BAB I PENDAHULUAN. khususnya di dalam hukum internasional modern. 1. merupakan isu global yang berdampingan dengan HAM.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. khususnya di dalam hukum internasional modern. 1. merupakan isu global yang berdampingan dengan HAM."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan atas lingkungan hidup dan hak asasi manusia (HAM) merupakan dua hal yang kini tengah menjadi perhatian masyarakat dunia, khususnya di dalam hukum internasional modern. 1 Isu lingkungan hidup merupakan isu global yang berdampingan dengan HAM. Dalam konteks kekinian, tidak dapat disangkal bahwa HAM dan lingkungan hidup memiliki keterkaitan. 2 Meski begitu, hubungan antara HAM dengan lingkungan hidup serta perlindungan atasnya dalam konteks hukum memang tidaklah sederhana. 3 Saat ini, di level HAM internasional, belum ada kesepahaman yang jelas mengenai hubungan HAM dengan hak atas lingkungan hidup. Apakah hak atas lingkungan hidup (enviromental rights) dapat dipersamakan dengan HAM (human rights) atau apakah hak atas lingkungan hidup merupakan bagian dari konsep besar HAM. 4 Instrumen pokok HAM internasional terkemuka seperti Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia 1948 (UDHR) tidak memuat mengenai suatu hak atas lingkungan hidup dalam muatannya. Hal ini 1 Puneet Pathak, Human Rights Approach To Environmental Protection, OIDA International Journal of Sustainable Development 07:01 (2014), diakses dari Intl-Journal-Sustainable-Dev.html, pada tanggal 3 November 2015 pukul WIB 2 OHCHR, Analytical Study on The Relationship between Human Rights and the Environment, 16 Desember 2011, UNHRC A/HRC/19/34. 3 Alan Boyle, Human Rights and the Environment: Where Next?, The European Journal of International Law, Volume 23 no. 3 (2012), hlm Alan Boyle, Human Rights and International Environmental Law: Some Current Problems, diakses dari pada tanggal 29 September 2015 pukul WIB

2 2 dikarenakan muatannya dirumuskan jauh sebelum adanya kesadaran dunia sepenuhnya atas isu lingkungan, dalam ketentuannya tidak ada ketentuan yang merujuk isu lingkungan secara langsung (eksplisit). Namun seiring dengan perkembangan zaman, isu lingkungan menjadi sorotan masyarakat dunia yang kemudian memiliki pengaruh kuat terhadap hukum internasional. 5 Sejak diselenggarakannya United Nations Conference on the Human Environment (Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Lingkungan Manusia) di Stockholm, Swedia 1972 yang menghasilkan Deklarasi Stockholm dan United Nations Conference on Environment and Development (Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Lingkungan dan Pembangunan) di Rio de Janeiro, Brazil, 1992 yang menghasilkan Deklarasi Rio, negara-negara di dunia memahami bahwa isu lingkungan merupakan isu global. Di mana telah terjadi kerusakan lingkungan secara masif serta menipisnya sumber daya lingkungan yang menimbulkan dampak luas dan serius bagi dunia secara menyeluruh. Kedua konferensi tersebut merupakan tonggak awal dalam pengembangan hukum lingkungan internasional, sekaligus menjelaskan hubungan antara penghormatan terhadap HAM dengan perlindungan atas lingkungan. Hal-hal yang dihasilkan dalam kedua konferensi tersebut kemudian mengilhami perlunya menjamin keberlanjutan lingkungan hidup melalui perlindungan atas lingkungan, serta menjadi jalan masuk hak atas lingkungan hidup (the right to 5 Council of Europe, Manual on Human Rights and The Environment: 2nd Edition, (Strasbourg: Council of Europe Publishing, 2011), hlm. 11

3 3 environment atau environmental rights) dan hak atas pembangunan (the right to development) ke dalam konsep HAM. Terlepas dari perdebatan hubungan hak atas lingkungan hidup dengan HAM, faktanya sejauh ini konvensi tentang HAM bertendensi meng- hijau - kan muatan mereka. Banyak dari muatan konvensi-konvensi HAM tersebut yang kemudian memiliki atau dianggap memiliki dimensi lingkungan. Muatannya mengakui secara terbuka bahwa hak asasi memiliki hubungan dengan lingkungan. Konvensi HAM internasional yang berdimensi lingkungan di antaranya adalah ICCPR dan ICESCR. Sementara untuk konvensi HAM regional yang berdimensi lingkungan yaitu AmCHR, AfCHPR, dan The European Convention on Human Rights (ECHR). 6 ECHR yang bernama resmi Convention for the Protection of Human Rights and Fundamental Freedoms diadopsi oleh anggota-anggota Dewan Eropa (Council of Europe) pada tahun ECHR merupakan salah satu konvensi HAM regional yang menjadi pioner dalam melakukan upaya menjamin hak atas lingkungan hidup. Muatan dalam ECHR memang tidak memuat secara langsung hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat atau ketentuan spesifik lain terkait lingkungan hidup seperti beberapa konvensi HAM regional lain, contohnya AfCHPR. 7 Meskipun begitu, hal ini tidak membatasi kontribusi ECHR dalam memberikan perlindungan terhadap 6 Alan Boyle, Human Rights and the Environment: Where Next?, The European Journal of International Law, Volume 23 no. 3 (2012), hlm Utamanya dapat dilihat dalam pasal 24 AfCHPR yang secara tegas menyebutkan All peoples shall have the right to a general satisfactory environment favorable to their development.

4 4 lingkungan hidup dan menjamin hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sejak Deklarasi Stockholm yang memperjelas hubungan antara HAM dengan lingkungan hidup, kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup dan upaya untuk melindunginya di Eropa berubah meningkat secara signifikan. Perubahan ini kemudian memiliki pengaruh terhadap ECHR dan penegakan hak-hak asasi yang termuat dalam konvensi tersebut. 8 Di mana kemudian perlindungan atas lingkungan hidup dikaitkan hak-hak asasi yang termuat dalam ECHR untuk dapat dilakukan penegakan. Hal inilah yang diimplementasikan di dalam Pengadilan HAM Eropa (ECtHR), yaitu pengadilan supranasional untuk mengadili pelanggaranpelanggaran terhadap ECHR. ECtHR memiliki yurisdiksi untuk mengadili kasus-kasus terkait dengan lingkungan atas dasar suatu interpretasi bahwa pelaksanaan hak tertentu dalam ECHR dapat terganggu atau dilanggar oleh adanya kerusakan lingkungan dan atau akibat dari suatu dampak lingkungan. Dalam rentang tahun 1980 hingga 2015, setidaknya ada lebih dari 100 kasus terkait lingkungan yang sudah masuk ke meja ECtHR. 9 8 Salome Yiallourou, The Protection of the Environment and the European Convention on Human Rights and Fundamental Freedom (ECHR), (Mei 2011), diakses dari nvention_on_human_rights_and_fundamental_freedoms_echr_, pada tanggal 3 Oktober 2015 pukul WIB 9 Morgane Dussud, Towards The Emergence of Environmental Human Rights?: A Discussion of The Relevance of The Right to Safe and Healthy Environment, Disertasi, Master in Human Rights Practice University of Gothenburg, University of Roehampton, University of Tromso, 2013, hlm. 34.

5 5 Lebih lanjut, ECtHR telah mengidentifikasi hak-hak apa saja dalam ECHR yang dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. 10 Di antaranya adalah hak untuk hidup (pasal 2), hak penghormatan terhadap kehidupan privat dan kehidupan berkeluarga beserta kediaman (pasal 8), hak untuk mendapatkan peradilan yang adil dan hak mendapatkan akses ke pengadilan (pasal 6), hak untuk dapat berperan serta dalam mendapatkan informasi dan menyampaikan gagasan (pasal 10), hak untuk mendapatkan sarana / upaya hukum (pasal 13), dan hak untuk menikmati kepemilikan pribadi secara damai (protokol 1 dalam pasal 1). 11 Berdasar pemaparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa ECHR merupakan suatu instrumen HAM regional yang melakukan penjaminan terhadap hak atas lingkungan hidup, meskipun dalam lingkup yang terbatas. Penjaminan hak atas lingkungan hidup terbatas pada tujuan memberikan penjaminan terhadap hak-hak asasi yang termuat dalam konvensi tersebut. Jika Deklarasi Stockholm hanya berfungsi sebagai pendorong dalam pengembangan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dalam pengaturan level HAM internasional dan regional, dampak yang lebih konkret telah dirasakan di pengaturan level nasional. 12 Pasca 1972, perlindungan atau penjaminan terhadap hak atas lingkungan telah mendapatkan perhatian dari berbagai negara di dunia. Sebagian bahkan telah jelas menyatakan dalam 10 Council of Europe, Op. Cit., hlm Ibid. 12 Alan Boyle, Human Rights and the Environment: A Reassessment, UNEP (UN Environment Programme) High Level Experts Meeting on the New Future of Human Rights and Environment: Moving the Global Agenda Forward, Meeting Document, (2008), hlm 7., diakses dari anguage/enus/default.aspx, pada tanggal 9 November 2015 pukul WIB

6 6 konstitusinya bahwa hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan satu bagian dengan HAM yang dijamin pelaksanaannya. Tercatat terdapat lebih dari 130 konstitusi negara di dunia yang menjamin berbagai bentuk dari hak atas lingkungan, 13 termasuk di antaranya adalah konstitusi Indonesia (UUDNRI 1945). UUDNRI 1945 memiliki kedudukan sebagai hukum tertinggi yang menjadi sumber hukum formil maupun materiil di Indonesia. Dalam UUDNRI 1945 pasca amandemen, lahir suatu gagasan tentang pentingnya lingkungan hidup (ecocracy) yang sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Hal ini dituangkan dalam Pasal 28H ayat (1) UUDNRI 1945 yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Dasar konstitusional tersebut jelas mewajibkan negara memberi perlindungan dan jaminan lingkungan sehat yang kemudian perlu dituangkan dalam aturan konkret yang kompleks dan berorientasi jauh ke depan. 14 Dalam rangka penjaminan hak konstitusional tersebut, sejauh ini setidaknya terdapat tiga produk hukum Indonesia yang khusus mengatur terkait hak-hak dalam hubungannya dengan lingkungan. Produk hukum tersebut adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH), Undang-Undang 13 OHCHR dan UNEP, Human Rights and the Environment Rio+20: Joint Report OHCHR and UNEP, (Nairobi: UNON Publishin Services Section, 2012), hlm Ashabul Kahpi, Jaminan Konstitutional Terhadap Hak Atas Lingkungan Hidup di Indonesia, Al-Daulah, Volume 2, 2 (Desember, 2013), hlm. 144

7 7 Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), dan yang paling baru sekaligus paling komprehensif dalam pengaturannya yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Dalam dua aturan terakhir (UUPLH dan UUPPLH) telah memberikan pengaturan yang lebih komprehensif terkait pemulihan atas kerusakan lingkungan dan hak setiap orang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat di banding UULH. Dalam UUPPLH telah mengakui adanya sembilan hak, yang meliputi hak substantif dan hak prosedural. Pengakuan hak atas lingkungan hidup ini utamanya adalah yang termuat dalam pasal 65 ayat (1) UUPPLH yang berbunyi: Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Termuatnya perumusan hakhak yang lebih banyak tersebut selanjutnya diharapkan dapat lebih menjamin kelestarian lingkungan hidup, memberikan perlindungan terhadap hak-hak individu dan masyarakat, sekaligus menjamin hak atas lingkungan hidup itu sendiri. Akan tetapi meskipun permasalahan hak-hak atas lingkungan yang melekat pada setiap manusia telah diangkat dan diformulasikan ke dalam bentuk perundang-undangan, hal tersebut ternyata dinilai masih belum mampu memenuhi ekspektasi masyarakat pada umumnya, baik karena ketidakjelasan rumusannya maupun dalam tataran pelaksanaannya Ibid., hlm. 145

8 8 Baik sistem hukum lingkungan Indonesia maupun ECHR, keduanya memiliki kewajiban serta upaya-upaya dalam memberikan perlindungan dan menjamin hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tersebut. Melihat keserupaan ini, Penulis tertarik untuk membandingkan keduanya. Utamanya dari segi normatif dan hal-hal konkret upaya yang menjamin hak atas lingkungan hidup. Oleh karena itu, Penulis tertarik melaksanakan penulisan hukum dengan judul TINJAUAN UPAYA MENJAMIN HAK ATAS LINGKUNGAN HIDUP YANG BAIK DAN SEHAT (STUDI KOMPARASI HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA DENGAN EUROPEAN CONVENTION ON HUMAN RIGHTS). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka Penulis tertarik melakukan penelitian untuk mendapatkan solusi dari permasalahanpermasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana hukum lingkungan Indonesia menjamin hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat? 2. Bagaimana ECHR menjamin hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat? 3. Bagaimana perbandingan antara hukum lingkungan Indonesia dengan ECHR dalam menjamin hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat?

9 9 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui upaya menjamin hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat yang dilaksanakan berdasarkan hukum lingkungan Indonesia. 2. Untuk mengetahui upaya menjamin hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat yang dilaksanakan berdasarkan ECHR. 3. Untuk mengetahui perbandingan antara hukum lingkungan Indonesia dengan ECHR dalam menjamin hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. D. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini maka diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Hasil penulisan diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi bagi perkembangan ilmu hukum. Utamanya di bidang hukum lingkungan dalam kaitannya dengan memberikan upaya-upaya penjaminan terhadap hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu dapat berguna sebagai dokumentasi dalam upaya penegakan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat di Indonesia maupun di Eropa (ECtHR). 2. Bahwa hasil penulisan kelak diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi masukan (input) bagi para pengambil kebijakan (policy), yaitu kebijakan-kebijakan yang dapat mengakomodasi penegakan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

10 10 3. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Penulis lanjutan serta dapat menjadi sebuah pedoman dalam pembelajaran hukum lingkungan dengan kaitannya dengan HAM. Penulis juga berharap supaya tulisan ini baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mendorong animo masyarakat untuk melindungi lingkungan dan memahami pentingnya perlindungan atas lingkungan hidup. E. Keaslian Penelitian Penulisan hukum dengan judul Tinjauan Upaya Menjamin Hak Atas Lingkungan Hidup Yang Baik Dan Sehat (Studi Komparasi Hukum Lingkungan Indonesia dengan European Convention on Human Rights) ini dilakukan dengan maksud untuk mengkaji sistem yang berlaku di hukum lingkungan Indonesia dan ECHR dalam kaitannya untuk menjamin hak atas lingkungan hidup. Hasil dari kajian tersebut kemudian Penulis bandingkan sebagai masukan untuk perbaikan pengaturan atau pengambilan kebijakan yang mengakomodasi penjaminan terhadap hak atas lingkungan hidup. Adapun penelitian-penelitian yang terkait dengan penelitian ini secara umum adalah segala penelitian-penelitian yang membahas tentang permasalahan hak asasi atas lingkungan hidup. Termasuk juga penelitian yang membahas bagaimana hukum mengakomodasi penegakan HAM, khususnya hak asasi atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dari hasil riset kepustakaan Penulis, ditemukan penelitian yang memiliki pokok bahasan yang terkait dengan penelitian ini, di antaranya adalah:

11 11 1. Penulisan Hukum Muhammad Alfie Syahrin, Kebijakan Privatisasi Air dan Implikasinya Terhadap Hak Asasi Manusia Atas Air di Indonesia: Kajian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (Studi Komparasi Penerapan Privatisasi Air di Beberapa Negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin) 16 Penelitian tersebut secara umum membahas mengenai aspek substansi penerapan kebijakan privatisasi sumber daya air dalam peraturan perundang-undangan tentang sumber daya air dan implikasinya terhadap hak asasi manusia atas air. Lebih lanjut penelitian ini juga membahas mengenai kedudukan hak atas air sebagai hak asasi manusia serta menguraikan data tentang penerapan privatisasi air di beberapa negara sebagai bahan perbandingan. Perbedaan yang jelas antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan Penulis adalah terkait dengan fokus penelitian. Dalam penelitian, Penulis berfokus pada hak atas lingkungan hidup sebagai hak asasi manusia serta bagaimana jaminan pelaksanaannya. 16 Lihat Muhammad Alfie Syahrin, 2009, Kebijakan Privatisasi Air dan Implikasinya Terhadap Hak Asasi Manusia Atas Air di Indonesia: Kajian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (Studi Komparasi Penerapan Privatisasi Air di Beberapa Negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin), Penulisan Hukum, Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

12 12 2. Penulisan Hukum Margaretha Quina, Pelanggaran Terhadap Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup Oleh Perusahaan Transnasional dalam Hukum Internasional 17 Penulisan hukum tersebut membahas mengenai pengakuan hak asasi manusia terhadap lingkungan sebagai bagian dari hak asasi manusia dalam hukum internasional. Namun, hal yang menjadi fokus penelitian di dalamnya adalah terkait tanggungjawab yang dibebankan terhadap perusahaan transnasional terkait dengan permasalahan lingkungan hidup dalam hukum internasional serta tanggungjawab perusahaan transnasional terhadap pelanggaran hak atas lingkungan hidup. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Penulis, di mana di dalamnya membahas mengenai hubungan antara hak atas lingkungan hidup dengan HAM. Tetapi terdapat perbedaan mendasar, yakni hal yang dibahas oleh Penulis adalah bagaimana hukum di Indonesia serta ECHR mengakomodasi hak atas lingkungan hidup dan upaya-upaya konkret dalam rangka menjamin hak tersebut. 17 Lihat Margaretha Quina, 2012, Pelanggaran Terhadap Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup oleh Perusahaan Transnasional Dalam Hukum Internasional, Penulisan Hukum, Program Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok.

13 13 3. Artikel Ilmiah Iskandar, Konsepsi dan Pengaturan Hak atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat (Kajian Perspektif Hak Asasi Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) 18 Dalam artikel ilmiah tersebut di bahas mengenai konsepsi hak asasi manusia atas lingkungan hidup dan bagaimana kemudian hak tersebut di akomodasi ke dalam hukum positif di Indonesia. Ada beberapa hal yang membedakan dengan penelitian Penulis dengan artikel ilmiah tersebut. Di dalam penelitian Penulis, Penulis tidak hanya membahas mengenai HAM dan hak atas lingkungan hidup dalam hukum Indonesia, namun juga kemudian mengkaji bagaimana hukum Indonesia memberikan jaminan terhadap pelaksanaan hak atas lingkungan hidup. Disamping itu, Penulis juga membandingkannya dengan konvensi HAM regional Eropa tentang HAM yaitu ECHR. Hal yang Penulis kaji dari ECHR adalah bagaimana ECHR berperan dalam memberikan jaminan hak atas lingkungan hidup. Setelah membandingkan dari pemaparan penelitian-penelitian tekait, Penulis menyimpulkan bahwa penulisan hukum tentang Tinjauan Upaya Menjamin Hak Atas Lingkungan Hidup Yang Baik dan Sehat (Studi Komparasi Hukum Lingkungan Indonesia dengan European Convention on Human Rights) belum pernah dilakukan. 18 Lihat Iskandar, 2011, Konsepsi dan Pengaturan Hak atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat (Kajian Perspektif Hak Asasi Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup), Artikel Ilmiah, Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, Bengkulu.

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human rights atau Hak Asasi Manusia menjadi pembahasan penting setelah perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945. Istilah hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia (HAM) merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya. Orang lain tidak

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA Oleh : Nandia Amitaria Pembimbing I : Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH.,MH Pembimbing II : I Made Budi

Lebih terperinci

RINGKASAN. vii. Ringkasan

RINGKASAN. vii. Ringkasan RINGKASAN Politik hukum pengelolaan lingkungan menunjukkan arah kebijakan hukum tentang pengelolaan lingkungan yang akan dibentuk dan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

Lebih terperinci

ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL Oleh: Made Arik Tamaja I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Hukum

Lebih terperinci

PERJALANAN PANJANG PERKEMBANGAN KONSEPSI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

PERJALANAN PANJANG PERKEMBANGAN KONSEPSI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI 2. Pengusahaan hutan diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan hutan yang didasarkan atas azas kelestarian dan azas perusahaan yang meliputi penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan hasil, pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemanasan global (global warming), pencemaran udara, pencemaran air, mahkluk hidup lain yang mengisi ruang di atas bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. pemanasan global (global warming), pencemaran udara, pencemaran air, mahkluk hidup lain yang mengisi ruang di atas bumi ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan serta kualitas lingkungan hidup saat ini semakin menunjukkan angka penurunan, fenomena ini sesungguhnya dapat mengancam kehidupan manusia dan mahkluk hidup

Lebih terperinci

Perbedaan HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen A. Pendahuluan

Perbedaan HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen A. Pendahuluan Perbedaan HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen A. Pendahuluan Hak Asasi Manusia sama artinya dengan hak-hak konstitusional karena statusnya yang lebih tinggi dalam hirarki norma hukum biasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia, sudah sepantasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Tahun 1967 telah mengeluarkan Deklarasi mengenai Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita. Deklarasi tersebut memuat hak dan

Lebih terperinci

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Bab IV Penutup A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Keberadaan Pasal 28 dan Pasal 28F UUD 1945 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa diratifikasinya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 108

Lebih terperinci

HAM dan Hukum Ekonomi Internasional

HAM dan Hukum Ekonomi Internasional HAM dan Hukum Ekonomi Internasional Oleh : Kelompok 10 Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran HAM dan Hk. Ekonomi Internasional Perhatian terhadap hubungan antara HAM dengan Hk. Ekonomi Int l muncul karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian serius sekitar tahun 1970-an, yaitu setelah diadakannya

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian serius sekitar tahun 1970-an, yaitu setelah diadakannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan lingkungan sudah lama menjadi isu global, meskipun baru mendapat perhatian serius sekitar tahun 1970-an, yaitu setelah diadakannya United Nation Conference

Lebih terperinci

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK MAKALAH PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK Disusun oleh RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, NOVEMBER 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghargaan, penghormatan,

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL

BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL BAHAN KULIAH HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL Match Day 8 HAK-HAK ISTIMEWA DAN KEKEBALAN ORGANISASI INTERNASIONAL Sebagai subjek hukum yang mempunyai personalitas yuridik internasional yang ditugaskan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA Oleh : Miga Sari Ganda Kusuma Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS I Made Budi Arsika, SH., LLM Bagian Hukum

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA Penegakan Hukum Administrasi, Hukum Perdata, dan Hukum Pidana Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Oleh: Syahrul Machmud Edisi Kedua Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP A. Kebijakan Lingkungan Hidup dan Kependudukan 1. Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia a. Menjelang konferensi Stockholm (5 Juni 1972)

Lebih terperinci

2 beracun, saat ini tumbuh pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan perindustrian dan pertanian. Perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu

2 beracun, saat ini tumbuh pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan perindustrian dan pertanian. Perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENGESAHAN. KONVENSI. Rotterdam. Bahan Kimia. Pestisida. Berbahaya. Perdagangan. Prosedur Persetujuan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 72)

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin Saat ini, jaminan hak asasi manusia di Indonesia dalam tataran normatif pada satu sisi semakin maju yang ditandai dengan semakin lengkapnya

Lebih terperinci

c. Menyatakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27

c. Menyatakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 RINGKASAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 006/PUU- IV/2006 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI TANGGAL 7 DESEMBER 2006 1. Materi muatan ayat, Pasal dan/atau

Lebih terperinci

HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL Hak Asasi Manusia dan Hukum Ekonomi Internasional, Kovenan Hak Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya / ICESCR 1966 Oleh : Kelompok 10 Ketua Kelompok : Aprilia Gayatri ( A10.05.0201)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep murtad ini dalam Islam, pendapat yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep murtad ini dalam Islam, pendapat yang menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam agama Islam, berpindah keyakinan dari Islam menjadi non- Islam dinamakan murtad dan hal tersebut dilarang. Terdapat dua pendapat terhadap konsep murtad ini dalam

Lebih terperinci

HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM

HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM Oleh : ANI PURWANTI, SH.M.Hum. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 PENGERTIAN HAM HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat

Lebih terperinci

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam kegiatan saling

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam kegiatan saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia dianugrahkan akal, pikiran dan perasaan. Manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan masyarakat dengan cara merusak lembaga dan nilai-nilai demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. keamanan masyarakat dengan cara merusak lembaga dan nilai-nilai demokrasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi merupakan salah satu tindak pidana yang sifatnya serius karena menimbulkan masalah serta ancaman terhadap stabilitas dan keamanan masyarakat dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN ROTTERDAM CONVENTION ON THE PRIOR INFORMED CONSENT PROCEDURE FOR CERTAIN HAZARDOUS CHEMICALS AND PESTICIDES IN INTERNATIONAL TRADE

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA... Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB

Lebih terperinci

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar

Lebih terperinci

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Hak Asasi Manusia Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Pengertian HAM Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA

HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA Materi Perkuliahan HUKUM & HAM ke-9 FH UNSRI LATAR HISTORIS Dirumuskan di bawah pengaruh konteks internasional ketika itu, yakni Perang Dingin; Dirumuskan dalam satu kovenan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (normative legal research) 63 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28D ayat (4) disebutkan bahwa salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28D ayat (4) disebutkan bahwa salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28D ayat (4) disebutkan bahwa salah satu hak warga negara adalah hak untuk mempergunakan suaranya sebagai Warga Negara Indonesia.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE IMPLEMENTATION OF THE PROVISIONS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA OF 10 DECEMBER 1982 RELATING

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA DI DUNIA DAN INDONESIA, SERTA KONTRIBUSI INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN BADAN MEKANISME HAM DI ASEAN

BAB II PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA DI DUNIA DAN INDONESIA, SERTA KONTRIBUSI INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN BADAN MEKANISME HAM DI ASEAN BAB II PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA DI DUNIA DAN INDONESIA, SERTA KONTRIBUSI INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN BADAN MEKANISME HAM DI ASEAN BAB II ini akan membahas mengenai sejarah awal Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN ROTTERDAM CONVENTION ON THE PRIOR INFORMED CONSENT PROCEDURE FOR CERTAIN HAZARDOUS CHEMICALS AND PESTICIDES IN INTERNATIONAL TRADE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dampak akan pesatnya teknologi yang berakibat pada luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek perkawian campuran. Di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia* PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Oleh : Ida Kurnia* Abstrak KHL 1982 tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Allh swt, yang telah memberikan rachmat dan hidayah-

Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Allh swt, yang telah memberikan rachmat dan hidayah- MEMAHAMI AMDAL Edisi 2 oleh Mursid Raharjo Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM. Hak Asasi Manusia Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Pengertian HAM. Generasi

Lebih terperinci

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 1. Ketentuan UUD 1945: a. Pra Amandemen: Pasal 11: Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penahanan Aung San Suu Kyi 1. Pengertian Penahanan Penahanan merupakan proses atau perbuatan untuk menahan serta menghambat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2006),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengungsi dan pencari suaka kerap kali menjadi topik permasalahan antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sebagai mandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982 ABSTRACT Oleh Ida Ayu Febrina Anggasari I Made Pasek Diantha Made Maharta

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN CARTAGENA PROTOCOL ON BIOSAFETY TO THE CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY (PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek penyelenggaran negara dewasa ini berkembang ke arah demokrasi dan perlidungan Hak Asasi Manusaia (HAM). Masalah HAM mengemuka pada setiap kehidupan penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN PADJADJARAN JURNAL ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

PEDOMAN PENULISAN PADJADJARAN JURNAL ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN PEDOMAN PENULISAN PADJADJARAN JURNAL ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN Tata cara penulisan dan pengiriman naskah dalam Jurnal Padjadjaran adalah sebagai berikut: 1. Naskah yang dikirim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan dampak yang serius. Perusahaan yang berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan dampak yang serius. Perusahaan yang berusaha untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep perusahaan tentang maksimalisasi laba telah dilakukan sejak dahulu hingga sekarang. Konsep maksimalisasi laba untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan

Lebih terperinci

HAK ATAS LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK ATAS LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK ATAS LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA (Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Dinamika Hukum, FH Unisma Malang, ISSN: 0854-7254, Vol. VIII No. 15, Pebruari 2002, h. 77-83) Abdul Rokhim 1 Abstrak

Lebih terperinci

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia Oleh: R. Herlambang Perdana Wiratraman Dosen Hukum Tata Negara dan Hak Asasi Manusia Fakultas Hukum Universitas Airlangga Email: herlambang@unair.ac.id atau HP. 081332809123

Lebih terperinci

Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati *

Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati * Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati * Naskah diterima: 27 Januari 2016; disetujui: 03 Februari 2016 Indonesia merupakan negara yang kaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE IMPLEMENTATION OF THE PROVISIONS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA OF 10 DECEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana tercantum pada Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan secara tegas bahwa Indonesia merupakan Negara Hukum. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi anak merupakan cerminan kondisi bangsa di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi anak merupakan cerminan kondisi bangsa di masa yang akan datang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset dan investasi masa depan bagi sebuah bangsa. 1 Kondisi anak merupakan cerminan kondisi bangsa di masa yang akan datang. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1 Abstrak Masalah kewarganegaraan dan tak berkewarganegaraan merupakan masalah yang asasi, dan menyangkut perlindungan

Lebih terperinci

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Oleh Rumadi Peneliti Senior the WAHID Institute Disampaikan dalam Kursus HAM untuk Pengacara Angkatan XVII, oleh ELSAM ; Kelas Khusus Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan,

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

Kebijakan Penyediaan Perumahan di Indonesia

Kebijakan Penyediaan Perumahan di Indonesia PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN RP09-1304 Kebijakan Penyediaan Perumahan di Indonesia Oleh: Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc. RPS 2014 PAYUNG HUKUM PENYEDIAAN PERUMAHAN GLOBAL Uraian tentang deklarasi internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika merupakan hari bersejarah bagi perkembangan Hukum Laut Internasional. Saat itu diadakan Konferensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangkauannya. Para pelaku bisnis tidak hanya melakukan kerja sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. jangkauannya. Para pelaku bisnis tidak hanya melakukan kerja sama dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan bilateral di dunia internasional memiliki andil yang cukup signifikan dalam hal pelaksanaan bisnis dunia. Sebagai salah satu contohnya, perkembangan dalam praktik

Lebih terperinci

Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri

Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global Kementerian Luar Negeri 30/01/2014 1 KTT Rio+20: the Future We Want Konferensi PBB untuk Pembangunan

Lebih terperinci

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs)

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Toferry P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri 2015 Outline Pentingnya SDGs Proses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut paham nomokrasi bahkan semenjak negara Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Paham nomokrasi adalah sebuah paham yang menempatkan

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN. KEWARGANEGARAAN Modul ke: HAK ASASI MANUSIA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id HAK ASASI MANUSIA Pokok Bahasan: 1.Pengertian Hak Asasi Manusia. 2. Tujuan Hak Asasi

Lebih terperinci

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana PENYELESAIAN KASUS KEKERASAN TERHADAP JEMAAT AHMADIYAH DI WILAYAH CIKEUSIK INDONESIA DALAM PERSPEKTIF KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK- HAK SIPIL DAN POLITIK Oleh: I Made Juli Untung Pratama I Gede Pasek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Untuk menjaga harkat dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN DALAM UPAYA MEMENUHI HAK ASASI SOSIAL (Studi Kasus Penggunaan Jamkesmas di Desa Kenteng, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN KJRI DAVAO CITY MENYELESAIKAN PERMASALAHAN MASYARAKAT KETURUNAN INDONESIA DI MINDANAO YANG BERESIKO STATELESS

BAB IV LANDASAN KJRI DAVAO CITY MENYELESAIKAN PERMASALAHAN MASYARAKAT KETURUNAN INDONESIA DI MINDANAO YANG BERESIKO STATELESS BAB IV LANDASAN KJRI DAVAO CITY MENYELESAIKAN PERMASALAHAN MASYARAKAT KETURUNAN INDONESIA DI MINDANAO YANG BERESIKO STATELESS Ratusan tahun yang lalu, masyarakat tradisional Indonesia yang pada saat itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga ditegaskan oleh Zaidun (dalam Soemodihardjo,2008: vii)

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga ditegaskan oleh Zaidun (dalam Soemodihardjo,2008: vii) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukuman mati bagi koruptor di Indonesia menjadi permasalahan yang dilematis di Indonesia. Setidaknya ada dua ruang tarik menarik mengenai prokontra hukuman mati bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights pada tahun 1948 telah terjadi perubahan arus global di dunia internasional

Lebih terperinci

Macam-macam konstitusi

Macam-macam konstitusi Macam-macam konstitusi C.F Strong, K.C. Wheare juga membuat penggolongan terhadap konstitusi. Menurutnya konstitusi digolongkan ke dalam lima macam, yaitu sebagai berikut: 1. 1. 1. konstitusi tertulis

Lebih terperinci

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA Pengertian Hak Azazi Manusia Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal Dasar-dasar HAM tertuang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana dan pemidanaan) karya Cesare Beccaria pada tahun 1764 yang menjadi argumen moderen pertama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara negara dunia pasca perang dunia II gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki perekonomian negaranya yang hancur serta memajukan kesejahteraan penduduknya

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 29 Januari 2008 Pokok Pembahasan 1. Bagaimana ketentuan hukum

Lebih terperinci

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Oleh: Antarini

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM 7 (1997) Hak atas Tempat Tinggal yang Layak: Pengusiran Paksa (Pasal 11 [1]

KOMENTAR UMUM 7 (1997) Hak atas Tempat Tinggal yang Layak: Pengusiran Paksa (Pasal 11 [1] 1 KOMENTAR UMUM 7 (1997) Hak atas Tempat Tinggal yang Layak: Pengusiran Paksa (Pasal 11 [1] Perjanjian Internasional atas Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya 1. Dalam Komentar Umum No. 4 (1991), Komite

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan notaris dalam kehidupan masyarakat sangat dibutuhkan bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan

Lebih terperinci