BAB IV ANALISA DAN HASIL KINERJA ALAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA DAN HASIL KINERJA ALAT"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA DAN HASIL KINERJA ALAT 4.1. Analisa dan Tujuan Pengujian Analisa bertujuan untuk menjelaskan secara teoritis sistem kerja rangkaian yang dirancang, sementara pengujian dilakukan untuk melihat performa dari alat yang telah dirancang tersebut, dengan harapan hasil sesuai dengan yang kita inginkan/dirancang dan referensi. Pada pengujian alat light dimmer ini, pengambilan data dilakukan pada tiap bagian atau blok. Untuk dapat melakukan pengamatan tersebut, dilakukan pengukuran masing-masing blok sistem ataupun komponen yang digunakan sehingga mendapatkan nilai-nilai yang diinginkan sesuai dengan referensi. Adapun bagian yang dilakukan pengukuran oleh penulis diantaranya : Pengujian catu daya/voltage regulator +5Vdc Pengujian IC TL494CN Pengujian sensor cahaya (LDR) Pengujian nilai ADC dari mikrokontroler Pengujian pada lampu pijar/bohlam Pengujian sistem secara keseluruhan Proses pengujian ini dilakukan di tempat tinggal penulis, dan di kampus Universitas Mercu Buana Analisa Rangkaian Berikut merupakan analisa dan gambar bentuk gelombang yang terjadi pada rangkaian secara teoritis. 40

2 41 Gambar-4.1. Bentuk Gelombang tanpa Trigger Pada Gambar-4.1 menjelaskan tentang prinsip kerja TRIAC, dimana TRIAC yang dihubungkan dengan sumber tegangan 220 Vac akan men-supply daya ke beban melalui beban Z L (lampu) bergantung trigger pada gate (G). Gambar tersebut merupakan bentuk gelombang jika gate (G1) tidak di-trigger maka tegangan output (Vo) = nol, sehingga beban Z L (lampu) tidak menyala.

3 42 Gambar-4.2. Bentuk Gelombang dengan Trigger Pada Gambar-4.2 merupakan bentuk gelombang jika gate di-trigger. Jika gate (G2) di-trigger menjelang akhir kurva sinus dari tegangan sumber (Vs), maka tegangan output (Vo) rata-rata pada beban nilainya kecil sehingga lampu menyala redup. Sementara jika gate (G3) di-trigger pada awal kurva tegangan sumber (Vs) maka tegangan output (Vo) rata-rata nilainya besar sehingga lampu menyala terang.

4 43 Gambar-4.3. Bentuk Gelombang Penyearah Gambar-4.3 merupakan bentuk rangkaian penyearah gelombang, dimana pada bagian ini output LED akan berfungsi sebagai alat untuk mensinkronkan trigger gate dengan tegangan sumber (Vs). Hasil dari penyearahan jika menggunakan beban R (resistansi) terlihat pada bentuk gelombang V1. Sementara hasil dari penyearahan untuk menyalakan LED terlihat pada bentuk gelombang LED. Dari gambar tersebut LED akan padam jika posisi gelombang pada sekitar persilangan kurva sinus di titik t0, t1, t2, t3 dan seterusnya. Prinsip padam dan menyalanya LED tersebut dijadikan untuk meng-onkan atau meng-off-kan phototransistor. Rangkaian tersebut dapat terlihat pada Gambar-4.4 berikut.

5 44 Gambar-4.4. Rangkaian Kontrol Photo-Transistor Gambar-4.5. Bentuk Gelombang Rangkaian Kontrol PhotoTransistor

6 45 Dari Gambar-4.4 di atas, padamnya LED akan meng-off-kan phototransistor (pt), dengan demikian pt bekerja sebagai switch. Sementara padamnya phototransistor (pt) akan meng-on-kan transistor Q1. Dimana Q1 juga bekerja sebagai switch. Resistor variabel (RV4) merupakan resistansi yang dapat diatur untuk pengisian kapasitor C4 dari tegangan Vcc. Dioda D3 reverse bias (bias terbalik) pada saat Q1 Off-state (t0b t1a) akan memblok tegangan Vcc ke arah kapasitor C4, sehingga kapasitor C4 terisi tegangan (V CT ) dari Vcc melalui RV4 (t0b t1a). Dioda D3 forward bias (bias maju) pada saat Q1 On-state (t1a t1b) menyebabkan tegangan pada kapasitor (V CT ) terhubung ke ground melalui kolektor emiter Q1 (switch On) sehingga V CT = 0. Dari gambar rangkaian kontrol phototransistor tersebut pada akhirnya menghasilkan gelombang gigi gergaji yang sinkron dengan gelombang jala-jala listrik PLN. Pada Gambar-4.5 di atas merupakan gambar-gambar bentuk gelombang yang terjadi, diantaranya bentuk gelombang persegi V pt, VQ1, dan gelombang gigi gergaji V CT. Setelah terbentuknya gelombang gigi gergaji tersebut, kemudian dimanfaatkan untuk membuat Pulse Width Modulation (PWM). Rangkaian PWM ini terbentuk melalui proses membandingkan gelombang gigi gergaji dengan tegangan DC yang variabel. Gambar-4.6 merupakan gambar rangkaian PWM Control Unit dengan menggunakan IC TL494CN. Dari bentuk gelombang gigi gergaji pada gambar sebelumnya yaitu tegangan pada kapasitor (V CT ) berfungsi sebagai input pada pin 5 (CT) IC TL494CN. Sementara tegangan DC variabel akan masuk sebagai input pada pin 4 (DTC). Dengan mengatur besar kecilnya DTC, maka akan dihasilkan lebar pulsa (PWM) yang berbeda-beda juga. Gambar-4.6. Rangkaian PWM Control Unit

7 46 Keluaran (output) PWM Control Unit tersebut kemudian dialirkan menuju IC MOC3020 (optocoupler) yang berfungsi untuk men-trigger gate TRIAC. Berikut merupakan gambar rangkaian optocoupler yang berfungsi untuk mentrigger TRIAC. Gambar-4.7. Rangkaian untuk Men-trigger TRIAC Gambar-4.8. Bentuk gelombang PWM

8 47 Gambar-4.8 merupakan proses komparasi dua input komparator IC TL494CN, yaitu input sinyal gigi gergaji dan input tegangan DC (V DC ) variabel. Bentuk gelombang PWM dan Power Out yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu pada saat tegangan DC (V DC Variabel) tinggi, maka gelombang gigi gergaji yang terpotong adalah pada bagian puncaknya, dimana bagian puncak ini tersinkronkan dengan kurva sinus tegangan sumber bagian akhir gelombang, sehingga hasil komparasinya (perbandingannya) adalah bentuk PWM out berupa pulsa sempit yang digunakan untuk men-trigger TRIAC di akhir tiap perpotongan kurva gelombang sinus. Proses ini menghasilkan Power Outputnya rendah (tegangan rata-ratanya kecil) yang menyebabkan lampu menyala redup. Proses ini digambarkan pada Gambar-4.8 bagian kiri. Jika input tegangan DC variabelnya rendah, maka sinyal gigi gergaji terpotong di bagian bawah dan menghasilkan output komparator yang lebar atau PWM out berupa pulsa yang lebar. Proses ini akan men-trigger TRIAC pada awal kurva gelombang sinus, dan menghasilkan Power Outputnya menjadi besar (tegangan rata-ratanya tinggi) yang menyebabkan lampu menyala terang. Proses ini digambarkan pada Gambar-4.8 bagian kanan Alat dan Media Pengujian Alat dan bahan yang digunakan oleh penulis untuk melakukan pengambilan data yaitu : Power supply (power switching) 12Vdc, digunakan sebagai power input DC Multimeter digital atau analog, digunakan untuk mengukur besaran tegangan pada setiap blok Kondisi ruangan terang, redup, dan gelap, yaitu untuk menguji sensor LDR yang mempengaruhi ke sistem yang lainnya MCB, digunakan sebagai pelindung pada bagian/blok arus AC Lampu pijar 60 W, digunakan sebagai output akhir dari keseluruhan sistem alat ini

9 Pengujian dan Pengukuran Kinerja Alat Seperti yang telah dijelaskan di atas, berikut merupakan langkah-langkah pengujian alat light dimmer Pengujian Catu Daya +5 Vdc Pada rangkaian catu daya ini, pengukuran dilakukan pada output regulator 7805 untuk mendapatkan tegangan +5Vdc. Untuk inputnya sendiri menggunakan power switching +12Vdc. Tegangan +5Vdc ini sendiri nantinya digunakan untuk power mikrokontroler dan semua komponen yang membutuhkan power +5Vdc. Tabel 4.1. Data Hasil Pengujian Catu Daya +5 Vdc Output (Vdc) Input (Vdc) Hasil Pengukuran Referensi Pengujian IC TL494CN Untuk pengujian IC TL494CN dilakukan dengan memberikan tegangan variabel di kaki pin 4 yaitu DTC. Berikut merupakan tabel hasil pengujian IC TL494CN. Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran TL494CN Kondisi Tegangan DC Variabel (DTC) Gelap 0.02 Redup 2.05 Terang 3.94 Nilai DTC tersebut merupakan nilai tegangan DC variabel yang berfungsi untuk memotong gelombang gigi gergaji di puncak atau di bawah. Jika nilai DTC semakin besar maka lampu menyala semakin redup dan sebaliknya jika nilai DTC semakin kecil maka lampu menyala semakin terang.

10 Pengujian Tegangan Output pada Lampu Pijar Sebelum melakukan pengukuran pada lampu pijar, terlebih dahulu dilakukan pengukuran sumber tegangan AC yaitu besarnya tegangan jala-jala listrik PLN yang sedang digunakan. Karena tegangan jala-jala listrik PLN ini besarnya relatif dan berbeda-beda pada setiap tempat dimana secara teoritis mempunyai nilai 220 Vac, maka hasil pengukuran tegangan jala-jala listrik ini akan mempengaruhi pada pengukuran lainnya. Tabel 4.3. Tegangan Jala-jala PLN Tegangan Jala-jala Pengukuran Ke PLN (Vac) Dari tabel di atas, dapat diketahui besarnya tegangan rata-rata jala-jala PLN yaitu : Vs(PLN) = Tabel 4.4. Pengukuran Arus ke Beban Lampu = 195,7 Vac Pengukuran Ke I (A) 1 0, , ,222 I = 0,2 + 0, ,222 3 = 0,215 A Karena tegangan jala-jala PLN yang relatif lebih rendah dari 220 Vac (teoritis) maka daya lampu pijar 60 W akan lebih kecil juga, dari hasil pengukuran tegangan dan arus, maka daya lampu menjadi : P (Lamp) = 195,7 x 0,215 = 42,0755 W 42 W

11 50 Dari perhitungan daya lampu diatas, kondisi lampu 60 W tidak tercapai, sehingga pada pengukuran selanjutnya nilai daya lampu 42 W ini menjadi acuan daya maksimal lampu pijar. Pada keadaan terang, redup atau gelap, maka nilai tegangan AC untuk menyalakan lampu pijar berubah-ubah. Berikut merupakan hasil pengukuran tegangan dan arus lampu pijar. Tabel 4.5. Tegangan dan Arus pada Lampu Pijar Ruangan Gelap (Lampu Terang) Arus Lampu (A) Tegangan Lampu (V) 0, , , , , Ruangan Redup (Lampu Redup) Arus Lampu (A) Tegangan Lampu (V) 0, , , , , Ruangan Terang (Lampu Padam) Arus Lampu (A) Tegangan Lampu (V) 0,008 0,6 0,008 0,7 Dari tabel 4.5 di atas, tegangan rata-rata lampu pijar pada kondisi gelap lebih besar daripada kondisi redup, ini sesuai dengan yang diharapkan dan penjelasan bentuk gelombang secara teoritis sebelumnya, dimana ketika kondisi redup tegangan DC variabel tinggi dan bentuk gelombang akan terpotong di akhir siklus kurva sinus dan menyebabkan nilai tegangan rata-rata kecil dan sebaliknya pada kondisi gelap tegangan DC variabel rendah dan bentuk gelombang terpotong di awal siklus gelombang sinus dan menyebabkan nilai tegangan rata-rata besar. Sementara untuk kondisi terang, lampu menyala sangat kecil sekali. Dari hasil pengukuran besarnya tegangan

12 51 dan arus pada lampu tersebut dapat kita hitung besarnya daya lampu pada masing-masing kondisi, dengan diasumsikan besarnya factor daya adalah 0,8. Kondisi ruangan gelap (Lampu menyala terang) : V(Gelap) = = 189,6 Vac 5 0, , , , ,222 I(Gelap) = = 0,222 A 5 P1(Gelap) = V. I. 0,8 = 189,6 x 0,222 x 0,8 = 33,68 W Kondisi ruangan redup (Lampu menyala redup) : V(Redup) = = 112,6 Vac 5 0, , , , ,131 I(Redup) = = 0,132 A 5 P2(Redup) = 112,6 x x 0,8 = 11,89 W Kondisi terang : 0,6 + 0,7 V(Terang) = = 0,65 Vac 2 0, ,008 I(Terang) = = 0,008 A 2 P3(Terang) = 0,65 x 0,008 x 0,8 = W Dari hasil perhitungan di atas, didapatkan bahwa penggunaan lampu pada kondisi redup memakan daya yang lebih kecil yaitu sekitar 12 W dibandingkan pada kondisi gelap yaitu sekitar 34 W dari daya maksimal lampu yaitu 42 W. Dengan sistem otomatis seperti ini, pengaturan penggunaan daya untuk lampu dapat diminimalisir dibandingkan lampu tetap menyala dengan terang walaupun kondisi ruangan tidak membutuhkan sinar cahaya lampu secara penuh. Untuk perhitungan besarnya konsumsi daya dalam WattHour terdapat pada lampiran.

13 Pengujian Sensor Cahaya (LDR) Pengujian dilakukan dengan membuat kondisi ruangan menjadi gelap, redup, dan terang, lalu diukur berapa nilai tegangan yang terjadi pada saat-saat tersebut. Gambar-4.9. Rangkaian Sensor Cahaya Rangkaian untuk sistem ini menggunakan sistem pembagian tegangan antara tegangan LDR (V ) dan tegangan RV1 (V ) dengan tegangan input (Vref) yaitu +5VDC. Pengukuran dilakukan pada tegangan di LDR (V ). Berikut merupakan tabel hasil pengujian sensor cahaya. Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Tegangan pada LDR Kondisi Gelap 2.56 Redup 1.83 Terang 0.07 V LDR (VDC) Dari Tabel 4.6 tersebut, hasil yang didapat sesuai dengan prinsip sensor LDR, dimana ketika tidak mendapat cahaya (gelap) nilai hambatannya besar sebaliknya ketika mendapat cahaya (terang) maka nilai hambatannya menurun/kecil. Dengan nilai arus yang sama, jika nilai resistansi besar maka didapatkan tegangan yang besar begitu pula dengan nilai resistansi yang kecil didapatkan tegangan yang rendah. Nilai resistansi LDR sendiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus pembagian tegangan yang mengacu pada Gambar-4.9 tersebut, yaitu :

14 53 V = R R + R. V V. R = V. (R + R ) V = V + V. R R Maka didapatkan nilai R adalah : R = V. R V V 4.1 Dimana nilai R = 20,8 KΩ (hasil pengukuran) dan V = 5V, sehingga dengan menggunakan rumus 4.1 akan didapatkan besarnya R untuk masing-masing kondisi ruangan. Berikut merupakan hasil perhitungan besarnya R dengan menggunakan nilai V dari Tabel 4.6 di atas. Kondisi ruangan gelap didapatkan V = 2,56 V R = 2,56 V. 20,8 KΩ 5 V 2,56 V = Ω = 21,8 KΩ Kondisi ruangan redup didapatkan V = 1,83 V R = 1,83 V. 20,8 KΩ 5 V 1,83 V = Ω = 12 KΩ Kondisi ruangan terang didapatkan V = 0,07 V R = 0,07 V. 20,8 KΩ 5 V 0,07 V = 295,33 Ω = 0,29 KΩ Berikut merupakan grafik karakteristik LDR terhadap pencahayaan (iluminasi). Besarnya kuat cahaya dinyatakan dalam Lux.

15 54 Gambar Grafik Resistansi LDR terhadap Iluminasi Dari gambar grafik tersebut dapat diketahui perbandingan besarnya resistansi LDR terhadap intensitas cahaya/iluminasi, yaitu : Untuk kondisi gelap dengan resistansi LDR sebesar 21,8 KΩ, intensitas cahaya berada di sekitar ± 10 Lux. Untuk kondisi redup dengan resistansi LDR sebesar 12 KΩ, intensitas cahaya berada di sekitar ± 20 Lux. Untuk kondisi terang dengan resistansi LDR sebesar 0,29 KΩ, intensitas cahaya berada di sekitar ± 9000 Lux Pengujian Nilai ADC Mikrokontroler AVR Pengujian dilakukan dengan menggunakan pemrograman BASCOM AVR untuk mendapatkan nilai ADC. Hasil yang didapat merupakan sebuah konversi dari nilai tegangan LDR yang didapat menjadi sebuah nilai ADC yang merupakan salah satu fitur dari BASCOM AVR ini. Berikut merupakan coding dari pemrograman ADC ini. ' program TES ADC.BAS ' $regfile = "m32def.dat" $crystal = Config Lcdpin = Pin, Db4 = Portd.4, Db5 = Portd.5, Db6 = Portd.6, Db7 = Portd.7, E = Portd.2, Rs = Portd.0 Config Lcd = 16 * 2 Config Adc = Single, Prescaler = Auto, Reference = Avcc Start Adc Dim Data_adc As Word

16 55 Cursor Off Cls Locate 1, 1 Lcd " Selamat Datang " Locate 2, 1 Lcd " Tes ADC 2012 " Wait 1 Cls Do Data_adc = Getadc(0) Locate 1, 4 Lcd "Data ADC:" Locate 2, 6 Lcd Data_adc ; " " Waitms 200 Loop Perhitungan untuk mendapatkan nilai ADC adalah sebagai berikut : Dengan menggunakan ADC 10 bit, maka Resolusi ADC = 2 1 = 1023 level kuantisasi 4.2 Resolusi Tegangan (Q) yaitu : Q = Nilai ADC Resolusi ADC Nilai ADC x Vref = x Vref Maka untuk mendapatkan nilai ADC yaitu ; Nilai ADC = Q x Vref dan untuk mendapatkan nilai yang berbanding lurus antara naiknya intensitas cahaya dengan naiknya nilai ADC, maka : Q = Vref Tegangan LDR 4.5 Sehingga, Nilai ADC = Vref Tegangan LDR x Vref Dimana, Vref = 5 Vdc

17 56 Berikut merupakan pembagian nilai ADC dengan tiga kondisi ruangan yaitu : Gelap : 0 Nilai ADC 500 Redup : 500 < Nilai ADC 650 Terang : Nilai ADC > 650 Dari Tabel 4.6 di atas yang merupakan hasil besarnya tegangan LDR dapat dikonversi menjadi nilai ADC dengan menggunakan persamaan 4.6, yaitu : a) Kondisi Gelap Nilai ADC = x 1023 = level kuantisasi 5 Berikut tampilan nilai ADC pada LCD untuk kondisi gelap. b) Kondisi Redup Gambar Data ADC untuk Kondisi Gelap Nilai ADC = x 1023 = level kuantisasi 5 Berikut tampilan nilai ADC pada LCD untuk kondisi redup. Gambar Data ADC untuk Kondisi Redup

18 57 c) Kondisi Terang Nilai ADC = x 1023 = level kuantisasi 5 Berikut tampilan nilai ADC pada LCD untuk kondisi terang. Gambar Data ADC untuk Kondisi Terang Tabel berikut merupakan perbandingan antara nilai-nilai ADC dan besarnya daya lampu yang sudah didapat sebelumnya melalui perhitungan. Tabel 4.7. Perbandingan Antara ADC dengan Daya Lampu Kondisi ADC (level kuantisasi) Daya Lampu (W) Gelap Redup Terang Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa semakin besar nilai ADC maka besarnya daya lampu akan semakin rendah dan akan mendekati nol yang menyebabkan lampu tidak menyala. Sebaliknya semakin kecil nilai ADC maka daya lampu akan semakin besar dan akan mendekati daya maksimal dari lampu tersebut Pengujian Sistem Secara Keseluruhan Pengujian dilakukan mulai dari sensor objek keberadaan ada tidaknya manusia yaitu dengan menggunakan limit switch sebagai dummy sensor, lalu mengubah kondisi ruangan menjadi gelap, redup, atau terang. Dari keadaan

19 58 keadaan tersebut terjadi perubahan nyalanya lampu pijar. Selain itu juga ditampilkan status keadaan melalui LCD. Berikut merupakan tampilantampilan LCD dari status keadaan sistem kerja alat tersebut. Gambar Status Kondisi Keadaan Standby 1 Gambar Status Kondisi Keadaan Standby 2 Gambar Status Kondisi Ruangan Gelap Gambar Status Kondisi Ruangan Redup

20 Pemrograman Gambar Status Kondisi Ruangan Terang Untuk pemrograman dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman BASCOM AVR. Berikut merupakan coding untuk pemrograman Automation Light Dimmer ini. '============================================================================= ' AUTOMATITATION LIGHT DIMMER ' Muhammad Jumadi Akhirudin ' ' Teknik Elektro ' Universitas Mercu Buana '============================================================================= $regfile = "m32def.dat" $crystal = On Int0 Objek Langkah pertama dalam pembuatan coding ini yaitu mendeklarasikan pustaka/library berdasarkan mikrokontroler yang digunakan, dalam tugas akhir ini digunakan ATMega32 sehingga file yang dibutuhkan adalah m32def.dat. Sedangkan instruksi $crystal digunakan untuk menentukan frekuensi kerja dari mikrokontrolernya, yaitu menggunakan kristal 8MHz atau ditulis _Hz. Untuk instruksi On Int0 Objek yaitu jika interupsi terjadi maka terjadi lompatan proses ke sub-rutin Objek. Dengan demikian instruksi program akan melaksanakan proses-proses instruksi di dalam sub-rutin tersebut. Config Int0 = Low Level Config Portb = Output Config Portd = Input Config Portc = Output Config Lcdpin = Pin, Db4 = Portc.4, Db5 = Portc.5, Db6 = Portc.6, Db7 = Portc.7, E = Portc.2, Rs = Portc.0

21 60 Config Lcd = 16 * 2 Config Adc = Single, Prescaler = Auto, Reference = Avcc Port_ldr Alias Portb Start Adc Dim Data_adc As Word, Adc_convert As Single, Adc_string As String * 10 Langkah selanjutnya pada coding di atas yaitu melakukan konfigurasi terhadap input dan output, diantaranya konfigurasi untuk menggunakan timer 0 sebagai interupsi eksternal, Port B sebagai output untuk LED indikasi, Port D sebagai input interupsi eksternal, Port C sebagai output untuk LCD dan melakukan konfigurasi LCD, lalu kemudian melakukan konfigurasi ADC (Port A sebagai input ADC). Portd = 255 Enable Int0 Enable Interrupts Set Portc.1 menyalakan background LCD Do Portb.0 = 0 Portb.1 = 0 Portb.2 = 0 Portb.7 = 0 Cursor Off Cls Locate 1, 1 Lcd " Automatitation " Locate 2, 1 Lcd " Light Dimmer " Wait 2 Locate 1, 1 Lcd " Stand By " Locate 2, 1 Lcd " " Wait 1 Loop Pada coding program di atas, Portd = 255 yaitu untuk membuat output Port D semuanya bernilai logika high (Port D.0 D.7 = 1). Ini dikarenakan interupsi eksternal aktif low (berlogika 0). Sementara Enable Int0 dan Enable Interrupts yaitu perintah untuk mengaktifkan timer 0 yang digunakan sebagai program interupsi. Lalu perintah Set Portc.1 yaitu untuk membuat tampilan LCD menyala, ini merupakan salah satu optional dari fasilitas LCD dimana layarnya bisa terang (background menyala) atau redup (background tidak menyala). Program perintah DO LOOP merupakan perintah yang berulang, dimana dalam coding di atas dimulai dari Port B.0, B.1, B.2, dan B.7 dibuat logika low. Untuk tampilan LCD diawali dengan menghilangkan kursor (Cursor

22 61 Off) dan membersihkan layar (Cls), kemudian menuliskan karakter-karakter (Lcd_"Automatitation") pada baris bagian atas (Locate 1,1), dan karakter (Lcd_"Light Dimmer") pada baris bagian bawah (Locate 2,1). Selang 2 detik kemudian (Wait2), tampilan LCD berubah menjadi (Lcd_"Stand By") pada baris atas dan baris bawah dibuat kosong (Lcd " "). Dan selang 1 detik kemudian (Wait 1) perintah/instruksi kembali ke atas karena perintah DO LOOP tersebut. Instruksi ini akan terus menerus berulang selama tidak ada perintah interupsi eksternal dari Port D. Instruksi akan berhenti sesaat ketika ada perintah interupsi, dan jika interupsi telah selesai dilaksanakan maka instruksi DO LOOP ini kembali dijalankan. Objek: Set Portb.7 Data_adc = Getadc(0) If Data_adc >= 0 And Data_adc <= 500 Then 'gelap = PB2 Adc_convert = Data_adc ' Range adc : Adc_convert = Adc_convert / 657 ' =657 Adc_convert = Adc_convert * 100 Adc_string = Fusing(adc_convert, "#.#") Gosub Ldr1 Elseif Data_adc > 500 And Data_adc <= 650 Then 'redup = PB1 Adc_convert = Data_adc ' Range adc : Adc_convert = Adc_convert / 657 ' =657 Adc_convert = Adc_convert * 100 Adc_string = Fusing(adc_convert, "#.#") Gosub Ldr2 Elseif Data_adc > 650 Then 'terang = PB0 Adc_convert = Data_adc ' Range adc : Adc_convert = Adc_convert / 657 ' =657 Adc_convert = Adc_convert * 100 Adc_string = Fusing(adc_convert, "#.#") Gosub Ldr3 End If Return Instruksi di atas merupakan proses sub-rutin Objek ketika perintah interuspi aktif. Proses yang terjadi yaitu proses manipulasi data input ADC di Port A.0 (Data_adc = Getadc(0)). Data tersebut merupakan data analog dari sensor

23 62 cahaya (LDR) yang kemudian diubah (convert) menjadi data digital. Manipulasi data tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu : - kondisi gelap : (..Data_adc >= 0 And Data_adc <= 500..) - redup : (..Data_adc > 500 And Data_adc <= 650..) - terang : (..Data_adc > 650..) Masing-masing dari kondsi tersebut kemudian akan mengalami lompatan proses kembali yaitu menuju sub-rutin Ldr1, Ldr2, dan Ldr3. Ldr1: Cls Portb.0 = 0 Portb.1 = 0 Portb.2 = 1 Locate 1, 1 Lcd "Light Dimmer ON " Locate 2, 1 Lcd "DARK" Locate 2, 12 Lcd Adc_string ; "%" Waitms 200 Return Ldr2: Cls Portb.0 = 0 Portb.1 = 1 Portb.2 = 0 Locate 1, 1 Lcd "Light Dimmer ON " Locate 2, 1 Lcd "LOW LIGHT" Locate 2, 12 Lcd Adc_string ; "%" Waitms 200 Return Ldr3: Cls Portb.0 = 1 Portb.1 = 0 Portb.2 = 0 Locate 1, 1 Lcd "Light Dimmer ON " Locate 2, 1 Lcd "BRIGHT" Locate 2, 12 Lcd Adc_string ; "%" Waitms 200 Return Semua sub-rutin di atas berfungsi untuk menampilkan status dari hasil manipulasi data ADC ke LCD dan PortB (LED indikator). Pada LCD akan menampilkan karakter status dimmer aktif (Lcd_"Light Dimmer ON") di baris bagian atasnya (Locate 1,1), dan status kondisi ruangan (Lcd "DARK") atau

24 63 (Lcd_"LOW LIGHT") atau (Lcd "BRIGHT") di baris bagian bawahnya (Locate_2,1). Instruksi progam ini akan terus berlanjut selama masih ada perintah interupsi eksternal yang merupakan adanya keberadaan objek dan akan berubah juga status kondisi mengikuti kondisi pencahayaan ruangan.

DAFTAR PUSTAKA. [2]. Agfianto Eko Putra, 2010, Modul Pelatihan Mikrokontroler Atmel AVR,

DAFTAR PUSTAKA. [2]. Agfianto Eko Putra, 2010, Modul Pelatihan Mikrokontroler Atmel AVR, DAFTAR PUSTAKA [1]. Anonim, Elektronika Dasar-Thyristor.pdf, http://student.eepis-its.edu/~robobip/semester%201%20dan%202/thyristor.pdf [2]. Agfianto Eko Putra, 2010, Modul Pelatihan Mikrokontroler Atmel

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN LIGHT DIMMER YANG BEKERJA DIPENGARUHI OLEH KONDISI CAHAYA RUANGAN

TUGAS AKHIR PERANCANGAN LIGHT DIMMER YANG BEKERJA DIPENGARUHI OLEH KONDISI CAHAYA RUANGAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN LIGHT DIMMER YANG BEKERJA DIPENGARUHI OLEH KONDISI CAHAYA RUANGAN Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Muhammad

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA. dari sistem yang dibuat. Pengujian dan pengukuran pada rangkaian ini bertujuan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA. dari sistem yang dibuat. Pengujian dan pengukuran pada rangkaian ini bertujuan 63 BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA 4.1 Tujuan Pengukuran yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mendapatkan data dari sistem yang dibuat. Pengujian dan pengukuran pada rangkaian ini bertujuan agar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA DATA 4.1 Tujuan Pengukuran yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mendapatkan data dari sistem yang dibuat. Pengujian dan pengukuran pada rangkaian ini bertujuan agar menghasilkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN IV PEMOGRAMAN SEVEN SEGMEN DAN LCD

PERTEMUAN IV PEMOGRAMAN SEVEN SEGMEN DAN LCD PERTEMUAN IV PEMOGRAMAN SEVEN SEGMEN DAN LCD TUJUAN: - Mahasiswa mampu memprogram mikrokontroller untuk menampilkan Informasi pada perangkan output Seven Segmen dan LCD. PERALATAN: Modul-modul/perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Pengujian ini termasuk pengujian masing-masing bagian secara terpisah dan pengujian

BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN. Pengujian ini termasuk pengujian masing-masing bagian secara terpisah dan pengujian BAB IV PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat. Secara garis besar, terdapat 3 macam pengujian, yaitu: 1. Pengujian hardware (troubleshooting).

Lebih terperinci

LISTING PROGRAM. Penyimpanan memori sementara dengan pemberian nama Sw_str untuk switch star dan S_flow untuk sensor Flow

LISTING PROGRAM. Penyimpanan memori sementara dengan pemberian nama Sw_str untuk switch star dan S_flow untuk sensor Flow LISTING PROGRAM No Instruksi Keterangan 1 Program Bascom pada bagian Transceiver Pengisian untuk bagian mikrokontroler ATMega8 pada bagian transceiver 2 ======== inisialisasi =============== Langkah awal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Perancangan Perangkat Keras 3.1.1. Alat dan Bahan 1. Alat 1) Solder listrik. 2) Gergaji. 3) Tool set. 4) Bor PCB. 5) Multimeter. 6) Downloader. 2. Bahan 1) Sensor lm535 digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan komponen yang digunakan untuk pembuatan rangkaian modul. adalah sebagai berikut : 3. Kapasitor 22nF dan 10nF

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan komponen yang digunakan untuk pembuatan rangkaian modul. adalah sebagai berikut : 3. Kapasitor 22nF dan 10nF 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN Bahan komponen yang digunakan untuk pembuatan rangkaian modul adalah sebagai berikut : 3.1.1 Rangkaian Minimum System Komponen yang digunakan pada rangkaian minimum

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared).

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared). 30 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Rangkaian Di bawah ini adalah blok diagram dari perancangan alat sensor keamanan menggunakan PIR (Passive Infrared). Buzzer PIR (Passive Infra Red) Mikrokontroler

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Atmel. Microcontroller, All Data Sheet, 2010 Cahttophadyay, D, Dasar Elektronika, penerjemahsutanto UI Press, Jakarta Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Atmel. Microcontroller, All Data Sheet, 2010 Cahttophadyay, D, Dasar Elektronika, penerjemahsutanto UI Press, Jakarta Indonesia DAFTAR PUSTAKA Atmel. Microcontroller, All Data Sheet, 2010 Cahttophadyay, D, Dasar Elektronika, penerjemahsutanto UI Press, Jakarta Indonesia Fairchild, Data Sheet IC Regulator, 2010 Iswanto,. Design

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor Perangkat terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak dimana koil datar. perangkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pemantau Ketinggian Air Cooling Tower di PT. Dynaplast. Pengujian dan pengoperasian ini dilakukan

Lebih terperinci

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penulisan tugas akhir ini metode yang digunakan dalam penelitian adalah : 1. Metode Perancangan Metode yang digunakan untuk membuat rancangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui dan menunjukkan hasil kerja dari keseluruhan sistem yang telah dirancang dan direalisasikan. Pengujian alat yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

Input ADC Output ADC IN

Input ADC Output ADC IN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari pengujian alat-alat meliputi mikrokontroler, LCD, dan yang lainnya untuk melihat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PEMOGRAMAN ROBOT CERDAS LABORATORIUM AI

PRAKTIKUM PEMOGRAMAN ROBOT CERDAS LABORATORIUM AI 2017 MODUL ROBOT LINEFOLLOWER PRAKTIKUM PEMOGRAMAN ROBOT CERDAS LABORATORIUM AI i Pengantar Laboratorium Kecerdasan Buatan setiap semester selalu melaksanakan kegiatan praktikum dan pada semester genap

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Dasar Perancangan Sistem Perangkat keras yang akan dibangun adalah suatu aplikasi mikrokontroler untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input

Lebih terperinci

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS SISTEM Untuk mengetahui kehandalan dan keberhasilan dari sistem yang kita buat, maka diperlukan pengujian terhadap terhadap komponen komponen pembangun sistem terutama sensor

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III METODOLOGI PENELITIAN 8 Bab III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai perangkat keras dan perangkat lunak serta beberapa hal mengenai perancangan sistem keseluruhan sehingga sistem bekerja dengan baik sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran sistem Gambaran cara kerja sistem dari penelitian ini adalah, terdapat sebuah sistem. Yang didalamnya terdapat suatu sistem yang mengatur suhu dan kelembaban pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Bab ini akan membahas pembuatan seluruh perangkat yang ada pada Tugas Akhir tersebut. Secara garis besar dibagi atas dua bagian perangkat yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan perangkat keras (hardware) yang berupa komponen fisik penunjang seperti IC AT89S52 dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : 1. Menentukan tujuan dan kondisi pembuatan simulasi

Lebih terperinci

BAB III MIKROKONTROLER

BAB III MIKROKONTROLER BAB III MIKROKONTROLER Mikrokontroler merupakan sebuah sistem yang seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut single chip microcomputer. Mikrokontroler merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 30 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Dalam membuat suatu alat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana cara merancang sistem yang akan diimplementasikan pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perancangan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari sistem dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu.

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu. BAB III PERANCANGAN Pada bab tiga akan diuraikan mengenai perancangan sistem dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada Data Logger Parameter Panel Surya. Dimulai dari uraian cara kerja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu 37 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dan dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 sampai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang dirancang merupakan sistem pengatur intensitas cahaya lampu Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Alat Pengujian dilakukan bertujuan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan dari perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem dari perangkat,

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan sensor optik berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dengan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan sensor optik berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dengan IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Telah direalisasikan alat ukur massa jenis minyak kelapa sawit menggunakan sensor optik berbasis mikrokontroler ATMega 8535 dengan tampilan ke komputer.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan perancangan mekanik, perangkat elektronik dan perangkat lunak untuk membangun Pematrian komponen SMD dengan menggunakan conveyor untuk indutri kecil dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan skripsi yang dibuat yang terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Blok Sistem pr Bateray/ accu Program Power supply Setting timer maksimal 15 menit Start Atmega 16 Display Driver Lampu Reset Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Accu

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

Pengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi. terpenting adalah bagian yang cukup kritis. Dengan mendapatkan parameter hasil

Pengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi. terpenting adalah bagian yang cukup kritis. Dengan mendapatkan parameter hasil BAB IV ANALISA DAN PENGAMATAN Pengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi alat, sehingga dapat diketahui sejauh mana alat dapat bekerja. Pengamatan yang terpenting adalah bagian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis BAB III PERANCANGAN Bab ini membahas perancangan Lampu LED otomatis berbasis Platform Mikrocontroller Open Source Arduino Uno. Microcontroller tersebut digunakan untuk mengolah informasi yang telah didapatkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1. Layout Single Line Diagram 220VAC D1 U1 TR1 R1 C1 C2 D2 R2 R3 8 U2 2 3 7 4 D3 VR1 D4 VR2 LCD 31-AGND 30-AVCC 29-PC7 (TOSC2) 28-PC6 (TOSC1) 24-PC2 22-PC0 40 39

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik dan instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Blok Diagram Hot Plate Program LCD TOMBOL SUHU MIKROKON TROLER DRIVER HEATER HEATER START/ RESET AVR ATMega 8535 Gambar 3.1. Blok Diagram Hot Plate Fungsi masing-masing

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER Pada tahap perancangan ini dibagi menjadi 2 tahap perancangan. Tahap pertama adalah perancangan perangkat keras (hardware), yang meliputi rangkaian rangkaian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Mei 2012 sampai

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Mei 2012 sampai 48 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Mei 2012 sampai dengan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O Pendukung, Memori

Lebih terperinci

PENGISIAN AKI DENGAN BUCK CONVERTER

PENGISIAN AKI DENGAN BUCK CONVERTER PENGISIAN AKI DENGAN BUCK CONVERTER Oleh : Yul Antonisfia, Era Madona Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang Email : yul_antoni@yahoo.com, emadona38@gmail.com ABSTRACT Buck converter

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer). BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung perancangan dan realisasi sistem. Penjelasan ini meliputi mikrokontroler AVR, perangkat sensor, radio frequency, RTC (Real Time

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan didalam menyelesaikan pembuatan alat elektrostimulator.perencanaan tersebut meliputi dua bagian yaitu perencanaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem alat pembuat biogas dari eceng gondok. Perancangan terdiri dari perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. 3.1.

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT. Sensor Utrasonik. Relay. Relay

BAB 3 PERANCANGAN ALAT. Sensor Utrasonik. Relay. Relay BAB 3 PERANCANGAN ALAT 3.1 Diagram Blok Berikut ini adalah diagram blok sistem rancang bangun alat pengontrol volume air dan aerator pada kolam budidaya udang menggunakan mikrokontroler. Sensor Utrasonik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

PEMBUATAN GELANG ULTRASONIK UNTUK ALAT BANTU MOBILITAS TUNANETRA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA8

PEMBUATAN GELANG ULTRASONIK UNTUK ALAT BANTU MOBILITAS TUNANETRA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA8 PEMBUATAN GELANG ULTRASONIK UNTUK ALAT BANTU MOBILITAS TUNANETRA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA8 Nuzul Imam Fadlilah AMIK BSI Bekasi Jl. Raya Kaliabang No.8, Perwira, Bekasi Utara nuzul.nfh@bsi.ac.id

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

REFS0-1 (Reference Selection Bits) REFS0-1 adalah bit-bit pengatur mode tegangan referensi ADC.

REFS0-1 (Reference Selection Bits) REFS0-1 adalah bit-bit pengatur mode tegangan referensi ADC. JOBSHEET VI MENGGUNAKAN ANALOG TO DIGITAL CONVERTER (ADC) DALAM MIKROKONTROLLER ATMEGA8535 1 TUJUAN Mengetahui dan memahami cara menggunakan ADC yang ada di dalam mikrokontroler. Mengetahui dan memahami

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Indah Pratiwi Surya #1, Hafidh Hasan *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 # Teknik Elektro dan Komputer, Universitas Syiah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISEM 3.1. Perancangan Perangkat Keras Blok diagram yang dibuat pada perancangan tugas akhir ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1. Keypad Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT 3.1 DIAGRAM BLOK sensor optocoupler lantai 1 POWER SUPPLY sensor optocoupler lantai 2 sensor optocoupler lantai 3 Tombol lantai 1 Tbl 1 Tbl 2 Tbl 3 DRIVER ATMEGA 8535

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 20 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perencanaan Secara Diagram Blok Untuk dapat melakukan perancangan alat Water Bath, maka penulis memulai dengan perancangan blok diagram yang tertera pada gambar dibawah.

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Penelitian Pada perancangan tugas akhir ini menggunakan metode pemilihan locker secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan spesifikasi sistem yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap sistem. Tujuan pengujian ini adalah untuk membuktikan apakah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM. Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan blok yang dirancang..

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM. Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan blok yang dirancang.. BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan blok yang dirancang.. Adapun blok diagram pembuatan alat yang akan dibuat secara umum dapat dilihat pada gambar

Lebih terperinci

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting 27 BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Diagram blok dan cara kerja dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram Prototipe Blood warmer Tegangan PLN diturunkan dan disearahkan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengontrol Intensitas Cahaya pada Ruang Baca Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16 Maulidan Kelana 1), Abdul Muid* 1), Nurhasanah 1)

Rancang Bangun Sistem Pengontrol Intensitas Cahaya pada Ruang Baca Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16 Maulidan Kelana 1), Abdul Muid* 1), Nurhasanah 1) Rancang Bangun Sistem Pengontrol Intensitas Cahaya pada Ruang Baca Berbasis Mikrokontroler ATMEGA16 Maulidan Kelana 1), Abdul Muid* 1), Nurhasanah 1) 1 Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Pada bab ini akan membahas mengenai langkah - langkah perancangan sistem pebuatan kontrol fluida yang meliputi perancangan perangkat keras atau hardware dan

Lebih terperinci

PERTEMUAN II PEMOGRAMAN INPUT

PERTEMUAN II PEMOGRAMAN INPUT PERTEMUAN II PEMOGRAMAN INPUT TUJUAN: - Mahasiswa mampu memprogram mikrokontroller untuk menerima Informasi dari perangkat input yaitu switch, potensiometer, LDR, phototransistor, mic. PENGENALAN MIKROKONTROLER

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

EMDEDDED ARRAY SENSOR UNTUK LINE FOLLOWING ROBOT

EMDEDDED ARRAY SENSOR UNTUK LINE FOLLOWING ROBOT Seminar Mesin elektrik dan elektronika daya(smed) 2005 hal IA-3 EMDEDDED ARRAY SENSOR UNTUK LINE FOLLOWING ROBOT Akhmad Hendriawan Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Kampus

Lebih terperinci