3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai
|
|
- Benny Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan Dari uraian-uraian dan analisis data di atas, pe nelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang Pancasila yang diberikan mela lui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang terdapat di SMA, belum sepenuhnya dikuasai oleh anak di dik. Kemampuan anak didik dalam menguasai pengetahuan tentang Pancasila berada pada taraf (tingkat) sedang, terbatas pada kemampuan yang memberikan nilai (angka) cukup. Anak didik tahu tentang Pancasila, namun mereka kurang memahami dan mendalami nilai-nilai moral yang terkandung di dalam Pancasila. 2. Dengan mengikuti Pendidikan Moral Pancasila (PMP), tidak berarti anak didik memiliki tingkat pemahaman ten tang Pancasila yang tinggi. Tingkat pemahaman tentang Pancasila yang dimiliki anak didik di SMA relatif ren dah, dibandingkan dengan tingkat pemahaman yang seharus nya dimiliki oleh setiap warga masyarakat Indonesia. Anak didik memiliki tingkat pemahaman tentang Pancasila yang kurang memadai untuk menyatakan bahwa Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di SMA telah berhasil mengembangkemampuan kognitif anak didik tentang Pancasila. 3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai 145
2 146 moral Pancasila yang memadai bagi usaha melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai moral Pancasila dalam kehidupan nyata sehari-hari. Mereka kurang menghayati dan kurang mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila da lam memilih atau menentukan suatu tindakan atau perbu atan yang akan dilakukan. Anak didik cenderung untuk ragu-ragu (tidak tahu), bahkan mungkin akan memilih tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila. 4. Kecenderungan perilaku anak didik, belum mencerminkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral Pancasila. Ada kecenderungan anak didik di SMA, melaku kan tindakan atau perbuatan atas dasar untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan kolektif (masyarakat) seperti yang dianjurkan oleh Pancasila, tidak raendasari pilihan anak didik dalam menentukan tindakan yang pantas atau patut untuk dilakukan. 5. Kecenderungan-kecenderungan perilaku yang diperlihatkan oleh anak didik di SMA, tidak memadai untuk menyatakan bahwa Pendidikan Moral Pancasila (PMP) telah berhasil mengembangkan kemampuan afektif dan kemampuan psikomotor anak didik. Mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) masih belum berhasil mendorong anak di dik agar mau bertindak atau mau berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila.
3 Ada hubungan yang nyata (signifikan) dan fungsio nal antara pemahaman tentang Pancasila yang dimiliki anak didik di SMA dengan kecenderungan perilaku mereka sebagai warga masyarakat Indonesia. Kecenderungan-ke cenderungan perilaku anak didik yang ragu-ragu (tidak tahu), dan bahkan cenderung negatif, karena rendahnya atau kurangnya pemahaman anak didik tentang nilai-nilai moral Pancasila. Sebaliknya, jika pemahaman tentang Pancasila yang dimiliki anak didik berada pada taraf tinggi, ada kecenderungan anak didik berperilaku posi tif dalam kehidupannya sehari-hari sebagai warga masya rakat Indonesia. Di samping kesimpulan-kesimpulan di atas, secara umum dan teoritis dapat disimpulkan pula: bahwa, "peri laku anak didik sebagai warga masyarakat Indonesia di pengaruhi oleh pemahaman mereka tentang nilai-nilai dan moral Pancasila." Pemahaman anak didik tentang nilainilai moral Pancasila, secara formal dalam pendidikan sekolah, dapat dikembangkan melalui mata pelajaran Pen didikan Moral Pancasila (PMP). B. Saran-saran Berdasarkan uraian-uraian teoritis, analisis da ta dan kesimpulan di atas, penelitian ini dapat meng ajukan beberapa saran sebagai berikut:
4 Kehidupan moral merupakan kehidupan yang meng ikuti peraturan-peraturan, menurut kebiasaan-kebiasaan kolektif (masyarakat). Untuk masyarakat Indonesia, seca ra keseluruhan dan umum, peraturan-peraturan itu bersum ber dari nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Moral Panca sila (PMP) bertujuan, memberikan pengertian, pengetahu an dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah; menanamkan pola berpikir yang sesuai dengan Pancasila dan watak ke-indonesiaan; menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik; menggugah kesadaran mereka sebagai warga negara dan masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral Pancasila; dan memberikan motivasi gar dalam seti ap tingkah lakunya bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai Pancasila (Depdikbud, 1986: 1). Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan melalui Pendidikan Moral Pan casila (PMP) masih tetap diperlukan dan dipertahankan dalam usaha mengembangkan kemampuan dan kematangan moral anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat In donesia. Namun demikian, pendidikan moral (khususnya Pendidikan Moral Pancasila) tidak dapat dibatasi secara ketat dalam jam pelajaran di kelas saja. Pendidikan mo ral tidak terikat pada saat tertentu, melainkan berlang sung setiap saat (Taufik Abdullah & Van der Leeden, 1986: 254). Oleh karena itu, Pendidikan Moral Pancasila
5 149 (PMP) harus dipadukan dengan seluruh kehidupan sekolah, sebagaimana moralitas sendiri terjalin dalam seluruh jaringan-jaringan kolektif (masyarakat). 2. Agar pengetahuan Pancasila yang disajikan melalui Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dapat dimengerti, dipahami dan didalami oleh anak didik serta menggugah me reka untuk mau menghayati dan mengamalkannya dalam ke hidupan sehari-hari, maka dalam pelaksanaannya Pendi dikan Moral Pancasila (PMP) hendaknya senantiasa mem perhatikan hal-hal seperti berikut: a. Kemampuan dan kesiapan mengajar guru-guru mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Hal itu mencakup: (1) penguasaan materi pel ajaran, (2) penguasaan strategi dan metode mengajar dalam pelajaran PMP, (3) penguasaan penggunaan alat bantu pelajaran yang tepat, (4) kemampuan membangkitkan minat, motivasi dan kesediaan anak didik untuk *mau mengikuti pelajaran PMP, (5) penguasaan menggunakan tek nik dan prosedur penilaian kemampuan dan kema juan anak didik dalam PMP. b. Minat, motivasi, kesediaan dan kesungguhan anak didik mengikuti pelajaran Pendidikan Mo ral Pancasila (PMP). c. Lingkungan, baik yang secara langsung maupun
6 150 yang tak langsung dapat mempengaruhi keberha silan Pendidikan Moral Pancasila. Hal itu men cakup: suasana kehidupan di sekolah dan di ru mah (keluarga). Perilaku guru-guru di sekolah, penegakkan disiplin dan lain sebagainya, hendaknya sesuai dengan nilai-nilai moral Panca sila. Begitu pula halnya di dalam keluarga, sehingga anak didik mau menerima apa yang di ajarkan di sekolah sebagai suatu nilai-nilai yang memang harus ditegakkan. 3. Diketahui bahwa tujuan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) bukan hanya untuk mengembangkan kemampuan kogni tif anak didik, melainkan ditekankan pada pengembangan kemampuan afektif dan psikomotor, sehingga anak didik memiliki pengetahuan tentang Pancasila, memiliki sikap dan bertindak atau berbuat sesuai dengan nilai-nilai mo ral Pancasila. Untuk itu, penilaian kemajuan belajar anak didik bukan hanya dengan menggunakan tes (soal-so al) Pendidikan Moral Pancasila. Melainkan juga mengguna kan perangkat-perangkat penilaian yang dapat menilai si kap dan perbuatan anak didik, seperti skala sikap, laporan tugas dan catatan pengamatan terhadap tingkah la ku anak didik sehari-hari di sekolah. Setiap guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP), hendaknya menilai kemampuan dan kemajuan anak didik
7 151 dalam segi pengetahuan, sikap dan perbuatannya, dengan menggunakan perangkat penilaian yang cocok untuk tiap aspek yang dinilai. Angka-angka (nilai) untuk rapor, yang menentukan anak didik lulus dalam mata pelajaran PMP, merupakan hasil penilaian untuk ketiga segi (as pek) penilaian di atas. Dengan demikian, anak didik cenderung untuk senantiasa menghayati dan mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila. Dalam arti, setiap tindak an atau perbuatan anak didik sehari-hari di sekolah dan di masyarakat akan mencerrainkan nilai-nilai moral Pan casila. 4. Kecenderungan perilaku anak didik yang ragu-ragu (tidak tahu), dapat ditingkatkan menjadi positif dengan meningkatkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai moral Pancasila. Penelitian ini menemukan adanya hubungan fungsional yang linier antara pemahaman Pancasila dengan kecenderungan perilaku anak didik. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecenderungan perilaku anak di dik, pertama. dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman anak didik tentang Pancasila. Dengan kata la in, untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila, anak didik harus tahu dan memahami ni lai-nilai moral Pancasila, tahu dan memahami batas-batas tindakan dan perbuatan yang dianggap sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila. Kemudian, kedua, dengan
8 52 pemahaman yang dimiliki itu, dianjurkan untuk mentaati peraturan yang telah ditetapkan, mentaati nilai-nilai moral Pancasila. Untuk dapat bertindak dan berbuat se suai dengan nilai-nilai Pancasila, anak didik membiasakan diri dan harus bertindak dan berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila. Akhirnya, kebiasaan-kebia saan itu mendorong mereka untuk bukan hanya sekedar harus berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasi la, melainkan mereka mau berbuat sesuai dengan nilainilai moral Pancasila. 5. Pengembangan kemampuan anak didik, baik dalam se gi kognitif, maupun dalam segi afektif dan psikomotornya, dapat dilakukan oleh guru Pendidikan Moral Panca sila (PMP) dengan menggunakan strategi belajar-mengajar yang melibatkan semua anak didik di kelasnya. Keterlibatan itu, untuk mendiskusikan masalah-masalah yang di anggap aktual dan relevan dengan perabahasan materi pel ajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam situasi diskusi itu, anak didik dapat dibangkitkan motivasinya untuk memikirkan, memahami dan mendalami materi atau masalah yang dibahas, yang pada gilirannya membangkitkan kesadaran mereka untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam materi yang diba has itu. Di samping itu, dalam situasi diskusi, guru
9 153 dapat mengetahui: tingkat pemahaman anak didik tentang nilai-nilai moral Pancasila, tingkat perkembangan moral atau kematangan moral anak didik, dan kecenderungankecenderungan perilaku anak didik. Memang, kegiatan se perti itu, sulit untuk dilaksanakan oleg seorang guru. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki dalam kemampuan, kesiapan dan waktu pelajaran, menuntut guru untuk meng ambil jalan yang mudah dan ringan dikerjakan, seperti: mengajar dengan metode ceramah dan tanya jawab, menilai kemajuan belajar anak didik dengan perangkat tes (soalsoal ujian). Namun untuk mengefektifkan PMP sebagai su atu pendidikan moral, yaitu pendidikan yang ditekankan pada pengembangan moral anak didik, maka kegiatan-kegiatan yang mengembangkan ketiga aspek kemampuan di atas, patut untuk dilakukan. Oleh karena itu, setiap guru. Pen didikan Moral Pancasila (PMP) dituntut untuk memiliki wawasan yang luas tentang berbagai masalah kehidupan masyarakat Indonesia, memiliki penguasaan materi yang memadai dan memiliki kemampuan mengajar yang memadai untuk suatu pendidikan moral. 6. Penelitian ini hanya menemukan sebagian kecil penentu perilaku anak didik (khususnya perilaku moral), dan melihat keberhasilan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dari dua variabel saja. Oleh karena itu, diperlu kan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasikan
10 154 penentu-penentu yang lain dari perilaku anak didik dan variabel-variabel lain yang raendukung keberhasilan Pen didikan Moral Pancasila. Masalah-masalah yang perlu diteliti lebih Ianjut, sebagai berikut: a. Kemampuan dan kesiapan mengajar guru-guru ma ta pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). b. Sikap anak didik terhadap pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP). c. Peranserta anak didik dalam kegiatan seharihari di sekolah dan di masyarakat, atau tin dakan nyata (perilaku overt) anak didik seha ri-hari di sekolah dan di masyarakat. C. Penutup Demikian, beberapa kesimpulan dan saran yang da pat dikemukakan dalam penelitian ini. Jika ada kritik dan tanggapan yang dilontarkan terhadap analisis yang melahirkan kesimpulan dan saran-saran di atas, tentu karena analisis tersebut tidak lengkap menurut orang lain. Memang analisis yang lebih mendalam akan memung kinkan untuk melihat unsur-unsur dan aspek-aspek lain yang belum diketahui dan dikaji oleh penulis. Oleh ka rena itu, penulis sama sekali tidak menganggap bahwa kesimpulan dan saran-saran di atas bersifat mutlak dan tertutup rapat. Sebaliknya, kesimpulan itu hanyalah
11 155 sekedar pendekatan sementara tentang kajian keberhasil an Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dalam mengembangkan kemampuan kognitif (pengetahuan), kemampuan afektif (sikap), dan kemampuan psikomotor (perbuatan) anak di dik sebagai warga masyarakat dan earga negara Indonesia. Meskipun pendekatan tersebut kurang sempurna, namun te lah memungkinkan penulis untuk menemukan beberapa hal tentang Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan kecende rungan perilaku anak didik.
orang lain yang berbeda dengan dirinya, mau bekerja sama
BAB I PERMASALAHAN A. Rumusan Masalah serta Pemikiran yang Melatarbelakanginya Manusia adalah mahluk pribadi sekaligus juga mahluk sosial. la lahir, dibesarkan dan mati di dalam ling kungan sosialnya.
Lebih terperincisebagai suatu bangsa, Perbedaan-perbedaan di antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Masyarakat Indonesia Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, yaitu masyarakat yang terdiri dari beragam suku bangsa, kebudayaan, kepercayaan
Lebih terperinciP4 merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila dengan peranan Pancasila sebagai r>edoman tiiigo
BAB I PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang sangat diperhatikan dalam pembangunan pendidikan di Indonesia edalah pendidikan Pancasila. Hal ini sudah sewajarnya, karena pendidik an
Lebih terperincibangan filsafat, pandangan hidup, dan situasi suatu bangsa. Oleh karena itu, sejak Proklamasi Kemerdekaan, Kurikulum
BAR V RANGKUMAN., KESIMPULAN, DAN SARAN A. RANGKUMAN Perkembangan kurikulum tidak dapat lepas dari perkem bangan filsafat, pandangan hidup, dan situasi suatu bangsa. Oleh karena itu, sejak Proklamasi Kemerdekaan,
Lebih terperincicasila secara benar; metode yang digunakan hanya meng
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesirapulan Penelitian ini akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa ada empat karakteristik proses belajar meng ajar penataran P4,.yaitu: kognitif, deduktif, quasi dialog, dan
Lebih terperinciPopulasi dalam penelitian ini adalah hasil belajar. demokrasi, persepsi siswa tentang sikap orang tua dalam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam bidang studi Pendidikan Moral Pancasila aspek demokrasi, persepsi siswa tentang sikap
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,
PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG LAGU MARS DAN HYMNE KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka membangkitkan semangat kebersamaan persatuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merosotnya moralitas bangsa terlihat dalam kehidupan masyarakat dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, kesetiakawanan sosial (solidaritas),
Lebih terperincipakan rangsangan yang dapat mempengaruhi perkem
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Asumsi-asumsi Penelitian ini berasumsi sebagai berikut: 1. Pengetahuan (informasi) tentang sesuatu objek meru pakan rangsangan yang dapat mempengaruhi perkem bangan kognisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar erat kaitannya dengan pelaksanaan pendidikan. Pendidikan pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar erat kaitannya dengan pelaksanaan pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang berlangsung
Lebih terperincipada dasarnya merupakan jawaban terhadap pertanyaan-per
BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN ULASAN KETERBATASAN PENELITIAN" Bab V ini adalah sebagai bab terakhir, menyajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian. Kesimpulan tersebut pada dasarnya merupakan jawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat. Pendidikan berlangsung seumur
Lebih terperincipendidikan/pengajaran dilihat dari perhitungan ber
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengkajian terhadap data lapangan, mengadakan diskusi tentang hasil penelitian ke mudian membandingkannya dengan landasan konsep teori yang relevan
Lebih terperincilevan dengan dokumen Kurikulum Elektronika Komuni-
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung maupun Kurikulum
Lebih terperinciBertolak dari hasil penelitian dan dilengkapi
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Bertolak dari hasil penelitian dan dilengkapi dengan temuan-temuan penelitian di atas, setelah diadakan analisis terhadap data tersebut, maka penulis merumuskan
Lebih terperincibelajar yaitu dengan sistem belajar modul
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Mahasiswa Universitas Terbuka Sejak berdirinya Universitas Terbuka sebagai lembaga pendidikan tinggi negeri yang -ke-45 di Indonesia, dalam perjalanannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan
Lebih terperincipenelitian dan pembahasannya. Maka dapat ditarik kesimpulan
BAB V P E H U T U P A. K S.imp-U.l.a.o_ Proses belajar mengajar yang dilaksanakan merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa baik aspek kognitif maupun afektif. Dengan diperolehnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang berfungsi sebagai tempat proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatan prestasi belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan modal utama untuk seseorang yang harus ditingkatkan dalam rangka melaksanakan pembangunan suatu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting. Semua orang dari kalangan mana pun akan membenarkan pernyataan ini. Berbekal pendidikan yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung secara terus menerus dan kontinu sepanjang hayat ke arah membina manusia atau peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi menghantarkan suasana kehidupan semakin rumit, cepat berubah, dan sulit diprediksi. Kondisi ini membawa dampak persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana pengembangan potensi diri dalam meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu memberi dampak pada lembaga
Lebih terperinciPEMETAAN TUGAS PERKEMBANGAN, RUMUSAN KOMPETENSI, MATERI PERKEMBANGAN DAN INDIKATOR BIMBINGAN DAN KONSELING
KLS SMT TUGAS PENGEMBANGAN RUMUSAN KOMPETENSI BIDANG BIMBINGAN MATERI PERKEMBANGAN INDIKATOR PENCAPAIAN VII I Mengembangkan pengetahuan Mampu belajar secara optimal Bimbingan Belajar Belajar efektif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
Lebih terperincidiartikan bahwa perguruan tinggi swasta
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar belakang masalah Pendidikan tinggi swasta merupakan salah satu sub sistem pendidikan yang raemegang peranan penting dalam pembangunan nasional, mengingat bahwa
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN GLOBALISASI DUNIA SAAT INI
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN GLOBALISASI DUNIA SAAT INI Oleh: REGU B NUSA I: Anggota: 1. DR. Supriyoko, M.PD 1458 2. Drs. Helmi Jamharis 1459 3. Dra. Laksmi Widiyati 1461 4. Drs. Mansyur, MS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan suatu jawaban atas berbagai masalah yang mereka hadapi. Mencari jawaban tersebut tidaklah mudah, manusia harus
Lebih terperinciResume Diagnosti kesulitan Belajar
Resume Diagnosti kesulitan Belajar Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau atau mencapai prestasi yang semestinya. Ia diprediksi akan dapat mengejakannya atau mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah sepanjang hayat hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak lepas dari suatu istilah belajar dan mengajar. Artinya bahwa pendidikan mempunyai keterkaitan antara kedua istilah tersebut. Pendidikan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik melalui proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperoleh berbagai ilmu berupa pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan seseorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan dalam
Lebih terperinciBaB I PMDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini diuraikan dasar-dasar
BaB I PMDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan dasar-dasar pemikiran yang dijadikan landasan pokok dalam penulisan tesis yang berjudul "Perilaku Mengajar Guru Agama Lu - lusan Program S1 Fakultas
Lebih terperinciV. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian dan analisis
V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian dan analisis data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, penelitian ini dapat ditarik
Lebih terperinci- 1. Pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada kursusrkursus. praktek untuk memperoleh keterampilan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : - 1. Pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada kursusrkursus mengemudi kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan disekolah. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang mendapatkan jam pelajaran yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan di berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciPERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Tugas Perkembangan : Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Rumusan Kompetensi : Memahami
Lebih terperincipala BAKN No. 5/SE/1976, S.K MENPAN No. 59/1987 jo. 13A988
BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan pengkajian terhadap data lapangan hasil dari kegiatan-kegiatan pengamatan ( observasi ), penja jagan ( survai ), wawancara ( interview ) dan dokumentatif serta
Lebih terperinciDesra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IIS 2 SMA N 8 SURAKARTA TAHUN 2014/2015 Desra Putri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai negara berkembang dalam pembangunannya membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia Indonesia yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu cara dalam pembinaan sumber
Lebih terperinci2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi
Lebih terperinciNegeri 1 Kadipaten terhadap anggotanya, sebagaimana yang
BAB V KESIMPULAN DAH REKOMENDASI Pembinaan yang dilakukan para pembina PMR di SMK Negeri 1 Kadipaten terhadap anggotanya, sebagaimana yang menjadi telaah dalam peneiitian ini, secara umum telah menunjukkan
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Skripsi OLEH:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD 1945 alenia 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini akan terwujud melalui proses pendidikan
Lebih terperincipemahaman-penghayatan nilai wawasan kebangsaan oleh
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Berdasar data penelitian, interpretasi, dan pembahasan, yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dipero leh kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi
Lebih terperinciPENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah
PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA Pipin Erlina, Umi Chotimah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya email: pipinerlina6@gmail.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya unutuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam UU Sisdiknas no 20 tahun 2003, bahwa pendidikan national
Lebih terperinciKISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL
MATERI KLS INDIKATOR SOAL 1 Memahami dan menunjukkan sikap 1.2 Menjelaskan hakekat dan arti pen- Norma-norma dalam masyara- VII/I Membandingkan antara hukum PG 1 positif terhadap norma-norma ke- ting hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak
Lebih terperinciPEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Berhubungan dengan hal itu, pendidikan memiliki peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai
Lebih terperinciLove Lifts Us Up Where We Belong. A. Soehartono H.
Love Lifts Us Up Where We Belong A. Soehartono H. A. Soehartono H. SEKILAS TENTANG KACAMATA BARUKU Apakah Anda pernah atau sedang merasakan keadaan tidak nyaman, gelisah, ra gu-ragu, hilang semangat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia, dengan kata lain, kebutuhan manusia
Lebih terperinciPENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN MODEL KOOPERATIF DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 0710 ALIAGA IV
PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN MODEL KOOPERATIF DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 0710 ALIAGA IV Dermawati, S.Pd Guru SD Negeri 0710 Aliaga IV Kabupaten Padang Lawas
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru dengan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran
Lebih terperincibiasa (konvensional). Dalam hal ini, efektivitas model terlihat secara signifikan ditunjukkan dari indeks determinasi penerapan kedua model terhadap
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuannya, bahwa penerapan model simulasi sosial terbukti efektif dalam mengembangkan nilai dan sikap demokrasi siswa. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. pembelajaran PAI berbasis Kurikulum Gontor di MA Al-Mawaddah 1
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Identifikasi dan penetapan kekhususan perubahan tingkah laku dalam pembelajaran PAI berbasis Kurikulum Gontor di MA Al-Mawaddah 1 Ponorogo dan MA Al-Mawaddah 2 Blitar adalah
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Tujuan mata pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab VI, penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Desain ini sesuai dengan tuju-an penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penilitian Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Desain ini sesuai dengan tuju-an penelitian yaitu mendeskripsikan kemampuan menulis narasi siswa kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada konsep al-nas lebih ditekankan pada statusnya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia dilihat sebagai makhluk yang memiliki dorongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa adalah pendidikan. Pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan tersendiri, namun memberi sumbangannya agar tercapai tujuan lembaga pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan seseorang atau kelompok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam
Lebih terperinciDeskripsi karya Komposisi MARS UNDIKSHA
Deskripsi karya Komposisi MARS UNDIKSHA Karya : Heni Kusumawati (heni_kusumawati@uny.ac.id) NIP : 19671126 199203 2 001 Latar Belakang Penciptaan Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) merupakan institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Karakter bangsa Indonesia semakin menurun, ini ditunjukkan dengan rendahnya etika dan moralitas, dalam pendidikan ada tawuran pelajar yang sering terjadi, siswa
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I HAURWANGI CIANJUR TAHUN 2011/2012
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I HAURWANGI CIANJUR TAHUN 0/01 LENA AGUSTINA NIM. 081005 Program Studi: Pendidikan Bahasa Dan Satra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan evaluasi diharapkan dikelola dan dilaksanakan dengan baik dan berarti. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan mendidik siswanya untuk membina moral dan menjadikan warga Negara yang baik, yang diharapkan
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya, dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. edu-katif tergambarkan dengan adanya interaksi yang terjadi antar guru dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar mengajar merupakan suatu kegaitan yang bernilai edukatif, nilai edu-katif tergambarkan dengan adanya interaksi yang terjadi antar guru dengan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentukan sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan dan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seperti yang dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun 2004,
Lebih terperinciKODE M.K : STP. MATA KULIAH: PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN KREDIT : 2 SKS (1-1) TIU : Mahasiswa dapat mendiskripsikan ciri-ciri masyarakat desa
KODE M.K : STP. MATA KULIAH: PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN KREDIT : 2 SKS (1-1) TIU : Mahasiswa dapat mendiskripsikan ciri-ciri masyarakat desa Mahasiswa dapat dan mampu menerapkan dinamika masy
Lebih terperinciSurat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986
Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 DIKOTOMI SEKOLAH UMUM DAN KEJURUAN PERLU DIROMBAK Oleh : Ki Supriyoko Dalam sejarah pendidikan di negara kita terdapat sebuah
Lebih terperinci