BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakekat Konsentrasi Belajar a. Pengertian Konsentrasi Menurut asal katanya, Hakim (2003: 1) menyatakan bahwa, Konsentrasi dalam bentuk kata kerja (verb), yaitu concentrate, yang berarti memusatkan dan dalam bentuk kata benda (noun), yaitu concentration, yang berarti pemusatan. Berawal dari uraian tersebut, Hakim (2003) menambahkan bahwa konsentrasi oleh sebagian besar orang dipahami sebagai suatu proses pemusatan pikiran terhadap suatu objek. Hal ini juga disampaikan oleh Slameto (2010: 86) dengan menyatakan bahwa, Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Sejalan dengan itu, Siswanto (2007) juga menjelaskan bahwa konsentrasi memungkinkan seorang individu dalam memecahkan masalah atau persoalannya dan tidak terganggu oleh pikiran-pikiran atau hal-hal yang tidak berkaitan karena konsentrasi merupakan kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Sellers (Dewi, Rusmawati, & Ratnaningsih, 2015: 108) juga menyebutkan bahwasanya konsentrasi merupakan kemampuan untuk dapat mencurahkan perhatian untuk waktu yang relatif lama. Seorang anak dikatakan bisa berkonsentrasi jika mereka dapat memperhatikan apa yang mereka pelajari. Paparan diatas terkait konsentrasi, menunjukan bahwa konsentrasi merupakan sebuah proses pemusatan segala perhatian terhadap hal atau persoalan yang sedang dihadapi dengan mengesampingkan hal lain yang tidak berhubungan dan berlangsung dengan waktu yang relatif lama. Hal ini dapat diartikan bahwasanya seorang individu harus mengerahkan seluruh 9

2 10 perhatiannya, baik seluruh panca indera maupun fikirannya untuk fokus pada satu objek atau persoalan saja dalam jangka waktu yang relatif lama. Artinya, ketika kita mampu melakukan tindakan yang mengerahkan seluruh panca indera dan fikiran kita untuk memahami suatu objek atau menyelesaikan sebuah persoalan yang kita hadapi dengan mengesampingkan tindakan atau kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan jangka waktu yang relatif lama maka itu dinamakan konsentrasi. b. Pengertian Belajar Makmun (2007: 157) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.. Pendapat lain yang sejalan seperti Slameto (2010: 2) mengatakan, Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut beberapa pendapat diatas, belajar memang dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku, akan tetapi tidak bisa semua bentuk perubahan tingkah laku dapat dianggap belajar. Hal ini sesuai pendapat Islamuddin (2012: 161) yang menyatakan, Perubahan yang timbul karena proses belajar, sudah tentu memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas. Adapun ciri-ciri tersebut antara lain : 1) Perubahan itu intensional (sadar dan disengaja, bukan kebetulan); 2) Perubahan itu positif dan aktif (bersifat baik dan didapatkan dengan usaha); 3) Perubahan itu efektif dan fungsional (membawa pengaruh dan dapat direproduksi serta dimanfaatkan). Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwasanya belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih baik berdasarkan hasil praktik atau pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.

3 11 c. Pengertian Konsentrasi Belajar Menurut Slameto (2010: 86), Konsentrasi belajar adalah memusatkan pikiran dan perhatian pada suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan segala hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Senada dengan itu, Dimyati & Mudjiono (2009: 239) mengatakan, Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.. Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya konsentrasi belajar merupakan kemampuan seorang individu dalam memusatkan perhatiannya pada pelajaran, baik dari sisi isi bahan belajar maupun proses dalam memperolehnya, serta mampu menyaring dan mengolah informasi yang dibutuhkan serta mengesampingkan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri individu. d. Konsentrasi Belajar Anak Usia Dini Menurut Tze & Chou (2010), cara terbaik bagi siswa untuk belajar adalah dengan situasi dan kondisi yang tenang. Hasil tersebut didasarkan pada penelitian yang menguji perbedaan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan iringan musik hip hop, klasik, dan tidak memakai musik. Penelitian tersebut menunjukan bahwa siswa yang belajar tanpa iringan musik atau dengan keheningan, mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan yang memakai iringan musik. Hal ini dikarenakan, pada situasi yang tenang siswa akan berada pada posisi dengan tingkat konsentrasi yang tinggi, sehingga dapat mengoptimalkan daya serap otaknya, sedangkan siswa yang memakai iringan musik, konsentrasi belajarnya akan sangat menurun karena anak lebih terfokus pada alunan musiknya daripada materi pembelajarannya. Akan tetapi, mungkin akan berbeda kondisi apabila siswanya adalah anak usia dini. Menurut Permendiknas (2014), umur anak usia dini adalah umur pada rentan waktu 0 sampai 6 tahun. Pada usia kelompok B, lebih khusus

4 12 terletak pada rentan waktu 4 sampai 6 tahun. Hasan (2010) menyebutkan bahwa anak usia 4 tahun sampai masuk jenjang pendidikan dasar merupakan anak usia prasekolah dan di usia tersebut anak memiliki tempat pendidikan berupa taman kanak-kanak yang mengusung prinsip bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Pada rentan umur tersebut, menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak sedang berada pada fase praoperasional. Jamaris (2013: 27) menyebutkan, Ciri utama pada fase ini yaitu anak sudah berpikir simbolik dan intuitif, egosentris, serta suka mendengar dongeng. Pada fase ini pula, dijelaskan bahwa anak masih bersifat egosentris, yaitu kelihatan seperti keras kepala karena belum dapat menerima sudut pandang orang lain. Lebih lanjut Jamaris (2013: 28) mencontohkan,..., misalnya pada waktu anak melihat gunung, maka ia berkata bahwa ia akan mendaki gunung dengan boneka-bonekanya. Apabila orang sekitarnya mengatakan hal tersebut sulit dilakukan, anak akan tetap berkata bahwa ia dapat melakukannya. Oleh karena itu, akan ditemui banyak peristiwa di lembaga PAUD anak suka bermain sendiri dan tidak memperdulikan sekitarnya pada waktu pembelajaran, atau bahkan anak akan sering membuat kegaduhan tanpa alasan yang jelas. Hal ini memperlihatkan bahwa anak usia konsentrasi belajarnya yang rendah. Jamaris (2013) juga menuturkan pada fase ini kegiatan konsentrasi juga baru terjadi. Lebih lanjut, oleh Judarwanto (Ambarnianti, 2012: 2) dijelaskankan bahwa,..., anak usia 4 tahun rata-rata mampu berkonsentrasi selama 12 menit, dan anak usia 5 tahun rata-rata mampu berkonsentrasi selama 14 menit.. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwasanya kemampuan anak usia dini dalam memusatkan pikiran maupun perhatiannya pada pelajaran dengan mengesampingkan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran rata-rata hanya baru berkisar antara 12 menit sampai 14 menit. Akan tetapi, apabila anak-anak mampu dilatih untuk tenang dengan membiasakan anak menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi

5 13 tingkat konsentrasinya, maka peneliti berasumsi konsentrasi belajar anak dapat meningkat. e. Aspek-aspek Pemusatan Perhatian atau Konsentrasi Odom & Guzman (Nuryana & Purwanto, 2010: 90) memaparkan tentang beberapa aspek yang dalam proses pemusatan perhatian atau konsentrasi perlu diperhatikan. Adapun aspek-aspek tersebut antara lain : 1) pemusatan atau kontrol perhatian. Perhatian semakin dapat dipertahankan (persistence)dengan bertambahnya usia. Minat anak juga mempengaruhi perhatiannya. Semakin besar minatnya terhadap suatu pelajaran, semakin besar pula konsentrasi yang ditimbulkan. 2) penyaringan informasi Penyesuaian diri (adaptability) sangat memerlukan adanya penyaringan informasi yang relevan dalam poin ini. Individu harus bisa menyaring informasi yang didapat untuk bisa memenuhi informasi yang dibutuhkan. 3) Perencanaan sistematis Berencana (planfulness) merupakan perencanaan yang sistematis dan terorganisir merupakan strategi dalam mengarahkan perhatian. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi penyaringan informasi yang tidak relevan. Perencanaan ini termasuk menyiapkan kesehatan fisik, mentak, dan kondisi lingkungan. 4) Pengolahan informasi Sistem pengolahan informasi yang lebih kompleks dan lebih mampu menyelesaikan fokus perhatiannya dengan informasi yang ada. Setelah seorang individu mampu menyaring informasi, maka informasi tersebut akan diolah oleh seorang individu, sehingga akan menghasilkan pengetahuan yang baru dan dapat dimanfaatkan oleh individu. Sependapat dengan itu, Slavin (Dewi et al., 2015: 108) menjelaskan bahwasanya aspek-aspek atau proses yang terjadi dalam konsentrasi adalah proses manajemen informasi. Proses ini berlangsung ketika anak menerima

6 14 informasi baru melalui rekaman indera seperti dari penglihatan, pendengaran, sentuhan, bau dan rasa. Setelah itu muncul penafsiran dari apa yang dipikirkan sebagai hasil dari proses konsentrasi. Informasi yang telah ditafsirkan dan diubah dalam bentuk kesimpulan, kemudian disimpan dalam memori jangka pendek dan diteruskan ke memori jangka panjang melalui pengulangan. Informasi yang sudah tersimpan kemudian dilakukan pengolahan yang mendalam dengan menghubungkan informasi baru dengan informasi yang sudah ada sehingga informasi akan diingat setiap saat. Selama informasi pengolahan manajemen, konsentrasi anak-anak menjadi sangat penting. Pada waktu konsentrasi tidak berlangsung, maka informasi tersebut tidak dapat hafal atau diakses kembali. Pendapat lain dari Engkoswara (Rusyan, 1989: 10) terkait aspek perilaku yang memperlihatkan konsentrasi belajar, dijabarkan menjadi 4 aspek, meliputi : 1) Kognitif yaitu hal-hal yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Hal-hal tersebut dapat diamati pada siswa yang memiliki kriteria antara lain, siapnya pengetahuan yang apabila diperlukan dapat segera muncul, penafsiran informasi yang komprehensif, mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh, dan dari pengetahuan yang diperoleh siswa mampu mengadakan analisis dan sintesis. 2) Afektif yaitu berupa sikap dan apersepsi. Pada aspek perilaku ini, konsentrasi belajar dapat ditandai dengan adanya perhatian dan respon yang berupa keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan seperti mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai bentuk dari suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang. 3) Psikomotor Pada aspek ini, terlihat siswa yang memiliki konsentrasi belajar akan menggerakkan anggota badannya dengan tepat atau sesuai dengan

7 15 petunjuk guru, serta gerakan-gerakan dan ekspresi muka penuh arti akan menunjang komunikasi non verbalnya. 4) Bahasa Aktivitas berbahasa yang terkoordinasi dengan baik dan benar merupakan tanda seorang memiliki konsentrasi yang baik. Beranjak dari pemaparan diatas, terlihat bahwasanya variabel konsentrasi belajar merupakan variabel yang dapat ditinjau dari berbagai macam aspek. Pada penelitian ini, peneliti mengambil pendapat dari Odom & Guzman (Nuryana & Purwanto, 2010: 90) mengenai aspek-aspek konsentrasi belajar sebagai dasar pembuatan instrumen penelitian. Adapun aspek-aspek tersebut diantaranya, pemusatan perhatian, penyaringan informasi, perencanaan sistematis, dan pengolahan informasi. Jadi, yang dimaksudkan konsentrasi belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang individu dalam memusatkan perhatiannya pada pelajaran, baik dari sisi isi bahan belajar maupun proses dalam memperolehnya, serta mampu menyaring dan mengolah informasi yang dibutuhkan serta mengesampingkan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri individu. f. Ciri-ciri Konsentrasi Belajar Menurut Supriyo (2008), siswa yang tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar memiliki ciri-ciri atau gejala, antara lain : 1) Pada umumnya anak merasa betah berjam-jam untuk melakukan aktifitas di luar kegiatan belajar, 2) Mudah kena rangsangan lingkungan (seperti suara radio, tv, gangguan adik/kakak), 3) Kadangkala selalu mondar-mandir kesana kemari untuk mencari perlengkapan belajar, 4) Setelah belajar tidak tahu apa yang baru saja dipelajari. Sejalan dengan itu, Fanu (2009) juga menyampaikan terkait ciri-ciri anak yag mengalami kesulitan konsentrasi belajar. Adapun ciri-cirinya, yaitu :

8 16 1) Tidak bisa memberikan perhatian yang penuh atau melakukan kesalahankesalahan karena ceroboh dalam melakukan pekerjaan atau pelajaran sekolahnya, 2) Mengalami kesulitan untuk terus-menerus terfokus pada pekerjaan sekolah ketika sedang belajar atau tidak kerasan dengan kegiatan bermainnya ketika ia sedang bermain; 3) Tampak tidak memberikan perhatian dan tidak menghormati orang lain ketika sedang berbicara; 4) Tidak bisa megikuti petunjuk atau arahan yang diberikan kepadanya untuk melakukan sebuah pekerjaan dan tugas-tugas sekolahnya (tetapi hal ini bukan dikarenakan ketidakmampuannya untuk memahami atau karena kenakalannya, melainkan disebabkan oleh ia tidak bisa memperhatikan petunjuk tersebut, melainkan pada hal-hal lainnya); 5) Mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan/mengatur tugas-tugas dan kegiatan-kegiatannya; 6) Menghindari, tidak menyenangi, dan enggan mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan usaha mental berlarut-larut seperti PR; 7) Menghilangkan berbagai macam barang-barang yang dimilikinya, seperti mainan, 8) Tugas-tugas sekolah, pensil, buku, peralatan, baju, dan seterusnya; Mudah terusik oleh kegaduhan, objek yang bergerak atau rangsanganrangsangan lainnya; 9) Pelupa. Pendapat lain dari Hakim (2003) menjelaskan, jika suatu proses terfokusnya perhatian seorang secara maksimal terjadi secara otomatis serta mudah terhadap suatu objek kegiatan yang dilakukannya karena orang yang bersangkutan mampu menikmati kegiatan yang sedang dilakukannya maka itu dinamakan konsentrasi yang efektif. Prinsip konsentrasi yang efektif dijelaskan oleh Hakim (2003), antara lain : 1) Konsentrasi pada hakekatnya merupakan kemampuan seseorang dalam mengandalikan kemauan, pikiran, dan perasaannya. Dengan kemampuan

9 17 tersebut, seseorang akan mampu memfokuskan sebagian besar perhatiannya pada objek yang dikehendaki, 2) Untuk mengendalikan kemauan, pikiran, dan perasaan agar tercapai konsentrasi yang efektif dan mudah, seseorang harus berusaha menikmati kegiatan yang saat itu sedang dilakukannya, 3) Konsentrasi akan terjadi secara otomatis dan mudah jika seseorang telah menikmati kegiatan yang dilakukannya, 4) Salah satu penunjang pertama dan utama untuk dapat melakukan konsentrasi efektif adalah adanya kemauan yang kuat dan konsisten, 5) Untuk dapat melakukan konsentrasi efektif diperlukan faktor pendukung dari dalam diri orang tersebut (faktor internal) yang meliputi konsisi mental dan fisik yang sehat, 6) Konsentrasi efektif juga baru akan terjadi maksimal jika didukung oleh faktor-faktor yang ada di luar orang tersebut (faktor eksternal), yaitu situasi dan kondisi lingkungan yang menimbulkan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan, 7) Salah satu prinsip utama terjadinya konsentrasi efektif adalah jika seseorang dapat menikmati kegiatan yang sedang dilakukannya. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa ketika anak mampu menikmati pelajaran yang dihadapi dan memperhatikan secara fokus materi tersebut, maka konsentrasi akan terjadi dengan mudah. Makadari itu, anak yang mampu konsentrasi dalam belajarnya, pastilah dia akan mampu memberikan perhatian penuh terhadap apa yang ia kerjakan atau pelajari, mampu memberikan respon yang sesuai terhadap arahan atau perintah yang diberikan guru, tidak mudah terganggu dengan kegaduhan disekitarnya, serta mudah mengingat dan mengulangi apa yang baru saja diajarkan pada waktu pembelajaran. 2. Hakekat Kemampuan Menghafal Al-Qur an a. Pengertian Menghafal Kata Menghafal, berasal dari kata dasar hafal yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya sudah masuk didalam ingatan dan

10 18 dapat diucapkan di luar kepala. Kemudian mendapat awalan me menjadi menghafal yang berarti usaha untuk meresapkan sesuatu ke dalam pikiran agar selalu ingat, sehingga dapat mengucapkannya kembali di luar kepala dengan tanpa melihat buku atau catatan. Selain itu, dalam bahasa Arab, menghafal menggunakan terminologi al-hifzh yang artinya menjaga, memelihara atau menghafalkan, artinya mengulangi apa yang sudah dihafal, supaya tidak mudah hilang hafalannya, meskipun sebelumnya dia sudah hafal. Sedangkan secara istilah, menghafal oleh Baharuddin (2010), diartikan sebagai bentuk penanaman asosiasi kedalam jiwa. Djamarah (2008: 44) juga menjelaskan bahwasanya Menghafal adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Qoyyum (2009: 12) juga berpendapat, Menghafal adalah menyampaikan ucapan di luar kepala (tanpa melihat teks), mengokohkan dan menguatkannya di dalam dada, sehingga mampu menghadirkan ilmu itu kapan pun di kehendaki. Jadi, menurut beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal merupakan sebuah usaha menanamkan sesuatu untuk diingat sehingga dapat menyampaikan ucapan di luar kepala (tanpa melihat teks) yang kemudian mengokohkan dan menguatkannya didalam ingatan, jadi sewaktu-waktu ketika membutuhkan ingatan tersebut, kita dapat memunculkannya kembali dengan mudah. b. Pengertian Kemampuan Menghafal Al-Qur an Kaitannya dengan menghafal Al-Qur an dijelaskan bahwasanya, Al Qur an adalah kitab umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril yang berisi perintah dan larangan yang langsung turun dari Alloh SWT. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahsin (2005), yang menjelaskan bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi yag sekaligus rasul Allah yaitu Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril yang periwayatannya dilakukan secara

11 19 mutawwatir (langsung kepada orang banyak) dan ketika membacanya dihitung sebagai ibadah serta kebenarannya tidak ditolak. Kebenaran dan keaslian Al Qur an selalu terjaga dari masa ke masa. Penjagaan yang selama ini telah dilakukan adalah dengan cara menghafal dan mengamalkannya, seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sahabat-sahabat Nabi dan oleh banyak muslim di dunia ini. Oleh karena itu, menghafalkan Al-Qur an dapat diartikan sebagai bentuk penjagaan Alloh SWT melalui umatnya terhadap Al-Qur an. Oleh karena itu, menghafal Al-Qur an dapat diartikan sebagai suatu proses menyimpan firman Alloh yang terkumpul dalam Al-Qur an dengan cara menjaga dan memelihara kemurnian Al-Qur an diluar kepala (mengingat) dengan baik serta benar sesuai syarat dan tata cara yang telah dicontohkan Rosul beserta para sahabat agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan, baik secara keseluruhan maupun sebagiannya sehingga sewaktu-waktu membutuhkan ingatan tersebut, kita dapat memunculkannya kembali dengan mudah. Hal tersebut senada dengan pendapat Nawaz, Syeda, & Jahangir (2015) yang menyatakan bahwa, menghafal Al-Qur'an dengan hati dapat dikatakan sebagai proses encoding, kemudian menyimpannya dan mengambil teks Al-Qur an dengan cara berlatih dan membacanya secara berulang-ulang. Proses ini melibatkan, pertama pengkodean teks Al-Qur an dengan memberi perhatian, kemudian menyimpannya dengan mempertahankan informasi yang telah dikodekan dan kemudian mengambil informasi dari toko memori apabila diperlukan. Berkenaan dengan kemampuan, Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa menurut kata dasarnya berasal dari kata mampu yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti kesanggupan, kecakapan dan kekuatan untuk melakukan sesuatu. Oleh Mulyasa (2008: 39) disebutkan bahwa, kemampuan adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menghafal Al-Qur an merupakan sesuatu

12 20 kecakapan yang dimiliki individu untuk menyimpan firman Alloh yang terkumpul dalam Al-Qur an dengan cara menjaga dan memelihara kemurnian Al-Qur an diluar kepala (mengingat) dengan baik serta benar, baik secara keseluruhan maupun sebagiannya sehingga sewaktu-waktu membutuhkan ingatan tersebut, dapat memunculkannya kembali dengan mudah. c. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Qur an Podoluhur (Malihah, 2013: 21) menjelaskan, kemampuan menghafal Al-Qur'an seseorang dapat dilihat dari tiga aspek penilaian. Adapun ketiga aspek tersebut, yaitu : 1) Kelancaran Hafalan Al-Qur an (Tahfidz) Penilaian untuk tahfidz diukur dari kelancaran seseorang dalam melafalkan hafalan Al-Qur an, kebenaran dalam susunan ayatnya, serta tidak ada ayat yang tertinggal atau terbalik. Maka dari itu, tidak boleh ada satu ayatpun yang tertinggal atau terbalik pada saat melafalkan hafalan. Terkait kegiatan menghafal, oleh Sagala (Sofiah, 2013: 24) dijelaskan, bahwa ingatan yang baik yaiyu ingatan yang dapat dengan mudah memunculkan kembali hafalan apabila diperlukan. 2) Ketepatan tanda baca (Tajwid) Pada indikator tajwid, lebih dikhususkan untuk menilai kesempurnaan bunyi hafalan yang meliputi, tempat keluarnya huruf (Makharijul kḥuruf), sifat atau keadaan ketika membaca huruf (Shifatul kḥuruf), dan hukum atau kaidah bacaan (Aḥkamul khuruf), serta hukum panjang dan pendeknya bacaan (Aḥkamul Mad Wal Qashr). 3) Kefasihan (Fashahah) Fokus penilaian untuk aspek ini lebih khusus memperhatikan ketepatan menghentikan dan memulai bacaan sesuai dengan dengan hukum bacaannya. Selain itu juga memperhatikan perihal keindahan dalam bacaannya. Menghafal Al-Qur an perlulah menggunakan kaidah-kaidah ilmu tilawah pada saat melafalkannya. Oleh Bahrudin (2014), didalam

13 21 penelitiannya dijelaskan, selain aspek tajwid dan fashahah atau kefasihan dalam melafalkan hafalan, ada pula aspek suara dan lagu. Adapun penjabarannya sebagai berikut : 1) Suara Aspek ini memfokuskan penilaiannya pada kejernihan suara, keutuhan suara, kenyaringan suara, dan pengaturan nafas. 2) Lagu Aspek ini lebih fokus pada penilaian dalam hal memulai dan menutup hafalan dengan lagu, jumlah lagu yang dikuasai pada saat melafalkan bacaan, peralihan lagu, dan keutuhan lagu, serta tempo dan irama saat melafalkan ayat. Pendapat lain dari Nawabudin (Hariri, 2011: 32) juga menjelaskan terkait indikator kemampuan menghafal Al-Qur an yang ditinjau dari kecepatan menghafal Al-Qur an. Adapun indikatornya meliputi : 1) Kemampuan menghafal minimal 3 nama surat dalam 1 menit 2) Kemampuan menghafal minimal 3 kata (lafadz) dalam 1 menit 3) Kemampuan menghafal minimal 3 ayat pendek dalam 1 menit 4) Kemampuan menghafal minimal 1 ayat sedang dalam 1 menit 5) Kemampuan menghafal minimal 2 kalimat dalam 1 ayat panjang dengan 1 menit 6) Kemampuan mengingat/menjaga hafalan minimal 15 ayat pendek dalam 1 hari 7) Kemampuan mengingat/menjaga hafalan minimal 10 ayat sedang dalam 1 hari 8) Kemampuan mengingat/menjaga hafalan minimal 5 ayat panjang dalam 1 hari Menambahkan untuk indikator kecepatan menghafal Al-Qur an, oleh Purwanto (2007) dalam penelitiannya, menggunakan cara membagi jumlah hafalan Al-Qur an dalam satuan juz yang dimiliki subjek penelitian dengan lamanya subjek menghafal Al-Qur an yang terhitung sejak subjek mengikuti program menghafal Al-Qur an sampai pelaksanaan tes. Satuan lama dalam

14 22 penelitian tersebut adalah dalam jam yaitu mengalikan jumlah jam yang digunakan untuk menghafal setiap harinya dengan total bulan kemudian hasilnya dikalikan dengan 30 hari yang dikurangi waktu rata-rata haid. Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan menghafal Al-Qur an yang tinggi, apabila dia mampu menghafalkan ayat-ayat Al-Qur an dengan intensitas waktu yang cepat serta mampu menjaga hafalannya, sehingga sewaktu-waktu hafalannya diperlukan, ingatan akan mudah untuk memunculkannya, serta pada waktu melafalkannya mampu dengan lancar dan benar, baik dari urutan suratnya maupun hukum bacaannya. Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator kelancaran hafalan Al- Qur an (tahfidz) dari Podoluhur (Malihah, 2013: 21) dengan pertimbangan subjek penelitian adalah anak usia dini yang belum diajarkan materi secara menyuluruh terkait indikator diatas. Jadi, kemampuan menghafal Al-Qur an pada penelitian diartikan dengan kecakapan seseorang dalam melafalkan hafalan Al-Qur an secara lancar, serta benar dalam susunan ayatnya, sehingga tidak ada ayat yang tertinggal atau terbalik. d. Keutamaan Menghafal Al-Qur an Banyak keutamaan yang didapatkan oleh individu yang menghafal Al-Qur an. Hal ini sesuai pendapat Arifin (2015: 93), yang menyatakan Memorizing the Qur'an has many virtues, yang artinya banyak keutamaan atau manfaat dalam menghafal Al-Qur an. Nawaz, Syeda, & Jahangir (2015) dalam penelitiannya yang menyelidiki efek dari menghafal Al-Qur an dalam kaitannya dengan prestasi akademik dan kehidupan sosial-budaya para penghafal Al-Qur an juga menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam prestasi akademik para penghafal Al-Qur an sebelum dan sesudah menghafalkan Al- Qur an. Selain itu, didalam analisisnya juga menunjukkan dampak positif secara keseluruhan pada pendidikan dan kehidupan sosial-budaya para penghafal Al-Qur an. Oleh Nastiti (2015) dalam penelitianya juga menjelaskan bahwa Tahfidz Al-Qur an memiliki pengaruh terhadap daya

15 23 ingat anak usia dini. Penelitiannya menggunakan subjek anak usia dini dengan melihat tingkat daya ingat anak sebelum dan sesudah diberikan treatment berupa kegiatan tahfidz Al-Qur an. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, terdapat sebuah perbedaan yang signifikan terkait daya ingat anak sebelum dan sesudah melakukan tahfidz Al-Qur an. Lebih lanjut, oleh Arifin (2015) dijabarkan pula dalam penelitiannya, keutamaan atau kebajikan yang diperoleh oleh orang yang menghafal Al- Qur an, yaitu : 1) Orang yang menghafal al-qur'an termasuk sekelompok orang yang memiliki pengetahuan, 2) Menghafal Al-Qur'an dapat menjadi sumber keselamatan di dunia dan akhirat, 3) Orang-orang yang menghafal Al-Qur 'an, mereka akan berada di garis depan atau berada pada kelompok yang pertama dan diutamakan baik di dunia dan akhirat, 4) Menghafal Al-Qur'an akan menaikan status seseorang di surga, 5) Al-Quran akan memberikan berkah dan pertolongan pada hari kiamat bagi mereka yang membaca, menghafal dan mengamalkannya, 6) Orang-orang yang menghafal Al-Qur'an kelak di akherat akan ditempatkan mahkota kehormatan di kepala mereka dan orang tua mereka akan mengenakan pakaian indah yang tidak ada di dunia, 7) Orang-orang yang menghafal Al-Qur'an menikah tanpa Jahez (mahar) karena hafalan yang mereka bacakan merupakan bentuk mahar yang dapat diterima, 8) Membantu dalam menjaga pengetahuan dengan menghafal Al-Qur an. Orang-orang yang menghafal Al-Qur'an adalah orang-orang yang memuliakan pengetahuan Al-Qur'an dan Allah akan memberikan posisi yang lebih tinggi kepada mereka sebagai ulama, 9) Menghafal Al-Quran akan memperkuat memori, 10) Orang-orang yang menghafal Al-Qur'an bisa dilihat dari moral dan sikap mereka,

16 24 11) Menghafal Al-Qur'an dapat meluruskan lidah, sehingga dalam berbicara mendapatkan kelancaran, 12) Menghafal Al-Qur'an berarti mengikuti Nabi Muhammad dan ulama Salaf, 13) Menghafal Al-Quran akan memberikan kemudahan bagi semua orang dan orang yang menghafal Al-Qur'an akan diberikan kemudahan untuk mencapai keberhasilan oleh Allah, 14) Orang-orang yang menghafal Al-Qur'an termasuk Ahlullah (keluarga Allah) dan memiliki hak untuk memperoleh kemuliaan Allah, 15) Membuat orang-orang iri akan kemuliaan yang diberikan Alloh dan membuat banyak orang ingin berbuat seperti para penghafal Al-Qur an, 16) Orang-orang yang menghafal dan mempelajari Al-Quran lebih baik dari perhiasan di dunia dan menjadi orang yang paling banyak banyak pahalanya karena selalu melafalkan Al-Quran setiap saat, 17) Orang-orang yang menghafal Al-Quran tidak akan menemukan kesulitan untuk berbicara, menyampaikan sesuatu, dan belajar karena lidah mereka digunakan untuk membaca Al-Qur'an dan Al-Qur'an selalu dalam hati mereka. Beberapa hasil studi yang sejalan juga menjelaskan terkait hal ini, antara lain penelitian dari Asyhari Abta (Arifin, 2015: 95) dengan tesis yang berjudul Student s Motivation and Method at Islamic Boarding School (MA) Ali Maksum Krapyak Yogyakarta in Memorizing Al-Qur'an. Penelitiannya menjelaskan bahwa siswa yang mengikuti program Tahfidzul Qur an dapat melakukan kegiatan belajar dengan hasil terbaik, mampu melakukan kegiatan belajar terus menerus berkaitan dengan tuntutan dan kebutuhan. Mereka memiliki jiwa produktif dan dapat mengembangkan diri dan situasi kerja mereka. Hal ini tidak hanya dibuktikan dengan hasil yang dicapai secara optimal dalam setiap pekerjaannya tetapi juga banyak prestasi yang dicapai oleh mereka yang menghafal Al-Qur'an. Penelitian selanjutnya dari Kamal Ahmad Fauzi (Arifin, 2015: 95) yang berjudul The Policy of the Quality of MA al-nur Bantul Yogyakarta

17 25 (the total perspective of quality management). Berdasarkan hasil analisanya didapatkan hasil yang menyatakan bahwa pelaksanaan Tahfidz di pembelajaran yang termasuk dalam kurikulum adalah salah satu cara untuk menciptakan generasi yang benar-benar Islam. Berdasarkan penjabaran diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya setiap individu yang melakukan kegiatan menghafal Al-Qur an, pastilah akan memperoleh keutamaan yang melimpah, baik di dunia maupun di akherat. e. Pendukung dan Penghalang dalam Menghafal Al-Qur an Menghafal Al-Qur an bukanlah suatu hal yang bisa dikatakan sulit, akan tetapi juga tidak bisa dikatakan mudah karena banyak faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya seorang individu dalam menghafal Al- Qur an. Faktor-faktor tersebut oleh peneliti dikelompokkan menjadi 2, pendukung dan penghalang dalam menghafal Al-Qur an. 1) Pendukung Arifin (2015) menjelaskan faktor pendukung menghafal Al-Qur an diantaranya : a) Usia siswa yang masih muda, b) Siswa yang tidak memiliki beban apapun dalam hidup mereka (ada perhatian penuh terhadap kegiatan menghafal Al-Qur an), c) Asrama atau tempat belajar yang nyaman, d) Perhatian penuh dari mentor atau guru menghafal Al-Qur an dalam kegiatan sehari-hari siswa. Qasim (2015) juga menjelaskan seorang muslim memerlukan beberapa langkah sebelum memulai menghafal Al-Qur an. Hal ini dilakukan untuk semakin mempermudah seorang individu dalam menghafal Al-Qur an. Adapun langkah-langkah tersebut, antara lain : a) Mengikhlaskan niat, b) Selalu berpikir positif bahwa kita bisa menghafal Al-Qur an, c) Menentukan target hafalan, d) Perkuat motivasi hanya mencari ridho Alloh,

18 26 e) Manajemen waktu (waktu paling baik untuk menghafal yaitu waktu sahur dan pagi hari), f) Tentukan tempat yang kondusif untuk menghafal, g) Mengambil nafas dalam-dalam karena akan membuat otak lebih berkualitas dalam bekerja, h) Konsentrasi, i) Mengulang-ulang hafalan, j) Melakukan kegiatan menghafal Al-Qur an secara teratur dan rutin. Lebih lanjut, oleh Qasim (2015) juga dipaparkan beberapa hal yang dapat dijadikan pendukung seorang muslim dalam menghafal Al-Qur an. Adapun beberapa hal tersebut antara lain : a) Hanya mempergunakan 1 model cetakan mushaf, b) Mendengarkan bacaan seorang syeikh yang mempraktikan tajwid dengan baik, c) Membaca Al-Qur an dengan menggunakan tartil dan suara yang indah, d) Menghafal Al-Qur an sekaligus dengan mentadabburi maknanya, e) Membayangkan dan menghubungkan makna-makna ayat dalam pikiran bisa mempermudah mengingat ayat tersebut, f) Konsisten menjalankan amal dan meninggalkan semua kemaksiatan, g) Menghafallah disaat kondisi hati sedang nyaman, h) Konsentrasi pada ayat-ayat Al-Qur an yang mirip dan membedakan diantaranya. 2) Penghalang Kebalikan dari beberapa poin terkait hal-hal pendukung orang dalam menghafal Al-Qur an diatas, Qasim (2015) menuturkan ada halhal yang dapat menghalangi seseorang dalam menghafal Al-Qur an. Halhal tersebut, diantaranya : a) Beralih ke bidang lain Hal tersebut dijelaskan dengan istilah mencari kompensansi, yang berarti upaya seseorang untuk menutupi ketidakmampuanya dalam suatu bidang dengan cara meraih sukses dalam satu bidang lain.

19 27 Ketidak konsentrasian ini yang menjadi penghalang seseorang untuk lebih fokus dalam menghafal Al-Qur an. b) Mengaku telah hafal Al-Qur an menjelma merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan poin ini dengan arti seseorang yang meminjam atau mengarang sifat positif yang dimiliki orang lain untuk dirinya. c) Melangkah mundur dengan alasan tawadhu Hal ini terlihat pada kejadian turunnya semangat seorang murid secara drastis padahal sebelumnya di sangat bersemangat. d) Motivasi dan semangat mandeg Pada taraf ini, seseorang mengalami pengendapan dan kebekuan pikiran sehingga membuat tidak enjoy dengan dirinya sendiri. Hal ini diistilahkan dengan stagnan, yaitu berhentinya perkembangan kepribadian saat masih dalam fase pertumbuhan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Umari (Arifin, 2015 : 95) yang berjudul The Factors influencing the memorization of Al-Qur'an at the Institute of Al-Qur'an Science Jakarta menjelaskan beberapa faktor penghambat bagi siswa dalam menghafal Al-Qur'an, antara lain : a) Latar belakang pendidikan siswa, kebanyakan dari mereka berasal dari pendidikan umum, kemudian b) Jumlah kredit siswa mempengaruhi waktu mereka untuk menghafal dan memahami Al-Qur'an, dan terakhir c) Latar belakang ekonomi keluarga juga menjadi faktor penting, karena banyak siswa harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan seharihari terlebih dahulu sebelum mereka melakuka kegiatan menghafal Al-Qur an. Arifin (2015) menambahkan dalam penelitiannya menyebutkan beberapa penghambat seorang siswa dalam menghafal Al-Qur an. Adapun penghambatnya, sebagai berikut : a) Kemampuan siswa dalam membaca Al Qur'an masih minimal, b) Tidak adanya budaya membaca Al Qur'an diantara siswa,

20 28 c) Siswa memiliki banyak beban kegiatan, d) Mereka tidak hanya fokus pada program Tahfidzul Qur an. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditelaah bahwa faktor/hal yang dapat menjadi pendukung dan penghalang dalam menghafal Al-Qur an dapat ditinjau dari beberapa hal, antara latar belakang keluarga, ekonomi, lingkungan sosial, kurikulum pendidikan sekolah, dll. f. Metode Menghafal Al-Qur an Menurut Anitah (2009: 45), Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan pelajaran. Pastilah setiap instansi atau setiap bentuk pembelajaran menggunakan metode-metode yang kaitannya untuk mempermudah guru menyampaikan pelajaran. Hal ini sama kaitannya dengan Menghafal Al-Qur an. Menurut Herry (2013), dalam menghafal al- Qur an orang mempunyai metode dan cara yang berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan dan kehendaknya. Adapun menurutnya 3 jenis metode menghafal Al-Qur an, antara lain : 1) Metode klasik menghafal Al-Qur an Metode klasik adalah cara yang biasanya digunakan oleh banyak orang. Metode klasik juga dibagi menjadi 3, diantaranya : a) Talqin, yaitu cara pengajaran hafalan yang dilakukan oleh seorang guru dengan cara membaca suatu ayat, lalu ditirukan oleh sang murid secara berulang-ulang hingga menancap di hatinya. b) Talaqqi, yaitu presentasi hafalan sang murid kepada gurunya atau setor hafalan. c) Mu araḍah, yaitu saling membaca secara bergantian. 2) Metode modern menghafal Al-Qur an Metode modern adalah cara yang digunakan oleh orang dengan mengikuti perkembanagan jaman, misalnya : a) Mendengarkan kaset murattal melalui tape recorder, walkman, Al- Qur an Digital, MP3/4, handphone, komputer, dan sebagainya. Al- Qur an Penghafal (Mushaf Muhaffizh).

21 29 b) Merekam suara kita dan mengulang-ulanginya dengan bantuan alatalat modern di atas tadi. c) Menggunakan program software d) Membaca buku-buku Quranic Puzzle (semacam teka-teki yang di format untuk menguatkan daya hafalan kita). 3) Metode menghafal menurut Al-Qur an Ada beberapa ayat Al-Qur an yang telah mengisyaratkan tentang metode dan cara menghafal. Metode-metode tersebut, antara lain : a) Talaqqi b) Membaca secara pelan-pelan dan mengikuti bacaan (talqin) c) Merasukkan bacaan dalam batin d) Membaca sedikit demi sedikit dan menyimpannya dalam hati e) Membaca dengan tartil (tajwid) dalam kondisi bugar dan tenang Selain itu, dijelaskan oleh Ahsin (2005) pula beberapa metode menghafal Al-Qur an, antara lain : 1) Metode Wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. 2) Metode Kitabah, yaitu menghafal dengan cara menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya. 3) Metode Sima i, yaitu mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya 4) Metode Gabungan, metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. 5) Metode Jama, yakni cara menghafal yang dilakukan dengan secara bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.

22 30 3. Penelitian yang Relevan Berikut ini beberapa penelitian yang relevan sebagai acuan atau referensi oleh peneliti: a. Nada Angger Nastiti (2015) pada skripsinya yang berjudul Pengaruh Tahfidz Al-Qur an Terhadap Daya Ingat Anak Di Tk Islam Mardisiwi Pajang Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui bagaimana kegiatan menghafal Al-Qur an dengan subjek anak usia kelompok B dapat memberikan pengaruh terhadap daya ingat. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan tahfidz Al-Qur an memberikan pengaruh terhadap daya ingat anak kelompok B di TK tempat penelitian tersebut dilaksanakan. Penelitian tersebut memilki persamaaan dengan penelitian yang hendak peneliti laksanakan, yaitu terletak pada subjek penelitian dan topik pembahasan terkait Tahfidzul Al-Qur an atau menghafal Al-Qur an. b. Zainal Arifin (2015) dengan judul penelitian Tahfidzul Qur an Program at SDIT Fajrul Islam Wiradesa Pekalongan Centre of Java Indonesia. Penelitian yang dilaksanakan bertujuan untuk meneliti tentang pentingnya Tahfidzul Qur an, jenjang pelaksanaan Tahfidzul Qur an di SDIT Fajrul Islam Wiradesa Pekalongan, dan yang terakhir tentang peran Tahfidzul Qur an dalam pembangunan karakter. Hasil penelitian menunjukan bahwa: pertama, Tahfidzul Qur an adalah perbuatan yang sangat istimewa dalam Islam. Kedua, SDIT Fajrul Islam Wiradesa, Pekalongan memiliki program Tahfidzul Qur an dengan target hafalan Al-Qur annya sampai tiga juz Al Qur'an, untuk contoh, Juz 'Amma (juz 30), Juz 29 dan 28. Ketiga, terkait faktor pendukung program Tahfidzul Qur an. Adapun faktor-faktornya meliputi: usia siswa yang relatif muda lebih mudah dalam menghafal, siswa muda yang tidak memiliki beban apapun dalam hidup mereka, asrama nyaman, dan adanya perhatian mentor untuk kegiatan sehari-hari siswa. Faktor penghambatnya antara lain: kemampuan siswa dalam membaca Al Qur'an masih minimal, tidak ada

23 31 budaya membaca Al Qur'an, siswa memiliki banyak beban kegiatan, dan terakhir mereka tidak hanya fokus pada program Tahfidzul Qur an. Pada penelitian ini, terdapat persamaan dengan penelitian yang hendak peneliti laksanakan. Persamaan tersebut terdapat pada tema pembahasan yaitu Tahfidzul Al-Qur an atau menghafal Al-Qur an. c. Peter Tze & Ming Chou (2010) pada penelitiannya yang berjudul Attention Drainage Effect : How Background Music Effects Concentration in Taiwanese College Students. Penelitiannya menguji perbedaan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan iringan musik hip hop, klasik, dan tidak memakai musik. Penelitian tersebut menunjukan bahwa siswa yang belajar tanpa iringan musik atau dengan keheningan, mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan yang memakai iringan musik. Hal ini dikarenakan, pada situasi yang tenang siswa akan berada pada posisi dengan tingkat konsentrasi yang tinggi, sehingga dapat mengoptimalkan daya serap otaknya, sedangkan siswa yang memakai iringan musik, konsentrasi belajarnya akan sangat menurun karena anak lebih terfokus pada alunan musiknya daripada materi pembelajarannya. Penelitian tersebut memilki persamaaan dengan penelitian yang hendak peneliti laksanakan, yaitu terletak pada variabel Independennya, yaitu konsentrasi belajar. d. Amalia Cahya Setiyani (2014) dalm skripsinya berjudul Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Karangcegak, Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2013/2014. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui upaya dan keberhasilan dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok. Manfaat penelitian ini memperkaya kajian tentang peningkatan konsentrasi belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok.

24 32 Lebih lanjut, penelitian ini menunjukan hasil bahwa konsentrasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Selain itu, dalam penelitiannya, Setiyani (2014) memperoleh kesimpulan yang kemudian dijadikan sebagai bahan saran terhadap pihak sekolah tempat penelitian berlangsung dengan menyatakan bahwa bagi guru mata pelajaran di sekolah, hendaknya dapat lebih memahami bagaimana tingkat konsentrasi belajar para siswa ketika kegiatan belajar berlangsung dan dapat memotivasi siswanya untuk aktif dalam belajar, karena konsentrasi belajar siswa di kelas dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dan pemahaman siswa terhadap pelajaran yang kelak akan berpengaruh pada hasil belajar siswa di kelas. Pada penelitian yang hendak peneliti laksanakan memiliki persamaan dengan penelitian yang telah dilaksanakan Amalia Cahya Setiyani. Persamaannya terletak pada variabel independennya, yaitu konsentrasi belajar. B. Kerangka Berpikir Kemampuan menghafal Al-Qur an sangat dipengaruhi faktor konsentrasi belajar. Akan tetapi, guru kelas menuturkan perbedaan tingkat kemampuan menghafal Al-Qur an setiap anak tidak tergantung pada tingkat konsentrasi belajar yang dimiliki oleh masing-masing anak pada waktu pembelajaran menghafal Al-Qur an berlangsung, sehingga untuk anak-anak yang terindikasi memiliki tingkat konsentrasi rendah cenderung tidak dianggap sebagai suatu masalah. Hal ini menunjukan bahwa belum jelasnya peran serta konsentrasi belajar terkait hubungannya dengan kemampuan menghafal Al-Qur an. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Konsentrasi Belajar Dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur an Pada Anak Kelompok B Di Paud Palma, Banjarsari, Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 untuk memperjelas hubungan antara kedua variabel. Semakin tinggi konsentrasi belajar yang anak miliki, semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Anak yang memiliki konsentrasi belajar tinggi akan mampu

25 33 memberikan perhatian penuh terhadap apa yang ia kerjakan atau pelajari, mampu memberikan respon yang sesuai terhadap arahan atau perintah yang diberikan guru, tidak mudah terganggu dengan kegaduhan disekitarnya, serta mudah mengingat dan mengulangi apa yang baru saja diajarkan pada waktu pembelajaran. Jadi, dengan bertambahnya konsentrasi belajar anak, akan bertambah pula kemampuan menghafal Al-Qur annya. Berdasarkan argumentasi diatas, dapat diasumsikan bahwasanya terdapat hubungan antara konsentrasi belajar dengan Kemampuan menghafal Al-Qur an pada anak kelompok B di PAUD PALMA, Banjarsari, Surakarta. Selain itu, penulis dapat menjabarkan kerangka berpikir diatas melalui bagan yang dapat dilihat sebagai berikut : Konsentrasi Belajar (Variabel Independen) Kemampuan Menghafal Al-Qur an (Variabel Dependen) Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir C. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara konsentrasi belajar dengan kemampuan menghafal Al-Qur an pada anak kelompok B di PAUD PALMA, Banjarsari, Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al Qur an adalah kitab umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril yang berisi perintah dan larangan yang langsung turun dari

Lebih terperinci

Hubungan Antara Konsentrasi Belajar Dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur an Pada Anak Kelompok B Di Paud Palma Banjarsari Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 Candra Cahyadi 1, Djaelani 1, Ruli Hafidah 1 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SWT kepada nabi Muhammad SAW. Fungsi dari Al-Qur an ialah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. SWT kepada nabi Muhammad SAW. Fungsi dari Al-Qur an ialah sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci (kalam ilahi) yang diwahyukan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Fungsi dari Al-Qur an ialah sebagai rahmat dari Allah dan petunjuk bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah kalam Allah SWT berupa Mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE THORIQATU TAKRIRY

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE THORIQATU TAKRIRY BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE THORIQATU TAKRIRY AL-QIRAATI AL-JUZ I VERSI AL-QOSIMI DALAM PEMBELAJARAN TAHFIDZ AL-QUR AN DI SDIT FAJRUL ISLAM KAMPIL WIRADESA A. Analisa Metode Thoriqotu Takriry Al-Qiraati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pemanfaatan Teknik Menyanyi Dalam Pembelajaran Hafalan Kosakata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan

Lebih terperinci

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah wahyu Allah SWT yang disampaikan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. yang di bukukan, kemurnian dan eksistensinya serta pemeliharaannya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ingatan atau memori merupakan salah satu aspek dalam kognisi yang melibatkan otak dalam proses pengambilan informasinya. Saat melakukan aktivitas sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dulu selalu ada orang-orang yang berusaha untuk mencari-cari kelemahan, atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dulu selalu ada orang-orang yang berusaha untuk mencari-cari kelemahan, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an mempunyai kelebihan akan selalu utuh sampai kapanpun. Sejak dulu selalu ada orang-orang yang berusaha untuk mencari-cari kelemahan, atau merubah Al-Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah melalui Malaikat Jibril as dengan lafal-lafal yang berbahasa Arab dan maknanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah kalamullah (firman Allah SWT) yang diturunkan melalui Jibril kepada Rasulullah SAW. Allah menguraikan segala sesuatu yang belum jelas di dalam Al-Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa pemikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat atau gerak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kalam Allah yang bersifat mu jizat, diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya ibadah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA SISWA DI SMP 3 TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA SISWA DI SMP 3 TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA SISWA DI SMP 3 TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur an pada Siswa di SMP 3

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Peran Guru Mata Pelajaran Diniyah Qur an dalam meningkatkan. Kelancaran Hafalan Juz Amma Siswa Di MTs Miftahul Huda

BAB V PEMBAHASAN. 1. Peran Guru Mata Pelajaran Diniyah Qur an dalam meningkatkan. Kelancaran Hafalan Juz Amma Siswa Di MTs Miftahul Huda BAB V PEMBAHASAN 1. Peran Guru Mata Pelajaran Diniyah Qur an dalam meningkatkan Kelancaran Hafalan Juz Amma Siswa Di MTs Miftahul Huda Bandung Kriteria hafal Al-Qur an yang baik salah satunya lancar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM Keinginan seorang guru untuk mendidik anak didiknya menjadi orang yang pintar, berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Quran merupakan ayat-ayat Allah yang berupa kalamullah yang diturunkan dengan bahasa arab, yaitu satu-satunya bahasa yang terjaga dengan baik. Hal ini semata-semata

Lebih terperinci

BAB I. keistimewaan yang tidak dimiliki kitab kitab lain. Beberapa keistimewaannya

BAB I. keistimewaan yang tidak dimiliki kitab kitab lain. Beberapa keistimewaannya 2 BAB I A. Al Qur'an sebagai landasan hidup umat manusia mempunyai keistimewaan keistimewaan yang tidak dimiliki kitab kitab lain. Beberapa keistimewaannya antara lain, Pertama, Keistimewaan Tilawah, artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempurnaan iman seorang muslim terhadap Al-Qur an adalah meyakini

BAB I PENDAHULUAN. kesempurnaan iman seorang muslim terhadap Al-Qur an adalah meyakini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ummat Islam tentu yakin dan mengimani keagungan Al-Qur an sebagai pedoman dan penunjuk jalan kehidupannya. Salah satu dari kesempurnaan iman seorang muslim terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya bangsa sehingga membentuk manusia yang berkualitas. pendidikan. penting untuk berkomunikasi (Chaer, 2003:29).

BAB I PENDAHULUAN. budaya bangsa sehingga membentuk manusia yang berkualitas. pendidikan. penting untuk berkomunikasi (Chaer, 2003:29). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai nilai luhur budaya bangsa sehingga membentuk manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL 71 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL Sekolah merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an sebagai Kitab Suci umat Islam merupakan kumpulan firman Allah (kalam Allah) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah al-qur an adalah firman Allah SWT. yang menjadi petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur an adalah bacaan yang mulia. Maha Pemurah Allah SWT. yang mengajarkan al-qur

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ingatan adalah salah satu karunia Tuhan yang menarik yang dimiliki oleh

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ingatan adalah salah satu karunia Tuhan yang menarik yang dimiliki oleh 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Ingatan adalah salah satu karunia Tuhan yang menarik yang dimiliki oleh setiap makluk hidup tak terkecuali manusia. Memiliki ingatan menjadikan setiap makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama ajaran islam yang menjadi petunjuk kehidupan umat manusia yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 70 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Pada tanggal 4 April 2016 peneliti melakukan penelitian yang pertama. Peneliti datang ke sekolah MTs Darul Hikmah pada pukul 08.30 WIB. Ketika sampai di sekolahan,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MED IA AUD IO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AYAT AL-QUR AN

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MED IA AUD IO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AYAT AL-QUR AN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang Allah SWT turunkan sebagai agama yang penuh dengan rahmat dan keberkahan. Allah menurunkan agama sejatinya untuk menjadikan kendali,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Secara etimologi Alqurān berasal dari kata qara-a yaqra-u ( قرا - يقرا ) yang berarti membaca. Sedangkan Alqurān sendiri adalah bentuk maṣdar dari qara-a yang berarti bacaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam kehidupan pondok pesantren, khususnya kehidupan pondok pesantren Al-Ukhuwah Sukoharjo, dalam kesehariannya sangat banyak kebiasaan-kebiasaan khususnya kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah SWT, Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk memeluknya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril, sebagai petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. diterima Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril, sebagai petunjuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-qur an ialah kitab suci yang berisi kumpulan wahyu Allah yang diterima Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril, sebagai petunjuk bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara malaikat jibril. Al-Qur an tertulis di dalam mushafmushaf yang diriwayatkan

Lebih terperinci

BAB III SYARAT MENGHAFAL ALQURAN DAN GAMBARAN METODE MENGHAFAL ALQURAN YANG DIGUNAKAN OLEH KH. AHMAD NUR SYAMSI BAGI MASYARAKAT

BAB III SYARAT MENGHAFAL ALQURAN DAN GAMBARAN METODE MENGHAFAL ALQURAN YANG DIGUNAKAN OLEH KH. AHMAD NUR SYAMSI BAGI MASYARAKAT 34 BAB III SYARAT MENGHAFAL ALQURAN DAN GAMBARAN METODE MENGHAFAL ALQURAN YANG DIGUNAKAN OLEH KH. AHMAD NUR SYAMSI BAGI MASYARAKAT A. Syarat-Syarat Menghafal Alquran di Pondok Pesantren An-Nur Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi kalam Allah yang digunakan sebagai pedoman dan petunjuk bagi kehidupan umat Islam. Adapun definisi Al-Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci penyempurna dari kitab-kitab yang diturunkan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci penyempurna dari kitab-kitab yang diturunkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kitab suci penyempurna dari kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah sebelumnya. Al-Qur an sebagai petunjuk kehidupan manusia dan obat segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman keagamaan terhadap anak melalui pembelajaran Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman keagamaan terhadap anak melalui pembelajaran Al-Qur an 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanaman keagamaan terhadap anak melalui pembelajaran Al-Qur an merupakan modal utama dalam kehidupan dimasa yang akan datang, agama islam memerintahkan umatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

BAB 1 PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Manajemen adalah sebuah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al Quran adalah Firman Allah SWT yang mulia dan termasuk mukjizat Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, sudah seharusnya jika seorang muslim mempunyai kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahanlahan.

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahanlahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu tajwid adalah ilmu yang dipergunakan untuk mengetahui tempat keluarnya huruf (makhraj) dan sifat serta bacaan-bacaannya. Hal ini juga termasuk memberikan huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cerita atau jalan untuk mengembangkan dan mengarahkan dirinya menjadi sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan sempurna. Dengan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rita Mawarni,2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rita Mawarni,2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang disosialisasikan sebagai usaha dalam rangka membimbing anak didik terhadap perkembangan jasmani dan rohaninya untuk menjadikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini disajikan uraian bahasan sesuai hasil penelitian, sehingga

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini disajikan uraian bahasan sesuai hasil penelitian, sehingga 83 BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan uraian bahasan sesuai hasil penelitian, sehingga pada pembahasan ini peneliti akan menyatukan hasil penelitian dengan teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada Nabi sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, tertulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM PROGRAM TAHFIDZ AL-QURAN 2 JUZ DI SDIT ULUL ALBAB PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM PROGRAM TAHFIDZ AL-QURAN 2 JUZ DI SDIT ULUL ALBAB PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KURIKULUM PROGRAM TAHFIDZ AL-QURAN 2 JUZ DI SDIT ULUL ALBAB PEKALONGAN A. Analisis Kurikulum Program Tahfidz Al-Qur an 2 Juz di SDIT Ulul Albab Pekalongan. 1. Tujuan SDIT Ulul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang suatu ilmu. Pendidikan juga mempermudah seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an al-karim adalah firman Allah SWT yang berisi serangkaian ajaran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW untuk menunjukkan kepada manusia jalan kebahagiaan.

Lebih terperinci

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau pondok pesantren pada prinsipnya dalam rangka menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai Manusia, seorang pun tak dapat melepaskan dirinya dari keterkaitannya dengan agama serta ketergantungannya dengan Allah SWT, begitu pun keterkaitannya

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EKSPERIMEN SAINS SEDERHANA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B5 TK AISYIYAH 1 PALU

PENGARUH METODE EKSPERIMEN SAINS SEDERHANA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B5 TK AISYIYAH 1 PALU PENGARUH METODE EKSPERIMEN SAINS SEDERHANA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KELOMPOK B5 TK AISYIYAH 1 PALU Juwita Nur Afriani¹ ABSTRAK Rumusan masalah pada artikel ini adalah tentang kurangnya minat belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. 1. Fitri Amalia, 2014, Efektivitas Metode Sima an Sebagai Solusi Alternatif

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. 1. Fitri Amalia, 2014, Efektivitas Metode Sima an Sebagai Solusi Alternatif 32 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Fitri Amalia, 2014, Efektivitas Metode Sima an Sebagai Solusi

Lebih terperinci

METODE TAHFIDZUL QUR AN PROGRAM IBTIDAIYYAH PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI SURAKARTA 2008/2009

METODE TAHFIDZUL QUR AN PROGRAM IBTIDAIYYAH PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI SURAKARTA 2008/2009 1 METODE TAHFIDZUL QUR AN PROGRAM IBTIDAIYYAH PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI SURAKARTA 2008/2009 Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau acuan cara lain yang dikenal dan diakui oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara mutlak Alquran merupakan perkataan yang paling agung dan paling

BAB I PENDAHULUAN. Secara mutlak Alquran merupakan perkataan yang paling agung dan paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah firman Allah Swt. yang menjadi sumber akidah kita. Secara mutlak Alquran merupakan perkataan yang paling agung dan paling mulia, atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah swt. Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk makhluknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangunan dunia khususnya bila ilmu itu disertai dengan amal. dan jujur pula dengan amal perbuatannya. 1

BAB I PENDAHULUAN. kebangunan dunia khususnya bila ilmu itu disertai dengan amal. dan jujur pula dengan amal perbuatannya. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sesuai dengan ayat yang diterima nabi muhamad SAW yang pertama, yakni kita diwajibkan membaca atau belajar, oleh karena itu belajar adalah kewajiban umat dan sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE MENGHAFAL DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS BESERTA SOLUSI ALTERNATIFNYA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE MENGHAFAL DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS BESERTA SOLUSI ALTERNATIFNYA BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE MENGHAFAL DAN PROBLEMATIKANYA DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS BESERTA SOLUSI ALTERNATIFNYA A. Analisis Tentang Penerapan Metode Menghafal Dan Problematika nya Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan dan merupakan penunjang dalam semua bidang studi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. L.W. Stren (dalam Baharuddin, 2009: 73) mengatakan bahwa bakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. L.W. Stren (dalam Baharuddin, 2009: 73) mengatakan bahwa bakat dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak terlahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apapun. Akan tetapi setiap anak membawa bakat yang diperoleh dari orang tuanya. Bakat merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah faktor yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan merupakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan merupakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan merupakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang biasa terjadi pada setiap orang. Umumnya, kita menggunakan istilah gugup, tegang, dan gelisah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan anugerah yang diberikan kepada kita umat Islam sebagai anugerah. Allah memberikan banyak kemudahan bagi yang mau mempelajarinya. Baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu juga sebagai makhluk yang bersifat sosial. Sebagai makhluk sosial manusia cendrung hidup berkelompok, misalnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Uraian dalam bab ini merupakan penyajian dan temuan data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, berdasarkan wawancara, observasi serta dokumentasi. Adapun penyajian data hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia. Ayat Al-Qur an yang ditulis dalam bahasa Arab kemudian

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia. Ayat Al-Qur an yang ditulis dalam bahasa Arab kemudian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Al-Qur an merupakan ayat Allah yang diturunkan dalam bahasa Arab. Diturunkan dalam redaksi bahasa Arab agar mudah dipahami oleh seluruh umat manusia. Ayat Al-Qur an

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua. Manusia mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak

BAB I PENDAHULUAN. SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai salah satu rahmat yang tak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Al-Qur'an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama ajaran Islam yang menjadi petunjuk kehidupan umat manusia yang diturunkan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad

Lebih terperinci

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Image type unknown http://majalahmataair.co.id/upload_article_img/bagaimana memotivasi anak belajar.jpg Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Seberapa sering kita mendengar ucapan Aku benci matematika atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada suatu objek yang sedang dihadapi. Selaras dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS METODE TALAQQI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR AN ANAK USIA DINI

2016 EFEKTIVITAS METODE TALAQQI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR AN ANAK USIA DINI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci