DAMPAK PERTAMBANGAN BATU GRANIT TERHADAP SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA, DAN SIFAT BIOLOGI TANAH DI AREAL HUTAN LINDUNG PT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK PERTAMBANGAN BATU GRANIT TERHADAP SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA, DAN SIFAT BIOLOGI TANAH DI AREAL HUTAN LINDUNG PT"

Transkripsi

1 DAMPAK PERTAMBANGAN BATU GRANIT TERHADAP SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA, DAN SIFAT BIOLOGI TANAH DI AREAL HUTAN LINDUNG PT. KARIMUN GRANIT KABUPATEN KARIMUN PROPINSI KEPULAUAN RIAU MUZI ANGGRAENI SYAMSUDIN DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 DAMPAK PERTAMBANGAN BATU GRANIT TERHADAP SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA, DAN SIFAT BIOLOGI TANAH DI AREAL HUTAN LINDUNG PT. KARIMUN GRANIT KABUPATEN KARIMUN PROPINSI KEPULAUAN RIAU MUZI ANGGRAENI SYAMSUDIN Skripsi Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

3 DAMPAK PERTAMBANGAN BATU GRANIT TERHADAP SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA, DAN SIFAT BIOLOGI TANAH DI AREAL HUTAN LINDUNG PT. KARIMUN GRANIT KABUPATEN KARIMUN PROPINSI KEPULAUAN RIAU Oleh: Muzi Anggraeni Syamsudin dan Basuki Wasis Pendahuluan. Indonesia mempunyai beragam potensi sumberdaya alam yang berasal dari hutan. Selain pengelolaan hasil hutan, terdapat aktivitas lain yang berlangsung di kawasan hutan yaitu kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan pada umumnya dilakukan di hutan alam, bahkan hutan lindung. Kegiatan pertambangan tentu saja dapat merusak ekosistem hutan yang dibuka untuk dijadikan areal pertambangan. Kegiatan pertambangan mengakibatkan kerusakan vegetasi serta kerusakan lahan yang berdampak pada terjadinya erosi serta sedimentasi. Pertambangan juga dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah pada areal bekas tambang. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian mengenai perubahan sifat-sifat tanah akibat pertambangan. Terutama untuk pertambangan granit yang dilakukan PT. Karimun Granite di Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau, yang telah banyak dilaporkan telah menyebabkan berbagai kerusakan bentang alam serta tanah disekitar areal pertambangan. Bahan dan Metodologi. Penelitian ini menggunakan data analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah kawasan hutan lindung PT. Karimun Granit, Kabupaten Karimun, Propinsi Kepulauan Riau. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengampilan sampel dengan cara purposive sampling, yaitu pada lokasi yang telah ditentukan yang dilakukan oleh Tim Kementrian Lingkungan Hidup. Data analisis sifat fisik, kimia dan biologi dibandingkan dari tiap-tiap lokasi untuk menduga besarnya perubahan pada masing-masing nilai sifat tanah tersebut akibat penambangan granit. Analisis sifat tanah dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada lokasi penelitian. Analisis sidik ragam atau ANOVA (Analysis of Variance) dengan uji F terhadap variabel yang diamati, dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah setelah kegiatan pertambangan batu granit. Apabila diperoleh F-hitung > F tabel (nilai peluang nyata < 0.05) atau pertambangan batu granit berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut untuk membandingkan nilai tengah perlakuan. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Tukey. Hasil dan Pembahasan. Berdasarkan nilai hasil analisis data sifat fisik, kimia, dan biologi tanah diketahui bahwa pada ketiga lokasi yaitu hutan alam, tanah galian, dan tanah tererosi nilai masingmasing sifat tanah mengalami perubahan baik penurunan maupun peningkatan. Kemudian berdasarkan hasil pengujian dengan uji F, sifat fisik tanah tidak dipengaruhi secara nyata oleh penambangan batu granit. Sedangkan untuk sifat kimiadan biologi tanah beberapa diantaranya dipengaruhi secara nyata oleh pertambangan batu granit yaitu C-Organik, N-Total, Mg, Na, KTK, Mn, dan total mikroorganisme tanah. Hasil uji lanjut Tukey untuk sifat-sifat tanah tersebut menunjukkan bahwa nilai pada tanah galian dan tanah tererosi berbeda nyata dengan nilai pada hutan alam. Kesimpulan. Kegiatan pertambangan granit menyebabkan perubahan pada sifat fisik tanah yaitu berupa kenaikan bulk density; serta mengalami penurunan pada porositas tanah, air tersedia, dan permeabilitas. Selain itu, kegiatan pertambangan granit menyebabkan perubahan pada sifat kimia tanah yaitu berupa kenaikan ph, Fe, dan Zn; serta penurunan kandungan C-Organik, KTK, N- Total, P-Bray, K, Ca, Mg, Na. Dan, kegiatan pertambangan granit menyebabkan perubahan pada sifat biologi tanah yaitu berupa kenaikan jumlah fungi tanah, total bakteri pelarut P, dan total respirasi tanah; serta penurunan total mikroorganisme tanah. Kata kunci: pertambangan, batu granit, sifat-sifat tanah

4 THE IMPACT OF GRANITE MINING TO CHARACTERISTIC OF PHYSICAL, CHARACTERISTIC OF CHEMISTRY, AND CHARACTERISTIC OF LAND BIOLOGY IN PROTECTED FOREST PT. KARIMUN GRANIT SUB-PROVINCE KARIMUN PROVINCE KEPULAUAN RIAU By: Muzi Anggraeni Syamsudin and Basuki Wasis Introduction. Indonesia have variated potency of nature resources that indigenous to forest. Besides management of forest, there is other activity that goes on in forest area that is mining activity. Mining Activity generaly conducted in nature forest, and even protected forest. Mining Activity of course can destroy forest ecosystem that opened for made areal mining. Mining Activity cause vegetation and land damage that affect erosion and sedimentation. Mining also can cause loss of land fertility at ex areal mine. In consequence, its needed research about the impact of mining. Specifically for granite mining that conducted PT. Karimun Granite in Sub-province Karimun, Province Kepulauan Riau, that reported has caused various of landscape and land damage in the mining areal. Materials and Method. This Research uses data of physical characteristic analysis, chemistry and biology of protected forest area land PT. Karimun Granit Sub-province Karimun, Province Kepulauan Riau. Research Method as used in this research is by purposive sampling, that location has been determined by Tim KementrianLingkungan Hidup. Data of physical analysis, chemistry and biology characteristic are compared to every location to analize the level of change at each of land characteristic value. Analysis of land characteristic is conducted to know the characteristic of physical, chemistry, and land biology at research location. Analysis of Variance (ANOVA) by F test to variable perceived, conducted to know physical denaturing, chemistry and land biology after activity of granite mining. If f-count reach > F tables (value of reality opportunity < 0.05) or granite mining has an effect on reality, then conducted test continues to compare the middle value treatment. The test continues that used is Tukey test. Result and Discussion. Base value of analysis result characteristic of physical, chemistry, and land biology is known that at the three of location that is nature forest, dig land, and erotion land value each characteristic of land experiences of change either degradation or improvement. Then base testing result by F test, characteristic of land physical are not influenced manifestly by granite mining. Whereas for characteristic of chemistry and biology of some of which land is influenced manifestly by granite mining that is C-Organic, N-total, Mg, Na, KTK, Mn, and totalize mikroorganisme land. Result continues Tukey test for land characteristics referred as indicate that value at dig land and erotion land differ reality by value at nature forest. Conclusion. Activity of granite mining causes change the physical characteristic of land, that shown by the increase of bulk density, and degradation of land porosity, water availabilty, and permeability. In other hand, activity of granite mining causes change at characteristic of land chemistry that shown by increasing of ph, Fe, and Zn and degradation of C-organic content, KTK, N-total, P-Bray, K, Ca, Mg, Na. And then, activity of granite mining causes change at characteristic of land biology that is shown by increase of fungi land, totalize solute P bacterium, and totalize land respiration, and degradation of land mikroorganisme. Keyword: mining, granite, land characteristics

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Pertambangan Batu Granit terhadap Sifat Fisik, Sifat Kimia, dan Sifat Biologi Tanah di Areal Hutan Lindung PT. Karimun Granit Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lemabaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2009 Muzi Anggraeni Syamsudin NIM E

6 Judul Skripsi Nama NIM : Dampak Pertambangan Batu Granit terhadap Sifat Fisik, Sifat Kimia, dan Sifat Biologi Tanah di Areal Hutan Lindung PT. Karimun Granit Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau : Muzi Anggraeni Syamsudin : E Menyetujui: Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Basuki Wasis, MS NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP Tanggal:

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah kerusakan sifat-sifat tanah, dengan judul Dampak Pertambangan Batu Granit terhadap Sifat Fisik, Sifat Kimia, dan Sifat Biologi Tanah di Areal Hutan Lindung PT. Karimun Granit Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perubahan sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah pada lahan hutan alam yang digunakan sebagai lahan pertambangan batu granit. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. selaku pembimbing skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Didik Suharjito, MS, Istie Sekartining Rahayu, S. Hut, M. Si, serta Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan serta saran kepada penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Selain itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak-pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini tidak lepas dai segala kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Semoga dengan segala kekurangannya karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Agustus 2009 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 28 Juni 1987 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Ayi Syamsudin dan Tini Sulastri. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Rimba Madya, Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Pada tahun 2006 penulis masuk Mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dengan Suporting Course. Pada tahun 2008 penulis mengambil minat studi tanah di Laboratorium Pengaruh Hutan, Bagian Ekologi Hutan Departemen Silvikultur. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai anggota UKM Gentra Kaheman, staf Departemen Informasi dan Komunikasi Tree Grower Community (TGC) tahun , panitia Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB angkatan 43 tahun 2006, dan panitia Masa Perkenalan Himpunan Profesi Belantara (Bersama Dalam Orientasi Anak Rimba) Departemen Silvikultur tahun Selain itu, pernah menjadi asisten mata kuliah Pengaruh Hutan tahun Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) jalur Kamojang- Sancang tahun 2007, Praktek Pembinaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2008, dan Praktek Kerja Profesi (PKP) di PT. Intracawood Manufacturing Kalimantan Timur tahun Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Dampak Pertambangan Batu Granit terhadap Sifat Fisik, Sifat Kimia, dan Sifat Biologi Tanah di Areal Hutan Lindung PT. Karimun Granit Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau di bawah bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS.

9 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Terselesaikannya karya ilmiah ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah ikut mendukung dan memberi bantuan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua penulis (Ayi Syamsudin dan Tini Sulastri), dan kakak tercinta, Neni Mulyani yang telah memberikan dukungan moril dan materil, mencurahkan doa dan kasih sayang, serta semangat kepada penulis. 2. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis. 3. Teman, sahabat, serta kakak tersayang penulis Lukman Herdianto atas waktu yang telah diluangkan untuk menemani penulis dalam menyusun karya ilmiah ini, serta doa dan semangat yang telah diberikan. 4. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan (Ibu Atikah, Pak Dadan, Teh Dede, Teh Uchi, Teh Ayu, Ka Eko, Ama) yang senantiasa membantu dan memberikan motivasi kepada penulis. 5. Sahabat-sahabat penulis tersayang Riyanti Eka Fitri, Kumala Club (Tatik, Fidry, Hildalita, Maretha, Atu, Yuli), Asep Mulyadiana, Risna Trisnawati, Khairia Nafia, Agha Respati, atas keceriaan dan semangat yang telah diberikan. 6. Rekan satu bimbingan (Atu Badariah, Nur Hikmah Utami, Kurniawan Marta) atas masukan serta diskusi dengan penulis. 7. Teman-teman SVK 42 (Sambang, Yohana, PM, Yogi, Maz um, Farah, Doddy, Putri, Fifi, Rommy, Ghina, dkk) yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan selama tiga tahun terakhir.

10 8. Keluarga besar KPAP Departemen Silvikultur (Ibu Aliyah, Pak Ismail, dll) atas bantuannya dalam pengurusan administrasi seminar, ujian komprehensif, dan sebagainya. 9. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua bantuannya. bermanfaat. Terima kasih atas bantuannya kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini Bogor, Agustus 2009 Penulis

11 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv LEMBAR PENGESAHAN... v KATA PENGANTAR... vi RIWAYAT HIDUP... vii UCAPAN TERIMA KASIH... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Tujuan Manfaat... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertambangan Batu Granit Pengertian Tanah Sifat Fisik Tanah Tekstur Bulk Density Porositas Tanah Air Tersedia Permeabilitas Sifat Kimia Tanah Reaksi Tanah (ph Tanah) C-Organik Kapasitas Tukar Kation (KTK) N-Total... 8

12 2.5.5 P-Bray Kalium (K) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Natrium (Na) Besi (Fe) Seng (Zn) Mangan (Mn) Sifat Biologi Tanah Mikroorganisme Tanah Fungi Tanah Bakteri Pelarut P Total Repirasi Tanah BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah Analisis Data BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Profil Perusahaan Letak Geografis Flora dan Fauna BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Tanah Tekstur Bulk Density Porositas Tanah Air Tersedia Permeabilitas Sifat Kimia Tanah Reaksi Tanah (ph Tanah)... 25

13 5.2.2 C-Organik Kapasitas Tukar Kation (KTK) N-Total P-Bray Kalium (K) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Natrium (Na) Besi (Fe) Seng (Zn) Mangan (Mn) Sifat Biologi Tanah Mikroorganisme Tanah Fungi Tanah Bakteri Pelarut P Total Repirasi Tanah BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 50

14 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Permeabilitas tanah Nilai KTK koloid-koloid utama tanah Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah Metode analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah Nilai sifat fisik tanah Hasil analisis ragam bulk density Hasil analisis ragam porositas tanah Hasil analisis ragam air tersedia Hasil analisis ragam permeabilitas tanah Nilai sifat kimia tanah Hasil analisis ragam ph Hasil analisis ragam C-Organik Hasil analisis ragam KTK Hasil analisis ragam N-total Hasil analisis ragam P-Bray Hasil analisis ragam kalium Hasil analisis ragam kalsium Hasil analisis ragam magnesium Hasil analisis ragam natrium Hasil analisis ragam Fe Hasil analisis ragam seng Hasil analisis ragam mangan Nilai sifat biologi tanah Hasil analisis ragam total mikroorganisme tanah Hasil analisis ragam jumlah fungi tanah Hasil analisis ragam jumlah bakteri pelarut P Hasil analisis ragam total respirasi tanah... 45

15 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Permukaan batu granit Peta kegiatan kuari granit Tekstur tanah Perbandingan nilai bulk density Perbandingan porositas tanah Perbandingan persentase air tersedia Perbandingan persentase permeabilitas tanah Nilai ph pada lokasi penelitian Persentase kandungan C-Organik Perbandingan nilai KTK tanah Perbandingan persentase nilai N-Total Perbandingan nilai P-Bray Perbandingan kandungan Kalium Perbandingan kandungan kalsium Perbandingan kandungan magnesium Perbandingan kandungan natrium Perbandingan kandungan Fe dalam tanah Perbandingan kandungan seng (Zn) dalam tanah Perbandingan kandungan mangan (Mn) dalam tanah Perbandingan total mikroorganisme tanah Perbandingan jumlah fungi tanah Perbandingan jumlah bakteri pelarut P Perbandingan total respirasi tanah... 45

16 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Data hasil analisis sifat fisik tanah Data hasil analisis sifat kima tanah Data hasil analisis sifat biologi tanah Peta Geologi Pulau Karimun Besar Diagram alir kegiatan penambangan pasir Foto-foto lokasi PT. Karimun Granite Hasil Analisis Ragam dengan Minitab Hasil uji Tukey dengan Minitab

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hutan merupakan suatu ekosistem yang dihuni oleh masyarakat tumbuhtumbuhan yang didominasi oleh pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda keadaan disekitarnya. Hutan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Hutan berfungsi sebagai tata air, penyedia oksigen, penyebar karbon, serta sebagai sumber kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Berdasarkan fungsinya, hutan dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu hutan konservasi, hutan produksi, serta hutan lindung. Hutan dapat diambil hasilnya baik berupa kayu maupun non kayu dengan perijinan serta syarat dan ketentuan khusus, yaitu dapat berupa IUPHHK-HA ataupun IUPHHK-HT. Selain pengelolaan hasil hutan, terdapat aktivitas lain yang berlangsung di kawasan hutan yaitu kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan pada umumnya dilakukan di hutan alam, bahkan hutan lindung. Kegiatan pertambangan tentu saja dapat merusak ekosistem hutan yang dibuka untuk dijadikan areal pertambangan. Kerusakan tidak saja pada kondisi vegetasinya, tetapi juga kerusakan dapat terjadi pada kondisi sifat-sifat tanah. Berdasarkan Keppres No.41 Tahun 2004, terdapat 13 perusahaan tambang yang mendapatkan ijin melakukan pertambangan di hutan lindung, dan enam diantaranya telah mengajukan permohonan ijin penggunaan hutan lindung pada tahap eksplorasi ke Departemen Kehutanan (Fauzi 2005). Salah satu perusahan tambang tersebut adalah PT. Karimun Granite dengan luas hektar. Perusahaan ini beroperasi di Kabupaten Karimun, Propinsi Kepulauan Riau. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kegiatan pertambangan yang dilakukan PT. Karimun Granite juga menimbulkan kerusakan pada kawasan hutan yang dieksploitasi. Menurut LPM ITB (2002) dalam Setiawan (2005), kegiatan eksploitasi PT. Karimun Granite telah mengakibatkan hilangnya potensi air sejumlah m 3 /tahun dan belum termasuk air yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Di beberapa lokasi, terdapat lubang-lubang yang dibiarkan begitu saja sampai akhirnya menjadi kolam-kolam raksasa karena tidak

18 ada tindakan rehabilitasi dan revegetasi yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi lingkungan. Selain itu eksploitasi yang dilakukan PT. Karimun Granit juga dapat menyebabkan perubahan iklim mikro daerah setempat. Penebangan vegetasi dan pengerukan tanah akan menyebabkan hilangnya evapotranspirasi sehingga dapat meningkatkan suhu udara di sekitar areal pertambangan tersebut, yaitu terjadinya pemanasan di daerah Kabupaten Karimun. Kegiatan pertambangan mengakibatkan kerusakan vegetasi serta kerusakan lahan yang berdampak pada terjadinya erosi serta sedimentasi. Pertambangan juga dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah pada areal bekas tambang. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian mengenai perubahan sifatsifat tanah akibat pertambangan. Terutama untuk pertambangan granit yang dilakukan PT. Karimun Granit di Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau, yang telah banyak dilaporkan telah menyebabkan berbagai kerusakan bentang alam serta tanah di sekitar areal pertambangan. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang diakibatkan oleh pertambangan batu granit di hutan lindung Kabupaten Karimun, Propinsi Kepulauan Riau yang dilakukan oleh PT. Karimun Granit dengan membandingkan perbedaan sifat-sifat tanah tersebut pada lokasi galian tambang granit, tanah tererosi dan hutan alam. 1.3 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menyajikan informasi mengenai dampak pertambangan granit pada lahan hutan alam (hutan lindung) terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang terjadi di areal PT. Karimun Granit Kabupaten Karimun Propinsi Kepulaun Riau, sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi rehabilitasi lahan bekas pertambangan granit.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan galian dari lapisan bumi telah berlangsung sejak lama. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (Wikipedia 2009). Teknik pertambangan ada dua macam, yaitu tambang terbuka (open-pit mining, strip mining, dan quarrying) dan tambang bawah tanah. Penambangan batu granit termasuk teknik pertambangan quarrying yaitu teknik yang bertujuan untuk mengambil bahan ornamen dan bahan bangunan. Untuk pengambilan batu ornamen diperlukan teknik khusus agar balok-balok batuan ornamen yang diambil mempunyai ukuran, bentuk, dan kualitas tertentu (Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL 2001). 2.2 Batu Granit Granit (Granodiorit) merupakan suatu batuan yang berwarna abu-abu kehijauan, cenderung terang, sangat keras, kompak dan pejal. Batuan ini tersusun dari mineral Kuarsa, Plagioklas, K-Feldfar, dan mineral Hornblende. Berdasarkan hasil uji laboratorium mempunyai kuat tekan di atas 700 kg/cm 2, berat jenis 2,484 gram/cm 3, tingkat keausan 0,497% dan daya serap yang kecil yaitu 0,035% sehingga cocok digunakan untuk dinding, lantai atau interior lainnya (Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Nusa Tenggara Barat 2008). Gambar 1 Permukaan batu granit

20 Bahan galian seringkali dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bahan galian metalliferous, nonmetalliferous dan bahan galian yang digunakan untuk bahan bangunan atau batuan ornamen. Batu granit termasuk ke dalam kelompok bahan bangunan atau batuan ornamen (Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL 2001). 2.3 Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuh tanaman (Hardjowigeno 2003). Tanah berasal dari pelapukan batuan yang bercampur dengan sisa bahan organik dan mineral vegetasi serta hewan yang hidup di atas atau di dalamnya. 2.4 Sifat Fisik Tanah Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan komposisi butiran penyusun tanah, yang pada umumnya terdiri dari pasir, debu dan liat, yang mempunyai ukuran kurang dari 2 mm. Pasir biasanya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO 2 ) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang dengan mudah melapuk dan pada saat pelapukannya mengeluarkan sejumlah hara sehingga tanah bertekstur debu pada umumnya lebih subur daripada tanah bertekstur pasir. Liat merupakan koloid yang bermuatan listrik yang aktif sebagai pertukaran anion dan kation, maka liat lebih berperan secara kimiawi (Hanafiah 2005). Kelas tekstur tanah ditentukan berdasarkan proporsi dari pasir, debu, dan liat yang terkandung dalam tanah. Menurut Hardjowigeno (2003) tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, yaitu: 1) Tanah bertekstur kasar meliputi pasir dan pasir berlempung. 2) Tanah bertekstur agak kasar meliputi lempung berpasir dan lempung berpasir halus. 3) Tanah bertekstur sedang meliputi lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu dan debu.

21 4) Tanah bertekstur agak halus meliputi lempung liat, lempung liat berpasir dan lempung liat berdebu. 5) Tanah bertekstur halus meliputi liat berpasir, liat berdebu dan liat Bulk Density Bulk density merupakan kepadatan tanah yang ditunjukkan dengan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density disebut juga sebagai kerapatan limbak atau bobot isi. Makin padat suatu tanah atau memiliki bobot isi yang tinggi maka tanah tersebut akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman (Hardjowigeno 2003). Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikelpartikel tanah, makin kasar akan makin berat Porositas Tanah Pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah, melainkan terisi oleh udara dan air. Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara (Hanafiah 2005). Tanah yang mempunyai cukup ruang untuk pergerakan air dan udara disebut tanah yang poreus, sebaliknya jika tanah tidak mempunyai cukup ruang untuk pergerakan air dan udara maka tanah tersebut tidak poreus. Menurut Hardjowigeno (2003), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Jika kandungan bahan organik tinggi, maka porositas tanah tinggi. Tanah yang berstuktur remah atau granuler mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah yang berstruktur massive atau pejal. Tanah dengan tekstur kasar atau pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit untuk menahan air Air Tersedia Air tanah selalu aktif sejak awal dalam membantu proses pembentukan horison-horison tanah. Air penting untuk pertumbuhan tanaman dan reaksi-reaksi kimia dalam pelapukan mineral. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya

22 menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus (Hardjowigeno 2003). Selain dipengaruhi oleh tekstur, jumlah air yang dapat digunakan oleh tanaman juga dipengaruhi oleh struktur, kandungan bahan organik, kedalaman tanah dan sistem perakaran tanaman (Islami dan Utomo 1995 dalam Rahmawati 2007) Permeabilitas Permeabilitas tanah merupakan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media dalam keadaan jenuh. Permeabilitas merupakan sifat fisika tanah yang langsung dipengaruhi pengelolaan tanah, tanah dengan permeabilitas lambat lebih mudah tererosi daripada tanah dengan permeabilitas cepat (Baver 1972 dalam Rahmawati 2007). Beberapa faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah diantaranya adalah tekstur, porositas tanah serta distribusi ukuran pori, stabilitas agrerat, struktur tanah dan kandungan bahan organik (Hillel 1980 dalam Maryani 2007). Berikut adalah deskripsi permeabilias tanah. Tabel 1 Permeabilitas tanah Deskripsi Permeabilitas (cm/jam) Sangat cepat > 25.0 Cepat Agak cepat Sedang Agak lambat Lambat Sangat lambat <0.1 Sumber: Hardjowigeno Sifat Kimia Tanah Reaksi Tanah (ph Tanah) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alakalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph (potential of hydrogen). Nilai ph menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H + ) di dalam tanah (Hardjowigeno 2003). Tanah masam memiliki nilai ph yang rendah atau kadar ion H + yang tinggi, sebaliknya tanah basa memiliki nilai ph yang tinggi atau kadar ion H + yang rendah. Dalam tanah, selain ion H + dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH - yang

23 jumlahnya berbanding terbalik dengan ion H +. Bila kandungan H + dan OH - adalah sama, maka tanah bereaksi netral. Reaksi tanah yang masam hampir selalu ditemukan di daerah beriklim basah, pada tanah ini kandungan ion H + melebihi OH -. Sebaliknya, tanah basa hampir selalu pula ditemukan di daerah kering, kandungan ion OH - lebih tinggi dari ion H + (Dikti 1991a). Nilai ph berkisar antara 0-14 dengan ph 7 disebut netral, ph kurang dari 7 disebut masam dan ph lebih dari 7 disebut basa. Namun, pada umumnya ph tanah berkisar antara (Hardjowigeno 2003). Tingkat kemasaman atau ph digunakan untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada ph tanah sekitar netral, karena pada ph tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada umumnya pula tanaman menunjukkan penurunan pertumbuhan pada tanah masam. Hal ini disebabkan karena kandungan Al serta unsur-unsur mikro yang berlebih sehingga bersifat racun terhadap tanaman. Menurut Dikti (1991a) masalah yang paling menonjol pada tanah masam adalah keracunan Al dan Mn serta kekurangan hara P. Selain itu, tanah yang terlalu basa juga sering mengandung garam yang terlalu tinggi yang juga dapat menjadi racun bagi tanaman C-Organik C-organik adalah penyusun utama bahan organik. Bahan organik mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Banyak sifat-sifat tanah baik fisik, kimia dan biologi tanah yang secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh bahan organik (Istomo 1994) Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kapasitas tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation (Tan 1993). Pertukaran kation memegang peranan sangat penting dalam penyerapan hara oleh tanaman, kesuburan tanah, retensi hara, dan pemupukan. Kation-kation yang dijerap umumnya dalam bentuk hidrat, yaitu kation-kation yang dikelilingi oleh molekul-molekul air.

24 Dikti (1991a) menyebutkan bahwa nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah tersebut dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan oganik, dan pengapuran serta pemupukan. Secara rata-rata KTK koloid-koloid utama tanah adalah sebagai berikut. Tabel 2 Nilai KTK koloid-koloid utama tanah Koloid Tanah KTK (me/100g) Humus 200 Vermikulit Montmorilonit Ilit Kaolinit 3-15 Seskuioksida 2-4 Sumber: Tan (1993) N-Total Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara makro esensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar. Menurut Hanafiah (2005) unsur N berfungsi sebagai penyusun semua protein, klorofil dan asam-asam nukleat, serta berperan dalam pembentukan koenzim. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk, dan air hujan. Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu protein, senyawa-senyawa amino, amonium (NH + 4 ), serta nitrat (NO - 3 ). Nitrogen yang diserap oleh tanaman adalah nitrogen dalam bentuk amonium dan nitrat (Hardjowigeno 2003) P-Bray Unsur Fosfor (P) di dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan, dan mineral-mineral di dalam tanah. P-organik dan P-anorganik merupakan jenis unsur P yang terdapat di dalam tanah (Hardjowigeno 2003). Menurut Hanafiah (2005), sumber utama unsur P dalam tanah selain dari pelapukan bahan induk juga berasal dari mineralisasi P-organik hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman yang mengimmobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan.

25 Dibandingkan dengan N, unsur P lebih cepat menjadi tersedia akibat terikat oleh kation tanah serta terfiksasi pada permukaan positif koloidal tanah. Ketersediaan unsur P optimum terdapat pada kisaran ph Kalium (K) Unsur K dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer tanah (feldspar, mika, dan lain-lain) serta berasal dari pupuk buatan. Unsur K ditemukan dalam jumlah yang besar pada tanah, tetapi hanya sebagian kecil yang digunakan oleh tanaman yaitu yang larut dalam air atau yang dapat dipertukarkan (Hardjowigeno 2003). Kalium berfungsi dalam proses pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis dalam tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit, serta perkembangan akar Kalsium (Ca) Unsur Ca dalam tanah berasal dari mineral-mineral primer, karbonat (kalsit, dolomit), dan garam-garam sederhana (gipsum dan Ca fosfat) (Hardjowigeno 2003). Unsur kalsium tersedia dalam bentuk kation bervalensi 2, dan diambil oleh tanaman dalam bentuk ion Ca 2+. Kalsium berperan sebagai komponen penyusun dinding sel tanaman, pembentukan struktur dan permeabilitas membran sel (Hanafiah 2005). Defisiensi Ca biasanya dijumpai pada kondisi masam dengan kejenuhan Ca rendah. Ca tersedia pada ph Kekurangan Ca dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman akibat terganggunya pembentukan pucuk tanaman dan ujung-ujung akar serta jaringan penyimpan yang disebabkan terhambatnya pembelahan sel Magnesium (Mg) Magnesium dalam tanah berasal dari mineral (biotit, augit, horenblende, amfibol), garam, dan kapur (dolomit) (Hardjowigeno 2003). Sama halnya dengan kalsium, unsur magnesium (Mg) juga tersedia dalam bentuk kation bevalensi 2,

26 dan diambil tanaman dalam bentuk Mg 2+ (Hanafiah 2005). Magnesium berperan sebagai satu-satunya mineral penyusun klorofil, berperan dalam aktivasi enzim, serta dalam pembentukan minyak Natrium (Na) Natrium merupakan merupakan salah satu unsur penyusun lithosfer. Unsur ini berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai karena tingginya kadar Na air laut. Selain sebagai unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah 2005) Besi (Fe) Fe merupakan katalisator atau bagian sistem enzimatik dalam pembentukan klorofil juga sebagai penyusun enzim dan protein (Hardjowigeno 2003). Kelarutan Fe menurun pada ph lebih dari 6.0 tetapi defisiensi Fe jarang terjadi, kecuali pada tanah berkapur atau alkalin karena berada dalam bentuk hidroksida dan oksida yang tidak larut. Besi pada kondisi aerob berbentuk Fe 3+ (ferri) yang tereduksi menjadi Fe 2+ (ferro) pada kondisi anaerob. Kedua bentuk ion ini diserap tanaman dari larutan tanah. Ketersediaan Fe tinggi pada ph dibawah 6.0, sehingga menjadi unsur toksik pada tanaman dan pengendap ion fosfat (Hanafiah 2005) Seng (Zn) Seng diambil tanaman dalam bentuk ion Zn 2+. Defisiensi seng dijumpai pada tanah organik. Pada tanah berkapur defisiensi terjadi sebagai konsekuensi tingginya ph yang menyebabkan penurunan ketersediaannya, sedangkan pada tanah berpasir yang masam defisiensi merupakan akibat intensifnya pelindian. Dijumpai pula defisiensi Zn sebagai akibat pemupukan takaran fosfat takaran tinggi yang menyebabkan Zn diikat oleh senyawa fosfat terlarut (Hanafiah 2005).

27 Unsur ini perperan dalam pembentukan hormon tubuh, sebagai katalis pembentukan protein dan berperan penting dalam sistem enzim yang mengatur berbagai aktivitas metabolik Mangan (Mn) Mangan (Mn) berperan dalam metabolisme nitrogen dan asam anorganik, fotosintesis (asimilasi CO 2 ), perombakan karbohidrat, serta pembentukan kerotin, riboflavin dan asam askorbat (Hardjowigeno 2003). Mn dikandung berbagai batuan primer terutama yang tersusun oleh mineral sekunder berbahan ferromagnesian, seperti pirolusit (MNO 2 ) dan manganit [MnO(OH)]. Kadar Mn 2+ dalam larutan tanah tergantung pada reaksi oksidasi-reduksi yang dipengaruhi ph, bahan organik, aktivitas mikrobia, dan kelembaban tanah (Hanafiah 2005). Tabel 3 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Satuan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1 C-Organik % < > N-Total % < > P-Bray ppm < > 35 4 KTK me/100g < > 40 5 K me/100g < > Na me/100g < > Mg me/100g < > Ca me/100g < > 20 Sumber: Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Abdullah (1997) 2.6 Sifat Biologi Tanah Mikroorganisme Tanah Di dalam tanah terdapat berbagai jenis organisme yaitu hewan dan tumbuhan, baik yang berukuran makro maupun yang berukuran mikro. Berbagai mikroorganisme bertahan hidup, dan berkompetisi dalam memperoleh ruang, oksigen, air, hara, dan kebutuhan hidup lainnya (Hanafiah et al. 2007). Dalam pemanfaatan hara dan energi terjadi kompetisi antara mikroorganisme dengan akar tanaman, namun ketersediaan hara dalam tanah merupakan hasil akhir dari aktivitas mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme tanah terdiri dari mikrofauna

28 yang meliputi protozoa dan nematode, serta mikroflora yang meliputi bakteri, fungi, Actinomycetes, dan ganggang. Jumlah total mikroorganisme dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah, karena pada tanah subur jumlah mikroorganismenya tinggi Fungi Tanah Fungi adalah salah satu mikroflora yang berada di dalam tanah. Fungi merupakan mikrobia heterotropik yang variatif baik dari segi ukuran maupun strukturnya (Hanafiah 2005). Fungi mempunyai peranan penting di dalam tanah terutama dalam penghancuran selulosa dan lignin, selain itu fungi juga aktif dalam penghancuran bahan mudah hancur seperti gula, pati, dan protein (Hardjowigeno 2003). Mycorhiza (jamur akar) merupakan salah satu jenis fungi yang bersimbiosis dengan akar tanaman tertentu. Mycorhiza membantu tanaman induk dalam menyerap unsur hara tertentu Bakteri Pelarut P Mikrobia tanah dan akar tanaman berperan serta dalam pelarutan P- anorganik melalui produksi CO 2 dan asam-asam organik. Mikrobia yang terlibat umumnya bakteri spesies Pseudomonas dan Bacillus. Aspergillus sp merupakan fungi yang diketahui juga dapat melarutkan fosfat dari ikatannya (Hanafiah 2005) Respirasi Tanah Pengukuran respirasi tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Kecepatan respirasi lebih mencerminkan aktivitas metabolik daripada jumlah, tipe atau perkembangan mikroorganisme tanah (Anas 1989). Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan jumlah CO 2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan jumlah O 2 yang digunakan oleh mikroorganisme tanah.

29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada bulan Juni Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan data analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah kawasan hutan lindung PT. Karimun Granit, Desa Sei pedas, Pasir Panjang, Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun, Propinsi Kepulauan Riau pada bulan Juni Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengampilan sampel dengan cara purposive sampling yang dilakukan oleh Tim Kementrian Lingkungan Hidup. Sampel tanah diambil pada tiga lokasi yaitu hutan alam, tanah galian, dan tanah tererosi dengan dua kali ulangan (dua sampel) pada masingmasing lokasi. Kondisi awal lahan sebelum kegiatan pertambangan berlangsung diasumsikan sama dengan kondisi pada hutan alam. Data analisis sifat fisik, kimia dan biologi dibandingkan dari tiap-tiap lokasi untuk menduga besarnya perubahan pada masing-masing nilai sifat tanah tersebut akibat penambangan granit. 3.4 Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah Analisis sifat tanah dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada lokasi penelitian. Adapun metode untuk menganalisis sifatsifat tanah tersebut adalah seperti pada tabel berikut.

30 Tabel 4 Metode analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah Parameter Metode analisis Sifat Fisik Tekstur Pipet Bobot isi Gravimetrik Porositas Perhitungan ruang pori total Air tersedia Gravimetrik Permeabilitas Lambe Sifat Kimia N-total P-bray Ca, Mg, K KTK C-organik ph Fe, Zn, Mn Kjeldahl Bray I, spektrofotometer NH 4 Oac N ph 7.0, AAS NH 4 Oac N ph 7.0, titrasi Walkey and Black ph meter 0.5 N HCl Sifat Biologi Total mikroorganisme tanah Plate Count Total fungi Plate Count Total bakteri pelarut fosfat Plate Count Total Respirasi Tanah Jar (penangkapan CO 2 ) 3.5 Analisis Data Data hasil analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah kemudian dianalisis keragamannya dengan menggunakan program Minitab Analisis sidik ragam atau ANOVA (Analysis of Variance) dengan uji F terhadap variabel yang diamati, dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah setelah kegiatan pertambangan batu granit. Apabila diperoleh F-hitung > F tabel (nilai peluang nyata < 0.05) atau pertambangan batu granit berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut untuk membandingkan nilai tengah perlakuan. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Tukey (Mattjik & Sumertajaya 2002).

31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Karimun Granit merupakan sebuah perusahaan swasta asing yang telah beroperasi di Indonesia sejak tahun Perusahaan ini adalah salah satu dari 13 perusahaan tambang yang mendapat ijin melakukan penambangan di hutan lindung berdasarkan Keppres No.41 tahun 2004 seluas hektar (Fauzi 2005). PT. Karimun Granit melakukan eksploitasi semenjak 1972, terletak lebih kurang 30 mil sebelah barat daya negeri Singapura. Daerah kontrak karya ini terletak di tiga lokasi, yaitu lokasi A terletak di Kelurahan Pasir Panjang, Karimun Besar, lokasi B di bagian utara pulau Karimun Besar dan lokasi C di Pulau Karimun Kecil. Semula, luas total Kontrak Karya ini 6000 ha. Kemudian setelah pada tahun 1975 ada kegiatan penambangan timah oleh PT Timah, konsesi ini menciut menjadi 4000 ha. Selanjutnya pada tahun 2002 dilakukan penciutan (relinguish) lagi sehingga menjadi 2761 ha. Kegiatan penambangan terletak di lereng sebelah Barat Gunung Betina, lebih kurang 500 meter dari Pantai Pasir Panjang. Kontrak Karya ini telah diperpanjang izin eksploitasi hingga 30 September 2013, yang semula telah selesai pada tanggal 30 September Pemegang saham terbesar adalah Group Perusahaan Hong Liong Asia dari Singapura. Sistem penambangan yang diterapkan PT. Karimun Granit adalah tambang terbuka. Kegiatan penambangan dimulai dengan perencanaan, pembukaan kuari (mine development), pembongkaran, peledakan, pemuatan dan pengangkutan. Kegiatan penambangan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan peralatan, antara lain Front end loaders, Dump trucks, Excavators, Bolldozer, Drills, Rockbreakers dan Graders, ditunjang oleh 500 karyawan yang bekerja secara bergiliran selama 24 jam. 4.2 Letak Geografis Secara geografis PT. Karimun Granit yang berada di daerah Kabupaten Karimun terletak pada Bujur Timur dan

32 10 00 Lintang Utara. Suhu udara di daerah ini rata-rata antara 23,1º-33.2ºC dan kelembaban udara rata-rata antara 60%-98%. 4.3 Flora dan Fauna Vegetasi daerah Kabupaten Karimun sebagian berupa hutan sekunder, sebagian dijadikan perkebunan karet, kelapa, cengkeh dan palawija. Hutan lindung gunung karimun memiliki kekayaan flora yang sangat tinggi yaitu sekitar 137 jenis tumbuhan dengan jenis yang mendominasi adalah Meranti Kelat, Mentangor Batu, Kemap, Keruing, dan Cengal. Sedangkan jenis satwa yang banyak ditemukan di hutan lindung gunung karimun antara lain Pelanduk (Tragulus Javanicus), Murai Batu, Babi Hutan, Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Kepodang, dan Kucica (Setiawan 2005). Gambar 2 Peta kegiatan kuari granit dan lokasi pemercontohan batuan di Pulau Karimun

33 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing sifat fisik tanah yang dianalisis. Tabel 5 Nilai sifat fisik tanah Sifat Fisik Tanah Bulk density Porositas (% volume) Air Tersedia (% volume) Permeabilitas (cm/jam) Hutan Alam Tanah Galian Tanah Tererosi lokasi 1 lokasi 2 ratarata lokasi 1 lokasi 2 ratarata lokasi 1 lokasi 2 ratarata 0,55 0,87 0,71 1,2 0,4 0,8 1,22 1,21 1,22 79,21 67,13 73,17 54,54 84,73 69,64 54,13 54,43 54,28 18,23 7,04 12,64 8,19 13, ,52 9,46 6,49 21,63 17,21 19,42 6,78 25,84 16,31 4,53 5,72 5, Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan perbandingan kandungan partikel tanah yang terdiri dari pasir, debu, dan liat. Setiap lokasi memiliki jenis tekstur tanah yang berbeda tergantung dari persentase kandungan partikel tanah. Persentase kandungan partikel tanah pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. (a) (b)

34 (c) Gambar 3 Tekstur tanah pada (a) Hutan alam (b) Tanah galian (c) Tanah tererosi Berdasarkan persentase kandungan pasir, debu dan liat, tekstur tanah pada hutan alam bertekstur sedang yaitu lempung berdebu. Sedangkan pada tanah galian tanahnya bertekstur kasar yaitu pasir berlempung, serta pada tanah tererosi tanahnya bertekstur agak halus yaitu lempung liat berpasir. Penentuan tekstur didasarkan pada segitiga tekstur yang berisi proporsi persentase partikel tanah (Darusman 1989). Tekstur tanah sangat menentukan tinggi rendahnya sifat fisik tanah yang lainnya, karena setiap partikel tanah mempunyai luas permukaan yang berbeda dan ukuran pori tanah yang berbeda. Sehingga tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam penyerapan air dan unsur hara. Kandungan pasir pada tanah galian dan tanah tererosi mengalami kenaikan yang sangat tinggi dari keadaan awal yaitu hutan alam. Kenaikan ini terjadi karena penambangan batu granit yang telah mencapai lapisan tanah paling bawah, semakin ke lapisan bawah maka tanah semakin besar mengandung pasir. Hal ini juga terjadi pada lahan galian tambang pasir pada hutan alam di Pulau Sebaik, Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau (Maryani 2007). Tanah yang baik adalah tanah yang bertektur sedang seperti pada hutan alam. Tekstur tanah yang kasar atau agak kasar mempunyai pori makro yang lebih banyak sehingga sulit untuk menahan air, sedangkan tekstur tanah halus mempunyai pori mikro yang lebih banyak serta mempunyai luas permukaan yang besar sehingga dapat menyulitkan penyerapan air ke dalam tanah.

35 5.1.2 Bulk Density (Bobot Isi) Bulk density pada lokasi penelitian memiliki nilai yang hampir sama, yaitu 0,71 gram/cc untuk hutan alam, 0,8 gram/cc untuk tanah galian, dan 1,22 gram/cc untuk tanah tererosi. Mengacu pada Foth (1988) bulk density pada umumnya berkisar antara 0,1 sampai 0,6 gram/cc, maka nilai bulk density di semua lokasi penelitian tidak masuk ke dalam kisaran tersebut. Namun bulk density pada hutan alam nilainya lebih kecil bila dibandingkan dengan tanah galian dan tanah tererosi yaitu sebesar 0,71 gr/cc. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanah pada hutan alam lebih mudah meneruskan air karena tanahnya tidak terlalu padat daripada tanah pada bekas galian dan tanah tererosi. Sementara itu, bulk density pada tanah tererosi lebih tinggi daripada tanah galian. Hal ini disebabkan karena adanya pemadatan tanah akibat penggunaan alar-alat berat serta kendaraan. Bulk density pada tanah galian mengalami kenaikan sebesar 0,09 gr/cc dan 0,51 gr/cc pada tanah tererosi. Bila dibandingkan dengan lahan hutan alam yang dikonversi menjadi kebun kelapa sawit dengan kenaikan sebesar 0,03 gr/cc, terlihat bahwa pertambangan granit memberikan kenaikan bulk density yang lebih tinggi (Arianto 2008). Gambar 4 Perbandingan nilai bulk density Menurut Hardjowigeno (2003), makin padat suatu tanah atau memiliki bobot isi yang tinggi maka tanah akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Bulk density atau bobot isi merupakan ukuran kepadatan tanah, selain itu juga dapat menunjukkan kepadatan udara dan air serta penerobosan akan

36 tumbuhan ke dalam tanah. Tanah-tanah organik terutama tanah yang masih muda pada umumnya mempunyai kerapatan yang sangat rendah dibanding dengan tanah mineral, tetapi nilai tersebut akan meningkat jika bahan organik mengalami pelapukan lebih lanjut (Purwowidodo 2004). Tabel 6 Hasil analisis ragam bulk density Lokasi 2 0,2902 0,1451 1,17 0,42 Error 3 0,3712 0,1237 Total 5 0,6615 Berdasarkan hasil sidik ragam terhadap kandungan bulk density, diperoleh hasil F-hitung sebesar 1,17 dengan nilai peluang nyata 0,420 dan dapat dikatakan bahwa penambangan granit pada lokasi penelitian tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai bulk density. Akan tetapi jika dilihat dari nilai bulk density pada tanah galian dan tanah tererosi memiliki nilai yang lebih besar, sehingga tetap dapat dikatakan bahwa penambangan batu granit berpengaruh terhadap nilai bulk density Porositas Porositas tanah hutan alam sebesar 73,17 %, porositas tanah galian sebesar 69,64 % dan porositas tanah tererosi 54,28 %. Persentase porositas tanah tersebut menurun dari hutan alam ke tanah galian dan ke tanah tererosi. Porositas tanah galian memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan hutan alam. Hal ini disebabkan kandungan pasir pada tanah galian lebih tinggi sehingga menyebabkan air sulit untuk ditahan oleh tanah. Hutan alam memiliki porositas yang tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa tanah pada hutan alam mempunyai cukup ruang untuk ditempati oleh air dan udara (poreus). Dengan ruang yang cukup untuk ditempati oleh air, maka tanah pada hutan alam dapat menahan air yang masuk untuk kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Penurunan porositas tanah akibat pertambangan batu granit terjadi sebesar 3,53 %. Penurunan porositas tanah juga terjadi pada lahan hutan alam yang dijadikan pertambangan pasir di Pulau Sebaik sebesar 10,52 % (Maryani 2007). Penurunan porositas sebesar 0,89 % terjadi pada lahan hutan alam yang

37 dikonversi menjadi kebun kelapa sawit di Bengkalis, Riau (Arianto 2008). Hal ini dapat membuktikan bahwa hutan alam yang dikonversi menjadi perkebunana ataupun menjadi lahan pertambangan, menyebabkan penurunan porositas tanah. Gambar 5 Perbandingan porositas tanah Porositas adalah proporsi ruang pori total dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara (Hanafiah 2005). Tanah yang memiliki porositas rendah, maka tanah tersebut tidak mempunyai ruang yang cukup untuk pergerakan air dan udara atau tanah tidak poreus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah tererosi memiliki porositas yang lebih rendah daripada lokasi lainnya. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah yang lebih tinggi pada tanah tererosi. Tanah dengan kepadatan tinggi menyebabkan pori tanah menjadi kecil, sehingga ruang pori total menjadi lebih kecil. Selain itu, menurut Hardjowigeno (2003) tekstur tanah juga berpengaruh terhadap porositas. Tanah dengan tekstur kasar atau berpasir seperti pada tanah tererosi dan tanah galian memiliki porositas yang rendah karena memiliki pori-pori makro yang lebih banyak sehingga sulit untuk menahan air. Tabel 7 Hasil analisis ragam porositas tanah Lokasi 2 403,4 201,7 1,14 0,427 Error 3 528,7 176,2 Total 5 932,1

38 Berdasarkan hasil perhitungan secara statistik diperoleh hasil F-hitung sebesar 1,14 dengan nilai peluang nyata 0,427 dan dapat dikatakan bahwa penambangan batu granit tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai porositas tanah. Hal ini dapat juga dilihat pada nilai rataan yang tidak berbeda jauh dari masing-masing lokasi penelitian Air Tersedia Kandungan air tersedia pada hutan alam sebanyak 12,64 %, tanah galian sebanyak 11 % dan tanah tererosi sebanyak 6,49 %. Persentase kandungan air tersedia pada tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Kandungan air tersedia lebih tinggi pada tanah di hutan alam. Hal ini disebabkan karena tanah pada hutan alam memiliki tekstur yang lebih halus daripada tanah galian dan tanah tererosi. Tingginya kandungan air tersedia dalam tanah menyebabkan air yang dapat diserap oleh tanaman pun menjadi lebih banyak, sehingga tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Kandungan air tersedia pada tanah galian dan tanah tererosi lebih kecil daripada tanah pada hutan alam yang disebabkan karena tekstur tanah yang lebih kasar atau banyak mengandung pasir. Hardjowigeno (2003) menyebutkan bahwa tanah yang bertekstur kasar memiliki daya menahan air yang lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Selain itu, disebabkan pula oleh porositas tanah yang kecil sehingga sulit untuk menahan air dalam tanah. Pada lahan hutan alam yang telah dibuka, kandungan air tersedia menurun sebesar 14,48 % (Rahmawati 2007), dan pada lahan hutan alam yang dikonversi menjadi kebun kelapa sawit kandungan air tersedia mengalami penurunan sebesar 3,89 % (Arianto 2008). Sedangkan pada lahan galian pertambangan granit penurunan terjadi sebesar 1,64 %. Bila dibandingkan dengan kedua penelitian yang telah disebutkan, penurunan pada lahan galian pertambangan batu granit terbilang lebih rendah. Akan tetapi, penurunan tersebut tetap saja menyebabkan berkurangnya air tersedia yang dapat diserap oleh tanaman.

39 Gambar 6 Perbandingan persentase air tersedia Air tersedia merupakan air yang dapat disediakan tanah untuk kemudian diserap oleh tanaman. Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik dengan luas permukaan maupun volume ruang pori, sehingga kapasitas tanah untuk menahan air juga berhubungan dengan struktur dan tekstur tanah. Air tersedia dapat ditahan secara maksimum pada tanah dengan tekstur sedang. Secara umum diketahui bahwa tanah berpasir sangat mudah kering dibandingkan tanah liat, karena tanah dengan tekstur lebih halus sangat mudah menahan air tersedia lebih banyak (Foth 1988). Tabel 8 Hasil analisis ragam air tersedia Lokasi 2 40,52 20,26 0,63 0,59 Error 3 96,04 32,01 Total 5 136,56 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam didapatkan hasil F-hitung sebesar 0,63 dengan nilai peluang nyata 0,590 dan dapat dikatakan bahwa kegiatan penambangan granit tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan air tersedia. Akan tetapi, jika dilihat dari perbandingan persentase di masing-masing lokasi penelitian terlihat adanya perbedaan kandungan air tersedia pada tanah.

40 5.1.5 Permeabilitas Permeabilitas tanah merupakan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media dalam keadaan jenuh. Seperti halnya beberapa sifat fisik tanah yang lain, permeabilitas tanah juga dipengaruhi oleh tekstur tanah serta dipengaruhi oleh porositas tanah dan ukuran pori. Permeabilitas tanah pada hutan alam memiliki nilai yang lebih tinggi daripada lokasi penelitian yang lainnya yaitu sebesar 19,42 cm/jam, sehingga dapat dikatakan bahwa kecepatan bergerak cairan dalam tanah pada hutan alam lebih cepat daripada tanah galian maupun tanah tererosi. Menurut Hardjowigeno (2003), tanah pada hutan alam dan tanah galian memiliki permeabilitas tanah yang cepat (nilai rata-rata permeabilitas 12,5-25,0 cm/jam). Sedangkan tanah tererosi memiliki permeabilitas tanah yang sedang dengan nilai rata-rata berkisar antara 2,0-6,5 cm/jam. Permeabilitas tanah mengalami penurunan paling tinggi pada tanah tererosi, hal ini disebabkan karena tanah pada lokasi tersebut lebih padat daripada lokasi yang lain dengan nilai bulk density yang tinggi sehingga pori-pori tanah mengecil dan menyebabkan air sulit untuk bergerak atau berpindah ke lapisan bawah. Permeabilitas pada tanah galian mengalami penurunan sebesar 3,11 cm/jam. Hal ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan pada hutan alam yang dibuka lahannya di TWA Sibolangit yaitu sebesar 12,75 cm/jam (Rahmawati 2007). Penurunan yang hampir sama juga terjadi pada lahan galian pasir di Pulau Sebaik yaitu sebesar 12,33 cm/jam. Gambar 7 Perbandingan persentase permeabilitas tanah

41 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk permeabilitas tanah didapatkan hasil F-hitung sebesar 1,77 dengan nilai peluang 0,311 maka dapat dikatakan bahwa kegiatan penambangan granit tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan permeabilitas tanah. Namun, penambangan granit tetap dikatakan berpengaruh terhadap nilai permeabilitas tanah karena menyebabkan terjadinya penurunan nilai permeabilitas tanah pada lokasi tanah galian dan tanah tererosi. Tabel 9 Hasil analisis ragam permeabilitas tanah Lokasi 2 226,08 113,04 1,77 0,311 Error 3 192,12 64,04 Total 5 418,2 5.2 Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah yang di analisis adalah ph, C-organik, unsur-unsur makro dan beberapa unsur mikro. Berikut adalah nilai masing-masing sifat kimia tanah yang dianalisis. Tabel 10 Nilai sifat kimia tanah Sifat Kimia Hutan Alam Tanah Galian Tanah Tererosi Tanah lokasi lokasi ratarata 1 2 rata 1 2 rata lokasi lokasi rata- lokasi lokasi rata- 1 2 ph 4,52 4,5 4,51 5,05 5,7 5,38 5,25 5 5,13 C-Organik (%) 13,06 9,54 11,3 0,3 0,51 0,41 0,47 0,66 0,57 N Total (%) 0,4 0,38 0,39 0,02 0,04 0,03 0,05 0,07 0,06 P Bray (ppm) 7,6 16,3 11,95 1,7 2,9 2,3 10,7 5,3 8 Ca (me/100g) 2,17 4,25 3,21 0,62 1,16 0,89 0,44 1,55 1 Mg (me/100g) 0,64 0,85 0,75 0,27 0,33 0,3 0,3 0,38 0,34 K (me/100g) 0,04 0,05 0,05 0,03 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03 Na (me/100g) 0,09 0,1 0,1 0,03 0,02 0,03 0,04 0,02 0,03 KTK 21,72 20,09 20,91 4,56 0,98 2,77 4 3,18 3,59 (me/100g) Fe (ppm) 21,05 20,1 20,58 9,95 48,1 29,03 2,35 3 2,68 Zn (ppm) 2,8 1,4 2,1 2,6 2 2,3 1,5 0,6 1,05 Mn (ppm) 17,1 23,05 20,08 0,55 5,2 2,88 0,65 0,75 0, Reaksi Tanah Jenis tanah pada lokasi penelitian adalah tanah tua Ultisol yang bersifat masam. Kemasaman tanah pada ketiga lokasi penelitian memiliki nilai yang berbeda. Nilai ph pada hutan alam menurut Poerwowidodo (1991) termasuk ke

42 dalam kelas sangat asam yaitu 4,51. Sedangkan nilai ph pada tanah galian dan tanah tererosi termasuk ke dalam kelas asam dengan masing-masing nilai 5,38 dan 5,13. Nilai ph pada tanah galian dan tanah tererosi memiliki nilai yang lebih tinggi dari ph hutan alam, disebabkan penggunaan air yang memiliki ph netral pada saat pengukuran ph tanah sehingga terjadi penambahan ion OH - yang menyebabkan kenaikan ph. Selain itu, dapat pula disebabkan karena kondisi lahan yang lebih kering daripada lahan hutan alam, karena pada umumnya kandungan ion OH - lebih tinggi daripada ion H +. Gambar 8 Nilai ph pada lokasi penelitian Reaksi tanah atau ph (potential of hydrogen) menunjukkan sifat kemasaman tanah. Nilai ph merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kelarutan unsur-unsur hara serta mempengaruhi aktifitas jasad-jasad renik pada tanah (Dikti 1991b). Menurut Hardjowigeno (2003), pada umumnya ph tanah berkisar antara 3,0-9,0. Unsur hara lebih mudah diserap akar tanaman pada ph netral, selain itu pada ph netral kandungan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman juga tersedia dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan perhitungan secara statistik diperoleh nilai F-hitung untuk ph tanah sebesar 4,90 dengan nilai peluang nyata 0,113 dan dapat dikatakan bahwa besarnya nilai ph tanah tidak dipengaruhi oleh kegiatan penambangan batu granit.

43 Tabel 11 Hasil analisis ragam ph Lokasi 2 0,7926 0, ,9 0,113 Error 3 0,2427 0,0809 Total 5 1, C-Organik C-Organik merupakan penyusun utama bahan organik yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Sehingga, ketersediaan C-Organik harus tetap dipertahankan agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak berkurang. Persentase kandungan C-Organik pada hutan alam berdasarkan Tabel 3 termasuk kedalam kriteria sangat tinggi dengan nilai 11,3 %. Sedangkan kandungan C-Organik pada tanah galian dan tanah tererosi termasuk kriteria sangat rendah dengan nilai kurang dari 1,00 %. Dari rata-rata persentase kandungan C-Organik di tiap lokasi penelitian dapat terlihat jelas bahwa penambangan pasir dapat menurunkan kandungan C-Organik yang sangat besar pada tanah. Penurunan yang terjadi hampir mencapai 100 %. Penurunan kandungan C-Organik pada tanah galian pertambangan granit adalah sebesar 10,89 %. Penurunan tersebut tergolong penurunan yang sangat tinggi, hal yang sama juga terjadi pada lahan hutan alam yang di jadikan area pertambangan pasir di Pulau Sebaik yaitu sebesar 3,47 % (Maryani 2007). Penurunan kandungan C-Organik juga terjadi pada lahan hutan alam yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit yaitu sebesar 0,28 % (Arianto 2008), dan pada lahan hutan alam yang dibuka sebesar 6,22 % (Rahmawati 2007).

44 Gambar 9 Persentase kandungan C-Organik Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk C-Organik diperoleh hasil F- hitung sebesar 37,52 dengan nilai peluang nyata 0,008. Sehingga dapat disimpulkan dalam taraf nyata 5 % kegiatan penambangan granit berpengaruh terhadap perubahan kandungan C-Organik atau minimal ada satu pasang perlakuan yang berbeda nilainya terhadap C-Organik. Kemudian untuk mengetahui lokasi dengan nilai C-Organik yang berbeda nyata, dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey, dan diketahui bahwa nilai C-Organik pada hutan alam berbeda nyata dengan nilai C-Organik pada tanah galian dan tanah tererosi. Sedangkan nilai C-Organik pada tanah galian dan tanah tererosi tidak berbeda nyata. Tabel 12 Hasil analisis ragam C-Organik Lokasi 2 155,98 77,989 37,52 0,008 Error 3 6,235 2,078 Total 5 162, Kapasitas Tukar Kation (KTK) Kapasitas tukar kation (KTK) didefinisikan sebagai jumlah total kation yang dapat ditukar, yang dinyatakan dalam milliekuivalen per 100 gram tanah kering oven (me/100g). Pada sebagian besar tanah bahan organik merupakan komponen dengan kapasitas tukar kation paling besar, sehingga dapat dikatakan

45 bahwa kapasitas tukar kation dipengaruhi oleh jumlah dan bahan organik serta liat (Foth 1988). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai KTK yang tinggi pada hutan alam yaitu 20,91 me/100g. Nilai KTK yang tinggi pada hutan alam disebabkan karena pada hutan alam masih banyak terdapat bahan organik seperti yang terlihat pada pembahasan sebelumnya. Sebaliknya pada tanah galian dan tanah tererosi kandungan bahan organiknya rendah sehingga nilai KTK pada lokasi tersebut pun rendah. Berdasarkan pada Tabel 3 nilai KTK pada hutan alam termasuk ke dalam kategori sedang yaitu berkisar me/100g, sedangkan tanah galian dan tanah tererosi termasuk ke dalam kriteria sangat rendah dengan nilai KTK kurang dari 5 me/100g. Perbandingan nilai KTK pada ketiga lokasi dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Perbandingan nilai KTK tanah Nilai KTK tanah pada tanah galian mengalami penurunan sebesar 18,14 me/100g dan sebesar 17,32 me/100g pada tanah tererosi. Penurunan KTK juga terjadi pada pembukaan lahan hutan di TWA Sibolangit yaitu sebesar 15,92 me/100g (Rahmawati 2007). Selain itu, penurunan sebesar 9,83 me/100g terjadi paha lahan hutan alam yang dijadikan pertambangan pasir (Maryani 2007). Berdasarkan hasil analisis ragam diperoleh nilai F-hitung sebesar 77,96 dengan nilai peluang nyata 0,003 maka dapat dikatakan bahwa penambangan granit berpengaruh terhadap perubahan nilai KTK tanah minimal ada satu pasang

46 perlakuan yang berbeda nilainya terhadap KTK. Kemudian berdasarkan uji lanjut Tukey dengan taraf nyata 5 % dapat diketahui bahwa nilai KTK pada hutan alam berbeda nyata dengan nilai KTK pada tanah galian dan tanah tererosi. Sedangkan tanah galian dan tanah tererosi memiliki nilai KTK yang tidak berbeda nyata. Tabel 13 Hasil analisis ragam KTK Lokasi 2 419,57 209,79 77,96 0,003 Error 3 8,07 2,69 Total 5 427, N-Total Jumlah N-Total terbesar adalah pada hutan alam dengan persentase sebesar 0,39 persen. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik pada hutan alam lebih tinggi daripada tanah galian dan tanah tererosi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Nilai N-Total pada hutan alam termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan pada tanah galian dan tanah tererosi termasuk ke dalam kategori sangat rendah. Perbandingan persentase nilai N-Total dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Perbandingan persentase nilai N-Total Kandungan nitrogen pada tanah galian turun sebesar 0,36 % dan 0,33 % pada tanah tererosi. Penurunan nilai nitrogen tersebut termasuk tinggi bila dibandingkan dengan pada lahan hutan alam yang dijadikan penambangan pasir yaitu sebesar 0,18 % (Maryani 2007).

47 Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting karena dapat mempengaruhi pembentukan protein dan merupakan bagian yang integral dari klorofil (Dikti 1991b). Nitrogen yang tersedia di dalam tanah yang dapat diserap oleh tanaman adalah dalam bentuk ion nitrat (NO 3 - ) dan amonium (NH 4 + ). Kedua bentuk N ini diperoleh sebagai hasil dekomposisi bahan organik yang berasal dari tumbuhan dan binatang. Tabel 14 Hasil analisis ragam N-total Lokasi 2 0,1596 0, ,000 Error 3 0,0006 0,0002 Total 5 0,1602 Berdasarkan hasil perhitungan analisis sidik ragam diperoleh hasil F- hitung sebesar 399,00 dengan nilai peluang nyata 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa penambangan granit berpengaruh terhadap perubahan nilai N-Total pada lokasi penelitian atau minimal ada satu pasang perlakuan yang berbeda nilainya terhadap N-Total. Hasil uji lanjut Tukey dengan taraf nyata 5 % dapat diketahui bahwa nilai N-Total pada hutan alam berbeda nyata dengan nilai N-Total pada tanah galian dan tanah tererosi. Sedangkan nilai N-Total pada tanah galian dan tanah tererosi tidak berbeda nyata P-Bray Pada penelitian diperoleh nilai P terbesar pada tanah di hutan alam yaitu sebesar 11,95 ppm, dan terendah pada tanah galian yaitu sebesar 8,00 ppm, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 12. Nilai P mengalami penurunan pada tanah galian disebabkan karena pada tanah galian sedikit mengandung bahan organik akibat proses penambangan granit. Nilai P-Bray pada hutan alam termasuk ke dalam kategori rendah, sedangkan pada tanah galian dan tanah tererosi termasuk ke dalam kategori sangat rendah. Rendahnya nilai P-Bray karena rendahnya nilai ph pada semua lokasi, sebab P tersedia dalam jumlah yang optimal pada ph diatas 6,0 (Foth 1988).

48 Gambar 12 Perbandingan nilai P-Bray Kandungan fosfor dalam tanah galian penambangan batu granit menurun sebesar 9,65 %. Penurunan ini lebih besar bila dibandingkan dengan tanah galian pertambangan pasir yaitu sebesar 0,9 % (Maryani 2007), dan hutan alam yang terbuka sebesar 4,11 % (Rahmawati 2007). Fosfor merupakan unsur hara utama yang apabila tersedia dalam jumlah yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman (Dikti 1991b). Pertumbuhan tanaman akan terhambat jika P tersedia dalam jumlah yang kecil, sehingga diperlukan kandungan P yang cukup dalam tanah agar tanaman yang tumbuh dapat berkembang dengan baik. Tabel 15 Hasil analisis ragam P-Bray Lokasi 2 94,14 47,07 2,66 0,217 Error 3 53,15 17,72 Total 5 147,29 Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dapat disimpulkan bahwa penambangan granit tidak berpengaruh terhadap besarnya nilai P-Bray dengan nilai F-hitung sebesar 2,66 dan nilai peluang nyata 0,217.

49 5.2.6 Kalium (K) Kalium merupakan salah satu unsur yang cukup tinggi dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi ketersediaan kalium pada tanah adalah ph tanah. Berdasarkan Foth (1988) kalium tersedia dengan jumlah yang cukup pada ph di atas 6,0. Jumlah ketersediaan kalium dalam tanah pada lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori sangat rendah yaitu kurang dari 0,1 me/100g, hal ini disebabkan karena ph yang rendah pada setiap lokasi penelitian yaitu berkisar antara 4,5 sampai dengan 5,7. Namun apabila dibandingkan diantara ketiganya ketersediaan kalium lebih banyak pada tanah hutan alam yang masih memiliki banyak pelapukan mineral tanah, sebab menurut Hardjowigeno (2003) kalium yang diperoleh dari tanah merupakan hasil pelapukan mineralmineral primer tanah. Gambar 13 Perbandingan kandungan Kalium Penurunan nilai kandungan kalium pada tanah galian dan tanah tererosi sebesar 0,02 me/100g. Nilai tersebut masih tersebut hampir sama dengan penurunan pada tanah galian pasir yaitu sebesar 0,03 me/100g (Maryani 2007). Berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh nilai F-hitung sebesar 6,50 dengan nilai peluang nyata 0,81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambangan granit tidak berpengaruh secara nyata terhadap kandungan kalium dalam tanah. Hal ini dapat juga terlihat dari nilai rataan kalium pada setiap lokasi pada Gambar 13.

50 Tabel 16 Hasil analisis ragam kalium Lokasi 2 0,0004 0, ,5 0,081 Error 3 0,0001 0, Total 5 0, Kalsium (Ca) Ketersediaan kalsium pada lokasi penelitian sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah yang masam dengan ph yang rendah (Foth 1988). Kalsium tersedia dalam jumlah yang cukup pada kisaran 7,0-8,5, dan kandungan kalsium berkurang ph kurang dari 7,0 serta lebih tinggi dari 8,5. Dibandingkan dengan lokasi penelitian yang lainnya hutan alam memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi sebab pada hutan alam masih terdapat mineral-mineral primer yang dapat menghasilkan kalsium dalam bentuk Ca 2+. Kandungan kalsium pada hutan alam termasuk kriteria rendah (2-5 me/100g), sedangkan pada tanah galian dan tanah tererosi kandungan kalsium termasuk ke dalam kategori sangat rendah dengan nilai kurang dari 2 me/100g. Perbandingan kandungan kalsium pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Perbandingan kandungan kalsium Penurunan kandungan kalsium sebesar 2,32 me/100g terjadi pada tanah galian penambangan batu granit. Bila dibandingkan dengan tanah galian penambangan pasir, niali tersebut masih tergolong rendah. Penurunan kandungan

51 kalsium pada tanah galian penambangan pasir yaitu sebesar 5,16 me/100g (Maryani 2007). Hal sebaliknya terjadi pada lahan hutan yang dijadikan perkebunan kelapa sawit, yaitu mengalami kenaikan sebesar 1,715 me/100g. Kenaikan tersebut disebabkan adanya suplai dari abu sisa pembakaran pada proses konversi lahan (Arianto 2008). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa nilai F-hitung untuk kandungan kalsium sebesar 3,52 dengan nilai peluang nyata 0,163. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan penambangan granit tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan kalsium dalam tanah. Tabel 17 Hasil analisis ragam kalsium Lokasi 2 6,8664 3,4332 3,52 0,163 Error 3 2,925 0,975 Total 5 0, Magnesium (Mg) Seperti halnya kalsium, magnesium berasal dari mineral-mineral tanah yang dikeluarkan dalam bentuk Mg 2+. Kandungan magnesium hutan alam lebih tinggi daripada tanah galian dan tanah tererosi. Hal ini disebabkan tanah pada hutan alam masih banyak mengandung mineral-mineral tanah. Kandungan Mg pada hutan alam termasuk ke dalam kriteria rendah yaitu berkisar antara 0,4-1,0 me/100g, sedangkan Mg pada tanah galian dan tanah tererosi termasuk ke dalam kriteria sangat rendah dengan nilai kurang dari 0,4 me/100g. Secara keseluruhan kandungan magnesium termasuk kurang, karena magnesium tersedia cukup pada ph 6,5-9,0 (Foth 1988). Perbandingan kandungan magnesium pada setiap lokasi dapat dilihat pada Gambar 15. Kandungan magnesium pada tanah galian penambangan batu granit terjadi sebesar 0,45 me/100g. Sedangkan pada tanah galian penambangan pasir penurunan kandungan magnesium terjadi sebesar 1,02 me/100g (Maryani 2007). Sebaliknya pada lahan hutan yang dikonversi menjadi perkebunan sawit terjadi kenaikan kandungan magnesium yaitu sebesar 0,77 me/100g (Arianto 2008).

52 Gambar 15 Perbandingan kandungan magnesium Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh nilai F-hitung untuk Mg sebesar 13,44 dengan nilai peluang nyata 0,032. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan penambangan granit berpengaruh nyata terhadap kandungan magnesium dalam tanah minimal ada satu pasang perlakuan yang berbeda nilainya terhadap Mg. Kemudian berdasarkan uji Tukey dapat diketahui bahwa kandungan Mg pada hutan alam berbeda nyata dengan kandungan Mg pada tanah galian dan tanah tererosi. Sedangkan kandungan Mg pada tanah galian dan tanah tererosi tidak berbeda nyata. Tabel 18 Hasil analisis ragam magnesium Lokasi 2 0,2424 0, ,44 0,032 Error 3 0,0271 0,00902 Total 5 0, Natrium (Na) Natrium (Na) merupakan salah satu unsur hara mikro penunjang untuk pertumbuhan tanaman. Selain sebagai unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah 2005). Pada lokasi penelitian kandungan Na pada tanah galian dan tanah tererosi termasuk sangat rendah dengan nilai kurang dari 0,1 me/100g, sedangkan pada hutan alam kandungan Na termasuk rendah. Perbandingan kandungan natrium pada setiap lokasi dapat dilihat pada Gambar 16.

53 Kandungan natrium pada tanah galian penambangan batu granit mengalami penurunan sebesar 0,07 me/100g. Penurunan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan kandungan natrium pada tanah galian penambangan pasir yaitu sebesar 0,02 me/100g (Maryani 2007). Gambar 16 Perbandingan kandungan natrium Berdasarkan perhitungan secara statistik dengan sidik ragam diperoleh hasil F-hitung sebesar 30,50 dengan nilai peluang nyata 0,010. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan penambangan granit berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan Na dalam tanah minimal ada satu pasang perlakuan yang berbeda nilainya terhadap Na. Sedangkan berdasarkan uji lanjut dapat diketahui bahwa kandungan Na pada hutan alam berbeda nyata dengan kandungan Na pada tanah galian dan tanah tererosi, serta kandungan Na pada tanah galian dan tanah tererosi tidak berbeda nyata. Tabel 19 Hasil analisis ragam natrium Lokasi 2 0,0061 0, ,5 0,01 Error 3 0,0003 0,0001 Total 5 0, Besi (Fe) Kandungan besi dalam tanah berkisar antara 5 % dan bervariasi pada berbagai tanah (Dikti 1991b). Fe dapat bersifat racun pada ph dibawah 6,0 serta dapat menjadi pengendap ion fosfat. Kandungan Fe pada lokasi penelitian paling

54 tinggi adalah pada tanah galian, yang menyebabkan kurangnya kandungan P-Bray pada tanah galian akibat terendapkan. Pada umumnya unsur hara mikro seperti Fe diperlukan tanaman dalam jumlah yang sedikit atau cukup untuk tanaman tersebut, akan tetapi jika kandungan Fe sangat rendah seperti pada tanah tererosi juga akan menyebabkan kekurangan Fe. Kekurangan Fe tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat karena Fe merupakan katalisator atau bagian sistem enzimatik dalam pembentukan klorofil juga sebagai penyusun enzim dan protein (Hardjowigeno 2003). Perbandingan nilai kandungan Fe pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 Perbandingan kandungan Fe dalam tanah Berdasarkan perhitungan secara statistika dapat diperoleh nilai F-hitung sebesar 1,49 dengan nilai peluang nyata 0,355, maka dapat disimpulkan bahwa penambangan granit tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Fe dalam tanah. Tabel 20 Hasil analisis ragam Fe Lokasi 2 724, ,49 0,355 Error 3 728,4 242,8 Total , Seng (Zn) Kandungan seng dalam tanah bervariasi antara ppm. Defisiensi seng biasanya pada tanah berkapur dimana ph yang tinggi menyebabkan kurangnya ketersediaan seng, dan pada tanah berpasir yang asam dimana seng

55 telah tercuci dari tanah (Foth 1988). Dalam Dikti (1991b) disebutkan bahwa salah satu sumber kadar seng dalam tanah berasal dari batuan beku seperti granit dan basalt. Hal ini terbukti dari kandungan seng (Zn) yang paling tinggi pada tanah galian. Selain itu seng juga bersumber dari bahan organik dengan kadar yang bervariasi. Kandungan Zn pada hutan alam hampir sama dengan tanah galian, hal ini disebabkan karena pada hutan alam masih banyak terdapat bahan organik. Gambar 18 Perbandingan kandungan seng (Zn) dalam tanah Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh nilai F-hitung sebesar 1,73 dengan nilai peluang nyata 0,317, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan penambangan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan seng. Tabel 21 Hasil analisis ragam seng Lokasi 2 1,8033 0,9017 1,73 0,317 Error 3 1,565 0,5217 Total 5 3, Mangan (Mn) Mangan pada tanah dijumpai pada mineral dan batuan induk. Seperti halnya besi, pada beberapa tanah asam mangan terdapat dalam konsentrasi yang dapat menimbulkan keracunan. Kemudian kekurangan mangan terjadi pada tanah dengan alkalinitas yang tinggi, karena mangan banyak tersedia pada tanah dengan

56 ph rendah atau tanah asam. Pada hasil penelitian, kandungan mangan yang paling tinggi yaitu pada tanah hutan. Hal ini disebabkan pada hutan alam masih banyak mengandung mineral dan batuan induk yang merupakan sumber mangan dalam tanah. Kandungan Mn pada tanah galian penambangan batu granit sebesar 17,2 ppm dan 19,38 ppm pada tanah tererosi. Penurunan tersebut sangat tinggi nilainya jika dibandingkan dengan tanah galian penambangan pasir yang hanya sebesar 2,3 ppm (Maryani 2007). Gambar 19 Perbandingan kandungan mangan (Mn) dalam tanah Berdasarkan perhitungan analisis sidik ragam diperoleh nilai F-hitung untuk mangan sebesar 23,70 dengan nilai peluang nyata 0,015, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penambangan granit berpengaruh nyata terhadap perubahan kandungan mangan (Mn) minimal ada satu pasang perlakuan yang berbeda nilainya terhadap Mn. Kemudian berdasarkan uji Tukey dapat diketahui bahwa kandungan Mn pada hutan alam berbeda nyata dengan hutan galian dan hutan tererosi, sedangkan kandungan Mn pada tanah galian dan tanah tererosi tidak berbeda nyata. Tabel 22 Hasil analisis ragam mangan Lokasi 2 450,64 225,32 23,7 0,015 Error 3 28,52 9,51 Total 5 479,16

57 5.3 Sifat Biologi Tanah Sifat biologi tanah yang di analisis adalah total mikroorganisme tanah, jumlah fungi tanah, jumlah bakteri pelarut P, serta total respirasi tanah. Berikut adalah nilai masing-masing sifat biologi tanah yang dianalisis. Tabel 23 Nilai sifat biologi tanah Sifat Biologi Tanah Mikroorganisme Tanah( x 10 6 spk/g) Fungi Tanah (x 10 4 spk/g) Bakteri Pelarut P (x 10 3 spk/g) Respirasi Tanah (mgc-co 2 /kg tanah/hari) Hutan Alam Tanah Galian Tanah Tererosi lokasi 1 lokasi 2 ratarata lokasi 1 lokasi 2 ratarata lokasi 1 lokasi 2 ratarata 70, , ,5 9 5,75 6,5 6,5 6,5 1,5 38, ,5 0, ,5 2,75 3 2,5 2,75 12,6 15,6 14,1 14,1 17,1 15,6 20,4 10,2 15, Total Mikroorganisme Tanah Total mikroorganisme dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah, karena pada tanah subur jumlah mikroorganismenya tinggi. Pada umumnya mikroorganisme yang ada dalam tanah adalah Azotobacter, Pseudomonas, Bacillus, Rhizobium, Nitrobacter, Nitrosomonas, dan lain sebagainya. Total mikroorganisme pada lokasi penelitian paling tinggi pada hutan alam yaitu sebanyak 67,25 x 10 6 spk/g, dan nilai terendah pada tanah tererosi yaitu sebanyak 5,75 x 10 6 spk/g. Dari jumlah total mikroorganisme tersebut dapat terlihat jelas bahwa hutan alam memiliki kesuburan tanah yang sangat tinggi. Dengan banyaknya jumlah mikroorganisme yang hidup pada hutan alam mengindikasikan bahwa pada tanah di hutan alam tersedia udara, air, hara serta kebutuhan lainnya yang cukup banyak, sehingga tanaman pun akan tumbuh dengan baik. Pada tanah galian dan tanah tererosi kesuburan tanahnya kurang akibat adanya pemadatan tanah yang mengakibatkan tanah tidak dapat menyerap air dan unsur hara dengan baik. Tabel 24 Hasil analisis ragam total mikroorganisme tanah Lokasi ,6 1891,3 76,42 0,003 Error 3 74,3 24,8 Total ,8

58 Total mikroorganisme tanah pada tanah galian penambangan batu granit mengalami penurunan sebesar 31,25 x 10 6 spk/g. Sedangkan pada tanah galian penambangan pasir penurunan terjadi sebesar 16,00 x 10 6 spk/g (Maryani 2007), dan pada pembukaan lahan hutan sebesar 5,03 x 10 6 spk/g (Rahmawati 2007). Sehingga dapat terlihat jelas bahwa penambangan batu granit menyebabkan penurunan kandungan total mikroorganisme tanah paling tinggi. Berdasarkan analisis sidik ragam diperoleh nilai F-hitung sebesar 76,42 dengan nilai peluang nyata 0,003. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penambangan granit berpengaruh nyata terhadap jumlah total mikroorganisme yang hidup dalam tanah minimal ada satu pasang perlakuan yang berbeda nilainya terhadap total mikroorganisme tanah. Hasil uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa jumlah mikroorganisme tanah pada hutan alam, tanah galian, dan tanah tererosi berbeda nyata. Gambar 20 Perbandingan total mikroorganisme tanah Jumlah Fungi Tanah Fungi aktif dalam tanah pada tahap awal proses dekomposisi bahan organik (Anas 1989). Hal ini dibuktikan dengan jumlah fungi pada tanah galian yang paling tinggi yaitu 20 x 10 4 spk/g, karena pada tanah galian akan dimulai kembali proses dekomposisi bahan organik. Pada hutan alam jumlah fungi tidak terlalu banyak yaitu 6,5 x 10 4 spk/g, hal ini disebabkan proses dekomposisi bahan

59 organik telah masuk ke tahap yang lebih lanjut. Sedangkan pada tanah tererosi jumlah fungi sangat rendah dibandingkan dengan yang lain karena belum adanya proses dekomposisi bahan organik. Jumlah fungi tanah pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21 Perbandingan jumlah fungi tanah Kandungan fungi tanah pada tanah galian penambangan granit meningkat sebesar 13,5 x 10 4 spk/g. Peningkatan juga terjadi pada tanah galian penambangan pasir yaitu sebesar 1,25 x 10 4 spk/g (Maryani 2007). Sebaliknya pada lahan hutan yang dibuka, kandungan fungi tanah menurun sebesar 18, 42 x 10 4 spk/g (Rahmawati 2007), dan pada lahan konversi perkebunan sawit sebesar 10,00 x 10 4 spk/g (Arianto 2008). Berdasarkan perhitungan secara statistik diperoleh hasil F-hitung 0,85 dan nilai peluang nyata 0,508, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan penambangan granit tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah fungi tanah. Tabel 25 Hasil analisis ragam jumlah fungi tanah Lokasi 2 390,6 195,3 0,85 0,508 Error 3 685,6 228,5 Total , Jumlah Bakteri Pelarut P Bakteri pelarut P adalah bakteri yang dapat menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat melarutkan fosfat tanah

60 (Santosa et al 1999 dalam Mardiana 2007). Mikrobia yang terlibat umumnya bakteri spesies Pseudomonas dan Bacillus (Hanafiah 2005). Pada lokasi penelitian, jumlah bakteri pelarut fosfat sangat rendah. Walaupun pada tanah galian dan tanah tererosi memiliki jumlah yang lebih besar dari hutan alam yaitu sebesar 2,75 x 10 3 spk/g, namun nilainya tidak jauh berbeda dengan hutan alam dan masing tergolong rendah. Jumlah bakteri pelarut P pada tanah galian penambangan granit mengalami kenaikan sebesar 1,75 x 10 3 spk/g. Keadaan sebaliknya terjadi pada penambangan pasir yaitu mengalami penurunan sebesar 13,5 x 10 3 spk/g (Maryani 200). Penurunan juga terjadi pada pembukaan lahan hutan alam yaitu sebesar 22,27 x 10 3 spk/g (Rahhmawati 2007). Tabel 26 Hasil analisis ragam jumlah bakteri pelarut P Lokasi 2 4,083 2,042 0,36 0,727 Error 3 17,25 5,75 Total 5 21,333 Berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh nilai F-hitung sebesar 0,36 dengan nilai peluang nyata 0,727. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penambangan granit tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah bakteri pelarut P yang terdapat dalam tanah. Hal ini dapat juga terlihat dari nilai rataan kalium pada setiap lokasi pada Gambar 22. Gambar 22 Perbandingan jumlah bakteri pelarut P

61 5.3.4 Total Respirasi Tanah Pengukuran respirasi tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Kecepatan respirasi lebih mencerminkan aktivitas metabolik daripada jumlah, tipe atau perkembangan mikroorganisme tanah (Anas 1989). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh total respirasi tanah yang tidak jauh berbeda nilainya pada setiap lokasi seperti yang terlihat pada Gambar 23. Seperti yang telah disebutkan di atas, kecepatan respirasi yang diukur lebih mencerminkan aktivitas metabolik daripada jumlah, tipe atau perkembangan mikroorganisme tanah, sehingga tidak dapat dipastikan dengan jelas bahwa tingginya nilai respirasi pada tanah galian disebabkan banyaknya jumlah mikroorganisme tanah yang hidup di tanah galian. Akan tetapi, jika dilihat pada hasil dan pembahasan sebelumnya mengenai total jumlah mikroorganisme tanah, maka dapat dipastikan bahwa tingginya nilai respirasi pada tanah galian disebabkan tingginya aktivitas metabolik mikroorganisme itu sendiri. Gambar 23 Perbandingan total respirasi tanah Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh hasil F-hitung 0,06 dengan nilai peluang nyata 0,941, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penambangan granit tidak berpengaruh nyata terhadap total respirasi tanah. Tabel 27 Hasil analisis ragam total respirasi tanah Lokasi 2 2,52 1,26 0,06 0,941 Error 3 61,02 20,34 Total 5 63,54

62 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut. a) Kegiatan pertambangan granit menyebabkan perubahan pada sifat fisik tanah yaitu berupa kenaikan bulk density; serta mengalami penurunan pada porositas tanah, air tersedia, dan permeabilitas. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, kegiatan pertambangan granit tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter sifat fisik tanah. Akan tetapi jika dilihat dari nilai rata-rata setiap sifat fisik tanah, kegiatan pertambangan granit berpengaruh terhadap sifat fisik tanah khususnya pada tanah tererosi. b) Kegiatan pertambangan granit menyebabkan perubahan pada sifat kimia tanah yaitu berupa kenaikan ph, Fe, dan Zn; serta penurunan kandungan C-Organik, KTK, N-Total, P-Bray, K, Ca, Mg, Na, dan Mn. Hasil analisis sidik ragam kegiatan pertambangan pasir berpengaruh nyata pada kandungan C-Organik, KTK, N-Total, Mg, dan Na; sedangkan pada ph, P-Bray, K, Ca, Fe, Zn, dan Mn kegiatan pertambangan pasir tidak berpengaruh nyata. c) Kegiatan pertambangan granit menyebabkan perubahan pada sifat biologi tanah yaitu berupa kenaikan jumlah fungi tanah, total bakteri pelarut P, dan total respirasi tanah; serta penurunan total mikroorganisme tanah. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam kegiatan pertambangan granit hanaya berpengaruh nyata terhadap total mikroorganisme tanah. 6.2 Saran a) Perlu diadakan kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang, misalnya penimbunan kembali lubang-lubang bekas galian agar tidak menimbukan genangan dan dapat dilakukan penanaman pada lahan yang sudah tidak digunakan.

63 b) Perlu dilakukan penelitian tentang jenis tanaman atau pohon untuk digunakan dalam penanaman di lahan bekas tambang granit yang sesuai dengan informasi kondisi lahan yang didapatkan pada penelitian ini, misalnya Meranti. c) Perlu pula dilakukan penelitian mengenai usaha untuk memperbaiki kondisi lahan di lahan bekas tambang granit.

64 DAFTAR PUSTAKA Abdullah Tanah Gambut: Genesis, Karakteristik, Penggunaan, Kendala dan Penyebarannya di Indonesia. Bogor: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Anas I Petunjuk Laboratorium: Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor: PAU Bioteknologi IPB. Arianto CI Perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada hutan alam yang diubah menjadi kebun kelapa sawit (studi kasus PT. Adey Crumber Rumbber Desa Penaso Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau) [skripsi]. Bogor: Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Darusman LK Kimia Fisik Tanah. Bogor: PAU Bioteknologi IPB. [Dikti] Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1991a. Kimia Tanah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. [Dikti] Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 1991b. Kesuburan Tanah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat Komoditas Andalan NTB: Granit (Granodiorit). [23 Agustus 2008]. Fauzi A Dari 13 perusahaan tambang baru 6 (enam) perusahaan ajukan ijin eksplorasi di kawasan hutan lindung. php?q=id/node/1823. [27 Agustus 2008]. Foth HD Dasar-dasar Ilmu Tanah. Purbayanti ED, Lukiwati DR, Trimulatsih R, penerjemah; Hudoyo SAB, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Fundamentals of Soil Science. Hanafiah KA Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hanafiah KA, Napoleon A, Ghofar N Biologi Tanah: Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hardjowigeno HS Ilmu Tanah. Jakarta: CV Akademika Pressindo. Istomo Bahan Bacaan Ekologi Hutan: Lingkungan Fisik Ekologi Hutan. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

65 Maryani IS Dampak penambangan pasir pada lahan hutan alam terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (studi kasus di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) [skripsi]. Bogor: Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Mattjik AA, Sumertajaya IM Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dn Minitab Jilid I. Bogor: IPB Press. Poerwowidodo Genesa Tanah: Proses Genesa dan Morfologi. Jakarta: Rajawali Pers. Purwowidodo Mengenal Tanah. Bogor: Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL Aspek Lingkungan dalam AMDAL Bidang Pertambangan. Jakarta: Bapedal. Rahmawati NE Dampak pembukaan lahan hutan terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (studi kasus di Taman Wisata Alam Sibolangit Deli Serdang) [skripsi]. Bogor: Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB. Setiawan AD Tanah pasca penambangan di hutan lindung. lind.htm. [26 Agu 2008]. Tan KH Principles of Soil Chemistry, second edition. New York: Marcel Dekker Inc. Wikipedia Pertambangan. [23 Mei 2009]

66 LAMPIRAN

67 Lampiran 1 Data hasil analisis sifat fisik tanah LABORATORIUM PENGARUH HUTAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN IPB Kampus IPB Darmaga Gedung Fahutan Lt.2 Kotak Surat 168 Telp. (0251) Nama Pengirim : Tim Kementrian Lingkungan Hidup Asal Contoh : Kawasan Hutan Lindung PT. Karimun Granite Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau Tanggal Kirim : 1 Mei 2007 No. No. Lapangan Kedalaman (cm) Bulk Density (g/cc) Porositas (% volume) Air Tersedia (% volume) Permeabilitas (cm/jam) 1. PT KG F ,20 54,54 8,19 6,78 2. PT KG F ,40 84,73 13,81 25,84 3. PT KG F ,55 79,21 18,23 21,63 4. PT KG F ,87 67,13 7,04 17,21 5. PT KG F ,22 54,13 3,52 4,53 6. PT KG F ,21 54,43 9,46 5,72 Keterangan: Tanah Galian = PT KG F1 & PT KG F3 Hutan Alam = PT KG F5 & PT KG F6 Tanah Tererosi = PT KG F8 & PT KG F9

68 Lampiran 2 Data hasil analisis sifat kima tanah LABORATORIUM PENGARUH HUTAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN IPB Kampus IPB Darmaga Gedung Fahutan Lt.2 Kotak Surat 168 Telp. (0251) Nama Pengirim : Tim Kementrian Lingkungan Hidup Asal Contoh : Kawasan Hutan Lindung PT. Karimun Granite Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau Tanggal Kirim : 1 Mei 2007 No. No. ph C-Org N- P- Ca Mg K Na KTK Fe Zn Mn Lapangan 1:1 (H 2 O) (%) Total (%) Bray (ppm) (me/100g) ppm 1. PT KG F1 5,05 0,3 0,02 1,7 0,62 0,27 0,03 0,03 4,56 9,95 2,6 0,55 2. PT KG F3 5,7 0,51 0,04 2,9 1,16 0,33 0,03 0,02 0,98 48,1 2 5,2 3. PT KG F5 4,52 13,06 0,4 7,6 2,17 0,64 0,04 0,09 21,72 21,05 2,8 17,1 4. PT KG F6 4,5 9,54 0,38 16,3 4,25 0,85 0,05 0,1 20,09 20,1 1,4 23,05 5. PT KG F8 5,25 0,47 0,05 10,7 0,44 0,3 0,02 0,04 4 2,35 1,5 0,65 6. PT KG F9 5 0,66 0,07 5,3 1,55 0,38 0,03 0,02 3,18 3 0,6 0,75 Keterangan: Tanah Galian = PT KG F1 & PT KG F3 Hutan Alam = PT KG F5 & PT KG F6 Tanah Tererosi = PT KG F8 & PT KG F9

69 Lampiran 3 Data hasil analisis sifat biologi tanah LABORATORIUM PENGARUH HUTAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN IPB Kampus IPB Darmaga Gedung Fahutan Lt.2 Kotak Surat 168 Telp. (0251) Nama Pengirim : Tim Kementrian Lingkungan Hidup Asal Contoh : Kawasan Hutan Lindung PT. Karimun Granite Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau Tanggal Kirim : 1 Mei 2007 No. No. Lapangan Total Miroorganisme Jumlah Fungi Tanah Jumlah bakteri Pelarut Total Repirasi Tanah Tanah (x 10 6 spk/g) (x 10 4 spk/g) P (x 10 3 spk/g) (mgc-co 2 /kg tanah/hari) 1. PT KG F1 32 1,5 0 14,1 2. PT KG F ,5 5,5 17,1 3. PT KG F5 70,5 6,5 0 12,6 4. PT KG F6 64 6,5 2 15,6 5. PT KG F8 2, ,4 6. PT KG F9 9 1,5 2,5 10,2 Keterangan: Tanah Galian = PT KG F1 & PT KG F3 Hutan Alam = PT KG F5 & PT KG F6 Tanah Tererosi = PT KG F8 & PT KG F9

70 Lampiran 4 Peta Geologi Pulau Karimun Besar

71 Lampiran 5 Diagram alir kegiatan penambangan pasir

72 Lampiran 6 Foto-foto lokasi PT. Karimun Granite Lokasi tanah galian Lokasi tanah tererosi Lokasi hutan alam Bongkahan batu granit Kerusakan vegetasi Erosi tanah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan galian dari lapisan bumi telah berlangsung sejak lama. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH (Studi Kasus Di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) IFA SARI MARYANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang diukur dan dianalisa dari kawasan penambangan pasir (galian C) selain tekstur dan struktur tanahnya antara lain adalah kerapatan limbak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pabrik Kelapa Sawit Dalam proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (MSM) dihasilkan sisa produksi berupa limbah. Limbah padat dengan bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus dan Neraca Nitrogen (N) Menurut Hanafiah (2005 :275) menjelaskan bahwa siklus N dimulai dari fiksasi N 2 -atmosfir secara fisik/kimiawi yang meyuplai tanah bersama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Lebih terperinci

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat TINJAUN PUSTAKA Sifat sifat Kimia Tanah Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Survei tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dapat membedakan tanah satu dengan yang lain yang kemudian disajikan dalam suatu peta (Tamtomo,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : SIFAT KIMIA TANAH Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain : 1. Derajat Kemasaman Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan

Lebih terperinci

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Kimia Tanah 2.1.1 Reaksi Tanah (ph) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai ph. Nilai ph menunjukkan banyaknya konsentrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti TINJAUAN PUSTAKA Tanah Ultisol Tanah-tanah yang tersedia untuk pertanian sekarang dan akan datang adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti ordo Ultisol. Ditinjau dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Bedding kuda didapat dan dibawa langsung dari peternakan kuda Nusantara Polo Club Cibinong lalu dilakukan pembuatan kompos di Labolatorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dengan nilai kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation basa) pada

Lebih terperinci

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh TINJAUAN PUSTAKA Penggenangan Tanah Penggenangan lahan kering dalam rangka pengembangan tanah sawah akan menyebabkan serangkaian perubahan kimia dan elektrokimia yang mempengaruhi kapasitas tanah dalam

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri. Restorasi Organik Lahan Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri Ex-Tambang Restorasi Perubahan fungsi lahan pada suatu daerah untuk pertambangan,

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. karena itu mikroorganisme merupakan salah satu aspek penting yang berperan

TINJAUAN PUSTAKA. karena itu mikroorganisme merupakan salah satu aspek penting yang berperan 3 TINJAUAN PUSTAKA A. Mikroorganisme Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme, mikroorganisme tanah seperti bakteri dan jamur sangat mempengaruhi kesuburan tanah, oleh karena itu mikroorganisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk atau berpotensi digunakan untuk menanam padi sawah. Dalam definisi ini tanah sawah mencakup semua tanah yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN

PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN PENGANTAR ILMU PERTANIAN PERTEMUAN KE-8 SUMBERDAYA LAHAN Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Dr. Ir. Budiarto, MP. Program Studi Agribisnis UPN Veteran Yogyakarta 1 TANAH PERTANIAN Pertanian berasal dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah DASAR ILMU TA AH Bab 5: Sifat Kimia Tanah ph tanah Pertukaran Ion Kejenuhan Basa Sifat Kimia Tanah Hampir semua sifat kimia tanah terkait dengan koloid tanah Koloid Tanah Partikel mineral atau organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 Bahan Penyusun Tanah Mineral 25% 5% 45% 25% Bhn Organik Bhn Mineral Udara Air 3.1 Bahan Mineral (Anorganik)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertambangan Pasir Besi Pasir besi merupakan bahan hasil pelapukan yang umum dijumpai pada sedimen disekitar pantai dan tergantung proses sedimentasi dan lingkungan pengendapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) TINJAUAN PUSTAKA Rumput Raja (Pennisetum purpureum Schumach x Pennisetum typhoides Burm.) Rumput raja merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dengan Pennisetum typhoides

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tragedi lumpur Lapindo Brantas terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar Desa Renokenongo (Wikipedia,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan demikian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung dimuka daratan bumi dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Februari sampai dengan November 2009 bertempat di lapangan dan di laboratorium. Penelitian lapangan dilakukan pada lahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Di Indonesia tanah jenis Ultisol cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan-kelemahan

Lebih terperinci

Mikrobia dan Tanah KULIAH 1 PENDAHULUAN 9/5/2013 BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH TANAH. Tanah merupakan habitat yang sangat heterogen. Penghuninya beragam

Mikrobia dan Tanah KULIAH 1 PENDAHULUAN 9/5/2013 BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH TANAH. Tanah merupakan habitat yang sangat heterogen. Penghuninya beragam BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH Ilmu yang mempelajari : KULIAH 1 PENDAHULUAN Organisme yang hidup dalam tanah, klasifikasi dan aktivitas metabolismenya,serta peranannya dalam siklus nutrisi dan perombakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 PENYUSUN TANAH Bahan Penyusun Tanah Mineral 25% 5% 45% 25% Bhn Organik Bhn Mineral Udara Air 3.1 Bahan

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

FOSFOR. Kesuburan Tanah Ratih Kurniasih

FOSFOR. Kesuburan Tanah Ratih Kurniasih FOSFOR Kesuburan Tanah Ratih Kurniasih P DALAM JARINGAN TANAMAN 1. P dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar, sedikit lebih kecil dibawah N dan K, setara dengan S, Ca dan Mg 2. ATP : transfer energi

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( ) PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH Oleh: Arif Nugroho (10712004) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah Mineral Liat Liat dan bahan organik di dalam tanah memiliki kisi yang bermuatan negatif

Lebih terperinci