TANGGAPAN MAHASISWA ANGKATAN 2013 JURUSAN PERHOTELAN - STIPAR TERHADAP PENGGUNAAN METODE HAFALAN PADA MATA KULIAH BAHASA JEPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TANGGAPAN MAHASISWA ANGKATAN 2013 JURUSAN PERHOTELAN - STIPAR TERHADAP PENGGUNAAN METODE HAFALAN PADA MATA KULIAH BAHASA JEPANG"

Transkripsi

1 TANGGAPAN MAHASISWA ANGKATAN 2013 JURUSAN PERHOTELAN - STIPAR TERHADAP PENGGUNAAN METODE HAFALAN PADA MATA KULIAH BAHASA JEPANG Merri Silvia Basri Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan pembelajar bahasa Jepang khusuanya mahasiswa angkatan 2013 jurusan perhotelan-stipar terhadap penerapan metode hafalan pada mata kuliah bahasa Jepang.Metode ini merupakan salah satu metode konvensional yang dirasa cukup efektif digunakan untuk meningkatkan penguasaan bahasa asing dengan cepat dan dalam waktu yang cukup singkat.melalui tulisan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keefektifan penerapan metode ini ditilik dari sisi mahasiswa selaku objek utama yang menjadi pelaku penerapan metode hafalan.dengan demikian, tulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam menemukan metode belajar yang sesuai dengan kondisi atau karakter mahasiswa namun juga dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Katakunci: tanggapan mahasiswa, mata kuliah bahasa Jepang, metode hafalan Pendahuluan Setiap guru atau dosen memiliki kepribadian keguruan yang unik.tidak ada dua guru yang memiliki kepribadian keguruan yang sama. Sebagaimana halnya dalam belajar, setiap orang memiliki modalitas mengajar yang dominan. Modalitas mengajar guru biasanya sama dengan modalitas belajarnya. Guru ataudosen yang cenderung visual biasanya ketika dia menjadi pelajar merupakan pelajar yang visual pula. Guru atau dosen yang berorientasi untuk kepentingan siswa tertentu tidak akan menuruti kecenderungan modalitasnya didalam mengajar, tetapi akan memperhatikan modalitas siswanya didalam belajar. Sebagian siswa mungkin memiliki modalitas belajar yang sama dengan guru, tapi mungkin banyak yang tidak sama. Apabila guru menuruti modalitasnya dalam mengajar, maka siswa yang modalitasnya tidak sama dengan guru mungkin tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan atau mendapat tantangan yang besar dalam mempelajari bahan pelajaran,sebab secara harfiah mereka memproses dunia melalui bahasa yang berbeda dengan guru. Menurut Sudjana (2013:76), metode adalah cara yang digunakan guru dalam hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan mengajar sangat penting.metode yang sama tidak akan membuahkan hasil yang sama di tangan guru dan dosen yang berbeda.suatu metode yang dianggap kurang baik oleh sebahagian guru atau dosen bisa jadi merupakan metode yang baik 1

2 ditangan sebagian dosen atau guru yang lain.sebaliknya suatu metode dianggap baikpun akan menjadi buruk jika tidak dikuasai teknik dan pelaksanaannya. Metode pengajaran yang baik juga perlu dipertimbangkan dalam pengajaran Bahasa Jepang sebagai salah satu mata kuliah bahasa asing.mata kuliah bahasa Jepang adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus di ambil oleh mahasiswa Jurusan Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Riau. Mata kuliah ini dipelajari selama dua semester,yaitu pada semester IV dan semester V.Mata kuliah ini diajarkan pada mahasiswa dengan tujuan agar mereka memiliki bekal kemampuanberbahasa asing khususnya bahasa Jepang sebagai tambahan kemampuan berbahasa asing selain bahasa Inggris. Selain itu, mata kuliah bahasa Jepang juga perlu dipelajari karena berguna sebagai alat komunikasi di dunia perhotelan nantinya. Bahasa Jepang sebagai salah satu mata kuliah yang harus diikuti memuat sejumlah materi pembelajaran yang berkaitan dengan kompetensi membaca,menulis,menghafal dan menerjemahkan.tentunya untuk mencapai kompetensitersebut, siswa diharapkan dapat menguasai sejumlah materi yang dibebankan dalam mata kuliah ini. Selain itu, dosen juga harus memiliki metode pengajaran yang tepat agar standar kompetensi mahasiswa tercapai sebagaimana yang diharapkan. Pemberian tugas untuk menghafal huruf Jepang seperti huruf hiragana dan kosa kata adalah salah satu metode yang dilakukan guru atau dosen untuk mempercepat penguasaan materi hiragana dan kosa kata.menurut Zuhairini (1993) menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar dan seperti apa adanya.metode ini dilaksanakan dengan cara memberikan bahan ajar berupa materi hiragana dan kosakata yang kemudian akan dihapalkan oleh mahasiswa. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan dapat menguasai Bahasa Jepang tingkat dasar sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Metode ini adalah salah satu metode konvensional dalam pengajaran bahasa asing dan guna mendapatkan metode mengajar yang tepat, maka perlu kiranya untuk meminta tanggapan langsung mahasiswa terhadap penggunaan metode hafalan yang selama ini diterapkan.dengan adanya penelitian mengenai penerapan metode hafalan terhadap perkuliahan bahasa Jepang, maka diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat guna agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Permasalahan Berdasarkan penjelasan pada bagian pendahuluan, dapat diketahui bahwa diperlukan metode mengajar yang tepat agar mahasiswa dapat menguasai pelajaran dengan baik dan cepat.metode hafalan adalah metode yang dianggap cukup tepat untuk menguasai bahasa Jepang dalam waktu yang relatif singkat dan dengan hasil yang cukup baik.oleh karena itu, rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap mata kuliah bahasa Jepang, bagaimana tanggapan mereka terhadap penerapan metode hafalansebagai metode pembelajaran, dan hal positif apasajakah yang diperoleh dari penerapan metode tersebut? 2

3 Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada tanggapan mahasiswa terhadap metode hafalan.masing-masing metode pasti memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru dan dosen untuk memilih berbagai metode mengajar yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik.metode-metode mengajar ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah yang kecil.ada juga yang tepat digunakan didalam kelas atau diluar kelas.metode-metode tersebut diantaranya adalah metode ceramah, metode tanyajawab, metode diskusi, metode hafalan, dan lain-lain.metode mengajar yang diterapkan pada penelitian ini adalah metode hafalan.menurut Suryabrata (2010:45), istilah menghafal disebut juga mencamkandengan sengaja dan dihendaki dengan sadar sungguh-sungguh untuk mencamkan sesuatu.dikatakan dengan sadar dan sunguh-sunguh karena ada pula mencamkan yang tidak sengaja dalam memperoleh suatu pengetahuan. Menurut Asmani (2011:128), menghafal itu memberikan beberapa manfaat antara lain a) berpengaruh besar terhadap keilmuan seseorang untuk memperdalam dan pengembangan pemikiran secara lebih luas, b) seseorang bisa langsung menarik kembali ilmu setiap saat,dimanapun dan kapanpun, c) siswa yang hafal dapat menangkap dengan cepat yang diajarkan, d) aspek hafalan memegang peranan penting untuk mengendapkan ilmu dan mengkristalkanya dalam pikiran dan hati dan meningkatkannya secara akserelatif dan massif, e) hafalan menjadi pondasi dalam mengadakan komunikasi interaktif dalam bentuk debat dan sebagainya, f) dapat membantu penguasaan,pemiliharaan dan pengembangan ilmu, dan g) dengan metode hafalan, pemahaman bisa dibangun dan analisis bisa dikembangkan dengan akurat dan intensif. Dari keterangan diatas akan diulas angket berisi tanggapan mahasiswa terhadap penerapan metode hafalan dan hal positif atau manfaat yang diperoleh dari penerapan metode tersebut. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penggambaran secara kualitatif fakta, data, atau objek material yang bukan berupa rangkaian angka, melainkan berupa ungkapan bahasa atau wacana (apapun itu bentuknya) melalui interpretasi yang tepat dan sistematis (Wibowo, 2011). Objek pada penelitian ini adalah 25 orang mahasiswa angkatan 2013 Jurusan Perhotelan- STIPAR.Objek penelitian ini dipilih karena mahasiswa angkatan 2013 Jurusan Perhotelan-STIPAR tengah mempelajari Bahasa Jepang dengan menerapkan metode hafalan sebagai metode pembelajaran. Pada penelitian ini, angket dipilih sebagai instrumen penelitian yang digunakan. Instrumen ini dipilih karena dianggap sangat efektif untuk mengumpulkan informasi mengenai tanggapan mahasiswa angkatan 2013 Jurusan Perhotelan-STIPAR terhadap perkuliahan Bahasa Jepang yang mereka ikuti, penerapan metode hafalan dan hal positif yang mereka peroleh dari penerapan metode tersebut. Angket dalam penelitian ini terdiri dari 9 pernyataan dan merupakan angket tertutup yang menyediakan tiga alternatif jawaban, yaitu iya, biasa saja, dan tidak.adapun hasil jawaban angket akan dihitung persentasenya 3

4 dan dideskripsikan dalam tiga kategori, yaitu 1) tanggapan mengenai mata kuliah Bahasa Jepang, 2) tanggapan mengenai metode hafalan pada mata kuliah Bahasa Jepang, dan 3) tanggapan mengenai hal positif yang diperoleh dari penerapan metode hafalan. Pembahasan Hasil jawaban angket yang diperoleh akan dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus persentase yang mana jumlah jawaban mahasiswa akan dibagi dengan jumlah keseluruhan mahasiswa lalu kemudian dikalikan 100%. Hasil angket ini akan interpretasikan dan diuraikan dalam tiga kategori untuk menjawab rumusan masalah mengenai tanggapan mahasiswa terhadap perkuliahan bahasa Jepang, tanggapan terhadap penerapan metode hafalan, dan hal positif yang didapatkan dari penerapan metode tersebut. 1. Tanggapan Mahasiswa terhadap Mata Kuliah Bahasa Jepang Untuk menjawab rumusan masalah tentang bagaimanakah tanggapan mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Jepang, maka akan dideskripsikan jawabannya dari angket yang telah disebarkan. Jawaban yang diberikan mahasiswa akan dianalisis dan dijabarkan untuk mengetahui persentase pada tiaptiap butir pertanyaan. a. Mata kuliah Bahasa Jepang sebagai mata kuliah yang sulit. Tanggapan mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Jepang sebagai mata kuliah yang sulit dapat dilihat dari jawaban angket sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Pertanyaan Angket No. 1 Menurut Anda apakah kuliah Mahasiswa % Mahasiswa % Mahasiswa % Bahasa Jepang itu sulit? 2 8% 9 36% 14 56% Dari tabel di atas, hasil angket menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlahmahasiswa (56%) menyatakan bahwa Bahasa Jepang adalah mata kuliah yang tidak terlalu sulit.adapun sebagian lainnya (36%) menyatakan bahwa mata kuliah ini tidak sulit.hasil penjumlahan dari total mahasiswa yang menyatakan Bahasa Jepang sebagai mata kuliah yang tidak sulit dan biasa-biasa saja adalah 92%. Itu artinya sebagian besar mahasiswa tidak menganggap mata kuliah Bahasa Jepang sebagai mata kuliah yang sulit.dengan demikian, hanya sebagian kecil atau hanya 8% saja, mahasiswa yang beranggapan bahwa Bahasa Jepang adalah mata kuliah yang sulit. b. Mahasiswa sering menemukan kesulitan pada perkuliahan Bahasa Jepang. Adapun tanggapan mahasiswa mengenai kecenderungan mereka mengalami kesulitan dalam mempelajari Bahasa Jepang dapat dilihat pada tabel berikut: 4

5 Tabel 2. Hasil Pertanyaan Angket No. 2 Apakah Anda sering menemukan Mahasiswa % Mahasiswa % Mahasiswa % kesulitan pada perkuliahan Bahasa Jepang ini? 2 8% 11 44% 12 48% Dari tabel di atas, hasil angket menunjukkan bahwa hampir separuh jumlah mahasiswa (48%) menyatakan bahwa mereka menganggap mata kuliah bahasa Jepang sebagai mata kuliah yang tidak mudah namun juga tidak sulit. Adapun hampir setengah lainnya (44%) menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya kesulitan dalam mempelajari atau dalam melaksanakan proses perkuliahan Bahasa Jepang. Hanya sebagian kecil dari total keseluruhan mahasiswa yang sering mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan Bahasa Jepang. Total penjumlahan persentase mayoritas mendapatkan hasil bahwa hampir seluruh mahasiswa tidak atau jarang mendapati kesulitan pada perkuliahan Bahasa Jepang dan hanya sebagian kecil saja yang sering menemui kesulitan dalam mengikuti perkuliahan tersebut. c. Mata Kuliah Bahasa Jepang sebelumnya terkesan membosankan. Kesan setelah proses perkuliahandilaksanakanjuga perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, berikut akan diuraikan tentang tanggapan mengenai kesan perkuliahan Bahasa Jepang. Tabel 3. Hasil Pertanyaan Angket No. 3 Menurut Anda sebelumnya Mahasiswa % Mahasiswa % Mahasiswa % mata kuliah Bahasa Jepang ini membosankan? 7 28% 11 44% 7 28% Hasil angket pada tabel diatas menunjukkan interpretasi yang cukup beragam.hampir separuh jumlah mahasiswa (44%) menyatakan sebelum mengikuti perkuliahan bahasa Jepang, kesan mereka terhadap mata kuliah ini adalah sebagai mata kuliah yang menarik atau tidak membosankan. artinya mereka memiliki kesan positif terhadap mata kuliah bahasa Jepang.Sebagian lainnya memiliki pendapat yang berbeda.28% dari jumlah total mahasisa menyatakan bahwa kesan sebelumnya terhadap mata kuliah Bahasa Jepang adalah mata kuliah yang tidak menarik atau membosankan. Artinya mereka kurang tertarik dengan mata kuliah tersebut.adapun mahasiswa yang menyatakan tidak memiliki kesan mendalam terhadap perkuliahan Bahasa Jepang memiliki jumlah persentase yang sama dengan yang menyatakan bahasa Jepang sebagai mata kuliah yang membosankan sebagai kesan awal yaitu sebesar 28% atau 7 orang. 5

6 Dari jawaban angket tersebut dapat diketahui adanya perubahan kesan terhadap perkuliahan bahasa Jepang, ada yang berpendapat bahwa perkuliahan menjadi lebih menarik dan ada yang berpendapat sebaliknya. 2. Tanggapan Mahasiswa terhadap Metode Hafalan pada Mata Kuliah Bahasa Jepang Setelah melihat tanggapan mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Jepang, selanjutnya penulis akan membahas tentang tanggapan terhadap metode hafalan pada mata kuliah Bahasa Jepang sebagai jawaban dari rumusan masalah yang kedua. a. Metode hafalan cocok digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jepang Butir pertanyaan pada angket ini menanyakan tentang kesesuaian metode hafalan sebagai salah satu metode belajar yang digunakan oleh mahasiswa berdasarkan pengalaman yang mereka rasakan ketika menggunakan metode tersebut. Tabel 4.Hasil Pertanyaan Angket No. 4 Menurut Anda, apakah menggunakan metode Mahasiswa % Mahasiswa % Mahasiswa % menghapal ini cocok digunakan untuk pembelajaran Bahasa Jepang? 18 72% 1 4% 6 24% Interpretasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil angket pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu sebesar 72% dari total keseluruhan menyatakan setuju dengan pertanyaan angket. Artinya mereka berpendapat bahwa metode hafalansebagai metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran bahasa Jepang.Persentase yang menyatakan bahwa metode ini bukan merupakan metode yang tepat digunakan ada pada angka yang cukup kecil yaitu 4%, yang artinya dinyatakan oleh segelintir mahasiswa saja.pada posisi netral, terdapat angka presentase yang cukup besar yaitu 24%.Artinya, sebagian mahasiswa terkadang menganggap metode hafalan sebagai metode yang tepat dalam pembelajaran bahasa Jepang, namun terkadang juga bisa menjadi metode yang tidak tepat untuk digunakan. b. Metode menghapal lebih mudah dipahami ketika digunakan dalam mempelajari Bahasa Jepang Metode hafalan termasuk mudah diterapkan dan dianggap sebagai metode yang tepat serta lebih memudahkan mahasiswa dalam memahami pembelajaran Bahasa Jepang dasar. Oleh karena itu, tanggapan mengenai penerapan metode iniakan diinterpretasikan dari jawaban angket berikut. 6

7 Tabel 5.Hasil Pertanyaan Angket No. 5 Menurut Anda, apakah kuliah Mahasiswa % Mahasiswa % Mahasiswa % Bahasa Jepang dengan metode menghapal lebih mudah dipahami 20 80% 1 4% 4 16% Dari tabel di atas, dapat ditafsirkan bahwa 20 orang (80%) mahasiswa menyatakan mata kuliah bahasa Jepang lebih mudah dipahami dengan menggunakan metode hafalan. 4 orang (16%) mahasiswa menyatakan bahwa mereka tidak terlalu terpengaruh dengan penggunaan metode hafalan pada pembelajaran Bahasa Jepang dan hanya 1 orang (4%) mahasiswa saja yang menyatakan bahwa metode ini tidak memberikan kemudahan dalam mempelajari bahasa Jepang. c. Metode hafalan memudahkan dalam mengingat kosakata Bahasa Jepang Butir pertanyaan berikut ini menggali informasi tentang kemudahan yang didapat mahasiswa dari penerapan metode hafalan khususnya dalam hal mengingat kosakata bahasa Jepang. Tabel 6. Hasil Pertanyaan Angket No. 6 Apakah menurut Anda dengan Mahasiswa % Mahasiswa % Mahasiswa % menggunakan metode menghapal ini lebih bisa 18 72% 1 4% 6 24% menguasai kosakata? Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu sebanyak 18 orang (72%) dati total keseluruhan berpendapat dengan menggunakan metode menghapal ini mereka lebih bisa menguasai kosakata Bahasa Jepang. 6 orang (24%) mahasiswa berpendapat bahwa mereka tidak terlalu terpengaruh dengan penggunaan menerapan metode hafalan terutama dalam menguasai kosakata. Adapun yang tidak merasa mengalami perkembangan khususnya dalam penguasaan kosakata hanya berjumlah 1 orang atau 4% saja.dengan demikian, sebagian besar mahasiswa menganggap metode ini sebagai metode yang tepat khususnya dalam penguasaan kosakata dan sebagian lainnya menganggap sebaliknya. 7

8 3. Hal Positif yang Diperoleh dari Penerapan Metode Hafalan Seperti halnya yang telah diungkapkan Asmani (2011), metode hafalan memiliki beberapa manfaat bagi penggunanya.beberapa manfaat atau hal positif yang diperoleh dari penerapan metode ini akan diuraikan pada pembahasan berikut ini. Terdapat tiga butir pertanyaan angket yang akan dibahas, yaitu: a. Perkuliahan Bahasa Jepang saat ini lebih mudah dipahami dengan menggunakan metode hafalan Tanggapan mahasiswa tentang kemudahan memahami perkuliahan Bahasa Jepang dengan menggunakan metode hafalan daripada metode yang sebelumnya digunakan. Tabel 7. Hasil Pertanyaan Angket No. 7 Apakah perkuliahan Mahasiswa % Mahasiswa % Mahasiswa % dengan metode menghapal ini lebih mudah dipahami daripada sebelumnya? 15 60% 3 12% 7 28% Dari tabel di atas, dapat ditafsirkan bahwa 15 orang (60%) mahasiswa menyatakan mata kuliah bahasa Jepang lebih mudah dipahami dengan menggunakan metode hafalan daripada metode yang digunakan sebelumnya.sebagian lainnya yaitu sebanyak 7 orang (28%) mahasiswa menyatakan bahwa mereka tidak terlalu merasakan adanya perbedaan antara metode hafalan dan metode yang sebelumnya digunakan. Adapun jumlah mahasiswa yang sama sekali tidak merasakan kemudahan dari penggunaan metode hafalan pada pemahaman perkuliahan Bahasa Jepang berjumlah sebanyak 3 orang atau 12% dari total keseluruhan jumlah mahasiswa. b. Metode hafalan membantu mengasah daya ingat Tanggapan mahasiswa mengenai hal positif lainnya yang diperoleh dari penerapan metode hafalan berkaitan dengan hubungan antara metode tersebut dengan perannya dalam membantu mengasah daya ingat mahasiswa dalam mempelajari bahasa Jepang. 8

9 Tabel 8.Hasil Pertanyaan Angket No. 8 Menurut Anda, apakah dengan Mahasiswa % Mahasiswa % Mahasiswa % metode menghapal ini dapat membantu mengasah kemampuan menghapal daya ingat Anda? 19 76% 6 24% 0 0% Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa merasa terbantu dengan penerapan metode menghapal terutama dalam meningkatkan daya ingat mereka. yang setuju dengan pernyataan tersebut cukup banyak yaitu 76% atau 19 orang.namun, bertentangan dengan hal tersebut, sebagian lainnya tidak merasa jika penerapan metode hafalan ini tidak membantu mengasah kemampuan daya ingat yang mereka miliki.pada butir pertanyaan ini, tidak ada seorangpun mahasiswa yang berada pada posisi netral yaitu merasa biasa-biasa saja ketika menanggapi pertanyaan tentang adanya pengaruh metode hafalan dengan peran membantu mengasah daya ingat mereka. c. Metode hafalan dapat meningkatkan motivasi belajar Butir pertanyaan terakhir dari angket ini menanyakan tentang hal positif yang diperoleh dari penerapan metode hafalan yaitu terkaitan dengan peningkatan motivasi belajar dengan metode tersebut. Tabel 9. Hasil Pertanyaan Angket No. 9 Mahasiswa % Mahasiswa % Mahasiswa % Apakah perkuliahan dengan menggunakan metode menghapal ini dapat menambah motivasi belajar Anda? 16 64% 9 36% 0 0% Sebagian besar mahasiswa, yaitu 16 orang dari total 25 orang mahasiswa menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan motivasi belajar melalui penerapan metode hafalan.persentase dari jumlah mahasiswa yang membenarkan pernyataan tersebut cukup besar yaitu 64%.Sedangkan jumlah persentase yang bertentangan dengan jawaban sebelumnya ada pada angka 36%.Artinya 9 orang mahasiswa tidak merasa bahwa penerapan metode hafalan berperan aktif terhadap peningkatan motivasi belajar yang mereka miliki. 9

10 Penutup Dari pembahasan diatas, didapatkan beberapa hal sebagai kesimpulan.pertama, bahasa Jepang bukanlah pelajaran yang terlalu sulit bagi sebagian besar mahasiswa, namun juga bukan pelajaran yang bisa dianggap mudah.sebagian besar dari mereka juga menyatakan bahwa mereka jarang menemukan adanya kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang.Selain itu, bahasa Jepang sendiri juga sudah memiliki kesan sebagai mata kuliah yang menarik bahkan sebelum mata kuliah ini diajarkan. Selanjutnya, berdasarkan hasil angket juga dapat diketahui bahwa metode hafalan merupakan metode yang cocok digunakan khususnya dalam mempelajari bahasa Jepang dasar.penerapan metode ini menjadikan bahasa Jepang lebih mudah dipahami dan lebih memudahkan mahasiswa dalam menguasai bahasa Jepang terutama dalam menguasai kosakata. Terakhir, adapun manfaat atau hal positif yang diperoleh mahasiswa adalah sebagian besar dari mereka lebih mudah melaksanakan dan mengerti isi pembelajaran bahasa Jepang dengan menggunakan metode ini daripada beberapa metode yang sebelumnya digunakan.selain itu, daya ingat tentang pembelajaran bahasa Jepang mereka juga menjadi lebih terasah dan juga terdapat peningkatan motivasi belajar bahasa Jepang. 10

11 Daftar Pustaka Asmani, Jamal Ma mur Tips Aplikasi Pakem. Jogjakarta: Diva Press Sudjana, Nana Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press Wibowo, 2011.Manajemen Perubahan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Zuhairini, dkk Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani 11

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS I.A SD NEGERI 9 KABANGKA TAHUN AJARAN 2014/2015 Nur

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan)

Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan) Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN METODE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS 7 D SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Winda Widyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Winda Widyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah cara manusia untuk dapat berinteraksi dengan orang lain, salah satu faktor yang mendukung untuk berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penelitian banyak dilakukan guna meningkatkan kemampuan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penelitian banyak dilakukan guna meningkatkan kemampuan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Berbagai penelitian banyak dilakukan guna meningkatkan kemampuan belajar mengajar. Khususnya dalam pembelajaran bahasa Jepang. Banyak yang telah berhasil,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X.7 SMA NEGERI 1 PURWOREJO Rio Chandra Elita Wati Pendidikan Ekonomi,

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PAKEM DI MIS MAURA EL-MUMTAZTANAH SERIBU BINJAI SELATAN Athiiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Model Pembelajaran Kuis Tebak Kata Pada Mata Pelajaran PKN Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Model Pembelajaran Kuis Tebak Kata Pada Mata Pelajaran PKN Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah keseluruhan yang terintegrasi dari setiap aspek pendidikam, mulai dari input yang diproses atau ditransformasi oleh komponenkomponen pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan faktor yang penting untuk mendukung berlangsungnya sebuah komunikasi. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap perencanaan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PAKEM DENGAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN FISIKA DASAR POKOK BAHASAN MEKANIKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PAKEM DENGAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN FISIKA DASAR POKOK BAHASAN MEKANIKA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PAKEM DENGAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN FISIKA DASAR POKOK BAHASAN MEKANIKA Albert Lumbu 1, Indah Slamet Budiarti 2 1,2 Prodi Pendidikan Fisika Jurusan MIPA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh: FITRI NUR FATHONAH A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh: FITRI NUR FATHONAH A PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI STRATEGI EVERYONE IS A TEACHER HERE TEMA HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA KELAS IIC SD MUHAMMADIYAH 1 KETELAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA POWERPOINT BERBASIS VIDEO UNTUK SMA KELAS X PADA HUKUM NEWTON

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA POWERPOINT BERBASIS VIDEO UNTUK SMA KELAS X PADA HUKUM NEWTON PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA POWERPOINT BERBASIS VIDEO UNTUK SMA KELAS X PADA HUKUM NEWTON Randy Setiawan Universitas Negeri Jakarta randy_setiawan77@yahoo.co.id Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia pendidikan dituntut untuk lebih maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia pendidikan dituntut untuk lebih maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, dunia pendidikan dituntut untuk lebih maju dan berkualitas dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat bersaing di zaman modern yang penuh dengan persaingan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. jawaban pilihan berganda sebanyak 15 soal. Jenis soal terbagi ke dalam 3 bagian,

BAB IV ANALISIS DATA. jawaban pilihan berganda sebanyak 15 soal. Jenis soal terbagi ke dalam 3 bagian, 48 BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, dengan jawaban pilihan berganda sebanyak 15 soal. Jenis soal terbagi ke dalam 3 bagian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat penting dalam pembentukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari bahasa terutama bahasa asing memerlukan keterampilan khusus dan kesungguhan untuk dapat menguasainya. Setiap bahasa memiliki ciri khas tersendiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahapan yang pertama dalam metode pembelajaran Group Investigation adalah mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok. Sebelum menentukan topik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing lainnya seperti bahasa Jerman. Dengan diajarkannya bahasa Jerman peserta

BAB I PENDAHULUAN. asing lainnya seperti bahasa Jerman. Dengan diajarkannya bahasa Jerman peserta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasyah Aliyah Negeri (MAN) selain bahasa Inggris diajarkan juga bahasa asing lainnya seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jitu (zhahru al-lisan) dengan hafalan diluar kepala (zhahru al-qolb).

BAB II KAJIAN TEORI. jitu (zhahru al-lisan) dengan hafalan diluar kepala (zhahru al-qolb). BAB II KAJIAN TEORI A. Menghafal 1. Pengertian Menghafal Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha,

BAB I PENDAHULUAN. adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sains bukanlah merupakan ilmu baru dalam dunia pendidikan. Sains adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha, 2013:12). Semenjak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan terjun langsung ke lapangan dan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode adalah sebuah cara yang digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah. Dalam penelitian, metode dapat diartikan sebagai Cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan yaitu dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA GURU BK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMK TI PELITA NUSANTARA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH KINERJA GURU BK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMK TI PELITA NUSANTARA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGARUH KINERJA GURU BK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMK TI PELITA NUSANTARA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KajianTeori 2.1.1 Metode Eksperimen Menurut M. Firdaus Zarkasi (2009), dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dunia ini terdapat banyak ragam bahasa yang membuat perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Di dunia ini terdapat banyak ragam bahasa yang membuat perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini terdapat banyak ragam bahasa yang membuat perbedaan diantara suatu daerah dengan daerah lainnya ataupun suatu bangsa dengan bangsa yang lainnya.

Lebih terperinci

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian Jurnal Geografi Volume 13 No 2 (114 dari 224) Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian PEMANFAATAN PANTAI AYAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI KELAS X MATERI POKOK HIDROSFER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan olah seorang guru atau instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fadhillatunisa Salsabilla, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fadhillatunisa Salsabilla, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jepang kini merupakan salah satu bahasa asing yang banyak di pelajari di Indonesia. Namun pada kenyataan di lapangan, pembelajaran bahasa Jepang tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya sebagai ciri

Lebih terperinci

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan 98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis menyampaikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis dan penafsiran seluruh data yang diperoleh selama melakukan penelitian. Selain itu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisa 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan studi kasus dengan berorientasi pada pendekatan kualitatif. Yang dimaksud penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Menurut Sudjana (2004: 28) Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar bangsa, sebagai anggota masyarakat bahasa. Selain bahasa ibu, bahasa asing

BAB I PENDAHULUAN. antar bangsa, sebagai anggota masyarakat bahasa. Selain bahasa ibu, bahasa asing 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu perasaan, peran, maupun pendapat yang dalam prakteknya dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Kemampuan dalam

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN B. KAJIAN TEORI

A. PENDAHULUAN B. KAJIAN TEORI 2 A. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dengan terciptanya berbagai macam produk yang semakin canggih. Pendidikan juga tidak terlepas dari aspek teknologi, karena

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN 2 SEMPOR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN 2 SEMPOR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN 2 SEMPOR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Yolanda Ariska Puspitasari 1, Triyono 2, Joharman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar yang berlangsung disekolah akan berjalan dengan baik apabila terjadinya interaksi yang optimal antara siswa dan guru dalam rangka mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik, kini di Indonesia disamping diajarkan bahasa Indonesia, juga diajarkan bahasa asing seperti bahasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI. PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN MENGURUTKAN POLA WARNA DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA BATANG ANAI Mahdalena Abstrak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan

Lebih terperinci

Pengembangan Laboratorium Media Pembelajaran Berbasis Kebutuhan Sekolah

Pengembangan Laboratorium Media Pembelajaran Berbasis Kebutuhan Sekolah JPK 3 (2) (2017): 244-252 Jurnal Profesi Keguruan https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpk Pengembangan Laboratorium Media Pembelajaran Berbasis Kebutuhan Sekolah Isnarto 1), Abdurrahman 2), Sugianto

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2 198 PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN PUZZLE DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS XI.IA.3 DALAM PENGUASAAN KOSA KATA MEMBACA TEKS SPOOF PADA MAN RUKOH BANDA ACEH Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang harus diperoleh sejak dini. Dengan memperoleh pendidikan, manusia dapat meningkatkan dirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan sekaligus berhak mendapatkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan adalah meningkatkan empat aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak,

Lebih terperinci

SITI WARTINI, SMA NEGERI 2 CEPU, BLORA, JAWA TENGAH, INDONESIA SITI WARTINI. Publikasi PTK, Telp : ,

SITI WARTINI, SMA NEGERI 2 CEPU, BLORA, JAWA TENGAH, INDONESIA SITI WARTINI. Publikasi PTK, Telp : , SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING BAGI SISWA KELAS III MIM SLOGO KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desi Siti Nuraeni,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desi Siti Nuraeni,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulisan pada awalnya terdapat pada batu-batu peninggalan yang hampir semua bentuk awal lambang tulisan berupa gambar atau diagram. Sehingga sebelum ditemukannya cara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK SEJARAH MATERI TERJADINYA PERISTIWA RENGASDENGKLOK HINGGA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA UNTUK PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK SEJARAH MATERI TERJADINYA PERISTIWA RENGASDENGKLOK HINGGA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA UNTUK PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK SEJARAH MATERI TERJADINYA PERISTIWA RENGASDENGKLOK HINGGA PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA UNTUK PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA Peneliti 1 Peneliti 2 : Adityo Tri Pratsoko : M. Nur

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 NGADIREJO KECAMATAN MOJOGEDANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini haruslah kita sadari benar-benar karena bahasa adalah alat komunikasi manusia. Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Karena melalui bahasa manusia dapat mengungkapkan ide, gagasan dan dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tahapan-tahapan atau cara dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang mengandung pertanyaan, pencarian pemahaman, serta penyempurnaan jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK SOSIAL HORIZON: Jurnal Pendidikan Sosial ISSN 2407-5299 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK Rustam Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan modal utama dalam berkomunikasi. Di dunia ini tidak ada manusia yang dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan lingkungan sekelilingnya.

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tahapan-tahapan atau cara dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DALAM POKOK BAHASAN JURNAL KHUSUS PADA SISWA KELAS XI AKUNTANSI SEMESTER I SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi suatu bangsa. Dengan berjalannya sistem pendidikan yang baik, maka anak-anak sebagai generasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH. Nurismilida Dosen Koopertis Medan Surel:

ANALISIS PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH. Nurismilida Dosen Koopertis Medan Surel: ANALISIS PEMAHAMAN MAHASISWA MENGENAI PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARYA ILMIAH Nurismilida Dosen Koopertis Medan Surel: eminuris@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan

Lebih terperinci

97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang saat ini sedang dialami oleh bangsa Indonesia adalah tentang peningkatan mutu pendidikan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Surakhmad (Marpaung, 2009:42), Metode penelitian adalah cara

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Surakhmad (Marpaung, 2009:42), Metode penelitian adalah cara BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Menurut Surakhmad (Marpaung, 2009:42), Metode penelitian adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji

Lebih terperinci

APLIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TEKNIK ANIMASI 3D BERBASIS MULTIMEDIA

APLIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TEKNIK ANIMASI 3D BERBASIS MULTIMEDIA APLIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TEKNIK ANIMASI 3D BERBASIS MULTIMEDIA Triyanna Widiyaningtyas 1, I Made Wirawan 2, Ega Gefrie Febriawan 3 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Dalam rancangan penelitian ini dijelaskan mengenai jenis penelitian yang dilaksanakan ditinjau dari segi tujuan dan sifatnya. Dilihat dari judul penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mempelajari suatu bahasa, penguasaan kosakata mempunyai peranan yang sangat penting. Penguasaan kosakata akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas keterampilan

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF Aknes Triani, 2 Nur Hafsah Yunus MS, 3 Muhammad Syaeba Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Al Asyariah Mandar Aknes.Triani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu bahasa yang wajib di kuasai. Terbukti dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu bahasa yang wajib di kuasai. Terbukti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jepang merupakan bahasa asing yang nampaknya sudah menjadi salah satu bahasa yang wajib di kuasai. Terbukti dengan diterapkannya mata pelajaran bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam informasi yang diterima dari seseorang kepada orang lain. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam informasi yang diterima dari seseorang kepada orang lain. Oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi dengan manusia. Untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang tidak terlepas dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa asing, keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar meliputi 4 keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (listening

Lebih terperinci

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo. PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII SMP MA ARIF 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.3 (2016) : ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.3 (2016) : ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.2 No.3 (2016) : 147-154 ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN 2 PADANG BATUNG PADA KONSEP EKOSISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FUN LEARNING PADA PEMBELAJARAN PKn UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 20 KUMANIS KABUPATEN SIJUNJUNG

PENERAPAN METODE FUN LEARNING PADA PEMBELAJARAN PKn UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 20 KUMANIS KABUPATEN SIJUNJUNG PENERAPAN METODE FUN LEARNING PADA PEMBELAJARAN PKn UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 20 KUMANIS KABUPATEN SIJUNJUNG Zartika Darna Sulita 1, Nurharmi 2, Hendrizal 1 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalin suatu hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjalin suatu hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aqidah Akhlak adalah mata pelajaran yang menanamkan dasar keimanan pada seseorang. Aqidah akhlak merupakan keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa, kita harus memiliki empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa, kita harus memiliki empat aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk menguasai suatu bahasa, kita harus memiliki empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Begitu pula dalam hal

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA Penerapan Model Pembelajaran (Siti Sri Wulandari) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA Siti Sri Wulandari Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK Pembimbing I Oleh Haryaningsih Pendidikan Matematika NIM. 411 409 042 Pembimbing II Drs. Perry

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan berbentuk penelitian Deskriftif Kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan berbentuk penelitian Deskriftif Kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan berbentuk penelitian Deskriftif Kualitatif. Penelitian Deskriftif ( descriptive research) dimaksud untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai penjuru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan hal tersebut. Seperti halnya pada mata pelajaran Geografi yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. akan hal tersebut. Seperti halnya pada mata pelajaran Geografi yang diajarkan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan hanya dengan menempuh pendidikan tertentu maka manusia dapat menguasai

Lebih terperinci