PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO"

Transkripsi

1 PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Melalui Pengembangan Kelembagaan Permodalan adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tugas akhir ini. Bogor, Nopember 2005 YOHANES ARIYANTO NIM. A

3 ABSTRAK YOHANES ARIYANTO, Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Melalui Pengembangan Kelembagaan Permodalan. Dibimbing oleh NURAINI W. PRASODJO sebagai ketua, YUSMAN SYAUKAT sebagai anggota komisi pembimbing. Pasar Tradisional adalah tempat dimana para petani mendistribusikan surplus hasil-hasil pertaniannya. Potensi ekonomi lokal di tingkat komunitas bakul pasar tradisional desa Bantul merupakan salah satu kelembagaan ekonomi informal yang berbasis pada realitas kekuatan ekonomi rakyat dan terbukti mampu bertahan, serta memberikan peluang kerja dan pendapatan yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat desa. Namun demikian komunitas bakul pasar tradisional memiliki banyak keterbatasan, diantaranya: (1) terbatasnya faktor-faktor permodalan; (2) minimnya pengetahuan bakul pasar; (3) kurangya ketrampilan dalam mengelola usaha sehingga memperkecil kemungkinan untuk melakukan diversifikasi usaha dan cenderung bertahan pada rutinitasnya saja. Permasalahan yang ada pada komunitas bakul pasar yang paling dominan adalah faktor-faktor permodalan dan hadirnya kelembagaankelembagaan keuangan baik formal maupun informal ( bank plecit ) yang kurang memihak kepada komunitas bakul pasar. Bahkan kelembagaan keuangan informal bank plecit sering mendapat predikat negatif sebagai lintah darat meskipun pada realitanya di lapangan, bank plecit tetap eksis dan mampu untuk selalu beradaptasi secara sistemik mulai dari jaman penjajahan, orde baru hingga saat ini. Sedangkan kelembagaan keuangan formal seperti bank pasar cenderung mengandalkan logika-logika efisiensi perbankan yang lebih memilih untuk melayani sedikit nasabah dengan nominal kredit besar daripada banyak nasabah dengan kredit kecil-kecil. Tujuan kajian ini adalah (1)Menilai mekanisme kerja kelembagaan keuangan bank pasar dan bank plecit ; (2)menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal kelembagaan keuangan bank pasar, bank plecit dan bakul pasar; (3)menyusun program pemberdayaan komunitas bakul pasar tradisional desa Bantul. Pendekatan kajian yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan dalam kajian yaitu pengamatan berperan serta, wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD). FGD dilakukan untuk membahas hasi l analisis SWOT bakul pasar, bank plecit dan bank pasar. Sedangkan teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah data hasil kuesioner analisis SWOT, dan merumuskan strategi pemberdayaan bakul pasar. Penyusunan program pemberdayaan bakul pasar dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan bakul pasar, bank plecit dan bank pasar. Selanjutnya ditentukan beberapa alternatif strategi pemberdayaan komunitas bakul pasar sebagai berikut: (1) Pengembangan kelembagaan permodalan dengan mengintegrasi kan kelembagaan permodalan yang ada; (2) Peningkatan kemampuan manajemen usaha komunitas bakul pasar; (3) Pengembangan kerjasama dengan pelaku ekonomi yang lebih kuat; (4) Peningkatan peran organisasi paguyuban bakul pasar.

4 @ Hak cipta milik Yohanes Ariyanto, tahun 2005 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm dan sebagainya

5 PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO Kajian Pengembangan Masyarakat Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

6 Judul Tugas Akhir : Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Melalui Pengembangan Kelembagaan Permodalan Nama : Yohanes Ariyanto NIM : A Disetujui Komisi Pembimbing Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS K e t u a Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. A n g g o t a Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Djuara P.Lubis, MS Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc. Tanggal Ujian : 10 Nopember 2005 Tanggal Lulus :

7 PRAKATA Puji syukur sedalam-dalamnya pengkaji persembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Kajian Pengembangan Masyarakat ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam Kajian Pengembangan Masyarakat ialah "Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Melalui Pengembangan Kelembagaan Permodalan. Pada kesempatan ini pengkaji ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas dukungan moral dan material mulai sejak pengkajian sampai penulisan laporan ini, kepada yang terhormat : Ibu Ir. Nuraini W. Prasodjo,MS dan Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, MEc selaku komisi pembimbing, serta Dr. Titik Sumarti selaku Penguji Luar Komisi yang telah memberikan saran. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Departemen Sosial RI yang telah memberikan kesempatan kepada pengkaji untuk menempuh studi pada sekolah pascasarjana. Disamping itu, penghargaan pengkaji sampaikan kepada Bapak dan Ibu Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul, atas kesediaannya untuk memberikan berbagai informasi yang sangat berharga dalam kajian ini. Selanjutnya terimakasih yang tulus juga pengkaji sampaikan untuk keluarga tercinta, Yohana Aris Setyaningsih istriku tercinta serta buah hatiku tersayang, Gregorius Purusatama Ritang Pinandhito, yang senantiasa memberikan semangat, perhatian, curahan kasih sayang dan doa yang tiada henti, sehingga akhirnya pengkaji dapat menyelesaikan pendidikan ini. Semoga kajian ini dapat memberikan sumbangan kepada pihak-pihak yang akan meneliti lebih lanjut dan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Nopember 2005 Yohanes Ariyanto A

8 RIWAYAT HIDUP Pengkaji dilahirkan di Kota Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 26 Pebruari 1974 dari pasangan FX. Mugiman dan Y.Sihyem. Pada tahun 2000 pengkaji menikah dengan Yohana Aris Setyaningsih dan telah dikaruniai seorang putr a bernama Gregorius Purusatama Ritang Pinandhito. Pengkaji menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Kanisius pada tahun 1986 di Kota Bantul. Selanjutnya pada tahun 1989 pengkaji menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 di Kota Bantul. Pada tahun 1992 pengkaji menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bantul. Pada tahun 1993 pengkaji bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di BP-7 Kabupaten Bantul. Kemudian pada tahun 1995 memutuskan untuk melanjutkan studi dengan mengambil kelas reguler dan atas biaya sendiri dengan fasilitas ijin belajar dari instansi pada jenjang D3 STIE Yogyakarta program studi Akuntansi dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama pengkaji melanjutkan studi pada jenjang S1 pada STIE Yogyakarta dan menyelesaikan studi pada tahun Setelah adanya Reformasi, instansi pemerintah yang pertama kali dilikuidasi adalah Kantor BP-7 Pusat dan ditindaklanjuti sampai ke daerah. Pada tahun 1999 pengkaji dimutasi ke Sub. Bag. Protokol Bagian Umum Kabupaten Bantul sampai sekarang. Pada tahun 2004 pengkaji mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor pada Sekolah Pascasarjana dengan program studi Pengembangan Masyarakat dan menyelesaikannya pada tahun Beasiswa pendidikan pascasarjana ini diperoleh dari Departemen Sosial Republik Indonesia.

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. xi xii Xiii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kajian Kegunaan Kajian.. 9 II. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka Analisis SWOT Pengembangan Kelembagaan Keuangan yang Berorientasikan kepada Bakul Pasar Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional III. METODE KAJIAN 3.1. Lokasi, Waktu & Komunitas Subyek Kajian Data & Metode Pengumpulannya Tahap-Tahap Penyusunan Program IV. PEMETAAN SOSIAL 4.1. Lokasi Kependudukan Sistem Ekonomi Sumberdaya Lokal Kondisi Sosial Budaya. 35 V. PROFIL USAHA BAKUL PASAR 5.1. Karakteristik Bakul Pasar Tinjauan Modal Sosial dan Gerakan Sosial yang berkembang Di Pasar Bantul.. 43

10 5.3. Analisis Rugi Laba Usaha VI. PROGRAM KREDIT BANK PASAR DAN BANK PLECIT BAGI BAKUL PASAR 6.1. Mekanisme Kerja Bank Pasar Mekanisme Kerja "Bank Plecit" Perbandingan Kelembagaan Keuangan Bank Plecit dan Bank Pasar VII. HASIL DAN ANALISIS 7.1. Resiprositas antara Bakul Pasar dan Bank Plecit Resiprositas antara Bakul Pasar dan Bank Pasar Analisis SWOT VIII. STRATEGI PEMBERDAYAAN BAKUL PASAR, 8.1. Perumusan Strategi Pemberdayaan Bakul Pasar Rancangan Program Tindakan IX. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.1. Kesimpulan Rekomendasi Kebijakan Daftar Pustaka. 86 Lampiran-Lampiran. 89

11 DAFTAR TABEL Halaman 1. Stakeholder dan kepentingannya Interaksi SWOT Klasifikasi issue Klarifikasi issue Tujuan, metode pengumpulan data, data yang diambil dan sumber data Tahap-tahap penyusunan program Kelembagaan Finansial Formal Yang Ada Di Pasar Bantul Tipologi Gerakan Sosial menurut Orientasi Perubahan yg dikehendaki Pendapatan per bulan Bakul Pasar Kalkulasi Saldo Rugi-Laba Bakul Pasar Per Hari Keuntungan dan kerugian bank plecit dan bank pasar dari Perspektif Sosial Perbandingan "Bank Plecit" dan Bank Pasar Profil Bank Plecit Latar Belakang Pekerjaan Bank Plecit Pendapatan per bulan Bank Plecit Interaksi SWOT Matriks SWOT Bakul Pasar Matriks SWOT Bank Plecit Matriks SWOT Bank Pasar Strategi Pemberdayaan Bakul Pasar Rencana Kegiatan dalam Rangka Pemberdayaan Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul.. 83

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Hubungan antar konsep 5 2. Kerangka Pemikiran Pemberdayaan Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul Prosentase Komposisi Penggunaan Lahan di Desa Bantul Peta Desa Bantul Piramida Penduduk Desa Bantul Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Komposisi Penduduk Menurut mata pencaharian Pelapisan Sosial yg ada di pasar Bantul Menurut Jenis Dagangan Dan Tempat Berjualan Komposisi Bakul Pasar berdasarkan Tempat berjualan dan Jumlah Retribusi Interview dengan Lurah Pasar Bantul Sebagai informan Jejaring Sosial Komunitas Bakul Pasar Bantul Karyawan Bank Pasar Melayani Nasabah Bank Plecit sedang mengambil cicilan Bagan alir Mekanisme Pencairan Kredit "Bank Plecit" dan Bank Pasar Wawancara Dengan Salah Satu Responden Bakul Pasar Tukang parkir yang menjadi entry point dalam mengumpulkan data bank plecit Seorang Bank Plecit Sedang Bertransaksi Dengan Nasabah Bakul Pasar Wawancara Dengan Ketua Paguyuban Bakul Pasar Kerangka Alur Pemberdayaan Komunitas Bakul Pasar Tradisional... 82

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Panduan Melakukan Analisis SWOT Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Internal Bakul Pasar Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Eksternal Bakul Pasar Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Internal Bank Plecit Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Eksternal Bank Plecit Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Internal Karyawan Bank Pasar Rata-Rata Jawaban Analisis Faktor Eksternal Karyawan Bank Pasar Pedoman Pelaksanaan Focus Group Discussion Langkah-langkah penerapan FGD Daftar Pertanyaan untuk Bakul Pasar Daftar Pertanyaan untuk Bank Plecit Daftar Pertanyaan untuk Kepala Unit Bank Pasar Pedoman Wawancara untuk Informan Pedoman untuk Pengamatan Berperanserta. 120

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perspektif sosiologi, pasar tradisional lebih dimaknai sebagai suatu kelembagaan sosial daripada arti sempitnya yang sekedar sebagai tempat bertemu antara penjual dan pembeli seperti arti populer dalam pengertian ekonomi. Pasar tradisional dalam kesehariannya adalah tempat dimana masyarakat lokal melakukan aktivitas jual beli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dimana proses jual beli dilakukan dengan proses tawar menawar. Melalui pola interaksi jual beli yang terjadi setiap hari itulah yang telah melahirkan peraturan dan norma-norma baru yang mengatur antar hubungan dan antar aksi, yakni suatu proses strukturalisasi antar hubungan melalui enkulturasi konsepkonsep kebudayaan baru, misalnya nilai-nilai dan norma-norma baru, proses ini selanjutnya disebut institutionalization atau pelembagaan (Nasdian & Dharmawan, 2004). Kelembagaan sebagai sosial institution menunjuk pada adanya unsurunsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Koentjaraningrat (1964) mengartikan social institution sebagai pranata sosial yaitu suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Ciri-ciri pokok yang membedakan kelembagaan dengan konsepsi-konsepsi lain seperti grup, asosiasi, organisasi adalah sebagai berikut (Soekanto, 1990): (1) merupakan pengorganisasian pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya; (2) memiliki kekekalan tertentu: kelembagaan suatu norma memerlukan waktu yang lama karena itu cenderung dipertahankan; (3) mempunyai satu atau lebih tujuan tertentu; (4) mempunyai lambang-lambang yang secara simbolik menggambarkan tujuan; (5) mempunyai alat untuk mencapai tujuan tertentu; dan (6) mempunyai tradisi tertulis atau tidak tertulis. Oleh karena itu, di dalam pasar tradisional banyak terdapat kelembagaan formal maupun kelembagaan informal yang hidup berdampingan, saling mengabaikan, saling berinteraksi, atau eksploitatif. Kelembagaan finansial adalah kelembagaan yang paling banyak dan paling mudah ditemui di komunitas pasar tradisional. Kelembagaan finansial ini tersegmentasi ke dalam kelembagaan finansial formal dan informal. 1

15 2 Kelembagaan finansial informal sangat populer di dalam komunitas pedesaan, karena fungsi mereka sesuai dengan kebiasaan sosial. Karakteristik utama dari kelembagaan ini meliputi: prosedur-prosedur yang sederhana untuk memperoleh pinjaman tanpa jaminan apapun, berdasarkan pada hubungan interpersonal. Kelembagaan finansial informal yang ditemukan di pasar Bantul meliputi: bank plecit 1, pegadaian informal, komisi pinjaman, pinjaman tuan tanah, pinjaman teman dan kerabat, arisan, tabungan berotasi, perkumpulan simpan pinjam, pinjaman toko, mindrink 2 atau tukang kredit, dan sebagainya. Kelembagaan finansial yang kedua adalah kelembagaan finansial formal, pada saat ini terdapat tujuh kelembagaan finansial formal, yaitu: Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Pasar Bantul, BRI, Bank Danamon, KUD, Pegadaian Resmi dan BMT Loh Jinawi. Aktivitas ekonomi lokal di tingkat komunitas bakul pasar tradisional desa Bantul merupakan salah satu kelembagaan ekonomi informal yang berbasis pada realitas kekuatan ekonomi rakyat yang telah terbukti mampu bertahan, serta berpotensi memberikan peluang kerja dan pendapatan yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat desa. Namun demikian komunitas bakul pasar tradisional memiliki banyak ke lemahan, diantaranya: (1) terbatasnya faktorfaktor permodalan, sehingga menghambat para bakul pasar untuk mengembangkan skala usahanya menjadi lebih besar; (2) minimnya pengetahuan bakul pasar, sehingga semakin membawa mereka pada posisi yang termarginalkan pada situasi perekonomian yang semakin kapitalis; (3) kurangya ketrampilan dalam mengelola usaha sehingga memperkecil kemungkinan untuk melakukan diversivikasi usaha dan cenderung bertahan pada rutinitasnya saja (Nugroho,2001). Keterbatasan-keterbatasan bakul pasar inilah yang agaknya dimanfaatkan oleh pelaku bank plecit yang mempunyai kemampuan analisa sosial-ekonomi dan entrepreneurship jauh lebih baik dari para bakul pasar ini. Dengan segenap kemampuan permodalan yang dimiliki, mereka masuk ke sistem ekonomi bakul pasar dengan menawarkan pinjaman, meskipun tingkat bunga yang ditawarkan cukup tinggi yaitu sekitar 20% sampai dengan 30% per periode namun dengan mengandalkan pendekatan-pendekatan personal, 1 2 =Rentenir= Bank Thitil = Orang yang menawarkan kredit mikro jangka pendek tanpa jaminan dengan bunga cukup tinggi sekitar 20% per periode dan biasanya berupa kredit harian. Mereka juga berusaha menjaga hubungan kredit dengan nasabah-nasabahnya melalui hubungan interpersonal maupun sosio-kultural (Nugroho, 2001). Tukang kredit barang dengan bunga antara 30% sampai dengan 50% nilai barang apabila dijual secara tunai

16 3 kekeluargaan dan kultural mereka berhasil membuat para bakul pasar sangat tergantung kepada bank plecit untuk memenuhi kebutuhan uang tunai. Melihat kenyataan itu, Pemerintah Kabupaten Bantul tidak tinggal diam dan berupaya mengurangi praktek-praktek bank plecit dengan meluncurkan program kredit murah bagi bakul pasar. Program pengucuran kredit ini pelaksanaannya dilakukan oleh PD BPR Bank Pasar Bantul. Adapun paket kredit anti rentenir yang ditawarkan pemerintah kabupaten Bantul adalah kredit tanpa agunan yang bisa diangsur secara harian, pasaran 3, mingguan atau bulanan dengan maksimal pinjaman sebesar Rp. 10 juta. Disamping itu bunga kredit yang ditawarkan juga sangat kompetitif yaitu sekitar 18 % per tahun (atau 1,5% per bulan). Teknis pembayaran cicilan pokok pinjaman maupun bunganya dirancang sedemikian rupa sehingga kelihatan sederhana dan mudah dimengerti oleh para bakul pasar. Sebagai contoh, apabila seorang bakul pasar hendak meminjam Rp selama 1 tahun dan diangsur secara bulanan, maka ia akan dikenakan bunganya di depan yaitu sebesar Rp sehingga uang yang diterima adalah Rp , dan selanjutnya setiap bulan mengangsur sebesar Rp selama 12 bulan. Secara matematis bunga tersebut jauh lebih ringan dibandingkan bunga yang ditetapkan oleh bank plecit yaitu sekitar 20% per periode pinjaman. Pada tahap pertama diluncurkannya program, Pemerintah Kabupaten Bantul melalui APBD nya telah menyiapkan dana Rp. 9 milliar dan telah disalurkan sejak bulan Maret Pada tahap berikutnya ditingkatkan menjadi Rp. 15 miliar lagi untuk kredit tahap kedua dan ditawarkan mulai bulan Maret Keseriusan Pemerintah Kabupaten Bantul ini telah mendorong beberapa bank swasta untuk memberikan pinjaman dana kepada PD BPR Bank Pasar Bantul, seperti Bank Permodalan Mandiri, Bank Mandiri, dan Bank Niaga. Beberapa pinjaman telah diproses bahkan Bank Mandiri menjanjikan pinjaman Rp. 100 miliar untuk program kredit anti rentenir ini 4. Setelah kredit turun, Pemerintah Kabupaten Bantul mengklaim telah berhasil menyelamatkan pedagang dari ketergantungan kepada bank plecit. Pernyataan ini didasarkan pada penurunan omset bank plecit yang sebelumnya mencapai Rp. 27 miliar, setelah adanya program kredit anti rentenir selanjutnya tinggal Rp. 9 milliar 5. 3 Penannggalan jawa yang terdiri dari lima hari dalam setiap pasaran yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon. Pasar Tradisional di Bantul, sebagian besar mengambil hari pasaran tertentu dalam menentukan puncak aktivitas jual-belinya 4 Aristini Sriyatun, Direktur PD BPR Bank Pasar Bantul. 5 Kompas, edisi Rabu 4 Juni 2003

17 4 Pada komunitas pedesaan Jawa, hutang sebenarnya merupakan tindakan sosial yang memiliki konotasi negatif dan cenderung tabu dibicarakan. Hutang bisa menjadi indikasi ketidakmampuan finansial seseorang 6, sehingga semakin banyak orang berhutang akan semakin rendah status sosialnya. Oleh karena itu hutang akan dilakukan secara diam-diam, agar tidak diketahui orang lain, khususnya para tetangga. Dalam konteks budaya seperti ini, hutang digambarkan sebagai sebuah kondisi yang dihindari dan sekaligus menjadi kontrol sosial yang menghindarkan orang untuk meminjam uang. Namun dalam realita yang terjadi saat ini, transaksi yang melibatkan peminjaman uang terjadi di komunitas-komunitas pedesa an dan transaksi tersebut dilakukan dalam institusiinstitusi finansial informal yang bervariasi seperti bank plecit dan mindrink. Menurut sosiolog James C. Scott (1976), bunga yang tinggi dalam pasar kredit informal di desa-desa Jawa sering diinterpretasikan sebagai ekspresi keterbelakangan. Pada komunitas-komunitas seperti inilah praktek-praktek bank plecit tumbuh subur. Situasi yang sengaja diciptakan oleh bank plecit adalah dengan cara memelihara ketergantungan nasabah terhadapnya, sehingga ia dapat membawa nasabah pada perangkap hutang. Cara untuk menjamin ketergantungan ini adalah melalui strategi Interest forever, Capital never (Lipton,1976), berarti bunga diwajibkan dibayar dalam setiap cicilan, pokok kredit dibayar belakangan. Dengan cara demikian, hubungan keduanya bersifat eksploitatif. Berdasarkan teori-teori tersebut, hubungan antar variabel dan konsep yang ada pada komunitas bakul pasar dapat digambarkan dalam kerangka sebagaimana disajikan dalam Gambar 1. 6 Jenifer Alexander, Batas Minimum Kredit Pedagang Kecil dalam Prisma, No 7, Juli 1987, hal 49-60

18 5 Gambar 1 Hubungan antar Konsep Bank Pasar Bank Plecit Bakul Pasar Keterangan Gambar: : tata hubungan dua arah antar kelembagaan Dalam Gambar 1 menjelaskan bahwa di pasar Bantul institusi-institusi permodalan tersegmentasi ke dalam dua kategori, yaitu institusi finansial formal yang diwakili Bank Pasar dan institusi finansial informal yang diwakili oleh bank plecit. Namun dalam prakteknya kedua kategori tersebut tidak terpisah secara kaku dalam memperebutkan pangsa pasar kredit mikro di pasar Bantul, tetapi ada indikasi mereka memiliki tata hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Bank Pasar memberikan pinjamannya kepada bank plecit untuk menambah modal dan selanjutnya dipecah menjadi kredit kecil untuk dipinjamkan secara kredit harian atau pasaran (35 hari) kepada bakul pasar dengan bunga yang lebih tinggi. Dalam hal ini bakul pasar bisa mendapat fasilitas kredit dari dua institusi yang bebeda karakter yaitu bank pasar sebagai institusi finansial formal dan bank plecit sebagai institusi finansial informal. Tata hubungan antar institusi inilah yang perlu dilakukan kajian lebih lanjut sampai dimana tata hubungan dan pertukaran yang terjadi apakah bersifat eksploitatif atau tidak? Hal lain yang juga menarik dan layak menjadi sebuah kajian adalah, adanya indikasi dimana bakul pasar memperoleh bagian keuntungan (profit margin) yang jauh lebih kecil dibandingkan bunga cicilan yang harus dibayarkan kepada pemilik modal Bank Plecit. Kelembagaan keuangan yang efektif dan berorientasi kepada bakul pasar yang dimaksud adalah kelembagaan keuangan yang berpihak kepada bakul pasar namun tetap memberikan manfaat dan keuntungan bagi bank plecit dan

19 6 bank pasar. Bagi bank plecit akan memberikan manfaat dalam penyediaan modal, sedangkan bagi bank pasar akan memberikan manfaat dengan berkurangnya biaya transaksi dan adanya jaminan pengembalian kredit dari pemerintah lokal. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, pengkaji tertarik untuk melakukan kajian lebih dalam mengenai fenomena bakul pasar, bank plecit dan bank pasar dengan harapan untuk dapat memberikan referensi kerangka pemberdayaan bakul pasar tradisional, maka pertanyaan kajian ini adalah bagaimanakah mengembangkan kelembagaan keuangan yang efektif dan berpihak kepada bakul pasar? 1.2. Perumusan Masalah Aktivitas pertukaran antara penjual dan pembeli dalam konteks pedesaan tidak hanya dimotivasi oleh tujuan-tujuan ekonomi semata, seperti optimalisasi profit, tetapi juga oleh nilai-nilai sosial tradisional yang masih dijaga sebagai basis interaksi hingga saat ini. Hal ini tercermin misalnya, negosiasi antara penjual dan pembeli mengenai kesepakatan harga tidak hanya ditentukan oleh kalkulasi ekonomi saja tetapi juga tingkat kedekatan yang menjadi ciri hubungan antara kedua individu. Seringkali seorang pedagang yang secara personal mengenal langganannya akan menyetujui harga yang lebih rendah daripada yang akan ia tawarkan kepada orang lain yang belum pernah dikenal sebelumnya. Hal ini dapat dipahami karena para pedagang secara umum akan menghindari, memperoleh reputasi sebagai pencari untung yang serakah. Sebaliknya mereka memilih untuk memberikan kesan, berperilaku dengan cara yang bertanggungjawab secara sosial terhadap pelanggannya. Demikan pula hal yang terjadi pada praktek pelepasan uang oleh bank plecit kepada bakul pasar. Seorang nasabah yang belum pernah dikenalnya, harus menerima kondisikondisi yang kurang menyenangkan seperti menyediakan jaminan, membayar bunga yang lebih tinggi, dan harus selalu tepat waktu dalam membayar cicilan. Kontrol sosial masih berfungsi cukup efektif di masyarakat Bantul. Hal ini tidak hanya ditemui dalam pergaulan sehari-hari, tetapi bahkan juga dalam aktivitas ekonomi seperti pinjam meminjam uang. Seorang bakul pasar yang tidak dapat mengembalikan pinjamannya (ngemplang) akan merasa bersalah dan tidak lagi nyaman untuk hidup di lingkungannya. Perasaan ini tidak hanya

20 7 berasal dari fakta bahwa para tetangga akan mulai membicarakannya sebagai orang yang tidak tahu diri. Menurut norma sosial di Bantul, seseorang yang menerima bantuan dari orang lain, seharusnya tahu akan tanggungjawabnya. Begitu pula seorang bank plecit juga akan berusaha untuk tidak terlalu keras terhadap nasabahnya, sehingga orang tidak akan menyebutnya sebagai serakah dan tidak peduli terhadap kesulitan orang lain. Hadirnya Bank Plecit dalam komunitas bakul pasar tradisional semakin memberikan kompleksitas permasalahan yang ada pada komunitas bakul pasar disamping sisi-sisi positif yang lain. Untuk mengungkap fenomena empiris yang terjadi dilihat dari aspek produksi maupun interaksi dan untuk menjawab kontroversi apakah bank plecit telah mengikat bakul pasar secara eksploitatif atau justru sebagai penolong bakul pasar yang mengalami kesulitan mendapatkan uang tunai, maka permasalahan yang akan dibahas adalah: Bagaimana menilai aktivitas bank plecit dalam melepas uang kepada nasabah bakul pasar di pasar Bantul? Berbagai studi tentang keberadaan bank plecit dalam masyarakat, menunjukkan praktek mereka tidak pernah surut, hal ini dikarenakan bank plecit mampu melakukan adaptasi sistemik dari zaman tradisional, penjajahan, hingga pasar bebas. Ketika Orde Baru melakukan perang melawan bank plecit dengan kebijakan kredit bunga murah untuk lapisan bawah, seperti Kredit Investasi Kecil (KIK), Kredit Candak Kulak (KCK) untuk pedagang kecil, hingga program IDT (Inpres Desa Tertinggal), bank plecit tetap saja beroperasi secara ekspansif. Sejumlah fakta juga menunjukkan bahwa, program ekspansi bank pemerintah dan swasta di pedesaan, seperti pembukaan cabang BRI, BNI, atau bank lain justru memperkuat praktek bank plecit. Terdapat indikasi yang menunjukkan, beberapa bank plecit ketika menghadapi kekurangan modal meminjam kredit di bank dengan bunga yang rendah. Kredit itu dipecah menjadi kredit kecil untuk dipinjamkan pada nasabahnya dengan bunga yang tinggi. Ini merupakan logika dan sekaligus strategi pembagian risiko (sharing of risk) dari bank pemerintah ke bank plecit dan dari bank plecit ke nasabah. Pertanyaan penting yang seharusnya dijawab oleh institusi pemerintah adalah mengapa kredit yang ditawarkan bank plecit selalu lebih populer daripada yang ditawarkan bank pemerintah?. Sebagai sebuah kelembagaan formal dan informal, Bank Plecit dan Bank Pasar tentu saja mempunyai mekanisme kerja yang sangat berbeda. Bank Pasar sebagai institusi formal dibatasi oleh peraturan perundang-undangan

21 8 yang berlaku dan mengikuti sebuah sistem yang kuat, teratur dan dikendalikan oleh sistem kelembagaan lain yang lebih tinggi dalam melakukan operasional usahanya. Bank Plecit menjalankan usahanya memanfaatkan institusi sosiokultural bahkan religius untuk menjaring nasabahnya serta melakukan adaptasiadaptasi sistemik untuk memelihara keterikatan nasabah kepadanya. Untuk mendapatkan informasi lebih dalam tentang kelembagaan formal dan informal ini, masalah kajian berikutnya adalah Bagaimana mekanisme kerja yang diterapkan oleh bank pasar dan bank plecit dalam memperebutkan market share kredit mikro pada komunitas bakul pasar tradisional? Hubungan ketiga kelembagaan bakul pasar, bank plecit dan bank pasar ini memang sangat diperlukan, tentu saja dengan tetap mempertahankan cara kerja informal atau non konvensional dalam menjangkau bakul pasar. Asumsi ini berdasarkan pengalaman bahwa komunitas bakul pasar tidak memiliki akses kredit dari lembaga keuangan formal karena tidak mampu menyediakan agunan, skala kredit yang diperlukan terlalu kecil untuk bank komersial, jarak lembaga keuangan formal tersebut terlalu jauh dengan masyarakat dan mata pencaharian tidak menjamin kepastian pengembalian atau beresiko tinggi. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas dari model kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar adalah: faktor internal dan faktor eksternal dari masing-masing kelembagaan bakul pasar, bank plecit dan bank pasar. Apabila faktor-faktor ini dapat dikembangkan ke arah yang lebih positif, maka diharapkan kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar benarbenar efektif dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi bakul pasar. Berdasarkan fenomena empirik mengenai kelebihan dan kekurangan kelembagaan keuangan bank plecit dan bank pasar tersebut, permasalahan berikutnya adalah Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang berpengaruh terhadap pemberdayaan komunitas bakul pasar bakul pasar? 1.3. Tujuan Kajian Setelah melalui pembahasan-pembahasan di atas, dapat disimpulkan tujuan umum Kajian ini adalah menyusun program pemberdayaan komunitas bakul pasar tradisional Desa Bantul, sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut perlu terlebih dahulu menjawab tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:

22 9 1. Mengidentifikasi pola hubungan pertukaran yang terjadi pada praktek bank plecit dalam melepas uang kepada nasabah khususnya bakul pasar tradisional desa Bantul. 2. Memahami dan menganalisis mekanisme kerja kelembagaan keuangan bank pasar dan bank plecit yang berkembang di komunitas bakul pasar. 3. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal kelembagaan keuangan bank pasar, bank plecit dan bakul pasar Kegunaan Kajian Setelah selesainya rangkaian praktek lapangan, kajian dan penulisan Kajian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi: Komunitas Bakul Pasar Tradisional 1. Membuka wawasan dan pola pikir bakul pasar tradisional agar lebih mandiri yang sebagian besar masih terjebak pola pembinaan dan penyuluhan yang datang dari atas. 2. Mendorong aktivitas di antara anggota komunitas dalam wadah organisasi mandiri yang lebih efektif dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam komunitas Pemerintah Kabupaten Bantul 1. Memberikan referensi ilmiah berupa Kajian Pengembangan Masyarakat dan dapat dipergunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan-kebijakan yang akan menyentuh komunitas bakul pasar tradisional. 2. Memberikan input-input mengenai kondisi riil komunitas bakul pasar tradisional yang cukup memprihatinkan dan perlu pemberdayaan dengan intervensi dari pemerintah utamanya dalam mereduksi praktek-praktek Bank Plecit Pengkaji 1. Memberikan pengalaman Learning by doing dimana penyelesaian penulisan adalah berdasarkan kondisi riil di lapangan dan hasil kajian yang dilakukan sendiri. 2. Mengasah kemampuan analitis pengkaji dalam menyikapi permasalahan-permasalahan sosial & dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

23 II. TINJAUAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan membawa konotasi pemberian derajat kewenangan yang lebih tinggi kepada komunitas untuk melakukan pilihan-pilihan ekonomi, meningkatkan kapasitas dalam penguasaan sumberdaya ekonomi, memberikan posisi dan kewenangan lebih besar dalam menentukan sesuatu yang pada akhirnya akan mengembangkan hidupnya. Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan) dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged) "Empowerment aims to increase the power of disadventaged. Dengan demikian pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan kekuasaan politik, melainkan kekuasaan atau penguasaan atas pilihan-pilihan personal dan kesempatan hidup, pendefinisian kebutuhan, ide atau gagasan, lembaga-lembaga, sumbersumber, aktivitas ekonomi dan reproduksi. Sementara kelompok lemah atau tidak beruntung meliputi kelompok lemah secara struktural, kelompok lemah secara khusus dan kelompok lemah secara personal (Ife, 2002). Menurut Parsons, pemberdayaan adalah sebuah proses di mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Beragam definisi pemberdayaan menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai tujuan, menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yakni masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan, atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memilik kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2004). 10

24 11 Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu berhubungan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Dengan demikian, konsep pemberdayaan adalah upaya untuk menempatkan seluruh masyarakat dalam posisi sentral dalam pembangunan (people centre development) sehingga memiliki kemampuan untuk melaksanakan sendiri berbagai aktivitas pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada dalam masyarakat itu sendiri (Hikmat, 2001). Hal ini selaras dengan konsep pengembangan masyarakat (community development) sebagai suatu pendekatan pembangunan yang diartikan sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas (Adi, 2003). Dari pemahaman di atas dalam pengembangan masyarakat, pemberdayaan menitikberatkan pada pengembangan komunitas sebagai bagian dari perubahan berencana yang dimanifestasikan sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat. Dengan demikian dalam pengembangan komunitas, inisiatif dan partisipasi masyarakat memperoleh ruang yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan komunitasnya (Brokensha dan Hodge, 1970). Demikian pula konsep pemberdayaan bagi bakul pasar tradisional desa Bantul, menitikberatkan pada pengembangan kelembagaan ekonomi yang lahir dan dikembangkan dengan memberikan derajat kewenangan yang tinggi bagi inisiatif dan partisipasi aktif serta berorientasi pada bakul pasar sendiri Pengertian Komunitas Komunitas (community) dalam perspektif sosiologi adalah warga setempat yang dapat dibedakan dari masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman perhatian bersama ( a community of interest ) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an attachment community ). Para anggota komunitas mempunyai kebutuhan bersama (common needs) jika tidak ada kebutuhan bersama maka bukan komunitas (Ife, 1995).

25 12 Makna komunitas menurut Christenson dan Robinson (1989) ada empat komponen utama dalam memahami komunitas yaitu: (1) masyarakat; (2) tempat atau wilayah; (3) interaksi sosial; dan (4) adanya ikatan psikologis. Pemahaman luas tentang komunitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities of common interest), baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai teritorial (Nasdian & Dharmawan, 2004). Istilah komunitas dalam batas-batas tertentu dapat menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Apabila suatu kelompok, baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka dapat disebut komunitas Pengertian Bakul Pasar Bakul pasar (Pedagang Informal) adalah pedagang skala kecil baik dari sisi aset maupun modal kerja, yang mengembangkan pengetahuannya berdagang berdasarkan pengalaman tanpa dibekali ilmu yang memadai. Dalam keputusan menteri perindustrian dan perdagangan nomor: 23/MPP/Kep/1/1998, bakul pasar tradisional termasuk dalam kategori pedagang informal, yaitu perorangan yang tidak memiliki badan usaha yang melakukan kegiatan perdagangan barang dan/ atau jasa dalam skala kecil yang dijalankan oleh pengusahanya sendiri berdasarkan azas kekeluargaan. Dalam ayat (2), pasal 4, dari keputusan menperindag tersebut juga dijelaskan: pedagang informal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. memiliki modal usaha di luar tanah dan bangunan tempat usaha tidak lebih dari Rp ,- (lima juta rupiah); 2. dikerjakan sendiri atau oleh beberapa orang; 3. jenis kegiatan usaha yang dijalankan umumnya tidak tetap. Pada komunitas bakul pasar Bantul terdapat stratifikasi berdasarkan jenis dagangan, asset yang dimiliki dan lokasi berjualan. Tempat berdagang di pasar Bantul terbagi dalam empat lapisan. Lapisan teratas adalah para pedagang yang menempati kios-kios di dalam maupun di luar pasar. Lapisan ini menempati posisi teratas dengan asumsi bahwa pedagang yang menempati kios biasanya memiliki omset penjualan yang lebih besar dari pada pedagang lain

26 13 yang tidak menempati kios. Pelapisan kedua adalah bakul pasar yang menempati los, dari sisi jumlah bakul pasar yang menempati los adalah yang terbesar. Pelapisan di bawahnya adalah bakul pasar yang hanya menempati tlasaran dalam menggelar dagangannya. Pelapisan terakhir adalah bakul ideran 8 yaitu bakul pasar yang menjajakan dagangannya dengan berkeliling pasar dan tidak memiliki tempat yang tetap. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi serta bergulirnya era perdagangan bebas yang ditopang dengan kemajuan teknologi perdagangan, semakin meningkatkan volume dan arus distribusi barang dan jasa. Hal ini menjadi sebuah tantangan baru bagi para pelaku usaha perdagangan di dalam negeri sekaligus menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk berpartisipasi dalam dunia perdagangan. Peluang ini menjadikan dunia perdagangan berkembang sangat pesat. Kondisi ini membuat pelaku dunia perdagangan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu: (1) Pelaku bisnis ritel besar yang tercakup dalam kegiatan pasar modern; dan (2) Pedagang kecil dan menengah sebagai unit usaha (pelaku usaha) yang mengembangkan pasar tradisional. Prospek bisnis ritel besar dalam kegiatan pasar modern dilakukan oleh pemodal-pemodal kuat dan jaringan rantai perdagangan yang kuat pula mulai dari hulu sampai dengan hilir. Kegiatan pasar modern ini pada saat sekarang menunjukkan indikasi yang semakin cerah, sejalan dengan pertumbuhan daya beli masyarakat yang semakin baik juga, sedangkan pedagang kecil yang mempunyai peran sebagai penggerak ekonomi masyarakat kecil, pada umumnya kurang berkembang sebagaimana laju pebisnis ritel besar. Guna menciptakan sinergi antara pengusaha besar dengan pedagang kecil menengah, koperasi serta pasar tradisional, pemerintah telah menetapkan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan Perdagangan dengan Menteri Dalam Negeri Nomor: 145/MPP/Kep/S/97 dan Nomor: 57 Tahun 1997 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan. Tujuan utama dari peraturan ini adalah untuk melindungi usaha kecil dan menengah serta koperasi dan pengendalian pasar modal. Kegiatannya diwujudkan dalam bentuk: (1) penataan lokasi dan pembangunan pasar dan pertokoan; (2) mengatur, membina dan mengembangkan kegiatan usaha perdagangan di pasar dan pertokoan sekaligus; dan (3) memperkuat kemampuan pedagang kecil dan menengah, dan 8 Bakul Ideran, pedagang tidak tetap yang menjajakan dagangan dengan jalan berkeliling pasar, bila sampai pada waktunya pasar sudah bubar, tidak jarang bakul ideran menjajakan dagangan sampai ke kampung-kampung sekitar pasar.

27 14 koperasi serta pasar tradisional agar dapat berkembang menjadi usaha yang tangguh (Pedoman Pengelolaan Pasar, 2003). Dengan berlakunya Undang- Undang Nomor: 22 Tahun 1999 maka kewenangan untuk mengatur dan mengendalikan pasar berada sepenuhnya di tangan Pemerintah Daerah Pengertian Pasar Tradisional Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 91 Tahun 1991 tentang Pasar Desa, pengertian pasar adalah tempat bertemunya antara pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi jual beli. Pengertian pasar tradisional menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Swasta, Koperasi atau Swadaya Masyarakat dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil dan Menengah, dan Koperasi, dengan usaha skala kecil dan modal kecil, dan dengan proses jual beli melalui tawar menawar 9. Sejalan dengan pengertian tersebut maka kegiatan pasar tradisional sangat erat dengan kehidupan masyarakat kecil. Pasar tradisional merupakan basis perekonomian bagi rakyat kecil. Sisi lain dari pasar tradisional adalah mampu menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, sebagai tumpuan pencarian nafkah dan penghidupan bagi rakyat kecil. Dampak positif yang berantai timbul dari pasar terhadap masyarakat adalah adanya sekelompok masyarakat lain yang mendapatkan manfaat nafkah dari pasar. Kelompok ini antara lain tukang sapu, tukang sampah, tukang angkut barang (jawa: engket), juru parkir, tukang becak, dan lain sebagainya. Aspek lain dari adanya kegiatan jual beli di pasar adalah masuknya retribusi bagi pendapatan kas daerah, uang kebersihan, jimpitan uang keamanan ronda, retibusi parkir (mokoginta, 1999). Pasar juga merupakan tempat penampungan bagi pedagang, yaitu tempat bagi para pedagang berkarya dan menghasilkan perputaran uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah per hari. Di tempat inilah rakyat kecil bekerja mencari nafkah dan menggantungkan hidupnya. Dari pasar tradisional ribuan rakyat berhasil mempertahankan hidupnya, bahkan dalam badai krisis ekonomi yang berkepanjangan sekalipun. 9 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Nomor: 23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga Lembaga Usaha Perdagangan

28 Pengertian Kelembagaan Permodalan Kelembagaan keuangan informal Bank Plecit, adalah Badan Usaha Perseorangan yang bergerak di perkreditan tingkat mikro dengan bunga yang cukup tinggi dan biasanya berupa kredit harian. Maraknya operasi bank plecit di Pasar Bantul, secara aspek ekonomi sangat membebani perputaran uang bakul pasar. Mereka begitu ekspansif dan memikat, karena telah mengikat bakul pasar dengan iming-iming pinjaman mudah, dan dengan pendekatan kultural meskipun berbunga sangat tinggi yaitu 15% sampai dengan 20% per bulan. Nugroho (2001) memberikan argumen yang mendasari terjadinya realitas bahwa bank plecit selalu lebih populer daripada bank pemerintah adalah: (1)kurang atraktifnya lembaga finansial formal dalam berpraktek mencari nasabah daripada lembaga finansial informal. Bank Plecit lebih fleksibel dalam menjalankan prakteknya bahkan mengembangkan hubungan personal dengan nasabahnya sementara bank-bank resmi lebih bersifat rasional di mata para nasabah bakul pasar. Fleksibilitas merupakan hal penting dalam rangka menjaga hubungan bank plecit dan bakul pasar, misalnya adanya upaya bank plecit untuk memahami kondisi keuangan bakul pasar sehingga tidak jarang memberikan kesempatan menunda pembayaran hutang; (2) tidak adanya kepercayaan antara bank formal dan bakul pasar. Bank resmi selalu mengedepankan hal-hal yang formal, sedangkan Bank Plecit menggali berbagai informasi dari orang-orang sekitar untuk mengetahui reputasi bakul pasar yang menjadi calon nasabahnya. Atas dasar ini transaksi hutang piutang dilakukan oleh kedua belah pihak atas dasar kepercayaan. Strategi lain yang diterapkan bank plecit adalah dengan merayu calon nasabah dengan pernyataan lupakan cicilan yang penting bayar dulu bunganya atau bayarlah dengan apa saja apabila tidak mampu. Seorang pedagang tempe yang tidak mampu membayar cicilan dapat membayar bunganya saja. Kalau ia tidak mampu membayar cicilan, karena tidak memiliki uang tunai, dapat membayar dengan tempenya sebesar nilai cicilan yang diwajibkan bank plecit. PD BPR Bank Pasar Bantul adalah Badan Usaha Milik Daerah, dimana ketua Badan Pengawas dijabat oleh Sekretaris Kabupaten Bantul. Sejak kepemimpinan Bupati Bantul Drs.HM. Idham Samawi, BUMD ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ini bisa dilihat dari jumlah nasabah yang meningkat tajam maupun dari jumlah modal yang disetor oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Prestasi lain yang perlu dicatat adalah dikembangkannya

29 16 Kantor-kantor unit yang ada di 16 pasar di 17 Kecamatan di seluruh Kabupaten Bantul, sehingga tinggal 1 kecamatan dengan 1 pasar tradisional saja yang belum terlayani secara langsung oleh kantor unit yaitu Kecamatan Sedayu. Kelembagaan keuangan yang hadir pada komunitas bakul pasar baik bank pasar maupun bank plecit, mempunyai strategi yang berbeda dalam memperoleh nasabah. Bank pasar sebagai kelembagaan keuangan formal selalu memakai logika efisiensi dalam menjaring dan melayani nasabahnya. Dalam menjalankan operasinya bank pasar akan lebih memilih melayani sejumlah kecil nasabah dengan nominal kredit yang tinggi daripada melayani kredit berskala kecil dengan jumlah nasabah yang banyak. Asumsi yang mendasari logika ini adalah bahwa melayani banyak nasabah dengan kredit kecil-kecil akan merepotkan bank atas kontrol terhadap nasabahnya sekaligus membebani administrasinya. Sebaliknya, bagi bank plecit melayani kredit berskala kecil dengan jumlah nasabah yang banyak lebih menguntungkan secara ekonomi daripada seperti apa yang dilakukan bank formal. Dengan melakukan hal seperti itu sebenarnya bank plecit telah mendistribusikan resiko kredit macet dengan cara yang sangat probabilistik. Kalau nasabah bank plecit hanya sedikit, kemudian kreditnya macet maka akan menderita kerugian besar, sedangkan bila nasabahnya banyak dengan kredit kecil sesuai dengan kemampuan finansial lapisan bawah, maka kemungkinan macet akan lebih kecil. Perhitungan bank plecit adalah seandainya ada kredit yang macet dan tidak mampu lagi membayar maka kerugian itu masih bisa ditutup oleh kelancaran pembayaran cicilan oleh nasabah yang lain. Ini merupakan strategi distribusi resiko yang dilakukan oleh bank plecit. Gambaran proses transformasi atau perkawinan antara lembaga dan cara kerja keuangan mikro berbentuk formal dan informal bisa dilukiskan melalui tiga pilihan prose s berikut (Bosch, 2002): 1. Upgrading, Kelembagaan Informal yang sudah mulai melaksanakan pelayanan keuangan mikro mengembangkan kapasitas dan kelembagaannya sedemikian rupa sehingga menjadi kelembagaan keuangan. 2. Downgrading, yaitu apabila bank formal meninggalkan pendekatan konvensionalnya sebagai bank komersial dan mulai melayani klien pengusaha mikro kalangan bawah.

30 17 3. Modelling, menciptakan lembaga keuangan baru seperti yang dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional tertentu di negara lain sesuai dengan keinginan komunitas lokal. Contoh kasus seperti ini dilakukan oleh beberapa lembaga: CARE, CRS, Action Aid, FINCA, PLAN dll Teori Pertukaran Barang dan Jasa Pola pertukaran langsung antara dua pihak seperti bank plecit dengan bakul pasar, dimana kedua belah pihak terlibat dalam suatu hubungan timbal balik, cenderung untuk menekankan keseimbangan atau persamaan. Juga sering terdapat keterlibatan emosional yang mendalam pada kedua belah pihak terhadap satu sama lain (Levi -Strauss,1969) Menurut Sahlin (1974), terdapat tiga macam resiprositas, yaitu : resiprositas umum (generalized reciprocity), resiprositas sebanding (balanced reciprocity), dan resiprositas negatif (negative reciprocity). Dalam resiprositas umum, individu atau kelompok memberikan barang atau jasa kepada individu atau kelompok lain tanpa menentukan batas waktu pengembalian sehingga masing-masing pihak percaya bahwa mereka akan saling memberi dan percaya bahwa barang atau jasa yang diberikan akan dibalas entah kapan waktunya. Resiprositas sebanding adalah pola pertukaran yang menghendaki barang atau jasa yang dipertukarkan mempunyai nilai yang sebanding. Resiprositas negatif adalah bentuk transformasi pertukaran yang ditunjukkan dalam masyarakat heterogen yang telah mengenal ekonomi uang atau biasa disebut sebagai pertukaran pasar. Ukuran keadilan menurut komunitas bakul pasar yang masih berada pada masyarakat petani, terdapat empat tingkatan (Scott,1976): (1) Taraf Hidup, bahwa pandangan penyewa mengenai keadilan dalam hubungan pertukarannya dengan tuan tanah bisa merupakan suatu pencerminan yang langsung dari taraf hidup penyewa itu. Dengan demikian bila suatu sistem sewa yang memungkinkan petani hidup relatif berkecukupan akan dianggap sebagai sistem yang baik sedangkan sistem yang hampir-hampir tak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan minimalnya akan dianggap eksploitatif; (2) Alternatif terbaik berikutnya, cara lain untuk menilai legitimasi tata hubungan penyewa dengan tuan tanah adalah dengan pertanyaan, kerugian apa yang akan diderita oleh penyewa apabila hubungan itu berakhir. Sampai dimana alternatif terbaik

31 18 berikutnya bagi dia akan lebih buruk?; (3) Resiprositas atau pertukaran yang sepadan, tata hubungan antara penyewa dan tuan tanah akan dinilai eksploitatif atau tidak tergantung kepada soal apakah tata hubungan itu memenuhi norma resiprositas (Gouldner,1960). Pada hakekatnya ide moral yang terkandung di dalamnya adalah bahwa orang harus membalas kebaikan atas dasar terimakasih sehingga pertukaran yang sepadan mendefinisikan suatu tata hubungan yang layak. Menurut pandangan ini, hubungan tuan tanah penyewa yang ditandai oleh resiprositas yang seimbang menimbulkan perasaan-perasaan terimakasih dan legitimasi sedangkan pertukaran yang tidak sepadan dan menguntungkan tuan tanah akan menimbulkan kemarahan moral dan ketidakadilan; (4) Harga yang adil dan Legitimasi (Blau,1961), konsep ini membedakan antara kurs pertukaran yang berlaku dan norma-norma mengenai nilai yang layak. Jarak antara keduanya merupakan kriteria untuk mengukur kelayakan atau ketidakadilan suatu tata hubungan. Suatu surplus di atas nilai yang layak dalam pertukaran menimbulkan respons yang mengabsahkan, suatu defisit mencetuskan perasaan dieksploitasi Analisis SWOT Pengembangan Kelembagaan Keuangan yang berorientasikan kepada Bakul Pasar Kelembagaan keuangan yang efektif dan berorientasi kepada bakul pasar yang dimaksud adalah kelembagaan keuangan yang berpihak kepada bakul pasar namun tetap memberikan manfaat dan keuntungan bagi bank plecit dan bank pasar. Bagi bank plecit akan memberikan manfaat dalam penyediaan modal, sedangkan bagi bank pasar akan memberikan manfaat dengan berkurangnya biaya transaksi dan adanya jaminan pengembalian kredit dari pemerintah lokal. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor internal maupun eksternal secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threath). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis kelembagaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal inilah yang disebut dengan

32 19 analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti,1997). Prosedur untuk melakukan analisis SWOT dengan pendekatan kualitatif meliputi langkah-langkah sebagai berikut (Soesilo, 2002): 1. Identifikasi stakeholder utama Sebelum menjabarkan analisis SWOT dengan langkah-langkahnya maka yang paling utama harus diputuskan adalah siapakah yang menjadi stakeholder utama. Penentuan ini sangat penting untuk mencegah adanya konflik kepentingan dari masing-masing stakeholder, karena terdapat lebih dari satu stakeholder. Dalam tabel.1 berikut ini disajikan identifikasi stakeholder dalam kepentingannya masing-masing (Nugroho,2001). Tabel.1 Stakeholder dan kepentingannya Stakeholder Kepentingan dan Pengaruh Bakul Pasar Menjalankan aktivitas perdagangan dengan mengutamakan apa yang dianggap aman (safety first) dan dapat diandalkan daripada keuntungan yang dapat diperoleh dalam jangka panjang. Bank Pasar Mendapatkan dan melayani nasabah dengan memakai logika efisiensi yaitu dalam menjalankan operasinya bank pasar akan lebih memilih melayani sejumlah kecil nasabah dengan nominal kredit yang tinggi daripada melayani kredit berskala kecil dengan jumlah nasabah yang banyak. Bank Plecit Mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya untuk kepentingan distribusi resiko dan optimalisasi profit. 2. Identifikasi lingkungan eksternal EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) merupakan faktor-faktor di luar kelembagaan yang merupakan peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats), yang memiliki elemen-elemen yang meliputi (Soesilo, 2002): Lingkungan sosial, yaitu: politik, ekonomi, sosial, teknologi yang merupakan faktor makro dan trend makro yang tidak hanya mengenai organisasi tetapi juga berlaku bagi tiap orang. Lingkungan tugas termasuk faktor/trend yang berkait langsung dengan misi organisasi yaitu: kompetisi, produk baru/ proses, perubahan kekuatan/ kebutuhan stakeholder.

33 20 Proses untuk menganalisa lingkungan eksternal (Soesilo, 2002): a. Memeriksa lingkungan: fokus mengumpulkan investigasi. b. Perencanaan skenario dalam rangka memfokuskan diri mencari informasi terbaik untuk merumuskan strategi. Dalam memeriksa lingkungan dapat dicapai beberapa manfaat: Memberikan masukan tentang lingkungan kompetitif yang memberi informasi strategik dan memberi panduan perumusan strategi. Menantang asumsi umum tentang lingkungan kompetitif Membuat ramalan perkembangan masa depan dalam lingkungan kompetitif Mengidentifikasikan dan mengkompensasikan kelemahan kompetitif yang terbuka Menentukan kapan strategi tak dapat dipertahankan atau dilanjutkan Memberi indikasi kapan dan bagaimana strategi harus disesuaikan terhadap lingkungan kompetitif yang berubah. Adapun sumber informasi yang dapat dipakai dalam investigasi lingkungan yaitu: Informasi yg telah dikumpulkan oleh orang-orang Koran lokal Informasi dari pemerintah Data Base Informasi pelanggan & pemasok Informasi tentang pesaing 3. Identifikasi lingkungan internal IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) merupakan faktor-faktor di dalam kelembagaan yang merupakan kekuatan (Strength) yang memberikan daya dukung pengembangan kelembagaan maupun kelemahan (Weakness) yang menjadi penghambat (Rangkuti, 1997). Dalam sektor publik maupun swasta, analisis internal memiliki elemen-elemen yang berhubungan dengan: produk organisasi, pelayanan, struktur, sumberdaya (keuangan, tenaga kerja, teknologi dan informasi), prosedur, budaya, strategi saat ini (Soesilo, 2002). Pada saat membuat analisis internal lazim dipakai pembobotan, yang bermaksud menilai berat tidaknya permasalahan yang dihadapi stakeholder. Makin besar nilai bobot, berarti makin berat permasalahan yang harus diselesaikan. Untuk

34 21 menentukan besarnya nilai bobot dapat dilakukan melalui survey dengan kuesioner atau dengan brainstorming secara terencana. Total bobot analisis internal adalah 1,00 karena dianggap sebagai satu kesatuan yang utuh dan sudah dilakukan upaya standarisasi. Selain bobot, faktor-faktor internal juga diukur tingkat urgensinya. Hal ini untuk menentukan penting atau tidaknya permasalahan dari segi waktu penanganannya. Makin segera harus ditangani maka tingkat urgensinya semakin besar. 4. Memetakan interaksi SWOT Setelah analisis faktor internal dan eksternal, langkah selanjutnya adalah memetakannya dengan cara mengawinkan elemen internal dengan eksternal sehingga didadaptkan empat alternatif strategi sepeti ditampilkan tabel berikut: Tabel.2 Interaksi SWOT IFAS EFAS O T S Strategi SO Strategi ST W Strategi WO Strategi WT a. Strategi SO Strategi ini adalah yang paling murah karena dengan bekal yang paling sedikit dapat didorong kekuatan yang sudah ada untuk maju (mengandalkan kekuatan komparatif). Pertimbangan yang dipakai adalah pendekatan utilitarian yang berupaya memaksimalkan utility atau tingkat institusi dari kekuatan dan kesempatan yang telah ada untuk pertumbuhan. b. Strategi ST Strategi ini agak lebih mahal karena dengan bekal yang paling sedikit dapat diatasi ancaman yang ada untuk maju sehingga harus dilakukan mobilisasi. Mobilisasi issue menghadapi 2 pilihan yaitu: Melawan ancaman, memelihara status quo (tak begeming) Merubah ancaman menjadi kesempatan atau merubah status quo c. Strategi WO Adalah strategi investasi (pemerataan) atau divestasi (subsidi) yang lebih sulit karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang paling lemah

35 22 tetapi dimanfaatkan untuk menangkap peluang. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan pertumbuhan tetapi dari yang terlemah. Dalam hal investasi/divestasi memiliki 3 pilihan yaitu : Melakukan investasi di program yang menjadi titik lemah yaitu dengan cara merubahnya menjadi kuat sehingga memiliki keunggulan komparatif. Divestasi (tidak melakukan investasi) sehingga kesempatan tersebut menjadi hilang. Status quo, menunggu sampai situasi membaik. d. Strategi WT Adalah strategi yang paling sulit, karena orientasinya adalah memihak pada kondisi yang paling lemah atau paling terancam sehingga yang dilakukan adalah mengontrol kerusakan agar tidak semakin parah (defensif). Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan pertahanan yaitu bahwa ada upaya institusi untuk meminimalkan sesuatu yang membawa kerugian akibat adanya kelemahan dan ancaman. 5. Klasifikasi issue Dalam membuat klasifikasi issue terdapat empat strategi umum seperti tampak pada tabel berikut. Tabel.3 Klasifikasi issue EFAS IFAS O T S Keunggulan Komparatif Mobilisasi W Investasi/ Divestasi Kontrol kerusakan 6. Klarifikasi issue Setelah berbagai issue diklasifikasikan langkah selanjutnya adalah mengklarifikasikannya seperti disajikan dalam tabel berikut. Tabel.4 Klarifikasi issue S Kekuatan kini (amat pasti) Kekuatan potensial (kurang pasti) O Paling pasti (menjanjikan) Keunggulan komparatif tertinggi Diperlukan analisis investasi Kurang pasti Lebih diperlukan analisa kesempatan Keunggulan komparatif terendah

36 23 7. Urgensi prioritas issue Langkah ini perlu dilakukan karena kita tidak bisa mengerjakan semua pekerjaan sekaligus sehingga perlu dianalisis dalam SWOT. Ini penting karena kita harus memilih dengan memakai kriteria apakah memiliki elemen sebagai berikut: Sentral Penting Kemampuan kontrol Biaya Pandangan umum Pervasif Dampak nilai dasar Apa yang dilakukan pesaing 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis Hubungan ketiga kelembagaan bakul pasar, bank plecit dan bank pasar ini memang sangat diperlukan, tentu saja dengan tetap mempertahankan cara kerja informal atau non konvensional dalam menjangkau bakul pasar. Asumsi ini berdasarkan pengalaman bahwa komunitas bakul pasar tidak memiliki akses kredit dari lembaga keuangan formal karena tidak mampu menyediakan agunan, skala kredit yang diperlukan terlalu kecil untuk bank komersial, dan jarak lembaga keuangan formal tersebut terlalu jauh dengan masyarakat dan mata pencaharian tidak menjamin kepastian pengembalian atau beresiko tinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas dari model kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar adalah: faktor internal dan faktor eksternal dari masing-masing kelembagaan bakul pasar, bank plecit dan bank pasar. Apabila faktor-faktor ini dapat dikembangkan ke arah yang lebih positif, maka diharapkan kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar benar-benar efektif dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi bakul pasar Kerangka Pemikiran Operasional Sebelum melakukan berbagai kegiatan pengembangan bakul pasar, terlebih dahulu akan dilakukan penelitian mengenai praktek bank plecit di pasar Bantul. Hubungan sosial ekonomi seperti apa yang begitu kuat terjadi antara bakul pasar dengan bank plecit dalam transaksi pinjam meminjam uang? Faktor-faktor sosial budaya apa yang mendukung pelembagaan praktek bank plecit di pasar Bantul? Metode apa yang digunakan oleh para bank plecit

37 24 untuk memikat bakul pasar menjadi nasabahnya? Benarkah bank plecit berperilaku sebagai lintah darat atau mereka justru sebagai helpers in need kebutuhan bakul pasar akan uang tunai secara instan yang tidak bisa dipenuhi oleh institusi finansial formal? Setelah pertanyaan-pertanyaan di atas terjawab melalui metode penelitian survey, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal diantara ketiga stakeholder dan selanjutnya dilakukan analisis dengan metode SWOT. Berdasarkan data dari responden secara individual dan hasil analisis SWOT tersebut, akan dipilih strategi pengembangannya. Penjabaran dari strategi tersebut selanjutnya didiskusikan oleh ketiga stakeholder dengan metode FGD (Focus Group Discussion) untuk merumuskan program pemberdayaan bakul pasar tradisional desa Bantul. Secara skematis kerangka pemikiran teoritis dan operasional seperti disajikan dalam gambar 2. Gambar 2 Kerangka Pemikiran Pemberdayaan Bakul Pasar Tradisional Desa Bantul FAKTOR INTERNAL Transformasi Kelembagaan Keuangan TUJUAN Tidak Efektif Tidak Efektif ANALISIS SWOT Bank Pasar Bank Plecit - Profit Sharing tidak adil - Bunga yg terlalu tinggi Bakul Pasar Program Pengembangan Kelembagaan Keuangan Yang EFEKTIF dan BERORIENTASI kepada Bakul Pasar PEMBERDAYAAN BAKUL PASAR Tidak Berdaya F G D FAKTOR EKS TERNAL Keterangan Gambar: : tata hubungan dua arah antar kelembagaan : proses kajian : faktor pengaruh

38 III. METODE KAJIAN 3.1. Lokasi, Waktu & Komunitas Subyek Kajian Lokasi Lokasi kajian dilaksanakan di Pasar Bantul, Desa Bantul, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Lokasi ini dipilih karena beberapa alasan sebagai berikut: 1. Maraknya praktek Bank Plecit di Pasar Bantul dengan jumlah sekitar 25 pengusaha (300 Bank Plecit di pasar-pasar tradisional seluruh Kabupaten Bantul 10 ) dan dana yang berputar sekitar Rp 27 Miliar selama tahun Pasar Bantul adalah pasar terbesar baik secara kuantitas maupun kualita s barang yang diperjualbelikan dan Bantul merupakan salah satu penyangga aktivitas sosial, ekonomi dan budaya antara Yogyakarta dan Kecamatan- Kecamatan di Kabupaten Bantul. 3. Pemerintah Kabupaten Bantul telah menaruh perhatian pada nasib para baku l pasar namun baru sebatas pemberian kredit dengan bunga jauh lebih ringan dari Bank Plecit dan belum melakukan kajian-kajian lebih dalam permasalahan bakul pasar tradisional. Alasan-alasan tersebut diharapkan agar kajian membawa implikasi terhadap hasil kajian agar dapat digeneralisasikan pada lokasi lain yang mempunyai karakteristik lokasi hampir sama Waktu Waktu Penyusunan Kajian Pengembangan Masyarakat dilaksanakan pada Bulan Juni s/d Agustus Penentuan Waktu didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1. Pada bulan-bulan tersebut adalah mulai tahun ajaran baru dimana keuangan para bakul pasar pada posisi paling sulit bukan karena sepi pembeli namun karena harus membiayai anak-anak masuk sekolah. 2. Di sisi lain bulan tersebut juga masa dimana anak-anak sekolah berdarmawisata sehingga biasanya juga akan mendongkrak penjualan bahan 10 Kompas, Jum at 5 Maret Drs. HM. Idham Samawi, Kompas, edisi Sabtu, 10 Mei

39 26 makan yang menuntut ketersediaan barang dagangan lebih banyak dari biasanya maka diperlukan tambahan modal usaha untuk berjualan Komunitas Subyek Kajian Komunitas Komunitas subyek kajian adalah komunitas bakul pasar tradisional yang menggantungkan hidupnya di pasar Bantul, dengan karakteristik sebagai berikut: (1)Pedagang informal skala kecil baik dari sisi aset maupun modal kerja, yang mengembangkan pengetahuannya berdagang berdasarkan pengalaman tanpa dibekali ilmu yang memadai; (2)Tidak memiliki badan usaha dan melakukan kegiatan perdagangan barang dan/ atau jasa dalam skala kecil yang dijalankan oleh pengusahanya sendiri berdasarkan azas kekeluargaan; (3)Memiliki modal usaha di luar tanah dan bangunan tempat usaha tidak lebih dari Rp ,- (lima juta rupiah); 3.2. Data & Metode Pengumpulannya Jenis Data Kelanjutan dari kegiatan praktek lapangan I (Pemetaan sosial) dan praktek la pangan II (Evaluasi program pengembangan masyarakat) adalah kajian lapangan. Data yang digunakan dalam kajian lapangan merupakan sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer merupakan data yang diperoleh melalui; responden: bakul pasar, bank pasar dan bank plecit, informan: Lurah Pasar dan Lurah Desa Bantul. Data yang diperlukan dari bakul pasar antara lain: profil bakul pasar, ukuran keadilan dan nilai pertukaran, informasi tentang jumlah bakul pasar yang kreditnya macet. Data yang diperlukan dari Bank Pasar antara lain: data tentang program kredit anti rentenir, syarat pemberian kredit, jangkauan program kredit anti rentenir. Data yang diperlukan dari bank plecit antara lain: aturan main pemberian kredit oleh bank plecit, etika yang berlaku antar bank plecit yang beroperasi di pasar Bantul. Sumber data sekunder seperti dokumen desa diperoleh dari kepala desa, seketaris desa, dan ketua paguyuban bakul pasar. Data yang diperlukan antara lain; peta desa, jumlah penduduk, pendidikan warga, jenis mata pencaharian, statistik tentang bakul pasar. Kegiatan yang dilakukan dalam proses kajian lapangan antara lain: pengamatan berperanserta merupakan proses mengamati

40 27 perilaku anggota komunitas bakul pasar menunjuk pada kegiatan yang diteliti dan berperan sebagai anggota komunitas. Tabel 5 Tujuan, Metode Pengumpulan Data, Data yang Diambil, dan No. Sumber Data. Tujuan 1. Mengidentifikasi pola hubungan pertukaran yg terjadi pd praktek bank plecit 2. Memahami & menganalisis mekanisme kerja kelembagaan keuangan bank pasar & bank plecit Data Yang Diperlukan Profil bakul pasar & bank plecit Ukuran keadilan dan nilai pertukaran Syarat -syarat untuk mendapatkan kredit Kelemahan dan kelebihan fasilitas kredit Toleransi dan kebijaksanaan pembayaran angsuran Sumber Metode Rekaman Bakul Pasar Bank Plecit Bank Pasar Bakul Pasar Pelaku Bank Plecit Karyawan Bank Pasar Lurah Pasar Wawancara Mendalam Observasi Wawancara Mendalam (Data Primer) Catatan harian Catatan harian 3. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal kelembagaan keuangan bank pasar, bank plecit dan bakul pasar. Hasil wawancara individual mengenai Faktor Internal dan Faktor Eksternal masing-masing stakeholder Bank Pasar Bank Plecit Bakul Pasar Wawancara mendalam Analisis SWOT Catatan harian 4. Menyusun program pemberdayaan bakul pasar tradisional Desa Bantul Strategi pengembangan Solusi dan penanganan masalah Kriteria dan cara kerja penanganan masalah Bank Pasar Bank Plecit Bakul Pasar FGD berdasarkan hasil analisis SWOT Catatan harian Teknik Analisis Data Dalam menyusun kajian lapangan pengkaji menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan Analisis SWOT dan Focus Group Discussion sedangkan data kualitatif dilakukan dengan cara : 1. Reduksi data merupakan data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, disusun lebih sitematis, sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1995). Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah pengkaji untuk mencari kembali data yang diperlukan.

41 28 2. Penyajian data merupakan sekumpulan data dan informasi, untuk melihat gambaran keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari kajian tersebut, maka dibuat matriks, grafik, jaringan dan bagan, dengan demikian pengkaji dapat menguasai data. 3. Kesimpulan merupakan proses menemukan makna data, mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Ketiga macam kegiatan analisis yang disebut diatas saling berhubungan dan berlangsung terus selama kajian dilakukan Tahap-Tahap Penyusunan Program Untuk menjabarkan tahap-tahap pelaksanaan penelitian dan kegiatan pengembangan komunitas bakul pasar mulai dari wawancara individual sampai dengan penyusunan program secara partisipatif maka disusun matriks sebagaimana tabel 6 sebagai berikut. Tabel 6 Tahap-Tahap Penyusunan Program NO KEGIATAN & METODE SASARAN KRITERIA 1. Penelitian pola hubungan yg terjadi antara bakul pasar dan bank plecit Metode : wawancara mendalam secara individual a. Bakul Pasar Pedagang informal di pasar Bantul dengan keterbatasan aset maupun modal kerja, yang mengembangkan pengetahuannya berdasarkan pengalaman tanpa dibekali ilmu yang memadai Tidak memiliki badan usaha dijalankan oleh pengusahanya sendiri berdasarkan azas kekeluargaan Memiliki modal usaha di luar tanah dan bangunan tempat usaha tidak lebih dari Rp ,- (lima juta rupiah) Jumlah responden 10% dari populasi b. Bank Plecit Orang yang menawarkan kredit mikro jangka pendek tanpa jaminan dengan bunga sekitar 20% per periode dan biasanya berupa kredit harian kepada bakul pasar Jumlah responden 10% dari populasi c. Bank Pasar Karyawan Bank Pasar yang melayani nasabah bakul pasar Bantul a. Ban k Plecit Sama dengan di atas 2. Penelitian Mekanisme kerja bank plecit dan bank pasar b. Bank Pasar Pimpinan unit bank pasar Bantul Metode : wawancara mendalam c. Bakul Pasar Sama dengan di atas secara individual d. Lurah Pasar Kepala manajemen pasar Bantul

42 29 3. Identifikasi faktor-faktor Internal dan Eksternal Metode : a) wawancara mendalam secara individual untuk melakukan analisis SWOT b) Diskusi kelompok untuk menentukan bobot dan ranking hasil analisis SWOT secara individual c) FGD, untuk merumuskan strategi pengembangannya 4. Menyusun program pemberdayaan bakul pasar tradisional secara partisipatif Metode: FGD a. Bakul Pasar b. Bank Plecit c. Karyawan Bank Pasar a. Bakul Pasar b. Bank Plecit c. Karyawan Bank Pasar d. Lurah Pasar Dipilih yang telah mengikuti tahap -tahap sebelumnya Dipilih yang telah mengikuti tahap -tahap sebelumnya

43 IV. PEMETAAN SOSIAL 4.1. Lokasi Lokasi yang dipilih sebagai tempat melakukan studi Kajian Komunitas adalah Pasar Tradisional Desa Bantul Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul dengan alasan: Desa Bantul merupakan jantung kota Bantul dimana merupakan pusat berbagai kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Sehingga diharapkan mampu mencerminkan aktivitas ekonomi dan pemerintahan yang mewakili setiap wilayah lain di Kabupaten Bantul. Desa Bantul merupakan salah satu desa di wilayah administrasi Kecamatan Bantul yang terdekat, memiliki Kondisi Geografis luas wilayah desa ± Ha dengan topografi tanah secara keseluruhan adalah dataran rendah dan suhu udara rata-rata 32ºC. Komposisi penggunaan lahan terbagi atas sawah dan ladang 51,87 % (269,837 Ha), selanjutnya pemukiman 33,76 % (175,606 Ha), kemudian jalan 8,60 % (44,72 Ha), bangunan umum 3,93 % (20,45 Ha) dan lain-lain (pekuburan, jalur hijau, dsb) 1,84 % atau 9,58 Ha. Gambar 3 Prosentase Komposisi Penggunaan Lahan di Desa Bantul Tahun 2003 Komposisi Penggunaan Lahan Jalan 9% Pemukiman 34% Bangunan Umum 4% Pekuburan, Jalur Hijau dll 2% Sawah & Ladang 51% Sawah & Ladang Jalan Pekuburan, Jalur Hijau dll Pemukiman Bangunan Umum Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun

44 31 Batas Teritorial Desa Bantul meliputi; sebelah utara berbatasan dengan Desa Pendowoharjo; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Palbapang dan Desa Ringinharjo; sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ringinharjo dan Guwosari serta sebelah Timur berbatasan dengan Desa Trirenggo dan desa Pendowoharjo. Secara lengkap, peta desa Bantul seperti disajikan dalam gambar 4 berikut ini. Gambar 4 Peta Desa Bantul Tahun 2003 * Tegal Dowo Utara DESA GUWOSARI * Kali Gawe * Kersen * Geblag * Teruman * Grujugan * Melikan Lor DESA PENDOWOHARJO * Kuwiran * Babadan * Bantul Warung DESA RINGINHARJO * Kurahan * Gandekan * Bantul Krajan * Badegan * Pedak * Nyangkringan DESA TRIRENGGO * Karang Anom * Karang Gayam * Bejen DESA PALBAPANG SKALA 1: * Serayu * Jebugan Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun 2003

45 32 Jarak Fisik Desa Bantul dari Ibukota Kecamatan hanya 100 m, dari Ibukota Kabupaten hanya 1 km dan dari Ibukota Propinsi hanya ± 15 km dengan waktu tempuh kurang dari 30 menit dengan kendaraan umum. Jarak fisik antara Desa Bantul dengan ibukota Propinsi cukup dengan biaya kira kira Rp Ciri fisik lain yang menjadi ciri khas dari Kota Bantul adalah aktivitas masyarakat pada pagi hari dan sore hari. Pada pagi hari, masyarakat Bantul berduyun-duyun berangkat sekolah, bekerja dan melakukan aktivitas yang lain sebagian besar dilakukan ke arah utara yaitu wilayah kota Yogyakarta dengan menggunakan alat transportasi paling dominan adalah sepeda, sebagian sepeda motor dan sebagian kecil kendaraan roda empat. Kepadatan lalu lintas ini akan kembali terjadi pada saat sore hari dimana para penglaju ini kembali ke rumah masingmasing setelah seharian melakukan aktivitas di Kota Yogyakarta dan sekitarnya Kependudukan Berdasarkan data Monografi Desa Bantul, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat seperti gambar Piramida Penduduk berikut ini. Gambar 5 Piramida Penduduk Desa Bantul Tahun ? 55-59? Penduduk dalam 100 Sumber : Monografi desa Bantul Tahun 2003

46 33 Dilihat dari Gambar 5 nampak bahwa jumlah penduduk usia 0-4 tahun cukup tinggi yaitu orang dari jumlah penduduk seluruhnya orang pada tahun Bentuk piramida penduduk Desa Bantul masuk pada bentuk piramida tipe 5 (Thompson, 1965) yang mengindikasikan turunnya reit kelahiran disamping mengalami juga reit kematian yang rendah. Tingkat Rasio Beban Tanggungan penduduk produktif terhadap masyarakat Desa Bantul adalah 47,39%. Hal ini mengindikasikan setiap 100 orang penduduk Desa Bantul ditanggung oleh 47 orang usia produktif. Namun pada realitanya di lapangan dari 7023 orang usia produktif yang masuk angkatan kerja dan mendapat pekerjaan adalah 5468 orang dan terdapat pengangguran sejumlah 960 orang sehingga penduduk bukan angkatan kerja 595 orang. Maka Reit Partisipasi angkatan kerja dapat ditentukan yaitu sejumlah 56,03 %. Jumlah pengangguran yang cukup tinggi yaitu hampir 1000 orang sudah pasti menimbulkan masalah tersendiri. Sebagian besar diantaranya terjun sebagai buruh musiman atau harian baik itu buruh tani atau bekerja di sektor informal di kota Yogyakarta. Jumlah Penduduk tertinggi adalah usia produktif yaitu tahun ini dimungkinkan karena lokasi Desa Bantul yang terletak di pusat kota Bantul sehingga lebih banyak terjadi Migrasi Masuk daripada Migrasi Keluar. Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk Desa Bantul cukup tinggi dengan prosestase terbesar adalah penduduk yang lulus SLTA sebesar 39 %, selanjutnya lulus SLTP 32%, kemudian Sekolah Dasar 21%, akademi 5 % dan bahkan terdapat 3 % diantaranya telah mencapai jenjang kesarjanaan mulai dari S1 sampai dengan S3. Dari sisi ketersediaan sumberdaya manusia, tentusaja sudah sangat memadai, yang masih menjadi masalah adalah bagaimana memberdayakan sumberdaya manusia yang ada agar dapat memberikan kontribusi yang positif dalam rangka pelaksanaan proses pembangunan.

47 34 Gambar 6 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bantul Tahun 2003 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2003 D1-D % S1-S % SD % SLTA % SLTP % Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun Sistem Ekonomi Meskipun Desa Bantul terdapat di pusat kota Bantul, namun sebagian besar penduduknya masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian seperti terlihat pada grafik berikut ini. Gambar 7 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bantul Tahun 2003 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN Pensiunan 157 3% Jasa 200 4% PNS 381 7% TNI 456 8% Karyawan Swasta 127 2% Buruh Tani % Tukang 250 5% Petani % W.swastawan 317 6% Sumber: Data Monografi Desa Bantul Tahun 2003

48 35 Dari Gambar 7 nampak jelas bahwa sektor pertanian masih memainkan peran yang penting dalam mendukung perekonomian sebagian besar rumah tangga di Desa Bantul, meskipun produktivitas dari sektor ini cenderung stagnan. Hal ini menunjukkan pula bahwa keberadaan sektor informal relevan dengan pengembangan perekonomian lokal. Aktivitas informal ini termasuk di dalamnya adalah aktivitas perdagangan di Pasar Bantul (Nugroho, 2001) Sumberdaya Lokal Apabila dilihat dari sisi luas lahan, sebenarnya Desa Bantul memiliki lahan sawah dan ladang yang cukup dapat diandalkan ke suburan dan pengairannya. Namun seiring berjalannya waktu sawah-sawah tersebut beralih statusnya menjadi pekarangan dan selanjutnya dalam waktu yang tidak lama akan didirikan bangunan-bangunan di atasnya. Akselerasi Pembangunan Desa Bantul semakin hari semakin kentara meninggalkan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada sektor pertanian. Ini tentu saja membawa dampak perubahan status lahan-lahan pertanian menjadi lahan-lahan pemukiman. Bahkan tanah sawah kas Desa yang semula ditanami padi pun berubah fungsi menjadi bangunan-bangunan ruko yang secara ekonomis lebih menguntungkan dan mendatangkan hasil finansial lebih cepat daripada untuk pertanian Kondisi Sosial Budaya Aktivitas sosial ekonomi di desa Bantul menunjukkan bahwa dualisme budaya masih cukup berpengaruh. Hal ini tercermin dalam pembagian aktivitas subsisten dan aktivitas komersial. Aktivitas subsisten diwakili dengan pertanian rakyat desa Bantul, sedangkan aktivitas komersial menjelma pada institusiinstitusi finansial, perdagangan dan kegiatan bisnis lainnya. Dalam se ktor permodalan, institusi-institusi finansial juga tersegmentasi dalam dua kategori, yaitu institusi finansial formal dan institusi finansial informal. Kedua institusi ini dalam prakteknya kedua kelembagaan tersebut tidak terpisah secara kaku, tetapi kadang-kadang memiliki hubungan yang secara timbal balik saling menguntungkan, misalnya: bank pasar memberikan pinjaman kepada bank plecit. Hal ini berarti bahwa mereka membagi keuntungan melalui pembagian tingkat bunga.

49 36 Ada kecenderungan, bahwa institusi finansial formal digunakan oleh sebagian besar anggota komunitas yang berasal dari pelapisan menengah ke atas, sedangkan institusi finansial informal lebih sering digunakan oleh kelas bawah. Hal ini sejalan dengan pernyataan ibu Parti (45 tahun) pedagang pakaian di pasar Bantul sebagai berikut. Menawi bank plecit sak menika kantun ngladosi bakul pasar ingkang alit-alit mas. Amargi bakul pasar ingkang sampun pengalaman langkung remen pados sambutan wonten bank ingkang resmi kados bank pasar menika. Njih kejawi bunganipun langkung ringan ugi langkung terjamin mas. Pada saat ini bank plecit tinggal melayani bakul pasar yang kecil-kecil, karena bakul pasar yang sudah berpengalaman akan memilih bank-bank formal seperti bank pasar. Kecuali karena bunganya lebih murah juga karena lebih terjamin. Seperti sudah dibahas di awal, masyarakat Bantul sebenarnya sedang mengalami proses transisi dari masyarakat petani yang berorientasi subsisten ke arah masyarakat yang semakin berorientasi komersial atau mencari keuntungan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa selain nilai-nilai tradisional yang tetap ada dan dijaga kelestariannya berdampingan dengan oreintasiorientasi budaya baru. Max Weber (1978) mengungkapkannya dalam Teori Modernisasi bahwa masyarakat tradisional adalah masyarakat komunal dan masyarakat modern adalah masyarakat individualis. Masyarakat tradisional berorientasi pada rasionalitas nilai sedangkan masyarakat modern berorientasi pada rasionalitas instrumen. Dalam masyarakat transisional Bantul, yang semakin ditarik ke dalam ekonomi pasar, kedua tipe rasionalitas tersebut tetap ada dan sangat menentukan dalam setiap proses interaksi sosial.

50 V. PROFIL USAHA BAKUL PASAR 5.1. Karakteristik Bakul Pasar Meskipun sebagian besar masyarakat Desa Bantul, yaitu sekitar 65% tergantung pada sektor pertanian, sektor perdagangan memainkan peranan yang cukup penting dalam penyerapan surplus tenaga kerja dan hasil pertanian baik dari dalam maupun luar desa Bantul. Realita ini dapat disimpulkan dari frekuensi aktivitas perdagangan yang tinggi di pasar Bantul. Selain itu, ada 29 pasar tradisional di seluruh Kabupaten Bantul. Sedangkan pasar sentral yang berada di pusat kota Bantul ini memiliki aktivitas yang berlangsung setiap hari, dari pukul WIB dinihari sampai dengan pukul WIB dan mengalami puncak keramaian pada pasaran Kliwon. Beberapa bakul pasar memiliki tempat permanen di pasar yaitu sebuah "kios", "los" atau "tlasaran", tetapi ada juga yang hanya menggunakan kotakkotak gerobak untuk menyimpan barang dagangan yang diinapkan di dalam pasar atau di rumah penduduk sekitar pasar. Komoditi yang dijajakan tidak melulu hasil pertanian namun juga produk-produk industri. Disamping itu juga dapat ditemukan para pedagang kecil yang datang hanya dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Mereka setiap hari pulang pergi, tidak menyimpan barang dagangannya ke dalam kotak dan diinapkan karena menganggap biayanya terlalu mahal bagi mereka. Oleh karena itu mereka harus membawa barang dagangannya setiap hari ke pasar dan membawa pulang sisanya pada sore hari. Tipe pelanggan bakul pasar dapat dikategorikan menjadi dua tipe. Tipe pertama mereka yang datang hanya dengan berjalan kaki atau kendaraan pribadi untuk berbelanja bagi keperluan pribadi saja. Tipe kedua adalah pelanggan yang datang membeli barang dagangan untuk dijual lagi (kulakan) di rumah atau pasar lain di desa-desa. Di kalangan bakul pasar, pelapisan sosial yang ada adalah berdasarkan jenis dagangan, asset yang dimiliki dan lokasi tempat berjualan. Dengan demikian berdasarkan lokasi berjualan, maka pedagang daging di los daging mendapat posisi pelapisan yang lebih tinggi dibanding sesama pedagang daging yang hanya menempati tlasaran dengan asumsi, pedagang yang menempati los atau kios biasanya memiliki omset penjualan yang lebih besar daripada yang hanya menempati tlasaran. 37

51 38 Gambar 8 Pelapisan Sosial yang ada di pasar bantul menurut tempat berjualan Kios Los Tlasaran Ideran Sumber: Data Penelitian Seperti nampak dalam gambar 8, pelapisan terbawah ditempati bakul ideran, pedagang yang satu ini tidak memiliki tempat berjualan yang tetap di dalam pasar. Di samping jenis dagangannya yang biasanya berupa makanan atau minuman, dari sisi jumlah barang yang diperdagangkan biasanya hanya sedikit dikarenakan ia harus berjalan berkeliling dari satu sudut pasar ke sudut yang lain. Pelapisan di atasnya adalah bakul yang menempati tlasaran baik di dalam pasar atau di luar pasar. Jumlah barang yang diperdagangkan lebih banyak daripada bakul ideran sehingga harus mengambil tempat di dalam maupun di luar pasar untuk menggelar dagangannya. Jenis barang dagangan yang diperjualbelikan biasanya adalah buah-buahan, sayur mayur, jajan pasar tradisional, daging ayam, ikan, dsb. Bakul pasar berikutnya, yang paling mendominasi dari sisi jumlahnya adalah bakul yang menempati los-los di dalam pasar. Pedagang ini sudah mengenal persediaan atau stok barang di tempat berjualan. Dari sisi permodalan, sudah pasti bakul ini membutuhkan lebih banyak modal untuk membeli persediaan barang. Jenis dagangan sangat beraneka mulai dari kelontong, tekstil, pakaian jadi, alat rumah tangga, sembako, sayur mayur, buah-buahan, bumbu dapur dsb. Komunitas bakul yang menempati pelapisan teratas adalah yang menempati kios-kios di sekeliling pasar. Jenis dagangan yang diperjualbelikan lebih terbatas antara lain kelontong, hasil pertanian, tekstil, sepeda, dan sarana pertanian. Pedagang disini harus mengeluarkan modal yang lebih besar lagi.

52 39 Dikarenakan mereka harus membeli kios pada waktu renovasi pasar sekitar tahun 1992 yaitu berkisar Rp. 25 juta sampai dengan Rp. 35 juta untuk kios ukuran 4 X 4 meter. Disamping masih harus membayar retribusi pasar yang dibayarkan setiap bulan. Adapun komposisi bakul pasar dan jumlah retribusi yang harus dibayar untuk masing-masing lapisan adalah sebagai berikut. Gambar 9 Komposisi Bakul Pasar Berdasarkan Tempat Berjualan Dan Jumlah Retribusi Tahun 2004 Los Rp. 125/m2 per hari 842 org 67% Komposisi Bakul Pasar Berdasarkan Tempat Berjualan & Jumlah Retribusi Kios Rp. 175 /m2 per hari 185 org 15% Plataran Rp. 40/m2 per hari 221 org 18% Unsur utama pelapisan sosial di komunitas bakul pasar adalah seperti telah dikemukakan di muka yaitu jenis dagangan, asset yang dimiliki dan lokasi tempat berjualan. Selain itu, unsur-unsur lain yang juga menjadi pertimbangan dan turut menentukan posisi sosial bakul pasar antara lain adalah ideologi, agama, suku, ras, politik/kepartaian, usia dan jenis kelamin. Dari berbagai unsur tersebut, yang paling dominan adalah unsur keagamaan. Sebagai contoh : Mbah Kaji yang berpredikat Haji lebih disegani diantara pedagang beras dan pedagang-pedagang lain. Selain itu, di lingkungan pasar juga terdapat beberapa pedagang dari suku bangsa keturunan Arab yang memiliki toko-toko besar dan menguasai tanah-tanah dan ruko di sekitar pasar. Satu hal yang agak unik adalah hanya terdapat satu pedagang keturunan Cina yang berdagang emas di dalam pasar. Unsur yang lainnya adalah berdasarkan ketokohan, antara lain tokoh formal (tokoh agama dan perangkat desa) dengan tokoh informal yang biasa

53 40 dilekatkan pada tokoh komunitas yang kharismatik dan memiliki kepekaan dalam bidang kemasyarakatan. Tokoh inilah yang biasanya mewakili komunitas pada forum-forum di tingkat Kecamatan atau Kabupaten. Kepemimpinan yang muncul di kalangan bakul pasar tradisional adalah berdasarkan pada lapisan mana tokoh tersebut berada, posisi yang dijabat seseorang disamping perannya sebagai bakul pasar, dukungan-dukungan pada ketokohannya dan yang paling menentukan adalah aset yang dia miliki sebagai bakul pasar tradisional. Disamping itu juga jejaring yang ia bangun dalam mengembangkan usahanya di pasar, baik dengan suplier, pelanggan, pemerintah dan manajemen pasar. Dari latar belakang tersebut, munculah tokoh-tokoh pemimpin pada komunitas bakul pasar diantaranya adalah : Tokoh Formal (Kepala Dipenda, Lurah Pasar, Lurah Desa Bantul) Tokoh Agama (Mbah Kaji, ustadz, kyai) Tokoh Bakul Pasar (muncul di setiap sub komunitas bakul berdasarkan jenis dagangan) Gambar 10. Interview Dengan Lurah Pasar Bantul Unsur trust memang terlihat jelas sekali pada para bakul pasar terhadap pemimpinnya. Hampir setiap kebijakan yang diambil manajemen pasar secara sadar dan ikhlas dilaksanakan para bakul. Suatu ketika memang pernah terjadi konflik sewaktu dilaksanakannya renovasi bangunan pasar bagian barat yang

54 41 merupakan bekas makam kampung. Bahkan para bakul sempat berunjuk rasa ke kantor Bupati Bantul untuk mencari keadilan. Konflik terjadi karena adanya dugaan pungutan liar yang dilakukan oknum Pemerintah Kabupaten dalam memasarkan kios yang lebih berpihak kepada pemilik modal daripada para bakul yang merintis usahanya dari nol di pasar. Pihak Pemerintah Kabupaten yang pada waktu itu Bupati dijabat oleh Drs. HM. Idham Samawi segera merespon keluhan masyarakat dengan mengambil langkah-langkah strategis yang sangat memihak rakyat kecil di komunitas bakul pasar Bantul. Warga komunitas pun menyambut dengan gembira dan lega karena kebijakan yang diambil sampai di tingkat manajemen pasar benar-benar memihak mereka sesuai dengan komitmen Pemerintah Kabupaten. Dari berbagai pelaku yang ikut berperan dalam aktivitas-aktivitas bakul pasar, serta dalam merespon setiap perubahan kebijakan, baik yang datang dari Pemerintah Kabupaten, Dinas Pendapatan Daerah, Manajemen Pasar atau bahkan pihak-pihak lain di luar komunitas, dapat dikemukakan jejaring sosial yang ada dalam komunitas sebagai berikut : Gambar 11 Jejaring sosial Komunitas Bakul Pasar Bantul Pemerintah Kabupaten Bantul Manajemen Pasar Paguyuban Bakul Pasar Dipenda Pelanggan Suplier Keterangan: Lingkaran berwarna menunjukkan stakeholder yang terlibat Anak panah menunjukkan pola interaksi Lingkaran yang bersinggungan juga menunjukkan pola interaksi Sumber : Wawancara dengan stakeholder. Berdasar ilustrasi di atas, peran Trilogi : Pemerintah Kabupaten Bantul, Dinas Pendapatan Daerah, dan Manajemen Pasar menempati peran teratas dan

55 42 terpenting dalam rangka Pemberdayaan Bakul Pasar, khususnya dalam mengembangkan kelembagaan keuangan yang berorientasi kepada bakul pasar. Sedangkan peran pelanggan dan suplier untuk sementara ini adalah sebatas peran ekonomi pasar saja. Di komunitas bakul pasar telah terbangun berbagai bentuk kelembagaan, baik yang sudah terorganisasi maupun yang belum terorganisasi, diantaranya yang dapat terekam adalah : 1. Kepercayaan dan tolong menolong di antara bakul pasar Merasa sebagai rakyat kecil para bakul pasar ini mengembangkan sikap solidaritas yang cukup bisa diandalkan, terutama dalam mengalami permasalahan-permasalahan baik yang ada hubungannya dalam kegiatan mencari nafkah atau bahkan dalam permasalahan sosial lainnya. Dalam perannya sebagai pencari nafkah di pasar, seringkali pinjam meminjam uang atau barang dagangan hanya berdasarkan trust tanpa catatan sedikitpun. Meskipun demikian, pihak yang berhutang dengan sadar akan mengembalikan kewajibannya sampai pada batas waktu tertentu meskipun pihak yang memberikan hutang sudah melupakan utang piutang tersebut. Pola hubungan saling membantu seperti ini hampir terjadi di setiap lapisan dalam komunitas dan jarang sekali muncul sebagai masalah. 2. Lembaga arisan (tabungan) di antara bakul pasar Untuk menghimpun dana dan memperkuat permodalan, di dalam paguyuban juga diselenggarakan arisan mulai dari yang kecil sampai dengan nominal yang cukup besar. Dari jenis barang/uang yang dijadikan Arisan pun bervariasi mulai dari arisan uang Rp setiap hari sampai dengan Rp per hari, arisan emas sampai dengan arisan sepeda motor, dan sebagainya. Hasil dari arisan inilah yang diandalkan para bakul pasar untuk mipik 12, atau untuk keperluan-keperluan besar yang lainnya di kemudian hari, misalnya hajatan. 3. Organisasi Kematian (Paguyuban Pangrukti Laya) Lembaga Kemasyaraka tan yang telah mengarah ke Organisasi diantaranya adalah Paguyuban Pangrukti Laya, yaitu paguyuban yang mengurusi masalah kematian. Setiap anggota diwajibkan mengumpulkan iuran bulanan yang relatif ringan sebagai semacam social insurrance apabila diantara 12 Bahasa Jawa : membeli barang-barang berharga, misalnya perhiasan, televisi, sepeda motor, sapi, kambing dsb

56 43 anggota atau keluarganya meninggal dunia maka secara otomatis, segala macam urusan sudah pasti terselesaikan dengan rapi, sejak dari pengurusan jenazah sampai pemakamannya Tinjauan Modal Sosial dan Gerakan Sosial yang berkembang di Pasar Bantul Sebelum mengkaji lebih jauh tentang pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial, terlebih dahulu akan dianalisis kelembagaan yang sudah ada dan tumbuh di lingkungan komunitas pasar Bantul, utamanya adalah kelembagaan finansial. Dalam komunitas Pasar Bantul, Kelembagaan keuangan yang ada tersegmentasi ke dalam dua kategori, yaitu : (1). Kelembagaan Finansial Formal dan (2). Kelembagaan Finansial Informal. adalah : Kelembagaan Finansial Formal yang ada pada Komunitas Pasar Bantul, Tabel 7 Kelembagaan finansial formal yang ada di pasar Bantul No Kelembagaan Formal Sumber Modal Partisipan Jangkauan 1. PD BPR Bank Pasar Bantul Pem. Kab. Bantul Calon Nasabah Lurah Pasar Ka. Paguyuban Bakul Pasar 2. Pelayanan Kas Bank Danamon Bank Umum Lurah Pasar Swasta Calon Nasabah 3. Bank BPD DIY Cabang Bantul Pem. Prop. DIY Lurah Pasar Calon Nasabah 4. Bank BRI Cabang Bantul Bank Umum Pemerintah Lurah Pasar Calon Nasabah 5. BMT Loh Jinawi BPR Syariah Lurah Pasar Calon Nasabah 6. KUD Koperasi Lurah Pasar Calon Nasabah 7. Pegadaian Pemerintah Lurah Pasar Calon Nasabah Bakul Pasar Komunitas Pasar Bantul PNS Bakul Pasar Bakul Pasar Masyarakat Umum PNS Bakul Pasar Masyarakat Umum PNS Bakul Pasar Bakul Pasar Petani Bakul Pasar Masyarakat Umum Kelembagaan Finansial Informal yang berhasil diidentifikasi pada Komunitas Pasar Bantul : 1. Bank plecit Profesi bank plecit sangat populer di lingkungan komunitas bakul pasar. Mereka menawarkan kredit jangka pendek tanpa jaminan namun bunga yang diterapkan sangat tinggi yaitu 20% setiap periode kredit. Dalam prakteknya

57 44 mereka berusaha memelihara ketergantungan nasabahnya melalui hubungan interpersonal, kultural bahkan keagamaan. Dari perspektif sosiologis, ada sejumlah partisipan yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam konstruksi sosial realitas hutang piutang uang di pasar Bantul. bank plecit dan bakul pasar adalah partisipan yang terlibat langsung dalam hutang piutang tersebut. Sedangkan partisipan yang tidak terlibat secara langsung adalah penduduk sekitar yang mengetahui seluk beluk praktek pinjam meminjam uang tersebut. 2. Mindrink Adalah tak ubahnya bank plecit yang menawarkan pinjaman namun dalam bentuk barang dengan mengunjungi nasabah dari pintu ke pintu. Wilayah operasinya mulai dari pasar-pasar desa sampai ke pemukiman penduduk setempat. Bunga yang diterapkan mindrink cukup bervariasi tapi tidak kurang dari 20% setiap 10 kali cicilan, bahkan ada yang sampai 40% dari nilai barang yang dikreditkan. 3. Pegadaian Informal Kelembagaan ini merupakan bisnis informal, manajemennya sama sekali tidak berdasarkan regulasi formal. Bisnis ini dikelola oleh individu sebagai pemilik bisnis tersebut. Orang yang berharap mendapatkan pinjaman sejumlah uang harus menyerahkan barang pribadinya sebagai sebuah jaminan. Pemilik bisnis ini memiliki informasi mengenai tentang harga-harga properti yang sedang berlaku sehingga memungkinkan mereka untuk menaksir barang-barang yang akan digadaikan kepada mereka. Tingkat bungan yang ditetapkan biasanya 20% dalam setiap periode tertentu. 4. Komisi Pinjaman Adalah orang yang berlaku sebagai loan broker dimana ia berlaku sebagai seseorang yang menyediakan informasi dan membantu nasabah dalam memperoleh pinjaman baik dari institusi formal maupun informal. Komisi sebagai imbalan jasa biasanya ditetapkan sebesar 2,5% dari total kredit nasabah. Orang-orang yang berprofesi sebagai loan broker ini biasanya beroperasi di depan pegadaian formal atau bank. Namun di lain kesempatan komisi pinjaman juga berpraktek sebagai negosiator antara nasabah dengan institusi kredit informal.

58 45 5. Pinjaman Tuan Tanah Tuan tanah adalah orang yang memiliki tanah pertanian yang luas dan pada saat yang sama menawarkan pinjaman kepada para petani maupun buruh tani. Pinjaman yang diperoleh tidak dikembalikan berupa uang tunai melainkan dalam bentuk bahu atau tenaga dengan bekerja kepada tuan tanah. 6. Tengkulak Profesi ini menawarkan pinjaman kepada petani kecil atau buruh tani dengan sistem ijon. Pinjaman ditawarkan sebelum panen bahkan di saat tanaman padi masih hijau (maka disebut sistem ijon) dengan harapan dapat menguasai panen dengan menetapkan harga serendah mungkin dan petani tidak lagi memiliki hak atas panenan mereka. 7. Pinjaman Teman dan Kerabat Ini merupakan sistem tabungan dan kredit tanpa bunga yang dilakukan atas hubungan teman dan kerabat yang biasanya berdasarkan pada kepercayaan. Seseorang individu yang meminjamkan uang kepada temannya memiliki harapan bahwa suatu saat nanti temannya tersebut akan melakukan hal yang sama apabila ia mengalami kesulitan dalam hal keuangan. Hal semacam ini dianggap sebagai suatu social security tradisional 8. Asosiasi Tabungan dan Kredit Berotasi Yang membedakan institusi ini dengan institusi-institusi sebelumnya adalah bahwa institusi ini memiliki pola rotasi yang pasti untuk deposito dan penarikan kredit. Sebagian besar bakul pasar Bantul telah bergabung dengan Arisan Pedagang Pasar Bantul. Asosiasi ini beranggotakan sekitar 250 anggota. Uang disimpan secara terus menerus dan setiap hari dua anggota akan menerima pinjaman melalui seleksi random. Penerima kredit diwajibkan membayar 5% dari total pinjaman sebagai biaya administrasi. Para bakul pasar mempergunakan pinjaman ini sebagai modal tambahan modal mereka. 9. Arisan Dasa Wisma Institusi ini merupakan asosiasi ketetanggaan informal. Setiap sepuluh rumah tangga memiliki sebuah organisasi yang berusaha untuk memperbaiki situasi finansial dari para anggotanya. Arisan Dasa Wisma adalah salah satu

59 46 asosiasi tabungan dan kredit berotasi. Selain menawarkan fasilitas tabungan dan kredit, institusi ini juga memberikan sumbangan pada komunikasi antar tetangga, aktivitas budaya dan kesehatan informal. Dalam mengakumulasi kapital, institusi ini mewajibkan anggotanya untuk menyerahkan iuran reguler dan setelah satu tahun operasional akan membuka interest dari hasil jasa pinjaman sebagai sisa hasil usaha yang dibagikan kepada anggota menurut komposisi tabungan yang diserahkan. Bunga yang ditetapkan sekitar 10% per paket, dan anggota sering diperbolehkan mengembalikan cicilan secara tidak teratur tergantung pada kemampuan finansial masing-masing. Satu hal yang menyebabkan institusi ini tidak mampu bersaing dengan bank plecit adalah karena tidak menguasai cukup modal. 10. Pinjaman Toko Yaitu pinjaman yang diberikan oleh seorang pemilik toko bukan karena kebaikannya melainkannya karena nasabah membutuhkannya. Praktek ini biasa dilakukan oleh orang-orang keturunan Arab yang memiliki toko di jalanjalan protokol dan sekitar pasar Bantul. Bunga yang diterapkan adalah sebesar 20% dalam setiap paket kredit. Jika calon pembeli tidak menemukan barang di toko tersebut, dia diperbolehkan meminta pinjaman agar dapat membeli barang yang diinginkannya dari toko lain. Mengamati temuan institusi-institusi finansial di pasar Bantul tersebut dan mengkajinya dari nilai-nilai yang terdapat dalam modal sosial komunitas maka dapat ditemukan unsur-unsur dan sifat modal sosial (Nasdian & Utomo, 2003 ), yaitu : 1. Sifat saling menguntungkan paling sedikit antara 2 orang (institusi finansial formal/informal dan bakul pasar), kelompok, kolektivitas, atau kategori sosial atau manusia pada umumnya. Ini terdapat pada program kredit bagi bakul pasar, institusi Pinjaman Teman dan Kerabat, Asosiasi Tabungan dan Kredit Berotasi dan institusi Arisan Dasa Wisma ; 2. Diperoleh melalui proses sosial, interaksi, sosialisa si, institusionalisasi. Ini terdapat pada program kredit bagi bakul pasar, institusi Pinjaman Toko, Arisan Dasa Wisma, Asosiasi Tabungan dan Kredit Berotasi, Pinjaman Teman dan Kerabat dan Pegadaian Informal ;

60 47 3. Sifat atau konsep yang berhubungan dengan rasa percaya (trust), resiprositas, jejaring sosial. Ini terdapat pada program kredit bagi bakul pasar, Pinjaman Toko, Arisan Dasa Wisma, Asosiasi Tabungan dan Kredit Berotasi, Pinjaman Teman dan Kerabat, Komisi Pinjaman, Pegadaian Informal. Kelembagaan lain di luar kelembagaan finansial yang juga cukup dominan sebagai modal sosial dan gerakan sosial antara lain adalah : motivasi, kepercayaan, pola hubungan, relasi, kejujuran, kepolosan serta kekerabatan antar bakul pasar. Kelembagaan inilah yang lebih memperkuat dan menjadi dasar berkembangnya pasar tradisional desa Bantul, lebih dari sekedar kelembagaan-kelembagaan finansial yang ada. Tanpa kelembagaan sosial tersebut, kelembagaan finansial tidak akan pernah berkembang dengan baik. Modal sosial adalah satu hal yang menjadi roh yang membuat pasar tradisional dapat tetap tumbuh dan semakin berkembang serta menjadi besar seperti saat ini. Kondisi ini kemudian didukung pula oleh kelembagaankelembagaan sosial yang ada pada masyarakat sekitar pasar Bantul. Aspek psikologi sosial dari pengembangan modal sosial dan gerakan sosial ini adalah bagaimana komunitas bakul pasar memaknai uang dan hutang piutang. Secara umum komunitas memaknai uang adalah sebagai instrumen ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun demikian kebutuhan hidup disini tidak hanya menunjuk pada bidang ekonomi saja seperti sandang, pangan, papan tetapi juga kebutuhan-kebutuhan sosial, politik, budaya dan psikologis (Nugroho, 2001). Barang-barang sosial yang bisa diperoleh dengan membayar uang antara lain, pendidikan, status sosial, atau produk konsumsi prestise lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang disebut cultural capital (Bourdieu, 1988) yang berarti bahwa tingkat status sosial menentukan pola hubungan politik dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu orang juga mempergunakan uang untuk membayar kewajiban-kewajiban sosial, simpati sosial dan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. Sebagian besar individu dalam komunitas mengekspresikan uang itu mirip dengan kekuasaan, atau dengan pepatah jawa yang terus digunakan sampai saat ini dhuwit iku kuwoso. Uang adalah penjelmaan kekuasaan sosial, karena ia mentransformasikan aktivitas sosial, ekonomi dan politik ke dalam sistem numerik. Jika orang memiliki uang banyak ia juga akan memiliki banyak

61 48 kekuasaan. Sedangkan persepsi komunitas bakul pasar terhadap hutang adalah bahwa hutang merupakan tindakan sosial yang memiliki konotasi negatif dan cenderung tabu dibicarakan. Sebab hutang bisa mengindikasikan ketidakmampuan finansial seseorang, oleh karena itu sangat berpengaruh terhadap status sosial seseorang. Tipologi Gerakan Sosial menurut Orientasi Perubahan yang dikehendaki. Tabel 8 Tipologi Gerakan Sosial menurut Orientasi Perubahan yg dikehendaki Ciri Orientasi Pumpunan Utama Contoh Kasus Orientasi Nilai Perubahan dalam nilainilai budaya, norma dan sistem kepercayaan. Lazimnya melalui persuasi, propaganda, pendidikan Gerakan melawan ketergantungan kepada bank plecit dengan persuasi dan propaganda kredit bunga murah Hutang yang sebelumnya dianggap tabu akhirnya menjadi biasa dilakukan oleh orang jawa kepada institusi finansial formal dan informal Sedangkan Tipologi Gerakan Sosial menurut skala dan aras perubahan yang dikehendaki: Gerakan Reformatif, perubahan sebagian fungsi /nilai sosial dalam masyarakat. Contoh Kasus : Kredit Bagi bakul pasar Analisis Rugi Laba Usaha Berdasarkan hasil wawancara, terdapat kecenderungan bahwa bakul pasar memanfaatkan kredit dari bank plecit untuk dua macam tujuan, tergantung pada stratifikasi bakul pasar dan jangkauan aktivitas usahanya. Para bakul pasar pada stratifikasi atas sering menginvestasikan pinjaman tersebut untuk memperluas skala usaha atau untuk melakukan diversivikasi usaha. Sedangkan untuk bakul pasar dengan skala usaha yang lebih kecil memanfaatkannya untuk menutupi biaya operasional sampai untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Bakul pasar pada lapisan inilah yang perlu mendapatkan perhatian dan diberdayakan. Bagi bakul pasar yang memiliki skala usaha lebih besar, kredit informal semacam ini dirasakan sangat sesuai digunakan untuk memenuhi kebutuhannya akan barang dagangan dengan jumlah besar dalam jangka waktu yang pendek.

62 49 Namun lain halnya dengan bakul pasar strata bawah, selain untuk tujuan produksi mereka memanfaatkan kredit tersebut bahkan untuk konsumsi seharihari, sebuah realita yang semakin membuat mereka tergantung kepada bank plecit. Secara umum dapat disimpulkan, komunitas bakul pasar terbesar yang memanfaatkan jasa bank plecit adalah mereka dari strata pendapatan yang rendah. Pendapatan mereka seringkali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga harus ditutup dengan pinjaman dari kredit informal. Tabel 9 Pendapatan Per Bulan Bakul Pasar Pendapatan Per Bulan (Rp.) Pelapisan 0, , ,- Jumlah Bakul s.d. s.d. s.d. TOTAL Pasar , ,- n Responden (Rendah) (Sedang) (Tinggi) Ideran 66.67% 33.33% 0.00% % Tlasaran 60.00% 40.00% 0.00% % Los 25.00% 58.33% 16.67% % Kios 0.00% 20.00% 80.00% % Jumlah : 30 Sumber: Data Penelitian Dalam mengelola usahanya, para bakul pasar sangat minimal dalam mempergunakan instrumen administrasi seperti catatan-catatan apalagi pembukuan yang rapi. Realitas yang lebih sering dijumpai adalah, mereka hanya memanfaatkan kemampuan intuisinya dalam mengatur arus kas, manajemen keuangan, perhitungan laba-rugi dan memecahkan kalkulasi-kalkulasi aritmetik dagang. Guna memahami kondisi kredit bank plecit, perlu membedakan beberapa tipe-tipe kredit yang ditawarkannya di pasar Bantul. Kredit rolasan adalah paket pinjaman yang harus dikembalikan dalam jangka waktu dua belas hari cicilan dan biasa disebut kredit harian. Kemudian Kredit patlikuran, telungpuluhan dan suidakan adalah paket kredit harian yang lain dengan jangka waktu pengembalian dua puluh empat, tiga puluh dan enam puluh hari. Bunga yang ditetapkan untuk masing-masing kredit harian adalah dua puluh persen untuk setiap periode tersebut. Sedangkan kredit dengan jumlah di atas Rp ,- diberikan dengan paket kredit setahunan dengan bunga bervariasi

63 50 mulai dari 15 persen sampai dengan 20 persen tergantung pola hubungan nasabah dengan bank plecit. Untuk melihat sejauh mana kredit dari "bank plecit" dan bank pasar dapat memberikan profit dan mengembangkan usaha bagi bakul pasar, berikut disajikan prediksi kalkulasi rugi laba bakul pasar per hari berdasarkan wawancara dengan responden. Tabel 10 Kalkulasi Saldo Rugi-Laba Bakul Pasar Per Hari Pelapisan Profit Margin Prediksi Rugi Laba Kredit "Bank Plecit" Kredit Bakul Kotor 12-an 24-an 30-an 60-an setahunan Bank Pasar Pasar Per Transaksi i= 1,67% i= 0,83% i= 0,67% i= 0,33% i= 0,06% i= 0,05% Ideran 3% 1.33% 2.17% 2.33% 2.67% 2.94% 2.95% Tlasaran 5% 3.33% 4.17% 4.33% 4.67% 4.94% 4.95% Los 5% 3.33% 4.17% 4.33% 4.67% 4.94% 4.95% Kios 10% 8.33% 9.17% 9.33% 9.67% 9.94% 9.95% Keterangan : i = interest = bunga kredit Bunga dari setiap paket kredit dikonversikan ke bunga harian 12-an=rolasan, 24-an=patlikuran, 30-an=telungpuluhan, 60-an=suidakan. Dengan melihat prediksi rugi laba bakul pasar tersebut, posisi yang paling tidak menguntungkan adalah bakul ideran yang mengambil kredit rolasan dari bank plecit. Hampir setengah dari pendapatan kotornya dalam sehari dipergunakan untuk membayar bunga pinjaman kepada bank plecit dengan asumsi dagangannya laris dan habis terjual. Kondisi akan menjadi sulit bagi bakul ideran apabila barang dagangannya kurang laku sehingga harus mencari pinjaman dari bank plecit yang lain untuk membayar hutang sebelumnya atau dapat diibaratkan gali lubang tutup lubang. Dengan situasi seperti itu cepat atau lambat seorang bakul ideran akan segera mengalami kebangkrutan. Sebaliknya, situasi paling menguntungkan terjadi pada bakul yang menempati kios dan mengambil kredit dari bank pasar. Setiap hari bakul kios cukup menyisihkan 0,05% dari setiap pendapatan kotor per harinya. Sebagai ilustrasi, seorang bakul sepeda yang menjual satu unit sepeda dalam satu hari seharga Rp ,- cukup menyisihkan Rp. 500 dari keuntungan Rp ,- yang ia peroleh sehingga ia masih mendapat keuntungan kotor sekitar Rp ,-

64 51 Di samping kalkulasi rugi laba ekonomi, masing-masing kelembagaan finansial bank plecit dan bank pasar juga memberikan keuntungan-kerugian dari perspektif sosial. Berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan dapat diidentifikasi keuntungan maupun kerugian dari perspektif sosial sebagai berikut. Tabel 11. Keuntungan dan kerugian bank plecit dan bank pasar dari perspektif sosial No Komponen Bank Plecit Bank Pasar 1. Syarat Relatif Mudah tergantung pada: Pola hubungan antara nasabah- bank plecit Reputasi calon nasabah diantara sesama bakul pasar 2. Biaya Sosial Murah, karena cukup diselesaikan di tempat 3. Manfaat Sosial Sangat memberikan manfaat sosial antara lain: Sumbangan sosial apabila nasabah menderita musibah, sakit, hajatan. Penundaan pembayaran cicilan apabila pasar sedang sepi pembeli Berbelit-belit, harus melewati prosedur: Administratif Hasil analisis kredit oleh karyawan Harus dipenuhi pada saat pengajuan kredit Mahal, karena harus meninggalkan dagangan yang berarti kehilangan kesempatan meraih keuntungan berdagang Tidak memberikan manfaat sosial Seperti diuraikan dalam tabel 11, dapat diidentifikasi bahwa dari sisi persayaratan, biaya sosial dan manfaat sosial bank plecit lebih banyak memberikan keuntungan karena pendekatan yang mereka lakukan secara personal kepada nasabah bakul pasar. Lain halnya dengan bank pasar, tidak ubahnya seperti bank-bank konvensional lainnya yang hanya mengejar keuntungan berdasarkan logika efisiensi tanpa memperdulikan kondisi personal dan sosial dari nasabah-nasabahnya.

65 VI. PROGRAM KREDIT BANK PASAR DAN BANK PLECIT BAGI BAKUL PASAR 6.1. Mekanisme Kerja Bank Pasar Salah satu institusi finansial formal yang beroperasi di pasar Bantul adalah PD BPR Bank Pasar Bantul. Perusahaan daerah ini adalah milik Pemerintah Kabupaten Bantul dimana Sekretaris Kabupaten Bantul duduk sebagai ketua Dewan Pengawas. Bank Pasar berpusat di Kota Bantul dan memiliki kantor unit di 16 pasar sentral setiap kecamatan di Kabupaten Bantul. Tinggal satu kecamatan yang belum terjangkau bank pasar yaitu Kecamatan Sedayu yang berada di ujung barat wilayah Kabupaten Bantul. Tugas utama Institusi ini adalah melayani pinjaman-pinjaman dengan bunga murah yaitu 18% per tahun dan tanpa jaminan. Jumlah bakul pasar yang menjadi nasabah adalah baru sekitar 150 orang dengan jumlah krecit yang macet 1 orang karena yang bersangkutan meninggal dunia. Program pengucuran kredit bagi bakul pasar adalah program yang di rancang oleh Pemerintah Kabupaten Bantul yang pelaksanaannya dilakukan oleh PD BPR Bank Pasar Bantul. Program ini dirasa penting setelah melihat kondisi masyarakat Bantul, khususnya bakul pasar tradisional yang telah terlanjur mengandalkan bank plecit untuk mencukupi kekurangan modal, sehingga program ini secara tegas bertujuan untuk mengurangi praktek bank plecit. Pada tahap pertama diluncurkannya program, Pemerintah Kabupaten Bantul melalui APBD nya telah menyiapkan dana Rp. 9 milliar dan telah disalurkan sejak bulan Maret Selanjutnya ditingkatkan menjadi Rp. 15 miliar lagi untuk kredit tahap kedua dan ditawarkan mulai bulan Maret Keseriusan Pemerintah Kabupaten Bantul ini telah mendorong beberapa bank swasta untuk memberikan pinjaman dana kepada PD BPR Bank Pasar Bantul, seperti Bank Permodalan Mandiri, Bank Mandiri, dan Bank Niaga. Beberapa pinjaman telah diproses bahkan Bank Mandiri menjanjikan pinjaman Rp. 100 miliar untuk program kredit bagi bakul pasar ini. Adapun paket kredit bagi bakul pasar yang ditawarkan pemerintah kabupaten Bantul adalah kredit tanpa agunan yang bisa diangsur secara harian, 52

66 53 pasaran 13, mingguan atau bulanan dengan maksimal pinjaman sebesar 10 juta rupiah. Disamping itu bunga kredit yang ditawarkan juga sangat kompetitif yaitu sekitar 18 % per tahun (atau 1,5% per bulan). Sedangkan teknis pembayaran cicilan pokok pinjaman maupun bunganya dirancang sedemikian rupa sehingga kelihatan sederhana dan mudah dimengerti oleh para bakul pasar. Sebagai contoh, apabila seorang bakul pasar hendak meminjam Rp selama 1 tahun dan diangsur secara bulanan, maka ia akan dikenakan bunganya di depan yaitu sebesar Rp sehingga uang yang diterima adalah Rp , dan selanjutnya setiap bulan mengangsur sebesar Rp selama 12 bulan. Secara matematis bunga tersebut jauh lebih ringan dibandingkan bunga yang ditetapkan oleh bank plecit yaitu sekitar 20% per bulan. Gambar 12 Karyawan Bank Pasar Melayani Nasabah Bila dilihat dari latar belakang munculnya inisiatif program, jelas terlihat program ini bersifat top down approach karena datang dari pemerintah dan bersifat reaktif karena muncul setelah adanya marjinalisasi kaum lemah secara ekonomi oleh kaum yang lebih kuat. Menurut responden, masalah yang perlu mendapat perhatian adalah karena tidak adanya karyawan yang secara khusus menangani kredit bagi bakul pasar. Dengan jumlah karyawan yang hanya 4 orang, 1 orang kepala unit, 1 13 Penannggalan jawa yang terdiri dari lima hari dalam setiap pasaran yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon. Pasar Tradisional di Bantul, sebagian besar mengambil hari pasaran tertentu dalam menentukan puncak aktivitas jual-belinya

67 54 orang teller, 1 orang operator komputer dan 1 orang collector, praktis membuat pelayanan kepada bakul pasar belum optimal. Golongan Partisipan Kegiatan ini adalah : 1. Lurah Pasar Bantul Berperan sebagai pihak yang memberikan rekomendasi kepada institusi penyalur kredit mengenai status pemohon kredit apakah benar-benar bakul pasar Bantul dengan status kepemilikan tempat usaha sebagai pemilik kios, los, tlasaran atau sekedar bakul pasar ideran (tidak tetap) di pasar Bantul. 2. Ketua Paguyuban bakul pasar Adalah pihak yang memberikan keterangan (lisan) perihal reputasi dan informasi mengenai pemohon kredit. 3. Bakul Pasar Adalah subyek yang menjadi sasaran program, bakul pasar yang tergabung dalam satu paguyuban berperan pula dalam memberikan jaminan bagi turunnya suatu nominal kredit bagi anggota paguyuban tersebut. Rekomendasi yang diberikan sesama bakul pasar adalah rujukan yang paling diakui baik oleh bank maupun institusi finansial formal yang lain. Ini bisa dipahami karena begitu kentalnya kekerabatan dan keterikatan emosional sesama bakul pasar Mekanisme Kerja Bank Plecit Sebelum memulai kariernya, seorang bank plecit biasanya telah memiliki latar belakang profesi, pada umumnya adalah bakul pasar. Dari sembilan orang responden yang berhasil ditemui, enam orang diantaranya berlatarbelakang sebagai bakul pasar, satu orang pensiunan militer, satu orang pensiunan PNS dan satu orang mantan kolektor dari BPR swasta. Mereka yang profesi sebelumnya bukan pedagang memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami kebangkrutan karena memulai profesinya dengan mengandalkan intuisi dan trial and error. Hambatan-hambatan yang mereka temui antara lain adalah kesulitan memperoleh modal, peta tentang arus kredit bakul pasar dan masalah-masalah dalam memahami perilaku nasabah. Beberapa orang bank plecit mengemukakan penyebab kebangkrutan sebagian diantara mereka adalah karena adanya kredit yang macet dan ini mengindikasikan

68 55 ketidakmampuan mereka dalam membangun hubungan-hubungan pribadi dengan nasabah. Sebagaimana diceritakan oleh Ibu I, sosok bank plecit yang paling senior di komunitas bakul pasar. Ia menceritakan seorang bank plecit yang bangkrut karena nasabah bakul pasar yang tidak mau membayar cicilan lagi (ngemplang) sehingga menyebabkan bisnisnya jatuh. Ia kehabisan akal dan tidak tahu lagi bagaimana membuat nasabahnya mau melunasi pinjamannya. Kasus ini menunjukkan bahwa ia telah gagal membangun hubungan-hubungan dengan nasabahnya baik secara kultural maupun personal. Cicilan yang terhenti ini menyebabkan sirkulasi modal menjadi terganggu. Padahal modal yang digunakan adalah berasal dari pinjaman dari bank plecit lain yang lebih kuat secara modal yang tentunya juga harus dilunasi. Situasi ini menyebabkan temanteman seprofesinya enggan memberikan lagi pinjaman kepadanya, karena cepat atau lambat bisnisnya akan segera jatuh. Gambar 13 Bank Plecit Sedang Mengambil Cicilan Berdasarkan wawancara dengan responden, terungkap ada beberapa pola akumulasi modal yang dibangun oleh bank plecit. Pola pertama, modal berasal dari akumulasi profit yang diperoleh dari berdagang. Sebagian responden yang berlatarbelakang sebagai bakul pasar memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah memahami kondisi pribadi dari masing-masing

69 56 bakul pasar, mengetahui informasi mengenai arus kredit dan kebutuhan kredit bakul pasar, dapat mengakumulasi keuntungan berdagang dan selanjutnya akan menginvestasikannya kembali dalam bisnis potang (pinjam meminjam uang). Ada pendapat diantara mereka bahwa tabungan yang tidak diputar lagi ke dalam usaha-usaha yang lain mempresentasikan hilangnya peluang-peluang yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Atau dengan kata lain uang adalah sebuah komoditi yang harus dapat menciptakan profit. Pola yang kedua, bank plecit yang tidak bekerja sebagai bakul pasar menyimpan sebagian pendapatan yang mereka peroleh dari profesi sebelumnya. Dan setelah dirasa cukup jumlahnya, tabungan tersebut menjadi modal awal untuk terjun sebagai bank plecit. Motivasi mereka pada awalnya adalah untuk mendapatkan penghasilan tambahan guna mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan. Namun setelah mencapai kesuksesan sebagai bank plecit, orientasi mulai bergeser menjadi profit oriented. Pola ketiga, untuk mengawali profesi sebagai bank plecit mereka berusaha mendapatkan modal awal dari institusi formal seperti bank atau dari bank plecit lain yang sudah kuat secara modal. Untuk memperoleh fasilitas kredit ini dari bank tentu saja mereka harus memenuhi beberapa persyaratan administratif dan apabila mereka mendapatkan modal tersebut dari bank plecit lain maka kesepakatan mengenai profit sharing harus disepakati bersama-sama di awal kerjasama. Ada satu kasus bank plecit yang cukup spesifik dalam mengembangkan bisnisnya. Ibu G adalah mantan karyawan sebuah BPR swasta. Selama bekerja sekitar empat tahun sebagai kolektor kredit ia telah menjalin hubungan dengan nasabah-nasabah di pasar Bantul. Dengan bermodal hubungan baik dan pengetahuan-pengetahuan yang mendalam seputar karakter bakul pasar dan pasar kredit mikro di pasar Bantul, ia mulai berpikir untuk mengembangkan bisnisnya sendiri sebagai bank plecit. Keputusan ini tentu saja mempunyai alasan yang kuat diantaranya adalah ibu G tidak mungkin dapat mencukupi kebutuhan keluarganya hanya dengan bekerja sebagai kolektor kredit BPR swasta.

70 Perbandingan Kelembagaan Keuangan Bank Plecit dan Bank Pasar Kompetisi yang terjadi antara bank plecit dan bank pasar tidak membawa pada jatuhnya salah satu pihak yang bersaing. Kemunculan bank pasar pada realita di lapangan memang belum menurunkan aktivitas bank plecit secara berarti. Akan tetapi yang terlihat justru fasilitas kredit murah dari bank pasar secara tidak langsung menyediakan dukungan dalam bentuk modal kepada bank plecit. Pelepas uang informal bank plecit berfungsi sebagai penengah yang menghubungkan bank formal dengan masyarakat kelas bawah. Sekitar pukul pagi, aktivitas para bank plecit dimulai. Ini bisa dilihat dengan munculnya sosok laki-laki maupun perempuan yang selalu membawa catatan kecil di tangan dan menenteng tas. Kadang-kadang tidak mudah untuk mengidentifikasi bank plecit ini karena mereka tidak hanya meminjamkan uang tetapi juga memberikan kredit kepada bakul pasar mulai dari peralatan rumah tangga, emas sampai televisi. Komunitas bakul pasar lebih sering menyebutnya sebagai mindrink. Dalam situasi yang lain bank plecit bisa memiliki pekerjaan kamuflase seperti layaknya bakul pasar juga. Di pojok belakang pasar Bantul terdapat warung makan dan tempat parkir yang dimanfaatkan penulis sebagai entry point, dalam rangka mendapatkan informasi tentang hutang piutang yang dijalankan bank plecit. Di tempat inilah para pelaku finansial informal ini melakukan diskusi-diskusi mengenai target-target mereka untuk hari itu. Pada jam pagi, loket Bank Pasar mulai dibuka. Bank Pasar selalu terletak di pasar sentral dari setiap kecamatan di kabupaten Bantul. Kantor unit Bank Pasar memiliki empat orang pegawai. Tugas utama bank pasar adalah menyediakan kredit kepada bakul pasar untuk melindungi mereka dari ketergantungan kepada bank plecit, meskipun dalam prakteknya Bank Pasar lebih banyak melayani kredit kepada pegawai negeri (sekitar 70%). Prosedur administratif yang ditetapkan oleh Bank Pasar sebenarnya sudah dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan bakul pasar. Meskipun tingkat bunga yang diberikan jauh di bawah bank plecit (sekitar 1,5 % per bulan), namun ada indikasi bank tidak pernah bisa bersaing dengan jasa bank plecit. Bank Plecit selalu mengembangkan berbagai aktivitas untuk menarik nasabah, sementara para pegawai bank pasar hanya duduk menunggu orang datang ke kantornya. bank plecit dan nasabah melakukan transaksi dalam

71 58 konteks hubungan-hubungan personal yang sangat kontras bila dibandingkan hubungan formal yang terjalin antara pegawai Bank Pasar dengan bakul pasar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa bank-bank pemerintah sering gagal untuk mengembangkan hubungan interpersonal dengan nasabahnya, bukan hanya karena prosedur birokratisnya tetapi juga disebabkan oleh otoritas kepegawaian yang selalu ditunjukkan oleh pegawai tersebut. Untuk melihat gambaran perbandingan-perbandingan yang mendasar antara pelepas uang bank plecit dan bank pasar, berikut disajikan tabel komparasi mengenai komponen-komponen prosedur pencairan kredit melalui kedua kelembagaan keuangan sebagai berikut. Tabel 12. Perbandingan "Bank Plecit" dan Bank Pasar No Komponen Bank Plecit Bank Pasar 1. Suku Bunga Pinjaman 20% - 30% per periode* sampai dengan 60 hari 6% - 10% per bulan untuk periode setahunan 18% per tahun 2. Agunan/ Jaminan Tanpa Jaminan sampai dengan periode 30 hari 3. Plafon Kredit Rp. 100 juta Rp. 10 juta 4. Fleksibilitas Fleksibel, tergantung pola Angsuran hubungan antara nasabah- bank plecit 5. Persyaratan Tergantung pola hubungan antara nasabah- bank plecit Reputasi calon nasabah diantara sesama bakul pasar 6. Kontribusi sosial bagi bakul pasar** 7. Periode pencairan kredit Apabila nasabah menderita musibah sakit hajatan Langsung cair untuk periode pinjaman sampai dengan 60 hari 1 sampai dengan 3 hari untuk kredit satu tahunan. Tanpa Jaminan untuk kredit s.d. Rp ,- Disiplin, diambil oleh petugas Administratif dan hasil analisis kredit oleh karyawan Bersifat kaku, harus dipenuhi pada saat pengajuan kredit Tidak ada kontribusi sosial 1 sampai dengan 3 hari *periode pinjaman : 12 hari (rolasan), 24 hari (patlikuran), 30 hari (telungpuluhan), 60 hari (suidakan), 1 tahun (setahunan) **besarnya kontribusi sosial tergantung seberapa besar nasabah pernah meminjam uang kepada bank plecit serta kedekatan dan pola hubungan nasabah bakul pasar dengan bank plecit sumber: data penelitian

72 59 Apabila dilihat dari segi manfaat dalam mengembangkan ekonomi lokal, program kredit murah dari bank pasar sangat membantu para bakul pasar memperoleh dana segar untuk kelangsungan usahanya, sebagaimana hasil wawancara berikut dengan salah satu bakul pasar, ibu Murjiah (53 tahun). Kula remen saestu mas, pikantuk sambutan setunggal yuta, artanipun ingkang Rp kagem bayar utang. Lajeng tirahanipun saged kagem kilakan dagangan palawija malih. Njih Syukur Alhamdullilah, rezekinipun saged langkung sae sekedik mas.. Saya senang dapat pinjaman Rp 1 juta setahun lalu. Uang itu saya pakai untuk bayar utang Rp Sisanya buat beli dagangan palawija lagi. Syukurlah, pendapatan saya sekarang jadi naik sedikit." Wanita itu mengaku mendapat keuntungan sekitar Rp dalam sehari. Dengan modal dari kredit itu, dia menambah dagangannya sehingga bisa menjual lebih banyak. Jika sedang ramai, ia memperoleh Rp sehari. Dia tidak keberatan bayar cicilan Rp selama 12 bulan. Dari wawancara tersebut juga terungkap bahwa program ini telah berhasil mengembangkan ekonomi lokal, paling tidak untuk responden, dengan meningkatnya modal sehingga ia mampu menjual barang dagangan lebih banyak dan tentu saja akan memberikan keuntungan yang lebih banyak pula. Potensi lokal lain yang ikut berkembang sebagai multi player effect dilaksanakannya program tersebut antara lain adalah, usaha transportasi angkudes (angkutan desa), warung nasi di sudut pasar sebelah barat pasar yang beroperasional selama 24 jam, tukang parkir, penitipan gerobak dorong, warung lesehan dan sebagainya. Adapun keterkaitannya dengan pasar yang lebih luas, setelah dilaksanakannya program tersebut, beberapa bakul pasar terlihat meningkat intensitas usahanya. Baik komoditi maupun volume barang dagangannya. Bahkan diantaranya mulai membuka jaringan usaha dengan pasar-pasar desa yang lebih kecil sebagai target pasar baru dan menjalin hubungan dengan suplier-suplier dari luar kecamatan bahkan di luar kabupaten Bantul.

73 60 Gambar 14 Bagan alir Mekanisme Pencairan Kredit "Bank Plecit" & Bank Pasar Seperti nampak dalam Gambar 14 mekanisme pencairan kredit bagi bank plecit semua cukup diselesaikan ditempat dan uang bisa cair pada saat itu juga namun dibalik kemudahan tersebut bank plecit mengambil bunga pinjaman yang sangat tinggi untuk menebus segala resiko kredit dan kemudahankemudahan tersebut. Selanjutnya mekanisme pencairan kredit kepada bank pasar tak ubahnya seperti bank-bank konvensional lainnya. Apabila seorang bakul pasar menginginkan mendapat kredit dari bank pasar, harus memulainya dengan meminta blangko kredit kepada teller untuk diisi kemudian melengkapi syaratsyarat administratif berupa foto copy KTP dan rekomendasi dari Lurah Pasar. Setelah blangko kredit diisi dan dilengkapi dengan syarat-syarat administratif tersebut kemudian dikembalikan ke Kantor Unit Bank Pasar untuk dilakukan pemrosesan kredit yang memakan waktu 1 sampai dengan 2 hari. Setelah permohonan disetujui barulah permohonan kredit bisa cair.

74 VII. HASIL DAN ANALISIS 7.1. Resiprositas antara Bakul Pasar dan Bank Plecit Partisipan utama dalam aktivitas pinjam meminjam uang atau hutang piutang secara informal di pasar Bantul adalah bakul pasar dan bank plecit, namun demikian realita di lapangan praktek bank plecit sudah masuk ke kampung-kampung. Ada indikasi hal ini disebabkan karena gencarnya kelembagaan keuangan formal yang masuk ke komunitas bakul pasar tradisional. Seorang bank plecit biasanya protektif terhadap orang yang baru dikenalnya apalagi berasal dari luar komunitas bakul pasar. Sebelum melakukan pendekatan kepada bank plecit, pengkaji telah melakukan sosialisasi dan pengamatan sejak Praktek Lapang I melalui perkenalan dengan seorang tukang parkir yang sehari-harinya bekerja di pasar Bantul. Tukang parkir inilah yang dijadikan entry point dalam rangka mendapatkan informasi tentang pinjam meminjam uang melalui kelembagaan keuangan informal. Gambar 15 Wawancara Dengan Salah Satu Responden Bakul Pasar Aktivitas Bank plecit dilakukan setiap hari dengan mengunjungi nasabah-nasabah satu demi satu untuk mengambil cicilan dan mencari nasabah- 61

75 62 nasabah baru untuk melakukan ekspansi usaha. Setelah berusaha menemui nasabah satu per satu pada pagi hari, sisa waktu pada siang hari ia lanjutkan untuk menemui nasabah di kampung-kampung sekitar pasar dan pada sore hari akan kembali ke pasar mencari nasabah yang belum ditemuinya pada pagi hari. Rutinitas ini akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya aktivitas pasar pada sore hari. Namun demikian adapula bank plecit yang juga melayani bakul ratengan (makanan dan lauk pauk) yang berjualan di sekitar pasar hingga larut malam. Profil bank plecit yang berhasil ditemui pengkaji adalah sebagai berikut. Tabel 13 Profil bank plecit No Nama Umur Jenis Kelamin Status Pendidikan Ibu A Ibu B Pak C Ibu D Pak E Ibu F Ibu G Ibu H Ibu I Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Kawin Kawin Belum Janda Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin SMA SMP SMA SD SMP SMA SD SD SD Sumber : Hasil Penelitian Dari sudut pandang gender, bank plecit didominasi oleh perempuan yaitu 7 orang atau 77,78% dan yang berjenis kelamin laki-laki hanya 2 orang atau 22,22%. Komposisi gender bank plecit ada indikasi masih dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial dalam komunitas Jawa, bahwa perempuan adalah pengambil keputusan dalam manajemen keuangan sebuah keluarga sedangkan para suami bertanggungjawab memberikan nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sehingga perempuan dianggap lebih memiliki kemampuan dan berpengalaman dalam menggunakan uang. Pernyataan lain yang mendukung kecenderungan perempuan lebih mendominasi dalam profesi bank plecit adalah sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Asep penjual kain gordyn di pasar Bantul berikut ini. Kewajiban saya selaku kepala rumah tangga adalah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya sehari-hari. Selanjutnya uang hasil berdagang sebagaian besar saya serahkan kepada istri untuk sepenuhnya mengatur penggunaannya. Apabila tidak cukup saya akan berusaha mencari punjaman kepada kerabat, atau sumber-sumber lain.

76 63 Jika sudah tidak memungkinkan lagi mendapat pinjaman saya akan berhubungan dengan bank plecit untuk mendapatkan hutang. Tabel 14 Latar Belakang Pekerjaan Bank Plecit No Nama Latar Belakang Pekerjaan Pekerjaan Utama Ibu A Ibu B Pak C Ibu D Pak E Ibu F Ibu G Ibu H Ibu I Sumber : Hasil Penelitian Bakul Pasar Bakul Pasar Bakul Pasar Bakul Pasar Bakul Pasar Bakul Pasar Mantan Karyawan BPR Bakul Pasar Pensiunan PNS Bank Plecit Bank Plecit Bank Plecit Bakul Pasar Bank Plecit Bank Plecit Bank Plecit Bank Plecit Bank Plecit Gambar 16 Tukang Parkir Yang Menjadi Entry Point Dalam Mengumpulkan Data Bank Plecit Berdasarkan pengamatan di lapangan, beberapa bank plecit ternyata juga berprofesi sebagai bakul di pasar Bantul. Ada dua macam dugaan yang melatarbelakangi perilaku bank plecit yang berprofesi ganda ini. Pertama, kegiatan berdagang di pasar Bantul dilakukan hanyalah sebagai kamuflase saja sehingga aktivitas utama mereka sebagai bank plecit tidak kelihatan mencolok, dan untuk mengantisipasi kecurigaan dari aparat. Kedua, aktivitas sebagai bakul

77 64 pasar dijalankan adalah sebagai diversifikasi usaha dan untuk membangun jejaring perdagangan yang lebih luas sehingga diharapkan juga akan memperluas skala usahanya baik sebagai bank plecit maupun sebagai bakul pasar. Usia para pelaku bank plecit adalah berkisar antara 29 hingga 52 tahun, dari sudut pandang demografi, kelompok umur ini adalah termasuk dalam usia produktif secara ekonomi. Dan mereka memulai aktivitas hutang piutang ini setelah menikah, hanya 1 orang saja yang masih berstatus bujangan yaitu pak C. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, 3 orang bank plecit berpendidikan sampai tingkat SMA, 2 orang SMP dan 4 orang hanya tamat Sekolah Dasar. Sesuai realita di lapangan, tidak ada korelasi antara kesuksesan bank plecit dengan tingkat pendidikannya. Praktek hutang piutang informal lebih didasarkan pada jam terbang dan pengalaman berinteraksi dengan nasabah daripada pengetahuan yang bersifat akademis. Tabel 15 Penerimaan Per Bulan Bank Plecit No Nama Ibu A Ibu B Pak C Ibu D Pak E Ibu F Ibu G Ibu H Ibu I Sumber : Hasil Penelitian Penerimaan Kotor (Rp) , , , , , , , , ,- Penerimaan Suami/Istri (Rp) , , , , , , ,- Penerimaan Total (Rp) , , , , , , , , ,- Menurut pengakuan dari para pelaku kredit informal ini, seperti dikatakan pak E bahwa omzet mereka dalam satu bulan adalah berkisar Rp. 1,5 juta sampai dengan Rp. 5 juta. Namun pengkaji mengalami kesulitan untuk mengungkap secara pasti berapa sebenarnya omzet dan modal yang diputar. Angka tersebut hanya sebuah nilai kasar tentang jangkauan aktivitas komersial mereka. Sehingga dapat diperkirakan penghasilan mereka dalam sebulan adalah berkisar antara Rp ,- sampai dengan Rp. Rp ,- dengan asumsi bunga yang diambil dari setiap pinjaman adalah sebesar 30%. Penerimaan sebesar itu di kalangan komunitas bakul pasar Bantul sudak masuk

78 65 dalam strata ekonomi menengah. Informasi mengenai penerimaan bank plecit ini tentu saja hanya sebagian dari kenyataan. Berdasarkan dari pengamatan dan wawancara dengan para nasabah bakul pasar, ada indikasi penerimaan mereka jauh lebih tinggi dari apa yang mereka sampaikan dalam wawancara. Gambar 17 Seorang Bank Plecit Sedang Bertransaksi Dengan Nasabah Bakul Pasar Profesi nasabah bank plecit yang terbesar adalah bakul pasar, ini bisa dilihat dari aktivitas mereka yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam sehari untuk mengunjungi nasabah-nasabahnya di pasar Bantul pada pagi hari dan sore hari. Sedangkan sisa waktu pada sela-sela istirahat siang dipergunakan untuk mengunjungi nasabah-nasabah di luar pasar yaitu penduduk di sekitar pasar Bantul. Disamping itu hasil wawancara dengan beberapa bank plecit juga membenarkan pernyataan tersebut. Adapun yang menjadi alasan mereka lebih memilih bakul pasar menjadi nasabahnya adalah karena bakul pasar hampir dapat dipastikan kehadirannya setiap hari di pasar, selain itu profesi ini selalu memegang uang cash dari hasil berdagang (cash flow tinggi). Pernyataan yang mendukung pendapat ini adalah seperti disampaikan oleh Ibu G pada suatu kesempatan, sebagai berikut : Secara umum saya percaya pada kejujuran para bakul pasar dan mereka bisa dipercaya menjadi nasabah saya. Tentu saja, ada satu dua

79 66 beberapa yang terlambat dengan cicilannya dan hampir tidak ada yang sampai ngemplang sama sekali tidak mengembalikan. Ketika hal ini terjadi, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Jika hal ini saya laporkan polisi, akan semakin menyulitkan usaha saya, karena aktivitas saya adalah ilegal dan tidak disukai pemerintah. Dari Pengalaman saya selama menjadi bank plecit di pasar Bantul, saya bisa mengatakan bahwa 95% nasabah mengembalikan pinjaman pada waktunya, sisanya 4% sering bermasalah. Ini saya anggap sebagai resiko yang harus ditanggung. Dan kurang dari 1% tidak mengembalikan pinjaman alias ngemplang. Dari perspektif bakul pasar sendiri, sebenarnya berhubungan dengan bank plecit adalah karena kondisinya yang tidak mungkin lagi berhubungan dengan kelembagaan keuangan formal seperti bank formal, dan bank plecit merupakan pilihan terakhir apabila sumber-sumber lain tidak mungkin lagi memberinya pinjaman. Hal ini menunjukkan adanya unsur keterpaksaan karena tidak dimilikinya akses kepada kelembagaan keuangan formal yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, ada pendapat di kalangan bakul pasar bahwa berhubungan dengan bank formal adalah suatu hal yang tidak mungkin dijangkau oleh kalangan bawah seperti bakul pasar. Kedua, syarat-syarat administratif yang ditetapkan oleh bank formal cukup membuat bakul pasar berpikir dua kali untuk meminjam uang di bank formal. Ketiga, tidak adanya petugas khusus dari bank formal yang menangani kredit murah tanpa agunan bagi bakul pasar dan memilih pasif menunggu di belakang meja teller. Dari sudut pandang yang berbeda yaitu dari perspektif bank plecit, bahwa orang yang telah menerima bantuan dari bank plecit akan merasa hutang budi sehingga wajib mengembalikan bantuan tersebut suatu saat. Hal ini sesuai dengan pepatah Jawa bahwa hutang uang bisa dilunasi, hutang budi dibawa mati. Secara tidak langsung, budaya ini diterjemahkan oleh para bank plecit untuk mendukung operasi mereka dan meningkatkan optimalisasi profit. Pola hubungan yang terjadi antara bank plecit dan nasabah adalah faktor utama yang paling menentukan kemudahan-kemudahan atau fasilitas yang akan diberikan bank plecit kepada nasabahnya. Nasabah yang mempunyai hubungan baik atau reputasi yang baik sebelumnya akan mendapat kemudahan-kemudahan misalnya akan memperoleh kredit dalam jumlah besar dan jangka panjang, bunga rendah dan tidak perlu menyediakan jaminan. Sebaliknya, nasabah yang belum memiliki akses terhadap tipe hubungan tersebut harus menerima konsekuensi-konsekuensi yang kurang menyenangkan pada saat mereka hendak meminjam uang kepada "bank plecit".

80 67 Seperti harus menyediakan jaminan barang yang senilai dengan pinjamannya dan akan segera dijualnya apabila ternyata nasabah tidak mampu lagi membayar cicilan. Ketika ditanyakan perihal Kontribusi Sosial ini, pendapat lain disampaikan oleh Mbah Kaji, salah satu tokoh religius yang menjadi panutan di kalangan bakul pasar Bantul, sebagai berikut: Seorang muslim sudah diwajibkan untuk membayar zakat, zakat fitrah ataupun sedekah. Adapun besarnya zakat, zakat fitrah dan sedekah sudah ditentukan yaitu sebesar 2,5 persen dari penghasilan sebulan. Selain itu orang-orang muslim yang memiliki barang-barang berharga seperti emas dan permata juga wajib membayar 2,5 persen dari hartanya tersebut sebagai zakat per tahun. Sedangkan zakat fitrah adalah berbentuk barang-barang natura seperti beras dan dibayarkan setiap tahun pada akhir Ramadhan. Disamping itu jika seorang muslim tidak dapat menjalankan puasa selama Ramadhan karena berhalangan semisal sakit, hamil, atau sedang menempuh perjalanan jauh maka ia juga harus menyumbangkan sejumlah uang kepada orang miskin sesuai dengan jumlah hari dimana ia tidak dapat menjalankan puasanya. Sedekah adalah kontribusi finansial sukarela untuk membantu anggota masyarakat yang miskin dengan jumlah tergantung kebaikan hati orang tersebut. Berdasarkan data dari Kecamatan Bantul, sebagian besar masyarakat Bantul (94,6%) adalah muslim sehingga norma-norma agama sangat kental dan mewarnai segala bidang kehidupan masyarakat Bantul. Untuk menjaga hubungan baik dengan nasabah, bank plecit kerap kali melakukannya dengan empati yang ditunjukkan dengan bentuk-bentuk kepedulian sosial. Misalnya ada nasabah yang sedang mempunyai hajatan atau sedang ditimpa musibah ia akan datang untuk memberikan sumbangan uang. Bagi bank plecit, uang sejumlah Rp ,- sampai dengan Rp ,- adalah buka n jumlah yang berarti, karena sebenarnya nilai tersebut sudah masuk dalam kalkulasi nilai yang bisa diperolehnya dari nasabah yang bersangkutan. Jadi nilai tersebut bukanlah uang yang akan hilang. Akan tetapi sebaliknya, bank plecit akan memperoleh beberapa manfaat. Pertama, nasabah akan semakin tergantung dan tidak mungkin meninggalkanya. Kedua, nilai tersebut adalah termasuk dalam komponen biaya sosial yang harus dibayar untuk memperbaiki stereotype bank plecit sebagai lintah darat. Dengan demikian bank plecit menyadari betul bahwa sumbangan-sumbangan tadi bukan hanya semata-mata untuk menunjukkan kepedulian sosialnya, akan tetapi

81 68 lebih dari itu juga memiliki efek samping ekonomi yang positif yaitu sebagai instrumen konsolidasi hubungan pinjam meminjam uang. Pak Tarno adalah seorang bakul gudeg yang asli Bantul memiliki sebuah los kecil khusus makanan di tengah pasar. Ia telah berkeluarga dan mengelola warung bersama isterinya. Pak Tarno berpendapat bahwa: Menawi babagan mbang-sinumbang punika sampun dados adat tradisi mas, lan pun jagi dumugi sepriki malah asring sanget blonjo kagem nyumbang langkung ageng tinimbang blonjo dapur. Amargi kados makaten menika mujudaken raos peduli dateng sesami lan dados lambang pasederekan ing antawisipun bakul pasar wonten mriki. Masalah sumbangan-sumbangan di antara bakul pasar memang sudah menjadi tradisi dan tetap terjaga hingga saat ini dan seringkali anggaran untuk sumbangan sosial ini lebih besar daripada anggaran dapur seharihari. Karena hal seperti itu menunjukkan kepedulian dan persaudaraan di antara bakul pasar. Hubungan personal antara bank plecit dan bakul pasar mempresentasikan sebuah kontrol sosial. Ini terlihat pada saat bakul pasar belum bisa mengembalikan cicilan akan ditunggu sampai punya uang, untuk menghindari cap serakah yg akan diberikan kepada bank plecit apabila terlalu menekan nasabah. Sedang Nasabah juga akan selalu berusaha untuk tidak `ngemplang` supaya tidak mendapat sangsi sosial berupa black list oleh bank plecit, dan rasa tidak nyaman lagi di lingkungannya karena dikucilkan sesama bakul pasar. Disamping itu bank plecit selalu berusaha membantu nasabah yang punya hajat dengan ikut `nyumbang`, sehingga ini mencerminkan simbol modal budaya karena untuk tujuan memperkuat hubungan dengan nasabah. Keberadaan Bank Formal dengan bunga rendah, disamping membantu para bakul pasar, ternyata juga menyediakan tambahan modal bagi praktek bank plecit. Proses ekonomi tersebut dideskripsikan sebagai pembagian keuntungan dan resiko antara bank formal dengan bank plecit. Dapat ditarik kesimpulan dari pola hubungan ini bahwa antara bank formal dan bank plecit terjadi kompetisi dalam hal nasabah namun ada kerjasama dalam hal distribusi kredit di pasar Bantul.

82 Resiprositas antara Bakul Pasar dan Bank Pasar Sebagai sebuah kelembagaan keuangan milik Pemerintah Kabupaten, Bank Pasar memiliki tugas utama untuk melayani kredit skala mikro bagi bakul pasar. Meskipun demikian pada kenyataannya Bank Pasar lebih banyak melayani kredit bagi Pegawai Negeri Sipil, disamping juga melayani kredit dari masyarakat strata bawah yang juga bekerja di pasar seperti para buruh, tukang becak dan sebagainya. Keunggulan yang ditawarkan oleh Bank Pasar adalah tingkat bunga yang rendah (1,5% per bulan). Secara umum dapat disimpulkan bahwa bank-bank formal selalu gagal untuk mengembangkan pola-pola hubungan personal dengan nasabah bakul pasar, bukan hanya karena prosedurprosedur birokratisnya saja tetapi juga disebabkan oleh otoritas kepegawaian yang ditunjukkan oleh karyawan bank pasar. Pendekatan yang diterapkan oleh bank pasar dalam mensosialisasikan kreditnya adalah pendekatan yang bersifat kaku dan berdasarkan pada rasionalitas ekonomi bank. Bank Pasar dalam operasinya sangat dipengaruhi logika-logika efisiensi sebuah bank dimana mereka lebih memilih untuk melayani debitur dalam jumlah kecil namun dalam nominal kredit yang besar daripada nasabah dalam jumlah besar namun nominal kreditnya kecil-kecil. Sehingga kredit bank biasanya terbatas pada minoritas nasabah strata atas dan menengah yang lebih bisa menerima prosedur bank yang berbelit-belit Analisis SWOT Dari ketiga stakeholder yaitu bakul pasar, bank plecit dan bank pasar masing-masing telah dilakukan wawancara individual dan diberikan kuesioner isian untuk menggali informasi mengenai faktor internal dan eksternal. Teknik wawancara dilakukan karena analisis SWOT hampir selalu dibuat berdasarkan pendapat responden yang jumlahnya cukup proporsional. Sedangkan pembuatan kuesioner adalah terutama untuk menentukan bobot dan urgensinya. Faktor-faktor tersebut selanjutnya akan dianalisis secara kuantitatif. Pembobotan disini bermaksud menilai berat tidaknya permasalahan yang dihadapi stakeholder. Semakin besar nilai bobot, berarti makin berat permasalahan yang harus diselesaikan. Total bobot analisis internal adalah 1,00 karena dianggap sebagai satu kesatuan yang utuh dan sudah dilakukan upaya standarisasi. Selain bobot, faktor-faktor internal dan eksternal juga diukur tingkat urgensinya.

83 70 Hal ini untuk menentukan penting atau tidaknya permasalahan dari segi waktu penanganannya. Semakin segera harus ditangani maka tingkat urgensinya semakin besar. Untuk menentukan mana kategori yang masuk Strength, dipilih bila ratarata baris lebih besar dari rata-rata kolom untuk kuesioner faktor internal. Untuk menentukan Weakness, dipilih yang rata-rata baris lebih kecil dari rata-rata kolom untuk kuesioner internal. Hal yang sama berlaku untuk analisis eksternal. Untuk menentukan mana yang tergolong opportunity, maka dipilih yang rata-rata baris lebih besar dari rata-rata kolom pada kuesioner eksternal. Berikutnya untuk menentukan threat, dipilih yang rata-rata barisnya lebih kecil dari rata-rata kolom untuk kuesioner eksternal. Pada waktu dilakukan pembobotan yang diolah kemudian, maka bobot rata-rata baris ini dikurangi dengan rata-rata kolom (distandarisasikan) dalam harga mutlak sehingga tidak ada nilai yang negatif. Kemudian bobot ini dikalikan dengan urgensinya. Gambar 18 Wawancara Dengan Ketua Paguyuban Bakul Pasar Metode pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif adalah melalui wawancara dan pembagian kuesioner bagi responden bakul pasar dilakukan di berbagai lokasi, mulai dari tempat berjualan, warung makan, tempat parkir atau rumah responden. Pengkaji berhasil mewawancarai 30 orang responden bakul

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan melihat kondisi perekonomian yang tidak menentu sekarang ini, maka semua orang berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Dalam kehidupan sehari-hari setiap

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN (Kasus di Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung) ERNA SUSANTY SEKOLAH PASCA SARJANA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nurul Hidayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN 136 PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA) DJULI SUGIARTO

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2005

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

hampir selalu merujuk pada maksimalisasi profit. Perekonomian yang telah mendominasi kehidupan sosial membuat segala sesuatunya dinilai dengan

hampir selalu merujuk pada maksimalisasi profit. Perekonomian yang telah mendominasi kehidupan sosial membuat segala sesuatunya dinilai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan manusia yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya atau bersifat ekonomi terlihat jelas di era persaingan dan perdagangan bebas saat ini, dimana

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang: a. bahwa Pasar Desa, yang diatur dalam

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH Merza Gamal SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Latar Belakang Krisis di Indonesia berlangsung panjang, karena Indonesia memiliki faktor internal yang kurang menguntungkan. Faktor internal tersebut berupa konflik kebangsaan, disintegrasi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan praktek-praktek yang telah dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG ASEP AANG RAHMATULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam. Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di

BAB V KESIMPULAN. A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam. Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di BAB V KESIMPULAN A. Melihat Pola Relasi Rentenir dan Pedagang Pasar Tradisional dalam Kacamata Patron-Klien Rentenir pasar merupakan sebuah fenomena yang nyata adanya di lingkungan pasar Wates. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini tingkat persaingan bisnis di Indonesia semakin meningkat ditandai dengan adanya globalisasi bisnis yang menyebabkan perusahaan banyak membutuhkan

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter yang mampu merubah perekonomian menjadi sangat terpuruk. Hal ini berakibat kepada perusahaanperusahaan yang ada

Lebih terperinci

Pidato Sambutan Pencanangan Gerakan Indonesia Menabung dan Peluncuran Produk TabunganKu Jakarta, 20 Februari 2010 Pjs Gubernur Bank Indonesia

Pidato Sambutan Pencanangan Gerakan Indonesia Menabung dan Peluncuran Produk TabunganKu Jakarta, 20 Februari 2010 Pjs Gubernur Bank Indonesia Pidato Sambutan Pencanangan Gerakan Indonesia Menabung dan Peluncuran Produk TabunganKu Jakarta, 20 Februari 2010 Pjs Gubernur Bank Indonesia Yang saya hormati, - Bapak Presiden Republik Indonesia dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses adaptasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Untuk dapat bertahan hidup di dalam lingkungannya manusia harus mampu beradaptasi. Proses adaptasi satu dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya Sebagai suatu badan usaha, BMT dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentu ingin mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memelihara kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang

Lebih terperinci

Bab Delapan Kesimpulan

Bab Delapan Kesimpulan Bab Delapan Kesimpulan Hasil temuan lapangan dari penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, LKMS di Jawa Tengah mengalami perkembangan yang positif pada tahun 2009-2014, hal ini dikarenakan jumlah lembaga

Lebih terperinci

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q II. TINJAUAN PUSTAKA Setiap pedagang berusaha untuk memaksimalkan laba usaha dagangnya. Untuk mencapai hal tersebut maka pedagang perlu menambah modal untuk memperbanyak jenis maupun jumlah dagangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

KREDIT TANPA JAMINAN

KREDIT TANPA JAMINAN KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasabah yang meningkat, menjadi alasan tingginya eskalasi persaingan antar bank.

BAB I PENDAHULUAN. nasabah yang meningkat, menjadi alasan tingginya eskalasi persaingan antar bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bisnis perbankan di Indonesia berkembang dengan pesat. Salah satunya disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan fungsi bank dalam aktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BENGKAYANG, bahwa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Bank Plecit Bank plecit merupakan koperasi simpan pinjam yang memberikan tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan menggunakan sumber daya yang

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SALINAN BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN PASER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASER, Menimbang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SOUVENIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan bermunculan bank-bank umum syariah maupun unit usaha syariah yang dimiliki oleh bank-bank konvensional.

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI MERGER BPR BKK SE-KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS EFISIENSI MERGER BPR BKK SE-KABUPATEN SRAGEN ANALISIS EFISIENSI MERGER BPR BKK SE-KABUPATEN SRAGEN TESIS Oleh VERONICA KRISNI DAMAYANTI NIM : P 10030038 Program Studi : Magister Manajemen Konsentrasi : Manajemen Keuangan PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejolak ekonomi yang terjadi baik di dunia maupun di Indonesia memaksa pemerintah untuk bekerja lebih keras dalam memantau pertumbuhan ekonomi guna mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Sektor Informal Konsep sektor informal berawal dari prakarsa seorang ahli antropolog asal Inggris yaitu Keith Hart, melalui studinya setelah mengamati

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan adanya krisis ekonomi yang telah melanda

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Industri kuliner memiliki fungsi penting dalam pembangunan ekonomi terutama bagi perempuan di pedesaan. Studi dari Desa Ngawu menunjukkan bahwa usaha ini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha mikro dan informal merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang pernah

Lebih terperinci

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN TENTANG : PENGELOLAAN PASAR KAMPUNG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN TENTANG : PENGELOLAAN PASAR KAMPUNG BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN TENTANG : PENGELOLAAN PASAR KAMPUNG BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG/KELURAHAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA ( Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah ) RAHMAT IMAM SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 Menimbang TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, : a.

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang mulai terjadi tahun 1997 lalu masih menyisakan banyak permasalahan, khususnya bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Usaha besar para konglomerat semakin

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian Kredit merupakan suatu perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Pasal 1338 KUHPerdata berbunyi semua perjanjian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling

I. PENDAHULUAN. Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dalam aktifitas perekonomian masyarakat modern. Dimensi baru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus berdampak kurang

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan perekonomian Indonesia tidak terlepas dari peran perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediate atau lembaga yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori UKM Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha

Lebih terperinci

STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO

STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO (Kasus LKMS BMT KUBE SEJAHTERA Unit 20, Sleman-Yogyakarta) Oleh DIAN PRATOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA 21 Desember 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 2/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA

DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP KINERJA SEKTOR RIIL DI INDONESIA LIRA MAI LENA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2 0 0 7 ABSTRAK Lira Mai Lena. Dampak Kebijakan Moneter terhadap Kinerja Sektor

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN KAPUAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

STUDI PELAKSANAAN KREDIT PERBAIKAN RUMAH SWADAYA MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI PELAKSANAAN KREDIT PERBAIKAN RUMAH SWADAYA MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR STUDI PELAKSANAAN KREDIT PERBAIKAN RUMAH SWADAYA MIKRO SYARIAH BERSUBSIDI DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: LATIFAH HANUM A. M. L2D 005 372 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP PERKEMBANGAN PD. BKK KARTASURA. (Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Kredit PD.BKK Kartasura)

PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP PERKEMBANGAN PD. BKK KARTASURA. (Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Kredit PD.BKK Kartasura) PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP PERKEMBANGAN PD. BKK KARTASURA (Tinjauan Yuridis Mengenai Perjanjian Kredit PD.BKK Kartasura) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan perkembangan UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara, sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci