TINJAUAN PUSTAKA Paphiopedilum glaucophyllum
|
|
- Ratna Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith Paphiopedilum glaucophyllum pertama kali ditemukan oleh B.J.C. Verhey pada tahun 1897 disekitar pegunungan dekat Turen di wilayah Jawa Timur, pada ketinggian 200 sampai 300 meter diatas permukaan laut. Paphiopedilum glaucophyllum merupakan anggrek tropis yang hanya ditemukan di pulau Jawa, tersebar disekitar pegunungan wilayah barat sampai timur. Habitat dari anggrek ini bervariasi pada setiap daerah, tetapi secara umum merupakan anggrek litofit yang habitatnya pada lereng gunung yang curam dan terbuka, tidak ternaungi oleh pepohonan besar. Sebagian besar spesies Paphiopedilum glaucophyllum ditemukan tumbuh pada batuan kapur lapuk yang dilapisi lumut dan humus dibagian permukaannya (Cribb, 1998). Ukuran tanaman Paphiopedilum glaucophyllum sedang, bentuk daun sedikit oblong-elliptic sampai loriform dengan ujung tumpul membulat, dengan panjang cm dan lebar cm. Warna daun hijau dan memiliki pola yang cukup jelas saat masih muda, kemudian memudar saat daun telah dewasa. Jumlah daun sekitar empat sampai enam pada setiap tanaman. Panjang tangkai bunga cm dengan warna dasar hijau serta motif ungu yang jelas dan bulu yang halus. Satu tangkai bunga dapat membentuk bunga sampai dua puluh kali atau lebih, dengan menghasilkan satu bunga secara berulang dari tangkai yang sama (sequential), bunga selanjutnya akan berkembang setelah bunga pertama gugur. Bunganya memiliki stamen dan pistill, serta alat perhiasan bunga yang terdiri dari dorsal sepal, synsepal, labellum, dan sepal, seperti disajikan pada Gambar 1. Sebagian besar spesies Paphiopedilum umumnya secara alami menyerbuk silang dengan bantuan serangga (Cribb, 1998).
2 5 Gambar 1. Morfologi Bunga Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith Reproduksi secara alami dapat melalui biji (secara generatif) ataupun tunas anakan yang muncul dari bagian pangkal batang (secara vegetatif). Biji dalam buah mencapai fase kematangan antara sembilan sampai dua belas bulan setelah terjadi fertilisasi. Buah yang matang dan cukup kering akan pecah dan biji akan tersebar dengan bantuan angin. Perkecambahan akan terjadi segera setelah biji tersebar pada tanah yang tertutup humus dan gelap atau pada media tumbuh yang sesuai. Protocorm yang terbentuk setelah perkecambahan menghasilkan rizoid yang bersimbiosis dengan mikoriza. Secara vegetatif, tanaman dewasa dapat menghasilkan tunas pada pangkal batang yang akan berkembang sebelum tanaman induk selesai berbunga (Cribb, 1997). Morfologi tanaman Paphiopedilum glaucophyllum disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Morfologi Tanaman Paphiopedilum glaucophyllum J.J. Smith
3 6 Tanaman dalam famili anggrek memiliki keragaman yang sangat luas. Klasifikasi anggrek dapat dilakukan berdasarkan banyak faktor seperti morfologi (terutama bunga), karakteristik pertumbuhan vegetatif, ekologi, penyerbukan (mekanisme dan vektor), sitologi dan sitogenetik, evolusi, biokimia, fitokimia, dan anatomi (Arditti, 1998). Taksonomi Paphiopedilum glaucophyllum adalah sebagai berikut (Cribb, 1998) : Famili : Orcidaceae Sub famili : Cypripedioideae Genus : Paphiopedilum Spesies :P. glaucophyllum Perbanyakan Paphiopedilum Secara In Vitro Perbanyakan Paphiopedilum melalui perkecambahan biji secara in vitro sangat baik untuk diterapkan. Usaha untuk mengecambahkan biji anggrek dilakukan secara simbiotik, sebelum ditemukannya metode perbanyakan tanaman secara in vitro. Metode simbiotik dilakukan dengan menebarkan biji anggrek pada permukaan media atau kompos dari tanaman induk. Keberhasilan biji untuk dapat berkecambah melalui metode tersebut sangat kecil, hanya sekitar 10 persen. Metode in vitro dapat mengecambahkan biji anggrek dengan persentase biji berkecambah sampai dengan 100 %. Perbanyakan Paphiopedilum secara konvensional sangat lambat, metode pengecambahan biji anggrek secara in vitro dapat mempercepat perbanyakannya (Bennet, 1985). Anggrek tertentu memiliki kriteria yang lebih khusus agar mampu berkecambah dengan baik pada media in vitro. Paphiopedilum merupakan salah satu anggrek yang membutuhkan media khusus untuk perkecambahan bijinya. Media RE merupakan formulasi media yang sangat baik untuk perkecambahan Paphiopedilum secara in vitro (Arditti, 1992). Komposisi media RE disajikan pada Lampiran 1. Regenerasi tanaman secara in vitro dapat dilakukan secara tidak langsung melalui pembentukan kalus yang memiliki sifat totipotensi. Kalus totipotensi dapat diinduksi dari biji, seperti yang dilakukan pada biji Paphiopedilum hibrida hasil persilangan antara Paphiopedilum callosum dan Paphiopedilum lawrenceanum. Pembentukan dan proliferasi kalus dari biji hasil persilangan
4 7 kedua spesies tersebut diperoleh pada media yang ditambahkan kombinasi Thidiazuron (TDZ) dan 2.4-D. Penambahan kombinasi TDZ dan 2.4-D ke media pada konsentrasi 1 mg/l dan 5 mg/l memberikan hasil yang baik dalam memelihara kalus tetap pada kondisi proliferasi. Kalus yang dihasilkan kemudian menunjukkan kemampuan regenerasinya saat dilakukan pemindahan pada media baru yang diformulasikan untuk regenerasi planlet. Penginduksian kalus pada media dengan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang sama dari eksplan batang, ujung akar, dan daun Paphiopedilum hibrida tersebut menghasilkan kalus yang perkembangannya sangat lambat (Yung-Haw et al, 2000). Perbanyakan Paphiopedilum philippinense hibrida (hibrida PH59 dan PH60) dapat dilakukan dengan cara multiplikasi tunas dan regenerasi tanaman dari eksplan batang berbuku tanaman in vitro. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah Thidiazuron (TDZ) dan 2.4-D (Ting-Yu et al, 2002). Tunas adventif dapat terbentuk dari eksplan daun pada hibrida PH59 tanpa menggunakan ZPT dalam kondisi gelap selama satu bulan, pada modifikasi media MS. Eksplan daun pada Hibrida PH60 tidak membentuk tunas pada kondisi yang sama (Ting- Yu et al, 2004). Jumlah tunas per eksplan dapat meningkat atau terhambat dengan penambahan TDZ dan 2.4-D. Konsentrasi 1 mg/l TDZ dapat meningkatkan jumlah tunas per eksplan pada Hibrida PH59. Perlakuan 1 mg/l 2.4-D ditambah 0.12 mg/l TDZ dapat mendorong pembentukan tunas pada Hibrida PH60. Paphiopedilum philippinense hibrida menunjukkan respon yang berbeda terhadap masing-masing perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan regenerasi tanaman dipengaruhi oleh faktor genotipe (Ting-Yu et al, 2004). Multiplikasi Tunas Secara In Vitro Multiplikasi tunas merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Multiplikasi tunas dapat diinduksi dari mata tunas aksilar ataupun dari benih yang ditanam pada media yang mengandung sitokinin. Tunas aksilar atau tunas adventif akan tumbuh dan selanjutnya di subkultur. Tahapan dalam perbanyakan melalui multiplikasi tunas secara langsung diawali dengan tahap inisiasi yang dilanjutkan dengan tahap multiplikasi tunas. Pada kedua tahap tersebut dapat terjadi pada media yang sama
5 8 tanpa melalui pemindahan ke media baru. Tahap selanjutnya adalah pengakaran tunas adventif yang telah dihasilkan untuk mendapatkan planlet. Perbanyakan melalui multiplikasi tunas merupakan metode yang banyak digunakan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro karena selain cepat juga memiliki peluang yang kecil untuk terjadinya penyimpangan secara genetik (Wiendi et al, 1991). Perbanyakan tanaman secara in vitro terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis tanaman, diantaranya adalah : 1. Genotipe dari sumber bahan tanaman yang digunakan 2. Fisiologi jaringan tanaman yang digunakan sebagai eksplan 3. Media, mencakup tentang komponen penyusun media dan juga zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan 4. Lingkungan tumbuh, yaitu keadaan fisik tempat kultur ditumbuhkan. Keempat faktor tersebut saling berinteraksi dan harus bersinergis satu dengan lainnya sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan optimal dan diperoleh tanaman lengkap (Wiendi et al, 1991). Terdapat lima tipe dasar dalam regenerasi tanaman secara vegetatif pada perbanyakan tanaman secara in vitro, yaitu pemanjangan pucuk meristem (meristem-tip elongation), pembentukan tunas samping (axyllary shoot production), inisiasi tunas adventif (adventitious shoot initiation), organogenesis, dan embriogenesis. Pembentukan tunas samping adalah titik tumbuh samping dari eksplan pada bagian atas dari buku dan bawah meristem apikal yang terstimulasi untuk tumbuh. Pertumbuhan dari tunas samping tersebut menghasilkan multiplikasi yang cepat dimana jumlah tanaman yang diperoleh meningkat secara eksponensial melalui subkultur berulang (Hartmann dan Kester, 1983). Induksi tunas adventif secara langsung dari akar, daun, dan organ lain dari tanaman merupakan metode yang umum digunakan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Eksplan hasil pemotongan bagian tanaman mampu diinduksi membentuk tunas adventif. Tunas adventif dapat berkembang secara langsung dari eksplan itu sendiri atau secara tidak langsung melalui pembentukan kalus terlebih dahulu. Pembentukan tunas adventif secara umum mampu menghasilkan rataan multiplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dari tunas samping. Pada organogenesis, terjadi inisiasi tunas adventif dan akar secara bersamaan dari
6 9 kalus. Organogenesis diawali dari peningkatan jumlah vakuola dan sebagian besar sel parenkima pada kalus mampu berkembang menjadi meristemoid, kemudian mengalami inisiasi menjadi organ pada kondisi kultur in vitro yang sesuai. Proses tersebut sama dengan inisiasi tunas adventif dari eksplan, yang berbeda adalah periode proliferasi kalus (Hartmann dan Kester, 1983). Multiplikasi merupakan suatu tahap dalam perbanyakan tanaman secara in vitro yang bertujuan meningkatkan jumlah propagula tanaman yang kemudian diakarkan sehingga menghasilkan tanaman lengkap. Multiplikasi tunas vegetatif bergantung pada pembentukan tunas samping atau inisiasi tunas adventif dari jaringan dibagian dasar tunas yang membentuk kalus. Multiplikasi akan terus terjadi dengan interval yang tetap dan pada tahap yang berurutan. Kemampuan untuk multiplikasi tunas dipengaruhi spesies tanaman dan metode perbanyakan yang digunakan. Kondisi kultur yang ideal dapat meningkatkan multiplikasi tunas. Keberhasilan multiplikasi dapat dilihat dari planlet yang dihasilkan, yaitu memiliki ukuran seragam dan dapat segera tumbuh pada media baru (Hartmann dan Kester, 1983). Massa dari propagula tanaman yang telah membentuk banyak tunas harus diketahui batas kritisnya, jika terlalu banyak harus dilakukan pemisahan dan dipindahkan pada media baru (subkultur). Pemanjangan pada satu tunas saja dapat menghambat sejumlah besar tunas lainnya. Masalah tersebut dapat diatasi dengan meletakan massa dari propagula tanaman secara horizontal pada media untuk multiplikasi selanjutnya, atau dilakukan pemisahan dahulu sebelum dipindahkan ke media baru. Frekuensi subkultur sangat penting, jika terlambat dapat menyebabkan deteriorasi dan lambat untuk memperbaiki pertumbuhannya. Subkultur mungkin diperlukan setelah dua sampai empat minggu dan kondisi kultur in vitro harus disesuaikan dengan pertumbuhan yang semakin memanjang (Hartmann dan Kester, 1983). Pemilihan ZPT yang sesuai dan konsentrasi yang optimum dalam media kultur in vitro sangat penting untuk dapat menghasilkan planlet yang seragam (Hartmann dan Kester, 1983). Penggunaan auksin rendah dan sitokinin tinggi secara umum dapat menginduksi pembentukan tunas dari kalus. Sitokinin yang tinggi digunakan untuk menghasilkan proliferasi tunas samping (axillary shoot),
7 10 konsentrasi yang biasa digunakan adalah 1 mg/l sampai 5.63 mg/l. Auksin tidak mendorong pembentukan tunas samping, tetapi penambahan auksin rendah membantu dalam mengendalikan pengaruh konsentrasi sitokinin yang lebih tinggi pada pemanjangan tunas samping dan memperbaiki pertumbuhan tunas secara normal (Chawla, 2002). Media MS (Murashige dan Skoog) dan KC (Knudson C) Pada Perbanyakan Anggrek secara In Vitro Media KC (Knudson C) dan VW (Vacin dan Went) merupakan media yang paling umum digunakan dalam perbanyakan anggrek secara in vitro, baik untuk perkecambahan biji ataupun perbanyakan klonal menggunakan jaringan meristem (mericlone) (George dan Sherrington, 1984). Dua media tersebut didisain secara khusus untuk perkecambahan biji anggrek. Komposisi hara mineralnya lebih sederhana dibandingkan dengan media yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman lain, salah satunya media MS (Murashige dan Skoog) (Goh, 1990). Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkecambahan biji anggrek secara in vitro, salah satunya adalah hara mineral dalam media. Kebutuhan hara mineral pada anggrek, khususnya untuk perkecambahan biji, secara umum membutuhkan media yang memiliki unsur hara sederhana dan konsentrasi rendah. Media KC dan VW sangat baik digunakan untuk perkecambahan biji anggrek (Chawla, 2002). Media KC banyak digunakan dalam perbanyakan anggrek secara in vitro, terutama untuk pengecambahan biji (Suryowinoto, 1996). Media MS telah digunakan secara luas untuk berbagai keperluan perbanyakan tanaman secara in vitro. Dalam perkembangannya, media MS menunjukkan komposisi nutrisi yang penting serta konsentrasinya yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Chawla, 2002). Media MS digunakan dalam perbanyakan klonal beberapa anggrek simpodial (Cattleya, Brassavola, Dendrobium, Miltonia, dan Brassia) dan monopodial (Phalaenopsis, Ascocentrum, Aerides, dan Neofinetia) sebagai media inisiasi, proliferasi, dan perakaran (Jones dan Tisserat, 1990). Media dasar MS dan modifikasinya digunakan dalam perbanyakan in vitro anggrek Cymbidium aloifolium dan
8 11 Dendrobium nobile, dengan eksplan yang digunakan adalah potongan melintang batang (thin cross section) dari ruas batang planlet in vitro (Nayak et al, 2002). Induksi kalus dari eksplan tunas planlet in vitro Dendrobium fimbriatum var. Oculatum menggunakan modifikasi media KC (Roy dan Banerjee, 2003). Pada perbanyakan anggrek Satyrium nepalense melalui pengecambahan biji secara in vitro, biji yang ditanam pada media MS menunjukan persentase berkecambah tertinggi, yaitu 60.5 %. Pada media KC, persentase biji berkecambah 40 %. Embrio pada media MS mengalami pembesaran dan berkembang mengarah pada pembentukan protocorm. Pada media KC, embrio tetap dalam kondisi pembesaran. Protocorm menunjukan perkembangannya menghasilkan primordia daun dan rizoid setelah 12 minggu (Mahendran dan Bai, 2009). Sitokinin Sitokinin sangat efektif dalam mendorong pembentukan tunas baik melalui organogenesis secara langsung atau tidak langsung, dimana kalus terlebih dahulu terbentuk (George dan Sherrington, 1984). Sitokinin memiliki banyak pengaruh pada konsentrasi sekitar 0.13 x x 10-4 mg/l, salah satunya adalah menginduksi pembentukan tunas pada kultur kalus in vitro dengan mengkombinasikannya pada nisbah yang tepat dengan auksin. Pemanfaatan sitokinin pada anggrek diantaranya adalah menginisiasi pembelahan sel dalam kultur jaringan, meningkatkan produksi planlet dari kultur kalus in vitro, menghasilkan multiplikasi planlet dari tunas lateral pada kultur tangkai bunga Phalaenopsis, dan menginduksi pembungaan pada jenis anggrek tertentu seperti Dendrobium dan Aranda hibrida. Penggunaan Benzil Adenin (BA) pada konsentrasi mg/l dengan cara disemprotkan dapat meningkatkan jumlah tunas lateral pada tanaman Paphiopedilum. Pada konsentrasi 1 5 mg/l BA dalam bentuk pasta lanolin, dapat digunakan untuk mematahkan dormansi buku tangkai bunga Phalaenopsis (Arditti, 1992). Zeatin efektif dalam menginduksi protocorm like bodies (plb) pada Cymbidium aloifolium. Sekitar 89 % eksplan irisan melintang batang (thin cross section) menghasilkan plb pada media MS yang ditambahkan 3 mg/l Zeatin. Pada
9 12 Dendrobium nobile, media MS dengan penambahan 2.5 mg/l BA menghasilkan 87 % plb (Nayak et al, 2002). Pada perbanyakan mikro Dendrobium draconis, penggunaan BA lebih berpengaruh terhadap pembentukan plb dari pada Kinetin. Pengaruh tertinggi diperoleh pada konsentrasi 2 mg/l BA, dimana eksplan potongan melintang batang (thin cross section) dari planlet in vitro menghasilkan 58 % plb (Rangsayatorn, 2009). Eksplan potongan plb dari Cymbidium Twilight Moon Day Light menghasilkan kalus tertinggi pada media VW dengan penambahan 0.1 mg/l NAA yang dikombinasikan dengan 0.01 mg/l Thidiazuron (TDZ). Penggunaan NAA (konsentrasi 0.05 mg/l dan 2 mg/l) atau 2.4-D (konsentrasi mg/l, 0.1 mg/l, dan 0.25 mg/l) tanpa dikombinasikan dengan TDZ tidak menghasilkan kalus dari eksplan, kalus terbentuk pada saat TDZ ditambahkan pada kedua jenis auksin tersebut (Huan et al, 2004). Penggunaan TDZ secara tunggal atau kombinasinya dengan 2.4-D efektif dalam menginduksi multiplikasi tunas dari eksplan ruas batang planlet dua jenis Paphiopedilum philippinense hibrida (hibrida PH59 dan PH60). Pada hibrida PH59, 1 mg/l 2.4-D dikombinasikan dengan 0.1 mg/l TDZ menghasilkan persentase eksplan bertunas yang tinggi dibandingkan dengan media tanpa ZPT. Pada hibrida PH60, jumlah eksplan bertunas tertinggi diperoleh dari media dengan penambahan 1 mg/l 2.4-D secara tunggal (Ting-Yu et al, 2002). Sitokinin jenis BA lebih efektif dibandingkan dengan Kinetin dan TDZ dalam menginduksi plb dari dua jenis eksplan, protocorm dan daun Aerides crispum. Eksplan protocorm menghasilkan plb sebanyak 49.1 per eksplan pada media yang ditambahkan 0.2 mg/l BA. Eksplan daun menghasilkan 22.0 plb per eksplan pada media yang ditambah dengan 0.4 mg/l BA (Sheelavanthmath et al, 2005). Kombinasi 1 mg/l TDZ dengan 5 mg/l 2.4-D dapat menginduksi kalus dari biji Paphiopedilum Alma Gavaert. Kalus yang terbentuk dapat menghasilkan tunas ketika dipindahkan pada media baru dengan penambahan 5 mg/l NAA. Penggunaan kinetin menyebabkan multiplikasi dari tunas yang telah dihasilkan sebelumnya. Kinetin pada konsentrasi 1 mg/l dapat menginduksi multiplikasi tunas dari tunas tunggal Paphiopedilum Alma Gavaert (Pou-Leng et al, 2008).
BAB 1 PENDAHULUAN. Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang populer di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang populer di Indonesia, karena saat ada tanaman lain yang muncul menjadi pusat perhatian, anggrek tetap bertahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati oleh para kolektor anggrek maupun masyarakat pada umumnya. Anggrek menjadi daya tarik tersendiri karena bunganya yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis anggrek asli Indonesia yang penyebarannya meliputi daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Lebih terperinciMahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB, A ) Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura
Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PERBANYAKAN ANGGREK SPESIES Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith MELALUI PROLIFERASI TUNAS ADVENTIF SECARA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai bentuk dan penampilan yang indah (Iswanto, 2002). Tanaman
Lebih terperinciPerbanyakan Anggrek Spesies Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith melalui Proliferasi Tunas Adventif Secara In Vitro
Perbanyakan Anggrek Spesies Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith melalui Proliferasi Tunas Adventif Secara In Vitro Propagation of Paphiopedilum glaucophyllum J.J.Smith orchid through Adventitious Shoot
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman tanaman hortikultura meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias. Menurut Wijaya (2006), Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggrek merupakan jenis tanaman hias yang digemari konsumen. Jenis anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan Phalaenopsis dari Negara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit disebut dengan nama latin Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guineensis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting
Lebih terperinciRegenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi
Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi Berita, Institusi - Kamis, September 20, 2012 http://biogen.litbang.deptan.go.id/index.php/2012/09/regenerasi-tanaman-secara-in-vitro-dan-faktor-faktor-yang-mempenaruhi/
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena penampilan bunga anggrek yang sangat menarik baik dari segi warna maupun. oleh masyarakat dan relatif mudah dibudidayakan.
I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Ketertarikan masyarakat terhadap tanaman anggrek, sebagian besar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pisang Barangan (Musa acuminata L.) Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki tingkat keanekaragaman anggrek yang sangat tinggi dan diperkirakan ada sekitar 6 000 jenis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman
18 TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Klasifikasi botani jarak pagar menurut Hambali et al. (2006) yaitu : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Saat ini, manggis merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang merupakan salah satu jenis tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tanaman pisang memiliki ciri spesifik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Jones dan Luchsinger (1979), tumbuhan anggrek termasuk ke dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari sekian banyak tumbuhan berbunga
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons pertumbuuhan tertinggi diperoleh pada eksplan biji panili yang ditanam dalam medium tomat. Pada perlakuan tersebut persentase rata-rata
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang unik adalah hibrida Phalaenopsis Sogo Vivien yang merupakan hasil
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian Indonesia, terutama pada tanaman hias tropis. Permintaan
Lebih terperinciADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya keanekaragaman tanaman khususnya anggrek. Anggrek yang ada di Indonesia dikategorikan terbesar kedua didunia setelah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang diyakni merupakan anggrek terbesar yang pernah ada. Anggrek ini tersebar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penggemarnya. Selain itu bunga anggrek memiliki variasi bentuk, warna dan ukuran
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan tanaman dengan bunga yang cukup indah, menarik dan banyak penggemarnya. Selain itu bunga anggrek memiliki variasi bentuk, warna dan ukuran bunga yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tanah Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi lingkungan tumbuh. Selain itu anggrek Dendrobium memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek Dendrobium adalah salah satu genus anggrek favorit bagi pecinta anggrek. Hal ini dikarenakan anggrek ini mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi yang memenuhi persyaratan bagi pertumbuhan berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan atas berbagai pertimbangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack.) Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Nigeria di Afrika Barat, kemudian menyebar ke Amerika Selatan dan sampai kesemenanjung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk
22 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk Bahan tanam awal (eksplan) merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Eksplan yang baik untuk digunakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Genderuwo (Sterculia foetida Linn.) Tanaman genderuwo, memiliki beberapa nama yang berbeda di beberapa daerah seperti halumpang (Batak); kepoh, koleangka (Sunda);
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap proses induksi akar pada eksplan dilakukan selama 12 minggu. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan pengaruh pada setiap perlakuan yang diberikan.
Lebih terperinciHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Departemen
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan
TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Kultur in vitro merupakan suatu budidaya dalam botol. Salah satu kegiatan dalam kultur in vitro adalah kultur jaringan yaitu budidaya in vitro yang menggunakan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN MULTIPLIKASI TUNAS DARI TUNAS IN VITRO (TANAMAN ANGGREK DAN KRISAN) Disusun Oleh : Puji Hanani 4411413023 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan tumbuhan carnivorous plant lainnya (Doaea muscipula, Drosera sp, Pinguicula sp dan Utriculara sp), karena Nepenthes
Lebih terperinciKultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang
AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum, eksplan yang diberi perlakuan 1 mgl -1 TDZ atau kombinasi TDZ dan BAP (Tabel 1) dapat membentuk plb, tunas, atau plb dan tunas (Gambar 4). Respons eksplan terhadap
Lebih terperinciREGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK
MODUL - 3 DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK Oleh: Pangesti Nugrahani Sukendah Makziah RECOGNITION AND MENTORING PROGRAM PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya tingkat rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup penting. Komoditas kacang tanah diusahakan 70% di lahan kering dan hanya 30% di
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Anggrek Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili tanaman terbesar yang terdiri dari 900 Genus dan 25.000 spesies (La Croix, 2008).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Anggrek merupakan tanaman hias yang termasuk ke dalam famili Orchidaceae, yang sangat banyak menarik perhatian konsumen. Selain mempunyai nilai estetika yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman sumber daya hayati yang tinggi, khususnya tumbuhan. Keanekaragaman genetik tumbuhan di
Lebih terperinciPELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.
PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc. PENDAHULUAN Metode kultur jaringan juga disebut dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai nilai estetika
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi. Bisnis anggrek di Indonesia sangat prospektif. Keindahan bunga anggrek memang menimbulkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;
TINJAUAN PUSTAKA Pisang Barangan Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae; Filum : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida;
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang Pisang termasuk ke dalam famili Musaceae. Famili Musaceae terdiri dari dua genera, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi atas empat kelompok, yaitu Australimusa,
Lebih terperinciRESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO
RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO ABSTRAK Ernitha Panjaitan Staf Pengajar Fakultas Pertanian UMI Medan Percobaan untuk mengetahui respons
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Anggrek
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Anggrek Tanaman anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai 25.000 30.000 spesies di dunia (Kasutjianingati dan Irawan, 2013). Tanaman anggrek telah menjadi tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di Indonesia yang memiliki keunikan berupa rasa manis pada daunnya. Daun stevia ini mengandung sejumlah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nenas merupakan buah tropika ketiga setelah pisang dan mangga yang diperdagangkan secara global (Petty et al. 2002) dalam bentuk nenas segar dan produk olahan. Hampir
Lebih terperinciREGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.
REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI Oleh: RAHADI PURBANTORO NPM : 0825010009 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya Brasil (Lingga dkk., 1986 ; Purwono dan Purnamawati, 2007). Ubi kayu yang juga dikenal sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan
Lebih terperinciKULTUR JARINGAN TANAMAN
KULTUR JARINGAN TANAMAN Oleh : Victoria Henuhili, MSi Jurdik Biologi victoria@uny.ac.id FAKULTAS MATEMATIKA DA/N ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 Kultur Jaringan Tanaman Pengertian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan penghasil beras sejak jaman prasejarah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa negara seperti Thailand, Australia, Singapura, Malaysia dan Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman anggrek telah menjadi tanaman industri bernilai tinggi di beberapa negara seperti Thailand, Australia, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Anggrek dipasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas atau Pineapple bukan tanaman asli Indonesia Penyebaran nanas di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pengisi di lahan pekarangan, lambat laun meluas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Saat ini sumber energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya sekarang,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Melon (Cucumis melo L.)
TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon (Cucumis melo L.) Melon dalam klasifikasi tanaman digolongkan kedalam famili Cucurbitaceae sama seperti blewah (Cucumis melo L.), semangka (Citrullus vulgaris Schard), mentimun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var
PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman stroberi telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Stroberi yang dibudidayakan sekarang disebut sebagai stroberi modern (komersial)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan yang menjadi andalan nasional karena merupakan sumber protein nabati penting
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri otomotif dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bunga adalah salah satu komponen aspek estetika yang merupakan bagian dari hidup manusia. Salah satu bunga yang telah menarik perhatian adalah anggrek. Bunga
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian
14 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan
22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Penelitian
Lebih terperinciKultur biji steril tomat
Teknologi Kultur Jaringan Tanaman materi kuliah pertemuan ke 6 KULTUR ORGAN (kultur meristem dan pucuk) Sri Sumarsih Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)
TINJAUAN PUSTAKA Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Tanaman ini merupakan tanaman herba semusim dengan tipe pertumbuhan semak berbentuk semak tegak (Balittas 1996). Kenaf termasuk kedalam famili Malvaceae
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan tanaman cabai secara in vitro dapat dilakukan melalui organogenesis ataupun embriogenesis. Perbanyakan in vitro melalui organogenesis dilakukan dalam media MS dengan penambahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan nasional sebagai sumber protein dan minyak nabati, dalam setiap 100 g kacang tanah mentah mengandung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio
Lebih terperinciGAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Kuliah 11 KULTUR JARINGAN GAHARU Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi KULTUR JARINGAN Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan? Teknik menumbuhkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.L Saat Muncul Tunas (hari) Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis secara statistik menunjukkan pengaruh nyata (Lampiran 5). Data hasil uji
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kantong Semar merupakan tanaman yang unik dan langka di Indonesia. Status tanaman ini termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan Undang- Undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggrek Vanda tricolor merupakan jenis tanaman endemik di kawasan lereng Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah keunguan ini banyak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. Dari berbagai
Lebih terperinciPERBANYAKAN KLONAL Phalaenopsis sp. IN VITRO DARI EKSPLAN DAUN DAN EKSPLAN TANGKAI BUNGA
PERBANYAKAN KLONAL Phalaenopsis sp. IN VITRO DARI EKSPLAN DAUN DAN EKSPLAN TANGKAI BUNGA Yusnita, Candra Kesuma, Devina Andiviaty, Sri Ramadiana, dan Dwi Hapsoro Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah yang beriklim tropis di dunia memiliki keragaman sumber daya tanaman buah-buahan cukup banyak untuk digali dan didayagunakan potensi sosial-ekonominya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dendrobium merupakan salah satu genus anggrek terbesar dari famili
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Dendrobium Dendrobium merupakan salah satu genus anggrek terbesar dari famili Orchidaceae, dan meliputi lebih dari 2.000 spesies (Uesato, 1996). Dendrobium
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Phalaenopsis
TINJAUAN PUSTAKA Phalaenopsis Keluarga tanaman anggrek terdiri dari 900 marga. Marga tersebut yang telah dikenal sekarang diperkirakan 50 000 jenis, diantaranya kurang lebih 5000 jenis anggrek terdapat
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turi adalah tanaman leguminosa yang umumnya dimanfaatkan sebagai makanan ternak (pakan ternak). Tanaman leguminosa memiliki kandungan protein yang tinggi, begitu juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas
1 I. PENDAHULUAN Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas 25.000-30.000 spesies yang tersebar ke dalam 800 genus (Trenggono dan Wiendi, 2009). Menurut Iswanto (2001) Phalaenopsis adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN
BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN PEMBAGIAN KULTUR JARINGAN Kultur organ (kultur meristem, pucuk, embrio) Kultur kalus Kultur suspensi sel Kultur protoplasma Kultur haploid ( kultur anther,
Lebih terperinciTeknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012
Teknik Kultur In Vitro Tanaman Sri Sumarsih Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac.id
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi dan Perkecambahan Biji Hasil penelitian menunjukkan biji yang ditanam dalam medium MS tanpa zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Budaya menggunakan tanaman hias dan bunga bagi tujuan kesenangan dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun akhirnya meluas hingga
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 205 ISBN: 978-602-8962-5-9 PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA DAN BUBUR PISANG PADA MEDIA MS TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK KELINCI (Dendrobium antennatum Lindl.) SECARA
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan
40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Respons pertumbuhan yang dihasilkan dari penanaman potongan daun binahong (Anredera cordifolia) yang ditanam pada medium MurashigeSkoog dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar, tanaman pisang banyak ditanam oleh petani baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang
Lebih terperinci