BAB I PENDAHULUAN. masalah akan diuraikan secara singkat mengenai dasar pemahaman permasalahan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan berisi mengenai uraian latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada subbab latar belakang masalah akan diuraikan secara singkat mengenai dasar pemahaman permasalahan yang terjadi, ketertarikan terhadap topik penelitian dan alasan yang melandasi bahwa penelitian ini layak untuk dilakukan. Berdasarkan latar belakang permasalahan kemudian dirumuskan beberapa rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini Latar Belakang Wilayah perkotaan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi memerlukan berbagai fasilitas permukiman serta sarana dan prasarana umum yang memadai. Begitu pula yang terjadi di Kota Denpasar, jumlah penduduknya mengalami peningkatan yang signifikan selama beberapa dekade ini. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 1981 jumlah penduduk Kota Denpasar sebanyak jiwa, sedangkan tahun 2014 sebanyak jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di wilayah perkotaan tersebut juga menyebabkan berbagai masalah di bidang pertanahan. Tingginya tingkat persaingan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah di perkotaan memicu munculnya penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai rencana tata ruang kota serta dapat memicu munculnya kawasan 1

2 2 permukiman kumuh ( slum area). Menurut Budihardjo (1998 :36), dampak pengelompokan kegiatan di suatu kota besar akan menyebabkan terpusatnya berbagai pusat kegiatan seperti pusat perkantoran, pusat perdagangan, kampus dan lain sebagainya. Hal itu menyebabkan terjadinya gejala persaingan untuk memperebutkan lokasi-lokasi strategis di sekitar pusat kegiatan/paling dekat dengan pusat-pusat kegiatan tersebut, sehingga mempengaruhi kenaikan nilai tanah di wilayah tersebut. Sementara itu banyak pula dijumpai masalah kesemrawutan kavling tanah di daerah perkotaan seperti adanya bidang-bidang tanah yang berderet dengan bentuk tidak beraturan terhadap jalan serta adanya bidang-bidang tanah yang mengelompok sedemikian rupa sehingga sulit untuk menjangkau bidang tanah yang letaknya di bagian dalam. Di samping itu ketersediaan jalan yang tidak memadai dalam hal kuantitas maupun lebar jalan juga menjadi masalah dalam menciptakan keteraturan permukiman perkotaan. Kondisi tersebut menyebabkan aksesibilitas penduduk menjadi terhambat, bidang-bidang tanah terisolir (ti dak mempunyai akses jalan), ketersediaan sarana dan prasarana umum terbatas dan memicu munculnya permukiman yang tidak teratur dan berpotensi menjadi permukiman kumuh. Untuk mencegah berkembangnya permukiman yang tidak teratur tersebut diperlukan usaha untuk melakukan penataan ulang terhadap bidang-bidang tanah yang tidak beraturan tersebut dengan melibatkan partisipasi masyarakat agar tidak terjadi konflik-konflik pertanahan. Kawasan permukiman akan berkembang dengan baik dan teratur apabila pada awal perkembangannya telah dilakukan

3 3 suatu perencanaan pemanfaatan ruang yang tepat. Untuk itulah pemerintah melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan strategi penataan pertanahan melalui kegiatan kosolidasi tanah atau land consolidation (LC). Selanjutnya dalam penulisan laporan tesis ini penulis sering menggunakan singkatan LC dalam menyebut istilah konsolidasi tanah. Menurut Setiawan (2009:5) tujuan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) membuat konsep konsolidasi tanah adalah sebagai suatu usaha dari BPN RI sesuai dengan kewenangannya di bidang pertanahan untuk mengatasi kebuntuan dalam pengadaan tanah yang dihadapi oleh pemerintah daerah berkaitan dengan rencana tata ruang dan rencana pembangunan daerah. Sebab, pada prinsipnya pelaksanaan konsolidasi tanah tersebut menggunakan metode sukarela dan tanpa memindahkan pemilik tanah dari lingkungan semula. Hal itu sesuai dengan pendapat Sumardjono (2009:36) bahwa konsolidasi tanah perkotaan merupakan alternatif sederhana untuk menata permukiman dengan prinsip membangun tanpa menggusur. Sedangkan menurut Jayadinata (1999:174), lingkungan permukiman dapat memenuhi syarat perencanaan yaitu dengan pembagian kavling yang teratur, jalan yang cukup, serta dilengkapi dengan prasarana bagi aspek penyehatan lingkungan (yaitu sistem drainase, jaringan air minum dan sistem bangunan) dan prasarana sosial ekonomi lainnya dengan melalui program konsolidasi tanah. Pada prinsipnya, menurut Setiawan (2009 :7), kegiatan konsolidasi tanah perkotaan merupakan suatu aktivitas untuk menata letak dan bentuk tanah dari yang tidak teratur menjadi teratur melalui penggeseran, penggabungan,

4 4 pemecahan, penghapusan dan pengubahan hak atas tanah di kawasan pinggiran perkotaan dan atau di kawasan perkotaan dalam rangka pemekaran dan penataan permukiman termasuk fasilitas umum dan fasilitas sosial yang diperlukan oleh pemilik tanah yang disesuaikan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)/Rencana Pembangunan Daerah dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Sasaran konsolidasi tanah tersebut adalah terwujudnya penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang tertib dan teratur sesuai dengan kemampuan dan fungsinya dalam rangka tertib pertanahan, baik melalui sistem penataan kelompok besar maupun kelompok kecil. Menariknya kegiatan ini karena menawarkan solusi strategis dalam hal penyediaan tanah untuk pembangunan, sebab masyarakat akan menerima manfaat yang nyata seperti penguasaan dan kepemilikan tanah mereka tidak tergusur, tersedianya fasilitas umum dan sosial, masyarakat bisa ikut aktif dalam pembangunan melalui sumbangan tanah untuk pembangunan (STUP), nilai tanah yang menjadi tinggi, masyarakat memperoleh jaminan hak atas tanah (sertipikat) dan terciptanya persil tanah dan lingkungan yang tertata rapi, serasi dan seimbang (Pusdiklat BPN RI, 2014). Jayadinata (1999 :166) menyebutkan bahwa kegiatan konsolidasi tanah sudah banyak diterapkan di beberapa negara maju maupun berkembang seperti di Taiwan, Amerika Latin, Jepang, Jerman dan Belanda dengan menggunakan istilah seperti land consolidation atau disebut juga land assembly. Menurut dokumen yang bersumber dari Kantor Badan Pertanahan Nasional Provinsi Bali

5 5 menyatakan bahwa kegiatan konsolidasi tanah yang dilaksanakan pertama kali di Indonesia berlokasi di kawasan Renon yang termasuk wilayah Desa Sumerta Kelod serta Kelurahan Renon dan Kelurahan Panjer, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Pelaksanaan konsolidasi tanah yang pertama kali tersebut berlangsung pada tahun 1982 sebagai implementasi pengembangan kawasan permukiman di sekitar civic centre Renon. Menurut Setiawan (2009:4), konsolidasi tanah yang diterapkan di Indonesia tersebut mengadopsi kegiatan konsolidasi tanah yang dilaksanakan di Negara Taiwan. Pada saat itu pelaksanaan konsolidasi tanah belum berdasarkan aturan karena masih dalam taraf uji coba penataan tanah. Pada tahun 1986 pelaksanaan konsolidasi tanah baru didasarkan atas Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 592/6365/Agr tanggal 22 Desember 1986 tentang Penunjukan dan Penetapan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah. Sedangkan peraturan pelaksanaan konsolidasi tanah di Indonesia baru diterbitkan pada tahun 1991 melalui Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun Sejak tahun 1982 hingga tahun 1993 telah dilaksanakan kegiatan konsolidasi tanah perkotaan/non pertanian di sebagian wilayah Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur yang terbagi dalam empat tahap. Hasil dari kegiatan konsolidasi tanah tersebut terlihat jelas dengan semakin tingginya kualitas lingkungan, akses jalan dan drainase terpenuhi dengan baik, serta tersedianya fasilitas umum dan sosial lainnya seperti penyediaan tanah untuk bale banjar. Akibatnya terjadi persaingan dalam kepemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah untuk digunakan sebagai sarana permukiman

6 6 maupun tempat usaha di kawasan permukiman tersebut. Hal itu mendorong munculnya penyimpangan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota Denpasar. Sebagian penduduk pendatang dengan tingkat ekonomi lemah telah membangun permukiman sederhana dengan cara menyewa tanah dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang relatif murah. Akibatnya pada beberapa bagian dari lokasi kegiatan konsolidasi tanah di Kota Denpasar termasuk Desa Sumerta Kelod tersebut muncul kawasan permukiman sangat sederhana dan cenderung kumuh. Hal itu berdasarkan pula data dari Dinas Tata Ruang dan Perumahan (DTRP) Kota Denpasar tahun 2013, bahwa di kawasan LC Desa Sumerta Kelod telah tumbuh dua titik permukiman kumuh. Fenomena-fenomena di atas bertolak belakang dengan sasaran konsolidasi tanah yang bertujuan agar dapat terwujudnya suatu tatanan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang tertib dan teratur sesuai dengan kemampuan dan fungsinya dalam rangka tertib pertanahan. Apabila kondisi tersebut dibiarkan tanpa ada penanganan yang serius dikhawatirkan akan semakin banyak terjadi pelanggaran terkait penggunaan dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai peruntukannya serta dapat memicu munculnya kesemrawutan tata ruang kota. Dengan demikian perlu dilakukan suatu penelitian yang mengkaji perubahan penggunaan dan pemanfaatan bidang-bidang tanah serta perkembangan permukiman pada lokasi pelaksanaan kegiatan konsolidasi tanah di Kota Denpasar khususnya di Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar

7 7 Timur. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi perkembangan fisik pasca pelaksanaan program konsolidasi tanah di wilayah tersebut, terutama mengenai perkembangan permukimannya. Selanjutnya, diharapkan ke depannya Pemerintah Kota Denpasar bersama instansi-instansi yang terkait dapat melakukan tindakan pengendalian melalui kegiatan pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang yang terencana dan kontinyu agar senantiasa tercipta lingkungan perkotaan yang teratur, tertib dan sehat Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perubahan penggunaan dan pemanfaatan bidang-bidang tanah pasca pelaksanaan kegiatan konsolidasi tanah di Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar? 2. Apa saja faktor yang mendorong perkembangan permukiman pasca kegiatan konsolidasi tanah di Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar? 3. Bagaimana dampak fisik yang ditimbulkan dengan adanya perkembangan permukiman pada lokasi kegiatan konsolidasi tanah di Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar?

8 Tujuan Penelitian Pada penelitian ini terdapat tiga tujuan yang secara khusus ingin dicapai sehubungan dengan rumusan permasalahan tersebut, yaitu untuk: 1. Mengetahui perubahan penggunaan dan pemanfaatan bidang-bidang tanah pasca pelaksanaan kegiatan konsolidasi tanah di Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mendorong perkembangan permukiman pasca kegiatan konsolidasi tanah di Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. 3. Mengetahui dampak fisik yang ditimbulkan dengan adanya perkembangan permukiman pada lokasi kegiatan konsolidasi tanah di Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis: penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan permukiman pasca konsolidasi tanah, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut serta dampak fisik yang ditimbulkan dari perkembangan permukiman tersebut. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi referensi terhadap penelitian sejenis.

9 9 2. Manfaat praktis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan baik di tingkat pemerintah maupun stakeholder terkait, berkaitan dengan perkembangan permukiman pada lokasi kegiatan konsolidasi tanah yang merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan. Bagi masyarakat lokal di wilayah studi, penelitian ini memberikan wawasan dan pemahaman tentang eksistensi dan peran yang diemban masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik dan regulasi dalam pembangunan permukiman perkotaan.