Determinan Angka Kematian Bayi di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Determinan Angka Kematian Bayi di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012)"

Transkripsi

1 Determinan Angka Kematian Bayi di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012) Mutiara Putriani Laksana dan Ahmad Syafiq 1. Program Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 2. Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok mutiaralaksana@gmail.com Abstrak Skripsi ini membahas tentang determinan kematian bayi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan menggunakan uji korelasi. Variabel independen yang dibahas dalam penelitian ini bersumber dari data SDKI 2012 meliputi faktor demografi (daerah tempat tinggal), faktor ibu dan bayi (usia ibu, pendidikan, paritas dan berat bayi lahir), dan faktor pengendalian penyakit per orangan (frekuensi ANC, penolong persalinan, Inisiasi Menyusu Dini, dan waktu kunjungan neonatal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki korelasi dengan tingginya AKB di Indonesia adalah daerah pedesaan, pendidikan tidak tamat SD/sekolah, paritas >5 anak, berat bayi lahir <2500 anak, frekuensi ANC <4 kali, penolong persalinan oleh tenaga kesehatan, dan waktu kunjungan neonatal >7hari. Determinants of Infant Mortality in Indonesia (Analysis Data Indonesia Data Health Survey in 2012) Abstract This thesis discusses about the determinants of infant mortality in Indonesia. This study use the ecological study design with correlation test. The independent variables in this study data sourced from IDHS 2012 include demographic factors (area of residence), maternal and infant factors (maternal age, education, parity and birth weight), and factor per puppets disease control (ANC frequency, birth attendants, breastfeeding early, and time of the visit neonatal). The results showed that the variables that have a high correlation with IMR per provinces is a rural area, do not complete primary school education / school, parity > 5 children, birth weight <2500 children, the frequency of ANC <4 times, auxiliary delivery by health workes, and neonatal visits > 7 days. Keywords :Ecological studies; Determinants of infant mortality; Infant mortality; dan Infant mortality rate. Pendahuluan Derajat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari indikator utama kesehatan seperti Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Derajat kesehatan suatu negara akan mempengaruhi pembangunan kesehatan di negara tersebut (Bappenas, 2009). Angka kematian bayi adalah kontributor utama untuk kematian anak. Perbaikan dalam kematian bayi dan anak adalah kontributor utama untuk meningkatkan angka harapan hidup

2 di negara-negara berkembang. Keberhasilan dalam menurunkan angka kematian bayi dapat dilihat sebagai indikator umum kemajuan suatu negara menuju hasil pembangunan manusia berdasarkan Millenium Development Goal s diantaranya akses terhadap obat-obatan, fasilitas kesehatan, air, dan sanitasi; pola kesuburan; kesehatan ibu; ibu dan gizi bayi; paparan terhadap penyakit pada ibu dan bayi; dan melek huruf perempuan (World Bank Data, 2010). Kematian bayi adalah kematian yang terjadi sebelum bayi mencapai ulang tahun yang pertama per 1000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan, 2008). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka kematian bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut. Menurut WHO, Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia adalah sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup dan AKB di Sout East Asia Region (SEAR) adalah sebesar 39 per 1000 kelahiran hidup. Perbandingan AKB Indonesia dengan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam cukup jauh tertinggal. Berdasarkan data World Development Indicators tahun 2012, AKB di Malaysia 7 per 1000 kelahiran hidup, Thailand 11 per 1000 kelahiran hidup, Filipina 23 per 1000 kelahiran hidup, dan Vietnam 18 per 1000 kelahiran hidup (UNICEF, 2013). Berdasarkan data SDKI tahun 2012, AKB di Indonesia hanya turun 2 poin dari SDKI tahun 2007, yakni dari 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun Variasi Angka Kematian Bayi (AKB) antarprovinsi masih cukup besar, dengan kematian paling tinggi terjadi di Papua Barat dan mengalami kenaikan yakni dari 64 per 1000 kelahiran hidup tahun 2007 menjadi 74 per 1000 kelahiran hidup pada tahun Lima provinsi dengan AKB tertinggi berdasarkan data SDKI 2012 ialah Papua Barat (74 per 1000 kelahiran hidup), Gorontalo (67 per 1000 kelahiran hidup), Maluku Utara (62 per 1000 kelahiran hidup), Sulawesi Barat (60 per 1000 kelahiran hidup) dan Nusa Tenggara Barat (57 per 1000 kelahiran hidup). Sedangkan, lima provinsi dengan AKB terendah berdasarkan data SDKI 2012 adalah Kalimantan Timur (21 per 1000 kelahiran hidup), DKI Jakarta (22 per 1000 kelahiran hidup), Riau (24 per 1000 kelahiran hidup), DI Yogyakarta (25 per 1000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Selatan (25 per 1000 kelahiran hidup). Menurut WHO (2003), AKB di Indonesia sebagian besar terkait dengan faktor nutrisi yaitu 53%. Adapun beberapa penyakit yang timbul akibat malnutrisi antara lain pneumonia (20%), diare (15%), dan perinatal (23%) (Kemenkes RI, 2013). Bulan pertama kehidupan

3 adalah yang paling berbahaya bagi anak. Pada tahun 2012, hampir tiga juta bayi meninggal selama bulan pertama kehidupan, sebagian besar dari penyebab yang mudah dicegah. Pneumonia, diare, dan malaria masih menjadi penyebab utama kematian anak secara global. Masalah gizi adalah hampir setengah dari kematian ini. (UNICEF, 2013). Penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengenai kelangsungan hidup anak diketahui bahwa faktor sosial ekonomi menjadi dasar dari penyebab masalah kesehatan yang ada termasuk tingginya AKB di Indonesia. Hubungan tersebut dijelaskan oleh teori Mosley and Chen dan teori Filmer. Teori Mosley and Chen (1984) mengemukakan bahwa terdapat determinan antara yang dikelompokkan menjadi 5 kategori yang berhubungan dengan determinan sosio-ekonomi, yaitu faktor ibu, faktor pencemaran lingkungan, faktor tersedianya gizi, faktor luka, dan faktor pengendalian penyakit individu. Selain teori Mosley & Chen, Filmer (2003) juga menjelaskan mengenai faktor sosial ekonomi sebagai penyebab kematian bayi. Filmer mengemukakan bahwa tingkat kematian bayi dan nutrisi yang diberikan dipengaruhi oleh sisi permintaan (sanitasi, tindakan pencegahan penyakit dalam keluarga, pendapatan, pendidikan dan pengetahuan orang tua) dan penawaran (kebijakan di tingkat mikro maupun makro). Bagian dari kebijakan di tingkat mikro maupun makro yang dinilai mempengaruhi AKB adalah implementasi kebijakannya, kapabilitas dari pemerintah daerah, dan infrastruktur serta akses dan kualitas layanan kesehatan. Pelayanan kesehatan di sini sangat penting dalam mempengaruhi outcomes kesehatan yaitu kematian anak dan tingkat nutrisi anak (Bappenas, 2009). Masih tingginya AKB di Indonesia tentunya dipengaruhi oleh variasi AKB di tiap provinsi yang masih cukup besar. Variasi AKB di tiap provinsi yang masih cukup besar dibuktikan dengan hasil SDKI tahun 2012 dimana AKB provinsi tertinggi yaitu 74 per 1000 kelahiran hidup sedangkan AKB per provinsi terendah ialah 21 per 1000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis determinan angka kematian bayi di Indonesia dengan menggunakan data sekunder SDKI tahun Tinjauan Teoritis Mosley dan Chen (1984) membagi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak menjadi dua yaitu : 1. Variabel yang dianggap eksogenus atau sosial ekonomi seperti budaya, sosial,-ekonomi, masyarakat dan faktor regional.

4 2. Variabel endogenus atau faktor biomedical seperti pola pemberian ASI, kebersihan, sanitasi dan nutrisi. Hubungan antara karakteristik sosial-ekonomi dengan angka kematian anak sangat kuat, walaupun masih merupakan Black Box mengenai mekanisme pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap angka kematian anak dalam penelitian sosial. Faktor medis yang menyebabkan kematian anak tidak dapat dimasukkan ke dalam ranah penelitian sosial, melainkan ke dalam penelitian medis. Faktor medis tersebut lebih difokuskan pada proses biologi dari penyakit seperti penyakit yang menyebabkan kematian anak (infeksi, diare, dan kurang gizi). Pendekatan variabel antara atau determinan terdekat digunakan untuk menjelaskan bagaimana sejumlah faktor sosial ekonomi dapat mempengaruhi kelangsungan hidup anak. Kunci dari pendekatan ini adalah identifikasi serangkaian determinan terdekat atau variabel antara yang secara langsung mempengaruhi risiko morbiditas dan mortalitas. Semua determinan sosial dan ekonomi harus melalui variabel antara untuk dapat mempengaruhi kelangsungan hidup anak. Variabel antara ini dikelompokkan ke dalam lima kategori : a. Faktor ibu Faktor ibu meliputi umur, paritas dan jarak kelahiran. Masing-masing faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap hasil kehamilan dan kelangsungan hidup bayi. Selain itu, dimungkinkan juga terdapat sinergisme diantara variabel-variabel faktor ibu, misalnya jarak kelahiran yang dekat ditambah dengan umur ibu yang muda (Bappenas, 2009). b. Pencemaran lingkungan Pencemaran lingkungan berkaitan dengan penularan penyakit kepada anak dan ibu. Empat kategori yang menggambarkan jalur-jalur utama penularan penyakit ke sekelompok besar penduduk meliputi : (1) Udara yang merupakan jalur penyebarluasan penyakit pernafasan dan banyak penyakit lainnya yang ditularkan melalui kontak ; (2) Makanan, air, dan jari yang merupakan jalur utama penyebarluasan diare dan penyakit usus lainnya ; (3) Kulit, tanah dan benda mati yang merupakan jalur infeksi kulit ; (4) Serangga pembawa penyakit yang menularkan penyakit parasit dan virus. Tingkat kerawanan terhadap serangan penyakit dapat juga diperkirakan dan diketahui derajatnya dengan menggunakan serangkaian indeks fisik sederhana, yang diketahui sangat erat kaitannya dengan tingkat pencemaran biologis suatu lingkungan (Bappenas, 2009).

5 c. Kekurangan gizi Kekurangan gizi berhubungan dengan kalori, protein, dan gizi mikro. Kelangsungan hidup anak tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya gizi bagi anak melainkan juga bagi ibu. Gizi dan diet ibu selama hamil akan mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Gizi ibu juga akan mempengaruhi jumlah dan kualitas gizi air susu ibu selama masa menyusui (Bappenas, 2009). d. Luka kecelakaan ataupun tidak disengaja. Luka kecelakaan sering dianggap sebagai kejadian kebetulan, namun tingkat dan pola terjadinya suatu kecelakaan dapat mencerminkan risiko lingkungan yang berbeda-beda, sesuai dengan konteks lingkungan dan sosial ekonominya (Bappenas, 2009). e. Pengendalian penyakit perorangan Salah satu komponen dalam pengendalian penyakit perorangan adalah tindakan preventif yang diambil oleh orang sehat untuk mencegah penyakit. Tindakan preventif yang dilakukan bermacam-macam meliputi tingkah laku tradisional seperti mengikuti hal tabu dalam masyarakat sesuai dengan budaya masing-masing. Tindakan preventif secara modern yang berhubungan dengan kelangsungan hidup anak antara lain imunisasi, pencegahan malaria, dan perawatan antenatal (Bappenas, 2009). Komponen kedua dalam kategori ini adalah perawatan dokter, yang berkaitan dengan usaha-usaha yang dilakukan untuk mengobati penyakit setelah timbulnya penyakit agar tidak semakin parah/berlanjut (Bappenas, 2009). Kerangka mengenai bagaimana kelima kelompok variabel antara akan dijelaskan dalam gambar 1 di bawah ini : Gambar 1. Keterkaitan Faktor Kesehatan Determinan sosioekonomi Faktor Maternal Kontaminasi Lingkungan Defisiensi Nutrisi Kecelakaan Sehat Sakit Pengendalian Penyakit secara Perorangan Pencegahan Pengobatan Gangguan Pertumbuhan Kematian

6 Metode Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi ekologi dengan pendekatan kuantitatif. Studi ekologi adalah penelitian yang menggunakan data agregat (data dari sekumpulan orang, bukan data individu) disebut sebagai penelitian ekologis. Perbandingan dapat dilakukan antar negara, antar propinsi, antar kabupaten, atau antar komunitas (Syafiq, 2010). Angka kematian bayi merupakan variabel dependen, sedangkan variabel independennya adalah daerah tempat tinggal, umur ibu, pendidikan ibu, paritas, berat bayi lahir, frekuensi ANC, penolong persalinan, Inisiasi Menyusu Dini, dan waktu kunjungan neonatal. populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah mencakup semua WUS tahun yang terpilih menjadi sampel penelitian SDKI 2012 dengan kriteria sudah pernah melahirkan yang berjumlah orang. Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji korelasi dengan koefisien korelasi rho spearmen. Data yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Semua variabel yang telah di entry dianalisis menggunakan software untuk mendapatkan gambaran persebarannya yang akan ditampilkan melalui scatter-plot. Hasil Penelitian Tabel 1 di bawah ini menggambarkan variabel dari faktor demografi (daerah tempat tinggal pedesaan), faktor ibu dan bayi (umur ibu, pendidikan ibu, paritas, dan berat bayi lahir) yang merupakan determinan kematian bayi pada tiap provinsi yang dikelompokkan menjadi provinsi yang memiliki AKB tinggi (di atas AKB Nasional) dan provinsi yang memiliki AKB rendah (di bawah/setara dengan AKB Nasional) : Tabel 1. Gambaran variabel faktor demografi, faktor ibu dan bayi pada tiap provinsi di Indonesia Provinsi AKB (Per 1000 KH) Daerah tempat tinggal perdesaan (%) Umur Risiko Tinggi (%) Pendidikan Tidak tamat SD/sekolah (%) Paritas > 5 anak (%) Berat bayi lahir <2500gr (%) AKB tinggi Papua Barat , ,6 Gorontalo 67 69,3 47,9 2,1 10,7 21,5 Maluku Utara 62 73,4 45,3 2,4 16,5 16,7 Sulawesi Barat 60 76,8 44,8 8,3 26,4 20,3 Sulawesi Tengah 58 78,2 49 4,6 16,6 15,8 Nusa Tenggara 57 59,5 44,9 10,1 11,5 15,9

7 Barat Papua 54 76,6 43,4 41,9 19,6 6,1 Kalimantan Tengah 49 66,5 44,8 3,2 10,7 11,4 Aceh 47 75,1 48,3 2, ,4 Nusa Tenggara Timur 45 82,6 53,6 4,7 24,1 19,8 Sulawesi Tenggara 45 74,7 43,6 5,5 15,4 19,6 Kalimantan Selatan 49 59,6 47,9 3,5 9,5 12 Sumatera Utara 40 48,9 50,9 1,2 16,9 12,7 Maluku ,3 14,9 Kepulauan Riau 35 19,4 46,5 3,7 7,4 7,7 Jambi 34 70,8 46,3 6,3 7,9 17,5 Sulawesi Utara 33 55,5 54,7 0,3 5,2 17 Rata-rata 50 65,5 59 6,4 16,7 15,2 AKB rendah Banten 32 32,2 48,3 4,2 12,9 11,6 Jawa tengah 32 55,8 54,8 3,2 4,8 11,6 Kalimantan Barat 31 75,8 45,5 10,2 11,6 11,7 Lampung 30 75,7 49,9 1,5 9,3 9 Jawa Barat 30 55,8 52,3 2,2 9,1 13,9 Jawa Timur 30 52,7 51 5,5 3,9 14,5 Bali 29 38,4 58,5 6,7 3,8 6,9 Bengkulu 29 74,1 49,1 3,6 9,6 10,2 Sumatera Selatan 29 66,9 46,2 1,8 8,1 11,9 Sumatera Barat 27 62,7 47,6 1,2 11,6 9,1 Bangka belitung 27 56,2 44,4 3,9 7,3 13,3 DI Yogyakarta 25 34,7 59,1 0,7 1,1 11,6 Sulawesi Selatan 25 59,5 49,9 3, ,9 Riau 24 62,1 48,1 2,8 12,4 11,1 DKI Jakarta ,1 1,5 5,4 11,9 Kalimantan Timur 21 35,8 48,4 2,1 10,9 30,3 Rata-rata 26 52,4 50,2 3,4 8,6 13,1 Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa : 1. Provinsi dengan AKB tinggi memiliki rata-rata persentase daerah perdesaan lebih tinggi yaitu sebesar 65,5% dibandingkan dengan provinsi yang memiliki AKB rendah yaitu 52,4 %. 2. Provinsi dengan AKB tinggi memiliki rata-rata persentase umur risiko tinggi lebih besar yaitu sebesar 59 % dibandingkan dengan provinsi yang memiliki AKB rendah yaitu sebesar 50,2 %.

8 3. Provinsi dengan AKB tinggi memiliki rata-rata persentase pendidikan yang tidak tamat SD/sekolah lebih besar yaitu sebesar 6,4 % dibandingkan dengan provinsi yang memiliki AKB rendah yaitu sebesar 3,4 %. 4. Provinsi dengan AKB tinggi memiliki rata-rata persentase paritas >5 anak lebih tinggi yaitu sebesar 16,7 % dibandingkan provinsi dengan AKB rendah sebesar 8,6 %. 5. Provinsi dengan AKB tinggi memiliki rata-rata persentase berat bayi lahir rendah (<2500 gr) lebih tinggi yaitu sebesar 15,2 % dibandingkan provinsi dengan AKB rendah yaitu sebesar 13,1 %. Tabel 2 di bawah ini menggambarkan variabel dari faktor pengendalian penyakit per orangan (frekuensi ANC, Penolong persalinan, Inisiasi Menyusu Dini, dan waktu kunjungan neonatal) yang merupakan determinan kematian bayi pada tiap provinsi yang dikelompokkan menjadi provinsi yang memiliki AKB tinggi dan provinsi yang memiliki AKB rendah: Tabel 2. Gambaran variabel faktor pengendalian penyakit per orangan per provinsi di Indonesia Provinsi AKB tinggi AKB (Per 1000 KH) Frekuensi ANC < 4 kali Penolong persalinan oleh nontenaga kesehatan Tidak IMD Waktu Kunjungan Neonatal > 7 hari Papua Barat 74 25, ,5 50 Gorontalo 67 28, ,5 18,4 Maluku Utara 62 21,2 22,8 46,3 36,2 Sulawesi Barat ,1 48,1 35,3 Sulawesi Tengah 58 31,4 10,9 65,7 24,2 Nusa Tenggara Barat 57 7,8 8,1 26,6 18 Papua 54 35,5 29,8 39,6 59,7 Kalimantan Tengah 49 24, ,2 31 Aceh 47 29,5 4,8 49,7 9,8 Nusa Tenggara Timur 45 15,9 21,5 28,2 37,3 Sulawesi Tenggara 45 27,2 15, ,7 Kalimantan Selatan 49 10,2 8,4 48,8 16,3 Sumatera Utara 40 25,7 4,8 82,3 21,5 Maluku ,7 60,4 19,3 Kepulauan Riau 35 13,7 2,3 47,3 25 Jambi 34 23,9 10,6 60,6 12,9 Sulawesi Utara 33 20,3 5,5 50,7 33,3 Rata-rata 50 24,4 29,9 52,3 27,1 AKB rendah Banten 32 14,1 7,2 49,6 30,2 Jawa tengah 32 5,4 2,4 47,5 15,3

9 Kalimantan Barat 31 23,9 13,3 52,6 31,2 Lampung 30 8,8 5,9 52,5 25,8 Jawa Barat ,8 40,1 24,1 Jawa Timur 30 9,1 3,2 43,1 23,8 Bali 29 6,9 0,5 43,5 21,1 Bengkulu ,3 10,1 Sumatera Selatan ,6 59,7 27,8 Sumatera Barat 27 13,7 3,8 57,8 28,9 Bangka belitung 27 12,4 4,5 42,4 14,8 DI Yogyakarta 25 2,2 0,7 42,6 2,3 Sulawesi Selatan 25 25,4 9,2 42,3 25,4 Riau 24 19,8 5,9 72,2 23,5 DKI Jakarta 22 3,2 0,3 38,3 26,2 Kalimantan Timur 21 11,9 6, ,9 Rata-rata 26 12,7 5,1 49,3 21,4 Dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa : 1. Provinsi dengan AKB tinggi memiliki rata-rata persentase frekuensi ANC < 4 lebih tinggi yaitu sebesar 24,4 % dibandingkan provinsi dengan AKB rendah sebesar 12,7 %. 2. Provinsi dengan AKB tinggi memiliki rata-rata persentase penolong persalinan oleh nontenaga kesehatan lebih tinggi yaitu sebesar 29,9 % dibandingkan provinsi dengan AKB yang rendah sebesar 5,1 %. 3. Provinsi dengan AKB tinggi memiliki rata-rata persentase tidak IMD lebih tinggi yaitu sebesar 52,3 % dibandingkan provinsi dengan AKB yang rendah sebesar 49,3 %. 4. Provinsi dengan AKB tinggi memiliki rata-rata persentase waktu kunjungan neonatal > 7 hari lebih tinggi yaitu sebesar 27,1 % dibandingkan provinsi dengan AKB yang rendah yaitu sebesar 21,4 %. Untuk melihat determinan kematian bayi yang memiliki perbedaan paling besar diantara provinsi dengan AKB tinggi dan AKB rendah dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut : Tabel 3. Perbandingan rata-rata persentase determinan kematian bayi pada kelompok AKB tinggi dan rendah Angka Kematian Bayi Determinan Delta tinggi rendah Daerah pedesaan 65,5(%) 52,4 (%) 13,1 % Usia ibu risiko tinggi 59 (%) 50,2 (%) 8,8 % Pendidikan ibu tidak tamat SD/sekolah 6,4 (%) 3,4(%) 3 % Paritas > 5 anak 16,7 (%) 8,6 (%) 8,1 %

10 Berat bayi lahir < 2500 gr 15,2 (%) 13,1(%) 2,1 % Frekuensi ANC <4 kali 24,4 (%) 12,7 (%) 11,7 % Penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan 29,9 (%) 5,1 (%) 24,8 % Inisiasi Menyusu Dini 52,3 (%) 49,3 (%) 3 % Waktu kunjungan neonatal >7 hari 27,1 (%) 21,4 (%) 5,7 % Dari tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa di hampir seluruh determinan di provinsi yang AKB nya tinggi lebih besar persentasenya dibandingkan dengan provinsi yang AKB nya rendah. Namun, terdapat perbedaan yang paling mencolok yang perbedaan persentasenya paling besar antara AKB tinggi dengan AKB rendah yaitu penolong persalinan oleh nontenaga kesehatan. Perbedaan persentase penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan antara provinsi dengan AKB tinggi dan AKB rendah sebesar 24,8%. Analisis hubungan antara angka kematian bayi tinggi/rendah dan determinan yang mempengaruhinya akan disajikan dalam bentuk scatter-plot dan korelasi serta nilai signifikansinya dianalisis dengan menggunakan uji korelasi dengan koefisien korelasi rho Spearman. Diagram scatter-plot pada masing-masing dapat dilihat di bawah ini: Faktor Demografis Faktor demografis yang digunakan dalam penelitian ialah daerah perdesaan di 33 provinsi. Dibawah ini menunjukkan diagram scatter-plot dari AKB provinsi dan daerah perdesaan : Diagram 1. Scatter-plot AKB provinsi dan Daerah Perdesaan Dari diagram 1 di atas, dapat diketahui bahwa persebaran AKB provinsi menurut daerah perdesaan itu berkumpul pada sisi kanan > 50 % daerah pedesaan. Nilai koefisien korelasi yang didapatkan adalah 0,508 yang menunjukkan korelasi kuat antara daerah perdesaan dengan AKB provinsi. Hubungan antara kedua variabel berpola positif, yang artinya semakin tinggi persentase daerah perdesaan di suatu provinsi maka semakin tinggi pula AKB

11 provinsinya. Nilai ρ 0,003 menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara daerah perdesaan dengan AKB provinsi. Faktor Ibu dan Bayi Variabel faktor ibu dan bayi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi usia ibu yaitu usia ibu risiko tinggi, pendidikan yaitu pendidikan tidak tamat SD/sekolah, paritas yaitu paritas > 5 anak, dan berat bayi lahir yaitu berat bayi lahir <2500 gr (BBLR). Diagram 2. Scatter-plot AKB provinsi dan Usia Risiko Tinggi Dari diagram 2 di atas, dapat diketahui bahwa persebaran AKB per provinsi menurut usia risiko tinggi itu menyebar yang artinya tidak ada hubungan antara usia ibu risiko tinggi dengan AKB per provinsi. Pada usia ibu risiko tinggi koefisien yang didapat bernilai negatif yaitu -0,459 yang artinya semakin tinggi AKB provinsi tersebut, semakin rendah usia risiko tinggi. Nilai-p=0,007 menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara usia ibu risiko tinggi dengan AKB provinsi. Diagram 3. Scatter-plot AKB provinsi dan Pendidikan Tidak Tamat SD/sekolah

12 Dari diagram 3 di atas, dapat mencerminkan bahwa tingkat pendidikan tidak tamat SD/sekolah di Indonesia rendah. Sebaran AKB per provinsi menyebar dengan di 0-10% pendidikan tidak tamat SD/sekolah. Nilai koefisien korelasi yang didapat adalah 0,325 yang menunjukkan korelasi sedang antara variabel pendidikan tidak tamat SD/sekolah dengan AKB provinsi. Hubungan kedua variabel berpola positif, yang artinya semakin tinggi persentase pendidikan tidak tamat SD/sekolah di suatu provinsi maka semakin tinggi pula AKB provinsinya. Namun, nilai ρ 0,065 menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan tidak tamat SD/Sekolah dengan AKB per provinsi. Diagram 4. Scatter-plot AKB provinsi dan paritas > 5 anak Dari diagram 4 di atas, dapat diketahui bahwa persebaran AKB per provinsi menurut paritas > 5 anak, untuk AKB per provinsi yang rendah plot berkumpul pada sisi kiri 5-10% paritas > 5 anak, sedangkan untuk AKB per provinsi yang tinggi plot menyebar di 5 sampai > 25 %. Nilai koefisien korelasi yang didapat adalah 0,552 yang menunjukkan korelasi kuat antara variabel paritas > 5 anak dengan AKB provinsi. Hubungan kedua variabel berpola positif, yang artinya semakin tinggi persentase perempuan yang telah memiliki >5 anak pada suatu provinsi maka semakin tinggi pula AKB per provinsinya. Nilai ρ 0,001 menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara paritas >5 anak dengan AKB per provinsi.

13 Diagram 5. Scatter-plot AKB provinsi dan Berat Bayi Lahir < 2500 gr Dari diagram 5 di atas, dapat diketahui bahwa persebaran AKB per provinsi menurut berat bayi lahir <2500 gram itu menyebar yang artinya tidak ada hubungan antara AKB per provinsi dengan berat bayi lahir <2500gr. Nilai koefisien korelasi yang didapat adalah 0,283 yang menunjukkan korelasi sedang antara variabel berat bayi lahir <2500gram dengan AKB provinsi. Hubungan kedua variabel berpola positif, yang artinya semakin tinggi persentase berat bayi lahir <2500gram pada suatu provinsi maka AKB provinsinya semakin tinggi. Namun, nilai ρ 0,111 menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persentase berat bayi lahir <2500gram dengan AKB per provinsi. Faktor Pengendalian Penyakit per Orangan Variabel dari faktor pengendalian penyakit per orangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah frekuensi ANC yaitu frekuensi ANC yang <4 kali, penolong persalinan yaitu penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu yang tidak IMD, dan waktu kunjungan neonatal yaitu waktu kunjungan neonatal >7 hari. Diagram 6. Scatter-plot AKB provinsi dan Frekuensi ANC < 4 kali

14 Dari diagram 6 di atas, dapat diketahui bahwa persebaran AKB per provinsi menurut frekuensi ANC <4 kali itu menyebar yang artinya tidak ada hubungan antara AKB per provinsi dengan frekuensi ANC <4 kali. Nilai koefisien korelasi yang didapat adalah 0,575 yang menunjukkan korelasi kuat antara variabel frekuensi ANC dengan AKB per provinsi. Hubungan kedua variabel berpola positif, yang artinya semakin tinggi persentase perempuan yang pemeriksaan ANC nya < 4 kali pada suatu provinsi maka semakin tinggi pula AKB per provinsinya. Nilai ρ 0,000 menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi ANC < 4 kali dengan AKB per provinsi. Diagram 7. Scatter-plot AKB provinsi dan Penolong Persalinan Oleh Non-Tenaga Kesehatan Dari diagram 7 di atas, dapat diketahui bahwa persebaran AKB per provinsi menurut penolong persalinan, untuk AKB per provinsi yang rendah plot berkumpul pada sisi kiri 0-10 %, sedangkan pada AKB per provinsi yang tinggi menyebar di 5-30 %. Nilai koefisien korelasi yang didapat adalah 0,527 yang menunjukkan korelasi kuat antara variabel penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan dengan AKB provinsi. Hubungan kedua variabel berpola positif, yang artinya semakin tinggi persentase persalinan yang ditolong oleh nontenaga kesehatan pada suatu provinsi maka AKB per provinsi semakin tinggi. Nilai ρ 0,002 menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara persentase penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan dengan AKB per provinsi

15 Diagram 8. Scatter-plot AKB provinsi dan tidak IMD Dari diagram 8 di atas, dapat mencerminkan cakupan IMD di Indonesia yang masih rendah. Terlihat bahwa sebaran AKB provinsi berdasarkan tidak IMD berada di 40 sampai > 60 %. Nilai koefisien korelasi yang didapat adalah 0,188 yang menunjukkan korelasi lemah/tidak ada hubungan antara variabel tidak IMD dengan AKB provinsi. Hubungan kedua variabel berpola positif, yang artinya semakin tinggi persentase perempuan tidak segera memberikan ASI setelah melahirkan (tidak melakukan IMD) pada suatu provinsi maka AKB per provinsi semakin tinggi. Namun, nilai ρ 0,294 menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persentase perempuan yang tidak melakukan IMD dengan AKB provinsi. Diagram 5.9 Scatter-plot AKB provinsi dan Waktu Kunjungan Neonatal Pertama >7 Hari Dari diagram 5.9 di atas, terlihat bahwa persebaran AKB per provinsi menurut waktu kunjungan neonatal pertama >7 hari berada di %. Nilai koefisien korelasi yang didapat adalah 0,453 yang menunjukkan korelasi sedang antara variabel kunjungan neonatal pertama >7 hari dengan AKB provinsi. Hubungan kedua variabel berpola positif, yang artinya semakin

16 tinggi persentase waktu kunjungan neonatal pertama > 7 hari pada suatu provinsi maka AKB per provinsi semakin tinggi. Nilai ρ 0,008 menunjukkan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara waktu kunjungan nonatal pertama >7 hari dengan AKB per provinsi. Pembahasan Daerah perdesaan memiliki korelasi yang kuat dengan angka kematian bayi provinsi, dan secara statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara daerah perdesaan dengan angka kematian bayi provinsi. Hal ini sesuai dengan teori Mosley (1984) bahwa risiko kematian anak dan bayi yang tinggal di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak atau bayi yang tinggal di perkotaan, karena orang tua yang tinggal di desa umumnya dianggap mempunyai pengetahuan atau kepercayaan, sikap dan nilai-nilai sosial yang berbeda dengan orang tua di kota, terutama mengenai hal-hal yang berhubungan dengan nutrisi, tentang hal-hal yang menyebabkan kontaminasi lingkungan seperti kebersihan air, makanan, penyakit menular, tentang perawatan dan pemeliharaan bayi/anak-anaknya Korelasi antara usia ibu risiko tinggi bernilai negatif (hubungan terbalik). Hal ini dikarenakan, dalam kuesioner SDKI 2012 pertanyaan tentang usia ibu adalah usia ibu saat itu, bukan usia ibu saat kematian bayi terjadi. Sehingga, usia ibu yang digunakan tidak dapat menggambarkan determinan kematian bayi pada penelitian ini. Pendidikan tidak tamat SD/sekolah memiliki korelasi sedang dengan AKB provinsi. Namun, secara statistik tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan tidak tamat SD/sekolah dengan AKB provinsi. Korelasi antara pendidikan dengan AKB per provinsi sama dengan Uchimura dan Jutting dalam Robby (2010) yang juga menemukan bahwa tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan tingkat angka kematian bayi yang tinggi atau buruk. Paritas >5 anak memiliki korelasi yang kuat dengan AKB provinsi. Hasil penelitian ini juga serupa dengan Martaadisoebrata dalam Noviani (2011) yang mengemukakan bahwa wanita yang termasuk grandemultipara sering disertai dengan penyulit, seperti kelainan letak, perdarahan antepartum, perdarahan post partum dan lain-lain. Berat bayi lahir <2500 gram memiliki korelasi yang sedang dengan AKB provinsi. Namun, secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara berat bayi lahir <2500 gram dengan AKB per provinsi. Jika dilihat dari korelasi yang didapat, maka hal ini serupa dengan yang dikemukakan Behrman, Kliegman, dan Jenson (2004)

17 bahwa bayi yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita suatu penyakit dan lebih sulit untuk didiagnosanya, sehingga menyebabkan keterlambatan dalam penatalaksanaannya. Frekuensi ANC <4 kali memiliki korelasi yang kuat dengan AKB provinsi. Secara statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi ANC dengan AKB per provinsi. Beck, Ganges, Goldman, & Long (2004) mengemukakan bahwa pemeriksaan kehamilan dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya komplikasi selama kehamilan atau pada saat persalinannya nanti. Selama perawatan kehamilan, ibu hamil perlu memiliki akses untuk dalam rangka pencegahan, pengobatan ketika dibutuhkan dan penyuluhan kesehatan termasuk pendidikan tentang tanda bahaya selama kehamilannya sehingga meminimalisir terjadinya kematian neonatal. Penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan memiliki korelasi yang kuat dengan AKB provinsi. Secara statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan dengan AKB provinsi. Menurut Bale, dkk (2003) ibu membutuhkan penolong persalinan dari tenaga kesehatan, karena penolong persalinan profesional dan terlatih sudah mampu mengenali dan mengatasi persalinan tidak maju, infeksi, dan perdarahan. Tidak IMD memiliki korelasi yang lemah/tidak ada hubungan dengan AKB provinsi itu lemah/tidak ada hubungan, dan secara statistik juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tidak IMD dengan AKB provinsi. Hal ini serupa dengan studi ekologi Chen and Walter (2004) di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara menyusui dengan angka kematian post-neonatal, dengan hasil OR yang didapat lebih rendah. Waktu kunjungan neonatal pertama >7 hari memiliki korelasi yang sedang dengan AKB provinsi. Secara statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara waktu kunjungan neonatal pertama dengan AKB provinsi. Menurut Departemen Kesehatan (2009), kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.

18 Kesimpulan 1. Variabel dari faktor demografi yang memiliki hubungan yang positif dengan AKB provinsi ialah daerah perdesaan. Semakin tinggi persentase daerah perdesaan di suatu provinsi, maka semakin tinggi pula AKB di provinsi tersebut. 2. Variabel dari faktor ibu dan bayi yang memiliki hubungan yang positif dengan AKB provinsi ialah paritas > 5 anak. Semakin tinggi persentase paritas > 5 anak di suatu provinsi, maka semakin tinggi pula AKB di provinsi tersebut. 3. Variabel dari faktor ibu dan bayi yang memiliki hubungan yang negatif dengan AKB provinsi ialah usia ibu risiko tinggi. Semakin tinggi persentase usia ibu risiko tinggi di suatu provinsi, semakin rendah AKB di provinsi tersebut. 4. Variabel dari faktor pengendalian penyakit per orangan yang memiliki hubungan yang positif dengan AKB provinsi ialah : a. Frekuensi ANC <4 kali Semakin tinggi persentase frekuensi ANC <4 kali di suatu provinsi, maka semakin tinggi pula AKB di provinsi tersebut. b. Penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan. Semakin tinggi persentase penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan di suatu provinsi, maka semakin tinggi pula AKB di provinsi tersebut. c. Waktu kunjungan neonatal pertama >7 hari. Semakin tinggi persentase waktu kunjungan neonatal pertama >7 hari di suatu provinsi, maka semakin tinggi pula AKB di provinsi tersebut. Saran 1. Untuk Kementerian Kesehatan/Dinas Kesehatan Provinsi a. Perlu dilakukan kerjasama lintas sektoral untuk mengatasi tingginya kejadian kematian bayi di perdesaan pada tiap provinsi. b. Perlunya evaluasi mengenai program Jampersal. Program Jampersal perlu ditingkatkan terutama cakupannya ke perdesaan karena berdasarkan hasil penelitian ini variabel determinan kematian bayi yang memiliki kesenjangan sangat besar antara provinsi yang AKB nya tinggi dan AKB nya rendah yaitu penolong persalinan oleh non-tenaga kesehatan. Maka dari itu, program Jampersal perlu ditingkatkan dengan syarat ibu hamil yang boleh memiliki dan menggunakan Jampersal adalah untuk kehamilan pertama dan kedua. Hal ini berdasarkan pertimbangan hasil penelitian ini

19 juga dimana masih tingginya paritas > 5 anak di tiap provinsi. Jika Jampersal diberikan kepada ibu yang memiliki paritas tinggi, maka hal itu tidak akan mengurangi risiko dan bertolak belakang dengan program KB di Indonesia. c. Perlunya peningkatan penempatan Bidan Desa dan pelatihan Desa Siaga di tiap provinsi. d. Perlunya sosialisasi pendewasaan usia nikah di tiap provinsi baik di perdesaan maupun di perkotaan. e. Perlunya sosialisasi Kontrasepsi Mantap pada tiap provinsi, untuk mengatasi tingginya paritas > 5 anak. 2. Untuk peneliti lain Perlunya melakukan penelitian dengan desain yang berbeda seperti crossectional untuk melihat pola penyebab kematian bayi di Indonesia ataupun di setiap bagian provinsi di Indonesia agar dapat menjadi masukkan bagi pemerintah setempat. Referensi Bale, JR & BJ.S. (2003). Improving Birth Outcomes :Meeting The Challenge in The Developing World. Washington DC : The National Academics Press. Bappenas. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Anak. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Beck,D; Ganges.F.Goldman, & Long.P. (2004). Care of The Newborn References Manual. Washington : Kinetik. Behrman, Kliegman, & Jenson. (2004). Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition. Peddsylvania : Saunder. Profil kematian neonatal berdasarkan sosio demografi dan kondisi ibu saat hamil di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 14 No. 4 Oktober 2011: Chen, Aimin & Walter.J.Rogan. (2004). Breastfeeding and the Risk of Postneonatal Death in the United States. Pediatrics Vol. 113 No. 5 May 1, 2004 pp. e435 -e439. Departemen Kesehatan. (2004). Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA). Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan. (2010). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensal. Jakarta : Kementerian Kesehatan H.P, Sutanto & Luknis Sabri. (2011). Statistik Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Mosley & Chen. (1984). An Analytical Framework for The Study of Child Survival in Developing Countries. Bulletin of the World Health Organization, 81 (2), Noviani. (2011). Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dengan Kejadian Kematian Neonatal Dini di Indonesia tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). Tesis FKM : Universitas Indonesia.

20 Robby. (2010). Pengaruh Pengeluaran Publik Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Terhadap Angka Kematian Bayi :Analisis Data Panel. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Syafiq, Ahmad. (2013). Angka Kematian Ibu Dan Pendidikan Perempuan Di Indonesia: Tinjauan Ekologis Provinsial. Universitas Indonesia : Kelompok studi kesehatan reproduksi FKM..(2010). Modul Metodologi Penelitian Gizi Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi : FKM UI. UNICEF. (2012). MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. diakses pada tanggal 28 Desember 2014 di website _B_Ringkasan_Kajian_MDG.pdf. (2012). Multiple Indicator Cluster Survey 2011 di Kabupaten Terpilih di Papua dan Papua Barat. Diakses pada tanggal 28 Desember 2014 di website apua_summary_-_indonesia.pdf WHO. (2005). The World Health Report 2005 : Make Every Mother and Child Count. Geneva : WHO. WHO. (2006). Neonatal and Perinatal Mortality. Prancis : WHO Press. WHO. (2010). Millenium Development Goals : Progress Towards the Health Related Millenium Development Goals. World Bank Data. (2010). Child mortality in developing countries has declined by 25 percent since Diakses pada tanggal 10 juli 2014 pada website World Bank Data. (2010). Mortality Rate. Diakses pada tanggal 10 juli 2014 pada website

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dua puluh delapan hari pertama kehidupan bayi atau periode neonatal merupakan periode kehidupan yang rawan, dimana bayi rentan terhadap penyakit dan kematian (Adetola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi,

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa tahun 2012 kematian bayi di bawah usia 5 tahun mencapai 6,6 juta jiwa atau hampir 18.000 orang setiap hari.

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dapat dinilai dari indikator derajat kesehatan masyarakat, salah satunya melalui Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDGs) 4 menargetkan penurunan angka kematian balita (AKBa) hingga dua per tiganya di tahun 2015. Berdasarkan laporan terdapat penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.000 jiwa (Wilmoth et al., 2010). Angka kematian ibu di setiap negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan ibu, menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini komplikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka Kematian Ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan

Lebih terperinci

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA Ika Setya P 1, Krisnawati Bantas 2 1 Stikes Wira Medika PPNI Bali, 2 FKM Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator penilaian status kesehatan masyarakat adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian ibu telah lama menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa melihat lama dan tempat terjadinya

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan di Indonesia saat ini adalah status kesehatan masyarakat yang masih rendah, antara lain ditandai dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi. Target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tergolong masih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah penduduk yang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator peningkatan kualitas kehidupan manusia dapat dilihat secara internasional dalam Millenium Development Goals (MDG s) yaitu bertujuan menurunkan kematian anak

Lebih terperinci

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. system kesehatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan masa yang sangat sensitif dalam kehidupan wanita, yaitu rentan terhadap timbulnya gangguan secara fisik dan mental. Perawatan kesehatan ibu selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

Penolong Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat

Penolong Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat Persalinan dan Kejadian Komplikasi Persalinan di Jawa Barat Yosita Putri Mayliana, Sutanto Priyo Hastono Yosita Putri Mayliana : Peminatan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Perinatal di Indonesia (Analisis Lanjut SDKI 2012)

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Perinatal di Indonesia (Analisis Lanjut SDKI 2012) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Perinatal di Indonesia (Analisis Lanjut SDKI 202) Gita Rinjani dan Meiwita P. Budiharsana. Biostatistic and Demography Department, Faculty of Public Health,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari. ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS Abstract: La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari ali_imran@gmail.com his article is to determine the risk factors

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini, baik itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu masih merupakan tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi permasalahan di dunia sampai saat ini. AKI dan AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting, dalam upaya meningkatkan hal tersebut khususnya para ibu-ibu hamil dituntut untuk bekerja sama

Lebih terperinci

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Liza Salawati Abstrak. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah menjadi prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal's 2015 ditetapkan.

Lebih terperinci

POLICY UPDATE WIKO SAPUTRA

POLICY UPDATE WIKO SAPUTRA POLICY UPDATE Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia WIKO SAPUTRA Peneliti Kebijakan Ekonomi dan Publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium Developmet Goals) ke 5 yaitu Meningkatkan Kesehatan Ibu, diperlukan upaya-upaya yang efektif dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan metode keluarga berencana merupakan suatu mata rantai yang berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, karena itu pembangunan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan wanita. Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan wanita. Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) adalah kematian wanita hamil atau kematian dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa mempertimbangkan umur dan jenis kehamilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri agar pencapaian derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai standar pelayanan antenatal yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Kematian bayi dengan diare di negara berkembang sekitar 18% yang artinya lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang

Lebih terperinci

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak Pendahuluan Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Oleh karena itu perhatian dan harapan yang besar perlu diberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan tahun 2005-2025 memberikan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain: ibu, bayi, anak, usia lanjut dan keluarga miskin. Adapun sasaran

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2007-2011 PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI JAKARTA 2009 KATA PENGANTAR Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum ada kesepakatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini tergolong paling tinggi di dunia. Untuk sementara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. MDGs ini

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH Supiati Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan Abstract: Age, Parity, Incidence of LBW. One indicator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memperoleh mutu pelayanan yang layak merupakan keinginan setiap individu. Hal ini menyangkut tentang kepuasaan individu dalam menerima pelayanan yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita yang ada di dunia. Dalam melewati proses kehamilan seseorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa depan suatu bangsa dipengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak dipengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, postpartum (nifas), BBL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI di Indonesia antara lain meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5) 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan < 2500 gram. BBLR merupakan salah satu indikator untuk melihat bagaimana status kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016

Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016 Lampiran Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Kesehatan Keluarga TA 2016 Lampiran Perjanjian Kinerja Direktur Kesehatan Keluarga dengan Dirjen Kesehatan Masyarakat. Lampiran, Cakupan Indikator Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan peradangan atau infeksi pada bronkiolus dan alveolus di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan Ball,2003). Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan sekaligus upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun bayi (Depkes, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah cara yang paling efektif dan murah untuk menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di bawah enam bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita dimana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisik, psikologis dan sosial. Setiap kehamilan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BBLR penting diperhatikan karena sangat erat berkaitan dengan kelangsungan hidup bayi tersebut selanjutnya. BBLR akan meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan nasional secara menyeluruh. Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikandungnya. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masih tinggi Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELANGSUNGAN HIDUP BAYI YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2012 ABSTRACT

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELANGSUNGAN HIDUP BAYI YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2012 ABSTRACT FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELANGSUNGAN HIDUP BAYI YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2012 Anastasya Napitupulu 1, Yusniwarti Yusad 2, Abdul Jalil 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komplikasi persalinan pada ibu dan bayi baru lahir sebagai faktor penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam pertolongan persalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan terhadap kesehatan bayi baru lahir tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan terhadap ibu hamil, pelayanan persalinan serta pelayanan kesehatan bayi tersebut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Kepala Pusat Data dan Informasi. DR. Bambang Hartono, SKM, MSc. NIP KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi termasuk dalam masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan Antenatal Care (ANC) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.(yulaikhah, 2010) Tujuan asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU dr. Budihardja, DTM&H, MPH Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA Disampaikan pada Pertemuan Teknis Program Kesehatan Ibu Bandung,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian anak merupakan salah satu indikator untuk kesehatan anak dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals (MDGs) berakhir pada tahun 2015,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tahun 2003 di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen kesehatan pada periode 2005-2009.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini diketahui secara umum bahwa bayi sehat antara minggu

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini diketahui secara umum bahwa bayi sehat antara minggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini diketahui secara umum bahwa bayi sehat antara 32-37 minggu gestasi, dengan berat lahir antara 1,7-2,5 kg, tidak memerlukan perawatan otomatis di NICU (Neonatal

Lebih terperinci