BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN
|
|
- Iwan Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Teori Argumentasi Hukum Menurut Dr. Kusnu Goesniadhie, SH, M.Hum, dalam makalah berjudul Argumentasi Hukum Dalam Proses Peradilan tahun 2007, argumentasi hukum adalah: alasan berupa uraian penjelasan yang diuraikan secara jelas, berupa serangkaian pernyataan secara logis, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan, berkaitan dengan asas hukum, norma hukum dan peraturan hukum konkret, serta sistem hukum dan penemuan hukum. Penulis menggunakan teori argumentasi hukum ini karena penulis berpendapat bahwa Wajib Pajak memberikan alasan-alasan kepada Majelis Hakim mengenai penjelasan secara logis terhadap peraturan hukum, dalam hal ini Keputusan Menteri Keuangan Nomor 575 tahun 2000, untuk memperkuat pendapat Wajib Pajak tersebut dalam proses Banding yang dilakukan Oleh Wajib Pajak atas sengketa pengkreditan Pajak Masukan atas penyerahan Tandan Buah Segar pada perusahaan kelapa sawit dimana penyerahan Tandan Buah Segar termasuk ke dalam penyerahan yang dibebaskan dari pemungutan PPN. Pihak Wajib Pajak dan Fiskus saling berargumen atau menyampaikan pendapat dalam 11
2 12 proses persidangan untuk menyakinkan Majelis Hakim untuk membenarkan pendapat salah satu pihak yang bersengketa. A.1.2 Pengertian Pajak Pengertian Pajak yang dikemukan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo seperti yang dikutip oleh Waluyo (2014:2): Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang lansung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Pengertian Pajak menurut Prof. Edwin R.A. Seligman dalam buku Essay in Taxation yang diterbitkan di Amerika, yang dikutip oleh Waluyo (2014:2), menyatakan: Tax is compulsary contribution from the person, to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred. Dari definisi di atas terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus kepada seseorang. Pengertian Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
3 13 imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. A.2. Pajak Pertambahan Nilai A.2.1 Pengertian Value Added Pengertian Value Added menurut Alain Tait yang dikutip oleh Rosdiana, Irianto, dan Putranti (2011:68), adalah: Value added is the value that a producer (whether a manufacturer, distributor, advertising agent, hairdresser, farmer, race horse trainer, or circus owner) adds to his raw materials or purchases (other than labor) before selling the new or improved product or service. That is, the inputs (the raw materials, transport, rent, advertising, and so on) are bought, people are paid wages to work on these inputs and, when the final good or service is sold, some profit is left. So value added can be looked at from the additive side (wages plus profit) or from the substractive side (output minus input). A.2.2 Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukanlah suatu bentuk perpajakan baru, namun pada dasarnya merupakan Pajak Penjualan yang dibebankan dalam bentuk yang berbeda. Oleh karena itu, maka Legal Character dari Pajak Pertambahan Nilai adalah juga sebagai Pajak Tidak Langsung atas Konsumsi yang bersifat umum (general indirect tax on consumption) yang dipungut dengan sistem yang berbeda dari Pajak Penjualan. Value Added Tax (VAT) atau taxe sur la valeur ajoutee, pertama kali diperkenalkan di negara Prancis pada tahun Dengan berbagai kelebihan-kelebihannya, konsep ini sekarang diterapkan hampir di seluruh negara di dunia, terutama di negara-negara Eropa. Meskipun OECD menganjurkan untuk negara-negara berpaling pada pajak atas konsumsi,
4 14 namun demikian tidak ada organisasi internasional yang secara formal mengawasi penerapan PPN. Sehingga dalam implementasinya di setiap negara, terjadi perkembangan yang berbeda-beda, antara lain karena faktor bahasa. Akibatnya, seperti kata Tait, meski VAT telah diadopsi secara tepat dan menyebar ke berbagai negara, namun tidak ada fenomena yang paralel (unparalleled tax phenomenon). Sistem PPN merupakan konsep baru dalam sistem pemungutan pajak tidak langsung yang muncul secara cepat di dunia. Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia merupakan terjemahan dari Value Added Tax. Kata value added tax merupakan istilah bahasa Inggris yang bersumber dari dua bentuk istilah valued added tax dan value added tax, suatu istilah yang tidak berlaku universal. Istilah ini bersumber dari istilah aslinya yang berbahasa Prancis, yang bila diterjemahkan lebih cocok adalah added value tax. Namun demikian, pada dasarnya VAT lebih mengarah kepada pajak atas barang dan jasa. The term VAT is preffered to goods and services tax. Seperti halnya Amerika Serikat dan Australia yang mengenakan apa yang disebut Goods and Services Tax (GST). Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax atau Belasting Toegevoegde Waarde) pada dasarnya merupakan Pajak Penjualan yang dipungut beberapa kali (multistage stage levies) atas dasar nilai tambah yang timbul pada semua jalur produksi dan distribusi. Jadi PPN, ini dapat dipungut beberapa kali pada berbagai mata rantai jalur produksi dan distribusi, namun hanya pada pertambahan nilai yang timbul pada setiap jalur yang dilalui barang dan jasa. Hal ini sejalan dengan
5 15 yang dikatakan oleh Ebrill, dkk. yang dikutip oleh Rosdiana, Irianto, dan Putranti (2011:66) bahwa: The key features of the Value Added Tax are that it is a broad-based tax levied at multiple stage of production, with crucially taxes on inputs credited against taxes on output. That is, while sellers are required to charge the tax on all their sales, they can also claim in a credit for taxes that they have been charged on their input. A.2.3 Karakteristik (Legal Character) Pajak Pertambahan Nilai Karakteristik Pajak Pertambahan Nilai Indonesia, dapat dirinci sebagai berikut: a. Pajak Pertambahan Nilai merupakan Pajak Tidak Langsung Karakter ini memberikan suatu konsekuensi yuridis bahwa antara pemikul beban pajak (destinataris pajak) dengan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kas negara berada pada pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak ini secara nyata berkedudukan sebagai pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. Sedangkan penanggung jawab atas pembayaran pajak ke kas negara adalah Pengusaha Kena Pajak yang bertindak selaku penjual Baran Kena Pajak atau pengusaha Jasa Kena Pajak. Oleh karena itu, apabila terjadi penyimpangan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, Administrasi Pajak (fiskus) akan meminta pertanggungjawaban kepada Penjual Barang Kena Pajak atau Pengusaha Jasa Kena Pajak tersebut, bukan kepada pembeli, walaupun pembeli kemungkinan juga berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak.
6 16 b. Pajak Objektif Yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak ditentukan oleh faktor objektif, yaitu adanya taatbestand. Adapun yang dimaksud dengan taatbestand adalah keadaan, peristiwa atau pebuatan hokum yang dapat dikenakan pajak yang juga disebut dengan nama objek pajak. Sebagai Pajak Objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar Pajak Pertambahan Nilai ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi subjektif subjek pajak tidak ikut menentukan. Pajak Pertambahan Nilai tidak membedakan antara konsumen berupa orang dengan badan, antara konsumen yang berpenghasilan tinggi dengan berpenghasilan rendah. Sepanjang mereka mengkonsumsi barang atau jasa dari jenis yang sama, mereka diperlakukan sama. c. Multli Stage Tax Multi stage tax adalah karakteristik Pajak Pertambahan Nilai yang bermakna bahwa PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Setiap penyerahan barang yang menjadi objek Pajak Pertambahan Nilai mulai dari tingkat pabrikan (manufacturer) kemudian di tingkat pedagang besar (wholesaler) dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang pengecer (retailer) dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
7 17 d. PPN Terutang untuk Dibayar ke Kas Negara Dihitung Menggunakan Indirect Subtraction Method / Credit Method / Invoice Method Pajak yang dipungut oleh PKP Penjual atau Pengusaha Jasa tidak secara otomatis wajib dibayar ke kas negara. PPN terutang yangwajib dibayar ke kas negara merupakan hasil perhitungan mengurangkan PPN yang dibayar kepada PKP lain yang dinamakan Pajak Masukan (input tax) dengan PPN yang dipungut dari pembeli atau penerima jasa yang dinamakan Pajak Keluaran (output tax). Pola ini dinamakan metode pengurangan tidak langsung (indirect substraction method). Pajak yang dikurangkan dengan pajak untuk memperoleh jumlah pajak yang akan dibayar ke kas negara dinamakan tax credit. Oleh karena itu, pola ini dinamakan juga metode pengkreditan (credit method). Untuk mendeteksi kebenaran jumlah Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang terlibat dalam mekanisme ini dibutuhkan suatu dokumen penunjang sebagai alat bukti. Dokumen penunjang ini dinamakan Faktur Pajak (tax invoice), sehingga metode ini dinamakan juga metode faktur (invoice method). Sebagai konsekuensi penggunaan credit method untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang maka pada setiap penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan diwajibkan untuk membuat Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak. Di pihak lain, bagi pembeli, penerima jasa atau importer merupaka bukti pembayaran pajak. berdasarkan Faktur Pajak inilah akan dihitung jumlah pajak terutang dalam suatu masa pajak, yang wajib dibayar ke kas negara.
8 18 Sesuai dengan pola atau metode yang digunakan ini maka mekanisme pemungutan dan penghitungan PPN mutlak memerlukan Faktur Pajak sebagai dokumen yuridis untuk membuktikan kebenaran jumlah Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang terlibat dalam pengkreditan. e. Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam negeri, Pajak Pertambahan Nilai hanya dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam negeri. Oleh karena itu, komoditi impor dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan presentase yang sama dengan produk domestik. Sebagai pajak atas konsumsi sebenarnya tujuan akhir Pajak Pertambahan Nilai adalah mengenakan pajak atas pengeluaran untuk konsumsi (a tax on expenditure) baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun oleh badan baik badan swasta maupun badan Pemerintah dalam bentuk belanja barang atau jasa yang dibebankan pada anggaran belanja negara. f. Pajak Pertambahan Nilai Bersifat Netral Netralitas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibentuk oleh dua faktor yaitu: 1. PPN dikenakan baik atas konsumsi barang maupun jasa. 2. Dalam pemungutannya, PPN menganut prinsip tempat tujuan (destination principle). g. Tidak Menimbulkan Dampak Pengenaan Pajak Berganda Kemungkinan pengenaan pajak berganda seperti yang dialami dalam era UU Pajak Penjualan (PPn) 1951 dapat dihindari sebanyak mungkin karena Pajak Pertambahan Nilai dipungut atas nilai tambah saja.
9 19 A.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai (VAT) Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai Beberapa kelebihan PPN menurut Terra adalah sebagai berikut: 1. Fiscal Advantages Bagi pemerintah, terdapat beberapa keuntungan jika menerapkan VAT. Pertama, karena cakupan yang luas yang meliputi seluruh jalur produksi dan distribusi sehingga potensi pemajakannya juga besar. Kedua, karena sangat mudah untuk menimbulkan value added di setiap jalur produksi dan distribusi sehingga potensi pemajakannya semakin besar. Terakhir, dengan menggunakan sistem invoice (faktur pajak), lebih mudah untuk mengawasi pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak serta mendeteksi adanya penyalahgunaan hak pengkreditan Pajak Masukan. PPN sebagai pajak tidak langsung dikenakan pada setiap jalur produksi dan distribusi merupakan mesin uang (money machine) pemerintah untuk menghimpun sumber penerimaan negara yang produktif. 2. Psychological Advantages Keuntungan psikologis dari pajak tidak langsung adalah sering kali pembayar pajak tidak menyadari telah membayar pajak. Sebagai salah satu bentuk pajak tidak langsung, keuntungan ini pun melekat (inherent) dalam PPN, karena pajak pada umumnya sudah dimasukkan ke dalam harga jual/harga yang dibayar oleh konsumen, maka sering kali konsumen tidak menyadari bahwa dia sudah membayar pajak. Hal ini berbeda dengan Pajak Penghasilan dimana pegawai, misalnya merasakan langsung beban pajak
10 20 tersebut karena langsung mengurangi gaji yang diterimanya, sementara jika penghasilan tersebut dibelanjakan, umumnya tidak disadari bahwa ada beban pajak yang telah dibayar karena harga barang/jasa yang dikonsumsi sebenarnya sudah termasuk PPN. Meskipun demikian, pendapatan tentang keuntungan psikologis PPN ini bukan merupakan konsepsi yang bersifat ajeg. Apabila suatu negara menganut sistem indirect substanction method/credit method maka penjualan mempunyai kewajiban untuk menerbitkan faktur yang membuktikan bahwa PPN telah dipungut. Pembeli juga mempunyai kepentingan atas faktur tersebut sebagai bukti agar PPN yang sudah dibayarnya dapat dikreditkan. Karena besarnya PPN yang harus ditanggung/dibayar tertera dalam faktur, maka secara psikologis pembeli menyadari tax burden yang harus ditanggungnya. 3. Economic Advantages Seperti yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, keunggulan dari Consumption-Based Taxation adalah netral terhadap pilihan seseorang apakah akan saving terlebih dahulu ataukah langsung mengkonsumsikan penghasilan yang didapatnya. PPN juga diyakini dapat membentuk modal (capital formation) serta mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat. Secara ekonomis, unggulan lainnya adalah PPN dapat digunakan sebagai instrument kebijakan fiskal untuk mempengaruhi produksi dan konsumsi. Pemerintah dapat menurunkan tarif PPN sehingga harga jual barang menjadi lebih murah. Efek domino yang diharapkan adalah permintaan akan
11 21 naik, sehingga pada akhirnya perusahaan akan meningkatkan produksinya sebagai respon atas naiknya permintaan. Kekurangan Pajak Pertambahan Nilai Beberapa kelamahan Pajak Pertambahan Nilai: 1. Biaya adminstrasi relatif tinggi bila dibandingkan dengan Pajak Tidak Langsung lainnya, baik di pihak administrasi pajak maupun di pihak wajib pajak. 2. Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat kemampuan konsumen, semakin ringan beban pajak yang dipikul, dan sebaliknya semakin rendah tingkat kemampuan konsumen, semakin berat beban pajak yang dipikul. Dampak ini timbul sebagai konsekuensi karakteristik PPN sebagai pajak objektif. 3. PPN sangat rawan dari upaya penyelundupan pajak Kerawanan ini ditimbulkan sebagai akibat dari mekanisme pengkreditan yang merupakan upaya memperoleh kembali pajak yang dibayar oleh Pengusaha dalam bulan yang sama tanpa terlebih dahulu melalui prosedur administrasi fiskus. 4. Konsekuensi dari kelemahan tersebut pada sub 3), PPN menuntut tingkat pengawasan yang lebih cermat oleh administrasi pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
12 22 A.2.5 Metode Penghitungan PPN 1. The Addition Method Pada addition method (dapat diterjemahkan sebagai metode kalkulasi) pajak dihitung dengan menjumlahkan semua elemen yang merupakan pertambahan nilai atas upah, sewa, royalti, bunga, laba, dan yang sejenisnya. Pajak yang terutang sama dengan tarif dikalikan pertambahan nilai, yaitu jumlah wages dan profit. Jika t 1 dan t 2 masing-masing merupakan tarif wages dan pofit, maka pajak terutang menjadi jumlah (t 1 *wages) dan (t 2 *profits). Metode ini cocok untuk bentuk pengenaan PPN Income Type. Dalam praktiknya, the addition method sulit diterapkan karena pengenaan PPN dianggap akan merupakan tambahan beban pajak setelah coroporate and personal income taxes. Dari referensi yang ada, the addition method hanya diterapkan di Michigan menurut Ben Terra yang dikutip oleh Rosdiana, Irianto, dan Putranti (2011:76). Contoh mekanisme PPN Addition Method: Pembelian: Bahan Baku Bahan Pembantu Suku Cadang, dll Jumlah Biaya: Penyusutan 250 Bunga 750 Gaji/Upah Biaya Manajemen 750 Margin/Laba 750 Jumlah => Nilai Tambah, PPN = 10% x = 350 Harga Jual 7.500
13 23 2. The Direct Substraction Method Pajak terutang pada setiap tingkat sama dengan tarif dikali dengan dasar pengenaan pajak atau pertambahan nilai yang diukur dari selisih antara nilai penjualan dan nilai pembelian (difference between the values of outputs and inputs). Dengan demikian, dalam metode pengurangan langsung (direct substraction method), pajak dihitung dengan jalan mengurangi harga penjualan dengan harga pembelian, baru kemudian dikalikan dengan tarif. Jadi, yang dikurangkan disini adalah harganya. Metode ini juga dikenal dengan nama account method atau business transfer tax = t (output - input). Contoh mekanisme PPN Direct Substraction Method: Harga pada waktu penjualan Harga pada waktu pembelian 800 Selisih 200 Asumsi tarif PPN = 10% PPN = 10% x 200 = The Indirect Substraction Method (Invoice-Based Credit atau Credit Method) Metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan dalam menghitung PPN di beberapa negara. Melalui metode ini, pengusaha pada setiap tingkat produksi sampai dengan distribusi mengenakan PPN atas penjualannya kepada konsumen (the VAT on its output), mengkreditkan PPN yang telah dibayar pada waktu pembelian (the VAT on its input), dan membayar pajak ke Kas Negara. Pajak yang terutang adalah selisih antara (tarif X nilai penjualan) dan (tarif X nilai pembelian), dimana t 1 dan t 2 masingmasing adalah tarif atas nilai penjualan dan nilai pembelian. Dengan kata lain, pajak yang terutang merupakan selisih antara pajak yang dipungut pada waktu
14 24 penyerahan barang (jasa) dengan pajak yang dibayar pada waktu pembelian/perolehan barang (jasa). Dalam konsep PPN di Indonesia dikenal dengan Pajak Keluaran dikurangi dengan Pajak Masukan. Jadi, yang dikurangkan disini adalah pajaknya, karena adanya sistem kredit pajak maka metode ini dikenal juga dengan metode kredit (credit method). Untuk mengetahui berapa jumlah pajak yang dipungut dan yang telah dibayar, dibuktikan dengan adanya faktur pajak. Karena dalam kredit pajak akan dapat berjalan baik bila didukung dengan adanya faktur pajak, maka metode ini dikenal juga dengan metode Faktur Pajak (invoice method). Metode ini merupakan metode asli dari model EEC. Contoh mekanisme PPN Indirect Substraction Method: Pembelian: Bahan Baku Bahan Pembantu Suku Cadang, dll Jumlah Biaya: Penyusutan 250 Bunga 750 Gaji/Upah Biaya Manajemen 750 Margin/Laba 750 Jumlah Harga Jual PPN Beli = 10% x = 400 PPN Jual = 10% x = 750 PPN Kurang Bayar = 350
15 25 A.2.6 Yurisdiksi Pemajakan dalam Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Secara teoritis, yurisdiksi pemajakan dalam pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu origin principle dan destination principle. 1. Prinsip Asal (Origin Principle) Berdasarkan origin principle, negara yang berhak mengenakan pajak adalah negara dimana barang diproduksi atau dimana barang tersebut berasal. Jika barang diekspor, maka atas ekspor tersebut akan kena pajak. Sebaliknya, tetapi jika barang diimpor, maka atas impor barang tersebut tidak akan dikenakan pajak. 2. Prinsip Tujuan (Destination Principle) Berdasarkan destination principle, negara yang berhak mengenakan pajak adalah negara dimana barang diproduksi atau dimana barang tersebut dikonsumsi. Jika barang diimpor maka akan kena pajak, tetapi jika barang diekspor, maka tidak akan dikenakan pajak. Hampir banyak negara sekarang ini menggunakan prinsip tujuan barang, karena lebih netral untuk perdagangan internasional. Hal ini dilakukan dalam rangka harmonisasi perpajakan demi tercapainya iklim perdagangan internasional yang fair dan netral. B. Penelitian Terdahulu Peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian adalah Maulana Adhi Surya dengan judul penelitan Evaluasi Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Atas
16 26 Feed Additive, program studi kebijakan administrasi perpajakan, tesis tahun 2012, tujuan penelitian tersebut adalah untuk menjelaskan perlakuan PPN atas feed additive dan untuk menjelaskan implikasi dari PPN dibebaskan atau dikenakan atas feed additive terhadap profit Pengusaha Kena Pajak, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan analisa deskriptif. Hasil penelitiannya adalah: 1. Perbedaan penafsiran perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas feed additive terjadi karena Pengusaha Kena Pajak menafsirkan bahwa feed additive merupakan bagian dari bahan baku pakan ternak, dimana bahan baku pakan ternak merupakan barang yang mendapatkan fasilitas Pajak Pertambahan Nilai yang dibebaskan, sementara fiskus menafsirkan bahwa feed additive bukan merupakan bagian dari bahan baku pakan ternak sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. 2. Implikasi dari PPN dibebaskan atas impor feed additive menyebabkan tidak ada Pajak Masukan yang harus dibebankan ke dalam harga pokok penjualan sehingga Penghasilan Kena Pajak tinggi dan Pajak Penghasilan yang terutang juga tinggi. Namun jika PPN impor dikenakan atas feed additive, menyebabkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan karena barang hasil produksi yang dijual merupakan pakan ternak yang mendapatkan fasilitas pembebasan PPN. Akibatnya Pajak Masukan akan dibebankan ke dalam harga pokok penjualan sehingga menyebabkan Penghasilan Kena Pajak menurun dan Pajak Penghasilan yang terutang juga menurun.
17 27 Selain Maulana Adhi Surya, terdapat juga penelitian terdahulu lainnya yang dilakukan oleh Riztiar Arinta dengan penelitan mengenai Putusan Pengadilan Pajak Terhadap Sengketa Pengkreditan Pajak Masukan Bagi Perusahaan Terpadu (Integrated), program studi magister akuntansi, tesis tahun 2013, tujuan penelitian tersebut adalah agar Pemerintah dan Wajib Pajak dapat menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai peraturan perundangundangan, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam membuat peraturan perundang-undangan haruslah cermat dan teliti sehingga dalam pelaksanaannya tidak menyimpang dari maksud dan tujuan dari diterbitkannya undang-undang tersebut. Sengketa pengkreditan Pajak Masukan ini dapat menyebabkan ketidakpastian terhadap dunia usaha dan berdampak pada ketidakpatuhan Wajib Pajak. C. Rerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, penulis mencoba memberikan gambaran rerangka pemikiran yang digunakan untuk membantu peneliti dalam proses menjelaskan dan menganalisis pokok masalah penelitian. Urutan rerangka berpikir yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
18 28 Gambar 2.1. Rerangka Pemikiran Penelitian PPN Atas Penyerahan Barang Strategis (Tandan Buah Segar) Menurut Fiskus Menurut Wajib Pajak PPN Dibebaskan Diolah Lebih Lanjut Menjadi Barang Kena Pajak (Crude Palm Oil) Pajak Keluaran = 0 Pajak Masukan Tidak Dapat Dikreditkan Kebun dan Pabrik Merupakan 1 Kesatuan Wajib Pajak Melakukan Jasa Tolling ke Wajib Pajak Lainnya Pajak Keluaran Dipungut Pajak Masukan Dapat Dikreditkan Pajak Keluaran Dipungut Pajak Masukan Dapat Dikreditkan Rerangka pemikiran penelitian diatas menjelaskan bahwa terdapat perbedaan pandangan antara Fiskus dengan Wajib Pajak terkait dengan PPN atas penyerahan barang strategis, dalam hal ini barang strategis tersebut adalah tandan buah segar. Berdasarkan pasal 2 ayat 1 Keputusan Menteri Keuangan nomor 575 (selanjutnya disebut KMK 575) mengatur bahwa bagi Pengusaha Kena Pajak (selanjutnya disebut PKP) yang: a. Melakukan kegiatan usaha terpadu (integrated) yang terdiri dari unit atau kegiatan yang menghasilkan barang yang atas penyerahannya tidak terutang PPN dan unit atau kegiatan yang menghasilkan barang yang atas penyerahannya terutang PPN; atau
19 29 b. Melakukan kegiatan usaha yang atas penyerahannya terdapat penyerahan yang tidak terutang PPN dan yang terutang PPN; atau c. Melakukan kegiatan menghasilkan atau memperdagangkan barang dan usaha jasa yang atas penyerahannya terutang PPN dan yang tidak terutang PPN; atau d. Melakukan kegiatan usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang PPN dan sebagian lainnya dibebaskan dari pengenaan PPN; Maka Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan Barang Kena Pajak (selanjutnya disebut BKP) dan atau JKP (selanjutnya disebut JKP) yang: 1. Nyata-nyata digunakan untuk unit atau kegiatan yang atas penyerahannya tidak terutang PPN atau dibebaskan dari pengenaan PPN, tidak dapat dikreditkan; 2. Digunakan baik untuk unit atau kegiatan yang atas penyerahan hasil dari unit atau kegiatan tersebut tidak terutang PPN atau dibebaskan dari pengenaan PPN, maupun untuk unit kegiatan yang atas penyerahan hasil dari unit atau kegiatan tersebut terutang PPN, dapat dikreditkan sebanding dengan jumlah peredaran yang terutang PPN terhadap peredaran seluruhnya; 3. Nyata-nyata digunakan untuk unit kegiatan yang atas penyerahan hasil dari unit atau kegiatan tersebut terutang PPN, dapat dikreditkan. Berdasarkan KMK 575 tersebut Fiskus berpendapat bahwa PPN atas penyerahan barang strategis dibebaskan dari pengenaan PPN sehingga Pajak Masukan yang terkait dengan penyerahan yang PPN-nya dibebaskan tidak dapat dikreditkan. Berbeda dengan Fiskus, menurut Wajib Pajak, mereka melakukan pengolahan lebih lanjut dari tandan buah segar itu menjadi CPO, baik mengolah di pabrik milik mereka sendiri maupun melakukan jasa olah kepada perusahaan
20 30 lain. CPO merupakan barang kena pajak sehingga atas penyerahan CPO tersebut terutang PPN, oleh sebab itu Wajib Pajak berpendapat bahwa Pajak Masukan yang terkait penyerahan yang terutang PPN, seharusnya dapat dikreditkan. Gambar 2.2. Proses Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding Self Assessment System SPT LB PPh Badan tahun 2009 (Restitusi PPh) Restitusi PPh Pemeriksaan Pajak Setuju Banding Keputusan Keberatan Setuju Keberatan Surat Ketetapan Pajak Menolak Putusan Banding Mengabulkan Sebagian Mengabulkan Seluruhnya Gambar diatas menggambarkan proses pemeriksaan dilanjutkan dengan keberatan sampai akhirnya pengajuan banding. Sistem penetapan Pajak di Indonesia mengenal 2 sistem yakni self assessment system dan official assesstment system, sistem official assesstment adalah sistem dimana Pajak yang terutang ditetapkan oleh fiskus contohnya adalah Pajak Bumi dan Bangungan (PBB) sedangkan pada sistem self assesstment, Pajak terutang dihitung, disetorkan, dan dilaporkan oleh Wajib Pajak sendiri. Self assesstment system menyerahkan perhitungan Pajak terutang kepada Wajib Pajak namun fiskus tetap mengawasi perhitungan Wajib Pajak tersebut apakah sudah benar atau belum. Dalam studi kasus terhadap PT.A dan PT.B, Pemeriksaan Pajak diawali dengan PT.A dan
21 31 PT.B melaporkan SPT Tahunan tahun 2009 mereka lebih bayar. Dalam rangka mengembalikan kelebihan pembayaran Pajak maka fiskus melakukan pemeriksaan Pajak untuk menguji apakah perhitungan WP sudah benar sehingga menimbulkan kelebihan pembayaran Pajak. Proses pemeriksaan, biasanya diawali dengan persiapan pemeriksaan yang terdiri dari penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (yang selanjutnya disebut SP3) kemudian pihak Pemeriksa memberikan SP3 tersebut kepada Wajib Pajak beserta surat permintaan peminjaman buku, catatan, serta dokumen sebagai awal untuk proses pemeriksaan. Wajib Pajak berkewajiban untuk memberikan datadata dan dokumen yang dibutuhkan oleh Pemeriksa Pajak selama proses Pemeriksaan dan Pemeriksa berhak untuk meminta keterangan kepada Wajib Pajak mengenai hal-hal yang diperiksanya. Wajib Pajak tidak boleh menghalanghalangi Pemeriksa Pajak dalam hal melakukan Pemeriksaan, dalam hal peminjaman data atau dokumen, karena hal tersebut bertentangan dengan Undang-Undang. Apabila Wajib Pajak ingin melakukan kunjungan ke lokasi tempat usaha Wajib Pajak maka Wajib Pajak berkewajiban untuk menemani Pemeriksa Pajak selama kunjungan tersebut guna memberikan penjelasan kepada Pemeriksa Pajak terkait hal-hal yang menyangkut proses usaha dari Wajib Pajak itu sendiri. Pada tahap akhir proses pemeriksaan, Pemeriksa Pajak akan menerbitkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (yang selanjutnya disebut SPHP), Wajib Pajak berkewajiban untuk menanggapi SPHP tersebut paling lambat 7 hari kerja setelah menerima SPHP tersebut, jika Wajib Pajak tidak member tanggapan maka Wajib Pajak dianggap menyetujui hasil SPHP tersebut.
22 32 Pemeriksa Pajak kemudian mengundan Wajib Pajak untuk melakukan pembahasan mengenai hasil akhir pemeriksaan dan berdasarkan pembahasan akhir hasil pemeriksaan itu lah dasar dari Pemeriksa Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (yang selanjutnya disebut SKP). Surat Ketetapan Pajak diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan, Wajib Pajak mempunyai hak untuk menyetujui hasil SKP tersebut maupun tidak menyetujuinya. Apabila Wajib Pajak tidak menyetujui hasil SKP tersebut maka Wajib Pajak mempunyai hak untuk melanjutkan ke upaya hukum selanjutnya yakni keberatan, tentunya keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak harus memenuhi syarat diajukannya suatu keberatan terhadap SKP yang diatur di dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (yang selanjutnya disebut UU KUP). Keberatan diajukan ke kantor wilayah tempat Wajib Pajak terdaftar kemudian kantor wilayah akan memberikan surat keterangan kepada Wajib Pajak bahwa surat keberatan telah diterima dan akan diproses, setelah itu penelaah keberatan yang ditunjuk untuk menanggapi keberatan Wajib Pajak akan mengundang Wajib Pajak untuk melakukan pembahasan mengenai apa yang diajukan keberatan oleh Wajib Pajak dan apa sebabnya dilakukan keberatan serta meminta dokumen-dokumen yang menjadi dasar dilakukannya keberatan. Tahap akhir keberatan, penelaah keberatan akan menerbitkan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir (yang selanjutnya disebut dengan SPUH) dan Wajib Pajak berkewajiban untuk member tanggapan terhadap SPUH tersebut. Selain memberikan terhadap SPUH tersebut dan Wajib Pajak juga datang bertemu dengan penelaah keberatan untuk melakukan pembahasan akhir terkait proses
23 33 keberatan, penelaah keberatan menerbitkan surat Keputusan Keberatan sebagai hasil dari proses keberatan. Keputusan Keberatan diterbitkan berdasarkan hasil keberatan, Wajib Pajak mempunyai hak untuk menyetujui hasil Keputusan Keberatan tersebut maupun tidak menyetujuinya. Apabila Wajib Pajak tidak menyetujui hasil Keputusan Keberatan tersebut maka Wajib Pajak mempunyai hak untuk melanjutkan ke upaya hukum selanjutnya yakni banding, tentunya banding yang diajukan oleh Wajib Pajak harus memenuhi syarat diajukannya suatu banding terhadap Keputusan Keberatan yang diatur di dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (yang selanjutnya disebut UU KUP). Banding diajukan ke Pengadilan Pajak kemudian Pengadilan Pajak akan memberikan surat keterangan kepada Wajib Pajak bahwa surat banding telah diterima serta melampirkan surat permintaan Surat Uraian Banding kepada pihak terbanding (fiskus). Setelah Pengadilan Pajak menerima Surat Uraian Banding yang telah disiapkan oleh fiskus, Pengadilan Pajak akan membuat copy dari Surat Uraian Banding tersebut dan diberikan kepada Wajib Pajak agar Wajib Pajak bisa membuat Surat Bantahan atas Surat Uraian Banding tersebut. Surat Bantahan terhadap Surat Uraian Banding diterima oleh Pengadilan Pajak maka Wajib Pajak tinggal menunggu undangan sidang yang akan dikirimkan oleh pihak Pengadilan Pajak. Pada saat persidangan, Majelis Hakim akan meminta kepada pemohon banding (Wajib Pajak) dan terbanding (fiskus) untuk mengutarakan pendapat masing-masing dan melakukan uji bukti jika memang uji bukti diperlukan. Pemohon banding dan terbanding memberikan closing statement menjelang akhir
24 34 proses banding sebagai pertimbangan Majelis Hakim dalam mengambil suatu keputusan. Keputusan Majelis Hakim atas proses banding terbagi menjadi 3 yakni menolak, mengabulkan sebagian, dan mengabulkan seluruhnya.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan jalannya
Lebih terperinciPERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak
PERPAJAKAN LANJUTAN by Ely Suhayati SE MSi Ak PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA. jawab atas kewajiban pembayaran pajak berada pada masyarakat sendiri untuk
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya dari sektor privat ke sektor publik. Sutedi (2013:1), memahami pengertian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak dari perspektif ekonomi diartikan sebagai terjadinya transfer sumber daya dari sektor privat ke sektor publik. Sutedi (2013:1), memahami pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada era globalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut Rachmat Soemitro (1990 : 5) menyatakan Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Andriani yang telah diterjemahkan oleh Santoso Brotodiharjo (Waluyo,2003:3): Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak dari tahun ke tahun terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan Negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan sebagai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar - dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi dan Unsur Pajak Dibawah ini terdapat beberapa definisi-definisi dan unsur pajak yang terangkum tentang pajak yang dikemukakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Apabila membahas pengertian pajak, banyak definisi atau batasan pajak yang
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Pajak II.1.1 Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak definisi atau batasan pajak yang telah dikemukakan oleh para pakar, yang satu sama lain pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut pasal 1 angka 1 Undang-undang perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang
Lebih terperinciBAB III PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DALAM UNDANG-UDANG NO. 18 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG
BAB III PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DALAM UNDANG-UDANG NO. 18 TAHUN 2000 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH A. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak
Lebih terperinciiuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pajak dan Fungsi Pajak 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Adriani dalam kutipan Soemarso (2007:2), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Definisi Pajak berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 dalam Mardiasmo (2011: 23) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, pajak adalah kontribusi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Yulia Chandra melakukan penelitian tentang Analisis Penerapan Restitusi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh rujukan dari : 1. Yulia Chandra melakukan penelitian tentang Analisis Penerapan Restitusi Pajak Pertambahan
Lebih terperinciProf. Dr. Rochmat Soemitro, SH.
1 Pengertian Pajak (1) Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan
Lebih terperinciKarakteristik PPN Indonesia dan Sejarah Pengenaan PPN Sebagai Pajak Atas Konsumsi
Modul 1 Karakteristik PPN Indonesia dan Sejarah Pengenaan PPN Sebagai Pajak Atas Konsumsi Hari Sugiharto, Ak. P PENDAHULUAN emahaman tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) idealnya dimulai dengan memahami
Lebih terperincipemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pajak Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Lebih terperinciBAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. definisi pajak menurut versinya masing-masing. Walaupun banyak pendapat mengenai
BAB II LANDASAN TEORI II. 1 Pengertian Pajak Secara Umum II.1.1 Definisi Pajak Para ahli pajak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri telah memberikan definisi pajak menurut versinya masing-masing.
Lebih terperinciSEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK
Putusan Nomor : 72764/PP/M.XVA/16/2016 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi Pajak yang dapat diperhitungkan PPN Barang dan Jasa Masa Pajak
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi dari Keputusan Menteri Keuangan No.575/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000. Berdasarkan pasal 2 ayat 1 Keputusan Menteri Keuangan nomor 575 (selanjutnya disebut
Lebih terperinci: bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Pajak Masukan yang terkait dengan kebun sebesar Rp ,00;
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62294/PP/M.XI.B/16/2015 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Adapun pengertian pajak menurut para ahli dalam Siti Resmi (2009:1) diantaranya: 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pada hakekatnya, pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan oleh negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, merupakan pembangunan nasional yang
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS
BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Cuma-Cuma) yang diberikan rakyat kepada Negara, namun seiring dengan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum tentang Pajak Pada mulanya pajak hanyalah merupakan suatu upeti (pemberian Cuma-Cuma) yang diberikan rakyat kepada Negara, namun seiring dengan perkembangan upeti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wujud pelayanan pemerintah kepada masyarakat. berasal dari iuran rakyat yang berdasarkan Undang Undang (dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah sumber utama pembiayaan Negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar sumber pembiayaan Negara berasal dari dari sektor pajak. Pengadaan dana merupakan
Lebih terperinciPerpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil
Modul ke: 1Fakultas Ekonomi dan Bisnis Perpajakan 1 Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil Suri Mahrani, S.Sos, M.Ak.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dapat dipaksakan kepada mereka yang melanggarnya.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pajak 1. Pengertian Pajak Pajak adalah iuran wajib dari rakyat kepada negara sebagai wujud peran serta dalam pembangunan yang pengenaannya berdasarkan undang-undang dan tidak mendapat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. commission pada PT X yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara studi dokumen dan pengamatan partispatif atas kasus handling commission pada PT
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Umum Tentang Pajak II.1.1 Definisi Pajak dan Ciri Ciri Pajak Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Tentang Perpajakan 1. Definisi Pajak Ada beberapa definisi pajak menurut beberapa para ahli dari dalam maupun luar negeri, diantaranya : Pajak menurut Rochmat Soemitro
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan kontribusi yang diberikan oleh Wajib Pajak (WP) kepada negara yang berdasarkan undang-undang bersifat wajib dan memaksa tanpa ada kontraprestasi (imbalan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ). Pada era gliobalisasi seperti sekarang, persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu, Negara Indonesia dengan gencar
Lebih terperinciBAB II KRITERIA BARANG YANG BISA DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2009
BAB II KRITERIA BARANG YANG BISA DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2009 2.1. Konsep Dasar Pajak Pertambahan Nilai Untuk mengetahui konsep dasar PPN (Pajak Pertambahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 II.1.1 Kerangka Teori dan Literatur Gambaran Umum Perpajakan II.1.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Pengertian Pajak Banyak definisi atau batasan yang telah dikemukakan oleh pakar yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Inflasi yang cenderung mengalami peningkatan, naiknya harga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. With Holding System a. Pengertian With Holding System Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus mengetahui bahwa with holding system
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dan dinamika kebutuhan masyarakat yang kian meningkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut adanya ketersediaan anggaran yang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA
BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dewasa ini bangsa di dunia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan menuju kemakmuran, begitu juga halnya dengan bangsa Indonesia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1 Tentang Ketentuan Umum dan Perpajakan, pajak merupakan suatu konstribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh setiap orang maupun
Lebih terperinciPERPAJAKAN PENGANTAR PERPAJAKAN. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen.
Modul ke: PERPAJAKAN PENGANTAR PERPAJAKAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Riaty Handayani, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengertian PAJAK Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H Iuran rakyat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada
Lebih terperinciPAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH
MODUL PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH Disusun Oleh Anang Mury Kurniawan i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR...vi PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL...vii PETA KONSEP... viii PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA
PROSEDUR PELAKSANAAN DAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA X KEBUN KERTOSARI JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan
Lebih terperinci1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
BAB 2 PAJAK RESTORAN: KAJIAN LITERATUR 2.1. Pengertian Pajak Secara umum, pajak diartikan sebagai pungutan dari negara kepada rakyatnya, yang sifatnya memaksa. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran
Lebih terperinciPajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola
Pajak Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola Sejarah PPN Pajak Pembangunan I (PPb I) tanggal 1 Juni 1947 dikenakan atas Rumah Makan dan Penginapan Pajak Peredaran
Lebih terperinciKoreksi Pajak Masukan sebesar Rp ,00
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT. 49902/PP/M.X/16/2014 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Pengertian Pajak Kata PAJAK mungkin seringkali kita dengar dan ucapkan, entah saat makan, belanja atau sedang di parkiran. Akan tetapi pajak seringkali
Lebih terperinciMenurut Pemohon: Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.61397/PP/M.XIB/16/2015. Tahun Pajak : 2008
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.61397/PP/M.XIB/16/2015 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani
II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. dalam buku Perpajakan Indonesia karangan Waluyo (2008, h3),
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam buku Perpajakan Indonesia karangan Waluyo (2008, h3), Pajak adalah
Lebih terperincibahwa hasil pemeriksaan selengkapnya atas pokok sengketa tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-87243/PP/M.XVIB/16/2017 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa sengketa terbukti mengenai tarif pajak dalam banding ini adalah koreksi Terbanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pembangunan yang cukup pesat dalam kehidupan nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana dalam perkembangannya telah menghasilkan pembangunan
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemahaman Perpajakan 2.1.1.1 Pengertian Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, ada beberapa definisi tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk. membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada Negara yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk membiayai penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Pemahaman Pajak Pengertian pajak menurut Edwin R. A. Seligman Tax is compulsory Contribution from the person, to the goverment to defray the expenses incurred in the common interest
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai iuran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SKRIPSI ANALISIS KECURANGAN RESTITUSI PPN SERTA UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGANANNYA
Lebih terperinciBADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal
BADAN ORANG PRIBADI Syarat Objektif Syarat Subjektif Wilayah tempat kedudukan KANTOR PELAYANAN PAJAK Wilayah tempat tinggal Fungsi NPWP - Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan - Sebagai identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan kelangsungan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus berusaha mengadakan pembangunan disegala bidang dan untuk mewujudkan cita
Lebih terperinciKoreksi Pajak Masukan yang berhubungan dengan kegiatan unit usaha/divisi kebun sebesar Rp ,00,
Putusan Nomor : PUT-72658/PP/M.XB/16/2016 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini Koreksi Pajak Masukan yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan
Lebih terperinciBAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK
BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mensukseskan pembangunan nasional, peranan penerimaan dalam negeri sangat penting dan mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Pembangunan tidak akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak secara umum berbeda-beda. Dilihat dari tujan penggunaan pajak bagi negara, pajak merupakan iuran dari rakyat kepada negara untuk penyelenggaraan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan ini diperlukan strategi yang tepat agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) Kita telah memasuki masa milenium dan akan memasuki perdagangan bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pajak merupakan alat bagi pemerintah didalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung dan tidak langsung dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran
Lebih terperinciDasar-dasar Studi Kasus Perpajakan
S Modul 1 Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan PENDAHULUAN Suryohadi, S.H., M.M. tudi Kasus Perpajakan adalah suatu kajian mengenai masalah-masalah yang timbul atau yang terjadi di dalam masyarakat berkenaan
Lebih terperinciBAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN
BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian mengenai perencanaan pajak, peneliti dapat menemukan dua macam penelitian yang memiliki tema serupa yaitu, Perencanaan
Lebih terperinciANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok)
ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok) RIZKI WULANDARI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan
BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan
BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Pajak adalah kontribusi wajib bagi warga negara yang sifatnya memaksa. Selain itu, Pajak adalah iuran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Perpajakan 2.1.1.1. Definisi dan Unsur Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Undang-Undang Nomor
Lebih terperinci