BAB IV ANALISA. IV.1. Analisa Lingkungan dan Tapak. IV.1.1. Potensi Sekitar Tapak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA. IV.1. Analisa Lingkungan dan Tapak. IV.1.1. Potensi Sekitar Tapak"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA IV.1. Analisa Lingkungan dan Tapak IV.1.1. Potensi Sekitar Tapak A. Bagian utara dan timur dari tapak terdapat Laut Jawa. Hal tersebut dapat dijadikan objek pariwisata, maka dari itu diperlukan fasilitas penunjang yang memadai. A Gambar 15. Laut Jawa B. Bagian timur dari tapak terdapat dermaga, hal tersebut dapat menjadi keuntungan karena dengan dengan fasilitas yang menunjang para pengunjung hotel resort juga dapat pergi ke pulau lain (contoh pulau seribu) untuk berekreasi agar pengunjung mendapatkan alternatif yang lain, tidak hanya menginap di hotel resort ini saja. Para pengunjung juga dapat dengan mudah melakukan aktifitas memancing dengan menggunakan kapal sewaan di dermaga ini. Pihak dari hotel menyediakan bis untuk pulang dan pergi ke dermaga agar memudahkan pengunjung hotel untuk menuju dermaga karena jaraknya yang cukup jauh jika berjalan kaki.

2 : Jalan menuju ke dermaga B Gambar 16. Dermaga IV.1.2. Analisa Kebisingan Di bagian Barat tapak ini terdapat pabrik. Hal tersebut dapat menjadi sumber bising dalam waktu tertentu, karena pabrik tersebut tidak mengeluarkan suara bising setiap saat, tetapi dalam waktu tertentu pabrik tersebut mengeluarkan suara bising. Di bagian timur dari tapak terdapat dermaga. Hal tersebut sama juga dengan pabrik. Aktifitas kapal-kapal di dermaga tersebut tidak terlalu aktif, kapal-kapal yang ada tidak selalu dipergunakan atau lalu lalang, sehingga suara bising yang ditimbulkan tidak setiap saat tetapi dalam waktu tertentu saja. Kebisingan tersebut tidak menjadi masalah yang cukup berat karena jarak antara tapak dengan sumber bising yang jauh. Untuk lebih meredam suara yang tidak diinginkan dan menciptakan hotel resort yang tenang dan nyaman, maka diperbanyak tanaman dan disiasati dengan bentuk bangunan.

3 Tanaman Pabrik Dermagaa Gambar 17. Pabrik dan Dermaga IV.1.3. Analisa Matahari Alternatif 1 Barat Timur Pagi Siang Sore Gambar 18. Analisa Matahari Alternatif 1

4 Daerah tapak yang terkena sinar matahari timur (pagi) dan tidak terkena bayangan bangunan cukup banyak, tetapi tidak menjadi masalah karena sinar matahari timur (pagi) itu baik. Daerah tapak yang terkena sinar matahari barat (siang sore) dan tidak terkena bayangan bangunan juga cukup banyak. Bagian bangunann yang mendapat sinar matahari barat yang banyak, bagian dalam ruangannya akan menjadi panas. Alternatif 2 Barat Timur Pagi Siang Sore Gambar 19. Analisa Matahari Alternatif 2 Bentuk bangunan yang berliku liku membuat bayangan bangunan yang cukup banyak baik pagi maupun siang hari. Hal tersebut menjadi

5 keuntungan bangi bangunan ini, bagian yang terkena bayangan menjadi adem dan tidak panas. Dengan menganalisa kedua alternatif di atas, yang paling baik adalah alternatif ke dua, karena bangunan banyak yang terkena bayangan, tetapi yang dipilih dalam perancangan hotel resor ini adalah alternatif pertama karena berkaitan dengan tema yang diambil dan menyesuaikan dengan bentuk tapak tersebut. Kelebihan dari alternatif ke dua juga dapat diterapkan pada alternatif pertama, dengan memberi lekukan lekukan tanpa merubah bentuk dasar bangunan. Bangunan yang terkena sinar matahari barat dan tidak terkena bayangan bangunan disiasati dengan adanya overstek dan bentuk bangunan. Di tapak ini juga diperbanyak pohon-pohon agar terjadi micro-climate, dan untuk menghalangi sinar matahari barat masuk ke dalam bangunan, contohnya seperti pada gambar 20. Gambar 20. Tanaman IV.1.4. Analisa Angin

6 Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul sampai dengan pukul Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut. Bertiup dari Laut ke darat Gambar 21. Angin Laut Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam sampai dengan jam Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana.

7 Bertiup dari Darat ke laut Gambar 22. Angin Darat Angin Laut Angin Darat Gambar23. Angin dan Kebisingan Di tapak ini terdapat 2 angin yang berhembus, yaitu angin laut dan angin darat. Kebisingan dari pabrik dan dermaga akan teredam dengan adanya kedua angin tersebut. Angin akan membawa suara bising ke arah darat dan ke arah laut. IV.1.5. Pencapaian dan Sirkulasi Tapak Ada beberapa alternatif pencapaian dan sirkulasi tapak : Pencapaian dan sirkulasi ke dalam tapak

8 Alternatif 1 OUT IN Gambar 24. Pencapaian dan Sirkulasi ke Dalam Tapak Alternatif ke 1 (+) Tidak terjadi crossing karena searah dengan arah jalan. (+) Sirkulasi kendaraan lebih terarah. Alternatif 2 IN OUT Gambar 25. Pencapaian dan Sirkulasi ke Dalam Tapak Alternatif ke 2

9 (-) Terjadi crossing di luar tapak karena berlawanan dengan arah jalan. Setelah mempertimbangkan kekurangan dan kelebihannya, dipilih alternatif 1 untuk pencapaian dan sirkulasi ke dalam tapak. Pada alternatif pertama, tidak terjadi crossing di luar tapak maupun di dalam tapak dan sirkulasi menjadi lebih terarah. Pencapaian dan sirkulasi kendaraan servis (loading dock) ke dalam tapak. Alternatif 1 IN OUT Gambar 26. Pencapaian dan Sirkulasi kendaraan Servis Alternatif ke 1 (+) Tidak terjadi crossing di dalam dan di luar tapak. (+) Sirkulasi dalam tapak terarah.

10 Alternatif 2 OUT IN Gambar 27. Pencapaian dan Sirkulasi Kendaraan Servis Alternatif ke 2 (-) Mengganggu sirkulasi pengunjung di dalam tapak. Setelah mempertimbangkan kekurangan dan kelebihannya, saya memilih alternatif 1 untuk pencapaian dan sirkulasi kendaraan service ke dalam tapak. Pada alternatif pertama, tidak terjadi crossing di luar tapak maupun di dalam tapak dan sirkulasi menjadi lebih terarah. IV.1.6. Orientasi Bangunan Tujuannya adalah untuk menentukan arah bagi hotel resor agar mudah terlihat dengan pertimbangan pencapaian dan peraturan kawasan agar mendukung aktifitas dan fungsi hotel resort itu sendiri. kriteria-kriteria pemilihan yang mempengaruhi orientasi : 1. View yang menarik.

11 2. Interaksi kegiatan di dalam dan di luar tapak. 3. Pertimbangan terhadap perancangan kota yang membuat bangunan ini menjadi penanda bangi lingkungan sekitar. Alternatif 1 Gambar 29. Orientasi Bangunan Alternatif ke 1 (+) Bangunan mendapatkan view ke arah laut lebih banyak. (-) Bagian belakang bangunan mendapat view kearah lahan kosong dan perumahan. Alternatif 2 Gambar 30. Orientasi Bangunan Alternatif ke 2

12 (+) Lebih dari 50 % sisi bangunan mendapat view ke arah laut. (-) Bagian belakang bangunan hanya mendapatkan view ke arah perumahan dan lahan kosong saja. Dengan menganalisa beberapa kemungkinan yang ada, dipilih alternatif pertama, karena bangunan mendapatkan view kearah laut yang banyak dan bagian yang mendapat view yang kurang bagus lebih sedikit dari alternatif ke 2. IV.1.7. Zoning dalam Tapak 1. Publik Zoning dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : (+)Lebih terlihat jelas dari luar tapak. (+)Memiliki akses langsung ke jalan besar, karena Area publik bisa digunakan oleh semua orang. 2. (+)Memiliki akses langsung ke jalan besar (+)Sirkulasi pengunjung masih teratur. 3. (-)Area publik agak kebelakang tapak, sehingga akses keluar masuk menjadi lebih rumit. 4. (-)Area publik terlalu ke belakang, sehingga banyak pengunjung yang ingin ke area publik harus melewati area privat dan sevis terlebih dahulu, keamanan dan kenyamanan menjadi terganggu. 2. Semi Publik (+)Memiliki akses langsung ke jalan besar. 2. (+)Ada privasi tersendiri karena tidak terlalu ke depan, tetapi tetap terlihat jelas dari luar tapak. (+)Memiliki akses langsung ke jalan besar. 3. (-)Area publik agak kebelakang tapak, sehingga akses keluar masuk menjadi lebih rumit. 4. (-)Area publik terlalu ke belakang, sehingga banyak pengunjung yang ingin ke area publik harus melewati area privat dan sevis terlebih dahulu, keamanan dan kenyamanan menjadi terganggu.

13 3. Privat dan 2 (-) Kemanannya kurang baik karena diletakkan agak di depan tapak yang sering dilewati oleh semua orang yang datang ke hotel resort tersebut. (-) Lebih dekat dengan jalan raya sehingga kenyamanan dan privasi menjadi kurang. 3. (+)Diletakkan agak kebelakang tapak, sehingga Pengunjung memiliki privasi tersendiri dan keamanannya lebih terjamin. 4. (-)Area privat terlalu ke belakang, sehingga Sehingga harus melewati area servis dan itu mengganggu kenyamanan pengunjung. 4. Servis , 2, dan 3. (-)Terlalu kedepan sehingga aktifitas servis dapat terlihat oleh pengunjung. Sirkulasi pengunjung dan pegawai terlihat bersama-sama. Pengunjung tidak memiliki privasi tersendiri. 4. (+)Kegiatan dan sirkulasi servis terpisah dari kegiatan pengunjung. Area servis dekat dengan loading dock.

14 Dipilih zoning tapak sebagai berikut : Area Publik Semi Publik Area Privat Area Servis Gambar 31. Zoning dalam Tapak IV.1.8. Penataan Ruang Luar Tujuan penataan ruang luar adalah untuk mewujudkan suatu suasana atau kesan yang mendukung kegiatan dan kebutuhan yang ada dalam bangunan. Penataan ruang luar ini terbagi atas dua, yaitu : A. Ruang Luar Aktif Merupakan ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan aktif manusia didalamnya, antara lain tempat duduk, pedestrian, sirkulasi kendaraan dan taman. Dalam perencanaannya, ruang luar yang ada dimanfaatkan untuk: Parkir, jalur sirkulasi kendaraan, pedestrian dan taman. Untuk mencukupi kebutuhan parkir motor dan mobil.

15 Gambar 32. Parkir Pedestrian digunakan untuk kenyamanan sirkulasi pejalan kaki. Gambar 33. Pedestrian B. Ruang Luar Pasif Ruang hijau terbuka merupakan ruang luar terbuka yang tidak mengandung kegiatan manusia, yang memiliki fungsi sebagai berikut: Membatasi elemen visual yang tidak diinginkan. Pendukung penampilan bangunan. Penghijauan, sebagian juga digunakan untuk mereduksi bising baik dan polusi dari sirkulasi sekitar tapak maupun dari sekeliling tapak dan untuk penyerapan air hujan.

16 Gambar 34. Ruang Terbuka Hijau Penataan yang dilakukan pada ruang luar pasif pada hotel resort ini dilakukan dengan cara : Elemen keras : pemakaian material berupa pengerasan. Elemen lunak : penambahan vegetasi pada tapak, selain sebagai pendukung penampilan bangunan seperti penggunaan : Pohon-pohon besar. Rumput untuk menutup tanah. Tanaman hias sebagai pendukung penampilan landscape. IV.2. Analisa Manusia IV.2.1. Pelaku dan Kegiatan Analisa kelompok pelaku dan kegiatan dalam hotel resort ini adalah sebagai berikut : Tabel 2. Pelaku dan kegiatan Pelaku Tamu menginap Kegiatan Check in & check out Makan, minum, olahraga Menghadiri pernikahan, seminar, dll Tamu tidak menginap & membership

17 Mendaftar ke resepsionis atau salah satu fasilitas. Menggunakan fasilitas yang ada (restaurant, bar, olahraga, ruang serba guna, dll). Kegiatan yang berkaitan dengan kelangsungan kegiatan hotel dengan melibatkan seluruh pengelola dan karyawan hotel. Melayani kebutuhan para tamu seperti mengangkat barang-barang tamu, mencuci pakaian, menyetrika, mempersiapkan makanan dan minuman, membersikan prabot, dsb. IV.2.2. Waktu Kegiatan Waktu kegiatan pelaku dalam hotel resort ini adalah sebagai berikut: Check in (14:00) dan check out (12:00) Tabel 3. Waktu Kegiatan Tamu yang Menginap Kegiatan Pagi (07:00-10:00) Siang (12:00-15:00) Malam (18:00-21:00) Makan&minum Olahraga Pernikahan (weekend) Seminar (hari-hari biasa) Tabel 4. Waktu Kegiatan Tamu yang tidak menginap dan membership

18 Pagi (07:00-10:00) Siang (12:00-15:00) Malam (18:00-21:00) Restaurant Bar (all night) Olahraga Pernikahan (weekend) Seminar (hari-hari biasa) Tabel 5. Waktu Kegiatan Kegiatan pengelola dan karyawan. Kegiatan Pagi (07:00-10:00) Siang (12:00-15:00) Malam (18:00-21:00) Bekerja Tabel 6. Waktu Kegiatan Kegiatan pelayanan Kegiatan Pagi (07:00-10:00) Siang (12:00-15:00) Malam (18:00-21:00) Bekerja IV.2.3. Alur Kegiatan Kegiatan tamu menginap. Check in Penerimaan /receptionist Koridor Tangga/lift Ruang tidur Check out Meninggalkan hotel Administrasi kasir Sirkulasi tamu Fasilitas : Lobby, restaurant, bar, meeting,

19 Gambar 35. Alur Kegiatan Tamu Hotel Kegiatan tamu yang tidak menginap dan membership khusus Tamu Datang Penerimaan /receptionis Sirkulasi tamu Fasilitas : Lobby, restaurant, bar, meeting, olahraga. Gambar 36. Alur Kegiatan Tamu yang Tidak Menginap dan Membership Khusus Kegiatan pelayanan (service). Datang/pulang Ruang presensi Ruang ganti Ruang kerja : Hall, restaurant, bar, olahraga, dll. Gambar 37. Alur Kegiatan Pelayanan (service) Bagian Depan Hotel Room sevice Kamar hotel Dapur besar Masak Meracik menata Dapur bersih Menata menghidangkan Restaurant Bar Coffee Datang/ pulang Ruang absen Mekanikal dan elektrikal House keeping Laundry Mencuci Menjemur Setrika Kamar hotel Public Area

20 Gambar 38. Alur Kegiatan Pelayanan (service) Bagian Belakang Hotel Kegiatan pengelola. Datang/ pulang Kantor Kontrol hotel Gambar 39. Alur Kegiatan Pengelola Hotel IV.2.4. Hubungan Antar Ruang Tamu hotel Pola hubungan ruang dibedakan atas pelaku, yaitu : Front Office Kamar tidur Main Entrance Area Parkir Lobby hotel Restaurant Bar & Coffe shop Lounge Ruang serba guna Poliklinik Gambar 40. Pola Hubungan Ruang Tamu Hotel

21 Staff atau pengelola Administrasi Entrance Parkir Timekeeper Ruang kerja Ruang penyimpanan Gambar 41.Pola Hubungan Ruang Pengelola Karyawan Administrasi Entrance Parkir Timekeeper Loker Ruang layanan Gambar 42. Pola Hubungan Ruang Karyawan Sevice Entrance Ruang penerimaan Gudang Gambar 43. Pola Hubungan Ruang Barang IV.3. Analisa Bangunan IV.3.1. Sistem Masa Bangunan Penerapan jenis masa bangunan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu : Jenis masa bangunan tunggal Gambar 44. Masa Bangunan Tunggal

22 Jenis masa bangunan majemuk Gambar 45. Masa Bangunan Majemuk (+)Masing masing aktifitas berdiri sendiri (+)Membentuk ruang terbuka yang saling berinteraksi dengan tata letak masa (+)Baik untuk faktor pengudaraan dan pencahayaan alami ( )Membutuhkan lahan yang relatif luas ( )Kegiatannya menyebar, sirkulasi relatif lebih luas ( )Mahal dalam perawatan bangunan karena lebih dari 1 masa

23 Dalam menentukan jenis masa bangunan terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan, yaitu : 1) Pertimbangan terhadap fungsi bangunan dan tuntunan aktifitas. 2) Pertimbangan terhadap kesan visual yang ingin ditampilkan dalam bangunan. 3) Pertimbangan terhadap hubungan antar kegiatan. 4) Pertimbangan terhadap konsep dan tema perancangan pada bangunan hotel resort ini. Pada perancangan hotel resort ini dipilih jenis masa bangunan tunggal karena beberapa pertimbangan sebagai berikut : Memudahkan dalam pengawasan keamanan. Aktivitas yang terpusat jadi memudahkan sirkulasi. Mengoptimalkan lahan terbuka dan area publik. IV.3.2. Bentuk Dasar Bangunan Persegi Segitiga Lingkaran (+)Penempatan ruang ruang menjadi lebih mudah (+)Bentuk statis dan sesuai dengan karakteristik hotel (+)Bentuknya dinamis dan kokoh (-)Bentuknya yang monoton (+)Mampu menahan beban angin di sudut sudutnya (+)Bentuk stabil dan tahan gempa (+)Mampu menahan beban gempa dibandingkan bentuk yang lainnya (-)layout interior menjadi kurang efisien

24 (+)Mampu menahan beban angin dari segala arah (+)Bentuk hotel lebih halus dan tidak kaku (+)Relatif indah dalam estetika (-)layout interior menjadi kurang efisien Free Form (+)Bentuknya tidak monoton dan menarik (-)Penempatan ruang ruang menjadi lebih sulit (-)Membutuhkan tingkat ketelitian yang lebih saat pengerjaannya Tabel 7. Bentuk Dasar Bangunan Bentuk bangunan yang akan dirancang adalah : Bentuk dasar bangunan hotel resort ini adalah persegi karena bentuknya yang kokoh, dinamis dan memudahkan dalam penempatan ruang ruang. Dengan melihat kebutuhan ruang yang ada dan alur kegiatan di hotel resort ini, maka dari itu bentuk persegi ditranformasikan menjadi bentuk persegi panjang.

25 + = Dengan melihat kekurangan dan kelebihan dari masuk masing bentuk maka ditetapkan bahwa adanya penggabungan dari bentuk persegi panjang dan segitiga. Masing masing bentuk diambil kelebihan kelebihannya. Transformasi selanjutnya adalah gabungan dari bentuk bentuk disamping. Menyesuaikan dengan topik dan tema yaitu Penerapan Teknologi Struktur Beton untuk Menciptakan Bentuk Metafora, karena hotel resort ini terletak di dekat laut dan di kawasan tersebut terdapat banyak kapal, maka bentuk bangunan hotel resort ini terinspirasi dari bentuk kapal pesiar. Transformasi selanjutnya adalah bentuk kapal pesiar. Tabel 8. Bentuk Dasar Bangunan Hotel Resort IV.3.3. Program Ruang Area Tabel Publik 9. Area Publik No Ruang Luas yang dibutuhkan Pendekatan Perhitungan Luas (M2) 1 Main Lobby TSS 0,93 M2/Kamar 0,93 x 252 Kamar = 234,36 M2 234,36 2 Lobby Lounge TSS 0,54 M2/Kamar 0,54 x 252 = 136,08 M2 136,08

26 3 Front Office TSS 0,09 M2/Kamar 0,09 x 252 = 22,68 M2 22,68 4 Lost and Found NAD Minimal 18 M2 18 M Resepsionis TSS 0,09 M2/Kamar 0,09 x 252 = 22,68 M2 22,68 6 ATM Asumsi 4 M2/Unit 4 M2 x 6 = 24 M Publik Toilet NMHB : Toilet Pria : 175,95 Luasan 1 km/wc = 2,4 m2 (4 x 2,4) + (6 x 1,35) + 1 Wastafel = 1,35 M2 (5 x 0,9) = M2 1 Urinoir = 0,9 M2 Wanita : 22.2 M2 (9 x 2,4) + (11 x 1,35) = 36,45 M2 Asumsi 3 buah Total = 58,65 M2 x 3 Total area publik 633,75 Sirkulasi 30% 190,125 Total 823,875 Area Tabel Rental 10. & Area Concession Rental & Concession No Ruang Luas yang dibutuhkan Pendekatan Perhitungan Luas (M2) 1 Bar and Lounge TSS Ruang duduk 0,65 M2/orang 0,65 x 75 = 48,75 M2 94,25 Counter 15% R.duduk 15% x 48,75 = 7,3 M2 NAD Pantry 23% R.duduk 23% x 48,75 = 11,2 M2 SB Ruang Kontrol = 3 x 4 12 M2 Asumsi orang Panggung = 15 M2 2 Caffe Shop TSS Ruang duduk 0,65 M2/orang 0,65 x 200 = 130 M2 172,4 Counter 15% R.duduk 15% x 32,5 = 4,9 M2 NAD Pantry 23% R.duduk 23% x 32,5 = 7,5 M2 Bakery Shop = 24 M2 24 M2 Asumsi Kasir = 6 M2 6 M2 Asumsi 200 orang 3 Travel & SB 4 x 6 (4 x 6) x 2 = 48 M2 48 Airline Agents 4 Beauty Salon TSS 0,14 M2/kamar 0,14 x 252 = 35,42 M2 35,42 Sub Total Luas 350,07 Sirkulasi 30 % 105,021 Total 455,091 Area Tabel Restoran 11. Area Restoran No Ruang Luas yang dibutuhkan Pendekatan Perhitungan Luas (M2) 1 Japanese TSS R.duduk 1,3 M2/orang 1,3 x 110 = 143 M2 197,054 Restaurant Counter 15% R.duduk 15% x 143 = 21,45 M2 Dapur 20% R.duduk 20% x 143 = 28,6 M2 Pantry 14% Dapur 14% x 28,6 = 4,004

27 Asumsi 110 orang 2 Chinese TSS R.duduk 1,3 M2/orang 1,3 x 150 = 195 M2 268,71 Restaurant Counter 15% R.duduk 15% x 195 = 29,25 M2 Dapur 20% R.duduk 20% x 195 = 39 M2 Pantry 14% Dapur 14% x 39 = 5,46 Asumsi 150 orang Sub Total Luas 465,764 Sirkulasi 30 % 139,73 Total 605,494 Area Tabel Meeting 12. Area Meeting No Ruang Luas yang dibutuhkan 1 Luas (M2) Pendekatan Perhitungan Ruang Serba Luasan Ruang Luas R.serba guna 756 Guna Kapasitas x 1,5 = 675 M2 (P.E.P.M) 1 orang membutuhkan 0,9-1,8 M2 (P.E.P.M) Luas panggung min 81 M2 L.Panggung = 81 M2 2 Ruang Yang bersifat Pribadi Konferens i NAD 2 M2/orang Asumsi 50 orang (2 x 50) x 2 = 200 M2 200 Sub Total Area Meeting 956 Sirkulasi 50 % 478 Total 1434 Hotel Tabel 13. Area Hotel No Ruang Luas yang dibutuhkan 1 Hotel Pendekatan Perhitungan Luas (M2) SR Standart room = 34 M2 (216 kamar) 34 x 216 = 7344 M Deluxe room = 68 M2(24 kamar) 24 x 68 = 1632 M2 Suite room = 102 M2(12 kamar) Storage 3 x 3 12 x 102 = M2 2 Traditional GMH 3m x 5m (terdapat 8 unit) (3 x 5) x 8 = 120 M2 120 Javanese Massage 3 Sauna TSS 0,14 M2/kamar 0,14 x 252 = 35,28 M2 35,28 4 R.Ganti TSS 2,4 M2/unit (terdapat 10 unit) 2,4 x 6 = 14,4 M2 14,4

28 5 R.Bilas TSS 1,16 M2/unit (terdapat 10 unit) 1,16 x 16 = 18,56 M2 18,56 6 Loker SPS Loker 50 M 50 M Receptionis TSS 0,09 M2/kamar 0,09 x 252 = 22,68 M2 22,68 8 Fitness Center NAD 5 x 15 = 75 M2 (pakai alat) R.Pakai alat = 75 M /3 x 75 = 25 M2 (senam) R.Tanpa alat = 25 M2 Toilet/R.Ganti = 2 x 9 18 M2 Gudang = 10 M2 10 M2 Loker = 50 M2 15 M2 Sub Total Area Hotel 10612,92 Sirkulasi 15 % 1591,938 Total 12204,858 Area Tabel Kolam 14. Area Renang Kolam Renang No Ruang Luas yang dibutuhkan 1 Kolam Renang Pendekatan NMHB Ukuran min kolam = (12,5 x 25) M2 Luas (M2) Perhitungan Kolam renang dewasa = 20 x 25 = 500 M2 735 Min kedalaman = 0,9-2 M Kolam renang anak-anak = Kolam anak-anak = 40% kolam renang 40% x 500 = 200 M2 Toilet = 35 M2 35 M2 3 Ruang Life D and P of S P by J D Guard Luas min 4 M2/ruang Ruang P3K D and P of S P by J D 12 M2 12 Luas min M2 (ditentukan 12 M2 6 Loker Ditentukan 12 M2 12 M2 12 Sub Total Area Kolam Renang 763 Sirkulasi 30 % 228,9 Total 991,9 Area Lapangan Tabel 15. Area Lapangan No Ruang Luas yang dibutuhkan 1 Luas (M2) Pendekatan Perhitungan Lapangan Tenis NAD luas 1 lapangan tenis = 18 x x 36 = 648 M2 648 Ground Close Play Ground (SL = 150 M2) 150 M2 150 Sub Total Area Lapangan 798

29 Sirkulasi 50 % 399 Total 1197 Area Administrasi Tabel 16. Area Administrasi No Ruang Luas yang dibutuhkan Pendekatan Perhitungan Luas (M2) 1 General AND 30,2 M2/orang 30,2 x 1 orang = 30,2 M2 30,2 Manager 2 Manager AND 30,2 M2/orang 30,2 x 1 orang = 30,2 M2 30,2 3 Asistensi G M AND 20 M2/orang 20 x 1 orang = 20 M Sekretaris AND 16 M2/orang 16 x 1 orang = 16 M R.Accounting AND Kepala = 9,3 M2/orang Asumsi 1 orng = 9,3 x 1 = 9,3 M2 33,84 Sekretaris = 6,7 M2/orang Asumsi 1 orng = 6,7 x 1 = 6,7 M2 Staff = 4,46 M2/orang Asumsi 4 orng = 4,46 x 4 = 17,84 M2 6 R.Sales dan AND Kepala = 9,3 M2/orang Asumsi 1 orng = 9,3 x 1 = 9,3 M2 33,84 Marketing Sekretaris = 6,7 M2/orang Asumsi 1 orng = 6,7 x 1 = 6,7 M2 Staff = 4,46 M2/orang Asumsi 4 orng = 4,46 x 4 = 17,84 M2 7 R.Publik AND Kepala = 9,3 M2/orang Asumsi 1 orng = 9,3 x 1 = 9,3 M2 33,84 Relation Sekretaris = 6,7 M2/orang Asumsi 1 orng = 6,7 x 1 = 6,7 M2 Staff = 4,46 M2/orang Asumsi 4 orng = 4,46 x 4 = 17,84 M2 8 R.Meeting AND 45 M2/15 orang Asumsi 30 orang 90 (30 : 15) x 45 = 90 M2 9 R.Duduk SB 4 x 4 16 M R.Arsip SB 3 x 3 9 M Gudang SB 3 x 3 9 M2 9 Sub Total Administrasi Area 381,92 Sirkulasi 15 % 57,288 Total 439,208 Area Tabel Purchasing 17. Area Purchasing No Ruang Luas yang dibutuhkan Pendekatan Perhitungan Luas (M2) 1 Linen dan TSS 0,4 M2/kamar 0,4 M2 x 252 kamar = 100,8 M2 100,8

30 Sewing 2 Loundry, soiled 0,63 M2/kamar 0,63 x 252 kamar = 158,76 M2 181,44 dan valend room 0,09 M2/kamar 0,09 x 252 kamar = 22,68 M2 Sub Total 282,24 Sirkulasi 15 % 42,336 Total 324,576 Area Tabel House 18. Area Keeping House Keeping No Ruang Luas yang dibutuhkan Luas (M2) Pendekatan Perhitungan 1 Toilet + loker + TSS 0,09 M2/kamar 0,09 x 252 kamar = 22,68 M2 22,68 R.Ganti 2 R.Ibadah TSS 0,09 M2/kamar 0,09 x 252 kamar = 22,68 M2 22,68 3 Room Boy TSS 0,09 M2/kamar 0,09 x 252 kamar = 22,68 M2 22,68 Station 1 Room Boy/40 kamar 4 Room Service TSS 0,09 M2/kamar 0,09 x 252 kamar = 22,68 M2 22,68 5 Time Keeper TSS 0,09 M2/kamar 0,09 x 252 kamar = 22,68 M2 22,68 6 Garbage Room TSS 0,09 M2/kamar 0,09 x 252 kamar = 22,68 M2 22,68 7 Trash Room TSS 0,09 M2/kamar 0,09 x 252 kamar = 22,68 M2 22,68 8 R.Makan + TSS 1,62 M2/kursi 1,62 x 30 kursi = 48,6 M2 48,6 Kantin Asumsi 30 kursi Sub Total 207,36 Sirkulasi 15 % 31,104 Total 238,464 Area Tabel ME 19. Area ME No Ruang Luas yang dibutuhkan Pendekatan Perhitungan Luas (M2) 1 R. Genset SB 100 M2 100 M R. Tandon dan SB 100 M2 100 M2 100 Pompa 3 R. Panil SB 6 M2 6 M2 6 4 R. Trafo SB 20 M2 20 M R. Gardu PLN SB Min 30 M2 30 M2 30 Sub Total 256 Sirkulasi 15 % 38,4 Total 294,4 Area Tabel Parkir 20. Area Parkir No Ruang Luas yang dibutuhkan Pendekatan Perhitungan Luas

31 (M2) 1 Parkir Tamu Asumsi = 264 kamar Parkir untuk hotel = 1:5 252 kamar : 5 = 51 mobil 1275 Hotel (25 M2 = sudah termasuk sirkulasi) 51 x 25 =1275 M2 2 Parkir Asumsi 30 mobil 30 x 25 = 750 M Staff 120 motor 120 x 3 = 360 M2 3 Parkir Motor Asumsi 60 motor 60 x 3 = 180 M2 180 AD 1 motor 1 x 2 = 2 M2 = 3 M2(sirkulasi 50%) 4 Parkir Bis AD 1 bis wisata 3,5 x 12 = 42 M2 42 x 2 = 84 M2 = 126 (termasuk sirkulasi 50%) 126 Asumsi 2 bis 5 Fasilitas (ruang serba guna) 450 orang : 2 = 225 mobil 225 mobil x Total 8316 Total Tabel Keseluruhan 21. Total Keseluruhan Luasan No Ruang Luas(M2) 1 Area Publik 823,875 2 Area Rental & Concession 455,091 3 Area Restoran 605,494 4 Area Meeting Area Hotel ,858 6 Area Kolam Renang 991,9 7 Area Lapangan Area Administrasi 439,208 9 Area Purchasing 324, Area House Keeping 238, Area ME 294,4 12 Area Parkir 8316 Total ,866 Keterangan : AD AND : Architecture Data. : Architecture Neufert Data.

32 DandPofSP : Design and Planning of Swimming Pool by John Dawes. HBofSandRBD : Hand Book of Sport and Recreational Building Design, John Germint NAD NMHB P,EDM SB SR TSS TSSforBT : Neufert Architecture Data. : New Metric Hand Book. : Planning, Edward D. Mills. : Studi Banding : studi Ruang. : Time Saver Standart. : Time Sever Standart for Building Types. IV.3.4. Sirkulasi ke Dalam Bangunan Sirkulasi Horizontal Ditinjau dari pelaku kegiatan, ada beberapa analisa : 1) Sirkulasi pengunjung. a. Memperhatikan kejelasan arah. b. Sirkulasi mengalir, sehingga ketika orang mencari kamar atau fasilitas hotel menjadi lebih mudah. c. Memperhatikan besaran koridor sehingga menjamin kenyamanan gerak. d. Sirkulasi antar ruang yang jelas, sehingga pengunjung tau harus mencari ruang yang diinginkan dengan baik.

33 2) Sirkulasi pengelola. a. Dibuat untuk tidak mengganggu sirkulasi pengunjung ketika melakukan kegiatan sesuai pekerjaannya. b. Memudahkan dalam pelayanan terhadap pengunjung ketika diminta untuk membantu dibagian yang diinginkan pengunjung. Sirkulasi horizontal mempunyai beberapa jenis, yaitu : Jenis Koridor Kelebihan Kekurangan Single Loaded Double Loaded Centralized/terpusat Koridor mendapat cahaya alami Koridor dapat menjadi suatu estetika tersendiri Persentase sirkulasi bangunan lebih kecil Bentuk bangunan menjadi lebih tebal dan stabil Akses ke core lebih mudah Bangunan dapat berbentuk persegi, segitiga, atau lingkaran. Tabel 22. Jenis-jenis koridor Persentase sirkulasi bangunan lebih besar Bentuk banguan menjadi tipis dan panjang Tidak mendapat cahaya alami Tidak mendapat cahaya alami Persentase sirkulasi bangunan lebih besar Jenis sirkulasi horizontal yang dipakai dalam bangunan hotel resort ini adalah double loaded, karena setelah melakukan beberapa analisa seperti analisa masa bangunan, program ruang, organisasi ruang dan sebagainya,

34 sirkulasi double loaded ini adalah pilihan yang terbaik, selain persentase sirkulasi bangunan lebih kecil, bangunan menjadi lebih tebal dan stabil. Sirkulasi Vertikal Terdapat 2 tipe sirkulasi vertikal di dalam bangunan, yaitu dengan menggunakan lift dan tangga. Kedua sirkulasi tersebut akan digunakan dalam perancangan hotel resort ini dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut : Lift Perkiraan jumlah lantai adalah 11 lantai. Diperlukan untuk sirkulasi dari satu lantai ke lantai lainnya. Memudahkan pencapaian menuju lantai yang diinginkan dengan waktu yang cepat. Lift merupakan sebuah mesin yang bekerja secara vertikal yang bertujuan sebagai alat penghubung antar lantai dalam sebuah bangunan. Lift biasa digunakan pada bangunan di atas 5 lantai karena lebih efektif dalam waktu tempuh apabila dibandingkan dengan sirkulasi lain seperti tangga dan eskalator. Umumnya lift dibedakan menjadi 2jenis, yaitu lift penumpang dan lift barang. Perhitungan perkiraan kebutuhan lift : Diketahui : h = 4 m s = 2 m/detik. n = 11 lantai. m = 20 orang

35 PB = 50 P = 0,5% T = (2h + 4s) (h - 1) + s (3m + 4) s = ( ) (4 1) + 3 ( ) 2 = 120 detik N = L netto. n. P. T 300. PB. m = 17,969, , = , = 3,95 = 4 lift Untuk hotel dapat digunakan dengan pertimbangan klasifikasi hotel, dan hal-hal sebagai berikut: 1) Untuk setiap 100 kamar perlu disediakan satu lift barang. 2) Untuk pelayanan yang memuaskan setiap 75 kamar dilayani oleh satu lift. 3) Kapasitas lift yang digunakan minimal untuk 16 orang. 4) Lift yang digunakan harus mampu mengangkut barang bawaan tamu yang berat (koper atau meja saji makanan). 5) Ruang kamar tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lift.

36 Maka kebutuhan lift adalah sebanyak 4 unit, ditambah 2 unit barang untuk keperluan servis. Total lift adalah 6 unit. Gambar 52. Lift Tangga - Sebagai sirkulasi pendukung ketika sirkulasi utama (lift) tidak bekerja. - Sebagai sirkulasi antar lantai selain lift. - Sebagai sirkulasi darurat (tangga darurat) Gambar 53. Tangga Darurat Penggunaan eskalator :

37 - Sepasang eskalator beratur tunggal cocok untuk luas lantai m². - Sepasang eskalator beralur ganda cocok untuk luas lantai m². Gambar 54. Eskalator IV.3.5. Modul dan Struktur Bangunan Bangunan hotel resort ini mempunyai modul 0,3 m. Struktur Bawah No Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan 1 Pondasi dangkal > Pelaksanaannya mudah > Hanya untuk bangunan a) Pondasi lajur > Tidak membutuhkan sampai bertingkat 4 b) Pondasi peralatan khusus.

38 2 3 setempat Pondasi tiang pancang Pondasi bored pile > Tidak menimbulkan getaran > Banyak terjadi sambungan sehingga > Pekerjaannya cepat > Kemampuan dalam berbahaya bila menahan gaya vertikal sambungan tidak dikerjakan secara teliti > Bunyi pekerjaan yang bising dan terjadi getaran > Tidak menimbulkan getaran > Pekerjaaannya lama > Diameternya lebih besar > Biaya yang lebih besar sehingga daya dukung tiap tanah tinggi, karena berbahaya ketika tiang jauh lebih besar pengecoran > cocok untuk segala jenis tanah > Boros dalam pemakaian bahan menahan gempa > Pelaksanaan sulit > Ruang pada pondasi bisa > Pemakaian bahan boros dibuat sebagai basement > Pelaksanaan tidak bising Tabel 23. Jenis-Jenis Pondasi 4 Pondasi rakit > Memiliki kelebihan dalam Tanah tapak yang diambil adalah tanah reklamasi, sehingga tanahnya lembek, untuk menemukan tanah keras diperlukan kedalaman yang sangat dalam. Dari perbandingan di atas, maka pondasi yang digunakan pada hotel resort ini adalah pondasi ting pancang. Kemampuannya menahan gaya vertikal dan bisa mencapai kedalaman tertentu membuat pondasi tiang pancang ini cocok digunakan di bangunan hotel resor ini apalagi bangunan hotel ini adalah bangunan bertingkat tinggi.

39 Struktur Atas Struktur untuk menahan lantai dibantu oleh kolom dan plat lantai cor beton yang menggunakan bahan beton bertulang. Atapnya memakai struktur cor beton bertulang. IV.3.6. Teknologi Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air. Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton adalah batu cair. Kelebihan : a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. b. Mampu memikul beban yang berat. c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi

40 d. Biaya perawatan yang rendah. e. Tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi alam. Kekurangan : a. Bentuk yang telah dibuat sulit untuk diubah. b. Lemah terhadap Kuat tarik. c. Mempunyai bobot yang Berat. d. Daya pantul suara yang besar e. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi. Bangunan ini menggunakan teknologi struktur beton, jadi saya dapat membuat bentuk-bentuk yang ekspresif dengan menggunakan struktur Benton ini. Gambar 55. Titanic Hotel

41 Gambar 56. Miracle Hotel IV.3.7. Material Bangunan Material bangunan pada hotel resort ini dibagii menjadi beberapa bagian, yaitu : Gambar 57. Contoh Material Bangunan - Kamar Tidur 1) Lantai (dicor, beton bertulang) : Karena hotel ini hotel bintang 4 maka material lantainya adalah granit dan marmer.

42 Gambar 58. Granit, Marmer, dan Karpet. Granit Kelebihan: Ukurannya bisa lebih dari 60x60 cm bahkan bisa mencapai 100 x 100 cm. Dan tidak gampang melenting. Pada bagian sambungan natnya tidak terlalu lebar sehingga granit lebih terlihat mewah dan terlihat menyatu. Tidak memerlukan bahan khusus untuk pemasangannnya. Kekurangan: Apabila kualitas granitnya kurang bagus, apabila terkena kotoran seperti tinta, cat dan kopi, susah dibersihkan dan hampir tidak bisa dibersihkan. Memerlukan perawatan ekstra dibandingkan dengan keramik, karena mudah kusam. Dalam tahap pengerjaan pemotongan memerlukan pisau khusus karena keras dan tebal. Biayanya lebih mahal dibandingkan keramik.

43 Apalagi apabila menggunakan ukurannya yang besar, karena untuk pembelian granit harus 1 dus. Warnanya tidak bisa sama. Contohnya: apabila membeli granit sebaiknya langsung dihitung dengan kelebihannya karena apabila ada kekurangan warnanya tidak bisa sama. Yang menyebabkan tidak sama adalah proses pembakarannya. Varian bisa dop atau glossy, tapi untuk warna dan corak terbatas. Marmer Kelebihan: Ukurannya tidak terbatas. Dan tidak gampang melenting. Pada bagian sambungan natnya bisa lebih kecil dari granit lebih terlihat mewah dan terlihat lebih menyatu setelah dipoles. Dengan ukurannya yang lebih besar ruangan jadi tampak terlihat lebih luas. Kekurangan: Marmer susah dibersihkan apabila terkena kotoran seperti tinta, cat dan kopi. Memerlukan perawatan ekstra dibandingkan dengan keramik, karena mudah kusam. Setelah kusam harus dipoles lagi.

44 Dalam tahap pengerjaan pemotongan memerlukan pisau khusus karena keras dan tebal dan lebih rumit dibandingkan dengan keramik dan granit, karena setelah dipasang marmer harus dipoles lagi. Biayanya lebih mahal dibandingkan keramik dan granit karena proses pembuatan dan pengambilan dari sumbernya memakan waktu dan nyawa. (banyak kasus tukang yang meninggal tertindih marmer karena dengan ukurannya yang sangat besar jadi mempunyai berat yang sangat berat. Warnanya tidak bisa sama karena bergantung pada alam. (sumber gunung batu yang diambil) Memerlukan bahan khusus untuk pemasangannnya. Karpet Kelebihan : Gampang bersihkan dan cepat (tinggal semprot sama gosok) Kekurangan : Lembab dan bau utk burung yang sering dikerodong Harus rajin bersihkan terutama utk karpet yang diketakkan di atas alas jeruji. (bikin pangkringan kotor)

45 2) Dinding (bata, tulangan besi, dan dicor) : Ada yang dicat, ada yang menggunakan wallpaper, ada yang dari kaca, ada yang dilapisi dengan marmer, ada yang dilapisi dengan kayu dan material lainnya. Gambar 59. Wallpaper Wallpaper Kelebihan : Mempunyai banyak motif dan warna Menjadikan ruangan menjadi lebih elegan Menutup dinding yang retak rambut Kekurangan : Tidak bisa dipasang pada dinding luar Tidak tahan terhadap dinding yang lembab Dinding yang retak melebar, sering tidak ketahuan Kayu Kelebihan :

46 Bahan Alami yang dapat diperbaharui Kuat tarik yang tinggi Dapat dibuat dengann berbagai macam desain dan warna. Memberi efek hangat. Bahan penyekat yang baik padaa perubahan suhu di luar rumah. Dapat meredam suara. Kekurangan : Mudah menyerap air. Mudah mengalami kembang-susut Kurang tahan terhadap pengaruh cuaca. Rentan terhadap rayap. 3) Plafond (gypsum) : Dicat. Gambar 60. Plafond Gypsum Plafond gypsum : Kelebihan :

47 Finishing akan terlihat rapi dan mudah di bentuk : drop, cuve, dome dll Terdapat rises atau tempat untuk compoun pada sambungan sehingga bisa benar-benar flat / datar Tidak mudah muai karena perbedaan suhu yang extreme Peredam kebisingann suara serta peredam panas yang berasal dari sinar matahari yang mengenai atap Kekurangan : Tidak tahan air 4) Material eksterior bangunannya kebanyakan dari beton dan kaca. Gambar 61. Beton dan Kaca Beton Kelebihan : Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Mampu memikul beban yang berat. Tahan terhadap temperatur yang tinggi Biaya perawatan yang rendah.

48 Tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi alam. Kekurangan : Bentuk yang telah dibuat sulit untuk diubah. Lemah terhadap Kuat tarik. Mempunyai bobot yang Berat. Daya pantul suara yang besar Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi. Kaca Kelebihan : Ringan Tipis Tembus pandang dan berkesan modern Kaca kelongsong di gedung memenuhi kebutuhan fungsional pencahayaan, retensi panas dan hemat energi Kaca tidak berkarat Kaca tidak membiarkan air untuk melewatinya Kaca dapat dibuat menjadi berbagai bentuk atau ukuran Kekurangan : Sifatnya yang getas

49 Mahal Pengunaan kaca juga meningkatkan biaya keamanan Tidak aman untuk daerah gempa Biaya pemeliharaan lebih Mudah rusak IV.3.8. Sistem Utilitas Listrik Sumber daya listrik berasal dari PLN dengan penurunan tegangan di traffo dan didistribusikan mealui panel utama dan sub panel. Jaringan listrik PLN memiliki keuntungan sebagai berikut: - Praktis - Tidak memerlukan perawatan khusus. Dengan mempertimbangkan terhadap faktor kenyamanan penghuni yang merupakan faktor utama dalam bangunan apartemen ini, maka kemungkingan terputusnya aliran dari PLN perlu diperhitungkan sehingga dicapai suatu cara penyelesaian sebagai berikut: - Menggunakan generator set yang dapat menghasilkan aliran listrik secara kontinou dan memiliki kapasitas daya sebesar 100 % dari daya yang dihasilkan PLN.

50 - Automatic Main Panel, yang bekerja secara otomatis mengalihkan sumber daya kepada genrator set pada saat aliran listrik dari PLN terputus. - Uninterrupted Power Supply yang langsung bekerja saat aliran PLN terputus dengan menggantikannya engan batterai. UPS ini berguna bagi kepentingan vital yang tidak boleh terganggu dalam keadaan apapun sekalipun aliran listrik terputus. Dalam perancangan ini, dipakai generator genset untuk pengganti sumber listrik ketika aliran listrik dari PLN terputus. Penerangan PLN ATV Panel Cabang Pompa Traffo Panel Utama AC Genset ATV Panel Cabang Komunikasi Gambar 62. Konsep Diagram Listrik Teknologi Sistem Pencahayaan Pencahayaan dalam hotel resort ini akan menggunakan pencahayaan alami dan buatan. Tidak semua ruangan memakai pencahayaan buatan, contohnya adalah ruang serba guna. Ruang serba

51 guna menggunakan pencahayaan buatan dikarnakan ruang serba guna fokusnya adalah ke dalam atau terpusat ke dalam jadi tidak perlu menggunakan jendela. Sistem Penghawaan Penghawaan dalam hotel resort ini menggunakan penghawaan buatan dan beberapa penghawaan alami untuk ruang-ruang yang bisa secara langsung bersinggungan dengan ruang luar, contohnya adalah restaurant. Hampir dari seluruh ruang yang ada di hotel resort ini menggunakan penghawaan buatan, dikarnakan udara sekirar yang mengandung banyak garam sehingga kulit manusia akan menjadi lengket, udara yang cenderung panas, dan standarisasi hotel yang mengharuskan sebagian besar ruangan memakai AC. Untuk mendapatkan suasana yang dapat dirasakan nyaman, maka suhu didalam ruangan sebaiknya berkisar antara o C dengan kelembaban sekitar 45 hg- 55 hg. Jika terdapat di derah yang suhunya tinggi maka menggunakan AC unit, yaitu dengan sistim AC sentral dan Package unit, sehingga penghawaan dalam apartemen ini dibantu dengan alat pengatur udara untuk mendapatkan kenyamanan yang diinginkan. Sistem Keamanan 1. Keamanan Terhadap Pencuri

52 Untuk menghindari pencuri, maka pintu masuk ke dalam tapak dan pintu masuk ke dalam bangunan dibuat terbatas agar mudah dikontol. Pintu masuk ke dalam tapak hanya ada satu, sedangkan pintu masuk ke dalam bangunan ada dua (satu untuk pintu masuk utama dan satu lagi untuk loading dock). Penggunaan CCTV yang diletakkan di sudut-sudut ruangan untuk mengontrol aktivitas pengunjung dan adanya sistem alarm apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hotel resort ini juga menggunakan system electronic ID untuk ruang-ruang pengelola. 2. Pengamanan Terhadap Pengrusakan Untuk menghindari pengrusakan maka dibuat penataan landscape dengan pemagaran, lampu-lampu, pembentukan zona-zona tertutup dan terbuka. Sistem Kebakaran Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak terkendali sehingga dapat mengancam keselamatan jiwa manusia maupun harta benda. Pencegahan bahaya kebakaran merupakan segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali. Ada beberapa macam sistem pemadam api, yaitu sebagai berikut : Penguraian : yaitu dengan memisahkan atau menjauhkan bendabenda yang mudah terbakar.

53 Pendinginan : yaitu menyemprotkan air pada benda-benda yang terbakar dengan sprinkler air yang diletakkan merata pada ruangruang apartemen. Isolasi/Sistem lokalisasi,yaitu dengan cara menyemprotkan bahan kimia CO2. Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dilaksanakan melalui 2 cara, yaitu : Elemen pencegahan aktif fire precaution : - Water Sprinkler - Alat pemadam kimia portable - Fire Hydrant dan House Rell. - Gas System (CO2, Hakin 1211) - Smoke Detector - Thermal/Heat Detector Elemen pencegahan pasif fire precaution : - Pintu keluar darurat/emergency - Koridor dan jalan keluar - Tangga kebakaran - Lift Sistem Penangkal Petir

54 Instalasi penangkal petir ialah instalasi atau komponenkomponen dan peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menayalurkannya ke tanah sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem penangkal petir: Keamanan secara teknis. Penampang hantaran-hantaran pertanahan yang digunakan. Ketahanan mekanis. Ketahanan terhadap korosi. Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi. Faktor ekonomis. Sistem Komunikasi Alat yang dipakai adalah jaringan telepon, telex, internet LAN, dan wireless, intercom, GPS, dan loudspeaker. Sistem Air Bersih Kebutuhan air bersih ini diperlukan untuk unit hunian serta keperluan penanggulangan kebakaran. Untuk keperluan-keperluan tersebut terdapat 2 sistem penyediaan air bersih, yaitu sebagai berikut: a. Sistem Down Feed distribution.

55 keuntungannya ialah distribusi merata. kerugiannya ialah terdapat reservoar di atap, beban pada atap. b. Sistem Up Feed distribution keuntungannya tidak terdapat reservoar di atap. kerugiannya distribusi kurang merata dan banyak menggunakan listrik. Sumber air yang bisa di pakai adalah : 1. PAM, tetapi penyediaan air bersih melalui PAM masih kurang mencukupi yaitu hanya sekitar 60% dari total kebutuhan. 2. Sumur Bor, merupakan pilihan sumber air bersih yang baik, dimana pelaksanaannya dapat diawasi dengan mematuhi syarat serta peraturan yang berlaku. Untuk penggunaan sistem penyediaan air secara down-feed, penggunaan reservoar air perlu diperhatikan sistem penghisapan serta dimensi pipa agar distribusi air dapat merata. Penampungan air untuk kebutuhan penanggulangan kebakaran, jumlahnya disesuaikan dengan syarat yang ditetapkan yaiut 100 m 3 tiap bangunan, yang mana reservoarnya diletakkan pada atap bangunan. Kebutuhan akan air bersih : - air dingin. - air panas: sistem dengan tanki atau sistem tanpa tanki.

56 Sistem Pembuangan Air Kotor Air kotor yang terbuang akan masuk kedalam tempat pengolahan limbah dan kemudian akan dipakai kembali. Hal ini dilakukan guna meningkatkan efesiensi penggunaan air dalam bangunan. Air hujan juga sebisa mungkin ditampung agar bisa diolah dan digunakan kembali ke dalam bangunan. Air Hujan Bak Kontrol Pengolahan Limbah Reservoir Air Kotor Bak Kontrol Rembesan Riol Kota Gambar 63. Diagram Air Kotor Sistem Pembuangan Sampah Dua macam sistem pembuangan sampah dapat digunakan: Melalui shaft sampah. Dari tiap-tiap lantai terdapat shaft-shaft pembuangan sampah yang kemudian ditampung di penampungan utama di bagian bawah bangunan. Setelah dipadatkan lalu diangkut oleh truk sampah. Ditampung.

57 Dimana sampah ditampung oleh masing-masing unit hunian untuk kemudian diangkut oleh petugas kebersihan. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, dan kedap air. Permukaan bagian dalam halus dan rata. Mempunyai tutup yang mudah ditutup atau dibuka tanpa mengotori tangan. Jumlah dan volume tempat sampah sesuai dengan produksi sampah per hari. Mudah diisi dan dikosongkan. Sampah dari setiap ruang diangkut setiap hari.

BAB V KONSEP. Zoning dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : menyumbangkan ruang terbuka untuk kota. langsung ke jalan besar.

BAB V KONSEP. Zoning dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : menyumbangkan ruang terbuka untuk kota. langsung ke jalan besar. BAB V KONSEP V.1. Konsep Lingkungan V.1.1. Zoning Tapak Zoning dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : 1. Publik Berada dibagian depan dan sekitar area bangunan untuk memberikan akses bagi pengunjung untuk menikmati

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi. BAB V KONSEP V.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada awalnya, maka konsep dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. membuat suatu bangunan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini memiliki pendekatan Sustainable Design yang secara lebih fokus menitik beratkan kepada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan 6.1.1 Rancangan Obyek Dalam Tapak Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena kesesuian dengan fungsi dan kriteria obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang Tabel 5. 1 Program Ruang No. Kelompok Kegiatan/Ruang Luas KELOMPOK RUANG KEGIATAN PRIVAT 1. Deluxe Room 811,2

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT HOTEL Program dasar perencanaan dan perancangan resort hotel merupakan sebuah hasil dari kesimpulan menyeluruh dan berfungsi sebagai pemandu desain

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Pelaku Kegiatan Pelaku pelaku yang melakukan aktivitas pada hotel diantaranya adalah : a. Pengunjung Pengunjung hotel

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN V. 1. Konsep Perancangan Makro Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang luar, konsep pencapaian dan sirkulasi pada tapak, perletakan

Lebih terperinci

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 5.1.1 Program Ruang Topik dari proyek ini adalah perilaku atlet, dengan tema penerapan pola perilaku istirahat atlet

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Dasar dari perencanaan dan perancangan Kostel (kos-kosan hotel) dengan penerapan arsitektur berkelanjutan hemat energi: Rancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Wisma Atlet. Adapun usaha-usaha yang dilakukan adalah dengan mengadakan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Wisma Atlet. Adapun usaha-usaha yang dilakukan adalah dengan mengadakan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memudahkan dan mengarahkan spesifikasi perancangan bangunan dilakukan usaha-usaha yang dapat memaksimalkan pengerjaan dan perancangan Wisma Atlet. Adapun

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²)

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²) 2.4 Kebutuhan Ruang 2.4.1 Kuantitatif Besarnya ruang dan jumlah ruang diperngaruhi oleh kapasitas dalam ruangan dan jumlah penggunan dalam suatu ruangan. Perhitungan standar besaran ruang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 MORFOLOGI KOTA BATAVIA DARI TAHUN 1627 SAMPAI Peta Kota Batavia pada tahun

LAMPIRAN 1 MORFOLOGI KOTA BATAVIA DARI TAHUN 1627 SAMPAI Peta Kota Batavia pada tahun LAMPIRAN 1 MORFOLOGI KOTA BATAVIA DARI TAHUN 1627 SAMPAI 1650 Peta Kota Batavia pada tahun 1627-1632 Peta Kota Batavia pada tahun 1635-1650 Sumber: Sejarah Kota Tua, UPT Kota Tua, 2005 LAMPIRAN 2 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan 1. Topik dan Tema Hotel kapsul ini menggunakan pendekatan teknologi, yakni dengan menggunakan sistem struktur modular pada perencanaan dan perancangan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan dari Apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat ini adalah All in One Place, dimana para penghuni bangunan merasa nyaman dan tidak perlu lagi mencari hiburan diluar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID BAB V PROGRAMMING 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program Kelompok Kapasitaiber Perhitungan Un- Sum- Luas No (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID Masjid 1000 Jumlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BAB IV 4.1 Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya. 4.1.1 Analisa Pelaku

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Green design merupakan sebuah terapan konsep bangunan yang dapat menyelesaikan atau memahami permasalahan sebuah bangunan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan Dan Perancangan Tanjung Kelayang Beach Resort merupakan resort hotel berbintang empat di Kabupaten Belitung yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO 6.1.PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Tapak Tapak yang digunakan adalah tapak existing Asrama Universitas Diponegoro, dengan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perencanaan dan perancangan Wisma Atlet Jatidiri Semarang bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan sarana beristirahat atlet yang mewadahi

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Tapak Terpilih Berdasarkan komposisi nilai masing masing alternatif tapak, maka tapak terpilih adalah tapak 3. Gambar 5.1

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Rekapitulasi Program Ruang JENIS RUANG JUMLAH (UNIT) LUAS TOTAL (m 2 ) INDOOR Ruang Kegiatan Hunian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Data Proyek Gambar 5.1 RUTRK Tapak Luas Lahan : 10.150 m 2 KDB : 20% x 10.150 m 2 = 2.030 m 2 KLB : 2,5 x 10.150 m 2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di BAB V KONSEP V. 1. KONSEP PENGGUNA Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di Kemanggisan Jakarta Barat adalah sebagai berikut : 1. Target pasar utama adalah mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Ruang A. Kelompok Ruang Kegiatan Umum 1. Plasa Penerima 163,2 2. Lobby 63,2 3. Lounge 42,66 4.

Lebih terperinci

BAB VI Konsep Perencanaan Dan Program Dasar Perancangan

BAB VI Konsep Perencanaan Dan Program Dasar Perancangan BAB VI Konsep Perencanaan Dan Program Dasar Perancangan 6.1 Konsep Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Ruang No. Jenis Ruang Luas (M 2 ) KELOMPOK RUANG KEGIATAN UMUM 1. Lobby 104,00 2. Sky Lounge 70,20 3.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Aspek Manusia V.1.1 Pelaku, Karakter dan Kegiatan Terdapat empat jenis pelaku dalam hotel transit dijelaskan dalam tabel perbandingan, diantaranya; Tabel V.1 Pelaku,

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL 6.1. Program Ruang Berdasarkan tapak terpilih, dilakukan perhitungan kembali untuk mengoptimalkan jumlah kamar. Perhitungan ini sama seperti perhitungan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Rancangan Terhadap Tapak 6.1.1 Rancangan Obyek Dalam Tapak Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan Kedungkandang Kota Malang, karena kesesuian dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center menggunakan tema Metafora Intangible Libasuttaqwa. Yang diperoleh dari hasil analisis yang kemudian disimpulkan(sintesis).

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih BAB IV: KONSEP 4.1. Pendekatan Aspek Kinerja 4.1.1. Sistem Pencahayaan System pencahayaan yang digunakan yaitu system pencahayaan alami dan buatan dengan presentase penggunaan sebagai berikut : a. Pencahayaan

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA JUDUL : PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA Nama : Trika Prijayanto NPM : 20399052 Jurusan : Teknik Arsitektur Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ing. Dalhar Susanto 2. Agung

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT.. Program Perencanaan dan Perancangan Hotel Resort... Program Ruang Pembagian ruang dibedakan sesuai kelompok kegiatan (kelompok kegiatan utama, penunjang,

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1. Program Ruang Tabel 6.1. Program ruang SMA Boarding Al-Adzkar kota Tangerang Selatan Ruang Jumlah (unit) Total (m 2 ) R.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

Fasilitas Utama. Ruang Perawatan Wajah Ruang Perawatan Tubuh Ruang Perawatan Tangan

Fasilitas Utama. Ruang Perawatan Wajah Ruang Perawatan Tubuh Ruang Perawatan Tangan LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG SEMAKIN BERKEMBANGNYA ZAMAN, PERAN SEORANG WANITA PUN SEMAKIN MENINGKAT, SEHINGGA KEINGINAN UNTUK MERILEKSKAN TUBUHNYA ATAU MEMPERHATIKAN KECANTIKAN DIRINYA SANGAT BESAR.

Lebih terperinci

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

Perancangan Convention and Exhibition di Malang BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis didapat berdasarkan pendekatan tentang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan Relokasi Pasar Ikan Higienis Rejomulyo ini didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BUDGET HOTEL

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BUDGET HOTEL BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BUDGET HOTEL 5.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep utama yang mendasari perencanaan dan perancangan Budget Hotel di Yogyakarta adalah: 1. Konsep budget hotel yang

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut: 128 BAB V KONSEP 5.1. Konsep Dasar Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut: Gambar 5.1 Konsep Dasar Sumber : Hasil Analisis,

Lebih terperinci

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perancangan 6.1.1 Program 1. Kelompok Kendaraan Tabel 6.1 Kelompok Kendaraan Emplasement kedatangan Bus AKAP Bus AKDP Angkuta Angkudes Emplasement

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci