DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 Ringkasan Eksekutif DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR

2

3

4

5 Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 I PENDAHULUAN Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa terletak antara 111⁰ 0 hingga 114⁰ 4 Bujur Timur dan 7⁰ 12 hingga 8⁰ 48 Lintang Selatan dan memiliki luas wilayah ,81 km 2. Secara administratif Provinsi Jawa Timur terbagi menjadi 38 kabupaten/kota, terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota. Secara umum wilayah Jawa Timur terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan sebesar 90% dan wilayah Kepulauan Madura sekitar 10%. Kondisi fisik dan geografis Jawa Timur dikelompokkan menjadi: (1) Bagian Utara dan Madura merupakan daerah yang relatif kurang subur yang berupa pantai, dataran rendah dan pegunungan; (2) Bagian Tengah merupakan daerah yang relatif subur; (3) Bagian Selatan-Barat merupakan pegunungan yang memiliki potensi tambang cukup besar; (4) Bagian Timur pegunungan dan perbukitan yang memiliki potensi perkebunan, hutan dan tambang. Secara umum pembangunan di Jawa Timur pada tahun 2016 mengalami peningkatan. Indikator Kinerja Utama sebagai ukuran kinerja pembangunan menunjukkan angka sebagai berikut: (1) Pertumbuhan Ekonomi meningkat dari 5,44% (2015) menjadi 5,55%, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh 5,02%; (2) Persentase Kemiskinan menurun dari 12,28% (2015) menjadi 11,85%; (3) Tingkat Pengangguran Terbuka menurun dari 4,47% (2015) menjadi 4,21%; (4) Indeks Pembangunan Manusia meningkat dari 68,95 (2015) menjadi 69,75; dan (5) Disparitas Wilayah yang ditunjukkan dengan Gini rasio mencapai 0,40 atau masuk dalam kategori sedang. Namun demikian, keberhasilan pembangunan tersebut belum disertai dengan kinerja pengelolaan lingkungan yang memuaskan. Hasil perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Jawa Timur yang merupakan indikator keberhasilan dan untuk mengevaluasi efektifitas program pengelolaan lingkungan, menunjukkan nilai 66,81 atau kategori cukup pada tahun 2016, dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan IKLH Nasional sebesar 62,96. Pada dasarnya Jawa Timur telah menetapkan tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Hal ini termuat dalam salah satu poin kebijakan pembangunan kewilayahan dalam RPJMD Jawa Timur yaitu RINGKASAN EKSEKUTIF 1

6 Gambar. Peta Ekoregion Jawa timur ngan pembangunan berwawasan lingkungan. peningkatan kawasan kelestarian fungsi lindung, sumber daya alam dan optimasi kawasan fungsi budidaya sebagai upaya perlin dungan lingkungan sumber daya alam /buatan ekosistemnya rangka dan dalam pengemba Untuk membantu perumusan kebijakan terutama yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di Jawa Timur, diperlukan suatu sarana penyediaan data dan informasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Provinsi Jawa Timur tahun 2016 disusun untuk menjelaskan kondisi aktual lingkungan (state), tekanan terhadap lingkungan (pressure), dan upaya-upaya yang dilakukan guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup (response). Proses penyusunan dokumen IKPLHD dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi pembentukan tim penyusun, pembagian tugas, penentuan isu prioritas dengan melibatkan masyarakat melalui FGD, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data dengan pendekatan Pressure-State-Response (PSR). II ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP Penentuan isu prioritas lingkungan hidup didasari pada permasalahan terkait lingkungan hidup yang telah, sedang dan/atau akan dialami. Pada umumnya permasalahan lingkungan hidup menyangkut dimensi yang luas, yaitu lintas ruang/wilayah, lintas pelaku/sektor, dan lintas generasi. Penentuan isu prioritas Laporan IKPLHD Provinsi Jawa Timur dilakukan dengan pertimbangan: a. Mendapat perhatian publik yang luas dan aktual b. Perlu ditangani segera c. Sesuai kebutuhan masyarakat d. Dampak yang ditimbulkannya terhadap publik Gambar. Pembahasan isu prioritas di DLH Jatim RINGKASAN EKSEKUTIF 2

7 e. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi f. Potensi menimbulkan dampak kumulatif dan efek berganda. Penetapan isu prioritas didasarkan proses secara partisipatif melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan dan masyarakat. Pelaksanaan FGD dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2017, 20 Maret 2017, dan April 2017 dengan melibatkan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD), perguruan tinggi dan LSM lingkungan hidup di Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan hasil FGD dan proses penentuan prioritas isu lingkungan hidup yang menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP), diperoleh urutan isu prioritas: 1. Penurunan Kualitas Air 2. Alih Fungsi Lahan yang Memicu Bencana Alam 3. Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 4. Pengelolaan Wilayah Pesisir 5. Perubahan Iklim. III ANALISIS PRESSURE, STATE, DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP Kondisi lingkungan Jawa Timur di tahun 2016 berdasarkan nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) mencapai 66,81 merupakan gambaran kondisi tutupan lahan, kualitas air dan kualitas udara. Berdasarkan kondisi lingkungan yang ada dapat dijelaskan sebagai berikut: III.1 Tata Guna Lahan dan Laut Indeks Tutupan Lahan (ITL) di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 61,40 mengalami penurunan dari 64,01 pada tahun Penurunan tersebut dipengaruhi kegiatan penggunaan lahan di daratan dan pengukuran luasan lahan dengan interpretasi citra satelit untuk penggunaan lahan dengan skala yang detail. State Gambar. Permasalahan lingkungan di Jawa Timur Luas lahan di Jawa Timur sebesar ha, termasuk wilayah pesisir dan laut sejauh 12 mil dari pantai. Penggunaan lahan yang mengalami penurunan adalah lahan kering sebesar 0,64% (4.231 ha), namun kualitas tanah kering RINGKASAN EKSEKUTIF 3

8 di beberapa daerah masih belum memenuhi baku mutu kerusakan tanah berada di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Malang. Kawasan hutan di Jawa Timur mencapai sekitar 28.38% dari luas daratan, yaitu sekitar ha, difungsikan sebagai hutan produksi ha (22,37%), kawasan hutan lindung Ha (9,85%) dan kawasan hutan konservasi ,60 ha (6,68%). Wilayah perairan Provinsi Jawa Timur sepanjang km dengan panjang garis pantai km, memiliki 446 pulau, dan penduduk wilayah pesisir sebesar 60% berada di wilayah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan (Gerbangkertasusilo) sebagaimana ditetapkan dalam PP No.26 tahun 2008 tentang Rancana Tata Ruang Wilayah Wilayah Nasional sebagai Pusat Pelayanan Nasional. Hal ini berdampak pada trend kualitas dan kuantitas sumber daya alam pesisir. Ekosistem mangrove di Jawa Timur mempunyai kerapatan pohon/ha dengan presentase tutupan mangrove 63,18%. Luasan mangrove meningkat 8% pada tahun 2016 dari ,561 ha menjadi ,14 ha. Peningkatan luasan berada di Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Malang, Lumajang, Jember, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan dan Kota Surabaya. Ekosistem terumbu karang yang tergolong kondisi sangat baik mencapai 20%, kondisi baik 35%, kondisi sedang 22% dan kondisi rusak 39%. Kondisi sangat baik sebesar 56,32% berada di Kabupaten Tulungagung, kondisi baik sebesar 99,95% di Kabupaten Pasuruan, kondisi sedang sebesar 39,53% di Kabupaten Blitar sedangkan terumbu karang rusak 90,37% berada di Kabupaten Gresik. Ekosistem padang lamun mengalami penurunan 24% dari luasan ha menjadi 503,63 ha dengan laju kerusakan hingga 47% dengan kerusakan terbesar berada di Kabupaten Gresik. Pressure Luas lahan kritis mengalami peningkatan 1,5% dari ,24 ha menjadi ha pada tahun 2016, dengan rincian 65,32% atau ha berupa lahan kritis dan 34,68% atau berupa lahan sangat kritis ,59 ha. Aktivitas lainnya yang memengaruhi perubahan lahan karena kebutuhan pemukiman naik 2,96% atau ha, perkebunan sebesar 3,62% atau ha, pertambangan 29,64% RINGKASAN EKSEKUTIF 4

9 atau sebesar ha. Penata gunaan lahan menurut BPN di Jawa Timur belum seluruhnya didukung dengan peta dasar sebesar 96,57% hal ini juga berdampak terhadap penguasaan lahan di luar hak milik yang mencapai 5,6%. Tekanan pada wilayah pesisir akibat pengembangan wilayah, industri, pelabuhan, perubahan pemanfaatan lahan di daratan, dan perubahan garis pantai mengakibatkan meningkatnya sedimentasi dan pencemaran air laut, sebagai contoh di Pelabuhan Pasuruan, Kranji dan Probolinggo beberapa titik pantau menunjukan TSS dantotal Coliform belum memenuhi baku mutu air laut. Response Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam rangka meningkatkan Indeks Tutupan Lahan (ITL) telah menetapkan target capaian ITL dalam dokumen revisi RPJMD tahun Peningkatan tutupan lahan dilakukan melalui reboisasi seluas 7.010,75 Ha ( pohon), penghijauan seluas ,66 ha ( pohon) dan penghijauan hutan kota seluas 269,07 ha. Untuk menekan laju lahan kritis, BLH dan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur telah merehabilitasi luasan lahan kritis dikawasan hutan ± ha. Kebijakan lainnya melalui inventarisasi penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH), dan pendelegasian wewenang Gubernur kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup untuk melakukan validasi terhadap dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten/Kota khususnya terkait RTRW/RDTR di Kabupaten/Kota, perhitungan status daya dukung lingkungan di beberapa wilayah dan pemetaan Ekoregion Jawa Timur. Pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan melalui pengembangan hutan rakyat seluas seluas Ha terbesar di Kab. Malang sebesar ,64 Ha. Upaya lainnya dilakukan melalui model desa konservasi sebanyak 4 lokasi untuk pengembangan pertanian, ternak, penangkaran satwa dan produksi madu di sekitar kawasan konservasi. Pengelolaan hutan bersama masyarakat dilakukan melalaui PHBM dengan LMDH sebanyak 399 kelompok. Dinas Kehutanan juga menganggarkan program perlindungan dan konservasi sumber daya hutan sebesar Rp Kebijakan pengendalian pesisir dan laut dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Pergub No.131 tahun 2016 Gambar. Alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan di Kab. Mojokerto Gambar. Transplatasi terumbu karang oleh TNI di Situbondo RINGKASAN EKSEKUTIF 5

10 tentang Rencana Aksi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur tahun dan sedang melakukan proses revisi penyusunan penetapan zonasi RTRW sebagai pengganti Perda No.6 tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tahun Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur melalui program pengembangan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil juga telah menganggarkan sebesar Rp naik dari tahun 2015 sebelumnya Rp Agar terkelolanya sumber daya pesisir dan peningkatan kesejahteraan nelayan, dilaksanakan program peningkatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, yang menghasilkan realisasi penurunan tingkat kerusakan mangrove sebesar 0,02% dan terumbu karang sebesar 0,001% serta telah diterbitkannya Perda No.3 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan. Pemberdayaan masyarakat melalui konservasi mangrove salah satunya dilakukan oleh PT. Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO) di Kabupaten Bangkalan, Tuban, Lamongan dan Kota Surabaya. Konservasi pesisir dan sumber daya laut untuk pemasaran pariwisata dilakukan Kabupaten Banyuwangi melalui berbagai festival dengan melibatkan kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) salah satunya di Bangsring Underwater, yang merupakan kawasan konservasi perairan, transplantasi terumbu karang dan habitat ikan hias. III.2 Kualitas Air Provinsi Jawa Timur memiliki 7 wilayah sungai antara lain Wilayah Sungai (WS) Brantas, Solo, Bondoyudo-Bedadung, Madura, Pekalen-Sampean, Baru-Bajulmati, dan Welang-Rejoso. Wilayah DAS Brantas mempunyai sungai dengan catchment area terluas ( km 2 ) dan mengalir pada 17 kabupaten/kota di Jawa Timur yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Total penduduk di DAS Brantas hampir 50% dari total penduduk di Jawa Timur ( jiwa dari total ). State Indeks Kualitas Air (IKA) di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 50,75 mengalami penurunan dari 52,51 pada tahun 2015 atau masih berada pada status sangat kurang. Adapun Indeks Kualitas Air (IKA) di wilayah sungai strategis Nasional hasil perhitungan KLHK, yaitu Wilayah Sungai Brantas pada tahun 2016 sebesar 47,68 menurun dibandingkan tahun sebelumnya 49,17. Demikian juga kualitas air di Wilayah Sungai Bengawan Solo yang menunjukkan angka 48,75. Kedua sungai strategis Nasional ini berada dalam kondisi waspada. Pada tahun 2016 jumlah pemantauan pada sumber pencemar lebih banyak. RINGKASAN EKSEKUTIF 6

11 Kondisi eksisiting konsentrasi beberapa parameter kunci hasil pemantauan kualitas air yang dilakukan oleh BLH Provinsi Jawa Timur, Perum Jasa Tirta I, dan Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur maupun BLH kabupaten/kota menunjukkan bahwa untuk beberapa parameter kunci di DAS Brantas melebihi baku mutu kualitas air sungai kelas II. Berdasarkan dianalisis pada 7 WS di Jawa Timur, maka sebaran persentase pemenuhan terhadap baku mutu kualitas air sungai kelas II untuk parameter urutan terbesar BOD (87%), TSS (65%), Fecal Coli (56%), Total Coli (49%) dan COD (7%). Pressure Penyebab menurunnya kualitas air adalah air limbah, dimana sumber pencemar utama adalah air limbah domestik dan air limbah industri. Potensi air limbah domestik dipengaruhi oleh jumlah penduduk di suatu wilayah. Dengan proyeksi jumlah penduduk Jawa Timur tahun 2016 sebesar jiwa, maka potensi air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik sebesar m 3 /hari. Dari jumlah tersebut diperkirakan beban BOD dari air limbah domestik sebesar 390,811 ton per tahun, terbesar di Kota Surabaya sebesar m 3 /tahun. Sumber air limbah domestik juga dipengaruhi oleh perilaku buang air sembarangan sebesar 16,43% atau sebanyak rumah tangga dari rumah tangga di Jawa Timur. Beban BOD dari sektor industri skala menengah-besar yang berhasil diinventarisasi adalah sebesar ton/tahun. Namun, secara umum dapat diperoleh gambaran bahwa beban BOD dari sektor domestik memang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dari Gambar. Kondisi sungai di pintu air sektor industri karena sektor industri sudah memiliki infrastruktur pengolahan air limbah (IPAL), sedangkan untuk sektor domestik belum dikembangkan secara terintegralistik. Beban air limbah industri yang berhasil diinventarisir dari industri yang mengikuti PROPER (85 industri) untuk parameter TSS sebesar ton/tahun dan COD sebesar ton/tahun. COD dan TSS cenderung diatas baku mutu air sungai kelas II. Beban pencemaran utama adalah air limbah domestik yang berasal dari aktifitas mandi dan cuci (grey water) serta limbah tinja (black water). Selain itu, terdapat aktifitas lain yang merupakan non-point sources (seperti aktifitas pertanian, perkebunan, erosi tanah, dll). RINGKASAN EKSEKUTIF 7

12 Response Dalam rangka meningkatkan Indeks Kualitas Air, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menetapkan target capaian Indeks Kualitas Air (IKA) dalam dokumen perencanaan revisi RPJMD tahun Upaya penanggulangan pencemaran air dari sektor industri dilaksanakan dengan pemberlakukan Pergub No.72 Tahun 2013 dan Pergub No.52 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. Kebijakan anggaran sebesar 2,9% dari APBD Provinsi Jawa Timur atau sebesar Rp Pemantauan kualitas air telah dilaksanakan di lokasi sampel sebanyak sampling. Peningkatan kapasitas pengelola lingkungan melalui pelatihan dan bimbingan teknis PPLHD sebanyak 14 personil. Kontrol terhadap pelaku usaha dilakukan dengan pembinaan dan bimbingan teknis kepada penghasil air limbah. Pemberlakuan izin lingkungan dan dan rekomendasi berupa Perolehan PROPER AMDAL, UKL-UPL & Jawa Timur SPPL sebanyak 78 rencana Emas 110 Hijau usaha dan/atau kegiatan. Biru 74 Monitoring kualitas effluent Merah 46 air limbah dilakukan Hitam melalui pengawasan terhadap 159 Industri, Pengawasan PROPER sebanyak 188. Penegakan hukum diberlakukan kepada industri yang belum memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2009 diterapkan Sanksi Pidana sebanyak 7 industri dan rekomendasi Sanksi Administrasi sebanyak 3 industri. Pencemaran air dari sektor domestik (perumahan/permukiman penduduk dan real esatate) dapat dilakukan dengan mendorong pembuatan IPLT dan IPAL Komunal sudah terbangun di Kabupaten Lumajang. Upaya pengendalian pencemaran air dengan pelibatan masyarakat melalui Patroli Air, dan pengelolaan ekosistem sungai melalui suaka ikan berdasar Kepgub No.188/785/kpts/013/2013. III.3 Kualitas Udara Informasi mengenai kualitas udara yang disajikan berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara menggunakan pengamatan sesaat yang dilakukan di 38 Kabupaten/kota dan passive sampler di 15 kabupaten/kota yang dilakukan oleh Kementerian LHK. RINGKASAN EKSEKUTIF 8

13 State Indeks Kualitas Udara (IKU) Jawa Timur tahun 2016 adalah 90,09 atau berstatus sangat baik. Capaian IKU di Jawa Timur tahun 2016 sedikit menurun dibandingkan tahun 2015 sebesar 91,09, hal ini lebih banyak disebabkan oleh factor iklim. Konsentrasi CO, O 3, partikulat (PM10) dan Pb dari udara ambien perkotaan di seluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur memenuhi baku mutu. Nilai CO tertinggi ada pada area padat transportasi di Kabupaten Tuban (1.4733,1 µg/nm 3 ) dan terendah di area Permukiman di Kabupaten Bondowoso (68,75 µg/nm 3 ). Nilai O 3 tertinggi berada pada area industri di Kabupaten Bangkalan (125,2 µg/nm 3 ) dan terendah di area transportasi Kabupaten Blitar (4 µg/nm 3 ). Nilai rata rata O 3 secara umum semakin tinggi dari area permukiman, padat transportasi, dan industri berturut-turut sebesar 25,09 µg/nm 3 ; 27,93 µg/nm 3 dan 31,87 µg/nm 3. Kadar partikulat di beberapa kabupaten/kota melampaui baku mutu yang ditetapkan, antara lain di area industri Kabupaten Mojokerto, Jombang, Bojonegoro, dan area transportasi di Kabupaten Tulungagung, Gresik, Probolinggo, dan Kota Surabaya. Nilai Pb tertinggi ada pada area permukiman di Kabupaten Kediri (0,928 µg/nm 3 ) dan terendah di area permukiman Kota Mojokerto (0,0232 µg/nm 3 ). Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), rata-rata kualitas air hujan di Jawa Timur tahun 2016 mempunyai kandungan derajat keasaman (ph) sebesar 4,77 (kecenderungan bersifat asam). Pressure Penggunaan bahan bakar dari sector transportasi tahun 2016 didominasi oleh bensin sebanyak 14,46 juta kilo liter dan solar sebanyak 6.723,01 kilo liter. Penggunaan besin tersebut mengalami penurunan dimana pada tahun 2015 mencapai 15,08 juta kilo liter, sedangkan penggunaan solar mengalami peningnkatan, dimana pada tahun 2015 mencapai 586,44 kilo liter. Berdasarkan metode IPCC GL 2006, dari pemakaian bahan bakar minyak 2016 diperoleh emisi gas rumah kaca sebesar ,51 Gg CO 2 e. Sektor transportasi dipengaruhi oleh jumlah kendaraan di Jawa Timur yang mencapai 15,67 juta unit dan meningkat 21% dibanding tahun 2014, terdiri dari 96% kendaraan berbahan bakar bensin dan 4% kendaraan berbahan bakar solar. Selain itu panjang ruas jalan di Jawa Timur pun mengalami penambahan secara signifikan. Total jumlah industri pada tahun 2016 adalah industri meningkat 0,23% dari tahun 2015, yang terdiri dari industri kecil (97,3%), industri menengah (2,5%) dan industri besar (0,1%). Keberadaan industri kecil dan menengah dengan jumlah besar berkontribusi besar terhadap RINGKASAN EKSEKUTIF 9

14 pencemaran udara. Keberadaan teknologi pengendali pencemaran udara yang murah belum banyak berkembang dan digunakan oleh pelaku usaha skala kecil dan menengah. Industri skala besar pada umumnya telah diawasi sedemikian rupa oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait sehingga sebagian besar telah memiliki infrastruktur pengendali pencemaran udara yang baik. Jawa Timur memiliki beberapa industri pembangkit (PLTU) untuk menyuplai energi listrik di Pulau Jawa, Madura dan Bali. Bahan bakar utama industri pembangkit adalah batu bara. Pembakaran bahan bakar fosil (batu bara) dengan jumlah pemakaian sebesar ton pada tahun 2015, memiliki potensi tinggi dalam pencemaran udara yang menghasilkan gas SO 2 dan NO 2. Emisi GRK dari pembakaran batu bara oleh industri penghasil energi pada tahun 2015 adalah ,43 Gg CO 2 e. Timbulan sampah di Jawa Timur tahun 2016 sebesar ,20 kg/hari atau ton/tahun, terbesar di Kota Surabaya (1.709,15 ton/hari) dan terkecil di Kota Mojokerto (62,85 ton/hari). Sebagian besar pengelolaan sampah di TPA masih menggunakan pengolahan secara controlled landfill dan open dumping, dalam hal ini emisi CH 4 di TPA akan di-release ke udara. Dari timbulan sampah tahun 2016 tersebut diperoleh emisi CH 4 sebesar 0,037 Gg atau setara dengan 0,777 Gg CO 2 e. Kebakaran hutan dan aktifitas pembakaran lain berpotensi menghasilkan Emisi gas berupa CO 2, CO, PM10, PM2.5, NOx, CH 4, senyawa organik volatil, HC, dll. Kebakaran hutan di luar kawasan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 239,5 ha berasal dari wilayah Kabupaten Situbondo, Probolinggo, dan Nganjuk. Sedangkan untuk didalam kawasan sebesar 1.013,9 ha. Aktifitas pembakaran lain seperti pembakaran sampah pertanian dan pembakaran untuk aktifitas domestik juga berkontribusi menambah beban pencemaran. Response Dalam upaya meningkatkan Indeks Kualitas Udara (IKU), Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menetapkan target capaian Indeks Kualitas Udara dalam revisi RPJMD tahun Kebijakan pengendalian pencemaran udara dilakukan melalui penerapan baku mutu udara emisi dan ambien melalui Peraturan Gubernur Jawa Timur No.10 Tahun Upaya lain juga melalui Penerapan Peraturan Gubernur Jawa Timur No.67 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang dikontrol oleh SKPD terkait di level provinsi dengan dana APBD Provinsi Jawa Timur. Pemantauan kualitas udara ambien secara rutin pada lokasi pemukiman, lalu lintas padat dan sekitar industri di 38 kabupaten/kota. Penerapan ecco office melalui surat edaran Gubernur Jawa Timur. RINGKASAN EKSEKUTIF 10

15 Tindakan persuasif dilakukan melalui program pembinaan dan penilaian kinerja lingkungan Instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat umum yang berdampak pada perbaikan mutu udara seperti pembinaan pengelolaan lingkungan bagi industri dan kegiatan usaha lainnya, penghargaan PROPER dan industri hijau untuk industri oleh K/L terkait, penghargaan Kalpataru, Adiwiyata, Program Desa/Kelurahan Bersih Sehat Lestari (Berseri), Perindangan dan Hutan Kota., Program Kampung Iklim untuk skala dusun, car free day, penghijauan dan reboisasi. Tindakan represif berupa pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum lingkungan. III.4 Resiko Bencana State Kerugian akibat banjir tahun 2016 mencapai Rp atau lebih tinggi dari tahun 2015 sebesar Rp Kejadian tertinggi terjadi di Kabupaten Pasuruan. Kerugian akibat kekeringan yang terjadi pada tahun 2016 hanya Rp dan sangat Gambar. Banjir Porong, 2016 menurun drastis dibanding tahun 2015 yang mencapai Rp Kejadian kebakaran hutan di tahun 2016 menurun dari tahun Kerugian akibat kebakaran hutan mencapai Rp atau menurun dari tahun 2015 yang mencapai Rp Kejadian longsor tahun 2016 meningkat dibanding tahun 2015 dengan kerugian meningkat tiga kali lipat mencapai Rp Pressure Intensitas bencana pada 2016 meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya. Dari bencana selama 2016, sekitar 92% adalah bencana hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Hal ini dikarenakan pada 2016 terjadi musim kemarau basah yang meningkatkan potensi terjadinya bencana hidrometeorologi. Curah hujan rata-rata Jawa Timur tahun 2014 sampai dengan 2016 terus menunjukkan peningkatan dari 106,3 mm ditahun 2014 dan menjadi 217,64 di tahun 2016 kondisi tersebut meningkatkan resiko bencana khususnya banjir dan tanah longsor yang besar, sedangkan potensi bencana kekeringan menurun drastis, karena tahun 2016 hampir setiap bulan RINGKASAN EKSEKUTIF 11

16 terjadi hujan yang berdampak pada tercukupinya persediaan air. Kondisi ini berdampak sebaran titik panas (hot spot) di Jawa Timur juga mengalami penurunan hingga 86% dari 358 titik menjadi 50 titik. Adapun daerah yang rentan bencana tanah longsor di Jawa Timur adalah Kabupaten Trenggalek, Probolinggo dan Ponorogo yang memiliki potensi longsor tinggi. Hal ini lebih banyak disebabkan karena kondisi geografisnya. Response Pengendalian bencana di Jawa Timur dilakukan dengan pemetaan wilayah rawan bencana, penyusunan rencana terintegrasi (rencana kontigensi) yang dilakukan oleh pemerintah provinsi, kabupaten/kota, masyarakat serta lembaga usaha dalam menghadapi ancaman bencana. Guna mengantisipasi terjadinya longsor akibat Gambar. Pemasangan EWS curah hujan yang cukup tinggi di awal tahun 2016 ini, BPBD Jatim mengoptimalkan ekstensometer. Alat untuk mendeteksi dini gerakan tanah atau longsor itu menjadi upaya mitigasi mengurangi resiko jatuhnya korban dan pemasangan sistem peringatan dini Early Warning Systems (EWS) yang dipasang berfungsi untuk pengendali bencana tsunami, banjir, tanah longsor dan gunung api sebanyak 74 titik. Kegiatan lainnya adalah pembangunan embung untuk pengendalian kekeringan. Dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana dilakukan edukasi penanggulangan bencana (pena sekolah), simulasi/gladi posko bencana banjir, tsunami dan gunung api; inisiasi KKN tematik bencana, serta pembentukan desa tangguh bencana yang sudah terbentuk sebanyak 137 sampai dengan tahun III.5 Perkotaan State Jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak jiwa dengan 12,93% merupakan penduduk miskin. Penduduk berkontribusi terhadap besarnya timbulan RINGKASAN EKSEKUTIF 12

17 sampah ,2 kg/hari atau ton/tahun dengan asumsi komposisi sampah organik 60% dan sampah plastik 14%. Sedangkan timbulan sampah padat sektor industri dari 85 perusahaan (PROPER) mencapai 24,75 m 3 /hari, dengan asumsi sampah yang dihasilkan adalah 0,5 liter/karyawan/hari (SNI 3242:2008). Timbulan sampah yang dihasilkan dari sumber bergerak (terminal, bandara, stasiun dan pelabuhan) sebesar m 3 /hari, sedangkan timbulan sampah yang dihasilkan dari sumber tidak bergerak (pariwisata) sebesar m 3 /hari. Tak hanya sampah rumah tangga maupun sampah sejenis rumah tangga, jenis sampah spesifik yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3) juga memiliki potensi besar dihasilkan dari sektor industri. Jumlah Gambar. TPA Pakusari Kab. Jember kasus pengaduan lingkungan yang dilaporkan tahun 2016 kebanyakan terkait limbah B3, antara lain kasus dumping limbah B3 tanpa izin. Dumping limbah B3 ke media lingkungan tanpa izin membawa dampak negatif bagi lingkungan. Tak hanya itu, dampak sosial seperti timbulnya keresahan dan kekhawatiran pada masyarakat juga perlu mendapatkan perhatian. Jumlah kasus pengaduan lingkungan di Jawa Timur mengalami peningkatan dari 28% pada tahun 2015 menjadi 40% dari total pengaduan lingkungan yang diterima sebanyak 47 kasus pada tahun Sebanyak 73% dari total pengaduan yang disampaikan terkait dengan kegiatan dumping limbah B3 tanpa izin. Timbulan limbah B3 meningkat sebesar 0,0053% dari ,25 menjadi ,97 ton/tahun (PROPER tahun 2016). Tingkat kesehatan masyarakat Jawa Timur tertinggi menderita ISPA dan diare. Sanitasi masyarakat menggunakan sumber air minum ledeng dan sumur sebanyak 9 juta KK dengan rincian 20,75% menggunakan air ledeng dan 25,39% menggunakan air sumur. Pressure Pengelolaan sampah selama ini masih menggunakan metode controlled landfill dan open dumping, sehingga belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Permasalahan sampah mulai muncul pada saat jumlah lahan yang tersedia semakin terbatas akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk dan semakin beragamnya aktifitas seiring dengan pesatnya kegiatan pembangunan. Selain itu, aspek pembiayaan sering menjadi kendala suatu daerah dalam mengatasi masalah sampah, karena APBD yang terbatas untuk penanganan dan pengelolaan sampah. Begitu juga, partisipasi RINGKASAN EKSEKUTIF 13

18 masyarakat dalam pengelolaan sampah dan pengurangan jumlah sampah yang dihasilkan masih minim. Pengelolaan sampah di Jawa Timur dilakukan dengan berbagai cara, yaitu diangkut, ditimbun, dibakar, dibuang ke kali atau tempat lainnya. Pengelolaan dengan cara diangkut khususnya untuk pemukiman yang terlayani angkutan truk sampah untuk selanjutnya dikelola di TPA, sedangkan bagi yang tidak terlayani angkutan truk sampah pada umumnya sampah ditimbun atau dibakar di pekarangan rumah, bahkan ada sebagian penduduk yang masih membuang sampah ke sungai terutama yang pemukimannya di bantaran sungai. Pengolahan limbah B3 oleh beberapa hotel dan rumah sakit di Provinsi Jawa Timur masih belum optimal. Jenis limbah B3 yang umumnya dihasilkan hotel adalah lampu bekas, oli bekas dan aki bekas. Sedangkan untuk rumah sakit, yaitu limbah laboratorium dan sisa operasi juga termasuk dalam limbah B3. Hal inilah yang menyebabkan biaya pengolahan limbah B3 menjadi mahal. Dikarenakan biayanya yang mahal, beberapa hotel dan rumah sakit kurang memperhatikan pengolahan limbah B3 dan melakukan tindakan pembuangan limbah B3 ke media lingkungan secara illegal. Padahal, jenis limbah ini termasuk jenis yang berbahaya bagi lingkungan. Response Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat, kebijakan pengelolaan sampah diwujudkan melalui Perda No.4 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah Regional. Provinsi Jawa Timur telah memulai pembebasan lahan untuk pembangunan Pusat Pengelolaan Limbah Industri (PPLI) yang akan dibangun di Kabupaten Mojokerto sebagai solusi pengelolaan limbah B3. Peningkatan peran serta masyarakat dilakukan melalui program Adiwiyata, Desa/Kelurahan Berseri, Program Kampung Iklim (Proklim) dan Adipura. Pelayanan masyarakat t melalui penanganan kasus pengaduan sebanyak 47 kasus. Disisi lain para pihak yang terkait juga mengembangkan rumah kompos, bank sampah, kreatifitas pengelolaan sampah untuk kesejahteraan keluarga dan pengembangan ekonomi masyarakat sebesar Rp yang dilakukan Bapemas Provinsi Jawa Timur. Upaya pemerintah lainnya melalui persetujuan proyek kerjasama SPAM Umbulan, pengembangan akses sanitasi sebesar 84% dan desa/kelurahan bebas BABS (ODF) sebesar 2,4%. Tentunya hal ini mendorong capaian peningkatan produk domestik bruto (PDRB) atas harga yang berlaku dengan peningkatan perkapita 9,75% dari tahun RINGKASAN EKSEKUTIF 14

19 IV INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Pengelolaan lingkungan hidup sebagai unsur terpenting dalam pembangunan di Jawa Timur, hal tersebut telah dilakukan sinergi/sinkronisasi RPJMN dan RPJMD, dengan merevisi RPJMD Indikator Kepala Daerah yang sebelumnya hanya fokus pada Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD), kini telah diubah menjadi Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dengan target hingga akhir 2019 sebesar 68,50. Selain itu sudah 19 Kabupaten/Kota yang telah menetapkan IKLH dalam target kinerja daerah yang tertuang dalam RPJMD. Anggaran pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Jawa Timur tahun 2016 sebesar Rp atau sekitar 2,91% dari total belanja daerah. Secara khusus anggaran BLH Provinis Jawa Timur naik dari Rp pada tahun 2015 menjadi Rp pada tahun Penggunaan anggaran di tahun 2016 difokuskan pada rencana pembangunan pusat pengelolaan limbah industri B3 dan Sampah, sebagai infrastruktur yang disiapkan oleh pemerintah yang dapat mengurangi biaya operasional pengelolaan limbah B3 bagi pelaku usaha di Jawa Timur. Peningkatan peran serta masyarakat dilaksanakan melalui beberapa program unggulan tingkat nasional dan daerah. Penghargaan tingkat nasional yang diperoleh pada tahun 2016, antara lain: Kalpataru (an. Dr. Gamal Albinsaid), Adipura (20 Kabupaten/Kota), Adiwiyata (Tingkat Mandiri 21 sekolah, Tingkat Nasional 94 sekolah), Desa Proklim (Kab. Malang), dan Peringkat pertama nasional Penghargaan Nirwasita Tantra Award 2016, Gambar. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan Penghargaan efisiensi energy nasional 2016, Penanaman pohon yang berkesinambungan. Sedangkan untuk beberapa program yang dikembangkan di Jawa Timur antara lain: Program BERSERI (Bersih Indah dan Lestari), PERMATA (Perlindungan Mata Air), sejuta biopori, pengembangan bank sampah, pengembangan energi alternatif (energi terbarukan), sistem EWS bencana, embung geomembran, pembangunan sanitasi untuk limbah domestik pada kawasan kumuh dan bantaran sungai serta pengembangan energy terbarukan (biogas, PLTS, PLTMH). RINGKASAN EKSEKUTIF 15

20 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS LINGKUNGAN HIDUP Jl. Wisata Menanggal 38, Surabaya Telp Fax RINGKASAN EKSEKUTIF 1

DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR Ringkasan Eksekutif DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR IKPLHD Jawa Timur I 2016 GUBERNUR JA WA TIMUR SURATPERNYATAAN PERUMUSAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Berdasarkan amanat Undang-Undang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS

BAB III ISU STRATEGIS BAB III ISU STRATEGIS Berdasar kajian kondisi dan situasi Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006 2010 (Renstra PLH 2006 2010), dan potensi maupun isu strategis yang ada di Provinsi Jawa Timur, dapat dirumuskan

Lebih terperinci

Perencanaan Perjanjian Kinerja

Perencanaan Perjanjian Kinerja Bab II Perencanaan Perjanjian Kinerja Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR No. 16/02/35/Th. XIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Jawa Timur Hasil Pendataan Potensi Desa 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan dan perlindungan daerah FUNGSI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG NOMENKLATUR, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2017 TATACARA PENYUSUNAN a. Tim Penyusun dan Bentuk Dokumen disusun oleh Tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah, yang keanggotaannya melibatkan unsur-unsur Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, Perguruan

Lebih terperinci

BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016

BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016 BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA BLITAR DINAS LINGKUNGAN HIDUP JL. Pemuda Soempono Kel. Gedog Kec. Sananwetan Telp.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r

JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r Instansi Visi Misi Tujuan Tugas Fungsi Badan Hidup Provinsi Jawa Timur Ketersediaan Hidup Jawa Timur yang Baik dan Sehat 1.

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

RINGKASAN EKSEKUTIF KOTA BONTANG DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RINGKASAN EKSEKUTIF DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BONTANG 2016 PEMERINTAH KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang. FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR

TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR hasil pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu. hasil pemantauan air sungai yang memenuhi baku mutu

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Dalam kerangka pembangunan Good Governance yang berorientasi pada hasil, dan dalam rangka mendukung pencapaian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten,

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH 5.1. Prioritasdan Arah Kebijakan RKPD Tahun 2013 5.1.1. Prioritas dan Arah Kebijakan Spasial Arah kebijakan spasial akan berintegrasi dengan kebijakan sektoral

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD 4.1.Perumusan Mitigasi, Adaptasi dan Alternatif 4.1.1. Program Program yang Dirumuskan Pada umumnya program-programpada RPJMD Provinsi Jawa Barat memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2012

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2012 BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2012 II.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2012 dan Prioritas Renstra Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target Tabel 5.1 Rencana, Kegiatan, Kinerja, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan SKPD Badan Hidup Kabupaten Pelalawan (Satuan Dalam Juta Rupiah) 1.1. Meningkatkan 1.1.1. kinerja Membaiknya pelayanan kinerja

Lebih terperinci

INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN EXECUTIVE SUMMARY LINGKUNGAN HIDUP 1

INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN EXECUTIVE SUMMARY LINGKUNGAN HIDUP 1 EXECUTIVE SUMMARY 1 INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP A. Latar Belakang, Tujuan, dan Manfaat Kota Surabaya adalah Ibukota Provinsi Jawa Timur dan merupakan kota terbesar kedua di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor Lampiran II : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2004. Tentang Tanggal : : Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA Ayu Kumala Novitasari 1) dan Eddy Setiadi Soedjono 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM. Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016

KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM. Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016 KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016 SKEMA PROGRAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Intervensi Program: SIDIK Forum Nasional Pert. Koordinasi KRAPI MODEL

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Berikut dijelaskan tentang tugas pokok dan fungsi, profil, visi misi, dan keorganisasian Badan Ketahanan Pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA p PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU INDIKATOR KINERJA INDIVIDU 1. JABATAN : ANALISIS MENGENAI DAMPAK 2. TUGAS : Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis penilaian dan pemantauan analisis mengenai dampak lingkungan 3. FUNGSI : a. penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan pendekatan regional dalam menganalisis karakteristik daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa

Lebih terperinci

SASARAN STRATEGIS 1 : Menurunnya beban pencemaran lingkungan hidup

SASARAN STRATEGIS 1 : Menurunnya beban pencemaran lingkungan hidup Ringkasan Eksekutif Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) ini disusun sebagai wujud dan tekad Kementerian Lingkungan Hidup dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG TIM PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA INVESTASI NON PMDN / PMA PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2006 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017 RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET Meningkatkan kualitas dan fungsi LH melalui upaya pencegahan dan pengendalian terhadap pencemaran air dan udara Meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa lingkungan laut beserta sumber

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA (PK) PEJABAT STRUKTURAL ESELON III PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA (PK) PEJABAT STRUKTURAL ESELON III PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 206 Sekretaris Badan () (2) (3) yang Lengkap, Akurat dan Mudah Diakses oleh Semua Pemangku Kepentingan dan Masyarakat Publikasi Dokumen Status Dokumen 6. 7. 8. 9. 0. Program Pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan pengawasan dan pengendalian, penilaian di Bidang Pengelolaan FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lingkungan laut beserta sumber daya

Lebih terperinci

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) STRUKTUR ORGANISASI Unsur organisasi Ba terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu unsur Pimpinan (Kepala Ba), Pembantu Pimpinan (Sekretaris Sub Bagian)

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2017 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang dan perlindungan daerah FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur. BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN 2008-2012 PADA MASING-MASING DAS (BRANTAS, SOLO DAN SAMPEAN) No Kabupaten Luas Wilayah Lahan Kritis Luar Kawasan Hutan (Ha) Ket. (Ha)

Lebih terperinci

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber : BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8667540 Pes. 104, Fax. 031-8673119 E-mail : meteojuanda@bmg.go.id

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) KEBIJAKAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN LABORATORIUM LINGKUNGAN HIDUP 2016-2017 Wahyu Marjaka Puslitbang Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) OUTLINE TANTANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dari tahun ketahun. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan kawasan hutan di Jawa Timur, sampai dengan saat ini masih belum dapat mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 41

Lebih terperinci

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016 KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN 207 Jakarta, 7 Desember 206 PRIORITAS NASIONAL DITJEN. PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN NO PRIORITAS NASIONAL Kemaritiman

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 lampiran A.VII,

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci