BAB 2 LANDASAN TEORI Interaksi Manusia dan Komputer. interaktif untuk digunakan oleh manusia. Golden Rules of Interaction Design, yaitu:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI Interaksi Manusia dan Komputer. interaktif untuk digunakan oleh manusia. Golden Rules of Interaction Design, yaitu:"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Interaksi Manusia dan Komputer Interaksi manusia dan komputer adalah ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia. Dalam merancang suatu sistem Interaksi Manusia dan Komputer haruslah memperhatikan delapan aturan emas yang juga disebut Eight Golden Rules of Interaction Design, yaitu: 1. Berusaha untuk konsisten. Desainer harus selalu berusaha konsisten dalam merancang tampilan. Contoh : penggunaan teknologi yang konsisten pada menu. Yang perlu diperhatikan adalah warna, font, dan tampilan juga harus konsisten. 2. Memungkinkan pengguna yang sering menggunakan shortcuts. Penggunaan shortcuts untuk mengurangi jumlah interaksi dan meningkatkan kecepatan tampilan. Umumnya user yang sudah sering menggunakan aplikasi lebih menginginkan kecepatan dalam mengakses fungsi yang diinginkan. Jadi interaksi yang diminta pendek dan langsung menuju fungsi tersebut. 6

2 7 3. Memberikan umpan balik yang informatif. Respon balik harus diberikan untuk memberikan informasi kepada user sesuai dengan action yang dilakukannya. User akan mengetahui action apa yang telah dan akan dilakukan dengan adanya respon balik ini. Respon bisa berupa konfirmasi atau informasi atas suatu action. Misalnya setelah melakukan fungsi simpan dapat diberikan konfirmasi bahwa data telah berhasil disimpan. 4. Merancang dialog yang memberikan penutupan (keadaan akhir). Respon balik atas akhir dari suatu proses dan action akan sangat membantu dan juga user akan mendapat signal untuk melanjutkan action lainnya. Misalnya pada saat akan menutup suatu program akan ditampilkan konfirmasi penutupan. 5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana. Sistem harus dirancang agar pemakai tidak membuat kesalahan yang serius. Jika pemakai melakukan kesalahan, sistem harus bisa mendeteksi kesalahan dan memberikan instruksi yang sederhana, membangun dan khusus untuk melakukan perbaikan. 6. Mengijinkan pembalikan aksi (undo) dengan mudah. Terkadang user tidak sengaja melakukan suatu action yang tidak diinginkan untuk itu user ingin melakukan pembatalan. Sistem harus sebanyak mungkin memberikan fungsi pembatalan ini. User akan merasa lebih aman dan tidak takut dalam mencoba sistem tersebut karena user tahu bahwa kesalahan dapat diperbaiki sehingga mendorong penjelajahan pilihan yang biasa dipakai.

3 8 7. Mendukung Internal Focus of Control. User berinisiatif dalam melakukan aksi daripada menunggu respon dari sistem untuk beraksi. 8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek STD (State Transition Diagram) State Transition Diagram (STD) adalah suatu modelling tool yang menggambarkan sifat ketergantungan terhadap waktu pada sistem. STD digunakan untuk mengidentifikasikan sebagaimana sistem harus berperilaku seperti resiko dari kejadian eksternal. Untuk mencapai hal ini STD menampilkan berbagai jenis model perilaku dan hasil dan tingkah laku yang mana transisi dibuat dari state satu ke state yang lain. Penyajian STD merupakan landasan dasar untuk menentukan perilaku. Biasanya dalam STD digunakan notasi seperti: 1. Active. State, simbolnya persegi panjang State adalah kumpulan keadaan atau atribut yang memberi perincian seseorang atau benda pada waktu dan kondisi tertentu. Contohnya seperti proses user mengisi password, menentukan instruksi berikutnya. Simbol state:

4 9 Transition State / Perubahan state, simbolnya tanda panah berarah. Condition Kejadian pada lingkungan eksternal yang bisa terdeteksi oleh sistem. Hal ini akan mengakibatkan perubahan terhadap state dari keadaan state menunggu X ke state menunggu Y. Contohnya seperti: interrupt signal maupun data. 2. Passive. Sistem ini tidak melakukan kontrol terhadap lingkungan, akan tetapi lebih bersifat menerima data atau memberikan reaksi saja ( sistem yang menerima atau mengumpulkan data melalui signal yang dikirimkan oleh satelit ). Berikut adalah gambar STD sederhana: State X Condition Action State Y Gambar 2.1 State Transition Diagram

5 Teori-teori Khusus Yang Berhubungan Dengan Topik Yang Dibahas Enkripsi dan Dekripsi Enkripsi adalah proses mengubah suatu informasi asli (plaintext) menjadi informasi dalam bahasa sandi (ciphertext). Sedangkan dekripsi adalah proses mengubah informasi bersandi (chipertext) menjadi informasi asli (plaintext). Bila proses enkripsi dimisalkan dengan C, maka proses enkripsi dapat dituliskan sebagai berikut : C = E (M) dimana M = pesan asli E = proses enkripsi C = pesan dalam bahasa sandi (untuk ringkasnya disebut sandi) Sedangkan bila proses dekripsi dimisalkan dengan M, maka proses dekripsi dapat dituliskan sebagai berikut : M = D (C) dimana M = pesan asli C = pesan dalam bahasa sandi (untuk ringkasnya disebut sandi) D = proses dekripsi Teknik enkripsi dan dekripsi ini digunakan oleh banyak orang dalam sistem pengamanan informasi. Tiga aspek yang dipertimbangkan dalam pengamanan data adalah :

6 11 1. Serangan keamanan (security attack). Adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui informasi yang dilakukan oleh pihak yang tidak berhak. 2. Mekanisme keamanan (security mechanism). Adalah mekanisme yang didisain untuk melakukan pendeteksian, pencegahan, atau pemulihan dari suatu serangan keamanan. 3. Pelayanan keamanan (security service). Adalah suatu pelayanan yang mampu meningkatkan keamanan dari sistem pemrosesan data dan transfer informasi dalam suatu organisasi. Ada dua jenis serangan terhadap data atau informasi yang diamankan berdasarkan keterlibatan penyerang dalam komunikasi data adalah : 1. Serangan pasif (passive attack). Penyerang tidak terlibat aktif dalam pertukaran informasi. Penyerang melakukan aktifitas menguping atau memonitor transmisi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang sedang dikirim. Jenis serangan ini dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Pengeluaran isi informasi. b. Analisis lalu lintas data. Passive attack sangat sukar untuk dideteksi, karena penyerang tidak melakukan perubahan informasi yang ditransmisikan. 2. Serangan aktif (active attack). Penyerang aktif melibatkan diri dalam pertukaran informasi. Penyerang dilakukan dengan interupsi, dan perubahan atau

7 12 penggandaan informasi. Jenis serangan ini dibedakan menjadi empat macam, yaitu : a. Pemalsuan identitas. b. Modifikasi informasi. c. Pengiriman ulang informasi. d. Pembantahan informasi. Serangan aktif memiliki sifat yang berlawanan dengan serangan pasif, serangan aktif lebih sulit dicegah karena akan melibatkan proteksi fisik dari semua jaringan komunikasi dan jalurnya pada setiap waktu Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata yaitu kripto dan graphia. Kripto artinya menyembunyikan, sedangkan graphia artinya tulisan. Sehingga definisi dari kriptografi adalah ilmu yang mempelajari teknik teknik matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan. Tetapi tidak semua aspek keamanan informasi dapat diselesaikan dengan kriptografi. Kriptografi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau seni untuk menjaga keamanan informasi. Kriptoanalisis (cryptanalysis) adalah kebalikan dari kriptografi, yaitu suatu ilmu untuk memecahkan mekanisme kriptografi dengan cara mendapatkan kunci dari informasi bersandi (ciphertext) yang digunakan untuk mendapatkan informasi asli (plaintext). Sedangkan kriptologi

8 13 (cryptology) adalah ilmu yang mencakup keduanya (kriptografi dan kriptoanalisis). Ada empat tujuan mendasar dari kriptografi, yaitu : 1. Kerahasiaan (confidentiality), digunakan untuk menjaga isi informasi dari siapapun kecuali yang memiliki key atau hak untuk membuka informasi atau yang telah disandikan. 2. Keutuhan (integrity), digunakan untuk menjaga isi informasi dari perubahan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hak dalam penghapusan, penyisipan atau pendistribusian informasi lain ke dalam informasi asli. 3. Jaminan identitas dan keabsahan (authenticity), digunakan untuk memberikan autentifikasi terhadap informasi yang akan dikirim. Informasi yang dikirim harus diautentikasi keasliannya, isinya, waktu pengiriman, dan lain sebagainya. 4. Non-repudiasi, digunakan untuk mencegah terjadinya penyangkalan terhadap pengiriman atau terciptanya suatu informasi oleh pengirim atau pembuat pesan Sejarah Kriptografi Kriptografi sudah digunakan sekitar abad 40 yang lalu oleh orang-orang Mesir untuk pengiriman pesan ke pasukan yang berada di medan perang dan agar pesan tersebut tidak terbaca oleh pihak musuh walaupun pembawa pesan tersebut tertangkap oleh musuh. Sedangkan pada jaman Romawi kuno ketika Julius Caesar

9 14 ingin mengirimkan pesan rahasianya kepada salah seorang jendral di medan perang adalah dengan mengacak isi pesan tersebut menjadi suatu pesan yang tidak dapat dipahami oleh siapapun kecuali hanya dapat dipahami oleh jendralnya saja. Tentu sang jendral diberi tahu sebelumnya bagaimana cara membaca pesan yang teracak tersebut, karena telah mengetahui kuncinya. Pada perang dunia kedua, Jerman menggunakan mesin enigma atau juga disebut dengan mesin rotor yang digunakan Hitler untuk mengirim pesan kepada tentaranya di medan perang. Jerman sangat percaya bahwa pesan yang dienkripsi dengan menggunakan enigma tidak dapat dipecahkan. Tapi anggapan itu keliru, setelah bertahun-tahun sekutu mempelajarinya dan berhasil memecahkan kode-kode tersebut. Setelah Jerman mengetahui bahwa enigma dapat dipecahkan, maka enigma mengalami beberapa kali perubahan. Enigma yang digunakan Jerman dapat mengenkripsi suatu pesan sehingga mempunyai 15x10 18 kemungkinan untuk dapat mengenkripsi Algoritma Kriptografi Algoritma kriptografi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1. Algoritma kriptografi simetri. Pada algoritma simetri ini proses enkripsi dan dekripsi menggunakan kunci (key) yang sama. Jadi, pengirim dan

10 15 penerima sebelumnya harus menyetujui suatu kunci rahasia (private key) tertentu. Keamanan algoritma simetri tergantung pada kunci, membocorkan kunci berarti bahwa orang lain dapat mengenkripsi dan mendekripsi pesan. Algoritma simetri sering juga disebut dengan algoritma kunci rahasia, algoritma kunci tunggal, atau algoritma satu kunci. Contohnya : DES (Data Encryption Standard), AES (Advanced Encryption Standard) atau Rijndael, Blowfish, dan lain sebagainya. Sifat kunci yang seperti ini membuat pengirim harus selalu memastikan bahwa jalur yang digunakan dalam pendistribusian kunci adalah aman. 2. Algoritma kriptografi asimetri. Pada algoritma asimetri ini kunci (key) enkripsi dan dekripsi berbeda. Kunci (key) yang digunakan untuk enkripsi disebut kunci publik (public key) yang dapat diketahui orang lain. Sedangkan kunci untuk dekripsi dinamakan kunci rahasia (private key) yang hanya diketahui oleh pemiliknya. Algoritma asimetri ini sering juga disebut algoritma kunci publik. Keuntungan utama dari algoritma ini adalah memberikan jaminan keamanan kepada siapa saja yang melakukan pertukaran informasi meskipun di antara mereka tidak ada kesepakatan mengenai keamanan pesan terlebih dahulu maupun saling tidak mengenal sama satu sama lainnya.

11 16 Contohnya : ElGamal, RSA (Rivest-Shamir-Adleman), ECC (Elliptic Curve Cryptography), dan lain sebagainya RSA (Rivest-Shamir-Adleman) Algoritma RSA dibuat oleh 3 orang peneliti dari MIT (Massachussets Institute of Technology) pada tahun 1976, yaitu: Ron (R)ivest, Adi (S)hamir, dan Leonard (A)dleman. Keamanan algoritma RSA terletak pada sulitnya memfaktorkan bilangan yang besar menjadi faktor-faktor prima. Pemfaktoran dilakukan untuk memperoleh kunci pribadi. Selama pemfaktoran bilangan besar menjadi faktor-faktor prima belum ditemukan, maka selama itu pula keamanan algoritma RSA tetap terjamin Teknik Kerja RSA Tingkat keamanan algoritma RSA sangat bergantung pada ukuran kunci sandi tersebut (dalam bit), karena makin besar ukuran kunci, maka makin besar juga kemungkinan kombinasi kunci yang bisa dijebol dengan metode mencoba satu persatu semua kemungkinan kunci atau dengan istilah brute-force attack. Jika dibuat suatu sandi RSA dengan panjang 256-bit, maka metode brute-force attack akan menjadi sia-sia dan tidak akan sanggup untuk dijebol.

12 Properti Algoritma RSA Besaran-besaran yang digunakan pada algoritma RSA: 1. p dan q bilangan prima 2. n = p q 3. φ(n) = (p 1)(q 1) 4. e (kunci enkripsi) 5. d (kunci dekripsi) 6. m (plainteks) 7. c (cipherteks) Perumusan Algoritma RSA Algoritma RSA didasarkan pada teorema Euler yang menyatakan bahwa : yang dalam hal ini, 1. a harus relatif prima terhadap n. 2. φ(n) = n(1 1/p 1 )(1 1/p 2 ) (1 1/p n ), yang dalam hal ini p 1, p 2,, p n adalah faktor prima dari n. φ(n) adalah fungsi yang menentukan berapa banyak dari bilangan-bilangan 1, 2, 3,, n yang relatif prima terhadap n. Berdasarkan sifat a k b k (mod n) untuk k bilangan bulat 1, maka persamaan (1) dapat ditulis menjadi : (1) atau...(2)

13 18 Bila a diganti dengan m, maka persamaan (2) menjadi : (3) Berdasarkan sifat ac bc (mod n), maka bila persamaan (3) dikali dengan m menjadi : (4) yang dalam hal ini m relatif prima terhadap n. Misalkan e dan d dipilih sedemikian sehingga : (5) atau (6) Masukkan persamaan (6) dalam persamaan (4) menjadi : (7) Persamaan (7) dapat ditulis lagi menjadi : (8) yang artinya, perpangkatan m dengan e diikuti dengan perpangkatan dengan d, menghasilkan kembali m semula. Berdasarkan persamaan (8), maka enkripsi dan dekripsi dirumuskan menjadi : (9) (10) Karena e. d = d. e, maka enkripsi diikuti dengan dekripsi ekivalen dengan dekripsi diikuti dengan enkripsi :

14 19 (11) Oleh karena m d mod n (m + jn) d mod n untuk sembarang bilangan bulat j, maka tiap plaintext m, m + n, m + 2n,, menghasilkan ciphertext yang sama. Dengan kata lain, transformasinya dari banyak ke satu. Agar transformasinya satu-ke-satu, maka m harus dibatasi dalam himpunan {0, 1, 2,, n - 1} sehingga enkripsi dan dekripsi tetap benar seperti pada persamaan (8) dan (9) Algoritma Membangkitkan Pasangan Kunci 1. Pilih dua buah bilangan prima sembarang, p dan q. 2. Hitung n = p q. Sebaiknya p q, sebab jika p = q maka n = p 2 sehingga p dapat diperoleh dengan menarik akar pangkat dua dari n. 3. Hitung φ(n) = (p 1)(q 1). 4. Pilih kunci publik, e, yang relatif prima terhadap φ(n). 5. Bangkitkan kunci rahasia dengan menggunakan persamaan (5), yaitu e d 1 (mod φ(n)). Perhatikan bahwa e d 1 (mod φ(n)) ekivalen e d = 1 + kφ(n), sehingga d dapat dihitung dengan : (12)

15 20 bulat d. Akan terdapat bilangan bulat k, yang memberi bilangan Hasil dari algoritma diatas : - Kunci publik adalah pasangan (e, n). - Kunci privat adalah pasangan (d, n). Catatan: n tidak bersifat rahasia, namun ia diperlukan pada perhitungan enkripsi/dekripsi. Contoh : Misalkan A membangkitkan kunci publik dan kunci privat miliknya. A memilih p = 47 dan q = 71 (keduanya prima). Selanjutnya, A menghitung : n = p. q = 3337 dan φ(n) = (p 1)(q 1) = 3220 A memilih kunci publik e = 79, karena 79 relatif prima dengan A mengumumkan nilai e dan n. Selanjutnya A menghitung kunci dekripsi d seperti yang dituliskan pada langkah instruksi 5 dengan menggunakan persamaan (12). Dengan mencoba nilai k = 1, 2, 3,, diperoleh nilai d yang bulat adalah ini adalah kunci privat untuk mendekripsi pesan. Kunci ini harus dirahasiakan oleh A. Kunci publik : (e = 79, n = 3337)

16 21 Kunci privat : (d = 1019, n = 3337) Algoritma Enkripsi dan Dekripsi dengan RSA Enkripsi 1. Ambil kunci publik penerima pesan, e, dan modulus n. 2. Nyatakan plaintext m menjadi blok-blok m 1, m 2,, sedemikian sehingga setiap blok merepresentasikan nilai di dalam selang (0, n - 1). 3. Setiap blok m i dienkripsi menjadi blok c i dengan rumus c i = e m i mod n. Dekripsi 1. Setiap blok ciphertext c i didekripsi kembali menjadi blok m i dengan rumus m i = c d i mod n. Contoh : Misalkan B mengirim pesan kepada A. Pesan plaintext yang akan dikirim oleh A adalah : m = HARI INI atau dalam sistem desimal (pengkodean ASCII) adalah : B memecah m menjadi blok yang lebih kecil, misalkan m dipecah menjadi enam blok yang berukuran 3 digit : m 1 = 726 m 4 = 273 m 2 = 582 m 5 = 787

17 22 m 3 = 733 m 6 = 003 Nilai-nilai m i ini masih terletak di dalam selang [0, ] agar transformasi menjadi satu-ke-satu. B mengetahui kunci publik A adalah e = 79 dan n = A dapat mengenkripsikan setiap blok plaintext sebagai berikut : c 1 = mod 3337 = 215; c 2 = mod 3337 = 776; c 3 = mod 3337 = 1743; c 4 = mod 3337 = 933; c 5 = mod 3337 = 1731; c 6 = mod 3337 = 158 Jadi, ciphertext yang dihasilkan adalah c = Dekripsi dilakukan dengan menggunakan kunci private d = 1019 Blok-blok ciphertext didekripsikan sebagai berikut: m 1 = mod 3337 = 726 m 2 = mod 3337 = 582 m 3 = mod 3337 = 733 Blok plaintext yang lain dikembalikan dengan cara yang serupa. Akhirnya kita memperoleh kembali plainteks semula m = yang dalam sistem pengkodean ASCII adalah m = HARI INI.

18 Keamanan RSA Kamanan algoritma RSA didasarkan pada sulitnya memfaktorkan bilangan besar menjadi faktor-faktor primanya. Masalah pemfaktoran : Faktorkan n, yang dalam hal ini n adalah hasil kali dari dua atau lebih bilangan prima. Pada RSA, masalah pemfaktoran berbunyi: Faktorkan n menjadi dua faktor primanya, p dan q, sedemikian sehingga n = p. q. Sekali n berhasil difaktorkan menjadi p dan q, maka φ(n) = (p 1) (q 1) dapat dihitung. Selanjutnya, karena kunci enkrispi e diumumkan (tidak rahasia), maka kunci dekripsi d dapat dihitung dari persamaan e d 1 + kφ(n). Penemu algoritma RSA menyarankan nilai p dan q panjangnya lebih dari 100 digit. Dengan demikian hasil kali n = p. q akan berukuran lebih dari 200 digit. Menurut Rivest dan kawan-kawan, usaha untuk mencari faktor prima dari bilangan 200 digit membutuhkan waktu komputasi selama 4 milyar tahun, sedangkan untuk bilangan 500 digit membutuhkan waktu 1025 tahun! (dengan asumsi bahwa algoritma pemfaktoran yang digunakan adalah algoritma yang tercepat saat ini dan komputer yang dipakai mempunyai kecepatan 1 milidetik). Untunglah algoritma yang paling bagus untuk memfaktorkan bilangan yang besar belum ditemukan. Selama 300 tahun para matematikawan mencoba mencari faktor bilangan yang

19 24 besar namun tidak banyak membuahkan hasil. Semua bukti yang diketahui menunjukkan bahwa upaya pemfaktoran itu luar biasa sulit. Fakta inilah yang membuat algoritma RSA tetap dipakai hingga saat ini. Selagi belum ditemukan algoritma yang bagus untuk memfaktorkan bilangan bulat menjadi faktor primanya, maka algoritma RSA tetap direkomendasikan untuk mengenkripsi pesan Finite Field (Fp) Suatu finite field (atau Galois Field) adalah suatu himpunan dengan jumlah elemen terbatas dan dapat dilakukan operasi-operasi aljabar seperti pengurangan, perkalian, penambahan, dan pembagian dengan elemen tidak nol terhadap elemen-elemen yang ada. Selain itu dalam finite field, hukum-hukum aljabar seperti asosiatif, komutatif, dan distributif berlaku. Orde finite field menyatakan banyaknya elemen yang terdapat di dalamnya. Untuk menyatakan finite field berorde q dapat ditulis dengan Fq atau GF(q), dengan q dapat berupa bilangan prima. Ketika q merupakan suatu bilangan prima, maka field GF(p) disebut finite prime field. Field GF(p) umumnya dinyatakan sebagai himpunan integer modulo p. Dimisalkan p adalah suatu bilangan prima. Finite field Fp terdiri dari sekumpulan integer {0,1, 2,..., p-1} dengan operasi-operasi aritmatika sebagai berikut :

20 25 - Penambahan (addition) : Jika a, b є Fp maka a + b = r, dengan r adalah sisa pembagian ketika a+b dibagi dengan p dan 0 r p-1. Operasi ini dikenal sebagai operasi penambahan modulo p. - Pengurangan (subtraction) : Jika a, b є Fp maka a - b = r, dengan r adalah sisa pembagian ketika a-b dibagi dengan p bila a-b > 0, sedangkan bila a-b < 0, r adalah (a-b) + p. Operasi ini dikenal sebagai operasi pengurangan modulo p. - Perkalian (multiplication) : Jika a, b є Fp maka a * b = s, dengan s adalah sisa pembagian ketika a*b dibagi dengan p dan 0 s < p. Operasi ini dikenal sebagai operasi perkalian modulo p. - Inversi (inversion) : Jika a adalah elemen tidak nol dalam Fp, inversi a modulo p, yang dinyatakan sebagai a -1, adalah suatu integer unik c є Fp dengan a*c = 1 mod p. Sebuah contoh Finite Field adalah F13, elemen-elemen finite field ini adalah {0,1, 2,...,12}. Contoh operasi aritmatika dalam field ini adalah : = 15 mod 13 = = -2 = -2 + (1)*13 = 11 mod * 12 = 24 mod 13 = = 2 mod Relatif Prima Sebuah bilangan disebut relatif prima bila FPB dari bilangan tersebut adalah 1. Contoh :

21 26-20 dan 3 relatif prima sebab FPB(20,3) = dan 11 relatif prima sebab FPB(7,11) = dan 5 tidak relatif prima sebab FPB(20,5) ECC (Elliptic Curve Cryptography) Sejarah ECC Kurva elliptic telah dipelajari secara intensif dalam bidang teori bilangan dan geometri aljabar oleh para ahli matematika selama lebih dari satu abad. Teori-teori telah banyak dikembangkan mengenai kurva elliptic, dan telah menjadi dasar bagi perkembangan baru dalam ilmu matematika. Salah satu perkembangan baru tersebut adalah penggunaan kurva elliptic untuk kriptografi. Algoritma Elliptic Curve Cryptography diusulkan secara independent masing-masing oleh Victor Miller dan Neil Koblitz pada tahun Sejak tahun tersebut, Elliptic Curve Cryptography telah dievaluasi secara menyeluruh oleh para ahli kriptografi, ahli matematika, dan ahli komputer di seluruh dunia, sehingga timbul kepercayaan terhadap sistem baru ini. Beberapa tahun terakhir ini, implementasi komersial pertama telah muncul, baik sebagai tool kit maupun sebagai aplikasi seperti keamanan e- mail, keamanan web, dan lain sebagainya.

22 Kurva Elliptic Kurva Elliptic Dalam Finite Field Fp Finite Field Fp adalah sebuah finite field dimana anggota himpunannya merupakan bilangan bulat yang besarnya berkisar antara 0 sampai dengan p 1 dengan operasi penjumlahan dan perkalian modulo p (p adalah bilangan prima). Supaya titik-titik koordinat kurva elliptic berada di dalam finite field Fp, maka bentuk persamaan kurva elliptic yang digunakan adalah : dimana x, y, a, b, Fp. Aritmatika modular cocok digunakan untuk kriptografi karena dua alasan berikut ini : - Nilai-nilai pada aritmatika modular berada dalam himpunan berhingga (0 sampai modulus p 1), maka tidak perlu khawatir hasil perhitungan berada diluar himpunan. - Karena nilai-nilai pada aritmatik modular berbentuk bilangan bulat, maka tidak perlu khawatir kehilangan informasi akibat pembulatan (round off) sebagaimana pada operasi bilangan yang mempunyai pecahan desimal.

23 28 Sekarang anggap bahwa Ep(a,b) merupakan suatu himpunan yang terdiri dari titik-titik koordinat bilangan bulat (x,y) yang memenuhi persamaan tersebut diatas, bersama satu titik infinitas O(, ). Misal, apabila pada persamaan diatas ditentukan nilai dari a = 1, b = 0, dan p = 23. Maka didapat persamaan y 2 (mod 23) = (x 3 + x) (mod 23). Titik (9,5) merupakan himpunan dari E 23 (1,0) karena : 5 2 (mod 23) = ( ) (mod 23) 25 (mod 23) = ( ) (mod 23) 25 (mod 23) = 738 (mod 23) 2 = 2 Lebih lengkapnya titik-titik yang memenuhi himpunan E 23 (1,0) antara lain : (0,0), (1,5), (1,18), (9,5), (9,18), (11,10), (11,13), (13,5), (13,18), (15,3), (15,20), (16,8), (16,15), (17,10), (17,13), (18,10), (18,13), (19,1), (19,22), (20,4), (20,19), (21,6), (21,17), dan (, ). Sebaran titik ini dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

24 29 Gambar 2.2 Sebaran titik-titik pada kurva elliptic E 23 (1,0) Algoritma Elliptic Curve Cryptography Representasi Text Karakter-karakter yang terdapat pada pesan asli (plaintext) direpresentasikan oleh titik-titik koordinat yang memenuhi persamaan kurva elliptic yang telah ditentukan. Misal, titik-titik pada himpunan E 29 (3,0) dapat merepresentasikan karakter-karakter sebagai berikut : (0,0) = A (1,2) = B (1,27) = C (3,6) = D (3,23) = E (5,13) = F (5,16) = G (7,4) = H (7,25) = I (11,1) = J (11,28) = K (12,13) = L (12,16) = M (17,11) = N (17,18) = O (18,12) = P (18,17) = Q (22,10) = R (22,19) = S (24,11) = T

25 30 (24,18) = U (26,14) = V (26,15) = W (28,5) = X (28,24) = Y (, ) = Z Pada program aplikasi yang dibuat, ada 256 jenis karakter yang dipakai. Jenis karakter tersebut mengacu pada standard internasional yaitu ASCII (American Standard Code for Information Interchange). Oleh karena itu nilai p, a, dan b pada persamaan kurva elliptic harus ditentukan sedemikian sehingga jumlah anggota himpunan Ep(a,b) adalah sebanyak 256 titik Proses Enkripsi dan Dekripsi Algoritma Elliptic Curve Cryptography menggunakan prinsip kurva elliptic dimana yang menjadi permasalahan adalah kesulitan untuk menghitung nilai dari k, pada operasi Q = kp, dimana Q dan P merupakan titik yang terletak pada bidang kurva Ep(a,b). Walaupun sebenarnya tidak begitu sulit untuk menghitung harga Q apabila diketahui k dan P, tetapi sangat sulit untuk menghitung k, apabila hanya diberikan nilai P dan Q. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan nilai p, a, dan b, untuk membentuk himpunan Ep(a,b). Anggota himpunan Ep(a,b) merepresentasikan karakter-karakter yang akan dienkripsi dan didekripsi.

26 31 Selanjutnya, proses enkripsi dilakukan dengan menggunakan perhitungan berikut : Keterangan : - C m = titik yang telah dienkripsi. - P m = titik yang akan dienkripsi. - k merupakan sebuah bilangan asli lebih kecil dari p 1. Besarnya k ditentukan secara acak untuk setiap karakter. - G merupakan titik basis, dimana G merupakan salah satu anggota himpunan Ep(a,b) selain titik O yang dipilih secara acak. Nilai G konstan untuk setiap karakter dalam file yang sama. - P A ditentukan dengan cara berikut : o Cari bilangan asli n sedemikian sehingga ng = 0. o Pilih secara acak bilangan asli na, dimana n A < n. o P A = n A x G. Dengan demikian, berhasil diperoleh sebuah titik terenkripsi, C m. Sedangkan untuk proses dekripsi, dilakukan dengan menggunakan perhitungan :

Algoritma RSA dan ElGamal

Algoritma RSA dan ElGamal Bahan Kuliah ke-15 IF5054 Kriptografi Algoritma RSA dan ElGamal Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 15.1 Pendahuluan 15. Algoritma RSA dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani criptos yang artinya adalah rahasia, sedangkan graphein artinya tulisan. Jadi kriptografi

Lebih terperinci

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman)

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman) Media Informatika Vol. 9 No. 2 (2010) PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman) Dahlia Br Ginting Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasa sandi (ciphertext) disebut sebagai enkripsi (encryption). Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasa sandi (ciphertext) disebut sebagai enkripsi (encryption). Sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia semakin canggih dan teknologi informasi semakin berkembang. Perkembangan tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi sistem informasi. Terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada proses pengiriman data (pesan) terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi. Oleh karenanya

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Syaukani, (2003) yang berjudul Implementasi Sistem Kriptografi

Lebih terperinci

KEAMANAN DATA DENGAN METODE KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK

KEAMANAN DATA DENGAN METODE KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK KEAMANAN DATA DENGAN METODE KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK Chandra Program Studi Magister S2 Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No. 9A Medan, Sumatera Utara e-mail : chandra.wiejaya@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian kriptografi Kriptografi (Cryptography) berasal dari Bahasa Yunani. Menurut bahasanya, istilah tersebut terdiri dari kata kripto dan graphia. Kripto

Lebih terperinci

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA ABSTRAK ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA Makalah ini membahas tentang pengamanan pesan rahasia dengan menggunakan salah satu algoritma Kryptografi, yaitu algoritma ElGamal. Tingkat keamanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keamanan dan kerahasiaan data merupakan salah satu aspek penting dari suatu sistem informasi. Dalam hal ini, sangat terkait dengan betapa pentingnya informasi

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN Mohamad Ray Rizaldy - 13505073 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung, Jawa Barat e-mail: if15073@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Oleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara

Oleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara Konsep Enkripsi dan Dekripsi Berdasarkan Kunci Tidak Simetris Oleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara Dalam tulisan saya pada bulan Agustus lalu telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, penjelasan, dan teorema yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang diberikan diantaranya adalah definisi

Lebih terperinci

Perhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP

Perhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP Perhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP Rini Amelia Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Jalan A.H Nasution No.

Lebih terperinci

Perbandingan Sistem Kriptografi Kunci Publik RSA dan ECC

Perbandingan Sistem Kriptografi Kunci Publik RSA dan ECC Perbandingan Sistem Kriptografi Publik RSA dan ECC Abu Bakar Gadi NIM : 13506040 1) 1) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung, email: abu_gadi@students.itb.ac.id Abstrak Makalah ini akan membahas topik

Lebih terperinci

Adi Shamir, one of the authors of RSA: Rivest, Shamir and Adleman

Adi Shamir, one of the authors of RSA: Rivest, Shamir and Adleman Algoritma RSA 1 Pendahuluan Algoritma kunci-publik yang paling terkenal dan paling banyak aplikasinya. Ditemukan oleh tiga peneliti dari MIT (Massachussets Institute of Technology), yaitu Ron Rivest, Adi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Bilangan 2.1.1 Keterbagian Jika a dan b Z (Z = himpunan bilangan bulat) dimana b 0, maka dapat dikatakan b habis dibagi dengan a atau b mod a = 0 dan dinotasikan dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Secara umum data dikategorikan menjadi dua, yaitu data yang bersifat rahasia dan data yang bersifat tidak rahasia. Data yang bersifat tidak rahasia

Lebih terperinci

Properti Algoritma RSA

Properti Algoritma RSA Algoritma RSA 1 Pendahuluan Algoritma kunci-publik yang paling terkenal dan paling banyak aplikasinya. Ditemukan oleh tiga peneliti dari MIT (Massachussets Institute of Technology), yaitu Ron Rivest, Adi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk

BAB III ANALISIS. Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk BAB III ANALISIS Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi proses-prosesnya serta kebutuhan yang diperlukan agar dapat diusulkan suatu

Lebih terperinci

BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA

BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA 3.1 Sistem ASCII Sebelumnya, akan dijelaskan terlebih dahulu Sistem ASCII sebagai system standar pengkodean dalam pertukaran informasi yaitu Sistem ASCII. Plainteks yang akan dienkripsi

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi

Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi Veren Iliana Kurniadi 13515078 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

VISUALISASI ALGORITMA RSA DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

VISUALISASI ALGORITMA RSA DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA VISUALISASI ALGORITMA RSA DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Abstraksi Adriani Putri, Entik Insannudin, MT. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengirim pesan secara rahasia sehingga hanya orang yang dituju saja yang dapat membaca pesan rahasia tersebut.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keamanan Data Keamanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari sebuah sistem informasi. Masalah keamanan sering kurang mendapat perhatian dari para perancang dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dibahas landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pikir dan hipotesis yang mendasari penyelesaian permasalahan pengamanan data file dengan kombinasi algoritma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan akan menjabarkan mengenai garis besar skripsi melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal yang akan dijabarkan adalah latar belakang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi. 2.1.1. Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani yang terdiri

Lebih terperinci

Implementasi dan Perbandingan Algoritma Kriptografi Kunci Publik

Implementasi dan Perbandingan Algoritma Kriptografi Kunci Publik Implementasi dan Perbandingan Algoritma Kriptografi Kunci Publik RSA, ElGamal, dan ECC Vincent Theophilus Ciputra (13513005) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi internet sebagai media penghantar informasi telah diadopsi oleh hampir semua orang dewasa ini. Dimana informasi telah menjadi sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan Andreas Dwi Nugroho (13511051) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak sekali transaksi-transaksi elektronik yang terjadi setiap detiknya di seluruh dunia, terutama melalui media internet yang dapat diakses kapanpun dan dari manapun.

Lebih terperinci

RSA (Rivest, Shamir, Adleman) Encryption

RSA (Rivest, Shamir, Adleman) Encryption RSA (Rivest, Shamir, Adleman) Encryption RSA (Rivest, Shamir, Adleman) Encryption Dibidang kriptografi, RSA adalah sebuah algoritma pada enkripsi public key. RSA merupakan algoritma pertama yang cocok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini data atau informasi menjadi hal yang penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Kemapuan untuk menjaga kerahasiaan data atau informasi menjadi hal

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP KRIPTOGRAFI UNTUK MENGAMANKAN DATA Oleh: Budi Hartono

RUANG LINGKUP KRIPTOGRAFI UNTUK MENGAMANKAN DATA Oleh: Budi Hartono RUANG LINGKUP KRIPTOGRAFI UNTUK MENGAMANKAN DATA Oleh: Budi Hartono 1. PENDAHULUAN Data menjadi sesuatu yang amat berharga di dalam abad teknologi informasi dewasa ini. Bentuk data yang dapat dilibatkan

Lebih terperinci

Bab 2: Kriptografi. Landasan Matematika. Fungsi

Bab 2: Kriptografi. Landasan Matematika. Fungsi Bab 2: Kriptografi Landasan Matematika Fungsi Misalkan A dan B adalah himpunan. Relasi f dari A ke B adalah sebuah fungsi apabila tiap elemen di A dihubungkan dengan tepat satu elemen di B. Fungsi juga

Lebih terperinci

Sistem Kriptografi Kunci Publik Multivariat

Sistem Kriptografi Kunci Publik Multivariat Sistem riptografi unci Publik Multivariat Oleh : Pendidikan Matematika, FIP, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta S Matematika (Aljabar, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta E-mail: zaki@mailugmacid

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB Imam Ramadhan Hamzah Entik insanudin MT. e-mail : imamrh@student.uinsgd.ac.id Universitas Islam Negri Sunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Ditinjau dari segi terminologinya, kata kriptografi berasal dari bahasa Yunani yaitu crypto yang berarti secret (rahasia) dan graphia yang berarti writing (tulisan).

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI-DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA

KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI-DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK ELGAMAL UNTUK PROSES ENKRIPSI-DEKRIPSI CITRA DIGITAL BERWARNA Gestihayu Romadhoni F. R, Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si

Lebih terperinci

Enkripsi Dan Deskripsi Menggunakan Algoritma RSA

Enkripsi Dan Deskripsi Menggunakan Algoritma RSA Enkripsi Dan Deskripsi Menggunakan Algoritma RSA SANTOMO Fakultas Teknik, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Jl. Manunggal No. 61, Tuban / www.unirow.ac.id. Email :Santomo97@gmail.com Abstrak : Ide dasar

Lebih terperinci

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi JURNAL DUNIA TEKNOLOGI INFORMASI Vol. 1, No. 1, (2012) 20-27 20 Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi 1 Program Studi

Lebih terperinci

PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL

PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL Deny Adhar Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Medan Jln. Kol. Yos. Sudarso Km. 6,5 No. 3A Medan adhar_7@yahoo.com Abstrak SQLite database

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi dimana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh seseorang yang tidak

Lebih terperinci

PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL

PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL PENGAMANAN SQLITE DATABASE MENGGUNAKAN KRIPTOGRAFI ELGAMAL Deny Adhar Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama Medan Jln. Kol. Yos. Sudarso Km. 6,5 No. 3A Medan adhar_7@yahoo.com Abstrak SQLite database

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah keamanan dan kerahasiaan data sangat penting dalam suatu organisasi atau instansi. Data bersifat rahasia tersebut perlu dibuat sistem penyimpanan dan

Lebih terperinci

Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman. Metrilitna Br Sembiring 1

Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman. Metrilitna Br Sembiring 1 Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman Metrilitna Br Sembiring 1 Abstrak Elliptic Curve Cryptography (ECC) pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberi pengaruh besar bagi segala aspek kehidupan. Begitu banyak manfaat teknologi tersebut yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan. Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi. 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa yunani yaitu

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK

KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK Revi Fajar Marta NIM : 13503005 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail: if13005@students.if.itb.ac.id Abstrak Makalah ini membahas

Lebih terperinci

Kajian Perhitungan dan Penerapan Algoritma RSA pada Proses Pengamanan Data

Kajian Perhitungan dan Penerapan Algoritma RSA pada Proses Pengamanan Data Kajian Perhitungan dan Penerapan Algoritma RSA pada Proses Pengamanan Data Sriyono 1), Atiqah Meutia Hilda 2) 1,2) Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.

Lebih terperinci

APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA BERBASIS WEB

APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA BERBASIS WEB APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA BERBASIS WEB Enung Nurjanah Teknik Informatika UIN Sunan Gunung Djati Bandung email : enungnurjanah@students.uinsgd.ac.id Abstraksi Cryptography

Lebih terperinci

BAB Kriptografi

BAB Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yakni kata kriptos dan graphia. Kriptos berarti secret (rahasia) dan graphia berarti writing (tulisan). Kriptografi merupakan

Lebih terperinci

Kriptografi Elliptic Curve Dalam Digital Signature

Kriptografi Elliptic Curve Dalam Digital Signature Kriptografi Elliptic Curve Dalam Digital Signature Ikmal Syifai 13508003 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang hal-hal yang menjadi latar belakang pembuatan tugas akhir, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, manfaat, metodologi penelitian serta sistematika penulisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi atau Cryptography berasal dari kata kryptos yang artinya tersembunyi dan grafia yang artinya sesuatu yang tertulis (bahasa Yunani) sehingga kriptografi

Lebih terperinci

Perbandingan Algoritma RSA dan Rabin

Perbandingan Algoritma RSA dan Rabin Perbandingan Algoritma RSA dan Rabin Tadya Rahanady H - 13509070 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

Public Key Cryptography

Public Key Cryptography Public Key Cryptography Tadya Rahanady Hidayat (13509070) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia tadya.rahanady@students.itb.ac.id

Lebih terperinci

Kriptografi. A. Kriptografi. B. Enkripsi

Kriptografi. A. Kriptografi. B. Enkripsi Kriptografi A. Kriptografi Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni untuk menjaga pesan agar aman. Proses yang dilakukan untuk mengamankan sebuah pesan (yang disebut plaintext) menjadi pesan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kryptos yang artinya tersembunyi dan graphien yang artinya menulis, sehingga kriptografi merupakan metode

Lebih terperinci

Reference. William Stallings Cryptography and Network Security : Principles and Practie 6 th Edition (2014)

Reference. William Stallings Cryptography and Network Security : Principles and Practie 6 th Edition (2014) KRIPTOGRAFI Reference William Stallings Cryptography and Network Security : Principles and Practie 6 th Edition (2014) Bruce Schneier Applied Cryptography 2 nd Edition (2006) Mengapa Belajar Kriptografi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Bilangan Teori bilangan adalah cabang dari matematika murni yang mempelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti sekalipun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan

Lebih terperinci

Pengenalan Kriptografi

Pengenalan Kriptografi Pengenalan Kriptografi (Week 1) Aisyatul Karima www.themegallery.com Standar kompetensi Pada akhir semester, mahasiswa menguasai pengetahuan, pengertian, & pemahaman tentang teknik-teknik kriptografi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengenalan Kriptografi II.1.1 Sejarah Kriptografi Kriptografi mempunyai sejarah yang panjang. Informasi yang lengkap mengenai sejarah kriptografi dapat di temukan di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi secara tidak langsung dunia komunikasi juga ikut terpengaruh. Dengan adanya internet, komunikasi jarak jauh dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertukaran data berbasis komputer menghasilkan satu komputer saling terkait dengan komputer lainnya dalam sebuah jaringan komputer. Perkembangan teknologi jaringan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda BAB II DASAR TEORI Pada Bab II ini akan disajikan beberapa teori yang akan digunakan untuk membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda tangan digital yang meliputi: keterbagian

Lebih terperinci

Pemampatan Data Sebagai Bagian Dari Kriptografi

Pemampatan Data Sebagai Bagian Dari Kriptografi Pemampatan Data Sebagai Bagian Dari Kriptografi Muhammad Ismail Faruqi, Adriansyah Ekaputra, Widya Saseno Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Masalah Kebutuhan manusia akan perangkat informasi dan komunikasi seakan menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Dengan banyaknya aplikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1 Kriptografi Kriptografi pada awalnya dijabarkan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana menyembunyikan pesan. Namun pada pengertian modern kriptografi adalah ilmu yang bersandarkan

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI SISTEM KEAMANAN KOMPUTER

KRIPTOGRAFI SISTEM KEAMANAN KOMPUTER KRIPTOGRAFI SISTEM KEAMANAN KOMPUTER Definisi Cryptography adalah suatu ilmu ataupun seni mengamankan pesan, dan dilakukan oleh cryptographer. Cryptanalysis adalah suatu ilmu dan seni membuka (breaking)

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem merupakan uraian dari sebuah sistem kedalam bentuk yang lebih sederhana dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT Penulis : Nelly Indriani Widiastuti S.Si., M.T. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011 7 TEORI BILANGAN JUMLAH PERTEMUAN : 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengelolaan keamanan data/informasi digital yang sifatnya krusial saat ini sudah menjadi hal yang penting yang harus dilakukan oleh perusahaan, organisasi ataupun

Lebih terperinci

PENGAMANAN DOKUMEN MENGGUNAKAN METODE RSA (RIVEST SHAMIR ADLEMAN)BERBASIS WEB

PENGAMANAN DOKUMEN MENGGUNAKAN METODE RSA (RIVEST SHAMIR ADLEMAN)BERBASIS WEB PENGAMANAN DOKUMEN MENGGUNAKAN METODE RSA (RIVEST SHAMIR ADLEMAN)BERBASIS WEB Ardelia Nidya Agustina 1, Aryanti 2, Nasron 2 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Tanda Tangan Digital Majemuk dengan Kunci Publik Tunggal dengan Algoritma RSA dan El Gamal

Tanda Tangan Digital Majemuk dengan Kunci Publik Tunggal dengan Algoritma RSA dan El Gamal Tanda Tangan Digital Majemuk dengan Kunci Publik Tunggal dengan Algoritma RSA dan El Gamal Muhamad Fajrin Rasyid 1) 1) Program Studi Teknik Informatika ITB, Bandung 40132, email: if14055@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaringan komputer di masa kini memungkinan kita untuk melakukan pengiriman pesan melalui jaringan komputer. Untuk menjaga kerahasiaan dan keutuhan pesan

Lebih terperinci

Algoritma Kriptografi Modern (AES, RSA, MD5)

Algoritma Kriptografi Modern (AES, RSA, MD5) Algoritma Kriptografi Modern (AES, RSA, MD5) Muhammad Izzuddin Mahali, M.Cs. Izzudin@uny.ac.id / m.izzuddin.m@gmail.com Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma RSA dengan Chinese Reamainder Theorem dan Hensel Lifting

Modifikasi Algoritma RSA dengan Chinese Reamainder Theorem dan Hensel Lifting Modifikasi Algoritma RSA dengan Chinese Reamainder Theorem dan Hensel Lifting Reyhan Yuanza Pohan 1) 1) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung 40132, email: if14126@students.if.itb.ac.id Abstract Masalah

Lebih terperinci

Security Sistem Informasi.

Security Sistem Informasi. Security Sistem Informasi TANTRI HIDAYATI S, M.KOM PROFIL Nama S1 S2 EMAIL BLOG : TANTRI HIDAYATI S, M.KOM : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA : UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA PADANG : tantri.study@yahoo.com :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Kriptografi 2.. Definisi Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi di mana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh

Lebih terperinci

Cryptography. Lisa Anisah. Abstrak. Pendahuluan. ::

Cryptography. Lisa Anisah. Abstrak. Pendahuluan. :: Cryptography Lisa Anisah Lanisah16@gmail.com :: Abstrak Cryptography adalah suatu ilmu seni pengaman pesan yang dilakukan oleh cryptographer. Cryptanalysis adalah suatu ilmu membuka ciphertext dan orang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi, kerahasiaan data atau informasi harus dapat dijaga dari pihak pihak yang tidak berwenang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai dasar-dasar dalam pembuatan laporan. Dasar-dasar tersebut terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi komputer dan jaringan komputer, khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari sebagian

Lebih terperinci

Penerapan ECC untuk Enkripsi Pesan Berjangka Waktu

Penerapan ECC untuk Enkripsi Pesan Berjangka Waktu Penerapan ECC untuk Enkripsi Pesan Berjangka Waktu Dinah Kamilah Ulfa-13511087 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Secara Umum Menurut Richard Mollin (2003), Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata yaitu kripto dan graphia. Kripto artinya

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem keamanan pengiriman data (komunikasi data yang aman) dipasang untuk mencegah pencurian, kerusakan, dan penyalahgunaan data yang terkirim melalui jaringan komputer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Didalam pertukaran atau pengiriman informasi permasalahan yang sangat penting adalah keamanan dan kerahasiaan pesan, data atau informasi seperti dalam informasi perbankan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1991), keamanan adalah bebas dari bahaya dengan demikian keamanan adalah suatu kondisi yang sangat sulit dicapai, dan dapat kita

Lebih terperinci

(pencurian, penyadapan) data. Pengamanan data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu steganography dan cryptography.

(pencurian, penyadapan) data. Pengamanan data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu steganography dan cryptography. Dasar-dasar keamanan Sistem Informasi Pertemuan II Pengamanan Informasi David Khan dalam bukunya The Code-breakers membagi masalah pengamanan informasi menjadi dua kelompok; security dan intelligence.

Lebih terperinci

Penerapan algoritma RSA dan Rabin dalam Digital Signature

Penerapan algoritma RSA dan Rabin dalam Digital Signature Penerapan algoritma RSA dan Rabin dalam Digital Signature Gilang Laksana Laba / 13510028 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA RSA DAN DES PADA PENGAMANAN FILE TEKS

PENERAPAN ALGORITMA RSA DAN DES PADA PENGAMANAN FILE TEKS PENERAPAN ALGORITMA RSA DAN DES PADA PENGAMANAN FILE TEKS Nada Safarina 1) Mahasiswa program studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang limun Medan ABSTRAK Kriptografi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kriptografi 2.1.1. Definisi Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cryto dan graphia. Crypto berarti rahasia dan graphia berarti

Lebih terperinci

KRIPTOGRAFI MATERI KE-2

KRIPTOGRAFI MATERI KE-2 KRIPTOGRAFI MATERI KE-2 TERMINOLOGI Cryptography adalah suatu ilmu ataupun seni mengamankan pesan, dan dilakukan oleh cryptographer. Cryptanalysis adalah suatu ilmu dan seni membuka (breaking) ciphertext

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT KRIPTOGRAFI

BAB III PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT KRIPTOGRAFI BAB III PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT KRIPTOGRAFI 3.1. Sejarah Kriptografi Kriptografi mempunyai sejarah yang panjang. Informasi yang lengkap mengenai sejarah kriptografi dapat ditemukan di dalam buku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan teknologi, berbagai macam dokumen kini tidak lagi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring perkembangan teknologi, berbagai macam dokumen kini tidak lagi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, berbagai macam dokumen kini tidak lagi dalam bentuknya yang konvensional di atas kertas. Dokumen-dokumen kini sudah disimpan sebagai

Lebih terperinci