BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Tematik Pengertian Pembelajaran Tematik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Tematik Pengertian Pembelajaran Tematik"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Tematik Pengertian Pembelajaran Tematik Trianto (2009:78), berpendapat bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Tema yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah yang dekat dengan lingkungan siswa, dengan harapan siswa dapat mengenal lingkungannya lebih jauh. Abdul Majid (2014:80), menggungkapkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bemakna kepada murid. Pembelajaran tematik menggunakan tema yang dekat dengan lingkungan siswa, sehingga ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa memperoleh pengalaman langsung dengan mencari dan menemukan sendiri apa yang mereka pelajari. Pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema (Trianto, 2009:82). Pembelajaran ini tidak ada batas-batas mata pelajaran, namun berbagai mata pelajaran tersebut dikaitan kedalam suatu topik yang sesuai. Sehingga siswa dapat secara aktif mengeksplorasi informasi yang mereka dapatkan. Abdul Majid (2014:85), juga berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengkaitan beberapa aspek baik dalam intra-mata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna. Bermakna berati bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar-konsep dalam intra maupun antar- 5

2 6 mata pelajaran (Abdul Majid, 2014:85). Dalam pembelajaran tematikk sangat berbeda dengan pembalajaran konvensional, dimana dalam pembelajaran ini lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam setiap proses pembelajaran. BNSP (2006:16) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik menepati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Maka dari itu guru dituntut untuk dapat memadukan berbagai mata pelajaran kedalam satu tema dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman agar siswa memperoleh pengalaman ketika proses pembelajaran berlangsung. Karena cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang oleh guru yang sedemikian akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa dan menjadikan proses pembalajaran lebih efektif dan menarik (Trianto, 2009:83). Namun tidak sedikit guru yang bisa memedukan berbagai mata pelajaran ke dalam tema-tema, sehingga hasil belajar tidak sesuai seperti yang diharapkan dan siswa menjadi kurang aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi perserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar siswa karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintregasikan atau menggabungkan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema yang saling terkait. Dalam pembelajaran ini guru dan siswa dituntut untuk dapat secara aktif menggambangkan potensi yang dimiliknya. Tema yang dipilih juga disesuaikan dengan kehidupan siswa yaitu di ligkungan sekitar siswa. Dengan harapan pembelajaran yang berlangsung dapat bermakna bagi siswa dan dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan.

3 Tujuan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik memiliki beberapa tujuan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kemdikbud (2014:15-16). Tujuan dari pembelajaran tematik terpadu adalah sebagai berikut: (a)mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau satu topik tertentu. (b) mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama. (c) memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. (d) mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. (e) lebih begairah belajar karena peserta didik dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. (f) lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas. (g) guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan sacara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih atau pengayaan. (h) budi pekerti dan moral peserta didik dapat tumbuh kembangan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. Diterapkannya pembelajaran tematik, diharapkan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan Pendekatan Saintifik Hakekat Pendekatan Saintifk Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2013 adalah sebagai langkah pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penerapan kurikulum ini melalui berbagai tahapan dan komponen-komponen yang melekat dalam Kurikulum Hal yang paling menonjol adalah adanya pendekatan saintifik karena dengan diterapkannya pendekatan ini diharapkan pembelajaran menjadi lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak langsung pada informasi searah dari guru (Abdul Majid, 2014:193). Proses pembelajaran yang diharapkan adalah yang sesuai dengan kriteria pendekatan ilmiah yang mengacu pada nilai-nilai, prinsip-prinsip dan kriteria

4 8 ilmiah. Abdul Majid (2014:194) menjelaskan bahwa proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini: 1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kirakira, khayalan, legenda atau dongeng semata. 2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbatas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur bepikir logis. 3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik bepikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan subtansi atau materi pembelajaran. 4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir didasarkan hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari subtansi atau matei pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon subtansi atau matei pembelajaran. 6. Bebasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan. 7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Pendekatan atau proses kerja yang dapat memenuhi kriteria ilmiah, apabila lebih mengedepankan penelaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning) menurut Kemnendikbud (2014:18). Penalaran deduktif ini melihat fenomena umum untuk kemudian ditarik kesimpulan menjadi lebih spesifik. Sedangkan pada penalaran induktif memandang fenomena atau situasi yang spesifik kemudian ditarik kesimpulan secara keseluruhan. Ilmiah adalah metode pencarian (method of inquiry) harus bebasis pada bukti-bukti yang dapat diobsevasi, empiris, daan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik dikutip dari Kemdikbud (2014:19). Dalam

5 9 pembelajarannya siswa diberi sebuah masalah, kemudian siswa diminta untuk secara mandiri ataupun kelompok menyelesaikan permasalahan tersebut melalui pendekatan ilmiah. Langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik menganut beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. 1. Ranah sikap menggampit transformasi substansi atau materi ajar agar pserta didik tahu mengapa. 2. Ranah keterampilan menggampit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana. 3. Ranah pengetahuan menggampit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu apa. 4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 5. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintregasi. Pencapaian ranah pembelajaraan di atas, diharapkan siswa tidak hanya tahu apa yang mereka pelajari tetapi siswa juga dapat menemukan sendiri apa yang mereka pelajari. Selain itu siswa juga dapat mengembangkan prodiktifitas, kreatifitas dan dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif dan efektif. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dirancang sedemikin rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

6 10 mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (M.Hosman 2014:34). Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka untuk secara aktif mengamati, menanya, menumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan (Mulyasa, 2015:99). Namun kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik tidak dapat berjalan sesuai yang diinginkan apabila tidak adanya peran dari guru. Guru sebisa mungkin mampu untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dengan memperhatikan kondisi siswa agar bersama-sama berperilaku ilmiah dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan sehingga peserta didik dapat mengusai materi yang dipelajari dengan benar Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut M.Hosman (2014:37) adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran berpusat pada siswa 2. Pembelajaran membentuk student self concept 3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme 4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, prinsip. 5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan bepikir siswa. 6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. 7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. 8. Adanya proses validasi tehadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstuksi siswa dalam struktur kognitifnya Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik M.Hosman (2014:36) tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

7 11 1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. 2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. 3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. 4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 6. Untuk mengembangkan karakter siswa Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengomunikasikan. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran. 1. Mengamati (Observing) Mengamati/observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Kegiatan mengamati/observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikasi dari interrelasinya elememelemen/unsur-unsur tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang serba komplek dalam pola-pola kultural tertentu. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah, seperti berikut ini: a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi. c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder. d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.

8 12 e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. 2. Menanya (Questing) Kegiatan belajar dalam menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Salah satu langkah penerapan model menanya adalah sebagai berikut: a. Pilihlah salah satu kompetensi dasar yang sesuai. b. Tentukan media kontekstual, sesuai KD dan dapat merangsang siswa untuk bertanya atau mengembangkan pertanyaan. c. Pajangkan atau bagikan media yang telah disiapkan kepada siswa. d. Berikan waktu kepada siswa untuk memperhatikan media yang telah dipersiapkan. e. Tugaskan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan membuat pertanyaan untuk dibahas. f. Adakan kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa sekitar materi/kd yang dibahas dengan mengacu pada media pembelajaran yang disampaikan. 3. Mengumpulkan Infomasi Kegiatan mengumpulkan informasi dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan infomasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Tahapan kegiatan yang memungkinkan untuk dilakukan adalah sebagai berikut: a. Guru harus bisa membuat peserta didik aktif terlibat dalam kegiatan mengamati, dengan membangun suasana belajar yang menyenangkan, ceria, dan penuh semangat.

9 13 b. Guru harus menampung semua pendapat-pendapat peserta didik dan membimbingnya untuk memperbaiki/mengkoreksi pengucapan kalimat/kata yang kurang tepat, tanpa membuat peseta didik malu/patah semangat c. Biasakan mengoreksi setelah peserta didik selesai mengungkapkan pendapatnya (apa yang dia ketahui) jangan memotongnya langsung ketika peserta didik sedang bicara. d. Ajukan beberapa pertanyaan yang dapat merangsang peserta didik untuk bertanya dan berdiskusi. e. Guru selalu memberikan kata-kata pujian/penyemangat, setiap peserta didik mengemukakan pendapatnya. 4. Mengasosiasikan/Mengolah Infomasi/ Menalar (Associating) Associating/mengasosiasi/mengolah informasi/menalar dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperiman maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan belajarnya adalah sebagi berikut: a. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. 5. Mengomunikasikan Kegiatan mengomunikasikan dalam pembelajaran dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan bedasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

10 14 Kegiatan dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola Kelebihan Pendekatan Saintifik 1. Membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan santifik secara benar. 2. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran Kekurangan Pendekatan Saintifik 1. Konsep pendekatan saintifik masih belum dipahami, apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan. Perlu adanya sosialisasi untuk pengajar agar konsep pendekatan saintifik dapat di[ahami dengan baik sehingga pengajar dapat menerapkan pendekatan saintifik sesuai dengan prosedur. Selain itu pengajar juga bisa mencari informasi tentang pendekatan saintifik dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, website atau teman sejawat agar dapat dijadikan referensi dalam mengajar. 2. Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama untuk mewujudkan semua tahapan-tahapan yang ada pada pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik cenderung lebih lama, hal ini disebabkan proses kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa. Siswa mencari sendiri jawaban dari materi pelajaran yang disampaikan, perlu adanya tindakan agar pembelajaran tidak lama. Tindakan yang dapat dilakukan guru dalam menghemat waktu pembelajaran adalah dengan mempersiapkan pembelajaran sebaik mungkin, guru harus merancang pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dengan perencanaan yang matang diharapkan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama dan pembelajaran menjadi lebih efektif.

11 Hasil Belajar Hakikat Hasil Belajar Menurut Agus Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresepsi dan keterampilan. Hasil belajar menurut Gagne & Briggs (1979:51) dalam Jamil Siprihatiningrum (2013:37) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (leaner sperformance). Menurut Sudjana (2011), hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya menurut Ahmad Susanto (2013), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar yang sering disebut dengan scholastic achievement atau academic achievement adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Sumarno, 2010). Hamalik (2002) menyatakan bahwa, perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mendapat pengajaran guru yang berupa nilai dan perubahan sikap yang diperoleh melalui proses belajar dan tes tertulis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Suryabrata (2010:233) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, digolongkan menjadi faktor fisiologis dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri pelajar, digolongkan menjadi faktor nonsosial dan faktor sosial.

12 16 1. Faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis dibedakan menjadi dua macam, yaitu: jasmani pada umumnya, dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. (Suryabrata, 2010:235). Jasmani memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap proses belajar siswa. Keadaan jasmani yang sehat dan segar akan mempermudah siswa dalam menerima pelajaran dibandingkan keadaan jasmani yang kurang sehat. Sedangkan fungsi-fungsi fisiologis tertentu seperti pancaindera juga memiliki pengaruh terhadap pehaman siswa dalam menerima materi pelajaran. Suryabrata (2010:236) mengemukakan bahwa baiknya berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam proses belajar, pancaindera yang memiliki peran penting adalah mata dan telinga. Melalui mata siswa dapat melihat berbagai hal baru yang sebelumnya tidak ia ketahui dan dengan telinga siswa mampu mendengarkan berbagai informasi yang dapat menjadi sumber belajar. 2. Faktor psikologi Faktor psikologi atau kejiwaan dalam diri individu memiliki peranan dalam mendorong siswa untuk menerima materi pembelajaran. Suryabrata, 2010:236 mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah:1) adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; 2) adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju; 3) adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orangtua, guru, dan teman-teman; 4) adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi; 5)adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran; 6) adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. 3. Faktor nonsosial Beberapa faktor nonsosial yang dapat mempengaruhi proses belajar menurut Suryabrata (2010:233) adalah keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya),

13 17 alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis-menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut sebagai alat pelajaran). Keadaan-keadaan seperti yang dikemukan diatas akan mempengaruhi suasana belajar siswa, sehingga konsentrasi dalam memperhatikan materi dapat terganggu yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. 4. Faktor sosial Suryabrata (2010:234) menyatakan yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial disini adalah faktor manusia (hubungan manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Keberadaan atau kehadiran seseorang dapat mempengaruhi konsentrasi siswa dalam proses belajar. Hubungan yang terjalin diantara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru menunjukan hubungan sosial yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Namun keadaan sosial yang tidak baik, seperti keributan yang terjadi di dalam kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung dapat mengganggu konsentrasi siswa dalam memahami dan menerima materi belajar yang disampaikan. Faktor-faktor yang telah dikemukakan tersebut akan mempengaruhi proses belajar yang dilakukan siswa yang akan berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Tinggi dan rendah nya hasil belajar yang diperoleh siswa berkaitan dengan faktor yang mempengaruhinya. Sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 1) Kognitif Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu evaluasi.

14 18 2) Afektif Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Menurut Uno (2006:41), ada lima tingkat afeksi dari yang paling sederhana sampe ke yang kompleks, yaitu 1) kemauan menerima, 2) kemauan menanggapi, 3) berkeyakinan, 4) penerapan karya, 5) ketekunan dan ketelitian. Sedangkan menurut Depdiknas (2004:7), aspek kognitif yang bisa dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat, nilai, dan konsep diri. a. Sikap Sikap adalah peranan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek ini bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. b. Minat Minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatau mata pelajaran. b. Nilai Nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan, misalnya keyakinan akan kemampuan siswa. Nilai menjadi pengatur penting dari minat, sikap, dan kepuasan. c. Konsep diri Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang karier siswa, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, maka bisa dipilih alternatif karier yang tepat bagi siswa. 3) Psikomotorik Ranah psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atau motorik. Ranah psikomotorik ini juga mempunyai tingkatan, dari urutan yang paling sedehana ke yang paling kompleks, yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.

15 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Banyak penelitian yang mengkaji tentang penerapan pendekatan saintifik dari berbagai kalangan. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang mengkaji tentang penerapan pendekatan saintifik. Penelitian yang dilakukan Arifudin Hidayat yang berjudul Penerapan Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Peningkatan Prestasi Belajar Kelas 1B SD N 1 Bsntul Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI kelas 1B SD N Bantul secara garis besar tahap-tahap pada pendekatan saintifik seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membentuk jejaring sudah dilaksanakan sepenuhnya dengan baik. 2) Adanya peningkatan prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa kelas 1B SD N Bantul dalam pembelajaran PAI setelah menerapkan pendekatan saintifik. Pada ranah kognitif sudah bisa dibuktikan pada persentase ketuntasan dari pra tindakan, post test siklus I sampai post test siklus 11 yaitu dari hasil yang tidak baik (14,81%), cukup baik (62,96%) menjadi baik (77,78%). Sedangkan prestasi belajar ranah afektif bisa dibuktikan dari nilai rata-rata seluruh aspek pada siklus I ke siklus II yaitu dari hasil yang cukup (2,44) menjadi baik (2,99). Dinsi Marlenawati, 2014 dalam penelitiannya yang berjudul Pendekatan saintifik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 113 Bengkulu Selatan. Hasil observasi aktivitas guru menunjukkan bahwa pada siklus I mencapai skor 29 dengan kriteria cukup. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil sebesar 34 dengan kategori baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I sebesar 28,5 dengan kriteria cukup. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 34, dengan kategori baik. Hasil belajar ranah kognitif siklus I dengan rata-rata 64,84 ketuntasan klasikal 84,00%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar khususnya siswa kelas V SD Negeri 113 Bengkulu Selatan. Azhar Sulistiyono, 2014 dengan judul penelitian Penerapan Pendekatan Saintifik dengan media realia untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD N Blotongan 03 Kecamatan Sidoharjo Kota Salatiga Semester II tahun

16 20 Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V semester II tahun pelajaran 2013/2014. Melalui pendekatan saintifik dengan media realia terlihat hasil perbandingan antar siklus yakni ketuntasan belajar klasikal pada kondisi pra siklus 41%, skor rata-rata sebesar 55, skor maksimal sebesar 87, skor minimal sebesar 30. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal sebesar 81%, skor rata-rata 71, skor maksimal sebesar 95, dan skor minimal sebesar 50. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal pada siklus II sebesar 93%, skor rata-rata sebesar 80, skor maksimal sebesar 100, dan skor minimal sebesar 56. Ketiga penelitian di atas menjadi referensi dalam penelitian ini untuk dapat mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan pembelajaran dengan tahapan 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan), sehingga menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang bermakna menjadikan siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Perlu adanya tindakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menjadikan pembelajaran yang bermakna. Penelitian ini bertujuan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik, agar siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik sehingga hasil belajar (kognitif) siswa kelas IVB SD Negeri Getasan yang semula masih rendah dapat meningkat.

17 Kerangka Pikir Bila dilihat dari proses kegiatan belajar mengajar yang sudah dilaksanakan di SD Negeri Getasan dimana sekolah ini menggunakan kurikulum 2013, bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran kurang sesuai dengan langkah-langkah pendekatan saintifk. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV terdapat beberapa masalah yang dihadapi di SD Negeri Getasan yaitu: (1) kegiatan pembelajaran tematik yang berlangsung masih kurang optimal, guru belum sepenuhnya memadukan berbagai materi pelajaran ke dalam tema yang ditentukan, (2) siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, (3) terdapat beberapa siswa yang tidak lulus KKM. Proses pembelajaran yang diharapkan dalam pendekatan saintifk adalah pembelajaran berpusat pada siswa, dengan pengamatan yang dilakukan siswa secara langsung sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajarnya sendiri. Selain itu pembelajaran menjadi lebih bermakna dengan adanya interaksi langsung yang dilakukan antara guru dengan siswa dan siswa dapat seluasa untuk bertanya dan mengkomunikasikan apa yang dipikirannya. Peneliti menerapkan pendekatan saintifik di kelas IVB dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menerapkan pendekatan saintifik sesuai dengan langkah pembelajaran yang sudah ditetapkan. Kerangka pikir dalam penelitian yang berjudul Mengoptimalkan Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Tema Makananku Sehat Dan Bergizi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IVB SD Negeri Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016 adalah sebagai berikut:

18 22 KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR Belum menerapkan Pendekatan Saintifik Menerapkan Pendekatan Saintifik Hasil belajar siswa masih rendah Siklus I TINDAKAN Siklus II Setelah menerapkan Pendekatan Saintifik Dugaan dengan menggunakan pendekatan saintifik akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N Getasan Gambar 1 Kerangka Pikir 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis dari penelitian ini yaitu adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan pendekatan saintifik dalam tema makananku sehat dan bergizi.

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK PPT 2.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Saintifik Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC

KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Ilmiah Pembelajaran

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum merupakan salah satu unsur sumber daya pendidikan yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta

Lebih terperinci

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD? 1 BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD? Oleh : Jamaluddin, S.Kom., M.Pd Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengambil keputusan untuk mengubah (lagi) kurikulum

Lebih terperinci

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak PEMBELAJARAN BERMAKNA (MEANINGFUL LEARNING) PADA KURIKULUM 2013 (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah pentingnya menerapkan pembelajaran bermakna di kelas. Pembelajaran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Mei Fita Asri Untari mei_fita@ymail.com Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang ABSTRAK Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3a PENDEKATAN SAINTIFIK 2 PENGERTIAN (1/2) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Yang Relevan Dalam hasil penelitian yang relevan ini akan dibahas mengenai penelitian-penelitian yang telah dilakukan para peneliti terdahulu sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek

Oleh: Musringah SD Negeri 2 Durenan Kabupaten Tranggalek JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 251 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 1 SDN 1 DURENAN PADA TEMA PENGALAMANKU MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bidang strategis dalam kemajuan dan perkembangan bangsa, kemajuan suatu bangsa tidak akan lepas dari peran perkembangan sektor pendidikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Saintifik Proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik sesuai dengan konteks kurikulum 2013, terutama pada mata pelajaran IPA. Menurut Daryanto (2014), pembelajaran

Lebih terperinci

KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU

KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU KONSEP IPS TERPADU KONSEP PEMBELAJARAN TERPADU Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari,

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Oleh: M. Lazim A. PENDAHULUAN Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Permendikbud No 67 Th 2013 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan ratunya ilmu. Matematika merupakan mata pelajaran yang menuntut siswanya untuk berfikir secara logis, kritis, tekun, kreatif, inisiatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan tema sebagai dasar pembelajaran untuk mengikat materi pelajaran yang terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar terjadi ketika ada interaksi antara individu dan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan sertameningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: Wahyu Setyoasih Artikel Publikasi: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X IPS DI SMA NEGERI 3 PATI TAHUN AJARAN 2014/2015 Usulan Penelitian Diajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Sejalan dengan itu, R. Gagne dalam Susanto (2013:1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai proses mengidentifikasi perilaku peserta didik, aktivitas yang semula tidak berkaitan menjadi suatu pola yang utuh bagi

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017 PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DAN PENDEKATA KETERAMPILAN PROSES PADA MATA PELAJARAN IPA. Oka Sandya Santi Email: ida.yani37@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, BAB II Tinjauan Pustaka A. Media Pembelajaran Interaktif Media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahas Arab, media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting di dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman. Dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia yang lebih baik lagi dan berkualitas. Akibat pengaruh itupendidikan mengalami kemajuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari generasi ke generasi berikutnya, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan, nilai, moral maupun budaya dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar - mengajar. pendidikan beserta staf pengajarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar - mengajar. pendidikan beserta staf pengajarnya. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum Pendidikan 1. Pengertian Kurikulum Kurikulum dibuat untuk memperlancar proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan tujuan memperbaiki mutu dan kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan beberapa penelitian yang relevan sebagai bahan rujukan. Adapun penelitian yang relevan dimaksud adalah:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Disiplin Belajar a. Pengertian Disiplin Disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 268), pengertian disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia mendapatkan pembelajaran secara kognitif, afektif dan psikomotor yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, mahasiswa dengan guru, dosen dalam memahami, mendiskusi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi pada masa sekarang ini pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Seseorang tanpa pendidikan dianggap tidak mampu memasuki era globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bebagai usaha telah dilaksanakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Banyak hal yang ditempuh

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang menggabungkan beberapa materi pelajaran dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Kajian Teori 2.1.2. Pembelajaran Tema Berbagai Pekerjaan Pembelajaran pada tema berbagai jenis pekerjaan ini meliputi tiga mata pelajaran, yaitu IPS, IPA dan Bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Oleh: Dra. Wuwuh Asrining Surasmi, M.Pd. Dosen Universitas Terbuka UPBJJ Surabaya ABSTRAK Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci

Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek

Oleh: Ali Banowo SMP Negeri 3 Panggul Kabupaten Tranggalek 244 Ali Banowo, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Materi Menumbuhkan... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI MENUMBUHKAN KESADARAN DAN KETERIKATAN TERHADAP NORMA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Nurchafsah dan Mardiah MI Darussalam Palembang japridiah@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Dasar Berpikir melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif & menyenangkan (PAIKEM); menerapkan pendekatan ilmiah ( scientific

Dasar Berpikir melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif & menyenangkan (PAIKEM); menerapkan pendekatan ilmiah ( scientific Dasar Berpikir Seiring dengan implementasi Kurikulum 2013, guru dituntut untuk: mengubah maindsetnya dalam melaksanakan pembelejaran; menyesuaikan dan mengubah kebiasaan dalam merancang & melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang A. Kondisi Kelas dan Proses Pembelajaran Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah menciptakan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik (Majid, 2014:15). Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka

BAB II. Kajian Pustaka 5 BAB II Kajian Pustaka 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat PKn Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses belajar siswa perlu adanya motivasi yang dapat dijadikan pendorong terhadap daya serap siswa, sebab siswa diharapkan dapat menyerap materi pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara manusia untuk menggunakan akal /rasional mereka untuk jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dimasa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMP N 01 PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2015/2016 A. Analisis Implementasi

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: PRABA WAHYU HIDAYAT A

Diajukan Oleh: PRABA WAHYU HIDAYAT A PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR TEMA TEMPAT TINGGALKU PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI WINONG, PENAWANGAN, GROBOGAN TAHUN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Usulan Penelitian Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto, S (2006: 58) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang belajar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Hamalik, 2011:27). Menurut pengertian ini, belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 yang sekarang ini mulai digunakan yaitu pembelajaran tematik terpadu.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Fisika Belajar adalah proses interaksi dengan lingkungan untuk mencari wawasan dan pengalaman sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

hidup, baik secara formal, maupun non-formal.

hidup, baik secara formal, maupun non-formal. II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Seiring dengan perkembangan zaman, pengertian belajar pun mengalami banyak perkembangan. Belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian pustaka ini dipaparkan berbagai macam teori tentang Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Pembelajaran IPA itu sendiri serta Langkahlangkah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggara pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran digunakan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan istilah yang tidak asing dalam kegiatan pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hidayat (2013:111) mengemukakan bahwa kurikulum di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju apabila bangsa tersebut tidak memperhatikan bidang pendidikan. Kurikulum

Lebih terperinci

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERORIENTASI KKNI PADA MATA KULIAH EVALUASI PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA Sanusi 1), Wasilatul Murtafiah 2),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mencerdaskan dan membudayakan manusia serta mengembangkannya menjadi sumber daya yang berkualitas. Berdasarkan UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAII KEAKTIFAN BERTANYA DAN HASIL BELAJAR. SISWA KELAS IV SD MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK

PENINGKATAII KEAKTIFAN BERTANYA DAN HASIL BELAJAR. SISWA KELAS IV SD MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK .Iwnal Ilmiah Guru "COPE", No. }l/tahun XIX/Mei 2015 PENINGKATAII KEAKTIFAN BERTANYA DAN HASIL BELAJAR. SISWA KELAS IV SD MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK Siti Sugiarti Guru SDN 1 Pandowan, Galur, Kulon Progo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurangkurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPS PADA KURIKULUM 2013 DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPS PADA KURIKULUM 2013 DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPS PADA KURIKULUM 2013 DI JENJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR Oleh Safrudin Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Rokania safrudinsaf2@gmail.com Article

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah beralih fungsi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengalihan fungsi sekolah menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Unsur terpenting dalam mengajar adalah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan mampu mempercedaskan kehidupan bangsa. Seperti yang diamanatkan

Lebih terperinci