Bab 2: Kriptografi. Landasan Matematika. Fungsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2: Kriptografi. Landasan Matematika. Fungsi"

Transkripsi

1 Bab 2: Kriptografi Landasan Matematika Fungsi Misalkan A dan B adalah himpunan. Relasi f dari A ke B adalah sebuah fungsi apabila tiap elemen di A dihubungkan dengan tepat satu elemen di B. Fungsi juga disebut pemetaan atau transformasi. Jika f adalah fungsi dari A ke B, dapat dituliskan sebagai f : A B Fungsi Invers Jika terdapat f sehingga f : A B berkoresponden satu-ke-satu dari A ke B, maka invers dari f, dilambangkan dengan f 1 yang memetakan B ke A. Dapat pula ditulis sebagai f 1 : B A Fungsi yang memiliki invers dinamakan fungsi invertible (dapat dibalikkan) karena fungsi balikannya dapat didefinisikan. Sebaliknya, suatu fungsi dikatakan non invertible karena fungsi balikannya tidak dapat didefinisikan. Fungsi Satu Arah Fungsi f : A B dikatakan Fungsi Satu Arah apabila f(x) mudah dihitung untuk semua x A tetapi tidak mungkin atau sangat sukar mencari x yang memenuhi f(x) = y untuk y B. 9

2 Basis Bilangan (Radix) Dalam sistem numerik, basis atau Radix menunjukkan banyaknya lambang bilangan yang unik, termasuk nol, yang digunakan sebagai nilai tempat bilangan dalam merepresentasikan suatu nilai. Radix biasanya dideskripsikan dengan simbol b. Sebagai contoh, untuk sistem desimal b bernilai 10, untuk sistem oktal b bernilai 8, dan untuk sistem biner b bernilai 2. Cara lain adalah dengan menuliskan angka desimal dibawah angka yang direpresentasikan. Sebagai contoh artinya bilangan merupakan bilangan dengan basis 2 (biner), senilai dengan , 173 8, dan 7B 16. Lambang bilangan yang digunakan pada sistem bilangan dengan basis b adalah {0, 1,..., b 2, b 1}. Sehingga, sistem bilangan biner memiliki lambang bilangan {0, 1}, sistem bilangan basis 7 memiliki lambang bilangan {0, 1,..., 5, 6}. Mengubah bilangan dengan basis b ke bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara pemangkatan, yaitu penjumlahan dari hasil perkalian nilai lambang bilangan dengan nilai tempatnya. Misalkan a n a n 1... a 2 a 1 a 0 adalah suatu bilangan dengan basis b, maka nilai desimal bilangan tersebut dapat dicari dengan: n (a i b i ). i=0 Sebagai contoh: = = Sifat Pembagian Bilangan Bulat Bilangan bulat yang dimaksud adalah bilangan yang tidak memiliki pecahan desimal. Misalkan a dan b adalah bilangan bulat dengan a 0. Apabila terdapat bilangan bulat c sehingga b = ac, dinyatakan bahwa a membagi b. Jika ditulis dengan notasi matematika: b = ac a b, c Z, a 0 Greatest Common Divisor (gcd) Apabila terdapat a dan b bilangan bulat tak nol, maka pembagi bersama terbesar (greatest common divisor) dari a dan b adalah bilangan bulat terbesar d yang 10

3 memenuhi d a dan d b. Dalam hal ini dinyatakan bahwa gcd(a, b) = d. Untuk kasus dimana gcd(a, b) = 1, dikatakan bahwa a relatif prima terhadap b dan sebaliknya. Fungsi Phi(φ) Untuk n 1 fungi Phi φ(n) didefinisikan sebagai banyaknya bilangan bulat positif yang tidak lebih dari n dan relatif prima terhadap n. Sebagai contoh, φ(24) = 9 sebab bilangan bulat positif yang relatif prima dan tidak lebih dari 24 adalah 1, 5, 7, 9, 11, 13, 17, 19, 23 Fungsi Phi ini juga sering disebut sebagai indikator ataupun totient. Jika n prima maka setiap bilangan bulat positif kurang dari n selalu relatif prima terhadap n, sehingga φ(n) = n 1. Jika n komposit (bukan prima), maka terdapat 1 d n sehingga gcd(d, n) 1. Dengan demikian, sedikitnya terdapat dua bilangan bulat positif diantara 1, 2,..., n yang tidak relatif prima terhadap n, yaitu d dan n. Oleh sebab itu didapat: φ(n) = n 1 jika dan hanya jika n prima Fungsi Phi merupakan fungsi multiplikatif, artinya φ(mn) = φ(m)φ(n) Aritmatika Modular Aritmatika modular adalah sebuah sistem aritmatika dimana suatu bilangan bulat akan kembali ke nilai dasar setelah mencapai nilai tertentu (modulus). Contoh yang paling umum adalah pembagian waktu 24 jam. Sistem ini membagi waktu dari tengah malam ke tengah malam berikutnya menjadi 24 bagian, diberi angka dari 0 hingga 23. Jika saat ini waktu menunjukkan pukul 20:00, maka setelah 7 jam waktu akan menunjukkan pukul 03:00. Dalam penjumlahan biasa, 20+7 = 27, bukanlah solusi yang diinginkan; Melainkan 20+7 = 3. Hal ini disebabkan waktu kembali saat tengah malam, yaitu pukul 24:00. Sistem ini disebut sistem aritmatika modulo

4 Kongruensi Notasi menyatakan kongruensi. Bilangan bulat a dan b dikatakan kongruen modulo n apabila kedua bilangan dibagi dengan n memiliki sisa pembagian yang sama. a b mod n Notasi diatas dibaca: a kongruen terhadap b dalam modulo n Dengan menggunakan notasi, penjumlahan yang disebutkan sebelumnya dapat ditulis: = 27 3 mod 24 Beberapa Sifat Kongruensi Beberapa sifat yang berkaitan dengan kongruensi (juga berkenaan dengan penjumlahan dan perkalian) yaitu: Jika a 1 b 1 mod n dan a 2 b 2 mod n, maka: (a 1 + a 2 ) (b 1 + b 2 ) mod n (a 1 a 2 ) (b 1 b 2 ) mod n Fermat s Little Theorem Fermat s Little Theorem menyatakan bahwa untuk semua p bilangan prima, maka untuk semua bilangan bulat a, a p a habis dibagi p. Dalam notasi aritmatika modular ditulis: a p a mod p Variasi lain teorema ini mengatakan: apabila p prima dan a bilangan bulat yang prima relatif terhadap p, maka a p 1 1 habis dibagi p. Notasinya: a p 1 1 mod p 12

5 Perumuman Perumuman dari Fermat s Little Theorem mengatakan bahwa jika p prima, m dan n bilangan bulat positif yang memenuhi m n mod (p 1) maka a Z : a m a n mod p lebih jauh, dengan ϕ(n) menyatakan fungsi ϕ Euler, n Z dan gcd(a, n) = 1 maka a ϕ(n) 1 mod n Chinese Remainder Theorem Andaikan n i, i = 1, 2,..., k bilangan bulat positif yang saling prima, maka untuk semua bilangan a i, i = 1, 2,..., k terdapat x yang memenuhi sistem kongruensi x a 1 mod n 1 x a 2 mod n 2. x a k mod n k lebih jauh, semua solusi x kongruen terhadap modulo N. Dengan N = Oleh sebab itu untuk semua 1 i k k n i. i=1 x y mod n i x y mod N Kriptografi Definisi Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani yaitu kryptos (κρυπτoς) yang berarti rahasia dan gráphō (γραϕω) yang berarti tulisan. Jadi secara harfiah, Kriptografi berarti tulisan rahasia. Beberapa literatur berbeda dalam pendefinisian Kriptografi. Pada buku-buku yang diterbitkan sekitar tahun 1980 menyatakan bahwa Kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga kerahasiaan pesan dengan cara menyandikannya ke dalam bentuk yang tidak dapat dimengerti. 13

6 Definisi tersebut memang cocok dengan keadaan dimasa itu, dimana Kriptografi digunakan untuk saling bertukar pesan rahasia di kalangan militer, diplomat, dan intelejen. Namun sekarang Kriptografi tidak hanya menyandikan pesan, akan tetapi juga untuk pengecekan integritas data dan otentikasi pengirim. Terminologi Kriptografi Istilah-istilah yang sering dipakai dalam Kriptografi antara lain: Message, Plaintext, Ciphertext Message (pesan) dan plaintext (teks polos) adalah informasi yang dapat dibaca dan dimengerti maksudnya. Pesan dapat berupa data atau informasi yang dikirim atau disimpan dalam suatu media. Supaya pesan tidak dapat dimengerti oleh pihak lain, pesan perlu disandikan ke bentuk lain yang tidak dapat dimengerti. Bentuk pesan yang telah tersandi disebut Ciphertext (teks tersandi). Teks tersandi harus dapat diubah kembali ke bentuk asal, plaintext, agar informasi yang dikirim/tersimpan dapat dibaca. Sender dan Recipient Dalam komunikasi terdapat sedikitnya dua pihak: pengirim (sender) yaitu orang yang mengirimkan informasi dan penerima (recipient) yang menerima informasi. Enkripsi dan Dekripsi Enkripsi (encryption) adalah suatu proses penyandian teks polos menjadi teks tersandi. Sebaliknya, Dekripsi (decryption) adalah proses pengembalian teks tersandi menjadi teks polos. Kedua proses tersebut dapat diterapkan baik pada informasi yang dikirim maupun disimpan. Cipher dan Key Satu Algoritma Kriptografi adalah rangkaian aturan untuk en Ciphering dan de Ciphering. Selain itu, dapat diartikan sebagai fungsi matematika yang digunakan untuk Enkripsi dan Dekripsi. Konsep ini, juga biasa disebut Cipher atau Kriptosistem, didasari oleh relasi lima himpunan (P, C, K, E, D) yang memenuhi kondisi berikut: 14

7 P adalah himpunan semua kemungkinan plaintext C adalah himpunan semua kemungkinan Ciphertext K, disebut keyspace, adalah himpunan semua kemungkinan key (kunci) Untuk setiap K K, terdapat aturan Enkripsi e k E dan aturan Dekripsi d k D. Tiap e k : P C dan d k : C P adalah fungsi sedemikian sehingga d k (e k (x)) = x untuk setiap x P Kunci adalah parameter yang digunakan untuk transformasi en Ciphering dan de Ciphering. Kunci biasanya berupa string atau deretan bilangan. Gambar 1: Skema Kriptosistem Penyadap Penyadap (eavesdropper) adalah pihak ketiga yang berusaha menangkap informasi ditengah transmisi pesan antara pengirim dan penerima. Tujuannya mengambil sebanyak-banyaknya informasi mengenai sistem Kriptografi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan maksud untuk memecahkan Ciphertext. Penyadap dikenal juga dengan: enemy, intruder, interceptor, adversary, dan bad guy. Kriptanalisis dan Kriptologi Apabila kriptografi adalah seni untuk menyandikan pesan, kriptanalisis adalah lawan dari kriptografi. Kriptanalisis adalah ilmu dan seni untuk memecahkan teks tersandi menjadi teks polos tanpa mengetahui kunci yang digunakan. Kriptologi adalah studi mengenai kriptografi dan kriptanalisis. Kedua ilmu dan seni ini saling berkaitan. 15

8 Gambar 2: Skema kriptologi Tujuan Kriptografi Kerahasiaan Pesan yang telah disandikan haruslah terjaga kerahasiaannya. Oleh sebab itu pihak lain yang tidak berhak tidak dapat membacanya. Integritas Data Teks polos, informasi yang dikirim ke penerima, utuh dan dijamin keutuhannya setelah diterima. Pesan yang diterima juga dijamin belum pernah dimanipulasi selama pengiriman. Otentikasi Identitas pengirim dijamin keabsahannya. Artinya yang mengirim informasi adalah benar-benar pengirim, bukan pihak ketiga yang berpura-pura menjadi pengirim. Beberapa Contoh Kriptosistem Secara umum, Kriptosistem dibagi menjadi dua bagian besar: 1. Kriptosistem Kunci Simetris 2. Kriptosistem Kunci Asimetris Perbedaan antara keduanya adalah banyaknya kunci yang digunakan. bawah akan dibahas satu per satu beserta contohnya. Di 16

9 Kriptosistem Kunci Simetris Kriptosistem kunci simetris (Symmetric-key Cryptosystem) adalah Algoritma yang menggunakan satu kunci untuk kedua proses Enkripsi maupun Dekripsi. Selain disebut symmetric-key, jenis Kriptosistem ini juga disebut secret-key, single-key, shared-key, dan one-key. Gambar 3: Symmetric-key Algorithm Karena hanya menggunakan satu buah kunci, atau lebih dari satu kunci dengan kunci-kunci yang berkaitan secara simpel; Masalah utama yang muncul adalah cara mengirimkan kunci secara aman ke penerima. Tentunya pihak lain tidak boleh mengetahui isi kunci yang dikirimkan. Waktu proses Kriptosistem simetris jauh lebih cepat daripada Kriptosistem asimetris. Shift Cipher Shift Cipher atau sandi geser adalah salah satu contoh Algoritma kunci simetris yang sederhana. Algoritma ini bekerja dengan menggeser pesan huruf per huruf sebanyak k karakter. Ambil P = C = K = Z 26. Untuk 0 K 25, dengan x, y Z 26 e k (x) = x + K mod 26 d k (y) = y K mod 26 Huruf-huruf pada plaintext diubah terlebih dahulu menjadi bentuk angka pada Z 26 : A 0, B 1,..., Z

10 Sebagai contoh, akan diubah teks INSTITUTTEKNOLOGIBANDUNG dengan K = 14. Hal pertama yang dilakukan adalah mengubah plaintext ke dalam bentuk angka, yaitu: kemudian dimasukkan satu per satu nilai x P ke dalam e 14 (x). Akan dihasilkan Ciphertext terakhir, bentuk angka Ciphertext diubah kembali menjadi bentuk teks: WBGH- WHIHHSYBCZCUWPOBRIBU. Untuk mendapatkan plaintext dilakukan proses yang sama dengan proses Enkripsi dengan urutan terbalik. Hill Cipher Algoritma ini diciptakan pada tahun 1929 oleh Lester S. Hill. Ambil m bilangan bulat positif, kemudian definisikan P = C = (Z 26 ) m. Ide besarnya adalah untuk mengambil sebanyak m kombinasi linear terhadap m karakter alfabet dalam satu elemen Ciphertext. Misalkan m = 2, dapat dituliskan satu elemen plaintext sebagai x = (x 1, x 2 ) dan satu elemen Ciphertext sebagai y = (y 1, y 2 ) sehingga y 1 = ax 1 + bx 2 y 2 = cx 1 + dx 2 atau dapat dituliskan dalam bentuk matriks ( a b (y 1, y 2 ) = (x 1, x 2 ) c d ) Secara umum, diambil matriks K m m sebagai kunci. Untuk x = (x 1,..., x m ) P dan K K, dapat dihitung y = e K (x) = (y 1,..., y m ) sebagai berikut: k 11 k 12 k 1m k 21 k 22 k 2m (y 1, y 2,..., y m ) = (x 1, x 2,..., x m ) k m1 k m2 k mm dengan kata lain, y = xk. 18

11 Untuk proses Dekripsinya, dapat digunakan invers matriks K 1 sehingga x = d K (y) = yk 1. Perlu dicatat bahwa seluruh operasi dilakukan pada Z 26. Dari bahasan diatas, dapat dituliskan deskripsi Hill Cipher: Ambil m bilangan bulat positif, P = C = (Z 26 ) m, dan K = {matriks m m yang memiliki invers di Z 26 } untuk kunci K K, definisikan dimana semua operasi dilakukan di Z 26. e K (x) = xk d K (y) = yk 1 Sebagai contoh, akan mengenkripsi kata JULY dengan kunci ( ) 11 8 K = 3 7 dapat diperiksa bahwa invers matriks K 1 di Z 26 adalah ( ) 7 18 K 1 = karena KK 1 = ( ) ( ) = ( ( ) ) mod 26 terdapat dua elemen plaintext, yaitu (9, 20) (mewakili JU) dan (11, 24) (mewakili LY). Dapat dihitung ( ) 11 8 e K (9, 20) = (9, 20) 3 7 = ( , ) (3, 4) mod 26 dan ( 11 8 e K (11, 24) = (11, 24) 3 7 ) = ( , ) (11, 22) mod 26 19

12 menghasilkan Ciphertext DELW. Untuk proses Dekripsinya dapat dihitung ( ) 7 18 d K (3, 4) = (3, 4) (9, 20) mod 26 dan ( 7 18 d K (11, 22) = (11, 22) (11, 24) mod 26 ) yang menghasilkan JULY, plaintext semula. Kriptosistem Kunci Asimetris Algoritma ini umum juga disebul Kriptosistem kunci publik (Public-key Cryptosystem). Kriptosistem ini menggunakan dua buah kunci: Private Key (Kunci Privat) dan Public Key ( kunci publik). Sesuai dengan namanya, kunci publik bebas didistribusikan ke mana saja dan ke siapa saja sebab kunci ini hanya digunakan untuk mengenkripsi informasi. Sebaliknya, kunci privat hanya dimiliki oleh penerima untuk men Dekripsi informasi yang telah dienkripsi oleh kunci publik. Gambar 4: Public-key Algorithm Pada Kriptosistem ini, masalah distribusi kunci dapat dieliminasi. Akan tetapi pasangan kunci yang dipakai haruslah dikomputasi, pengirim atau penerima data 20

13 tidak dapat sembarangan memilih kunci yang akan digunakan. Ini mengakibatkan proses yang dilalui menjadi lebih banyak sehingga total waktu proses menjadi lebih lama dibandingkan Kriptosistem kunci simetris. Bagaimanapun juga tingkat keamanan Kriptosistem jenis ini lebih tinggi daripada Kriptosistem kunci simetris. RSA RSA menggunakan operasi matematika di Z n dimana n adalah hasil kali dari dua bilangan prima ganjil p dan q, dimana p q. Deskripsi Kriptosistem rsa: Misal n = pq, p dan q prima. Misal P = C = Z n, definisikan untuk K K definisikan K = (n, p, q, a, b) : n = pq, p, q prima, ab 1 mod φ(n) e K (x) = x b mod n d K (y) = y a mod n dimana x, y Z n. Nilai (n, b) adalah kunci publik, (n, a) adalah kunci privat, dan nilai p, q rahasia. Dapat diperiksa bahwa e K dan d K adalah operasi yang saling invers. Telah didefinisikan bahwa ab 1 mod φ(n) sehingga ab 1 mod (p 1)(q 1) atau; ab 1 = k(p 1)(q 1) untuk suatu k Z. Dapat diperiksa bahwa ab 1 = l(p 1) atau; ab 1 mod (p 1) dan ab 1 = m(q 1) atau; ab 1 mod (q 1) 21

14 dari hasil diatas didapat d k (e k (x)) = (x b ) a x k(p 1)+1 mod p x k(p 1)+1 mod p (x (p 1) ) k x mod p 1 k x mod p (Fermat s Little Theorem) x mod p. Dengan cara serupa didapat d k (e k (x)) = (x b ) a x mod q. Kemudian dengan Chinese Remainder Theorem, dapat disimpulkan d k (e k (x)) = (x b ) a x mod pq x mod n. Untuk menentukan kunci a dan b langkah yang perlu diambil antara lain: 1. Pilih dua bilangan prima p dan q; 2. Hitung n = pq dan φ(n) = (p 1)(q 1); 3. Pilih bilangan acak 1 < b < φ(n) dimana gcd(b, n) = 1; 4. Hitung a = b 1 mod φ(n), sehingga didapatkan a, b, n. (n, b) kunci publiknya. Telah dibahas diatas bahwa (n, a) kunci privat dan Sebagai contoh, akan dienkripsi pesan HARIINI menggunakan RSA. Sebelumnya harus dicari dulu pasangan kuncinya. Pilih p = 47 dan q = 71, sehingga dapat dicari n = pq = = 3337 φ(n) = (p 1)(q 1) = =

15 kemudian pilih b = 79. Dapat diperiksa bahwa gcd(79, 3220) = 1. Karena ab 1 mod φ(n) maka ab 1 = kφ(n) a = 1 + kφ(n) b a = k 79 untuk nilai k = 25 didapatkan nilai bulat a = Berikutnya ubah HARIINI menjadi bentuk angka. Menggunakan sistem pengkodean standar ASCII, HARIINI menghasilkan 19d03b412acb51 16 atau dalam bentuk desimal. Oleh karena P = C = Z n = Z 3337, bagi plaintext menjadi blok berukuran 3 digit: akhirnya hitung }{{} 726 }{{} 582 }{{} 733 }{{} 273 }{{} 787 x 1 x 2 x 3 x 4 }{{} 3 x 5 x 6 y 1 = mod y 2 = mod y 3 = mod y 4 = mod y 5 = mod y 6 = 3 79 mod Untuk proses Dekripsinya, digunakan kunci privat (1019, 3337): x 1 = mod x 2 = mod x 3 = mod x 4 = mod x 5 = mod x 6 = mod yang apabila dirangkai kembali menghasilkan , adalah bentuk desimal HARI INI. 23

16 24

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana mengirim pesan secara rahasia sehingga hanya orang yang dituju saja yang dapat membaca pesan rahasia tersebut.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi, penjelasan, dan teorema yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang diberikan diantaranya adalah definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kryptos yang artinya tersembunyi dan graphien yang artinya menulis, sehingga kriptografi merupakan metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Bilangan 2.1.1 Keterbagian Jika a dan b Z (Z = himpunan bilangan bulat) dimana b 0, maka dapat dikatakan b habis dibagi dengan a atau b mod a = 0 dan dinotasikan dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda

BAB II DASAR TEORI. membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda BAB II DASAR TEORI Pada Bab II ini akan disajikan beberapa teori yang akan digunakan untuk membahas tentang penerapan skema tanda tangan Schnorr pada pembuatan tanda tangan digital yang meliputi: keterbagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi. 2.1.1. Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian kriptografi Kriptografi (Cryptography) berasal dari Bahasa Yunani. Menurut bahasanya, istilah tersebut terdiri dari kata kripto dan graphia. Kripto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Ditinjau dari segi terminologinya, kata kriptografi berasal dari bahasa Yunani yaitu crypto yang berarti secret (rahasia) dan graphia yang berarti writing (tulisan).

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN Mohamad Ray Rizaldy - 13505073 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung, Jawa Barat e-mail: if15073@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada proses pengiriman data (pesan) terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi. Oleh karenanya

Lebih terperinci

Teori Bilangan (Number Theory)

Teori Bilangan (Number Theory) Bahan Kuliah ke-3 IF5054 Kriptografi Teori Bilangan (Number Theory) Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 3. Teori Bilangan Teori bilangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Definisi Kriptografi Ditinjau dari terminologinya, kata kriptografi berasal dari bahasa Yunani yaitu cryptos yang berarti menyembunyikan, dan graphein yang artinya

Lebih terperinci

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman)

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman) Media Informatika Vol. 9 No. 2 (2010) PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman) Dahlia Br Ginting Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi dimana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh seseorang yang tidak

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT

MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT MODUL PERKULIAHAN EDISI 1 MATEMATIKA DISKRIT Penulis : Nelly Indriani Widiastuti S.Si., M.T. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011 7 TEORI BILANGAN JUMLAH PERTEMUAN : 1

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Syaukani, (2003) yang berjudul Implementasi Sistem Kriptografi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi penjumlahan dua bilangan kuadrat sempurna. Seperti, teori keterbagian bilangan bulat, bilangan prima, kongruensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1 Kriptografi Kriptografi pada awalnya dijabarkan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana menyembunyikan pesan. Namun pada pengertian modern kriptografi adalah ilmu yang bersandarkan

Lebih terperinci

Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Catherine Pricilla-13514004 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi atau Cryptography berasal dari kata kryptos yang artinya tersembunyi dan grafia yang artinya sesuatu yang tertulis (bahasa Yunani) sehingga kriptografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keamanan informasi merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kerahasiaan informasi terutama yang berisi informasi sensitif yang hanya boleh diketahui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan

Lebih terperinci

Perhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP

Perhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP Perhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP Rini Amelia Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Jalan A.H Nasution No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaringan komputer di masa kini memungkinan kita untuk melakukan pengiriman pesan melalui jaringan komputer. Untuk menjaga kerahasiaan dan keutuhan pesan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani criptos yang artinya adalah rahasia, sedangkan graphein artinya tulisan. Jadi kriptografi

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi

Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi Aplikasi Teori Bilangan dalam Algoritma Kriptografi Veren Iliana Kurniadi 13515078 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya secret (rahasia), sedangkan gráphein artinya writing (tulisan), jadi kriptografi berarti secret

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Bilangan Teori bilangan adalah cabang dari matematika murni yang mempelajari sifat-sifat bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti sekalipun

Lebih terperinci

BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam penyusunan tesis ini perlu dilakukan tinjauan pustaka sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Adapun hal-hal yang perlu ditinjau sebagai dasar penyusunannya ialah

Lebih terperinci

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA ABSTRAK ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA Makalah ini membahas tentang pengamanan pesan rahasia dengan menggunakan salah satu algoritma Kryptografi, yaitu algoritma ElGamal. Tingkat keamanan

Lebih terperinci

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi JURNAL DUNIA TEKNOLOGI INFORMASI Vol. 1, No. 1, (2012) 20-27 20 Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem merupakan uraian dari sebuah sistem kedalam bentuk yang lebih sederhana dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Secara Umum Menurut Richard Mollin (2003), Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua suku kata yaitu kripto dan graphia. Kripto artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai makna. Dalam kriptografi dikenal dua penyandian, yakni enkripsi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai makna. Dalam kriptografi dikenal dua penyandian, yakni enkripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dewasa ini telah berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk bidang komunikasi. Pada saat yang sama keuntungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi. 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa yunani yaitu

Lebih terperinci

Penerapan Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

Penerapan Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Penerapan Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Micky Yudi Utama/514011 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha Bandung 402, Indonesia micky.yu@students.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk

BAB III ANALISIS. Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk BAB III ANALISIS Pada tahap analisis, dilakukan penguraian terhadap topik penelitian untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi proses-prosesnya serta kebutuhan yang diperlukan agar dapat diusulkan suatu

Lebih terperinci

Aplikasi Aljabar Lanjar untuk Penyelesaian Persoalan Kriptografi dengan Hill Cipher

Aplikasi Aljabar Lanjar untuk Penyelesaian Persoalan Kriptografi dengan Hill Cipher Aplikasi Aljabar Lanjar untuk Penyelesaian Persoalan Kriptografi dengan Hill Cipher Nursyahrina - 13513060 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu cryptos yang berarti rahasia dan graphein yang berarti tulisan. Jadi, kriptografi adalah tulisan rahasia. Namun, menurut

Lebih terperinci

APLIKASI ENKRIPSI DATA PADA FILE TEKS DENGAN ALGORITMA RSA (RIVEST SHAMIR ADLEMAN)

APLIKASI ENKRIPSI DATA PADA FILE TEKS DENGAN ALGORITMA RSA (RIVEST SHAMIR ADLEMAN) APLIKASI ENKRIPSI DATA PADA FILE TEKS DENGAN ALGORITMA RSA (RIVEST SHAMIR ADLEMAN) Hendri Syaputra 1, Hendrik Fery Herdiyatmoko 2 1,2 Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknik Musi, Palembang 30113 E-mail

Lebih terperinci

Matematika Diskrit. Reza Pulungan. March 31, Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Matematika Diskrit. Reza Pulungan. March 31, Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Matematika Diskrit Reza Pulungan Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta March 31, 2011 Teori Bilangan (Number Theory) Keterbagian (Divisibility) Pada bagian ini kita hanya akan berbicara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Kriptografi 2.. Definisi Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi di mana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis III.1.1 Analisis Masalah Secara umum data dikategorikan menjadi dua, yaitu data yang bersifat rahasia dan data yang bersifat tidak rahasia. Data yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi digunakan sebagai alat untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan informasi. Karena itu kriptografi menjadi ilmu yang berkembang pesat, terbukti dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keamanan Data Keamanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari sebuah sistem informasi. Masalah keamanan sering kurang mendapat perhatian dari para perancang dan

Lebih terperinci

Penerapan algoritma RSA dan Rabin dalam Digital Signature

Penerapan algoritma RSA dan Rabin dalam Digital Signature Penerapan algoritma RSA dan Rabin dalam Digital Signature Gilang Laksana Laba / 13510028 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAB III METODE PENELITIAN BAB III BAB III METODE PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu membangun model perangkat lunak algoritma Pohlig-Hellman multiple-key berdasarkan algoritma RSA multiple-key, maka pada bab ini dimulai

Lebih terperinci

Aplikasi Merkle-Hellman Knapsack Untuk Kriptografi File Teks

Aplikasi Merkle-Hellman Knapsack Untuk Kriptografi File Teks Aplikasi Merkle-Hellman Knapsack Untuk Kriptografi File Teks Akik Hidayat 1, Rudi Rosyadi 2, Erick Paulus 3 Prodi Teknik Informatika, Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM

Lebih terperinci

Kongruen Lanjar dan Berbagai Aplikasi dari Kongruen Lanjar

Kongruen Lanjar dan Berbagai Aplikasi dari Kongruen Lanjar Kongruen Lanjar dan Berbagai Aplikasi dari Kongruen Lanjar Mario Tressa Juzar (13512016) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Oleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara

Oleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara Konsep Enkripsi dan Dekripsi Berdasarkan Kunci Tidak Simetris Oleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara Dalam tulisan saya pada bulan Agustus lalu telah dijelaskan

Lebih terperinci

Aplikasi Teori Bilangan Dalam Algoritma Enkripsi-Dekripsi Gambar Digital

Aplikasi Teori Bilangan Dalam Algoritma Enkripsi-Dekripsi Gambar Digital Aplikasi Teori Bilangan Dalam Algoritma Enkripsi-Dekripsi Gambar Digital Harry Alvin Waidan Kefas 13514036 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma RSA dengan Chinese Reamainder Theorem dan Hensel Lifting

Modifikasi Algoritma RSA dengan Chinese Reamainder Theorem dan Hensel Lifting Modifikasi Algoritma RSA dengan Chinese Reamainder Theorem dan Hensel Lifting Reyhan Yuanza Pohan 1) 1) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung 40132, email: if14126@students.if.itb.ac.id Abstract Masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Seiring berkembangnya zaman, diikuti juga dengan perkembangan teknologi sampai saat ini, sebagian besar masyarakat melakukan pertukaran atau saling membagi informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sejak tiga abad yang lalu, pakar-pakar matematika telah menghabiskan banyak waktu untuk mengeksplorasi dunia bilangan prima. Banyak sifat unik dari bilangan prima yang menakjubkan.

Lebih terperinci

Tanda Tangan Digital Majemuk dengan Kunci Publik Tunggal dengan Algoritma RSA dan El Gamal

Tanda Tangan Digital Majemuk dengan Kunci Publik Tunggal dengan Algoritma RSA dan El Gamal Tanda Tangan Digital Majemuk dengan Kunci Publik Tunggal dengan Algoritma RSA dan El Gamal Muhamad Fajrin Rasyid 1) 1) Program Studi Teknik Informatika ITB, Bandung 40132, email: if14055@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Perbandingan Sistem Kriptografi Kunci Publik RSA dan ECC

Perbandingan Sistem Kriptografi Kunci Publik RSA dan ECC Perbandingan Sistem Kriptografi Publik RSA dan ECC Abu Bakar Gadi NIM : 13506040 1) 1) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung, email: abu_gadi@students.itb.ac.id Abstrak Makalah ini akan membahas topik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengenalan Kriptografi II.1.1 Sejarah Kriptografi Kriptografi mempunyai sejarah yang panjang. Informasi yang lengkap mengenai sejarah kriptografi dapat di temukan di dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Definisi Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, crypto dan graphia. Crypto berarti secret (rahasia) dan graphia berarti writing (tulisan)[10]. Beberapa

Lebih terperinci

BAB III PENYANDIAN ONE TIME PAD MENGGUNAKAN SANDI VIGENERE

BAB III PENYANDIAN ONE TIME PAD MENGGUNAKAN SANDI VIGENERE BAB III PENYANDIAN ONE TIME PAD MENGGUNAKAN SANDI VIGENERE 3.1 SANDI VIGENERE Sandi Vigenere termasuk dalam kriptografi klasik dengan metode sandi polialfabetik sederhana, mengenkripsi sebuah plaintext

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori dalam aljabar dan teori bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan carmichael akan dibutuhkan definisi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI POHLIG HELLMAN DALAM MENGAMANKAN DATA

PENGGUNAAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI POHLIG HELLMAN DALAM MENGAMANKAN DATA PENGGUNAAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI POHLIG HELLMAN DALAM MENGAMANKAN DATA Rita Novita Sari Teknik Informatika, Universitas Potensi Utama Jalan K.L. Yos Sudarso KM. 6,5 No. 3A Tanjung Mulia Medan rita.ns89@gmail.com

Lebih terperinci

ALGORITMA DAN BILANGAN BULAT

ALGORITMA DAN BILANGAN BULAT ALGORITMA DAN BILANGAN BULAT A. ALGORITMA Sebuah masalah dipecahkan dengan mendeskripsikan langkah-langkah penyelesaiannya. Urutan penyelesaian masalah ini dinamakan Algoritma. Definisi 5.1 : Algoritma

Lebih terperinci

Pengantar Kriptografi

Pengantar Kriptografi Pengantar Kriptografi Muhammad Sholeh Teknik Informatika Institut Sains & Teknologi AKPRIND Kata kriptografi (cryptography) berasal dari 2 buah kata kuno yaitu kripto (cryptic) dan grafi (grafein) yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditemukan oleh Rivest, Shamir dan Adleman (RSA) pada tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditemukan oleh Rivest, Shamir dan Adleman (RSA) pada tahun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Algoritma Kriptografi RSA Algoritma kriptografi RSA adalah algoritma untuk keamanan data yang ditemukan oleh Rivest, Shamir dan Adleman (RSA) pada tahun 1977-1978.

Lebih terperinci

Studi dan Analisis Mengenai Aplikasi Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

Studi dan Analisis Mengenai Aplikasi Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Studi dan Analisis Mengenai Aplikasi Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher Ivan Nugraha NIM : 13506073 rogram Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10 Bandung E-mail: if16073@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE VIGENERE DAN AFFINE UNTUK PESAN RAHASIA

PERBANDINGAN METODE VIGENERE DAN AFFINE UNTUK PESAN RAHASIA Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 2 Edisi Juli 2012 70 PERBANDINGAN METODE VIGENERE DAN AFFINE UNTUK PESAN RAHASIA Hamdani Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Induksi Matematika Induksi matematika adalah : Salah satu metode pembuktian untuk proposisi perihal bilangan bulat Induksi matematika merupakan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengiriman informasi yang dilakukan dengan mengirimkan data tanpa melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengiriman informasi yang dilakukan dengan mengirimkan data tanpa melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengiriman informasi yang dilakukan dengan mengirimkan data tanpa melakukan pengamanan terhadap konten yang dikirim mungkin saja tidak aman, karena ketika dilakukan

Lebih terperinci

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERMOHONAN KREDIT SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DECISION TREE

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERMOHONAN KREDIT SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DECISION TREE SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERMOHONAN KREDIT SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE DECISION TREE Iwan Fakhrozi (12110954) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1.Kriptografi.1.1 Definisi Kriptografi Kata kriptografi berasal dari bahasa Yunani, kryptós yang berarti tersembunyi dan gráphein yang berarti tulisan. Sehingga kata kriptografi dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Secara umum data dikategorikan menjadi dua, yaitu data yang bersifat rahasia dan data yang bersifat tidak rahasia. Data yang bersifat tidak rahasia

Lebih terperinci

Pengenalan Kriptografi

Pengenalan Kriptografi Pengenalan Kriptografi (Week 1) Aisyatul Karima www.themegallery.com Standar kompetensi Pada akhir semester, mahasiswa menguasai pengetahuan, pengertian, & pemahaman tentang teknik-teknik kriptografi.

Lebih terperinci

BAB Kriptografi

BAB Kriptografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yakni kata kriptos dan graphia. Kriptos berarti secret (rahasia) dan graphia berarti writing (tulisan). Kriptografi merupakan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada penelitian sebelumnya, yang berjudul Pembelajaran Berbantu komputer Algoritma Word Auto Key Encryption (WAKE). Didalamnya memuat mengenai langkah-langkah

Lebih terperinci

Kriptosistem Knapsack

Kriptosistem Knapsack Kriptosistem Knapsack Disusun Oleh : Akik Hidayat 1 Universitas padjadjaran Bandung 2007 1. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Jatinangor Tlp/Fax 022-7794696

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI KERAHASIAAN PESAN DENGAN ALGORITMA HILL CIPHER

PERANCANGAN APLIKASI KERAHASIAAN PESAN DENGAN ALGORITMA HILL CIPHER PERANCANGAN APLIKASI KERAHASIAAN PESAN DENGAN ALGORITMA HILL CIPHER Septi Maryanti 1), Abdul Rakhman 2), Suroso 3) 1),2),3) Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Latar Belakang Masalah Landasan Teori

Latar Belakang Masalah Landasan Teori 1 Muhammad hasanudin hidayat 2 Entik insanudin E-mail:mhasanudinh@student.uinsgd.ac.id, insan@if.uinsgd.ac.id APLIKASI KRIPTOGRAFI DENGAN METODE HILL CHIPER BERBASIS DESKTOP. Banyak jenis algoritma atau

Lebih terperinci

BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA

BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA 3.1 Sistem ASCII Sebelumnya, akan dijelaskan terlebih dahulu Sistem ASCII sebagai system standar pengkodean dalam pertukaran informasi yaitu Sistem ASCII. Plainteks yang akan dienkripsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Sebelum kita membahas mengenai uji primalitas, terlebih dahulu kita bicarakan beberapa definisi yang diperlukan serta beberapa teorema dan sifat-sifat yang penting dalam teori bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan akan menjabarkan mengenai garis besar skripsi melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal yang akan dijabarkan adalah latar belakang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perancangan aplikasi keamanan pesan teks dengan algoritma kriptografi vigenere cipher pernah dilakukan dan memuat teori-teori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Keamanan Informasi

BAB 2 LANDASAN TEORI Keamanan Informasi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Keamanan Informasi Kriptografi sangat berkaitan dengan isu keamanan informasi. Sebelum mengenal kriptografi diperlukan pemahaman tentang isu-isu yang terkait dengan keamanan informasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep bilangan bulat, bilangan prima,modular, dan kekongruenan. 2.1 Bilangan Bulat Sifat Pembagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat

Lebih terperinci

Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman. Metrilitna Br Sembiring 1

Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman. Metrilitna Br Sembiring 1 Elliptic Curve Cryptography (Ecc) Pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman Metrilitna Br Sembiring 1 Abstrak Elliptic Curve Cryptography (ECC) pada Proses Pertukaran Kunci Publik Diffie-Hellman.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kriptografi 2.1.1. Definisi Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cryto dan graphia. Crypto berarti rahasia dan graphia berarti

Lebih terperinci

APLIKASI JAVA KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA VIGENERE. Abstract

APLIKASI JAVA KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA VIGENERE. Abstract APLIKASI JAVA KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA VIGENERE Muhammad Fikry Teknik Informatika, Universitas Malikussaleh e-mail: muh.fikry@unimal.ac.id Abstract Data merupakan aset yang paling berharga untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kriptografi Kriptografi adalah ilmu yang menggunakan matematika untuk mengenkripsi dan mendekripsi data. Kriptografi memungkinkan kita untuk menyimpan informasi dan

Lebih terperinci

TEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHER (Rivalri Kristianto Hondro, M.Kom.) NIDN:

TEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHER (Rivalri Kristianto Hondro, M.Kom.) NIDN: TEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHER (Rivalri Kristianto Hondro, M.Kom.) NIDN: 0108038901 E-Mail: rivalryhondro@gmail.com Sejarah Singkat Hill Cipher ditemukan oleh Lester S. Hill pada tahun 1929,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB Imam Ramadhan Hamzah Entik insanudin MT. e-mail : imamrh@student.uinsgd.ac.id Universitas Islam Negri Sunan

Lebih terperinci

Kriptografi Simetris Dengan Kombinasi Hill cipher Dan Affine Cipher Di Dalam Matriks Cipher Transposisi Dengan Menerapkan Pola Alur Bajak Sawah

Kriptografi Simetris Dengan Kombinasi Hill cipher Dan Affine Cipher Di Dalam Matriks Cipher Transposisi Dengan Menerapkan Pola Alur Bajak Sawah Kriptografi Simetris Dengan Kombinasi Hill cipher Dan Affine Cipher Di Dalam Matriks Cipher Transposisi Dengan Menerapkan Pola Alur Bajak Sawah Dewi Sartika Ginting Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

Pengaman Pengiriman Pesan Via SMS dengan Algoritma RSA Berbasis Android

Pengaman Pengiriman Pesan Via SMS dengan Algoritma RSA Berbasis Android A-1 Pengaman Pengiriman Pesan Via SMS dengan Algoritma RSA Berbasis Android Andi Riski Alvianto dan Darmaji Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ALGORITMA ELGAMAL UNTUK KEAMANAN APLIKASI

ALGORITMA ELGAMAL UNTUK KEAMANAN APLIKASI ALGORITMA ELGAMAL UNTUK KEAMANAN APLIKASI E-MAIL Satya Fajar Pratama NIM : 13506021 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16021@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Transformasi Linier dalam Metode Enkripsi Hill- Cipher

Transformasi Linier dalam Metode Enkripsi Hill- Cipher Transformasi Linier dalam Metode Enkripsi Hill- Cipher Muhammad Reza Ramadhan - 13514107 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Penerapan Matriks dalam Kriptografi

Penerapan Matriks dalam Kriptografi Penerapan Matriks dalam Kriptografi Malvin Juanda/13514044 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 13514044@std.stei.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dibahas landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pikir dan hipotesis yang mendasari penyelesaian permasalahan pengamanan data file dengan kombinasi algoritma

Lebih terperinci

VISUALISASI ALGORITMA RSA DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

VISUALISASI ALGORITMA RSA DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA VISUALISASI ALGORITMA RSA DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Abstraksi Adriani Putri, Entik Insannudin, MT. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lebih terperinci

Algoritma RSA dan ElGamal

Algoritma RSA dan ElGamal Bahan Kuliah ke-15 IF5054 Kriptografi Algoritma RSA dan ElGamal Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 15.1 Pendahuluan 15. Algoritma RSA dan

Lebih terperinci

KEAMANAN DATA DENGAN METODE KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK

KEAMANAN DATA DENGAN METODE KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK KEAMANAN DATA DENGAN METODE KRIPTOGRAFI KUNCI PUBLIK Chandra Program Studi Magister S2 Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No. 9A Medan, Sumatera Utara e-mail : chandra.wiejaya@gmail.com

Lebih terperinci