ANGGRIANI TAMBUNAN NIM: 100100181 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

Pengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar. The Influence of Fast Food Consumption on Obesity in Elementary School Children

Pengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar. The Influence of Fast Food Consumption on Obesity in Elementary School Children Mutiara Medika Vol. 7 No. 2:61-68, Juli 2007 Pengaruh Konsumsi Fastfood Terhadap Obesitas Anak Sekolah Dasar The Influence of Fast Food Consumption on Obesity in Elementary School Children Erwin Santosa

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN Oleh: ZUHDINA KAMALIAH

SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN Oleh: ZUHDINA KAMALIAH SKRIPSI HUBUNGAN ASUPAN NUTRISI TERHADAP KEJADIAN OBESITAS DAN NON- OBESITAS PADA MAHASISWA FK USU TAHUN 2016 Oleh: ZUHDINA KAMALIAH 130100280 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum INDAH FEBRIYANI 22010110120090

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK PEMBINA MOJOSONGO SURAKARTA

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK PEMBINA MOJOSONGO SURAKARTA HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK PEMBINA MOJOSONGO SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit degeneratif di Indonesia seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan stroke menunjukkan peningkatan insiden (Riskesdas, 2013). Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap hari manusia selalu membutuhkan minum untuk mempercepat proses metabolisme dalam tubuh dan agar terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh, hal

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN WIWI SARTIKA Program Studi D-III Kebidanan, Universitas Abdurrab Jalan Riau Ujung No.73 Pekanbaru Telp (0761) 38762

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh* HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Usia

Lebih terperinci