BAB IV ANALISIS KONSEP KECERDASAN MENURUT HOWARD GARDNER DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS KONSEP KECERDASAN MENURUT HOWARD GARDNER DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS KONSEP KECERDASAN MENURUT HOWARD GARDNER DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Analisis Konsep Kecerdasan Menurut Howard Gardner Konsep tentang Intelligence Quotient (IQ) memberi pengaruh besar di masyarakat. Masyarakat cukup lama beranggapan bahwa IQ merupakan satusatunya penentu kesuksesan belajar dan hidup seseorang. Padahal terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan seseorang, diantaranya faktor minat dan pembawaan yang khas, kematangan serta lingkungan sehingga setiap orang merupakan pribadi tersendiri dan memiliki keuatan husu dalam diri mereka. Setelah beberapa tahun konsep tentang IQ menyebar luas ke seluruh dunia, kemudian muncullah teori kecerdasan ganda. Teori intelegensi ganda (Multiple Intelligences) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai teori kecerdasan majemuk yang ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Ia menuliskan gagasannya tentang intelegensi ganda dalam bukunya Frames of Mind pada tahun Hal ini disebabkan karena setiap manusia mengembangkan berbagai macam ketrampilan penting untuk cara hidupnya, baik itu seorang pedagang, pelaut, penari, olahragawan, dokter, guru dan lain- 79

2 80 lain. Setiap orang akan menggunakan caranya masing-masing untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kemampuan dirinya untuk menciptakan produk-produk tertentu. Berbagai faktor yang menggambarkan intelegensi manusia dari berbagai lingkungan masyarakat dianalisis untuk memberi gambaran yang lebih mendalam tentang intelegensi. Berdasarkan hasil analisis tersebut Gardner (1993) menemukan ada tujuh bentuk intelegensi yang mampu menggambarkan keanekaragaman bentuk kecerdasan manusia. Ketujuh kecerdasan tersebut adalah : 1) Kecerdasan Linguistik, 2) Kecerdasan Logis- Matematis, 3) Kecerdasan Visual-Spasial, 4) Kecerdasan Kinestetis-Jasmani, 5) Kecerdasan Musikal, 6) Kecerdasan Interpersonal, 7) Kecerdasan Intrapersonal. Kemudian dalam perkembangannya Gardner menambahkan bentuk kecerdasan baru yang dikenal dengan Kecerdasan Naturalis. 1. Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik (bahasa) merupakan kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya : pendongeng, orator, atau politisi) maupun tertulis (misalnya : wartawan, sastrawan, penulis drama, editor). Secara praktis dapat dikatakan bahwa kecerdasan bahasa merupakan kemampuan untuk menyampaikan pesan pikiran melalui komunikasi lisan maupun tulisan. Seseorang yang memiliki kecerdasan bahasa yang menonjol biasanya senang membaca, pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi, senang belajar bahasa asing, pandai mengeja, suka menulis surat,

3 81 senang membicarakan ide-ide dengan orang lain, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat nama atau fakta, menikmati permainan kata (utakutik kata, plesetan atau pantun, teka-teki silang, atau bolak-balik kata) dan senang membaca tentang ide-ide yang menarik minatnya. Intelegensi dalam bidang ini menuntut kemampuan seseorang untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berfikirnya. Pada umumnya ciri-ciri yang dimiliki orang berkecerdasan linguistik antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki silang, (f) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi). Kemampuan alamiah yang berkaitan dengan kecerdasan bahasa ini adalah percakapan spontan, dongeng, humor, membujuk orang untuk mengikuti tindakan, memberi penjelasan dan mengajar. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru, jurnalis dan sebagainya. Di Indonesia contoh orang yang memiliki kecerdasan bahasa seperti Taufik Ismail, Chairil Anwar dan lain-lain. 2. Kecerdasan Logis-Matematis Kecerdasan logis-matematis merupakan kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya : ahli matematika, akuntan pajak, ahli

4 82 statistik) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya : sebagai ilmuwan, pemrograman komputer, atau ahli logika). Seseorang dengan kecerdasan logis-matematis yang tinggi biasanya memiliki ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan matematika, suka memecahkan misteri, senang menghitung, mudah mengingat angka-angka serta skor-skor (skor sepak bola, skor games, tingginya gedung, dan lain-lain), memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya (yang dikenal dengan sebab akibat). Pada umumnya orang yang memiliki kecerdasan logis-matematis akan mempunyai ciri-ciri antara lain: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli dalam permainan catur dll, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, (f) berprestasi dalam mata pelajaran Matematika dan IPA. Contoh orang yang memiliki kecerdasan ini adalah Al-Khawarizmi, Albert Einstein dan lain-lain. 3. Kecerdasan Visual-spasial Kecerdasan spasial merupakan kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat (misalnya : sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya : dekorator interior, arsitek, seniman, atau penemu).

5 83 Seorang yang memiliki intelegensi visual spasial ini dalam menggunakan gambar biasanya lebih mengingat wajah ketimbang nama, suka menggambarkan ide-idenya atau membuat sketsa untuk membantunya menyelesaikan masalah, berpikir dalam bentuk gambargambar serta mudah melihat berbagai objek dalam benaknya, senang memperhatikan gaya berpakaian, gaya rambut, model mobil, motor, atau hal sehari-hari lainnya, senang melihat pola-pola dunia sekelilingnya, senang mencoret-coret, menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan realistis, mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar, belajar dengan mengamati orang-orang yang sedang mengerjakan banyak hal. Seseorang dengan intelegensi visual biasanya kaya dengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imajinatif, senang membaca atau menggambar peta hanya untuk bersenang-senang (bukan karena profesi), senang dengan bongkar pasang, senang bekerja dengan bahan-bahan seni seperti kertas, cat, spidol, atau crayon, dan suka membangun modelmodel atau segala hal dalam tiga dimensi. Ciri-ciri yang dimiliki orang yang mempunyai kecerdasan visualspasial antara lain : (a) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan berfantasi,

6 84 (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran kesenian. Kecerdasan ini dapat ditemukan pada pelukis, programmer komputer, desainer, arsitek. Tokoh-tokoh yang sudah mengembangkan kecerdasan ini adalah Leonardo Da Vinci, Adjie Notonegoro, dan lain-lain. 4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani Kecerdasan kinestetik merupakan kemampuan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya : sebagai aktor, pemain pantomin, atlet, atau penari) dan ketrampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya : sebagai pengrajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Orang yang memiliki kecerdasan kinestetik memiliki ciri-ciri : (a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan, (f) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.

7 85 Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan tubuh yang sangat bagus sering disaksikan dalam arena olahraga, seperti dalam olimpiade. Dalam arena itulah mereka mampu menunjukkan ciri-ciri istimewa yang dimiliki. Para pemain basket dan bola begitu lincah memainkan bola di lapangan, atau para atlet lainnya dengan sangat piawai memamerkan kecerdasan tubuh mereka. Tokoh-tokoh yang sudah mengembangkan kecerdasan ini contohnya seperti Christian Ronaldo, Taufik Hidayat dan lain-lain. 5. Kecerdasan Musikal Kecerdasan musik merupakan kemampuan mengenai bentukbentuk musikal, dengan cara mempersepsi (misalnya sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya sebagai kritikus musik), mengubah (misalnya sebagai komposer), dan mengekspresikan (misalnya sebagai penyanyi). Kecerdasan musikal muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain. Bentuk kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas untuk mengubah kesadaran kita, menghilangkan stres dan meningkatkan fungsi otak. Orang yang mempunyai kecerdasan musikal memiliki ciri-ciri antara lain: (a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama musik, (f) mempunyai suara bagus untuk

8 86 bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.tokohtokoh yang sudah mengembangkan kecerdasan musikal misalnya Melly Goeslow dan Titiek Puspa. 6. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Jika seseorang memiliki intelegensi dalam memahami sesama biasanya ia suka mengamati sesama, mudah berteman, suka menawarkan bantuan ketika seseorang membutuhkan, menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta percakapan yang hangat dan menyenangkan, percaya diri ketika bertemu dengan orang baru, suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, lebih suka bekerja dan belajar bersama ketimbang sendirian, dan senang meyakinkan orang tentang sudut pandangnya terhadap sesuatu. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal mempunyai ciri-ciri antara lain: (a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, (e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f) sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi pemimpin, (i) berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.

9 87 Kebanyakan orang yang berhasil membangun usaha bukanlah para juara di sekolah, tetapi orang yang punya banyak teman, pandai bergaul, dan aktif berorganisasi. Contoh profesi dengan kecerdasan interpersonal adalah administrator, manager, kepala sekolah, humas, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi dan sebagainya. Tokoh-tokoh yang sudah mengembangkan kecerdasan ini adalah seperti Soekarno, Abdul Rahman Saleh, dan lain-lain. 7. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Seseorang yang memiliki intelegensi dalam memahami diri sendiri biasanya lebih suka bekerja sendirian daripada bersama-sama, suka menetapkan serta meraih sasaran-sasarannya sendiri, menjunjung kepercayaannya sendiri meskipun kepercayaannya itu tidak popular. Orang dengan intelegensi intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang yang menjadi kemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Ia senang membuat catatan harian atau membuat jurnal harian. Orang dengan kecerdasan ini biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia sangat senang memikirkan masa depan dan cita-citanya di suatu hari nanti. Orang yang berhasil membangun keluarga bahagia umumnya memiliki kecerdasan emosi, penyabar, emosinya stabil, dan mampu

10 88 berkomunikasi dengan baik. Tokoh yang sudah mengembangkan kecerdasan intrapersonal adalah Sigmund Freud. 8. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan mengenali dan mengkategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar. Intelegensi ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya formasi awan dan gunung-gunung). Seseorang yang memiliki intelegensi dalam memahami alam biasanya suka binatang, pandai bercocok tanam, dan merawat kebun/taman di rumah atau lingkungannya, peduli tentang alam serta lingkungan, senang ke taman, kebun binatang, atau menikmati keindahan aquarium. Selain itu ia juga senang berkemah atau mendaki gunung di alam bebas, senang memperhatikan alam dimanapun berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara-acara yang berbeda-beda, senang memelihara binatang. Banyak bertanya tentang orang, tempat, dan hal yang dia lihat di lingkungan atau di alam sehingga dia bisa lebih memahaminya. Tokoh yang sudah mengembangkan kecerdasan ini adalah Charles Darwin. Darwin merupakan seorang naturalis yang meneliti makhluk hidup untuk mencari asal usulnya, dan juga pencetus teori evolusi. Ia menggunakan kecerdasan naturalis untuk mengenali dan memahami kondisi alam liar tempat ia meneliti sehingga ia mampu mengidentifikasi alam tersebut dan jenis spesies yang ada di sana.

11 89 Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sebenarnya semua kecerdasan harus bekerja atau aktif dalam satu kegiatan. Satu sama lain dari kecerdasan harus saling mengisi dan menopang. Seperti anak yang bermain sepak bola menggunakan kecerdasan kinestetik untuk berlari dan mengolah bola, kecerdasan spasial untuk memvisualisasikan posisi bola setelah lawan menendangnya, dan kecerdasan interpribadi untuk bisa bekerja sama dengan baik dengan teman-temannya. Kemampuan yang dapat dipertimbangkan sebagai kecerdasan harus bersifat universal, kemampuan dasarnya adalah biologis dan harus memenuhi beberapa kriteria antara lain: potensi yang terisolasi akibat kerusakan pada otak; adanya savant, genius dan orang-orang besar lainnya; memuat operasi inti atau rangkaian operasi khusus yang dapat diidentifikasi; memiliki sejarah pola perkembangan tertentu dari setiap intelegensi dan rumusan tegas mengenai keadaan akhir seseorang yang mencapai tingkat kemahiran dalam suatu intelegendi; riwayat evolusioner; dukungan dari tugas psikologi eksperimental; unsur penguat dari temuan psikometrik; dan kemampuan untuk membuat pengkodean dalam sebuah sistem simbol. B. Analisis Penerapan Konsep Kecerdasan Menurut Howard Gardner Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan

12 90 berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah. Pembelajaran merupakan suatu perangkat kegiatan untuk terjadinya proses belajar pada pendidikan di sekolah. Kegiatan pembelajaran dapatlah berjalan di sekolah apabila terjadi usaha menciptakan sistem kondisi dan lingkungan yang mampu memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang efektif jika para guru menginginkan peserta didik mereka senang belajar, maka guru harus mengetahui karakteristik dan kesenangan dari peserta didik tersebut. Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan guru amat penting untuk memberikan arahan apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya. Guru juga harus melakukan kombinasi pendekatan dengan menggunakan kecerdasan majemuk. Pengembangan kecerdasan majemuk pada pembelajaran PAI ini menggunakan materi-materi pembelajaran di Madrasah. Materi-materi tersebut mencakup aspek Aqidah Akhlak, Alquran Hadits, Fiqih dan Sejarah Kebudayaan Islam. 1. Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik (bahasa) adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Secara praktis dapat dikatakan bahwa kecerdasan bahasa merupakan kemampuan untuk menyampaikan pesan pikiran melalui komunikasi lisan maupun tulisan.

13 91 Dalam agama Islam kecerdasan bahasa mendapat tempat yang sangat penting, sebagaimana perintah Allah Swt dalam firman-nya surat al-baqarah ayat 83: Artinya :... serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia... Firman tersebut menerangkan bahwa setiap manusia diperintahkan oleh Allah untuk menggunakan kata-kata baik dalam berhubungan dan berbicara dengan sesama manusia. Kata-kata yang baik itu merupakan produk pilihan sebelum diucapkan oleh seseorang terhadap orang lain dalam bentuk ujaran bahasa yang dihasilkan melalui perangkat artikulasi di dalam diri manusia. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa martabat manusia lebih tinggi diantara makhluk yang ada. Kecerdasan linguistik atau bahasa dapat diterapkan pada semua mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Sebagai contohnya dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, guru memberikan sebuah cerita kehidupan Rasulullah Saw tentang hidup sederhana kemudian peserta didik mendengarkan apa yang telah guru sampaikan. Pendidik atau guru menyampaikan dengan penuh semangat sehingga semua peserta didik sangat antusias untuk mengajukan pertanyaan. Contoh lainnya dalam materi sedekah, setelah mempelajari tentang sedekah kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk menuliskan

14 92 pengertian dari sedekah dengan kata-kata mereka sendiri atau mengungkapkan hikmah dan manfaat dari sedekah. Pembelajaran dengan cara tersebut akan lebih membantu siswa untuk mengasah kecerdasan linguistik yang ada dalam dirinya. 2. Kecerdasan Logis-Matematis Kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Contoh penerapan kecerdasan logis-matematis dalam pembelajaran PAI mata pelajaran Alqur an Hadits pada materi tentang memahami surat al-kafirun kemudian peserta didik disuruh mencari ada beberapa bacaan tajwid yang terdapat pada surat al-kafirun tersebut. Kemudian peserta didik disuruh menunjukkan mana saja yang termasuk bacaan tajwid beserta diikuti alasannya. Dengan pembelajaran tersebut maka akan merangsang kecerdasan peserta didik agar lebih teliti dalam menghitung yang termasuk dalam bacaan tajwid. Selain itu dalam pembelajaran Fiqih materi tentang berwudhu dan tata cara shalat yang benar. Peserta didik harus menghafal dan mengurutkan tata cara wudhu dan shalat yang baik dan benar. Setelah peserta didik paham langsung mempraktekkan di depan kelas beserta bacaan-bacaannya. Hal ini merangsang kecerdasan dari peserta didik supaya lebih mengingat

15 93 kembali tentang urutan wudhu dan shalat agar tidak terdapat kekeliruan dalam pengurutannya. 3. Kecerdasan Visual-Spasial Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia ruang-spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, dan ukuran. Kecerdasan visual dapat dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan menggambar, mewarnai, membuat miniatur dan sebagainya. Biasanya untuk melatih kecerdasan ini guru menekankan pada pelajaran kesenian dan keterampilan, semua siswa disuruh untuk menjiplak gambar bunga dan mewarnai gambar bunga yang telah disediakan oleh guru. Contoh penerapan kecerdasan visual-spasial dalam pembelajaran PAI mata pelajaran Fiqih, guru memperlihatkan sebuah video atau gambar bentuk ka bah, dari gambar tersebut diharapkan peserta didik akan mudah mengingat bagaimana bentuk ka bah. Contoh lain yaitu peserta didik disuruh untuk mengidentifikasi warna air yang terkena najis, apakah air yang terkena najis masih bisa digunakan untuk bersuci atau tidak. Sehingga peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dan tidak merasa jenuh selama mengikuti proses pembelajaran tersebut. 4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani

16 94 Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan. Contoh penerapan kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran PAI mata pelajaran Fiqih pada materi praktek wudhu dan shalat yang biasa dilakukan rutin setiap harinya, dimana peserta didik harus melakukan gerakan wudhu dan shalat yang benar serta bagaimana sikap yang benar ketika menghadap sang Maha Pencipta. Hal ini untuk melatih peserta didik agar lebih khusyu menjalankan shalat dengan baik di sekolah maupun di rumah. Dalam kegiatan ini tentunya pendidik juga mengawasi gerakangerakan wudhu dan shalat, agar tidak terjadi suatu kekeliruan dalam melakukan gerakan yang mereka lakukan. 5. Kecerdasan Musikal Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentukbentuk musik. Dalam Islam apresiasi terhadap kecerdasan musik mendapat tempat yang baik, karena Allah menyenangi akan keindahan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang terlihat pada irama ketika membaca Alquran dan rima ayat-ayat Alquran yang banyak berbentuk dan tersusun secara puitis, serta nyanyian dan alunan suara ketika melakukan adzan sebagai pertanda bahwa waktu shalat telah masuk.

17 95 Contoh penerapan kecerdasan musik dalam pembelajaran PAI yaitu dalam mata pelajaran Akidah-Akhlak materi Asma ul Khusna. Sebelum guru menyuruh peserta didik untuk menghafal Asmaul Khusna, terlebih dahulu guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendengarkan nada-nada Asma ul Khusna agar lebih mudah dalam menghafal. Tidak hanya di sekolah saja, tetapi di rumah juga peserta didik disuruh untuk mendengarkan lagu tersebut. Dengan demikian peserta didik akan mudah untuk menghafalnya. Pada materi Iman kepada Rasul Allah atau Iman kepada Malikat Allah juga dapat dibuat lagu agar siswa mudah dalam menghafal nama-nama Rasul-Rasul atau Malaikat-Malaikat Allah. 6. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen, serta gerakan tubuh orang lain. Secara umum kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk kedalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Contoh penerapan kecerdasan interpersonal dalam pembelajaran PAI dapat dilihata dalam mata pelajaran Akidah Akhlak, peserta didik mampu bersosialisasi, komunikasi, dan adaptasi terhadap sesama manusia dengan baik sesuai dengan aturan dan nilai-nilai norma agama Islam. Selain itu pada mata pelajaran Fiqih juga dapat memperlihatkan kecerdasan

18 96 interpersonal peserta didik contohnya dalam materi mengurus jenazah, dari kegiatan tersebut peserta didik dapat saling tolong-menolong, karena mengantarkan jenazah merupakan salah satu dari hak muslim kepada muslim lainnya. Adapun hak muslim atas muslim lainnya yaitu a) Menjawab salam, b) Memenuhi undangan, c) Mendo akan orang yang bersin, d) Menjenguk orang sakit, e) Memberi nasehat, dan f) Mengantarkan jenazah. 7. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Peserta didik yang memiliki kecerdasan intrapersonal senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri, mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Contoh penerapan kecerdasan intrapersonal dalam pembelajaran PAI yaitu pada mata pelajaran Akidah Akhlak, peserta didik disuruh membuat sebuah cerita tentang pengalaman yang pernah mereka alami terutama mengenai akhlak terpuji kepada orang lain. Dari sini setiap peserta didik memiliki cerita masing-masing dan tentunya tidak akan sama cerita yang dibuat peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Setelah selesai kemudian peserta didik disuruh maju ke depan kelas untuk membacakan hasil cerita yang mereka buat.

19 97 8. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya berada dalam lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam atau hutan. Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam, misalnya berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi. Alquran telah menyebutkan berkali-kali tentang kejadian bumi, langit atau alam semesta seisinya serta tentang flora dan fauna, serta pemeliharaan, melarang membuat kerusakaan di atas bumi, yang demikian itu terkait dengan kecerdasan naturalis. Contoh penerapan kecerdasan naturalis dalam pembelajaran PAI yaitu pada mata pelajaran Qur an Hadits yang menjelaskan bahwa kita harus sayang kepada semua makhluk Allah. Dari materi tersebut guru mengajak peserta didik untuk menanam biji kacang hijau, kemudian peserta didik diminta untuk melakukan pengamatan tentang perubahan yang terjadi pada tanaman, dan tentunya peserta didik harus merawat tanaman tersebut agar tumbuh dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan.

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom.

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom. Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom. Suka menulis kreatif Menonjol dalam kelas seni di sekolah Mengarang kisah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat 2. Bidang : Karir 3. Tujuan a. Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bakat dan macam-macam kecerdasan b. Tujuan

Lebih terperinci

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI Tuti Utami Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini, FKIP, Universitas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN Ali Mohtarom 187 PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN Oleh: Ali Mohtarom Universitas Yudharta Pasuruan Abstrak: Manusia dibekali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan mengenai teori yang sesuai dengan permasalahan yang di teliti. Berbagai aspek yang terkait dengan salah satu unsur manajemen pendidikan yaitu kegiatan ekstrakurikuler

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA

MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA Vol,1, Vol. 1, Desember 2015 Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu http:/jurnal.faiunwir.ac.id MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA Oleh : Nurlaeliyah, M.Pd.I Abstrak

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang 9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Kecerdasan Naturalis A. Hakekat Kecerdasan Naturalis Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

APLIKASI ALAT BANTU PENENTU BAKAT DAN MINAT ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE BAYES ABSTRAK

APLIKASI ALAT BANTU PENENTU BAKAT DAN MINAT ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE BAYES ABSTRAK APLIKASI ALAT BANTU PENENTU BAKAT DAN MINAT ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE BAYES Andri Sukmaindrayana 1, Sarmidi 2 1) Prodi Informatika STMIK DCI Kp. Cibinuang RT/RW 17/03 Ds Sukamahi Kec. Sukaratu Kab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR 113 PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR Nur Samsiyah Abstrak Multiple intelegensi ialah kecerdasan ganda yang dimiliki oleh seseorang. Intelegensi adalah sehimpunan kemampuan

Lebih terperinci

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota

Lebih terperinci

Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini

Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini dapat dimaknai sebagai untuk menyelesaikan masalah. berkaitan dengan daya pikir dan perkembangan kognitif. Pencetus teori perkembangan kognitif adalah

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI

OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI Riskha Arfiyanti Mira Nuryanti Universitas Swadaya Gunung Djati Cirebon Abstrak Literasi menjadi salah satu keterampilan yang harus dimiliki

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda) Anak bahagia disekolah sudah disosialisasikan lewat Quantum Learning, Joy in School dan Super Learning. Alasan lewat penelitian menunjukkan bahwa apabila anak

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN (INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR) INDIKATOR 1. Mengidentifikasi sekurang-kurangnya empat faktor yang mempengaruhi pembelajaran. 2. Menjelaskan kedudukan guru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung

ANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung ANAK BERBAKAT Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung A. Bakat, kemampuan dan prestasi Bakat (Aptitude) diartikan sebagi kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PAUD ISLAM TERPADU MUTIARA HATI BABAGAN KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG Data yang telah tersusun dari Bab III tentang model pembelajaran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap anak selalu memiliki cara tersendiri untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu eksak yang menjadi dasar perkembangan segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam tatanan kehidupan manusia.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCE) Lely Halimah

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCE) Lely Halimah IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCE) Lely Halimah ABSTRAK Teori kecerdasan majemuk ini, merupakan salah satu teori yang saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan

Lebih terperinci

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK? BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK? MIF Baihaqi Acara: Super Amazing Seminar untuk Orangtua dan Guru Plaza Seno Medika, Jl. Ahmad Yani, Bandung Sabtu, 21 November 2009 Kontak: 0852 2003 5242

Lebih terperinci

Mengembangkan Bakat Anak

Mengembangkan Bakat Anak A. Artikel Mengembangkan Bakat Anak Oleh: Andi Sri Suriati Amal Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua

Lebih terperinci

Bingkai-Bingkai Akal Budi Felix Lengkong

Bingkai-Bingkai Akal Budi Felix Lengkong FELIX LENGKONG BINGKAI-BINGKAI AKAL BUDI Bingkai-Bingkai Akal Budi Felix Lengkong Tiga puluh dua tahun lalu, seorang professor dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Howard Gardner menulis buku Frames

Lebih terperinci

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN ANAK BERBAKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik dan jenis-jenis keberbakatan guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional secara bertahap yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang

Lebih terperinci

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE

DIRJEN PMPTK DEPDIKNAS.R.I YAYASAN PENGEMBANGAN PEREMPUAN DAN ANAK AMRIHSAE APE SESUAI DENGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN OLEH : Ana, M.Pd. PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SKM (SEDERHANA, KREATIF DAN MANDIRI) BAGI TUTOR PAUD DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Suatu Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiburan dan kebermanfaatan (pinjam istilah Horatio : dulce et utile). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. hiburan dan kebermanfaatan (pinjam istilah Horatio : dulce et utile). Melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni bermedia bahasa yang diciptakan oleh pengarang melalui proses kreatif (Noor, 2010:4). Dalam proses kreatifnya, pengarang mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mereka

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI Modul ke: 10Fakultas Didin EKONOMI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN DAN KOMPETENSI Hikmah P, SE, MM Program Studi MANAJEMEN Pengantar: Perlunya Penguasaan IPPTEK Penguasaan teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan awal yang akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, tujuan dari pendidikan anak usia dini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Kecerdasan Logis Matematis Anak anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang sangat muda. Mereka menikmati berhitung dan dengan cepat belajar

Lebih terperinci

MENGENAL KECERDASAN ANAK

MENGENAL KECERDASAN ANAK Artikel MENGENAL KECERDASAN ANAK Mardiya Hingga kini banyak orang yang tidak mengenal istilah kecerdasan secara utuh. Mereka menganggap bahwa kecerdasan hanya berhubungan dengan kemampuan berhitung atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelaku seni khususnya di bidang seni musik, baik sebagai seorang pengajar, praktisi,

Lebih terperinci

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) Mata Pelajaran : an Agama Islam Semester : 1 (Satu) Kelas : III (Tiga) Jumlah KD : 9 (Sembilan) Standar Al Qur an 1. Mengenal kalimat dalam Al Qur an 1.1 Membaca kalimat dalam Al Qur an 1.2 Menulis kalimat

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pagerpelah Kelas/Semester : 2 / 1 Tema : Kasih Sayang Alokasi Waktu : 2 Minggu Pelaksanaan : Minggu ke-1 s.d. 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik A. Kompetensi Dasar Mengenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Mahmudi (2009) menyatakan bahwa, komunikasi matematis mencakup komunikasi tertulis maupun lisan. Komunikasi tertulis dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi proses perkembangan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep awal mengenai pengukuran kecerdasan manusia sudah menjadi perhatian tersendiri bagi para peneliti, sebagaimana dikemukakan oleh Spearman (1927), bahwa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*) PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Perkembangan masyarakat dalam pendidikan sekarang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu sistem pendidikan dapat memengaruhi kualitas suatu bangsa di masa depan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BE POSITIVE THD ANAK

BE POSITIVE THD ANAK Oleh: Budi Hermawan BE POSITIVE THD ANAK SEMUA ANAK CERDAS PADA BIDANGNYA MASING-MASING SETIAP ANAK BERBAKAT SEMUA ANAK UNIK DAN MERUPAKAN ORANG YANG SANGAT ISTIMEWA SEMUA ANAK MEMILIKI KEBUTUHAN YANG

Lebih terperinci

MENGGALI KEMAMPUAN AKADEMIK PESERTA DIDIK MELALUI APLIKASI MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN

MENGGALI KEMAMPUAN AKADEMIK PESERTA DIDIK MELALUI APLIKASI MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN MENGGALI KEMAMPUAN AKADEMIK PESERTA DIDIK MELALUI APLIKASI MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN Oleh : Fransisca Valeria Sunartini MKU- UNY ( email: Fransiscadenok@yahoo.co.id) Abstrak : Pendidikan

Lebih terperinci

Latar Belakang Pembelajaran Terpadu

Latar Belakang Pembelajaran Terpadu Modul 1 Latar Belakang Pembelajaran Terpadu Dra. Titi Chandrawati, M.Ed. S PENDAHULUAN ebagai guru Taman Kanak-kanak (TK), Anda pasti selalu atau sering menggunakan suatu tema sebagai fokus dari kegiatan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd PENDAHULUAN PERHATIAN TINGGI TERHADAP PAUD PERAN ORANG TUA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI MULTIPLE INTELLEGENCES PERSPEKTIF HOWARD GARDNER PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA. Rohmatun Nurul Hidayah

PENERAPAN STRATEGI MULTIPLE INTELLEGENCES PERSPEKTIF HOWARD GARDNER PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA. Rohmatun Nurul Hidayah PENERAPAN STRATEGI MULTIPLE INTELLEGENCES PERSPEKTIF HOWARD GARDNER PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA Rohmatun Nurul Hidayah Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam (IAI) Ngawi Email : h_day240990@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma terkini tentang pendidikan bagi anak usia dini telah menumbuhkan pendekatan yang holistik. Anak dipandang sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Shadiq (2004) penalaran adalah proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru

Lebih terperinci

Power Point Tentang Filsafat Islam

Power Point Tentang Filsafat Islam Power Point Tentang Filsafat Islam Power Point ini saya buat untuk melengkapi tugas terstruktur matakuliah Metodologi Studi Islam. This is an embedded Microsoft Office presentation, powered by Office Online.

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK 1 PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK *) Oleh Edi Purwanta **) Pengantar Berbagai pandangan muncul tentang pendidikan, utamanya pendidikan bagi anak.. Masing-masing sangat bergantung pada sudut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis 5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual Pada deskripsi konseptual ini akan dibahas tentang kemampuan komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. 1. Kemampuan Komunikasi Matematis

Lebih terperinci

PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ANAK (PEDAGOGIK): Disajikan Pada Konversi Hasil Diklat Gadik PAUD PLS FIP UPI 19 Oktober 2008

PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ANAK (PEDAGOGIK): Disajikan Pada Konversi Hasil Diklat Gadik PAUD PLS FIP UPI 19 Oktober 2008 PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ANAK (PEDAGOGIK): Disajikan Pada Konversi Hasil Diklat Gadik PAUD PLS FIP UPI 19 Oktober 2008 PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ANAK (PEDAGOGIK): (dalam upaya mengkaji pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sosok yang unik. Anak usia dini mengalami suatu proses. perkembangan anak selanjutnya ( Santoso 2005:2.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sosok yang unik. Anak usia dini mengalami suatu proses. perkembangan anak selanjutnya ( Santoso 2005:2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika Modul ke: 02 Inggar Fakultas Fakultas Ilmu Komputer ETIK UMB Memahami Potensi Diri Saputra, S.Pd, M.Si Program Studi Informatika Latar Belakang Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELLIGENCES DAN PERKEMBANGAN ANAK

MULTIPLE INTELLIGENCES DAN PERKEMBANGAN ANAK MULTIPLE INTELLIGENCES DAN PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Tadkiroatun Musfiroh (PAUD lemlit UNY, PBSI FBS-UNY) Pendahuluan Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita menekankan pentingnya bersikap adil dalam menilai

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN KOLASE TERHADAP KECERDASAN VISUAL- SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MASJID AGUNG MEDAN T.A. 2014/2015

PENGARUH KEGIATAN KOLASE TERHADAP KECERDASAN VISUAL- SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MASJID AGUNG MEDAN T.A. 2014/2015 PENGARUH KEGIATAN KOLASE TERHADAP KECERDASAN VISUAL- SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI RA MASJID AGUNG MEDAN T.A. 2014/2015 Dorlince Simatupang, Lady Ema Simatupang_60@yahoo.com Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Anak anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Anak anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Logis Matematis Anak anak yang cerdas secara matematis sering tertarik dengan bilangan dan pola dari usia yang sangat muda. Mereka menikmati berhitung dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa, tentunya akan berimplikasi pada perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi medium untuk menggerakkan dan mengangkat manusia pada harkat yang paling tinggi. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Perkembangan Kecerdasan Kinestetik. berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Perkembangan Kecerdasan Kinestetik. berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Perkembangan Kecerdasan Kinestetik Perkembangan (Development) merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar, sebagai peletak atau fondasi pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id. Media

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib yang dimuat dalam kurikulum pendidikan pada setiap jenjang. Pada umumnya siswa menganggap matematika merupakan momok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecerdasan yang seimbang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahana perubahan tingkah laku manusia adalah "pendidikan", baik formal, nonformal, maupun informal. Jika tujuan pendidikan nasional ingin dicapai dengan maksimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecerdasan yang ada pada setiap individu merupakan suatu hal yang dapat berkembang dan meningkat sampai pada titik tertinggi apabila kita senantiasa mau untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

MULTIPLE INTELLIGENCES dan Implikasinya dalam Pendidikan. Tadkiroatun Musfiroh Pusdi PAUD, Lemlit UNY

MULTIPLE INTELLIGENCES dan Implikasinya dalam Pendidikan. Tadkiroatun Musfiroh Pusdi PAUD, Lemlit UNY MULTIPLE INTELLIGENCES dan Implikasinya dalam Pendidikan Tadkiroatun Musfiroh Pusdi PAUD, Lemlit UNY Multiple Intelligences yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kecerdasan majemuk atau kecerdasan

Lebih terperinci