BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi pokok gerak pada tumbuhan ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan 2 kali pertemuan untuk uji akhir THB. Penelitian ini diamati oleh dua orang pengamat, yaitu: satu orang guru biologi MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan dan satu orang mahasiswa STAIN Palangka Raya. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Satu siklus terdiri atas tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). 1. Siklus I Pertemuan I a. Perencanaan (Planning) Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu gerak pada tumbuhan, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat langkah-langkah kegiatan guru dan siswa pada proses pembelajaran, membuat lembar observasi, mempersiapkan bahan ajar yang dituangkan dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), mempersiapkan hadiah untuk memberikan 56

2 57 penghargaan pada kelompok terbaik 1, 2, dan 3, membuat tes hasil belajar siswa, menyiapkan sumber belajar, mempersiapkan daftar nama-nama kelompok belajar, mempersiapkan atribut-atribut TSTS serta menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pelaksanaan penelitian, guru bertindak sebagai pengajar seperti biasa, sedangkan pengamat pertama duduk di ujung depan dan pengamat kedua duduk di belakang. Tindakan yang dilakukan dalam tindakan siklus I adalah melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun. Ada tiga kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran ini yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan akhir. Berikut gambaran umum pembelajaran dari setiap kegiatan: 1) Kegiatan Awal Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memberikan motivasi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa, dilanjutkan dengan menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu gerak tropisme dan gerak taksis, kemudian menyampaikan indikator pencapaian dan tujuan pembelajaran yaitu menjelaskan beberapa manfaat yang dapat diperoleh siswa dari penguasaan materi dan menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan penjelasan berupa contoh-contoh

3 58 gerak pada tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari dengan sambil tanya jawab bersama siswa. 2) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti pertama-tama guru menyampaikan secara singkat materi gerak tropisme dan gerak taksis, setelah selesai menjelaskan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum mereka mengerti, selanjutnya guru menjelaskan sistem pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Kegiatan berikutnya guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang, karena kelas berjumlah 32 siswa, sehingga siswa dapat dibagi menjadi 8 kelompok. Setelah itu, guru membagikan LKPD, dan atribut TSTS. Sebelum mengerjakan LKPD, guru menentukan masing-masing kelompok yang mana nantinya siswa yang bertugas sebagai stay dan sebagai stray dan selanjutnya guru menjelaskan prosedur kerja LKPD, saat siswa mengerjakan LKPD, guru berkeliling memberikan bimbingan kepada kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah semua kelompok selesai mendiskusikan LKPD, guru memberikan isyarat bahwa TSTS dimulai, dan siswa yang bertugas sebagai stray pada masing-masing kelompok, segera bertamu ke kelompok lain dengan skema yang sudah ditentukan oleh guru. Berikut rincian jumlah kunjungan masing-

4 59 masing kelompok saat melaksanakan TSTS: kelompok 1 2 kali kunjungan (ke kelompok 2 dan 3), kelompok 2 2 kali kunjungan (ke kelompok 3 dan 4), kelompok 3 2 kali kunjungan (ke kelompok 4 dan 5), kelompok 4 2 kali kunjungan (ke kelompok 5 dan 6), kelompok 5 2 kali kunjungan (ke kelompok 6 dan 7), kelompok 6 2 kali kunjungan (ke kelompok 7 dan 8), kelompok 7 2 kali kunjungan (ke kelompok 8 dan 1), kelompok 8 2 kali kunjungan (ke kelompok 1 dan 2). Setelah mereka merasa cukup memperoleh informasi dari kelompok lain, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan hasil temuan mereka dari kelompok lain. Pada saat waktu yang direncanakan untuk kegiatan TSTS berakhir, guru memberikan isyarat kepada semua siswa untuk kembali ke kelompoknya. Guru mengundi dengan kertas seperti arisan, untuk menentukan salah satu kelompok yang akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain ada yang bertanya. 3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, dan diakhir pembelajaran, guru mengumumkan kelompok-kelompok terbaik yang mendapatkan penghargaan.

5 60 c. Pengamatan (Observing) Pengamat terdiri dari 2 orang: pengamat 1 dan pengamat 2 yang mengamati jalannya proses pembelajaran baik dalam pengelolaan pembelajaran maupun aktivitas siswa. d. Analisis Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes pada siklus I, selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan siklus II. Data secara umum dari hasil refleksi adalah sebagai berikut: Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yang dilaksanakan guru sudah baik dan dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam kegiatan pemelajaran. Namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada siklus I dan hasil yang diperoleh masih dirasa kurang dan belum maksimal. Hal ini karena pada pelaksanaan siklus I ini masih terdapat kekurangan-kekurangan antara lain sebagai berikut; siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), sehingga setiap tahap-tahap pembelajaran belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh siswa untuk belajar dan aktivitas siswa banyak terfokus pada mendengarkan atau memperhatikan penjelasan dari guru atau siswa lain serta suasana kelas menjadi sedikit gaduh saat pembentukan kelompok serta saat melakukan kegiatan TSTS, oleh karena

6 61 itu pada pertemuan selanjutnya guru harus lebih menjelaskan tentang tahapan-tahapan model Two Stay Two Stray (TSTS) khususnya pada tahapan bertamu dan menerima tamu. Siswa yang aktif dalam diskusi mengerjakan LKPD hanya sebagian, karena pembagian tugas dalam kelompok masih kurang. LKPD yang diterima dari kelompok hanya satu, sehingga menyebabkan siswa banyak yang tidak bekerja melainkan menggantungkan jawaban pada teman yang paling pintar. Dalam pelaksanaan diskusi masih banyak kelompok yang kurang berani dalam menyampaikan gagasan jawaban LKPD, sehingga guru harus dapat mengaktifkan seluruh kelompok sehingga akan didapatkan keragaman jawaban. Pada presentasi keaktifan masih didominasi kelompok tertentu saja, masih ada kelompok yang kurang aktif dalam bertanya maupun menyampaikan jawaban, oleh karena itu pada pertemuan selanjutnya harus diperhitungkan tindakan yang akan diberikan sehingga seluruh kelompok bisa lebih aktif dan tidak didominasi oleh beberapa kelompok saja. Setelah diadakan koreksi pada THB siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai tertinggi 93, nilai terendah 27 dan nilai rata-rata kelas sebesar 62,4. Hasil selengkapnya pada lampiran 3.3. Dari beberapa kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I, perlu diperbaiki lagi dan apa yang sudah baik pada siklus I perlu dipertahankan sehingga diharapkan pada perencanaan siklus II semua target awal penelitian dapat tercapai.

7 62 2. Siklus II Pertemuan II a. Perencanaan (Planning) Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini sebagai berikut: membuat program pembelajaran yaitu, RPP, LKPD, mempersiapkan lembar observasi, mempersiapkan bahan belajar, mempersiapkan hadiah untuk memberikan penghargaan pada kelompok terbaik 1, 2, dan 3, membuat tes hasil belajar siswa, mempersiapkan daftar nama-nama kelompok belajar, dan mempersiapkan atribut-atribut TSTS, serta menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) 1) Kegiatan Awal Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi, yaitu mengaitkan pelajaran sekarang tentang gerak tropisme dan taksis dengan yang terdahulu tentang gerak nasti dan autonom, memberikan motivasi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa, dilanjutkan dengan menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu gerak nasti dan gerak autonom, kemudian menyampaikan indikator pencapaian dan tujuan pembelajaran yaitu menjelaskan beberapa manfaat yang dapat diperoleh siswa dari penguasaan materi dan menggali pengetahuan awal siswa dengan menanyakan pengertian dari gerak nasti.

8 63 2) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti pertama-tama guru menyampaikan secara singkat materi gerak nasti dan gerak autonom, dan membahas sedikit tentang materi yang belum dipahami siswa dilihat dari tes hasil belajar siswa pada siklus I. selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum mereka mengerti, selanjutnya guru menjelaskan sistem pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Kegiatan berikutnya guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang, karena kelas berjumlah 32, maka terdapat 8 kelompok. Setelah itu, guru membagikan LKPD, dan atribut TSTS. Sebelum mengerjakan LKPD, guru menentukan masingmasing kelompok yang mana nantinya siswa yang bertugas sebagai stay dan sebagai stray dan selanjutnya guru menjelaskan prosedur kerja LKPD, saat siswa mengerjakan LKPD, guru berkeliling memberikan bimbingan kepada kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah semua kelompok selesai mendiskusikan LKPD, guru memberikan isyarat bahwa TSTS dimulai, dan siswa yang bertugas sebagai stray pada masing-masing kelompok, segera bertamu ke kelompok lain dengan skema yang sudah ditentukan oleh guru. Berikut rincian jumlah kunjungan masing-masing kelompok saat melaksanakan TSTS: kelompok 1 2 kali kunjungan (ke kelompok 2

9 64 dan 3), kelompok 2 2 kali kunjungan (ke kelompok 3 dan 4), kelompok 3 2 kali kunjungan (ke kelompok 4 dan 5), kelompok 4 2 kali kunjungan (ke kelompok 5 dan 6), kelompok 5 2 kali kunjungan (ke kelompok 6 dan 7), kelompok 6 2 kali kunjungan (ke kelompok 7 dan 8), kelompok 7 2 kali kunjungan (ke kelompok 8 dan 1), kelompok 8 2 kali kunjungan (ke kelompok 1 dan 2). Setelah mereka merasa cukup memperoleh informasi dari kelompok lain, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan hasil temuan mereka dari kelompok lain. Setiap kelompok tidak menggunakan jumlah maksimal yang disediakan dalam kunjungan, karena ada keterbatasan waktu dalam pembelajaran. Namun disaat ada kesulitan, guru berperan membimbing siswa. Pada saat waktu yang direncanakan untuk kegiatan TSTS berakhir, guru memberikan isyarat kepada semua siswa untuk kembali ke kelompoknya masing-masing. Guru mengundi dengan kertas seperti arisan, untuk menentukan salah satu kelompok yang akan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain ada yang bertanya. 3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, dan diakhir pembelajaran, guru mengumunkan kelompok-kelompok terbaik yang mendapatkan penghargaan.

10 65 c. Pengamatan (Observing) Pengamat mengamati jalannya proses pembelajaran baik dalam pengelolaan pembelajaran maupun aktivitas siswa. d. Analisis Refleksi Dari pengamatan yang dilakukan oleh dua orang observer, terlihat bahwa semua aspek yang diamati pada siklus II aktivitas siswa selama pembelajaran terlaksana dengan baik, yaitu siswa termotivasi untuk mempelajari materi tentang gerak nasti dan gerak autonom, siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, pada saat guru menyampaikan secara singkat materi gerak nasti dan autonom, siswa aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar. Siswa membentuk kelompok secara disiplin dan mengerjakan LKPD serta saling berdiskusi dalam kelompok. Siswa mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing, bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tamu mereka). Kembali ke kelompok secara disiplin dan melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok. Mempresentasikan hasil diskusi/memperhatikan serta aktif dalam diskusi, menyimpulkan materi (semua siswa ikut menyimpulkan materi). Dan diakhir pelajaran, siswa menerima penghargaan dengan tertib. Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung sudah baik, dimana para siswa mudah diatur dalam pembelajaran. Namun, karena memulai pelajaran

11 66 agak lambat, maka pembelajaran pun berlebih, sampai mengambil jam istirahat sekitar 10 menit. Setelah diadakan koreksi pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai tertinggi 100, nilai terendah 43 dan nilai rata-rata kelas sebesar 77.0, nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 14.6 dari siklus I. Hal ini, secara garis besar pelaksanaan siklus II berlangsung baik karena sudah meningkat dari siklus sebelumnya, dan hasilnya sudah mencapai KKM yang telah ditentukan di sekolah, dengan demikian siklus tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya, karena kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan pada siklus pertama. Tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri. 56 Hal yang dimaksud disini adalah kepuasan dari guru sendiri karena yang mengajar adalah guru sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran, mendeskripsikan aktivitas siswa dan mengukur ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran biologi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). 56 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h

12 67 1. Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Pengelolaan diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatankegiatan dengan pola tertentu. Maka pengelolaan yang dilakukan guru dengan baik akan berpengaruh pada proses belajar mengajar dan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar mengajar menjadi optimal, sehingga siswa dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya serta energi pada proses belajar mengajar. 57 Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dinilai dengan menggunakan instrumen I yaitu pengamatan pengelolaan pembelajaran, pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat yang sudah dilatih untuk mengisi lembar pengamatan pengelolaan secara benar. Data hasil penilaian pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk masing-masing pertemuan dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.1 sebagai berikut: 57 Nuryani R. Strategi Belajar Mengajar Biologi, IKIP Malang, 2005, h. 130

13 68 No I Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Aspek yang diamati Pelaksanaan Kegiatan Awal 1. Mengucapkan salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa 2. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu 3. Memotivasi siswa 4. Meyampaikan indikator/tujuan pembelajaran Skor Hasil Pengamatan Siklus II Siklus I 3,5 1 2, ,5 Rata-rata I 2,25 3, X Y Kategori ,25 2,75 2,50 2,81 Baik Kegiatan Inti 1. Menyampaikan materi dan menjelaskan sistem model pembelajaran kooperatif tipe TSTS 2. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok -kelompok. 3. Membagikan LKPD dan membimbing siswa dalam berdiskusi. 4. Memantau kegiatan siswa saat TSTS berlangsung dan mengatur siswa untuk kembali ke kelompok asal serta meminta salah satu kelompok mempresentasikan jawabannya 3 3 2,5 2 3, Rata-rata II 2,62 3,62 3,25 3,50 3,25 2,50 3,12 Baik Kegiatan Akhir 1. Menyimpulkan pelajaran 2. Melakukan evaluasi dan memberikan penghargaan 3. Pengelolaan waktu 2 3, ,00 3,75 2,00 2,92 Baik II Rata-rata III 2,83 3,00 Suasana Kelas 1. Antusiasme guru 2. Antusiasme siswa 2, ,25 3,50 3,37 Baik Rata-rata IV 2,75 4,00 Rata-rata keseluruhan 2,61 3,50 3,05 Baik

14 69 X = Rata-rata skor Y = Rata-rata selama KBM Keterangan kategori penilaian: 1,00 1,49 = kurang baik 2,50-3,49 = Baik 1,50 2, 49 = cukup baik = Sangat Baik Data hasil pengamatan pada Tabel 4.1 diketahui bahwa proses pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) termasuk kategori baik. Hal ini terlihat dari rata-rata keseluruhan sebesar 3,05. Hasil penilaian pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada siklus I menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam kegiatan awal atau pendahuluan memiliki skor pengamatan rata-rata 2,25 dengan kategori cukup baik, kemampuan guru dalam pelaksanaan KBM atau dalam kegiatan inti memiliki skor rata-rata 2,62 dengan kategori baik, dan kemampuan guru dalam kegiatan akhir atau penutup memiliki skor pengamatan rata-rata 2,83 dengan kategori baik. Data hasil penilaian pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) pada Siklus II menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam kegiatan awal atau pendahuluan memiliki skor pengamatan rata-rata 3,37 dengan kategori baik, kemampuan guru dalam pelaksanaan KBM atau dalam kegiatan inti memiliki skor rata-rata

15 70 3,62 dengan kategori sangat baik, dan kemampuan guru dalam kegiatan akhir atau penutup memiliki skor pengamatan rata-rata 3,00 dengan kategori baik. Pengamatan suasana kelas pada sisklus I mendapatkan skor rata-rata 2,75 dengan kategori baik, dan siklus II mendapatkan skor rata-rata 4,00 dengan kategori sangat baik. Suasana kelas pada siklus II ini mendapat respon yang baik dari siswa, terlihat pada saat pembelajaran antusias siswa pada pelajaran yang diajarkan guru sangat baik, karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran pada siklus I diperoleh rata-rata keseluruhan 2,61 atau penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) saat pengelolaan dikategorikan baik, selanjutnya pada siklus II diperoleh rata-rata keseluruhan 3,50 atau penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) saat pengelolaan dikategorikan sangat baik. Peningkatan penilaian terhadap pengelolaan pembelajaran yang telah dilakukan guru menunjukkan bahwa guru sudah dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) dalam setiap aspek pembelajaran yang telah dilakukan. Data pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two (TSTS) pada siklus I dan II selama KBM dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut:

16 Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir Suasana Kelas Siklus I Siklus II Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Siklus I dan II 2. Data Aktivitas Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Aktivitas siswa merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang dilakukan siswa. Kegunaan dari aktivitas siswa ini adalah untuk mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut:

17 72 Tabel 4.2 Data Aktivitas Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Aktivitas Yang Diamati 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. 2. Aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I Siklus II Rata-Rata (%) 16,09 10,31 13,20 6,72 8,12 7,42 3. Membentuk kelompok 13,44 9,84 11,64 4. Mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru. 5. Saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan LKPD. 6. Mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil mereka dengan tamu mereka). diskusi 7. Kembali ke kelompok asal disaat Two stay-two stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok. 8. Mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas. 9. Berdiskusi/menyimpulkan pelajaran antara peserta didik dengan guru. 9,22 10,16 9,69 11,09 12,03 11,56 14,06 15,16 14,61 7,66 10,78 9,22 10,16 10,63 10,39 8,12 9,53 8, Menerima penghargaan dengan tertib 3,44 3,44 3,44

18 73 Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel 4.2 di atas menunjukkan persentase aktivitas peserta didik. Hasil pengamatan pada Siklus I, yaitu mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain sebesar 16,09%, aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar sebesar 6,72%, membentuk kelompok secara disiplin sebesar 13,44%, mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru sebesar 9,22%, saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan LKPD sebesar 11,09%, mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tamu mereka) sebesar 14,06%, kembali ke kelompok asal disaat Two stay-two stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok sebesar 7,66%, mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas sebesar 10,16%, berdiskusi/menyimpulkan pelajaran antara peserta didik dengan guru sebesar 8,12%, dan menerima penghargaan dengan tertib sebesar 3, 44%. Hasil pengamatan pada Siklus II, yaitu mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain sebesar 10,31%, aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar sebesar 8,12%, membentuk kelompok secara disiplin sebesar 9,84%, mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru sebesar 10,16%, saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan

19 Persentase (%) 74 LKPD sebesar 12,03%, mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tamu mereka) sebesar 15,16%, kembali ke kelompok asal disaat Two stay-two stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok sebesar 10,78%, mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas sebesar 10,63%, berdiskusi/menyimpulkan pelajaran antara peserta didik dengan guru sebesar 9,53%, dan menerima penghargaan dengan tertib sebesar 3, 44%. Data aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) materi gerak pada tumbuhan ditunjukkan pada gambar 4.2 berikut: Siklus I Siklus II Rata-Rata Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Pada Siklus I dan II

20 75 Keterangan: 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. 2. Aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar. 3. Membentuk kelompok secara disiplin 4. Mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru. 5. Saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan LKPD. 6. Mengikuti TSTSsecara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka dengan tamu mereka). 7. Kembali ke kelompok asal disaat Two stay-two stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok. 8. Mempresentasikan/menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh kelompok di kelas. 9. Berdiskusi/menyimpulkan pelajaran antara peserta didik dengan guru. 10. Menerima penghargaan dengan tertib 3. Ketuntasan hasil belajar siswa pada Aspek Kognitif Analisis ketuntasan hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh ketuntasan hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran Biologi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Twtray (TSTS). Instrumen yang digunakan untuk mengukur ketuntasan ini adalah tes hasil belajar (THB) yang dianalisis menggunakan ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Individu dikatakan tuntas jika hasil belajarnya mencapai nilai 60, dan ketuntasan klasikal dapat dikatakan tuntas jika 85 % dari seluruh siswa mencapai nilai 60. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa adalah instrumen (THB) yaitu berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban yaitu, a, b, c, dan d yang berjumlah 31 butir soal. Pada siklus

21 76 I digunakan soal THB sebanyak 15 soal dan pada siklus II 16 soal. Data tes hasil belajar siswa ditampilkan pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Data Hasil Nilai Siswa Kelas VIII C Selatan Tahun Ajaran 2012/2013 MTsN-1 Mentaya Hilir Nilai Ketuntasan Hasil Nilai Ketuntasan No. Nama Siswa Siklus Belajar Siklus Hasil Belajar I Tuntas Tidak II Tuntas Tidak Tuntas Tuntas 1 AS AR AB AR FR HS HH IR IH KF LF MJ MKA MRP M N ML MR NJ PGR RH RR RRA RM RA SR SM SN 67 81

22 77 Ketuntasan Hasil Ketuntasan No. Nilai Belajar Nilai Hasil Belajar Nama Siswa Siklus Tuntas Tidak Siklus Tuntas Tidak I Tuntas II Tuntas 28 SR SJ TW YJ YF Jumlah Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas 11 4 Rata-rata kelas Persentase (%) ketuntasan klasikal 65.6 % 34.3 % 87.5% 12.5% Berdasarkan data hasil belajar tabel 4.3 di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 32 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar pada siklus I, hanya 21 siswa yang hasil belajarnya tuntas dan 11 orang yang masih belum tuntas, sedangkan pada pada siklus II jumlah siswa yang tuntas 28 orang dan 4 orang yang belum tuntas dalam mengikuti pembelajaran. Data tes hasil belajar pada siklus I memiliki nilai rata-rata kelas sebesar 62.4 dengan persentase ketuntasan klasikal 65.6%. Secara keseluruhan KKM yang dicapai pada siklus I sudah mencukupi rata-rata yang telah ditentukan sekolah, akan tetapi dalam proses pembelajarannya masih belum maksimal dan ketuntasan klasikal belum mencapai rata-rata yang telah ditentukan. Ketuntsan klasikal dapat dikatakan tuntas jika 85% dari seluruh siswa mencapai nilai 60. Dari data tes hasil belajar siklus I (tabel 4.3)

23 78 persentase ketuntasan klasikal belum mencapai rata-rata yang telah ditentukan, jadi pembelajaran berlanjut ke siklus II. Hasil belajar pada siklus II memiliki nilai rata-rata kelas sebesar 77.0 dengan persentase ketuntasan klasikal 87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 14.6 (dari 62.4 menjadi 77.0) sedangkan ketuntasan klasikal meningkat sebesar 21,9% (dari 65,6% menjadi 87,5%). Pada siklus II persentase ketuntasan klasikal sudah mencapai rata-rata yang telah ditentukan, hal ini menunjukkan guru mampu mengelola pembelajaran dan mengarahkan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga siswa dapat memperoleh nilai yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Pada siklus I pengelolaan pembelajaran guru masih belum maksimal sehingga berimabas pada hasil belajar siswa yang rendah, sedangkan pada siklus II guru sudah mampu mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga hasil belajar siswa meninggkat walaupun pada siklus II ini masih terdapat siswa yang tidak tuntas, ketidaktuntasan siswa tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa itu sendiri. Data peningkatan nilai rata-rata hasil belajar pada aspek kognitif peserta didik kelas VIII C MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan materi gerak pada tumbuhan dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut:

24 Ketuntasan Peserta didik Siklus I Siklus II Gambar 4.3 Diagram hasil rata-rata kelas siswa kelas VIII C MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan Siklus I dan Siklus II B. Pembahasan 1. Pengelolaan Pembelajaran Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Tugas utama guru adalah menciptakan suasana di dalam kelas agar terjadi interaksi belajar-mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu, guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar-mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan mengatur kelas. 58 Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru (penanggung jawab) dalam membantu murid sehingga dicapai kondisi optimal pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?, Jakarta: Grasindo, 1992, h Syarafuddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Quantum Teaching : Jakarta, h 118

25 80 Kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran dinilai oleh dua orang pengamat berdasarkan hasil penilaian menunjukan bahwa kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat terlaksana dengan baik. Hal ini dapat telihat dari hasil skor rata-rata pengelolaan pembelajaran yang dilakukan meliputi aspek kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir, dan suasana kegiatan belajar mengajar di kelas (Lampiran 3.1). Berdasarkan data tersebut diperoleh skor rata-rata keseluruhan aspek pengelolaan sebesar 3,00 kategori baik. Pelaksanakan aspek kegiatan awal meliputi mengucapkan salam pembuka dan mengecek kehadiran siswa mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu, memotivasi siswa, dan meyampaikan indikator/tujuan pembelajaran. Pada aspek kegiatan awal terjadi peningkatan sebesar 1.12, yaitu pada siklus I hanya mendapat nilai rata-rata 2.25 dengan kategori cukup baik. Hal ini karena pada siklus I guru terlalu tergesa-gesa, kaku dan masih dalam tahap adaptasi dengan siswa dan kondisi pembelajaran, sedangkan pada siklus II mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3.37 dengan kategori baik. Peningkatan tersebut disebabkan guru mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu secara benar dan penjelasan yang disampaikan sesuai dengan materi yang diajarkan dibanding pada siklus I guru tidak mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu, guru lebih komunikatif dalam memberikan motivasi dibanding pada siklus I yang masih pada tahap permulaan adaptasi

26 81 dengan lingkungan belajar siswa, dan pada siklus II guru menyampaikan seluruh indikator sedangkan pada siklus I guru tidak menyampaikan indikator/tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Pelaksanaan aspek kegiatan inti meliputi menyampaikan materi dan menjelaskan sistem model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok, membagikan LKPD dan membimbing siswa dalam berdiskusi, memantau kegiatan siswa saat TSTS berlangsung dan mengatur siswa untuk kembali ke kelompok asal serta meminta salah satu kelompok mempresentasikan jawabannya. Pada aspek pelaksanaan kegiatan inti, untuk siklus I mendapatkan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 2.62 dengan kategori baik. Pada siklus I guru masih mendominasi dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga hanya sebagian siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya (tinggi, sedang, dan rendah), tetapi siswa belum begitu memahami cara bekerja dalam kelompok karena model pembelajaran TSTS ini baru bagi mereka sehingga suasana kelas menjadi sedikit gaduh saat pembentukan kelompok dan saat melakukan kegiatan TSTS. Pada siklus II pelaksanaan kegiatan inti ini mengalami peningkatan menjadi 3.62 atau meningkat sebesar 1.00, dengan mempelajari kekurangan pada siklus I, pada siklus II guru sudah banyak melibatkan siswa dalam menyampaikan materi pelajaran. Saat pembagian kelompok siswa segera mengatur tempat duduk

27 82 sesuai kelompoknya. Saat diskusi berlangsung guru berkeliling ke masingmasing kelompok untuk mengamati kerja yang dilakukan siswa dan berusaha untuk memberikan pertanyaan bimbingan kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap LKPD yang didiskusikan. Diskusi juga kelihatan hidup karena guru berhasil memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, dan karena siswa sudah memahami model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan guru berhasil dalam merefleksikan pembelajaran pada siklus I. Kelompok dibuat heterogen agar terjadi pemerataan siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam kelompok. Dengan harapan siswa yang lemah atau kurang memahami materi dapat dibantu oleh siswa yang lebih memahami, dan siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat meningkatkan kemampuannya. Seperti yang dikatakan oleh Lie (2007: 43) bahwa dengan anggota yang heterogen siswa yang berkemampuan tinggi akan dapat membantu teman sekelompoknya yang memiliki kemampuan dibawahnya untuk memahami pelajaran. 60 Pelaksanaan aspek kegiatan akhir meliputi menyimpulkan pelajaran, melakukan evaluasi dan memberikan penghargaan, dan pengelolaan waktu. Pada aspek kegiatan akhir terjadi peningkatan sebesar 0.17, yaitu pada siklus I mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2.83 dengan kategori baik, sedangkan 60 Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (Ts-Ts) Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya: Universitas Palangka Raya, 2011, h. 106, t.d.

28 83 pada siklus II mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3.00 dengan kategori baik. Hal tersebut menunjukkan guru sudah lebih maksimal dalam mengelola pembelajaran akhir serta mengaktifkan siswa dalam menyusun kesimpulan dari pembelajaran. Pada analisis penilaian pengelolaan pembelajaran diketahui pada aspek pengelolaan waktu terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebesar 2.00, pada siklus I mendapatkan nilai sebesar 3.00 (baik), sedangkan pada siklus II mendapatkan nilai sebesar 1.00 (kurang baik). Hal ini disebabkan karena guru terlambat memulai pembelajaran sekitar 15 menit sehingga pembelajaran berakhir sampai mengambil jam istirahat. Tetapi, fakta yang diperoleh saat proses KBM, pada siklus I keefektifan pengelolaan waktu dalam pembelajaran belum sepenuhnya bisa dikontrol oleh guru, karena waktu yang diberikan masih belum bisa dimanfaatkan siswa untuk melakukan diskusi/belajar. Pada prinsipnya mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memerlukan waktu yang panjang, sehingga banyak waktu yang digunakan pada tahap berdiskusi dalam kelompok, namun setelah berdiskusi antara peneliti/guru dengan pengamat, maka guru berhasil dalam merefleksikan pembelajaran pada siklus I, sehingga pada siklus II guru mampu mengontrol dan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Pelaksanaan aspek suasana kelas yaitu antusias siswa dan antusias guru. Pada aspek suasana kelas terjadi peningkatan sebesar 0.75, yaitu pada siklus I mendapatkan nilai rata-rata sebesar 2.75 dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4.00 dengan

29 84 kategori sangat baik. Hal tersebut dikarenakan guru berhasil dalam merefleksikan pembelajaran pada siklus I dan guru mampu mengoptimalkan peran serta dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut, nilai rata-rata keseluruhan pada siklus I sebesar 2.61, sedangkan pada siklus II sebesar Jadi, rata-rata penilaian pengelolaan pembelajaran meningkat sebesar Peningkatan pengelolaan pembelajaran tersebut, selain kerjasama guru dan siswa juga tidak terlepas kemampuan mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung. 61 Oleh karena itu guru harus mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok atau klasikal. Sehingga melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk belajar sebaik mungkin dalam mewujudkan keberhasilan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki. 62 Memberikan motivasi kepada seseorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awal akan menyebabkan si subjek belajar merasa akan kebutuhan dan ingin 61 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung, Penerbit: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2008, h Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 13.

30 85 melakukan sesuatu kegiatan belajar. 63 Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa motivasi, akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Sebab seseorang akan akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. 64 Skor rata-rata pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam KBM yang diperoleh guru menunjukkan guru dapat mengelola dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada materi gerak pada tumbuhan dengan baik yaitu dengan skor rata-rata sebesar Semakin baik metode yang dipakai semakin efektif pencapaian tujuan belajar, 65 sehingga ketika melakukan refleksi di akhir siklus II dapat disimpulkan bahwa kegiatan dihentikan pada siklus ini (siklus II). Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa siklus baru berhenti apabila tindakan substantif yang dilakukan oleh penyaji sudah dievaluasi baik, yaitu penyaji yang mungkin peneliti sendiri atau mitra guru sudah menguasai keterampilan mengajar yang dicobakan dalam penelitian tersebut. Kemudian dinyatakan bagi peneliti pengamat atau observer, siklus dihentikan apabila data yang dikumpulkan untuk penelitian sudah jenuh, atau kondisi kelas sudah stabil Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h Ibid, h Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola C.B.S.A, Surabaya: Usana Offset Prining, 1993, h Rochiati Wiriaatmadja, Model Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008, h. 63.

31 86 Pernyataan tersebut dipertegas oleh pendapat lain yang menyatakan bahwa tidak ada ketentuan tentang berapa kali siklus harus dilakukan dan banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri Aktivitas Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Aktivitas sangat diperlukan dalam pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, yaitu melakukan kegiatan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada belajar apabila tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. 68 Berdasarkan analisis yang dilakukan pada hasil pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) sebagaimana yang telah dideskripsikan sebelumnya, bahwa penggunaan model pembelajaran di atas dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 (Lampiran 3.2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang dominan selama KBM pada aspek nomor 6, yaitu mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka 67 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2010, h Sardiman, Interaksi dan Motivasi Mengajar, Jakarta: RajaGranfindo Pustaka, 2000, h. 93.

32 87 dengan tamu mereka) dengan rata-rata sebesar 14.61%. Pada siklus I diperoleh hasil sebesar 14.06% dan siklus II diperoleh hasil sebesar 15.16%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 1.10%. Hasil peningkatan tersebut disebabkan aktivitas siswa lebih aktif dari sebelumnya, semua kelompok sangat antusias. 2 siswa yang bertugas sebagai stay, begitu serius menjelaskan hasil diskusi dalam kelompoknya kepada tamunya, dan 2 siswa yang bertugas sebagai stray, mendengarkan dengan baik penjelasan dari tuan rumah tempatnya bertamu dan sesekali mereka saling bertukar pendapat. Bahkan ada sebagian dari mereka yang seolah-olah bertamu sungguhan ke rumah orang lain, dengan mengucapkan salam. Dari penerapan Two Stay Two Stray (TS-TS) didapat siswa sangat aktif, bersemangat dan minat mereka dalam belajar pun meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS), yaitu a) membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar, b) dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, c) kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, d) lebih berorientasi pada keaktifan, dan e) siswa dapat bekerjasama dengan temannya. 69 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS), banyak memberikan manfaat kepada siswa antara lain; siswa dalam 69 Putra, Muhammad R. P, 2010, Penelitian Tindakan Kelas Menigkatkan Keterampilan MenyimakMelaluiModelPembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray. Scribd. Com / Doc/ /Ptk-Menigkatkan-Keterampilan Menyimak-Melalui-Model-Pembelajaran-Kooperatif- Two-Stay-%E2%80%93-Two-Stray. (Online 25 Januari 2011)

33 88 kelompoknya mendapat informasi sekaligus dari kelompok yang berbeda, siswa belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain, siswa dapat meningkatkan daya ingat, siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 1, yaitu mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau siswa lainnya sebesar 13.20%. Pada siklus I diperoleh hasil sebesar 16.09% dan pada siklus II diperoleh hasil sebesar 10.31%. Di sini adanya penurunan dari siklus I kepada siklus II sebesar 5.78%. Besarnya angka penurunan pada siklus II ini disebabkan pada siklus I aktivitas siswa banyak terfokus pada mendengarkan/memperhatikan penjelasan dari guru atau siswa lain karena siswa masih kurang mengerti dan bingung dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, dalam menyampaikan materi pelajaran guru masih mendominasi, namun seteleh dilakukan refleksi maka pada siklus II hal tersebut mendapat efek baik sehingga aktivitas siswa tak hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru atau kelompok lain, dan siswa sudah memahami model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, sehingga aktivitas siswa lebih banyak dalam mengikuti TSTS secara aktif, kreatif dan disiplin (dua orang anggota kelompok masing-masing bertamu ke kelompok lain dan 2 orang anggota lainnya menjelaskan hasil diskusi mereka

34 89 dengan tamu mereka), serta guru lebih banyak melibatkan siswa dalam menyampaikan materi pelajaran. Mendengarkan penjelasan dari guru tentang prosedur kerja yang akan dilakukan merupakan bagian dari bentuk aktivitas siswa aktif, karena mendengarkan merupakan aktivitas belajar guna mendengarkan penjelasan dari guru. Ketika guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan, setiap siswa diharuskan mendengarkan apa yang disampaikan guru. 70 Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk dalam kategori aktivitas belajar. Di kelas, seorang pelajar memandang papan tulis yang berisikan tulisan yang baru saja guru tulis. Tulisan yang pelajar pandang itu menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak. 71 Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 2, yaitu aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar sebesar 7.42%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 6.72% dan pada siklus II diperoleh 8.12%. Deskripsi ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 1.40%. Hal ini disebabkan bahwa dari hasil aktivitas pada siklus II, keakraban dan komunikasi guru dengan siswa dapat berjalan dengan baik. Berbeda halnya ketika berada pada siklus I sebelumnya yang masih belum terjalinnya keakraban antara siswa dan 70 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h Ibid., h. 39

35 90 guru. Dengan adanya keakraban ini sebenarnya dapat memberikan motivasi keapada siswa untuk aktif menjawab pertanyaan dari guru dan berani mengemukakan ide atau pendapat dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru harus dapat membuat siswa mau dan berani mengemukakan ide-ide atau pendapat-pendapatnya dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh siswa dengan caranya sendiri. 72 Adanya peningkatan pada bagian aktif dalam berpendapat dan menanyakan hal-hal yang dianggap sukar ini tampaknya karena peran model TSTS. Dikatakan demikian karena dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif). Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan siswa dikelompok lain yang menjadikan siswa mudah dalam memahami materi, dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara menyeluruh dengan waktu yang efisien, serta dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 3, yaitu membentuk kelompok. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas membentuk kelompok sebesar 11.64%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 13.44% dan pada siklus II diperoleh 9.84%. Deskripsi ini menunjukkan adanya penurunan pada siklus II yaitu sebesar 3.60%. Hal ini disebabkan karena pada hal Uus Toharudin, dkk, Membangun Literasi Sains Peserta Didik, Bandung:Humaniora, 2011,

36 91 siklus I saat guru membacakan anggota kelompok banyak siswa yang protes terutama siswa putri karena mereka lebih senang dengan kelompok teman sebangkunya dari pada harus pindah ke bangku lain dengan kelompok baru, sehingga guru harus memberikan arahan bahwa pembentukan kelompok ini penting agar nantinya kalian dapat bertukar pikiran dengan siswa lain, dan apabila kalian memiliki gagasan lebih kalian dapat menjelaskan kepada teman kelompok kalian. Setelah diberikan arahan akhirnya semua siswa bersedia untuk duduk berkelompok sesuai dengan kelompok yang dibentuk oleh guru. Sedangkan pada siklus II saat pembentukan kelompok siswa segera mengatur tempat duduk sesuai kelompoknya dan mereka terlihat dengan cepat mmposisikan dirinya dalam masing-masing kelompok. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan, pada siklus II siswa terlihat lebih mudah diatur dan tidak terlalu banyak bicara seperti pada siklus I. Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 4, yaitu mengerjakan LKPD yang telah diberikan guru. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 9.69%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 9.22% dan pada siklus II diperoleh 10.16%. Deskripsi ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 0.94%. Hal ini disebabkan karena pada siklus I aktivitas siswa yang aktif dalam diskusi mengerjakan LKPD hanya sebagian, karena pembagian tugas dalam kelompok masih kurang. LKPD yang diterima dari kelompok hanya satu, sehingga menyebabkan siswa banyak yang tidak bekerja melainkan menggantungkan jawaban pada teman

37 92 yang paling pintar, untuk mengatasi masalah tersebut pada siklus II guru memberitahukan kepada siswa bahwa salah satu penilaian dalam kerja kelompok adalah kerjasama dalam pembagian tugas diskusi, artinya apabila suatu kelompok dapat menjalin kerjasama dan membagi tugas dengan baik, maka kelompok tersebut dapat penilaian yang baik. Untuk mengatasi keadaan siswa yang terlalu santai dalam diskusi, selalu menggantungkan jawaban kepada teman yang pandai dalam kelompoknya, maka guru memberikan LKPD kepada semua siswa dalam kelompok agar siswa lebih termotivasi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap proses pembelajaran dirinya, sehingga pada siklus II siswa sangat berperan aktif dalam kegiatan mengerjakan LKPD, siswa dikondisikan untuk mengerjakan dan mengumpulkan ide/pengetahuan yang dimiliki serta menyajikan hasil diskusi yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 73 Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan kearah yang lebih baik ini terlihat dari peningkatan yang cukup signifikan pada siklus II. 73 Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, h, 35.

38 93 Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 5, yaitu saling berdiskusi dalam kelompok serta bertanya kepada guru apabila mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan LKPD. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 11.56%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 11.09% dan pada siklus II diperoleh 12.03%. Deskripsi ini menunjukkan adanya peningkatan pada siklus II yaitu sebesar 0.94%. Peningkatan ini disebabkan siswa pada siklus II sudah bisa beradaptasi dan terjalin komunikasi yang baik dengan teman sekelompok dan guru sehingga limit waktu yang diberikan bisa dimanfaatkan untuk mendiskusikan dan bertukar pendapat tentang hasil jawaban dari tugas yang diberikan. Sedangkan pada siklus I siswa belum terbiasa berdiskusi dan belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan guru. Aktivitas siswa selanjutnya pada aspek nomor 7, yaitu kembali ke kelompok asal disaat Two Stay Two Stray berakhir serta melaporkan hasil kunjungan dengan teman satu kelompok. Hasil rata-rata yang diperoleh melalui aktivitas ini sebesar 9.22%. Pada siklus I hasil yang diperoleh sebesar 7.66% dan pada siklus II diperoleh 10.78%. Aktivitas ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada siklus II sebesar 3.12%. Peningkatan ini disebabkan karena berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II setelah kembali ke kelompok asal terlihat bahwa dalam tiap kelompok terjadi perdebatan dalam membahas hasil temuannya dengan hasil diskusi atau jawaban dari kelompok sendiri, bahkan siswa sudah banyak yang berani

BAB V PENUTUP. Stay Two Stray (TSTS) pada materi gerak pada tumbuhan menunjukan hasil

BAB V PENUTUP. Stay Two Stray (TSTS) pada materi gerak pada tumbuhan menunjukan hasil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, maka kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray dalam Mata Pelajaran PKn Organisasi Pemerintahan Pusat 1. Hasil Penelitian Siklus I Siklus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran BAB V PEMBAHASAN A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Penilaian kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Dengan Menerapkan Metode Demonstrasi Menggunakan Alat Peraga Torso Pengelolaan pembelajaran biologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1 GROBOGAN semester II tahun ajaran 2013-2014 pada kompetensi dasar mengenal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana mengandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK ERIKA NADAPDAP Guru SMP Negeri 1 Patumbak Email : seriussembiring@gmail.com

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN Andy Sapta Program Pendidikan Matematika, Universitas Asahan e-mail : khayla2000@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitria@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Langkah awal dalam penelitian adalah observasi. Proses pembelajaran dikelas guna mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada. Observasi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) 11 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) Durinta Puspasari 1, Durinda Puspasari 2 1,2 Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) Yusuf Arman Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 5, Oktober 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI SD Negeri Kedungpatangewu, Kecamatan Kedungwuni,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 Dalam Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Pada siklus

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Rohani SLBN 1 Palu, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran multi model (Numbered Head Together dan Problem Based

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran multi model (Numbered Head Together dan Problem Based 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Materi pokok usaha dan energi diajarkan dengan menerapkan pembelajaran multi model (Numbered Head Together dan Problem Based Learning) dan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong

Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong Agreistin E. Peole, Vanny Maria Agustina, dan Lestari Alibasyah Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 1 MTs NEGERI ENOK Habibullah a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman c a Alumni Program

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. adalah menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam tiga kali pertemuan

BAB V PEMBAHASAN. adalah menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam tiga kali pertemuan BAB V PEMBAHASAN Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen (Kelas X MIPA1) adalah menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk pertemuan pertama

Lebih terperinci

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan penilaian. Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMPN 2 Sirenja pada Materi Teorema Pythagoras Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal (Pra Siklus) Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal nilai keterampilan berbicara pada pelajaran

Lebih terperinci

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK DIANA MANURUNG Guru SMPN 1 Patumbak Email : chairini.nurdin@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 01 tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN. UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN. Agus Makmur Dosen Pendidikan Matematika UGN Padangsidimpuan panjaitan_makmur@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus I Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 2 September 2014 dilaksanakan observasi awal dan tanggal 4 September

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Meningkatan hasil belajar bagi siswa yang kurang mampu dalam memahami mata pelajaran biologi merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengelolaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengelolaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengelolaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Pengelolaan pembelajaran fisika materi pemantulan cahaya model pembelajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri PENERAPAN MODEL STAD DENGAN PERMAINAN KUIS MAKE A MATCH PADA MATERI SISTEM GERAK TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII J SMPN 2 NGUNUT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 2, Oktober 2014 ISSN 2087-3557 PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING PADA MATERI AJAR POWER POINT (PPt) SMP Teuku Umar Semarang Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN KIMIA DI KELAS X-6 SMA N 12 PEKANBARU Dwi Gusti Nola *), R. Usman Rery, Erviyenni

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2, Hal 70-77, Mei 2017

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2, Hal 70-77, Mei 2017 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X-IPA 3 SMA LABORATORIUM UNSYIAH BANDA ACEH Nurti Aslindiˡ, Hasmunir²,

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Juriah Purba Guru Mata Pelajaran PKn SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel : juriah.purba@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Darus Salam Kalipang yang berada di Jalan masjid dusun Krikilan desa Kalipang,

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Rustini Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Pra siklus Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V SD 4 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus tahun ajaran 2013/2014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian 78 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan membahas hal-hal yang telah diperoleh baik dari pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian 1. Fokus belajar pada Penerapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Paparan Data a. Pra Tindakan Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengadakan observasi awal di MI Al-Hidayah 02 Betak Kalidawir

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MEDIA DIORAMA LIPAT PADA SISWA KELAS III SDN NGUNUT 07 KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MEDIA DIORAMA LIPAT PADA SISWA KELAS III SDN NGUNUT 07 KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MEDIA DIORAMA LIPAT PADA SISWA KELAS III SDN NGUNUT 07 KABUPATEN TULUNGAGUNG Riris Rahayu, Tri Murti, Lilik Bintartik Universitas Negeri Malang Email: cassiopeiagirl13@gmail.com

Lebih terperinci

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI UPAYA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DI KELAS VIII-7 SMP NEGERI 19 MEDAN Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel : Pasaribu6@yahoo.co.id

Lebih terperinci

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016:

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016: SP-009-007 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 503-508 Peningkatan Oral Activities dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Two Stay Two Stray pada

Lebih terperinci

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair

Lebih terperinci

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII A SMP N 3 SENTOLO Estiningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan rancangan penelitian model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PTK. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PTK. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan peneliti sebagai observer dan berkolaborasi dengan guru sebagai pengajar dalam penelitian. Sebelum

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS XI SMK N 1 KASIHAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Efin Nur Widiastuti

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: menggunakan alat peraga torso pada siklus I diperoleh rata-rata

BAB V PENUTUP. dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: menggunakan alat peraga torso pada siklus I diperoleh rata-rata BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas IV SDN Watuagung 01 pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 14 siswa pada

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 NGADIREJO KECAMATAN MOJOGEDANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Lokasi cukup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Lokasi cukup BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP Negeri 3 Pakem berlokasi di Dusun Pojok, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. Lokasi cukup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri Tlahap cenderung bersifat konvensional ceramah yang berpusat pada guru.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri Tlahap cenderung bersifat konvensional ceramah yang berpusat pada guru. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Observasi awal yang dilakukan di kelas IIIA SD Negeri Tlahap, peneliti berhasil menemukan beberapa permasalahan yang terjadi di dalam proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran langsung dengan permainan balok pecahan pada mata pelajaran matematika materi pecahan ini

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK Fandi Kurniawan Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ` BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Pra Siklus Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 8 Salatiga pada kelas VIII B Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Kelas yang akan digunakan

Lebih terperinci

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

48 Media Bina Ilmiah ISSN No 48 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV DI SDN 1 GONTORAN OLEH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SUGENG RIYADI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

SKRIPSI. Oleh : SUGENG RIYADI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 IMPLEMENTASI TEKNIK TSTS (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERAWATAN DAN PERBAIKAN MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XII JURUSAN TEKNIK OTOMOTIF SMK N 2 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, deskripsi siklus II. Deskripsi pra siklus membahas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN: PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA KE BENTUK DESIMAL DAN PERSEN DENGAN METODE DISCOVERY DI KELAS V SD NEGERI 1 PEUSANGAN email: raudhatuljannah183@yahoo.com email: asrulkarim@ymail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN Elza Yeni Guru Matematika Kelas VIII-2 SMP Negeri 4

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan observasi, perkenalan, dan wawancara kepada guru kelas III MI. Wawancara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karekteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mangunsari 05 kelas 5 semeter II. Sekolah ini dipilih berdasarkan

Lebih terperinci

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto

Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan. Wiji Astutik. SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pecahan Wiji Astutik SDN Patungrejo Kutorejo Mojokerto Email: astutikwiji498@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/ index.php/briliant

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data 1. Pra Siklus Hasil dokumentasi peneliti pada tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika di MI AN-NUR

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN SD Negeri 02 Kebonsari, Karangdadap, Kabupaten

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM Tri Sari Wijayanti Guru IPA SMAN 7 Mataram E-mail:- ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan dengan memanfaatkan model pembelajaran

Lebih terperinci

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TOKOH-TOKOH PERGERAKAN NASIONAL KELAS V SDN 70 BANDA ACEH Syarifah Habibah (Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam penelitian ini diamati tentang penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi SPLDV kelas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS I.A SD NEGERI 9 KABANGKA TAHUN AJARAN 2014/2015 Nur

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Dwiyani Hegarwati Guru SMAN 6 Cirebon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 06 Koto Gadang Guguk Kabupaten Solok semester II tahun ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 06 Koto Gadang Guguk Kabupaten Solok semester II tahun ajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tindakan kelas dalam tahapan berupa siklus-siklus dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas IV

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI IPS 3 di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Sebagaimana diuraikan pada bab III, tindakan penelitian

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang terletak di lingkungan rumah warga dan jauh dari pasar

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 1 KUSAMBI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK LITOSFER DAN PEDOSFER Sardila 1, Ramli

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian juga sering disebut metodologi yaitu cara-cara untuk mengumpulkan dan menganalisa data-data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW FAHRUDDIN Guru SMA Negeri 1 Medan Email: fahruddin1958@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA SISWA KELAS VIIIA SMP MATARAM KASIHAN Anna Revi Nurutami Universitas PGRI

Lebih terperinci

Maulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta).

Maulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta). PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH PADA MATERI TUMBUHAN BIJI (SPERMATOPHYTA) DI KELAS VII SMP N KEMBANG TANJONG KABUPATEN PIDIE Maulizar STKIP Bina Bangsa Meulaboh,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN 79 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Data hasil yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian pada bab I. Adapun deskriptif data hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penilitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) Suharsimi Arikunto (2012: 3) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh: EDI BADRISYEH NIP. 19670501 199212 1 001 ABSTRAK Model Ccoperative Learning adalah suatu model pembelajaran

Lebih terperinci