GEGURITAN KARYA NUR INDAH DALAM PAGUPON 2 (SUATU KAJIAN STILISTIKA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GEGURITAN KARYA NUR INDAH DALAM PAGUPON 2 (SUATU KAJIAN STILISTIKA)"

Transkripsi

1 GEGURITAN KARYA NUR INDAH DALAM PAGUPON 2 (SUATU KAJIAN STILISTIKA) Diajukan Untuk Melengkapi sebagian Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh: Febrianto Hanggoro Putro C FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

2

3

4

5 MOTTO Kekuatan tidak berasal dari kapasitas fisik. Kekuatan berasal dari kemauan yang gigih. Mahatma Gandhi Tenang dalam pikiran, tenang dalam ucapan, tenang dalam perbuatan, ia yang berpengertian benar, telah bebas, damai, dan seimbang Buddha Gotama (Dhammapada: 96)

6 PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Bapak, Ibu, Adik, Teman-teman, serta Almamaterku.

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi berjudul Kajian Stilistika Geguritan Karya Nur Indah. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Segala hambatan dalam proses penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, petunjuk serta bantuan dari pelbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan izin penulisan skripsi ini. 3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Drs. Sri Supiyarno, M.A., selaku pembimbing I dengan penuh kesabarannya telah memberikan bimbingan, saran, dan nasihat demi terselesaikannya skripsi ini. 5. Drs. Yohanes Suwanto, M.Hum., selaku pembimbing II atas bimbingannya telah memberi masukan demi penyempurnaan skripsi ini.

8 6. Bapak Ibu Dosen beserta staf Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya. 7. Kepada UPT Perpustakaan UNS dan FSSR, terima kasih atas pelayanannya selama penulis membutuhkan referensi. 8. Bapak, Ibu, dan adikku tersayang, yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi, dan kepercayaan sehingga dapat menempuh kuliah sampai akhir. 9. Teman-teman Sastra Daerah angkatan 2008, terima kasih atas bantuan, dukungan dan motivasinya, semoga sukses. 10. Teman-teman LPM Kalpadruma, terimakasih atas dukungan dan motivasinya. 11. Semua pihak yang membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam berbagai hal karena terbatasnya kemampuan penulis. Maka penulis mengharap kritik dan saran guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi diri penulis dan orang lain. Surakarta, Desember 2012 Penulis

9 DAFTAR ISI JUDUL... PENGESAHAN... PERSETUJUAN... PERNYATAAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TANDA, LAMBANG, DAN SINGKATAN... BAGAN... ABSTRAK... SARI PATHI... ABSTRACT... i ii iii iv v vi vii ix xiii xiv xv xvi xvii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan Masalah... 7 C. Rumusan Masalah... 7 D. Tujuan Penelitian... 8 E. Manfaat Penelitian... 9 F. Sistematika Penulisan... 9 BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR Landasan Teori Pengertian Stilistika... 11

10 2. Geguritan (Puisi Jawa Modern) Pencitraan Pengulangan Bunyi (Purwakanthi) Diksi Gaya Bahasa. 27 B. Kerangka Pikir BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Data dan Sumber Data C. Populasi dan Sampel D. Alat Penelitian E. Metode Pengumpulan Data F. Metode Analisis Data G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Aspek Bunyi dalam geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon Asonansi (Purwakanthi Swara) Aliterasi (Purwakanthi Sastra) Lumaksita (Purwakanthi Basa) B. Aspek Pencitraan dalam Geguritan Karya Nur Indah dalam Pagupon Citra Penglihatan Citra Gerak Citra Pendengaran Citra Penciuman...71

11 5. Citra Perabaan C. Aspek Diksi dalam geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon Sinonim Antonin Tembung Saroja Tembung Plutan Idiom Kata dari Bahasa Kawi Bentuk-bentuk literer berafiks Bentuk Literer yang reduplikasi D. Aspek Gaya bahasa dalam geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon Anafora Personifikasi Klimaks Repetisi Ironi Antitesis Simile Retoris Hiperbol Metafora. 120 BAB V. PENUTUP A. Simpulan

12 B. Saran DAFTAR PUSTAKA

13 DAFTAR TANDA, LAMBANG, DAN SINGKATAN 1. Daftar Tanda... : Ada bagian yang dihilangkan... : Pengapit terjemahan /.../ : Pengapit ejaan fonetis... : Kutipan {...} : Untuk mengapit proses pembentukan kata (...) : Tanda opsional atau pelengkap / : Garis miring menyatakan atau >< : Tanda sudut menandakan lawan kata/antonim - : Tanda hubung maksudnya bergabung dengan = : Menjadi 2. Lambang E : Melambangkan bunyi vokal /ê/, seperti pintêr pandai O : Melambangkan bunyi vokal /o/ belakang bulat, seperti [klopo] kelapa 3. Daftar Singkatan BUL RWP MWA SWS APM I APM II BDI PIK TS KSL SK KL PUP : Bagi Unsur Langsung : Rahayu kang Wus Purna : Manggul Warisan Agung : Sabukwalaku SBCmu : Ana Keluk ing Pucuking Menoreh I : Ana Keluk ing Pucuking Menoreh II : Bedhahe Dhodhotira : Pasare Wus Ilang Kumandhange : Tumbas Suwarga : Kang Sumare Wus Lerem : Soloku : Kasetyan Langgeng : Pilah Unsur Penentu

14 DAFTAR BAGAN Bagan Kerangka Pikir...33

15 ABSTRAK Febrianto Hanggro Putro. C Geguritan Karya Nur Indah dalam Pagupon 2 (Suatu Kajian Stilistika). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah pemanfaatan dan pemilihan aspek-aspek bunyi bahasa geguritan karya Nur Indah dalam buku Pagupon 2?; (2) bagaimanakah diksi dalam geguritan karya Nur Indah dalam buku Pagupon 2?; (3) Gaya bahasa apa sajakah yang terdapat dalam geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon 2?; (4) bagaimanakah aspek pencitraan dalam geguritan Nur Indah dalam buku Pagupon 2? Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah data tulis yang berupa geguritan karya Nur Indah tahun 2012 yang di dalamnya terdapat aspek bunyi, diksi, gaya bahasa, dan pencitraan. Sumber data penelitian ini adalah buku Pagupon 2 tahun Jumlah geguritan yang diteliti adalah 11 geguritan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh geguritan karya Nur Indah yang terdapat dalam buku Pagupon 2 tahun Sampel data penelitian ini adalah satuan lingual yang mengandung unsur-unsur stilistika (aspek bunyi, diksi, gaya bahasa, dan pencitraan) dalam 11 geguritan karya Nur Indah tahun 2012 yang memenuhi syarat representatif untuk dianalisis. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak, kemudian ditindaklanjuti dengan teknik catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode distribusional dan metode padan. Metode distribusional digunakan untuk menganalisis aspek bunyi dan diksi atau pilihan kata dengan teknik dasar BUL (Bagi Unsur Langsung) dan teknik lanjutan berupa teknik interpretasi. Sedangkan metode padan digunakan untuk menganalisis gaya bahasa dan pencitraan dengan teknik dasar PUP (Pilah Unsur Penentu). Daya pilah yang digunakan adalah daya pilah referensial. Adapun metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal. Berdasarkan asil analisis data dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan aspek-aspek stilistika dalam geguritan karya Nur Indah dalam buku Pagupon 2 tahun 2012, ditemukan adanya asonansi (purwakanthi suwara), aliterasi (purwakanthi sastra), dan lumaksita (purwakanthi basa). Diksi dalam geguritan karya Nur Indah dalam buku Pagupon 2 tahun 2012, yaitu pemakaian (1) sinonim, (2) antonim, (3) tembung saroja, (4) tembung plutan, (5) kata bahasa Kawi, (6) struktur morfologi, yang mencakup bentuk-bentuk literer yang berafiks dan reduplikasi yang mencakup dwilingga dan dwipurwa, (7) idiom. Pemakaian gaya bahasa dalam geguritan karya Nur Indah tahun 2012 yaitu (1) anafora, (2) personifikasi, (3) klimaks, (4) repetisi, (5) ironi, (6) antitesis, (7) simile, (8) retoris, (9) hiperbol, (10) metafora. Pemakaian pencitraan yang terdapat dalam geguritan karya Nur Indah tahun 2012 yaitu (1) citra penglihatan, (2) citra gerak, (3) citra pendengaran, (4) citra perabaan, (5) citra penciuman.

16 SARI PATHI Febrianto Hanggro Putro. C Geguritan Karya Nur Indah dalam Pagupon 2 (Suatu Kajian Stilistika). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta. Pêrkawis ingkang dipuntaliti salêbêting panalitèn, inggih punika: (1) kadospundi mumpangatipun lan pamilihing perangan suwantên wontên gêguritan anggitanipun Nur Indah ing buku Pagupon 2?; (2) kadospundi pamilihing têmbung wontên gêguritan anggitanipun Nur Indah ing buku Pagupon 2?; (3) lêlewaning basa menapa kemawon ingkang wontên ing gêguritan anggitanipun Nur Indah ing buku Pagupon 2?; (4) punapa pigunanipun citra wontên gêguritan anggitanipun Nur Indah ing buku Pagupon 2? Jinising panalitèn inggih mênika deskriptif kualitatif. Data wontên panalitèn punika data tulis ingkang arupi gêguritan anggitanipun Nur Indah tahun 2012 ingkang ing lêbêtipun wontên perangan suwantên, pamilihipun têmbung, lêlewaning basa, lan citra. Sumber data panalitèn punika buku Pagupon 2 tahun Gunggungipun gêguritan ingkang dipuntaliti wontên 11 gêguritan. Populasi wontên panalitèn punika inggih mênika sêdaya gêguritan anggitanipun Nur Indah wontên ing buku Pagupon 2 tahun Sampel data panalitèn punika inggih mênika satuan lingual ingkang ngandhut unsur-unsur stilistika (perangan suwantên, diksi, lêlewaning basa, lan citra) ing 11 gêguritan anggitanipun Nur Indah tahun Pangêmpalanipun data katindakakên kanthi metode simak, salajêngipun dipunlajêngakên kanthi teknik catat. Metode ingkang dipunginakakên kangge ngandharakên data inggih mênika metode distribusional lan metode padan. Metode distribusional dipun-ginakakên kangge ngandharakên perangan suwantên lan pamilihing têmbung kanthi teknik dasar BUL (Bagi Unsur Langsung) lan teknik lanjutan arupi teknik interpretasi. Dene metode padan dipun-ginakakên kangge ngandharakên lêlewaning basa lan perangan-perangan citra kanthi teknik dasar PUP (Pilah Unsur Penentu). Daya pilah ingkang dipunginakakên inggih mênika daya pilah referensial. Wondene metode penyajian hasil analisis data migunakakên metode informal. Asiling panalitèn mênika inggih mênika dipin-panggihake peranganipun purwakanthi suwara, purwakanthi sastra, lan purwakanthi basa. Pamilihing têmbung ing gêguritan anggitanipun Nur Indah ing buku Pagupon 2 tahun 2012, dipunpanggihakên wontênipun (1) sinonim, (2) antonim, (3) tembung saroja, (4) tembung plutan, (5) tembung saking basa Kawi, (6) struktur morfologi, ingkang nyakup cak-cakan tembung endah ingkang mawa panambang lan tembung rangkep ingkang nyakup dwilingga lan dwipurwa, (7) idiom. Lêlewaning basa wontên ing gêguritan anggitanipun Nur Indah tahun 2012 inggih mênika (1) anafora, (2) personifikasi, (3) klimaks, (4) repetisi, (5) ironi, (6) antitesis, (7) simile, (8) retoris, (9) hiperbol, (10) metafora. Peranganipun citra wontên ing gêguritan anggitanipun Nur Indah tahun 2012 inggih mênika (1) citra penglihatan, (2) citra gerak, (3) citra pendengaran, (4) citra perabaan, (5) citra penciuman.

17 ABSTRACT Febrianto Hanggro Putro. C Geguritan (Javanese poem)of Nur Indah s Work in Pagupon 2 (A Stylistic Study). Degree: Javanese Letters Department, Faculty of Letters and Fine Arts, Sebelas Maret University Surakarta. Some problems discussed in this study are: (1) How are the utilization and the selection of language sound aspects of Geguritan of Nur Indah s Work in Pagupon 2? (2) How is the diction or the words selection in Geguritan of Nur Indah s Work in Pagupon 2? (3) What types of figure of speech found in Geguritan of Nur Indah s Work in Pagupon 2? (4) How is the imaging aspects in Geguritan of Nur Indah s Work in Pagupon 2? This study is qualitative descriptive. Data in this study is written data in the form of geguritan of Nur Indah s work 2012, where presents sound aspects, diction, figure of speech, and imaging. Data source of this study is Pagupon The number of geguritans studied are 11 geguritans. Population of this study is all geguritan of Nur Indah s work in the Pagupon Data sampling of this study are lingual units, which contain stylistic elements (sound aspects, diction, figure of speech, and imaging) in the eleven geguritans of Nur Indah s works in 2012 that fulfill representative requirements to be analyzed. Data collecting is done by observation method, then followed up by documentation technique. Methods used in analyzing the data are distributional and matching methods. Distributional method is used in analyzing the sound aspects and diction or the words selection by a base technique BUL (Bagi Unsur Langsung/ Direct Elements Division) and an advanced technique, that is interpretation. Whereas matching method is used in analyzing figure of speech and imaging by a base technique PUP (Pilah Unsur Penentu/ Determinant Element Sorting). The sorting effort used in this study is referential shorting efforts. Whereas the presentation method of the result of the data analysis uses informal method. Based on the results of data analysis, it can be concluded that the utilization of stylistic aspects in geguritan of Nur Indah s work in Pagupon , it is found that there are done assonance (purwakanthi suwara), alliteration (purwakanthi sastra), and purwakanthi basa. The words selection or diction in geguritan of Nur Indah s work in Pagupon , that is the use of (1) synonyms, (2) antonyms, (3) tembung saroja, (4) tembung plutan, (5) Kawi language words, (5) morphologic structures, which includes some forms of litterer having affixes and reduplication that covering dwilingga and dwipurwa, (7) idioms. The use of figure of speech in geguritan of Nur Indah s work 2012 are (1) anaphora, (2) personification, (3) climax, (4) repetition, (5) irony, (6) antithesis, (7) simile, (8) rhetoric, (9) Hyperbole, (10) metaphor. The use of imaging in geguritan of Nur Indah s work 2012 are (1) sight imaging, (2) motion imaging, (4) hearing imaging, (4) feeling imaging, and (5) smelling imaging.

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang dimiliki oleh setiap manusia tidak dapat dipisahkan dengan segala aktivitasnya. Bahasa menjadi sarana yang penting dan efektif untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Dalam KBBI (2007:88), bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dalam Harimurti Kridalaksana (2008:24) bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Penggunaan bahasa dalam suatu karya sastra merupakan perwujudan seni. Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra, dihasilkan dari imajinasi serta ide kreatif pengarang (sastrawan) dengan realitas. Realitas menjadi ladang luas bagi sastrawan untuk mendapatkan ispirasi. Sastrawan selalu berupaya melakukan penggalian ide, proses berpikir, pengendapan pengalaman, dan penghayatan terhadap kehidupan untuk kemudian menghasilkan karyakarya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang bermutu dan bermanfaat bagi kehidupan. Kemudian diungkapkan menjadi rangkaian tuturan secara khas, kaya kiasan dan kata-kata indah. Puisi dapat diungkapkan dalam berbagai bahasa antara lain dalam bahasa Inggris disebut poetry, dalam bahasa Indonesia commit disebut to user puisi, dan dalam bahasa Jawa disebut

19 geguritan. Geguritan adalah jenis puisi Jawa modern. Karya sastra Jawa ini tidak terikat oleh aturan-aturan yang ketat seperti aturan jumlah baris pada tiap bait (guru gatra), aturan jumlah suku kata setiap baris (guru wilangan), aturan bunyi vokal di akhir baris (guru lagu), persajakan (purwakanthi), dan sifat atau watak. Seperti dalam penulisan kesusastraan Indonesia penulisan geguritan bersifat bebas. Pengungkapan dalam geguritan cenderung menggunakan bahasa sederhana. Isinya mudah dipahami dan mengadung suatu amanat. Amanat tersebut disampaikan oleh pengarang melalui kata-kata yang ritmis. Geguritan merupakan perwujudan kreativitas berbahasa. Bahasa dalam geguritan mengandung imajinasi tinggi. Geguritan mampu membuat pembaca tertarik untuk memahami kata demi kata, baris demi baris, bait demi bait, bahkan dari antologi geguritan satu ke antologi geguritan lainnya. Dasar penggunaan bahasa dalam geguritan bukan hanya sekadar paham. Sebab, keberdayaan pemilihan kata merupakan faktor yang lebih penting. Keberdayaan pemilihan kata akan dapat menyajikan efek keindahan dan dapat meningkatkan sensitivitas pembaca. Pengarang memilih kata-kata yang dapat dipahami dengan berbagai pengertian. Seperti kata sekar bunga, kusuma bunga, dan puspa bunga memiliki kesamaan makna akan tetapi kata-kata tersebut masing-masing memiliki daya pikat untuk menimbulkan respon yang berbeda pada setiap pembaca. Efek keindahan hasil elaborasi bahasa dari pengarang dalam setiap kata dan atau kalimat dalam geguritan pada umumnya dilakukan dengan kesadaran. Cara pengungkapan bahasa atau pemanfaatan potensi bahasa dalam karya sastra untuk tujuan tertentu dikaji melalui pendekatan stilistika. Stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra. Menurut Kridalaksana (2001 : 202) stilistika adalah ilmu yang menyelidiki commit bahasa to user yang dipergunakan dalam karya sastra;

20 ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan; penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa. Stilistika ialah telaah tentang variasi pemilihan dan penggunaan unsur-unsur bahasa sesuai dengan situasi dan juga bagaimana akibatnya untuk pembaca dan pendengar (J. D. Parera, 1993:144) Dalam penelitian ini objek yang dikaji adalah geguritan karya Nur Indah dalam buku Pagupon 2 tahun 2012 terbitan Taman Budaya Jawa Tengah. Peneliti tertarik memilih kajian stilistika geguritan karena kajian ini lebih dapat mengembangkan pemahaman kaidah kebahasaan dan kesusastraan. Geguritan dapat dianalisis secara stilistika karena bahasa yang digunakan memerlukan bunyi bahasa, pemilihan kata dan gaya bahasa yang merupakan unsur pembentuk keindahan bahasa. Alasan mengenai penelitian ini di antaranya: Pertama, geguritan karya Nur Indah merupakan bentuk kesusastraan Jawa berbentuk puisi yang menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Kedua, memiliki nilai-nilai estetik dan ajaran moral serta menggunakan bahasa yang khas. Ketiga, dalam geguritan ditemukan banyak aspek bunyi, pilihan kata dan gaya bahasa. Bahasa dalam geguritan memiliki style tersendiri, yakni berupa pemilihan kata (diksi) yang terwujud dalam larik-larik geguritan, yang sesuai dengan intrepretasi pengarang dalam memandang hal-hal yang ada di dalam dan di luar dirinya. Misalnya pada setiap larik geguritan mengandung purwakanthi swara asonansi, purwakanthi sastra aliterasi, dan purwakanthi basa lumaksita. Adapun penggunaan style kebahasaan yang digunakan dalam geguritan karya Nur Indah ini menggunakan diksi yang kaya akan pilihan kata seperti adanya tembung saroja, tembung plutan, sinonim, antonim, dan kata dari bahasa Kawi. Selain itu diksi yang digunakan dalam geguritan karya Nur Indah ini juga memiliki kekayaan makna yang penuh sugestif, imajinatif yang mencakup pesan moral yang tersampaikan dengan aspek

21 estetis. Puisi memilki medium yang terbatas sehingga dalam keterbatasannya sebagai totalitas puisi yang terdiri atas beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan sebuah novel yang terdiri atas ratusan bahkan ribuan halaman (Nyoman Kutha Ratna, 2009: 16) Bentuk kreativitas berbahasa dalam geguritan karya Nur Indah menggunakan aspekaspek bahasa yang bertujuan untuk kepentingan tertentu misalnya sindiran, informasi, nasihat, hiburan dan sebagainya. Contoh: (1) Kembang madu kang rinonce sakdawaning uripmu Wus kasuntak sat saksuwening wektu Pinangkas ngabdi marang nusa lan bangsa Lelados ing sakambaning jagad budaya (P2/RWP/1) Bunga madu yang terangkai sepanjang hidupmu Sudah tertuang habis sepanjang lamanya waktu Terpotong untuk mengabdi pada nusa dan bangsa Berbakti di seluasnya jagad budaya Bentuk geguritan pada data (1) di atas memiliki nilai estetik dengan pola persajakan a-a-b-b, yaitu bunyi akhir [u] pada kata uripmu hidupmu dan wektu waktu, dan bunyi akhir [a] pada kata bangsa bangsa dan budaya budaya. Kemudian juga persamaan bunyi pada baris geguritan yang menghasilkan bunyi geguritan lebih indah. Dalam data (1) juga terdapat bentuk kata berafiks yang menimbulkan kesan indah pada kata sakdawaning sepanjang, saksuwening sepanjang lamanya, pinangkas dipangkas, dan sakambaning seluasnya. Data (1) merupakan contoh dari potongan geguritan karya Nur Indah berjudul Rahayu kang Wus Purna pada bait pertama. Setiap pengarang memiliki kekhasan masing-masing dalam penciptaan karya sastranya. Penggunaan dan pemanfaatan bahasa dalam karya sastra dioptimalkan oleh pengarang agar karya sastra tersebut dapat dikemas secara khas dan unik. Kekhasan dan

22 keunikan tersebut perlu dikaji supaya penggunaan dan pemanfaatan bahasanya serta efek khusus yang ditimbulkannya dapat ditemukan. Geguritan karya Nur Indah dalam buku Pagupon 2 tahun 2012 terbitan Taman Budaya Jawa Tengah yang terbit pada 29 Februari 2012 menjadi objek yang dikaji dalam penelitian ini. Peneliti terdorong memilih kajian stilistika karena masih sedikit penelitian yang menggunakan kajian ini, khususnya pada geguritan. Geguritan dapat dianalisis secara stilistika mengingat bahasa kaidah kebahasaannya menggunakan karakter sastra tertentu. Penelitian dengan kajian stlistika yang sudah dilaksanakan oleh peneliti terdahulu adalah sebagai berikut. 1. Penggunaan Stilistika dalam Puisi Jawa Dialek Using oleh Setya Yuwana tahun 2000, adalah pengkajian puisi secara stilistika meliputi aspek penggunaan gaya bahasa yang khas, pola bunyi bahasa, rima, majas, serta diksi dan didapatkan perbedaan morfologis sintaksis dan ketaksaan leksikal serta gramatikal atas 77 buah syair dari 17 penyair Using. 2. Tesis, Sundari, 2002 yang berjudul, Kajian Stilistika Novel Berbahasa Jawa Tahun 1960-an, mengkaji tentang pemakaian kosakata, segi struktur morfosintaksis, penggunaan gaya bahasa dan menelaah segi sosial kultural novel berbahasa Jawa Tahun 1960-an. 3. Naskah Lakon Ronggolawe Karya S.T. Wiyono: Sebuah Analisis Stilistika oleh Asep Yudha Wirajaya tahun Makalah ini memberikan pembahasan stilistika secara umum dan khusus. Secara umum menganalisis gaya bahasa yang tersirat dalam keseluruhan cerita, meliputi tema, penokohan, seting, sedangkan secara khusus menganalisis gaya bahasa pada bahasa yang digunakan pengarang dalam naskah tersebut.

23 4. Bahasa Pedalangan Gaya Surakarta (Suatu Pendekatan Stilistika). Laporan penelitian oleh Imam Sutarjo tahun Analisis dengan pendekatan stilistika dalam bahasa pedalangan dan didapat bahwa potensi bahasa yang digunakan adalah untuk membangun artifisial dan keartistikan adalah purwakanthi atau persajakan bunyi (vokal, konsonan, perulangan). Berdasarkan penelitian yang sudah ada penelitian mengenai kajian stilistika dalam geguritan Nur Indah tahun 2012 belum diteliti. Penelitian ini membahas masalah yang ada hubungannya dengan pengkajian stilistika dengan mengambil judul Geguritan Karya Nur Indah dalam Pagupon 2 (Suatu Kajian Stilistika). B. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada kajian Stilistika geguritan karya Nur Indah. Analisisnya akan dibatasi pada kajian aspek bunyi (purwakanthi swara, purwakanthi sastra, dan purwakanthi basa), diksi (sinonim, antonim, tembung saroja, tembung plutan, kata dari bahasa Kawi, dan idiom) penanda morfologis dalam ragam literer, pencitraan serta pemakaian gaya bahasa dalam geguritan karya Nur Indah yang akan dibahas dengan kajian stilistika. C. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah penggunaan aspek bunyi (purwakanthi swara, purwakanthi sastra, dan purwakanthi basa) geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon 2?

24 2. Bagaimanakah pilihan kata (diksi) yang terkandung geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon 2? 3. Bagaimanakah aspek pencitraan geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon 2? 4. Gaya bahasa apa sajakah yang terdapat dalam geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di depan secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan segi-segi kestilistikaan dalam geguritan karya Nur Indah tahun Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. mendeskripsikan aspek bunyi (purwakanthi swara, purwakanthi sastra, dan purwakanthi basa) geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon 2; 2. menjelaskan pilihan kata (diksi) yang terkandung dalam geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon 2; 3. menjelaskan aspek pencitraan geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon 2; dan 4. mendeskripsikan gaya bahasa geguritan karya Nur Indah dalam Pagupon 2. E. Manfaat Penelitian

25 Penelitian mengenai geguritan karya Nur Indah dengan kajian stilistika ini diharapkan memberikan manfaat teoretis dan praktis 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi perkembangan teori linguistik Jawa, khususnya bidang stilistika. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kaidah bahasa dalam karya sastra pada geguritan karya Nur Indah. b. Membantu masyarakat pembaca dan pecinta karya sastra dalam memahami geguritan. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan dari penelitian ini, maka diperlukan sistematika penulisan. Berikut adalah sistematika penulisan pada penelitian ini. BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori, meliputi pengertian tentang teori stilistika, puisi, pengulangan bunyi, diksi atau pilihan kata, pencitraan, dan gaya bahasa.

26 BAB III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, alat penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode hasil penyajian analisis data. BAB IV Analisis Data, merupakan hasil analisis mengenai kajian stilistika yang mendeskripsikan tentang bunyi bahasa, pilihan kata, pencitraan, serta gaya bahasa dalam Geguritan Pagupon 2. BAB V Penutup, berisi simpulan dan saran mengenai penelitian yang telah dilakukan.

27 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Landasan Teori 1. Pengertian Stilistika Stilistika lebih banyak dibicarakan dalam ilmu bahasa pada umumya, yang khusus mengkaji mengenai deskripsi berbagai gaya bahasa. Gaya bahasa memiliki kaitan erat dengan aspek keindahan. Kepekaan dan kekreativitasan pengarang menjadi aspek penting dalam penciptaan aspek keindahan tersebut. Gaya bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu karya sastra, begitu pun stilistika dalam karya sastra geguritan. Pesan dalam geguritan dapat diketahui dengan analisis stilistika. Menurut Shipley dalam Nyoman Kutha Ratna (2009: 8-9) stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya (style), sedangkan style itu sendiri berasal dari akar kata stilus (Latin), semula berarti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. Benda runcing sebagai alat untuk menulis dapat diartikan bermacam-macam. Salah satu di antaranya adalah menggores, melukai, menembus, menusuk bidang datar sebagai alas tulisan. Konotasi lain adalah 'menggores', 'menusuk' perasaan pembaca, bahkan juga penulis itu sendiri, sehingga menimbulkan efek tertentu. Jadi dengan kata lain bisa dijelaskan bahwa dalam bidang bahasa stilistika berarti cara-cara penggunaan bahasa yang khas sehingga menimbulkan efek tertentu. 'Sty'le 'stail' atau gaya yaitu cara yang khas dipergunakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri; gaya pribadi (Soediro Satoto, 1995:36).

28 Aminuddin (1995:13) menyatakan bahwa style dapat diartikan sebagai bentuk pengungkapan ekspresi kebahasaan sesuai dengan kedalaman emosi dan sesuatu yang ingin direfleksikan pengarang secara tidak langsung. P. Suparman Natawidjaja (1986:1) menyatakan bahwa ekspresi individual melahirkan stilistika. Yang dimaksud ekspresi individual adalah cara tersendiri dari seorang penulis dalam menyatakan atau menggambarkan sesuatu hal. Suparman juga menambahkan bahwa lisensi merupakan penyimpangan tata kalimat untuk mencapai retorik, tetapi hasilnya menimbulkan keganjalan, malahan menimbulkan efek artistik. Pemakaian bahasa dalam karya sastra yang runtut dan sesuai gramatikal memang baik, tetapi terdapat juga pemakaian yang memperlihatkan keunikan bahasa atau yang meyimpang dari pola umum. Penyimpangan tersebut merupakan daya tarik karya sastra yang merupakan cerminan dari gaya bahasa seorang pengarang. Stilistika sangat penting bagi studi linguistik maupun studi kesusastraan. Stilistika dapat memberikan sumbangan penelitian gaya bahasa sebagai unsur pokok untuk mencapai berbagai bentuk pemaknaan karya sastra, dikarenakan karya sastra tidak lepas dari penggunaan gaya bahasa untuk keindahan. Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra berlawanan dengan penggunaan bahasa pada karya ilmiah. Penggunaan bahasa pada karya ilmiah menggunakan bahasa yang baik dan benar, pemilihan kata yang tepat, kalimatnya jelas, ini harus diperhatikan sekali agar tidak menimbulkan makna ambigu. Sedangkan pemakaian bahasa dalam karya sastra lebih memiliki kebebasan yang berasal dari kreativitas pengarang, karena dimaksudkan agar dapat memiliki kekayan makna. Nyoman Kutha Ratna (2009: 13-15) mengungkapkan bahwa dikaitkan dengan relevansinya, sebagai kekhasan itu sendiri, bahasa yang diciptakan dengan sengaja, bahkan

29 sebagai bahasa yang artifisial, maka stilistika pada umumnya dibatasi pada karya sastra. Lebih khusus lagi adalah karya sastra jenis puisi. Nyoman juga mengungkapkan bahma dominasi penggunaan bahasa khas dalam karya Sastra diakibatkan oleh beberapa hal, sebagai berikut: 1. Karya sastra mementingknn unsur keindahan. 2. Dalam menyampaikan pesan karya sastra menggunakan cara-cara tak langsung. seperti: refleksi, refraksi, proyeksi, manifestasi, dan representasi, 3. Karya sastra adalah curahan emosi, bukan intelektual. Aspek keindahan, pesan tak langsung, dan hakikat emosional mengarahkan bahasa sastra pada bentuk penyajian terselubung, terbungkus, bahkan dengan sengaja disembunyikan. Ada kesan bahwa untuk menemukan pesan yang dimaksudkan, maka proses pemahamannya justru harus diperpanjang, misalnya, dengan menciptakan jalan belok. Jadi, bahasa karya sastra berbeda dengan karya ilmiah yang justru menghindarkan unsur estetis, berbagai fungsi mediasi, dan emosionalitas. Bahasa ilmiah harus secara langsung diarahkan ke objek sasaran. Karya sastra juga berbeda dengan bahasa sehari-hari yang bersifat praktis dan cepat dimengerti. Ciri khas dan perbedaan diperoleh melalui proses pemilihan dan penyusunan kembali. Gaya bahasa adalah masalah cara pemakaian yang khas, bukan bahasa khas yang berbeda dengan bahasa dalam kamus. Akan tetapi, kekhasan yang dimaksudkan adalah kekhasan dalam proses seleksi, memanipulasi, dan mengombinasikan kata-kata. Nyoman Kutha Ratna juga menyatakan bahwa kekuatan karya seni adalah kekuatan dalam menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Oleh karena itulah, gaya bahasa disebutkan sebagai 'penyimpangan' dari bentuk-bentuk bahasa normatif. Ciri khas puisi khususnya lirik lagu adalah kepadatan commit pemakaian to user bahasa sehingga besar kemungkinannya

30 untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Ciri khas prosa adalah cerita (plot), sedangkan ciri khas drama adalah dialog. Di antara tiga genre sastra modern (puisi, prosa, dan drama), puisilah yang paling sering digunakan sebagai objek penelitian stilistika. Ketiga genre jelas mempermasalahkan bahasa. Meskipun demikian, ketiganya mempunyai perbedaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yang dengan sendirinya merupakan ciri utama dalam kaitannya dengan penggalian sumber sekaligus pembatasan jangkauan penelitian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah style atau 'gaya', yaitu cara yang khas dipergunakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri yaitu gaya pribadi yang diungkapkan dengan cara tertentu, serta menimbulkan efek tertentu pula sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Pemikiran-pemikiran di atas menunjukkan bahwa kajian stilistika memegang peranan penting dalam mengemukakan keindahan sastra dari aspek keindahan bahasanya. Untuk inilah maka, sebagai wujud konkret kajian stilistika dalam penelitian ini difokuskan pada geguritan karya Nur Indah. 2. Geguritan (Puisi Jawa Modern) Menurut Hudson dalam Kasnadi Sutejo (2009:2), puisi adalah salah satu cabang karya sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan baris dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Sehingga, sebenarnya puisi merupakan ungkapan batin dan pikiran penyair dalam menciptakan sebuah dunia berdasarkan pengalaman batin yang digelutinya.

31 Hakikat puisi menurut Herman J Waluyo adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya (1995:25). 3. Pencitraan Setiap karya sastra memiliki kekhasan yang membedakan antara pengarang satu dengan pengarang lainnya. Menurut Rene Wellek dan Austin dalam Sutejo (2010:17) bahasa adalah bahan mentah sastrawan. Hubungan bahasa dan sastra sebagai lingkaran bahasa yang diterobos oleh lingkaran sastra di berbagai wilayah bahasa. Teeuw (1984:12) mengatakan bahwa untuk memahami karya sastra pembaca harus memahami kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. Bahasa sastra sering disinyalir banyak orang memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan istilah bahasa lain. Menurut Burhan Nurgiyantoro dalam Sutejo (2010:17) keberadaan karya sastra ini, hendaknya diakui sebagaimana fenomena bahasa yang lain seperti dalam konteks sosiolinguistik. Rene Wellek dan Austin Warren dalam Sutejo (2010:17) menyebut fenomena bahasa sastra sebagai bahasa yang mengandung unsur emotif yang bersifat konotatif. Bahasa sastra merupakan kebalikan dari bahasa nonsastra, khususnya bahasa ilmiah yang bersifat denotatif. Secara substantif kemudian, Wellek dan Warren dalam Sutejo (2010:19) memperbincangkan penggunaan istilah citra, metafora, simbol, dan mitos yang seringkali dipergunakan secara tumpang tindih (karena secara semantis menyiratkan demikian). Citra kemudian diformulasikan lebih jauh sebagai reproduksi mental, suatu ingatan masa lalu yang bersifat indearwi dan berdasarkan persepsi dan tidak selalu bersifat visual.

32 Pandangan lain mengenai citra, dikemukakan Burhan Nurgiyantoro dalam Sutejo (2010:19) yang mengelompokan citra didasarkan pada pengalaman kelima indera. Kelima indera itu meliputi (i) citra penglihatan (visual), (ii) citra pendengaran (auditoris), (iii) citra gerak (kinestetik), (iv) citra rabaan (taktil termal), dan (v) citra penciuman (olfaktori). Mengikuti pemahaman citra sebagaimana diformulasikan Wellek dan Warren sebagai reproduksi mental, suatu ingatan masa lalu yang bersifat inderawi dan berdasarkan persepsi dan tidak selalu bersifat visual (Sutejo, 2010:20) a. Citra penglihatan (Visual imagery) Citra pengelihatan ialah citraan yang sering menekankan pengalaman visual (pengelihatan) yang dialami pengarang kemudian diformulasikan ke dalam serangkaian kata yang seringkali metaforis dan simbolis. Suatu ciri pengelihatan yang memberi rangsangan kepada indera pengelihatan hingga hal-hal yang tak terlihat jadi seolah-olah terlihat (Sutejo, 2010:21). b. Citra Pendengaran (Audio Imagery) Citra pendengaran merupakan bagaimana pelukisan bahasa yang merupakan perwujudan dari pengalaman pendengaran (audio). Citra pendengaran memberi rangsangan kepada indera pendengaran sehingga mengusik imajinasi penikmat untuk memahami teks sastra lebih utuh (Sutejo, 2010:22). c. Citra Penciuman Citra penciuman adalah penggambaran yang diperoleh melalui pengalaman indera penciuman (Sutejo, 2010:23). Citraan ini mampu membangkitkan emosi penciuman pembaca untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh atas pengalaman indera yang lain.

33 d. Citraan Perabaan (tactil imagery) Citraan perabaan adalah penggambaran atau pembayangan dalam cerita yang diperoleh melalui pengalaman indera perabaan (Sutejo, 2010:24). Citraan perabaan seringkali menggambarkan bagaimana sesuatu secara erotic dan sensual dapat memancing penikmat karya sastra. e. Citra Gerak (movement imagery) Citraan ini menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak, ataupun gambaran gerak pada umumnya (Sutejo, 2010:24). Citraan demikian dapat menggambarkan sesuatu lebih dinamis dalam karya fiksi. 4. Pengulangan Bunyi (Purwakanthi) Pengulangan bunyi dalam puisi disebut rima. Keberadaan pengulangan bunyi dalam puisi dapat menimbulkan efek keindahan. Istilah Jawa yang semakna dengan rima adalah purwakanthi. Purwakanthi mempunyai pengertian sebagai pengulangan bunyi, baik konsonan, vokal, ataupun kata yang telah tersebut pada bagian depan (Padmosoekotjo, 1953 dalam Prasetya Wisnu, 2003:60). Purwakanthi ada tiga jenis sebagai berikut. a. Asonansi (purwakanthi swara) merupakan perulangan bunyi vokal pada katakata tanpa selingan persamaan bunyi-bunyi konsonan (Herman. J. Waluyo, 1995:92). Konsep asonansi juga dinyatakan bahwa Repetition of the vowel hut with a different and consonant, and the same, oe different, or no provious consonant perulangan bunyi vokal dengan adanya perbedaan pada konsonan

34 akhir, dan memiliki konsonan awal yang sama, atau berbeda, atau tidak ada konsonan awal' (Gumming dan Simmon dalam Sutarjo, 2002: 61 ). b. Aliterasi (purwakanthi sastra) adalah repetisi bunyi awal pada kata-kata yang berbeda, biasanya berupa konsonan (Cumming dan Simmons dalam Sutarjo, 2002: 62) atau secara umum aliterasi adalah initial rhyme rima awal. Jadi tidak sekadar bunyi konsonan, tapi dapat pula bunyi vokal (Reaske, dalam Sutarjo, 2002: 62) c. Lumaksita (purwakanthi basa) adalah bentuk perulangan berdasarkan persamaan kata, suku kata akhir dengan suku kata awal yang bertuturan atau persamaan huruf akhir dengan huruf awal yang berturut-turut dalam suatu bait/baris tembang. Purwakanthi basa adalah pengulangan, suku kata, kata atau frase yang letaknya di depan, tengah dan akhir satuan lingual yang kesemuanya itu untuk memberi suasana estetis/indah (Sutarjo, 2002:125) 5. Diksi Diksi atau pilihan kata adalah kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang mengarang (Harimurti Kridalaksana, 2001:440). Diksi di dalam karang mengarang sangat penting dan perlu diperhatikan, mengingat bahwa kata mcmiliki beberapa muatan antara lain bunyi, arti kias, tersurat atau tersirat dan nilai simbolik. Gorys Keraf (2006: 88) mengemukakan syarat-syarat ketepatan diksi yaitu; (1) membedakan secara cermat denotasi dan konotasi, (2) membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir sama, (3) membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, (4) hindarilah kata-kata ciptaan sendiri, (5) waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, (6) kata kerja yang

35 menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis, (7) untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus, (8) memperggunakan kata-kata indra yang menunjukkan persepsi yang khusus, (9) memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal, (10) memperhatikan kelangsungan pilihan kata. Diksi atau pilihan kata dalam geguritan Karya Nur Indah terlihat adanya sinonim, antonim, tembung plutan, tembung saroja, kosa kata bahasa Indonesia, idiom dan kata dari bahasa Kawi. Adapun penjelasannya secara konsep sebagai berikut. a. Sinonim Sinonim yaiku rong tembung utawa luwih kang wujud lan panulise beda, nanging nduwe teges padha, utawa meh padha sinonim yaitu dua kata atau lebih yang wujud dan penulisannya berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, atau hampir sama (Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, 2008: 223). Dalam Harimurti Kridalaksana (2008:222) sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja. Menurut Verhaar dalam Abdul Chaer (2002:82) sinonim adalah ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna yang lain. Umpamanya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim.; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga buah kata yang bersinonim. b. Antonim

36 Antonim yaiku tembung, frase, utawa ukara kang duwe teges, walikan karo tembung, frase, utawa ukara liyane antonim yaitu kata, frase, atau kalimat yang memiliki makna berlawanan dengan kata, frase, atau kalimat lainnya' (Sry Satnya Tjatur Wisnu Sasangka, 2008:225). Aminuddin (1995:122) berpendapat bahwa antonim adalah kata-kata yang maknanya bertentangan. Antonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Antonim disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya kontras maknanya saja. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima macam. yaitu (1) oposisi mutlak yaitu pertentangan makna secara mutlak, (2) oposisi kutub yaitu oposisi makna yang tidak bersifat mutlak tetapi bersifat gradasi, (3) oposisi hubungan yaitu oposisi makna yang bersifat melengkapi, (4) oposisi hirarkial yaitu oposisi makna yang menyatakan jenjang atau tingkatan, (5) oposisi majemuk yaitu oposisi makna yang terjadi pada beberapa kata (Sumarlam, 2009: 40-44). c. Tembung Plutan Tembung plutan yaiku tembung sing diringkes cacahing wandane tembung plutan adalah kata yang diringkas atau dikurangi jumlah suku katanya (S Hadiwirodarsono, 2002:88). Dalam Sujono dan Endang Siti Saparinah (1988: 40-41) tembung plutan disebut dengan perubahan kata. Dalam ragam literer bahasa Jawa didapatkan perubahan-perubahan kata yang sebenarnya bukan proses morfologis. Perubahan kata tersebut ditemukan dalam bentuk pengurangan jumlah suku kata. Pengurangan tersebut dengan dua cara yaitu dengan

37 cara mengurangi suku kata pertama dan mengurangi satu fonem vokal pada salah satu suku katanya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tembung plutan yaitu pengurangan jumlah suku kata atau fonem pada suatu kata tanpa mengubah arti kata tersebut. d. Tembung Saroja Tembung saroja ateges tembung rangkep. maksude tembung loro kang padha tegese utawa meh padha tegese dianggo bebarengan tembung saroja berarti kata rangkap, maksudnya dua kata yang hampir sama maknanya digunakan bersamaan (S.Padmosoekotjo, 1955:25). Sujono dan Endang Siti Saparinah (1988: 38-39) mengungkapkan bahwa kata majemuk dalam ragam literer bahasa Jawa banyak ditemukan yang pada umumnya unsur kesamaan bunyi menunjukkan ciri kelitererannya. Dapat disimpulkan pengertian dari tembung saroja yaitu dua kata yang sama atau hampir sama artinya digunakan secara bersama-sama. e. Penanda morfologis ragam literer Morfologi merupakan salah satu bidang linguistik yang mengkaji kata atau leksikon suatu bahasa. Dalam hal ini kata dipandang sebagai satuan-satuan padu antara bentuk dan makna. Dalam pembentukan sebuah kata dalalm karya susastra geguritan terdapat bentukbentuk kata yang literer. Kelitereran sebuah kata dalam karya susastra berupa geguritan dapat terjadi karena adanya proses morfologis, yakni melekatnya penanda morfologis ragam literer pada sebuah morfem bebas. Adanya penanda morfologis ragam literer pada sebuah kata dalam geguritan mampu menimbulkan efek keindahan karya susastra. Sujono dan Endang Siti Saparinah (1988: 25-26) struktur ragam literer bahasa Jawa, sebagaimana halnya bahasa Jawa bukan commit literer to user dapat berupa morfem bebas dan terikat.

38 Morfem bebas seperti: tulis tulis, turu tidur, kampleng pukul, tepang tendang dan sebagainya; sedangkan yang berupa morfem terikat seperti : (pa-+-an), (ka-+-an), (a-), (N-), (-in-), (-um), (-ing), (-ning), (-ira) dan sebagainya. Penanda morfologis ragam literer tersebut, bentuk literer dapat dipilahkan menjadi bentuk literer yang berafiks dan bentuk literer yang reduplikasi. Hal itu dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bentuk literer yang berafiks Afiksasi yaitu kata dibentuk dengan beberapa proses perubahan. Perubahan ini terjadi karena pengimbuhan prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Proses afiksasi dalam geguritan karya Nur Indah kebanyakan mengacu pada proses pembentukan kata yang mengandung afiks-aflks literer. Seperti halnya dalam lirik lagu, puisi juga dituntut adanya keindahan dengan mempergunakan kosa kata yang mengandung afiks literer. Kata-kata yang mengandung afiks literer contohnya adalah tinetes tertetes yang mendapat infiks (-in-), konfiks (pa-+-ing} pada kata panggrantesing 'sedihnya', dan infiks (-um-) pada kata gumludhug 'bergemuruh'. Nuansa keindahan terasa bila afiks yang fungsi dan maknanya sama, dibandingkan, misalnya konfiks (pa-+-ing) dengan (pa-+-e) pada kata grantes sedih. Adanya konfiks (pa-+-ing) pada kata grantes sedih menjadi panggrantesing 'sedihnya' terasa lebih indah dibandingkan dengan kata grantes yang menggunakan konfiks {pa-e} menjadi panggrantese terkesan biasa saja. 2. Bentuk literer yang reduplikasi

39 Menurut Harimurti Kridalaksana (2008:208) reduplikasi adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal. Reduplikasi dalam bahasa Jawa disebut tembung rangkep dibedakan menjadi tiga macam: (1) tembung dwilingga, (2) tembung dwipurwa, dan (3) tembung dwiwasana (Aryo Bimo Setiyanto, 2007:81). Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, proses pengulangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut. 1. Pengulangan seluruh, meliputi: a. Perulangan seluruh (dwilingga) bentuk dasarnya tanpa variasi fonem, seperti terdapat pada contoh berikut : Jroning rasaku kadya melathi-melathi lan mawar-mawar kang kongas gandane krana sliramu nyirami mawa tirta tresna. Dalam rasaku seperti melati-melati dan mawar-mawar yang harum baunya karena dirimu menyirami dengan air cinta Pada contoh di atas bentuk perulangan seluruh (dwilingga) terdapat pada kata ulang utuh melati-melati melati-melati, mawar-mawar mawar-mawar. b. Perulangan seluruh bentuk dasarnya dengan variasi fonem (dwilingga salin swara), seperti terdapat pada contoh berikut. Dila cah wedok senengane jojan-jajan, blonja-blonjo neng supermarket. Dila bocah perempuan sukanya jajan-jajan, belanja-belanja di supermarket. Pada contoh di atas bentuk perulangan variasi fonem (dwilingga salin swara) terdapat pada kata ulang variasi fonem jojan-jajan jajan-jajan, dan blonjablonjo belanja-belanja.

40 2. Perulangan sebagian suku pertama (Dwipurwa) dan perulangan sebagian suku kedua (Dwiwasana), seperti terdapat pada contoh berikut. Ingsun tuhu kepengin lelumban ing samudra asih lan tresnamu. Aku sungguh ingin menyelam dalam samudera kasih dan cintamu. Pada contoh di depan terdapat bentuk dwipurwa berupa kata lelumban berenang/menyelam. Pak Makruf kyai sing lucu bisa gawe jamaah penganjian halal bi halal ngguyu pating cekakak. Pak Makruf kyai yang lucu bisa membuat jamaah pengajian halal bi halal tertawa terbahak-bahak. Pada contoh di atas terdapat bentuk dwiwasana berupa kata cekakak terbahak-bahak. 3. Perulangan berkombinasi dengan pembubuhan afiks, seperti terdapat pada contoh berikut. Karana aluse swaramu yen gunem aja dilirih-lirihake sebab dadine aku ora bisa krungu. Karena halusnya suaramu jika bicara jangan dipelan-pelankan jadinya aku tak bisa mendengar. Pada contoh di atas terdapat bentuk perulangan berkombinasi dengan proses afiksasi ( di- + dwilingga + -ake) berupa kata ulang dilirih-lirihake dipelanpelankan. f. Idiom Harimurti Kridalaksana (2008:90) menjelaskan idiom adalah (i) konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain, (ii) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. commit Dalam to user KBBI (2007:417) idiom adalah (1)

41 konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya, (2) bahasa dan dialek yang khas menandai suatu bangsa, suku, kelompok, dll. Bentuk idiom ini seperti contoh berikut. Kowe kudu sabar ngadhepi pacoban iki. Yakin wae sapa salah bakal seleh lan becik ketitik ala ketara. Kamu harus sabar menghadapi pencobaan ini. Yakin saja siapa yang salah akan sirna dan baik itu nampak buruk itu terlihat. Bentuk idiom Jawa pada contoh di atas adalah sapa salah bakal seleh siapa yang salah akan sirna dan becik ketitik ala ketara baik itu nampak buruk itu terlihat. g. Kosakata Kawi Kata-kata kawi merupakan salah satu bentuk dari kata arkhais. Penggunaan kata kawi dapat menimbulkan suatu kesan keindahaan dalam karya susastra. Kata-kata dan bahasa Kawi dalam geguritan memiliki peran yang penting karena dengan penggunaan kata-kata tersebut dapat memancarkan kesan tinggi dan indahnya nilai karya susastra. Contoh: sira kamu dan ingsun saya. Meskipun bermakna sama, penggunaan kata sira dan ingsun memiliki bobot dan nilai keindahan yang lebih tinggi daripada kowe kamu dan aku saya. 6. Gaya Bahasa Gaya bahasa berkaitan dengan aspek keindahan. Nyoman Kutha Rama (2009: 22) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah ekspresi linguistis, baik di dalam puisi maupun prosa (cerpen, novel, dan drama). Gaya bahasalah yang menjadi unsur pokok untuk mencapai berbagai bentuk keindahan.

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Lebih terperinci

TELAAH STILISTIKA SYIIR MITRA SEJATI KARYA KIAI BISRI MUSTOFA

TELAAH STILISTIKA SYIIR MITRA SEJATI KARYA KIAI BISRI MUSTOFA TELAAH STILISTIKA SYIIR MITRA SEJATI KARYA KIAI BISRI MUSTOFA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA KIDUNG WÊCATANTULAR KARYA SYEKH MAULANA LAWU WARTA

KAJIAN STILISTIKA KIDUNG WÊCATANTULAR KARYA SYEKH MAULANA LAWU WARTA KAJIAN STILISTIKA KIDUNG WÊCATANTULAR KARYA SYEKH MAULANA LAWU WARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

STILISTIKA LIRIK LAGU IDENTITAS DAERAH SUBOSUKAWONOSRATEN

STILISTIKA LIRIK LAGU IDENTITAS DAERAH SUBOSUKAWONOSRATEN STILISTIKA LIRIK LAGU IDENTITAS DAERAH SUBOSUKAWONOSRATEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA ROMAN COCAK NGUNTAL ELO DALAM KUMPULAN ROMAN TELU: SER!, RANDHA, COCAK KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN STILISTIKA ROMAN COCAK NGUNTAL ELO DALAM KUMPULAN ROMAN TELU: SER!, RANDHA, COCAK KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN STILISTIKA ROMAN COCAK NGUNTAL ELO DALAM KUMPULAN ROMAN TELU: SER!, RANDHA, COCAK KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA ANTOLOGI GEGURITAN PUSER BUMI KARYA GAMPANG PRAWOTO SKRIPSI

KAJIAN STILISTIKA ANTOLOGI GEGURITAN PUSER BUMI KARYA GAMPANG PRAWOTO SKRIPSI KAJIAN STILISTIKA ANTOLOGI GEGURITAN PUSER BUMI KARYA GAMPANG PRAWOTO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA PARIKAN DALAM ACARA GUYON MATON RADIO SWIBA (Swara Intan Pari Membangun) KARANGANYAR

KAJIAN STILISTIKA PARIKAN DALAM ACARA GUYON MATON RADIO SWIBA (Swara Intan Pari Membangun) KARANGANYAR KAJIAN STILISTIKA PARIKAN DALAM ACARA GUYON MATON RADIO SWIBA (Swara Intan Pari Membangun) KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA NOVEL ALUN SAMUDRA RASA KARYA ARDINI PANGASTUTI BN

KAJIAN STILISTIKA NOVEL ALUN SAMUDRA RASA KARYA ARDINI PANGASTUTI BN KAJIAN STILISTIKA NOVEL ALUN SAMUDRA RASA KARYA ARDINI PANGASTUTI BN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA LIRIK LAGU BERBAHASA JAWA KARYA NUR BAYAN

KAJIAN STILISTIKA LIRIK LAGU BERBAHASA JAWA KARYA NUR BAYAN KAJIAN STILISTIKA LIRIK LAGU BERBAHASA JAWA KARYA NUR BAYAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN 1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN STILISTIKA DALAM LIRIK LAGU CAMPURSARI CIPTAAN DHIMAS TEDJO

SKRIPSI KAJIAN STILISTIKA DALAM LIRIK LAGU CAMPURSARI CIPTAAN DHIMAS TEDJO SKRIPSI KAJIAN STILISTIKA DALAM LIRIK LAGU CAMPURSARI CIPTAAN DHIMAS TEDJO Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV

KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV KAJIAN STILISTIKA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA KGPAA MANGKUNEGARA IV SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang

Lebih terperinci

EUFEMISME DAN DISFEMISME DALAM RUBRIK PETHILAN PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT (KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN NILAI RASA)

EUFEMISME DAN DISFEMISME DALAM RUBRIK PETHILAN PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT (KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN NILAI RASA) EUFEMISME DAN DISFEMISME DALAM RUBRIK PETHILAN PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT (KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN NILAI RASA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam

Lebih terperinci

HOMONIMI DALAM BAHASA JAWA. (Suatu Kajian Semantik)

HOMONIMI DALAM BAHASA JAWA. (Suatu Kajian Semantik) HOMONIMI DALAM BAHASA JAWA (Suatu Kajian Semantik) Disusun oleh : HUSAIN NAJIBUDIN C0110032 PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 i HOMONIMI DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

HEGEMONI KEKUASAAN DALAM CERITA RAKYAT KYAI AGENG PENGGING DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra )

HEGEMONI KEKUASAAN DALAM CERITA RAKYAT KYAI AGENG PENGGING DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra ) HEGEMONI KEKUASAAN DALAM CERITA RAKYAT KYAI AGENG PENGGING DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Kajian Stilistika dalam Karya Sastra Gaya diartikan sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapainya. Dalam kreasi penulisan sastra, efek tersebut terkait dengan upaya pemerkayaan makna, baik penggambaran

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra. Bahasa sudah menjadi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

WACANA ANTOLOGI CERKAK WIRING KUNING KARYA TRINIL (Kajian Kohesi dan Koherensi)

WACANA ANTOLOGI CERKAK WIRING KUNING KARYA TRINIL (Kajian Kohesi dan Koherensi) WACANA ANTOLOGI CERKAK WIRING KUNING KARYA TRINIL (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM ADEGAN GARA-GARA WAYANG ORANG SRIWEDARI DI KOTA SURAKARTA (Suatu Analisis Sosiolinguistik)

PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM ADEGAN GARA-GARA WAYANG ORANG SRIWEDARI DI KOTA SURAKARTA (Suatu Analisis Sosiolinguistik) PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM ADEGAN GARA-GARA WAYANG ORANG SRIWEDARI DI KOTA SURAKARTA (Suatu Analisis Sosiolinguistik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Jurusan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. mengungkapkan gagasan, pemikiran-pemikiran ataupun ide. Gagasan atau ide

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. mengungkapkan gagasan, pemikiran-pemikiran ataupun ide. Gagasan atau ide 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan alat atau sarana yang dipakai manusia untuk mengungkapkan gagasan, pemikiran-pemikiran ataupun ide. Gagasan atau ide tersebut dapat diungkapkan

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH SESAJI DALAM TRADISI DHEKAHAN DHUSUN DI DUSUN MANGUREJO DESA GULI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI (SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

ISTILAH-ISTILAH SESAJI DALAM TRADISI DHEKAHAN DHUSUN DI DUSUN MANGUREJO DESA GULI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI (SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK) ISTILAH-ISTILAH SESAJI DALAM TRADISI DHEKAHAN DHUSUN DI DUSUN MANGUREJO DESA GULI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI (SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri

BAB I PENDAHULUAN. sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra non-imajinatif terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra atau jenis sastra dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu sastra imajinatif dan non-imajinatif. Dalam praktiknya sastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia, dengan bahasa orang bisa bertukar pesan dan makna yang digunakan untuk berkomunikasi oleh

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA

WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI. Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K

KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI. Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K KAJIAN STILISTIKA DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA TERE LIYE SKRIPSI Oleh: MEKAR SARI DYAH AYU P.W K1209041 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2013 i ii KAJIAN STILISTIKA

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Oleh: Miskiyatun Isnainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stilistika merupakan ilmu linguistik yang mengkaji tentang aspek gaya atau style di dalam karya sastra dengan menggunakan medium bahasa sebagai media telaahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG David Maulana Muhammad*)1 Wahyudi Siswanto)*2 Email davidmuhammad7@gmail.com Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dan bahasa merupakan dua bidang yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren, 1990:218).

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

CAMPUR KODE DALAM RUBRIK GAYENG KIYI JAGAD JAWA SOLOPOS (Suatu Kajian Sosiolinguistik)

CAMPUR KODE DALAM RUBRIK GAYENG KIYI JAGAD JAWA SOLOPOS (Suatu Kajian Sosiolinguistik) CAMPUR KODE DALAM RUBRIK GAYENG KIYI JAGAD JAWA SOLOPOS (Suatu Kajian Sosiolinguistik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA JAWA OLEH PAMBIWARA CAMPURSARI SANGKURIANG GUYON MATON DI KABUPATEN SUKOHARJO (KAJIAN STILISTIKA)

PENGGUNAAN BAHASA JAWA OLEH PAMBIWARA CAMPURSARI SANGKURIANG GUYON MATON DI KABUPATEN SUKOHARJO (KAJIAN STILISTIKA) PENGGUNAAN BAHASA JAWA OLEH PAMBIWARA CAMPURSARI SANGKURIANG GUYON MATON DI KABUPATEN SUKOHARJO (KAJIAN STILISTIKA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL Judul Penelitian : Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Padang Nama : Rika Fitrianti NPM : 0910013111196 Jenjang Pendidikan : Sarjana Pendidikan (S1) Program

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia di dunia ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Bahasa adalah salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL KEMBANG KANTIL KARYA SENGGONO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMA SKRIPSI

ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL KEMBANG KANTIL KARYA SENGGONO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMA SKRIPSI ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL KEMBANG KANTIL KARYA SENGGONO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMA SKRIPSI Oleh: DYAH AYU MEILINDASARI K4211016 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, Pada dasarnya hampir setiap hari tingkah laku dan perbuatan manusia sejak bangun tidur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasalah manusia berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Di dalam komunikasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud, isi pikiran, dan perasaan setiap anggota masyarakat. Bahasa Jawa

BAB I PENDAHULUAN. maksud, isi pikiran, dan perasaan setiap anggota masyarakat. Bahasa Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang berfungsi sebagai lambang identitas daerah dan alat pengungkap ide, gagasan, maksud, isi pikiran,

Lebih terperinci

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA A. Style Gaya Bahasa Kata style (bahasa Inggris) berasal dari kata Latin stilus yang berarti alat (berujung tajam) yang dipakai untuk menulis di atas lempengan lilin

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi, seni dan penciptaan. Bahasa yang digunakan dalam sastra mengemban fungsi utama sebagai fungsi

Lebih terperinci

DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 CAWAS SKRIPSI

DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 CAWAS SKRIPSI DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 CAWAS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Sastra

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI, GAYA BAHASA, DAN GRAMATIKA PADA LIRIK LAGU-LAGU OPICK SKRIPSI. Oleh Dewi Hajar Khusnul Khuluq NIM

ANALISIS DIKSI, GAYA BAHASA, DAN GRAMATIKA PADA LIRIK LAGU-LAGU OPICK SKRIPSI. Oleh Dewi Hajar Khusnul Khuluq NIM ANALISIS DIKSI, GAYA BAHASA, DAN GRAMATIKA PADA LIRIK LAGU-LAGU OPICK SKRIPSI Oleh Dewi Hajar Khusnul Khuluq NIM 060110201022 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNVERSITAS JEMBER 2012 ANALISIS DIKSI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

INTERFERENSI MORFOLOGIK BAHASA JAWA DALAM BAHASA INDONESIA PADA RUBRIK SMS 24 JAM RADAR BANYUMAS EDISI JANUARI-MEI 2016

INTERFERENSI MORFOLOGIK BAHASA JAWA DALAM BAHASA INDONESIA PADA RUBRIK SMS 24 JAM RADAR BANYUMAS EDISI JANUARI-MEI 2016 1 INTERFERENSI MORFOLOGIK BAHASA JAWA DALAM BAHASA INDONESIA PADA RUBRIK SMS 24 JAM RADAR BANYUMAS EDISI JANUARI-MEI 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015) 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk

Lebih terperinci

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM KAMAR GELAP KARYA EFEK RUMAH KACA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 289 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian sebagaimana perumusan masalah yang telah diajukan di bagian pendahuluan, maka peneliti menyimpulkan berikut ini. 1. Aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa, nilai pendidikan serta relevansi gaya bahasa dan nilai pendidikan dalam Serat Wedhatama pupuh Pangkur sebagai bahan

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI

KAJIAN STILISTIKA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI KAJIAN STILISTIKA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci