PENGARUH SIKLUS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA (Studi Kasus PT Semen Gresik Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk)

Transkripsi

1 JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 1 No. 1, April 21 : 2-27 PENGARUH SIKLUS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA (Studi Kasus PT Semen Gresik Tbk dan PT Holcim Indonesia Tbk) Oleh * Nusa Muktiadji dan Yesi Oktaria * Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor ABSTRACT Operating cycle is an important matter in a company. because by that operating cycle, it can be found out whether the company has been running well in day-to-day business. In addition, we can also find out whether the company is able to meet its financial obligations in due time. The goal of this research is to find out how high the influence of operating cycle against liquidity and working capital of the company. This study is conducted by using cases at PT. Semen Gresik Tbk and PT. Holcim Indonesia Tbk. Those companies are cement producers and distributors. The results of this research shows that in PT. Semen Gresik Tbk operating cycles as independent variable (X) has a very strong influence against liquidity as dependent variable (Y 1 ) with level of significance.99 or 9.9%. While in PT. Holcim Indonesia Tbk the influence of variable-x against variable-y statitically is not significant =.511 or 51.1%. It also shows that in PT. Semen Gresik Tbk between variable-x that is operating cycles and variable-y that is net working capital (Y 2 ) statistically has not significant influence =.364 or 36.4%. While in PT. Holcim Indonesia Tbk between variable-x and variabel-y that is indicated by operating cycle (X) and net working capital (Y 2 ) respectively shows not significant influence =.842 or 84.2%. This condition is caused by the fact that. PT. Semen Gresik Tbk can manage well its financial performance. While PT. Holcim Indonesia Tbk has a lack of good management in managing trade account receivables and inventory. Keywords : cycle operations, liquidity, net working capital PENDAHULUAN Bagi suatu perusahaan, siklus operasi perusahaan merupakan suatu unsur yang sangat penting untuk menjalankan kegiatan perusahaan sehari-harinya. Karena tanpa adanya siklus operasi di dalam suatu perusahaan, maka perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya struktur organisasi siklus operasi yang tepat, yang jelas dan yang dapat dimengerti oleh semuanya, baik yang dapat dimengerti oleh karyawan, manajer, maupun direktur perusahaan. Di dalam setiap perusahaan selain siklus operasi, likuiditas juga dapat menunjang dan perkembangan suatu perusahaan. Karena likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya, baik dalam mendanai operasi bisnis sehari-hari dan juga harus dapat melunasi hutang yang jatuh tempo.

2 Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 1 No. 1, April 21 Kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang yang jatuh tempo besar sekali pengaruhnya terhadap kelancaran operasi bisnis mereka karena proses usaha bisnis perusahaan selalu berhubungan dengan kegiatan hutang dan mengutangi. Sebuah perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban finansialnya digolongkan sebagai perusahaan likuid, sebaliknya bila sebuah perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya disebut perusahaan yang illikuid. Bagi pimpinan perusahaan, analisis laporan keuangan merupakan sarana untuk mengendalikan operasi perusahaan dan pihakpihak luar perusahaan, dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang telah jatuh tempo, mengukur efektifitas dan efisiensi penggunaan modal kerja yang diperoleh dan pencatatan modal kerja yang telah digunakan dalam laporan keuangan. Modal kerja merupakan jumlah dana yang tersedia untuk operasi jangka pendek perusahaan. Besarnya modal kerja memberikan gambaran rasio lancar yang mencukupi, akan tetapi kegagalan modal kerja akan mengakibatkan kegagalan perusahaan dan dalam menjalankan operasinya sehari-hari. Modal kerja bersih merupakan dana untuk kegiatan investasi, yang artinya jalannya perusahaan tergantung dari siklus operasi, dimana menjadi kunci utama dalam mempertahankan likuiditas keuangan perusahaan. Kepemilikan modal kerja dengan nilai perputaran persediaan dan perputaran piutang, bisa dikatakan perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang kaya raya. Siklus operasi selalu dalam keadaan modal kerja yang berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Jika di dalam perusahaan siklus operasinya semakin cepat, maka likuiditasnya semakin baik atau likuid. Tetapi jika siklus operasi di dalam perusahaan lama, maka likuiditasnya tidak baik atau dikatakan illikuid. Selain itu, jika di dalam perusahaan siklus operasinya semakin cepat, maka modal kerjanya semakin baik atau likuid. Tetapi jika siklus operasi di dalam perusahaan lama, maka modal kerjanya tidak baik atau dikatakan illikuid. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penyusunan ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta yang bertujuan untuk membandingkan dari tahun ke tahun. Dari metode ini diharapkan dapat memperoleh data-data dan sarana penelitian yang diperlukan dalam penulisan ini. Adapun sumber dan informasi dalam pengumpulan data adengan menggunakan sumber sekunder, yaitu : Studi kepustakaan dan Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis koefisien korelasi, analisis determinasi, analisis regresi, analisis indeks. HASIL DAN PEMBAHASAN Kecenderungan (trends) Siklus Operasi dan Likuiditas Tabel 1 Siklus Operasi dan Current Ratio PT. Semen Gresik Tbk Current Tahun SO SO % Ratio CR % 24 2,59 1 1, ,63 11,54 1,74 16,1 26 3,13 12,85 2,84 173, ,22 124,32 3,64 221, ,81 18,49 3,38 26,1 5 th 2,12% 26,52% Sumber : Hasil Perhitungan, 24-28, diolah SO % CR % Sumber : IDX Value Line 24-28, diolah 21

3 MUKTIADJI dan WIDARTA, Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Kemampulabaan Gambar 1 Kecenderungan SO dan CR PT. Semen Gresik Tbk Selama Tahun Dari tabel 1 dan gambar grafik 1 PT. Semen Gresik Tbk menunjukkan bahwa siklus operasi rata-rata tumbuh 2,12%. Siklus operasi mengalami peningkatan yaitu dari tahun 24-27, terutama mengalami peningkatan pada tahun 26 sebesar 19,1%, sedangkan pada tahun 27 mengalami peningkatan sebesar 2,88%, dan pada tahun 25 sebesar 1,54%. Hal ini juga mempengaruhi besarnya rata-rata current ratio atau rasio lancar 26,52%, terutama mengalami peningkatan pada tahun 26 sebesar 63,22%, sedangkan pada tahun 27 mengalami peningkatan sebesar 28,17%, dan pada tahun 25 mengalami peningkatan sebesar 6,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode penelitian selama tahun 24-27, baik siklus operasi dengan rumus RUP + RPT dan likuiditas dengan current ratio atau rasio lancar memperlihatkan suatu pergerakan menuju pada titik positif. Sedangkan pada tahun 28 mengalami terjadinya penurunan rata-rata sebesar -12,73% ini disebabkan karena tingkat perputaran persediaan yang semakin besar atau tinggi dari persediaan yang lain. Persediaan pada tahun 28 yaitu sebesar Persediaan yang tinggi ini menandakan bahwa perputaran persediaan yang semakin melambat sehingga proses perubahan barang jadi menjadi kas kembali melalui penjualan semakin lambat. Hal ini membuat kondisi likuiditas perusahaan menjadi rendah. Jika dilihat dari perputaran piutang dagang pada tahun 28 hanya sebesar 8,3 kali. Dengan adanya penurunan rasio ini disebabkan ada investasi yang berlebihan dalam piutang. Sehingga manajemen pada PT. Semen Gresik Tbk harus melakukan analisa yang lebih lanjut, karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin juga ada perubahan dalam kebijakan pemberian kredit. Yang akhirnya dapat menyebabkan menurunnya perputaran piutang dagang tersebut. Berbeda dengan PT. Semen Gresik Tbk, PT. Holcim Indonesia Tbk yang juga bergerak dalam bidang industri semen memiliki hubungan yang saling bertolak belakang atau 22 berlawanan antara siklus operasi dengan rumus (RUP + RPT) dan likuiditas dengan current ratio atau ratio lancar. Perkembangan pada kasus PT. Holcim Indonesia Tbk pada siklus operasi memiliki tingkat rata-rata sebesar 2,2%, sedangkan current ratio atau rasio lancar memiliki tingkat rata-rata sebesar -9,78%. Perbedaan persentase antara siklus operasi dengan rumus (RUP + RPT) dan likuiditas dengan current ratio atau rasio lancar tidak signifikan, karena persentase siklus operasi dengan rumus (RUP + RPT) dengan persentase likuiditas dengan current ratio atau rasio lancar, yaitu berada dibawah persentase siklus operasi dengan rumus (RUP + RPT). Perbedaan ini dapat dilihat dan dijelaskan pada tabel dan gambar dibawah ini dengan periode Tabel 2 Siklus Operasi dan Current Ratio PT. Holcim Indonesia Tbk Current Tahun SO SO % Ratio CR % 24 3,63 1 2, ,71 12,2 1,68 6, ,61 99,45 1,22 44,2 27 4,21 115,98 1,33 48, ,95 18,82 1,68 6,87 5 th 2,2% -9,78% Sumber : Hasil Perhitungan, 24-28, diolah SO % CR % Sumber : IDX Value Line 24-28, diolah Gambar 2 Kecenderungan SO dan CR PT. Holcim Indonesia Tbk Selama Tahun Dari tabel 2 dan gambar grafik 2, PT. Holcim Indonesia Tbk, menunjukkan bahwa siklus operasi rata-rata tumbuh 2,2%. Siklus operasi mengalami peningkatan pada tahun

4 Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 1 No. 1, April sebesar 16,62%, sedangkan pada tahun 25 mengalami peningkatan sebesar 2,2%. Hal ini juga menunjukkan bahwa current ratio atau rasio lancar memiliki rata-rata sebesar -9,78%. Current ratio atau rasio lancar mengalami peningkatan pada tahun 28 sebesar 26,32%, sedangkan pada tahun 27 mengalami peningkatan sebesar 9,2%. Pada tabel 2 dan gambar grafik 2 menunjukkan bahwa rata-rata siklus operasi pada tahun 26 sebesar -2,7%, pada tahun 28 sebesar -6,18%. Ini memperlihatkan bahwa suatu pergerakan yang negatif. Sedangkan pada rata-rata current ratio atau rasio lancar pada tahun 25 sebesar -39,13%, pada tahun 26 sebesar -27,38%. Ini juga memperlihatkan bahwa suatu pergerakan yang negatif. Hal ini disebabkan karena meningkatnya siklus operasi tidak diikuti oleh meningkatnya current rasio atau rasio lancar. Kecenderungan (trends) Siklus Operasi dan Modal Kerja Bersih Tabel 3 Siklus Operasi dan Modal Kerja Bersih PT. Semen Gresik Tbk Tahun SO SO % Bersih Bersih % 24 2, ,63 11, ,6 26 3,13 12, ,2 27 3,22 124, , ,81 18, ,57 5 th 2,12% 88,14% Sumber : Hasil Perhitungan, 24-28, diolah Dari tabel 3 dan gambar grafik 3, PT. Semen Gresik Tbk, menunjukkan siklus operasi mengalami rata-rata sebesar 2,12%, mengalami peningkatan. Pada tahun 26 mengalami peningkatan sebesar 19,1%, sedangkan pada tahun 27 mengalami peningkatan sebesar 2,88%, dan pada tahun 25 mengalami peningkatan sebesar 1,54%. Pada tahun 28 mengalami penurunan sebesar -12,73%. Modal kerja bersih cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Modal kerja bersih dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yaitu pada tahun 24 sebesar , pada tahun 25 sebesar , pada tahun 26 sebesar , pada tahun 27 sebesar , dan pada tahun 28 sebesar modal kerja bersih yaitu sebesar 88,14%. Modal kerja bersih mengalami peningkatan paling tinggi pada tahun 26 yaitu sebesar 68,35%, sedangkan pada tahun 25 mengalami peningkatan sebesar 45,6%, pada tahun 27 mengalami peningkatan sebesar 41,91%, dan pada tahun 28 mengalami peningkatan sebesar 3,59%. Pada tabel dan grafik 3, menunjukkan periode penelitian selama lima tahun, baik siklus operasi dengan modal kerja bersih menunjukkan suatu pergerakan menuju titik yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Semen Gresik Tbk kurang maksimal dalam mengelola persediaan dan piutang dagangnya. Tabel 4 Siklus Operasi dan Modal Kerja Bersih PT. Holcim Indonesia Tbk Tahun SO SO % Bersih Bersih % 24 3, ,71 12, , ,61 99, ,7 27 4,21 115, , ,95 18, ,29 5 th 2,2% 6,32% Sumber : Hasil Perhitungan, 24-28, diolah SO % Bersih % Sumber : IDX Value Line 24-28, diolah Gambar 3. Kecenderungan SO dan Modal Kerja Bersih PT. Semen Gresik Tbk Selama Tahun

5 MUKTIADJI dan WIDARTA, Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Kemampulabaan SO % Bersih % Sumber : IDX Value Line 24-28, diolah Gambar 4. Kecenderungan SO dan Modal Kerja Bersih PT. Holcim Indonesia Tbk Selama Tahun Dari tabel 4 dan gambar grafik 4 PT. Holcim Indonesia Tbk menunjukkan bahwa modal kerja bersih mengalami penurunan dari tahun Sedangkan mengalami peningkatan dari tahun Meningkatnya siklus operasi tidak diikuti dengan meningkatnya modal kerja bersih dikarenakan manajemen dalam perusahaan tersebut tidak dapat mengelola aktiva lancar dan kewajiban lancarnya dengan baik. Selain itu PT. Holcim Indonesia Tbk juga tidak dapat mengelola perputaran piutang dagang dan perputaran persediaan dengan baik. Siklus operasi rata-rata tumbuh sebesar 2,2%, terutama mengalami peningkatan pada tahun 27 yaitu sebesar 16,62%, sedangkan pada tahun 25 sebesar 2,2%. Siklus operasi juga mengalami penurunan pada tahun 26 sebesar -2,7% dan pada tahun 28 mengalami penurunan sebesar -6,18%. Modal kerja bersih rata-rata tumbuh sebesar 6,32%, terutama pada tahun 28 yaitu sebesar 115,48%, sedangkan pada tahun 27 mengalami peningkatan sebesar 87,14%. Modal kerja bersih juga mengalami penurunan pada tahun 25 yaitu sebesar -27,4% dan pada tahun 26 sebesar -57,41%. Jika dilihat dari perputaran piutang dagang dan perputaran persediaan PT. Holcim Indonesia Tbk ini cukup unik. Karena meningkatnya perputaran piutang dagang dari tahun 24 yaitu sebesar 7,2 dan tahun 25 sebesar 8,15 tidak berpengaruh terhadap meningkatnya pada perputaran persediaan yakni dari tahun 24 sebesar 7,54 dan pada tahun 25 sebesar 6,84. Ini juga terjadi pada tahun 27-28, dimana perputaran piutang dagang mengalami peningkatan tetapi mengalami penurunan pada perputaran persediaan. Hipotesis Statistik I Hubungan Siklus Operasi dengan Likuiditas PT. Semen Gresik Tbk Pada kasus PT. Semen Gresik Tbk memperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar,87 atau 8,7%. Nilai,87 atau 8,7% ini operasi meningkat maka likuiditas juga meningkat. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar,87 atau 8,7% termasuk ke dalam korelasi positif yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa eratnya hubungan variabel siklus operasi dengan likuiditas. Koefisien determinasi (R2) pada PT. Semen Gresik Tbk yaitu sebesar,651 atau 65,1%. Nilai,651 atau 65,1% ini operasi meningkat maka likuiditas juga akan meningkat. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar,651 atau 65,1% termasuk ke dalam korelasi positif yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa eratnya hubungan variabel siklus operasi dengan likuiditas. Nilai F hitung yaitu sebesar 5,584 dengan memiliki tingkat signifikan sebesar,99 atau 9,9%. Tingkat signifikan sebesar,99 atau 9,9% lebih kecil dari nilai kritis,1 atau 1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu siklus operasi (X) dengan variabel terikat yaitu likuiditas (Y 1) memiliki pengaruh yang signifikan diantara keduanya, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel yang dibangun diantara kedua variabel ini adalah baik. Pengaruh Siklus Operasi terhadap Likuiditas PT. Semen Gresik Tbk Dari hasil perhitungan dapat diketahui koefisien regresi pada kasus PT. Semen Gresik Tbk. Persamaan regresi adalah sebagai berikut : Y = -4,8 + 2,59 X Keterangan : Y = Likuiditas (Current Ratio atau Rasio Lancar) X = Siklus Operasi (RUP + RPT) 24

6 Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 1 No. 1, April 21 Pada kasus PT. Semen Gresik Tbk memiliki nilai yang negatif yaitu α (alpha) -4,8 sedangkan β (beta) memiliki nilai yang positif 2,59, sehingga persamaan regresi diatas menggambarkan bahwa siklus operasi (X) terhadap (RUP + RPT) memiliki pengaruh negatif. Jika setiap perubahan siklus operasi naik sebesar Rp 1 satuan, maka likuiditas (Y1) senantiasa bergerak berbanding terbalik dengan penambahan sebesar siklus operasi yaitu 2,59 atau mengalami penurunan sebesar 2,59. Namun sebaliknya apabila siklus operasi mengalami penurunan sebesar Rp 1 satuan, maka likuiditas juga akan mengalami kenaikan sebesar 2,59. Tetapi jika siklus operasi tidak mengalami perubahan atau Rp, maka likuiditas hanya akan berada pada level yang tidak stabil dan bernilai negatif yaitu sebesar -4,8. Sedangkan hasil uji t hitung sebesar 2,363. Sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan α (alpha) sebesar,1 atau tingkat signifikan sebesar 1% dengan derajat bebas (df) 3 adalah 2,353. Dari pengujian antara uji t hitung dengan t tabel, hal ini dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel atau 2,363 > 2,353. Hal ini menyatakan bahwa siklus operasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas atau dalam kata lain siklus operasi memiliki pengaruh yang nyata terhadap likuiditas. Hubungan Siklus Operasi dengan Likuiditas PT. Holcim Indonesia Tbk Pada kasus PT. Holcim Indonesia Tbk memperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar,394 atau 39,4%. Nilai,394 atau 39,4% ini operasi meningkat maka likuiditas juga meningkat. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar,394 atau 39,4% termasuk ke dalam korelasi positif yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa eratnya hubungan variabel siklus operasi dengan likuiditas. Koefisien determinasi (R2) pada PT. Holcim Indonesia Tbk yaitu sebesar,155 atau 15,5%. Nilai,155 atau 15,5% ini operasi meningkat maka likuiditas juga akan meningkat. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar,155 atau 15,5% termasuk ke dalam korelasi positif yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa eratnya hubungan variabel siklus operasi dengan likuiditas. Nilai F hitung yaitu sebesar,552 dengan memiliki tingkat signifikan sebesar,511 atau 51,1%. Tingkat signifikan sebesar,511 atau 51,1% lebih besar dari nilai kritis,1 atau 1%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu siklus operasi (X) dengan variabel terikat yaitu likuiditas (Y 1) memiliki pengaruh yang tidak signifikan diantara keduanya, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel yang dibangun diantara kedua variabel ini adalah tidak baik. Pengaruh Siklus Operasi terhadap Likuiditas PT. Holcim Indonesia Tbk Dari hasil perhitungan dapat diketahui koefisien regresi pada kasus PT. Holcim Indonesia Tbk. Persamaan regresi adalah sebagai berikut : Y = 5,327,94 X Keterangan : Y = Likuiditas (Current Ratio atau Rasio Lancar) X = Siklus Operasi (RUP + RPT) Pada kasus PT. Holcim Indonesia Tbk memiliki nilai yang positif yaitu α (alpha) 5,327 sedangkan β (beta) memiliki nilai negatif -,94, sehingga persamaan regresi diatas menggambarkan bahwa siklus operasi (X) memiliki pengaruh negatif. Jika setiap perubahan siklus operasi naik sebesar Rp 1 satuan, maka likuiditas (Y1) senantiasa bergerak berbanding terbalik dengan penambahan sebesar siklus operasi yaitu -,94. Namun sebaliknya apabila siklus operasi mengalami penurunan sebesar Rp 1 satuan, maka likuiditas juga akan mengalami kenaikan sebesar 5,327. Tetapi jika siklus operasi tidak mengalami perubahan atau Rp, maka likuiditas hanya akan berada pada level yang stabil dan bernilai positif yaitu sebesar 5,327. Sedangkan hasil uji t hitung sebesar -,743. Sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan α (alpha) sebesar,1 atau tingkat signifikan sebesar 1% dengan derajat bebas (df) 3 adalah 2,353. Dari pengujian antara uji t hitung dengan t tabel, hal ini dapat disimpulkan bahwa t hitung lebih kecil dari t 25

7 MUKTIADJI dan WIDARTA, Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Kemampulabaan tabel atau -,743 < 2,353. Hal ini menyatakan bahwa siklus operasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap likuiditas atau dalam kata lain siklus operasi tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap likuiditas. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan penelitian yang sudah penulis teliti dan hitung pada PT. Semen Gresik Tbk, dapat di ambil kesimpulan bahwa siklus operasi dan likuiditas memperlihatkan pada titik positif. Yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai pengaruh antara variabel bebas yaitu siklus operasi (X) dan variabel terikat yaitu likuiditas (Y 1) signifikan yaitu sebesar,99 atau 9,9%. Sedangkan jika pada siklus operasi dan modal kerja bersih menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mempunyai pengaruh antara variabel bebas yaitu siklus operasi (X) dan variabel bebas yaitu modal kerja bersih (Y 2) yaitu sebesar,364 atau 36,4% atau melebihi nilai kritis 1%. Pada PT. Holcim Indonesia Tbk, dapat diambil kesimpulan bahwa siklus operasi dan likuiditas tidak mempunyai pengaruh antara variabel bebas yaitu siklus operasi (X) dan variabel terikat yaitu likuiditas (Y1) yaitu sebesar,511 atau 51,1% atau melebihi nilai kritis 1%. Sedangkan jika pada siklus operasi dan modal kerja bersih menunjukkan bahwa perusahaan tersebut juga tidak mempunyai pengaruh antara variabel bebas yaitu siklus operasi (X) dan variabel terikat yaitu modal kerja bersih (Y2) yaitu sebesar,842 atau 84,2% atau melebihi nilai kritis 1%. Jika dibandingkan antara PT. Semen Gresik Tbk dengan PT. Holcim Indonesia Tbk yang paling baik adalah PT. Semen Gresik Tbk. Karena jika kita lihat dari hasil perhitungan siklus operasinya meningkat dari tahun ke tahun. nya adalah sebesar 2,12%. Selain itu likuiditas PT. Semen Gresik Tbk juga meningkat dari tahun ke tahunnya, rata-rata nya sebesar 26,52%. Dan modal kerja bersih juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, rata-rata nya sebesar 88,14%. Yang berarti bahwa PT. Semen Gresik Tbk dapat mengelola kinerja keuangan perusahaan dengan sangat baik. Baik dalam hal siklus operasi, likuiditas, dan modal kerjanya. DAFTAR PUSTAKA Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William Petty, David F. Scott, JR. 25. Manajemen Keuangan: Prinsip-prinsip Dasar dan Aplikasi. Edisi kesembilan. PT. Kelompok Gramedia. Jakarta. John J. Wild, K. R. Subramanyam, Robert F. Halsey. 25. Financial Statement Analysis. Edisi kedelapan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Jumingan, 26. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan pertama, PT. Bumi Aksara. Jakarta. Munawir S. 24. Analisa Laporan Keuangan. Edisi keempat. Liberty. Yogyakarta. Noor Achmad. 27. Analisis Laporan Keuangan (Dari Perspektif Manajemen). Bogor: STIE Kesatuan Bogor. Nusa Muktiadji dan Noor Achmad. 25. Analisis Kecukupan Modal Kerja, Arus Kas Operasi dan Kemampulabaan dengan Menggunakan Tolok Ukur Siklus Operasi: Studi Kasus pada PT. Kalbe FarmaTbk. Jurnal ilmiah akuntansi dan manajemen ranggagading Volume 5 No. 2: Hal Ridwan Sundjaya. Inge Barlian. 22. Manajemen Keuangan. Edisi keempat, PT. Prenhallindo. Jakarta. Sofyan Syafri Harahap. 21. Analisis Kritis atas Laporan Keuanga. Edisi kesatu, cetakan 3, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 26