ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH"

Transkripsi

1 ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 RINGKASAN NURUL FADILLAH. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi terhadap Instalasi Pengolahan Air (Studi kasus di PDAM Bekasi) Dibimbing Oleh YUSMAN SYAUKAT Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia, termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan makhluk hidup. Kota Bekasi terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat memiliki permasalahan dalam penyediaan sumber daya air. Kota Bekasi juga dikenal sebagai kota industri, akibat banyaknya aktivitas dari industri-industri sekitarnya. Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu : (1) Mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air berdasarkan instalasi oleh PDAM Bekasi, (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih di PDAM Bekasi, (3) Mengestimasi fungsi dan biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksi (4) mengestimasi harga pokok air bersih Penelitian ini dilaksanakan di PDAM Bekasi. Data yang dibutuhkan data sekunder dan data primer. Analisis deskriptif untuk analisis pengelolaan Sumber Daya Air (SDA), analisis regresi linier berganda untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air dan fungsi biaya produksi air terhadap Instalasi Pengolahan Air (IPA), dan untuk mengevaluasi harga pokok air bersih PDAM Bekasi dengan marginal cost pricing. Sumber air baku utama berasal dari Saluran Tarum Barat dengan mekanisme harga kontrak Rp 45/m 3, akan tetapi bercampur dengan air Kali Bekasi. PDAM Bekasi memiliki 5 unit/cabang dengan level berbeda. Cabang Tambun mewakili level rendah dengan jumlah kapasitas produksi yang terpasang yaitu 115 detik/liter, Rawa Tembaga mewakili level sedang sebesar 200 detik/liter dan Cabang Kota mewakili level tertinggi sebesar 400 liter/detik. Hasil Analisis regresi komponen utama dari fungsi produksi air LnAT = 12,8 + 0,225 LnAB + 0,226 LnAP + 0,195 LnPBK + 0,255 LnPL - 0,667 D1+ 0,300 D2 didapatkan bahwa ln air baku, air produksi, penggunaan bahan kimia, penggunaan daya listrik signifikan secara statistik pada taraf nyata 5% dengan hasil keragaman model sebesar 98,3%. Hasil Analisis regresi komponen utama dari fungsi biaya produksi air dengan mentransformasi fungsi Cobb Douglas adalah LnTC = 10,5 + 0,865 LnBI - 0,1 LnBP - 0,46 LnQ+ 0,309 D1+ 0,629 D2, didapatkan biaya instalasi, produksi air berpengaruh nyata dan signifikan pada taraf nyata 5% dengan hasil keragaman model sebesar 94,4%. Laju pertumbuhan marginal cost pada masing-masing cabang dengan level kapasitas produksi air yang berbeda-beda memiliki angka laju pertumbuhan yang positif, yaitu pada level rendah (Cabang Tambun) sebesar 47,72% sedangkan level sedang (Cabang Rawa Tembaga) sebesar 35,28% dan level tinggi (Cabang Kota) sebesar 29,37%, artinya selama kurun waktu tersebut terdapat peningkatan nilai marginal cost tiap tahunnya. Laju pertumbuhan average cost secara keseluruhan dari tahun 2007 hingga 2009 memiliki angka laju pertumbuhan yang positif, yaitu pada level rendah (Cabang Tambun) sebesar 39,58% level sedang iii

3 (Rawa Tembaga) sebesar 48,01% dan level tinggi (Cabang Kota) sebesar 48,79%, artinya selama kurun waktu tersebut terdapat peningkatan nilai average cost tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kapasitas air produksi yang digunakan oleh masing-masing cabang di PDAM Bekasi mempengaruhi laju pertumbuhan average cost-nya. Analisis finansial penetapan harga air yang diberlakukan oleh PDAM Bekasi pada tahun bersifat tetap dengan berpedoman kepada perhitungan berdasarkan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, penetapan tarif didasarkan atas biaya dasar yang diperoleh dari perhitungan harga pokok produksi. Penetapan harga air PDAM berdasarkan marginal cost pricing sudah dapat mencapai kondisi tertutupinya seluruh biaya pengelolaan. Pengembangan kapasitas produksi mengakibatkan produksi meningkat setiap tahunnya karena kebutuhan air yang meningkat dan cakupan wilayah diperluas sehingga dapat mengurangi biaya, Jadi visi dan misi PDAM dalam rangka penyediaan air bersih perlu ditingkatkan dalam hal pelayanan meskipun belum menambah kapasitas IPA dengan kendala dana minim. Kata kunci: Air, PDAM, Fungsi Produksi Air, Fungsi Biaya Produksi iv

4 ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 vi

5 Judul Skripsi Nama NRP : Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air pada Instalasi Pengolahan Air di PDAM Bekasi) : Nurul Fadillah : H Disetujui Pembimbing, Dr.Ir.Yusman Syaukat,M.Ec NIP Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Tanggal lulus : Dr.Ir. Aceng Hidayat,MT NIP v

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air pada Instalasi Pengolahan Air di PDAM Bekasi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 Nurul Fadillah H ii

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi rabbil alamin. Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air pada Instalasi Pengolahan Air di PDAM Bekasi Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah kelulusan dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Departemen Sumberdaya dan Lingkungan pada Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini mengevaluasi pengelolaan air oleh PDAM Bekasi yakni pola pemanfaatan dan mekanisme kerja yang ada di PDAM Bekasi, produksi air, dan estimasi biaya produksi terhadap Instalasi Pengolahan Air (IPA). Tidak ada satupun hal yang sempurna, begitu pula dengan skripsi ini yang masih jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan evaluasi dan perbaikan skripsi ini kedepannya. Harapan penulis adalah agar karya penulis ini dapat menyumbangkan kontribusi kepada berbagai pihak sebagai sesuatu yang bermanfaat dan menjadi landasan yang baik untuk tahap selanjutnya. Bogor, Juli 2011 Penulis vii

8 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, petunjuk, dukungan dan bantuan serta semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Khususnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Yang tercinta Papa (Machmud Rusdi) dan Mama (Chosiah), terimakasih atas doa, dukungan dan semangat serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Kakakku Syarifudin Ashari dan Muthia Rahmi, serta adik-adikku Rosdiyana dan Diah Kurniati, yang selalu membantu dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan kuliah. 2. Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, selaku Rektor Institut Pertanian Bogor. 3. Dr.Ir.Yusman Syaukat, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor, dan selaku Dosen Pembimbing Materi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan melakukan koreksi dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. 4. Dr.Ir. Ahyar Ismail, M.Agr atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dan saran bagi perbaikan skripsi ini. 5. Rizal Bahtiar, SPi,M.Si selaku Dosen Penguji Perwakilan Departemen. 6. Ibu Pini Wijayanti, Sp,M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik dengan baik. 7. Seluruh Dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa kuliah penulis di Institut Pertanian Bogor. viii

9 8. Seluruh Pimpinan dan Staf Pusat PT. PDAM Bekasi khususnya bagian produksi, keuangan dan umum yang telah membantu memberikan informasi data dalam penyusunan skripsi ini. 9. Noor Kholis, yang senantiasa memberikan semangat, bantuan dan saran serta menjadi inspirasi utama bagi penulis dan Vera Fuzi Lestari, sahabat sejati yang selalu memberikan motivasi terhadap penulis. 10. Teman-teman WBA kos: Dini Marliani, Tiara Dwi K, Syifa Azizah, Sitta Azmi, Dwi Tanti K, Rizky Amelia, Wastu Ayu, Ida Rosita, Lintang Praba, Dian, Dinis, Resni Oktavian atas segala keceriaan yang diberikan. 11. Sahabat seperjuangan di ESL 44(se-PS) : Fenny Kurniawati, Resti Ariesta, Syifa Azizah, Maeda Niella, Rioni atas semangat dan motivasinya. 12. Teman-teman seperjuangan di ESL 44, khususnya Chichi Rizki, Fachrun Nisa, Raisa, Ratih Trianita, Norita, Rizky Amelia, Ria Larastiti, Frizka Amalia, Riri Asmarta, Pristy Setyaningrum, Ario Bismoko Sandjoyo, Rizky Yusuf dan angkatan 43,45 terima kasih banyak karena selama ini sudah memberikan bantuan, dukungan dan doa, semoga tetap kompak selalu. 13. Semua teman-teman baik yang sudah mengerjakan skripsi maupun yang akan mengerjakan skripsi, dan sahabat-sahabat penulis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Bogor, Juli 2011 Penulis ix

10 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... i HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv PERNYATAAN KEORISINILAN... v KATA PENGANTAR... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv RIWAYAT HIDUP..... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Nilai Ekonomi Sumber Daya Air Karakteristik Sumber Daya Air Efisiensi Alokasi Sumber Daya Air Konsep Perusahaan Daerah Air Minum Penetapan Harga Air Sumberdaya Air ditinjau dari Sisi Penawaran dan Permintaan Fungsi Permintaan Fungsi Penawaran Proses Produksi Air Bersih Nilai Ekonomi Produksi Biaya Produksi Air Jenis Instalasi Pengolahan Air Fungsi Produksi Pengelolaan Sumber Daya Air Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan.. 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM Biaya Produksi Air PDAM Biaya Pengelolaan Air PDAM x

11 3.2 Keterkaitan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air terhadap instalasi pengolahan air Penetapan Harga Pokok Air PDAM Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Fungsi Produksi Air PDAM Regresi Komponen Utama(PrincipalComponentRegression) Metode Uji Statitistik Fungsi Produksi a. Uji terhadap Multikolinear (Multicolinearity) b. Goodness of fit c. Uji Statistik t d. Uji Statistik f e. Uji terhadap Autokorelasi f. Uji Heterokedastisitas Analisis Fungsi Biaya Pengelolaan Air PDAM Batasan Operasional V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Objektif Kota Bekasi Keadaan Geografis Kota Bekasi Kondisi Kependudukan Kondisi Air Ketersediaan Air Gambaran Umum PDAM Bekasi Sejarah dan Perkembangan PDAM Bekasi Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi PDAM Bekasi Visi dan Misi PDAM Bekasi Administrasi dan Manajemen Struktur Organisasi Pelayanan PDAM Bekasi. 58 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi Analisis Fungsi Produksi Air PDAM Bekasi Analisis Fungsi Biaya Produksi dan Pengelolaan Air sesuai jenis Instalasi Pengolahan Air PDAM Bekasi Penentuan Harga Pokok Air Bersih dengan Marginal Cost Pricing 75 VII. KESIMPULAN DAN SARAN.. 86 VIII. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kriteria dan Tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air Metode Pengumpulan Data dan Analisis Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Bekasi Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan per bulan di Kota Bekasi Tahun Jumlah Sambungan Pelanggan PDAM dari Tahun Rata-rata Debit Bulanan Kali Bekasi dari Tahun Perkembangan Kapasitas IPA Sesuai Level Rendah, Sedang, Tinggi dari Tahun Jenis Kelompok Sambungan Langganan Tahun Wilayah Pelayanan per Golongan pada Cabang Tambun, Cabang Rawa Tembaga dan Cabang Kota dari Tahun Model Persamaan Regresi Produksi Air PDAM Bekasi berdasarkan Koefisien, Simpangan baku dan t hitung Persentase dari Komponen Biaya Langsung dan Tidak Langsung Masing-masing Cabang dari Tahun Persamaan Biaya Produksi PDAM Dilihat dari Koefisien,t-hitung dan Simpangan Baku Rata-rata Harga Pokok Air Bersih PDAM Bekasi dari Tahun Masing-masing Cabang Harga Pokok Produksi Air PDAM Bekasi berdasarkan jumlah air produksi tahun Perbandingan Marginal Cost dan Average Cost Struktur Biaya Pengelolaan Air PDAM Bekasi Cabang Tambun Tahun Perbandingan Marginal Cost dan Average Cost Struktur Biaya Pengelolaan Air PDAM Bekasi Cabang Rawa Tembaga Tahun xii

13 17. Perbandingan Marginal Cost dan Average Cost Struktur Biaya Pengelolaan Air PDAM Bekasi Cabang Kota Tahun Tarif Air Minum PDAM Bekasi berdasarkan konsumsi pemakaian Perbandingan Jumlah Air Distribusi dengan Jumlah Air Terjual serta Persentase kehilangan air Perkiraan Penerimaan PDAM dan Laba/Rugi PDAM Bekasi Jika diberlakukan Marginal Cost Pricing.. 85 xiii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Penentuan Harga Air Atas Dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata-rata Proses Bagan Alir Produksi Air Bersih PDAM Bekasi Penurunan Produktivitas Rata-rata dan Produktivitas Marginal dari Kurva Produk Total Kerangka Pemikiran Perkembangan Kapasitas IPA Sesuai Level Rendah, Sedang, Tinggi dari Tahun Sambungan Langganan PDAM Bekasi Tahun Diagram batang Jumlah Pelanggan PDAM Cabang Tambun, Cabang Rawa Tembaga dan Cabang Kota Perbandingan Nilai Marginal Cost dan Average Cost Struktur Biaya Pengelolaan Air PDAM Bekasi Tahun xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Produksi PDAM Bekasi Cabang Tambun, Rawa Tembaga, Kota Korelasi Antar Variabel Bebas Persamaan Model Produksi Data Biaya Produksi PDAM Bekasi Cabang Tambun, Rawa Tembaga, Kota Scatter Plot Persamaan Produksi PDAM Bekasi Uji Autokorelasi, Uji Kenormalan, Uji Homoskedastisitas, Histogram Residual xv

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia, termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan makhluk hidup. Selain sebagai kebutuhan dasar, air diperlukan sebagai pendukung dalam kegiatan ekonomi seperti pertanian dan industri, menunjang kehidupan unsur hayati, sarana religi, budaya dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat (Gany et al. 1997). Air merupakan sumberdaya yang bersifat vital dan esensial bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga kita dituntut untuk dapat memanfaatkan air sebaik mungkin karena tanpa air seluruh kehidupan dan aktivitasnya tidak akan dapat berjalan. Air memiliki berbagai fungsi strategis bagi kehidupan manusia yaitu fungsi sosial, fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial menempatkan air sebagai barang publik yang mengutamakan pemanfaatan berlandaskan kepentingan umum dibandingkan pemanfaatan secara privat. Fungsi ekologi menempatkan air sebagai ekosistem yang terdiri dari organisme yang tumbuh dan berkembangbiak. Air memiliki fungsi ekonomi yang didayagunakan untuk menunjang kehidupan manusia baik produksi, distribusi maupun konsumsi. Menurut Fauzi (2006), sumberdaya air bersifat common pool resources dimana setiap pengguna sumberdaya air meyakini bahwa ekstraksi yang dilakukannya tidak akan mempengaruhi stok sumberdaya air, sehingga deplesi dari sumberdaya air dinilai tanpa harga (zero price). Permasalahan ketersediaan air adalah siklus air yang ada di bumi tidak merata karena adanya perbedaan curah hujan tiap tahun dan tiap musim, adanya perbedaan suhu, atmosfer, angin dan

17 kondisi topografi dari suatu wilayah. Hal ini menyebabkan adanya berbagai masalah jika jumlah air berlebih maka akan terjadi banjir dan jika jumlah air kurang maka terjadi kekeringan. Permasalahan yang dihadapi dalam menyediakan air bersih tidak selalu bergantung pada proses alaminya, pencemaran lingkungan khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat penggundulan hutan, limbah industri maupun limbah rumah tangga baik langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas air, sehingga untuk mendapatkan air bersih diperlukan suatu proses pengolahan air, dalam hal ini membutuhkan suatu biaya. Permasalahan lain adalah kekurangan air minum, hal ini disebabkan karena : 1) meningkatnya jumlah pemakaian air sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya gaya hidup masyarakat, perkembangan industri dan perkembangan dalam bidang lainnya, 2) tidak adanya keseimbangan antara jumlah pemakaian air dengan penambahan persediaan air minum, 3) kapasitas produksi air minum justru banyak menurun karena peralatan yang sudah rusak, kebocoran pipa-pipa dan penurunan kapasitas sumber air karena tidak adanya perlindungan terhadap hutan yang menjadi penopang dari cadangan air dan mata air (Winarno et al.1973). Oleh karena itu, diperlukan pula sumberdaya manusia yang ahli dan kompeten untuk mengatur dan menangani sumberdaya air, baik secara fisik maupun secara ekonomi. Fauzi (2006) menyatakan air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia mungkin tidak bisa bertahan hidup, namun kita sering bersikap menerima air begitu saja sebagai hal yang niscaya ada tanpa mempertanyakannya (take it for granted). Bahkan dalam ilmu 2

18 ekonomi, dikenal adanya istilah water diamond paradox atau paradoks air dan berlian, dimana air yang begitu esensial dinilai begitu murah sementara berlian yang hanya sebatas perhiasan dinilai begitu mahal. Air bersih (fresh water) telah menjadi barang ekonomi (economic goods) dan komoditi ekonomi (Young, 1996), sehingga otomatis sifat-sifat public good yang selama ini melekat pada sumberdaya air seperti non excludable dan non rivalry akan berubah menjadi sifat barang ekonomi yaitu rivalry, excludable dan subtractable sehingga penawaran air terhadap suatu wilayah akan menjadi penting bila tidak ingin terjadi kelangkaan. Air seharusnya tidak semata-mata dipandang sebagai barang ekonomi, pandangan mengenai hal tersebut bertentangan dengan The Dublin Statement on Water and Sustainable Development (Dublin Principles) dalam Rio Earth Summit tahun Prinsip-prinsip Dublin dalam tata pengelolaan air yakni: 1) Air yang merupakan sumberdaya asasi bagi keberlangsungan kehidupan pembangunan dan lingkungan adalah sumberdaya yang terbatas dan rentan ketersediaannya. 2) Pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air harus dilandaskan pada pendekatan partisipatif, yang melibatkan pengguna, pengelolaan dan pengamatan sumberdaya air. 3) Wanita memiliki peran sentral dalam penyediaan, pengelolaan dan pengamanan sumberdaya air. 4) Air memiliki nilai ekonomi dalam semua ragam penggunaan yang saling bersaing satu sama lain dan karenanya harus diakui sebagai barang ekonomi. 3

19 Pendekatan pertama menekankan bahwa air merupakan sumberdaya yang esensial bagi keberlanjutan hidup, maka pengelolaan air bersifat holistik yang biasa menghubungkan pembangunan sosial ekonomi dengan perlindungan sumberdaya ekosistem. Prinsip kedua mengamanahkan pendekatan partisipatif yakni pengambil keputusan harus diambil oleh dan pada tingkatan yang paling rendah dengan pelibatan konsultasi publik dan pengguna dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek mengenai sumberdaya air. Pendekatan ketiga menekankan wanita memiliki peran krusial dalam penyediaan, pengelolaan dan pengamanan sumberdaya air termasuk dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan melalui cara yang sesuai dengan keinginan kodratinya. Prinsip keempat menegaskan bahwa penting bagi semua pihak untuk pertama-tama mengakui bahwa akses terhadap akses air bersih dan sanitasi merupakan hak dasar semua manusia, karenanya perlu disediakan dengan harga yang terjangkau. Kota Bekasi terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat memiliki permasalahan dalam penyediaan sumberdaya air. Ketersediaan air di Kota Bekasi berasal dari dua sumber, yaitu air tanah dan air permukaan yang berasal dari sungai. Kota Bekasi juga dikenal sebagai kota industri, akibat banyaknya aktivitas dari industri-industri sekitarnya. Pelayanan kebutuhan air bersih di Kota Bekasi dilaksanakan oleh dua PDAM, yaitu PDAM Bekasi dan PDAM Tirta Patriot. Kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dinilai belum terlayani secara optimal dikarenakan mahalnya biaya investasi untuk penyediaan sarana. PDAM mengaku tidak bisa lagi menambah kapasitas produksi air bersih. Adanya kelangkaan dan 4

20 kesulitan dalam pemanfaatan air bersih di Bekasi menyebabkan adanya ketimpangan dalam kesejahteraan sosial yang dialami oleh masyarakat. Masih banyak pelanggan air PDAM yang tidak menggunakan air tersebut sebagai air baku untuk air minum dalam kehidupan sehari-hari. Alokasi air PDAM di Kota Bekasi belum merata, hal ini ditandai dengan adanya kebijaksanaan ekonomi yaitu pengelolaan sumberdaya air PDAM. Banyaknya aktivitas masyarakat Bekasi dan industri rumah tangga yang terlalu berlebihan dalam memanfaatkan sumberdaya air dapat mengakibatkan penurunan kualitas mutu air sehingga diduga akan terjadi krisis air bersih jika tidak mendapatkan perhatian 1. Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi semua pihak dalam menjaga keberlangsungan sumberdaya air. Pertumbuhan jumlah penduduk di Bekasi dari tahun ke tahun terhadap kebutuhan air mengakibatkan permintaan air bersih yang juga bertambah Perumusan Masalah Salah satu sumber yang diperlukan oleh masyarakat perkotaan dalam mencukupi kebutuhan air bersih yang layak untuk dikonsumsi adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). PDAM Bekasi merupakan Badan Usaha Milik Negara atau daerah yang bergerak dalam penyediaan air bagi masyarakat Kota Bekasi yang memberikan jasa pelayanan dan pemanfaatan umum di bidang air minum. PDAM dalam menjalankan aktivitasnya dihadapkan pada dua fungsi yaitu pelayanan dan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yakni sebagai perusahaan yang harus mengemban prinsip-prinsip perusahaan yang baik guna mendapat keuntungan usaha. 1 diakses pada tanggal 19 februari wawancara dengan Badan Pusat Statistik Kota Bekasi (Ibu Linda) 5

21 PDAM Bekasi dalam hal pelayanan masyarakat berorientasi sosial dituntut dengan membantu ketersediaan air bersih demi memenuhi kebutuhan hidup. PDAM sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terkait dengan aspek ekonomi yaitu mencari profit yang diharapkan profit tersebut dapat memberikan kontribusi bagi pemasukan daerah guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Kota Bekasi. Pembangunan sektor industri yang pesat di daerah Bekasi dan pembangunan daerah pemukiman pada waktu mendatang mempengaruhi peningkatan kebutuhan air bersih, sedangkan kualitas air tanah telah tercemari dan kuantitas sedikit terutama pada musim kemarau. Perbedaan curah hujan antar waktu dan kurangnya daerah resapan air di Bantaran Kali Bekasi menyebabkan timbulnya pengaruh terhadap tingkat produksi air bersih PDAM Bekasi. Terbatasnya persediaan air bersih milik PDAM yang saat ini produksi keseluruhannya hanya 1875 liter per detik sehingga hanya mampu untuk menyuplai kebutuhan 108 ribu pelanggan PDAM yang hanya melayani kebutuhan 20% dari jumlah keseluruhan (PDAM, 2009). Permasalahan lainnya adalah minimnya anggaran APBD untuk masalah air bersih sehingga sampai saat ini PDAM belum bisa membangun instalasi pengelolaan air bersih yang baru hingga penyebaran jaringannya (pipanisasi). Oleh karena itu PDAM mengalami permasalahan ekonomi diakibatkan besarnya private cost yang harus ditanggung oleh perusahaan akibat biaya pengadaan infrastruktur air seperti sarana drainase ataupun perpipaan, sementara konsumen ingin membayar harga air dengan terbatas dan murah. Hal ini menyebabkan dilema yang harus dihadapi perusahaan yang hanya mengandalkan real cost dari konsumen. Pengelolaan air bersih memiliki berbagai permasalahan faktor internal 6

22 atau eksternal yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan ekonomi baik optimalisasi keuntungan, alokasi sumberdaya air yang belum merata ataupun optimalisasi utilitas penggunaan konsumen. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji adalah: 1) Bagaimanakah pengelolaan sumberdaya air berdasarkan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air PDAM Bekasi agar efisien dalam pemenuhan kebutuhan air masyarat Kota Bekasi? 2) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih PDAM Bekasi? 3) Bagaimana fungsi biaya produksi yang digunakan terhadap jenis instalasi pengolahan air, baik level rendah, sedang maupun tinggi? 4) Bagaimana harga pokok air bersih yang diberlakukan dengan mekanisme marginal cost pricing? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air berdasarkan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Bekasi 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih di PDAM Bekasi 3) Mengestimasi fungsi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksi. 4) Menganalisis harga pokok air bersih melalui mekanisme marginal cost pricing 7

23 1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Akademisi dan Peneliti, diharapkan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan dipelajari sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan. 2) Bagi PDAM dan Pemerintah Daerah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam rangka penyediaan air bersih dan pengelolaan air berdasarkan instalasi. Hal ini dilakukan agar produksi air dapat menjadi masukan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air. 3) Bagi Masyarakat luas agar dapat mengetahui mekanisme PDAM Bekasi dalam melakukan sistem pengelolaan air bersih sehingga dapat melakukan upaya kooperatif dalam penjagaan lingkungan khususnya wilayah bantaran kali/sungai. 1.5 Ruang lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian di PDAM Bekasi dengan lebih memfokuskan dan menilai aspek pengelolaan sumberdaya air dan biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air, aspek ekonomi antara biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air, menilai harga pokok air bersih, dan aspek teknis yang mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air. 8

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Air Berdasarkan Undang-Undang Sumberdaya Air No. 7 tahun 2004 pasal 1 ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang berada di atas permukaan tanah. Tietenberg (1984) menyatakan bahwa sumberdaya dapat dikelola secara efisien asalkan sistem kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut dibangun atas sistem property right yang efisien pula, antara lain: 1) Universality, yang berarti bahwa semua sumberdaya dimiliki secara pribadi (private owned) dan seluruh hak-haknya diperinci dengan lengkap dan jelas. 2) Exclusivity, berarti bahwa semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat dari kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain. 3) Tranferability, berarti seluruh hak kepemilikan dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas. 4) Enforceability, berarti bahwa hak kepemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain. Menurut Anwar (1992), karena seringnya menghadapi permasalahan seperti yang disebutkan di atas, maka sumberdaya air sering mengarah kepada sumberdaya yang bersifat akses terbuka (open access) pada beberapa wilayah, keadaan ini akan menimbulkan gejala eksternalitas yang meluas. 9

25 Suparmoko (1997) menjelaskan bahwa konsep ekonomi air dalam menentukan distribusi air menggunakan prinsip nilai guna batas yang sama bagi setiap penggunaan (equimarginal value in use). Prinsip ini menghendaki agar sumberdaya air dialokasikan secara efisien. Penentuan biaya marjinal sangat bermanfaat dalam penentuan air maupun dalam membedakan harga di antara kelompok pemakai air. Gany (1989) dalam Sudrajat (1997) membagi nilai ekonomi air atas dua sistem, yaitu: 1) Sistem volumetrik Pemakai air pada sistem ini membayar sejumlah air yang dipakainya berdasarkan nilai harga air secara integral ataupun parsial. Diketahui dari hasil pencatatan jumlah air yang dipakai oleh masing-masing petani setiap akhir musim tanam. Sistem ini sangat efisien dalam arti penggunaan air, namun sangat mahal bila ditinjau dari segi sarana maupun dari segi manajemen untuk menjamin pemberian air secara bijaksana dan memenuhi sasaran. 2) Sistem non volumetrik Pembayaran nilai air oleh petani dengan sistem ini biasanya dilakukan dengan bentuk pajak tanah yang besarnya disesuaikan dengan klasifikasi tanah ditinjau dari segi output serta letak strategisnya air bagi petak sawah tersebut. Menurut Turner et al. (2004), air merupakan sumberdaya yang sangat besar dimana nilai ekonomi per unit berat atau volume cenderung relatif rendah, tetapi membutuhkan biaya pengangkutan, penyimpanan, dan pemindahan yang tinggi untuk per unit volumenya. 10

26 2.1.1 Karakteristik Sumberdaya Air Menurut Sanim (2003), air sebagai sumberdaya alam dapat berupa persediaan dan sekaligus sebagai aliran. Air tanah merupakan persediaan yang biasanya memerlukan aliran dan pengisian kembali oleh air hujan. Sifat air adalah stokastik, artinya air diatur oleh proses fisik yang berdistribusi kemungkinan (random). Pemasokan air tergantung pada topografi dan kondisi meteorologi karena keduanya mempengaruhi peresapan dan penguapan air. Sifat air yang stokastik inilah, maka pengambilan keputusan dalam mengembangkan sumberdaya air didasarkan atas distribusi kemungkinan. Terkait dengan karakteristik air itu sendiri seperti mobilitas air, skala ekonomi yang melekat, supply air yang berubah-ubah, kapasitas dari daya asimilasi dari badan air, dapat dilakukannya secara beruntun, penggunaan yang serbaguna, berbobot besar dan memakan tempat, sehingga air sulit untuk ditegaskan hak-hak atas sumberdaya air dan kesulitan dalam pemberlakuan peraturannya Efisiensi Alokasi Sumberdaya Air Menurut Fauzi (2006), alokasi air merupakan masalah ekonomi untuk menentukan bagaimana supply air yang tersedia harus dialokasikan kepada pengguna atau calon pengguna. Penggunaan air sendiri pada dasarnya terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok konsumtif yakni mereka yang memanfaatkan air untuk konsumsi (rumah tangga, industri, pertanian, kehutanan) dan kelompok non konsumtif yang memanfaatkan air melalui proses yang disebut diversi baik melalui transformasi, penguapan, penyerapan ke tanah maupun pendegradasian kualitas air secara langsung (pencemaran). Alokasi sumberdaya 11

27 air harus memenuhi kriteria efisiensi, equity, dan sustainability. Kriteria dan tujuan pengelolaan sumber daya air dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria dan Tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air Kriteria Tujuan Efisiensi - Biaya penyediaan air yang rendah - Penerimaan per unit sumber daya yang tinggi - Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Equity - Akses terhadap air bersih untuk semua masyarakat Sustainability - Menghindari terjadinya deplesi pada air bawah tanah - Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem - Meminimalkan pencemaran air Sumber : Fauzi (2006) Menurut Tietenberg (2001), sumberdaya air harus dialokasikan dengan baik sehingga manfaat bersih marginal (marginal cost benefit) sama bagi semua penggunanya. Manfaat bersih marginal merupakan jarak vertikal antara kurva permintaan terhadap air dengan kurva biaya marginal dari ekstraksi dan distribusi air dari unit terakhir yang dikonsumsi. Jika manfaat bersih marginal tersebut tidak merata atau sama, maka akan sering terjadi kenaikan manfaat bersih dengan adanya transfer air dari pemanfaatan yang memberikan manfaat bersih yang rendah ke penggunaan yang memberikan manfaat bersih yang lebih tinggi. Beberapa permasalahan pokok yang sering dihadapi dalam setiap pengelolaan sumberdaya air bagi pengalokasian sumberdaya air yang terbaik untuk mencapai penggunaan optimal dalam jangka panjang menurut Suparmoko (1995) antara lain: a) Bagaimana pengalokasian air yang tersedia (water supply) diantara berbagai penggunaan atau sektor (among user) b) Bagaimana mendistribusikan air diantara pemakai air c) Bagaimana mengalokasikan air tersebut pada daerah yang berbeda 12

28 d) Bagaimana mendistribusikan air antar waktu e) Bagaimana pengelolaan sumberdaya air yang seharusnya/siapa seharusnya pengelola sumberdaya air Kenyataannya sistem yang berlaku tidak menjamin pengalokasian sumberdaya air bersifat efisien. Penyebab-penyebab inefisiensi dalam pengalokasian sumberdaya air menurut Tietenberg (2001), yaitu: a) Pembatasan-pembatasan dalam hal pentransferan air (restriction on transfers). Pencapaian alokasi air yang efisien dengan menetapkan manfaat bersih marjinal harus sama atau merata di semua aktivitas penggunaan air. b) Penetapan harga air (water pricing). Harga yang diberlakukan pada sumberdaya air tidak memberikan jaminan kalau sumberdaya air telah dialokasikan dengan efisien karena sumberdaya air dianggap sebagai komoditas yang penting atau esensial, maka harga yang diberlakukan seringkali terlalu rendah. Penyebabnya antara lain biaya rata-rata historis (historical average cost) yang digunakan untuk menentukan nilai atau tingkatan dan nilai kelangkaan marjinal (marginal scarcity rent) yang jarang diperhitungkan. Sistem harga yang efisien didasarkan pada biaya marginal (marginal cost) bukan biaya rata-rata (average cost). c) Masalah-masalah kepemilikan umum (common property problems). Sumberdaya milik umum cenderung habis terkuras dalam waktu singkat, sedangkan para pengguna tidak mempunyai insentif untuk melakukan konservasi, sehingga nilai kelangkaan marjinal dibiarkan hilang begitu saja. 13

29 2.2 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum Berbeda dengan perusahaan swasta murni yang selalu berorientasi pada keuntungan (profit oriented), PDAM juga berorientasi terhadap pelayanan. Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya dengan cara menyediakan air minum yang bersih, sehat dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah (Saberan, 1997). Perusahaan Daerah Air Minum mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada masyarakat dimana dalam menjalankan fungsinya, PDAM disini harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus berusaha mengembangkan tingkat pelayanannya. PDAM juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada pemerintah daerah. Tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air bersih masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk mencapainya maka pengelolaan terhadap PDAM harus berdasarkan prinsip-prinsip dan asas ekonomi perusahaan sehat Penetapan Harga Air Menurut Suparmoko (1995), ada dua cara untuk menentukan harga air yaitu atas dasar biaya marjinal (MC) dan atas dasar biaya rata-rata (AC), selain itu juga harus mempertimbangkan dua hal yakni faktor laba dan faktor distribusi agar lebih banyak barang atau air yang tersedia bagi masyarakat. Berkaitan dengan penentuan harga air tersebut, metode-metode yang dapat digunakan adalah dengan:. 3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : tahun 1994, tentang pedoman dan pemantauan Kinerja keuangan PDAM 14

30 1) Marginal Cost Pricing (MCP) Efisiensi alokasi penggunaan sumberdaya menganjurkan bahwa komoditi seharusnya diproduksi dan dialokasikan pada suatu titik dimana keuntungan marjinal (marginal benefit) sama dengan biaya marjinalnya (marginal cost), sehingga efisiensi ekonomi terjadi pada saat harga air ditetapkan sama dengan biaya marjinal yang bertujuan memaksimumkan keuntungan bersih sosial (Net Social Benefits). MCP memiliki dua tujuan yaitu : a) Memberikan sinyal mengenai biaya untuk memperoleh tambahan air kepada konsumen, sehingga konsumen dapat memutuskan untuk mengkonsumsi sejumlah tambahan air dengan tambahan kepuasan yang setidaknya sama besar. b) Memberikan sinyal kepada pengelola air mengenai seberapa banyak keinginan konsumen untuk membeli dengan harga yang ditetapkan. Apabila harga ditetapkan dengan dasar Marginal Cost Pricing, maka harga yang berlaku adalah sebesar OP 1 = AS dan produksi yang dihasilkan adalah sebesar OA (Gambar 1). Kondisi ini harga P 1 = MC, yaitu sama dengan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan produksi air. Biaya rata-rata (AC) lebih rendah dari P 1 karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen lebih besar dari biaya per unit air, maka penerimaan total (TR) lebih tinggi dari biaya total (TC) sehingga perusahaan mendapat keuntungan. Jika perusahaan menentukan harga atas dasar Average Cost Pricing, maka harga yang diberlakukan adalah sebesar OP 2 dan jumlah produksi adalah sebesar OA karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen adalah P2 sama dengan biaya per unit air (AC) maka perusahaan tidak mendapat keuntungan (laba = nol). 15

31 Harga MC P1 S AC P 2 R O MR A B D=AR Volume air Sumber: Suparmoko, 1995 Gambar 1. Penentuan Harga Air atas dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata- Rata Berdasarkan uraian tersebut, secara teoritis jika perusahaan berorientasi pada perolehan profit, maka penentuan harga terbaik adalah atas dasar biaya marjinal (MC pricing) karena pada saat itu perusahaan masih mengalami biaya yang semakin menurun (decreasing cost) yaitu pada daerah OB ke kiri dan artinya perusahaan menikmati keuntungan. Apabila perusahaan menentukan harga atas pertimbangan distribusi (lebih banyak barang yang tersedia di pasaran dengan harga yang rendah atau serendah-rendahnya), maka penentuan harga terbaik adalah dengan dasar biaya rata-rata (AC pricing) walaupun perusahaan tidak memperoleh keuntungan. 2) Full Cost Recovery Pricing (FCRP) MCP hanya fokus pada kondisi biaya marjinal yang ditunjukkan saat keuntungan marjinal dari mengkonsumsi air sama dengan biaya marjinalnya dan 16

32 mengabaikan kondisi secara total. Kondisi keduanya baik biaya total dan marjinal perlu diaplikasikan saat menentukan tingkat harga dan kuantitas. Penetapan harga atau tarif yang memperhatikan kondisi total adalah dengan FCRP. Hanemann (1998) membagi metode FCRP kedalam tiga bentuk : a) Ramsey Pricing : digunakan untuk menunjukkan sebuah kumpulan harga yang sama yang memaksimumkan keuntungan sosial bersih. b) Coase s Two-part Tariff : menggunakan sebuah strategi tarif dua bagian untuk menemukan kondisi total dimana keuntungan total seharusnya melebihi total biaya. Ketika harga air dibentuk berdasarkan tarif dua bagian, konsumen atau pelanggan harus membayar ongkos tetap atau biaya masuk dalam bentuk sewa meteran dan bea administrasi dengan tujuan untuk menutupi biaya penggunaan air yang tidak berubah menurut jumlah penjualan. c) Decreasing and Increasing Block Rates : metode ini merupakan perluasan dari penetapan tarif dua bagian increasing atau decreasing block rates dibedakan hanya pada tingkat urutan harga. Increasing block rate terjadi ketika p1<p2<p3 <pn yakni harga akan semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penggunaan air dan sebaliknya untuk decreasing block rate. Pemberlakuan sistem decreasing dan increasing block rate berbedabeda tergantung kondisi yang dimiliki daerah. Decreasing block rate biasanya digunakan pada daerah atau negara yang memiliki jumlah sumberdaya air yang melimpah. Sistem penentuan harga yang berlaku di Indonesia adalah increasing block tariff yaitu konsep dimana tingkat harga yang sesuai dengan peningkatan jumlah air dengan tujuan meningkatkan subsidi silang dari golongan masyarakat. 17

33 2.4 Sumberdaya Air Ditinjau dari Sisi Penawaran dan Permintaan Fungsi Permintaan Kebutuhan air ini akan meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, taraf hidup, dan perkembangan sektor industri. Permintaan mencakup jumlah barang yang dibutuhkan oleh individu kemudian terdapat daya beli terhadap barang tersebut. Nicholson (1995) menyatakan individu memiliki peran sebagai konsumen dalam sistem ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan dalam teori ekonomi yaitu harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga barang-barang lainnya, selera konsumen, distribusi pendapatan dan besarnya populasi atau jumlah penduduk. Pengendalian sumberdaya air dalam menghindari adanya pencemaran dan eksploitasi air yakni dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang makin banyak mendapat perhatian dalam pengelolaan sumberdaya air. Hal ini disebabkan karena para konsumen air tidak hanya menginginkan jumlah yang cukup, tetapi juga kualitas yang sesuai keperluan mereka (Sanim, 2003) Fungsi Penawaran Penawaran mencakup jumlah barang yang ditawarkan kepada individu kemudian terdapat daya beli terhadap barang tersebut. Ekonomi produksi mencakup teori penawaran dan permintaan yang menggambarkan atas hubunganhubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu barang. Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas 18

34 yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran (Nicholson, 1995). Fauzi (2006) menyatakan air sebagai sumberdaya alam dapat berupa persediaan sekaligus sebagai aliran. Air tanah misalnya merupakan persediaan yang biasanya memerlukan aliran dan pengisian kembali oleh air hujan. Salah satu sifat air ialah stokastik, artinya ia diatur oleh proses fisik yang berdistribusi kemungkinan (random). Pemasokan air bergantung pada topografi dan kondisi meteorologi karena mempengaruhi peresapan dan penguapan air. Kemampuan untuk menyediakan kebutuhan air bersih yang cukup terletak pada manajemen sumberdaya air yang harus optimal dengan terbatasnya segala sumberdaya yang ada. 2.5 Proses Produksi Air Bersih Sumber air yang digunakan di PDAM Bekasi berasal dari Bendung Bekasi yang merupakan aliran air dari Kali Bekasi dan Sungai Tarum Barat (Kalimalang) yang dialiri oleh waduk Jatiluhur (Water Treatment Plan Kalimalang). Proses produksi air dari sumber tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 19

35 Sumber air Kali Bekasi dan PJT II (Tarum Barat) Intake/sadap (bangunan penampung air) Pra sedimentasi (pengendapan) Bak koagulasi (penjernihan tawas/pac) Bak Flokulasi (Pengadukan) Sedimentasi (pengendapan) Reservoir Fitrasi Sumber : PDAM Bekasi (2011) Gambar 2. Proses Bagan Alir Produksi Air Bersih PDAM Bekasi Proses pengolahan air PDAM menggunakan air baku dari sungai Tarum Barat dimulai dari pengambilan air melalui bangunan intake kemudian masuk ke proses prasedimentasi, diendapkan terlebih dahulu dalam tangki pengendapan awal, setelah itu dialirkan ke unit instalasi penjernihan air (Water Treatment Plan), pada instalasi penjernihan dilakukan pembubuhan koagulant (PAC) melalui unit koagulasi kemudian dilakukan pembentukan gumpalan dalam unit flokulasi. Setelah melalui proses flokulasi, air diendapkan kembali dalam tangki pengendapan (sedimentasi) dan dilakukan penyaringan (filtrasi) serta perhitungan air yang diproduksi melalui meter induk. Sesudah proses pengolahan selesai, air dialirkan melalui pipa transmisi air bersih ke bangunan reservoir lalu dibersihkan (disinfeksi) dan dialirkan ke pelanggan (Darwin, 2002). Pengolahan air yang menggunakan sumber air baku dari mata air langsung dialirkan melalui pipa 20

36 transmisi air bersih ke bangunan reservoir kemudian dibubuhkan gas klor untuk disucihamakan dan air siap untuk didistribusikan (Rosmery, 2000) Nilai Ekonomi Produksi Nilai ekonomi terdiri dari nilai manfaat dan nilai biaya. Nilai ekonomi dipengaruhi adanya jumlah produksi dalam permintaan dan penawaran sumberdaya air. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Ekonomi produksi termasuk ke dalam salah satu cabang ilmu ekonomi yang digunakan untuk mengambil keputusan manajemen. Proses produksi air baku menjadi air bersih merupakan suatu proses menghasilkan sumberdaya air bersih dengan meliputi sistem pengolahan, sistem distribusi, sistem jaringan pipa sesuai dengan sumber air baku dan kapasitas debit yang tersedia. Sumber air baku yang dimanfaatkan dapat berupa sumur bor, mata air dan air permukaan dengan total kapasitas debit yang tersedia oleh suatu sistem pengolahan air Biaya Produksi Air Biaya adalah pengorbanan sumberdaya ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk uang yang telah atau akan terjadi untuk tujuan tertentu, biaya produksi adalah biaya yang dipakai untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, pembiayaan pengolahan sumberdaya air ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumberdaya air agar pelaksanaannya dilakukan secara wajar untuk menjamin keberlanjutan fungsinya. Jenis pembiayaan pengelolaan sumberdaya air meliputi biaya sistem informasi, perencanaan, pelaksanaan kontruksi termasuk 21

37 didalamnya biaya konservasi sumberdaya air, operasi, pemeliharaan, pemantauan, evaluasi dan biaya pemberdayaan masyarakat (Nugroho, 2002). Doll dan Orazam (1984), mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran yang terjadi dalam melaksanakan proses produksi. Produk yang dihasilkan dalam produksi air PDAM hanya satu jenis dalam suatu proses produksi, maka untuk menetapkan harga pokok air PDAM dapat dilakukan dengan metode pembagian yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan jumlah satuan air yang diproduksi pada periode tertentu sedangkan rumus matematikanya adalah : HPP = TC = TFC + TVC (1) Q Q Keterangan : TC = Total Cost TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost ( biaya variabel total) HPP = Harga Pokok Penjualan Q = Jumlah air yang dijual Jenis Instalasi Pengolahan Air Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 tahun 2007 tentang organ dan kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum yang akan membenahi kembali perangkat-perangkat yang ada di Perusahaan Daerah Air Minum di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan air minum kepada masyarakat secara terus menerus sesuai standar kesehatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu adanya ketetapan dari Pemerintah Bekasi dalam memberikan ketegasan. 22

38 2.6 Fungsi Produksi Doll dan Orazam (1984), menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan masukan dan keluaran yang digambarkan pada saat sumberdaya ditransformasi menjadi produk. Fungsi produksi dapat ditampilkan dalam beberapa bentuk, secara simbolik fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut: Y= f(x 1, X 2, X 3, X n ) dimana Y merupakan hasil produksi (output) dan X 1.. Xn merupakan faktor produksi (input) yang berbeda yang digunakan dalam produksi. Simbol f menunjukan hubungan transformasi antara faktor produksi dan hasil produksi. Pendefinisian ekonomi terhadap turunan pertama dari fungsi produksi terkait dengan konsep produk marjinal. Produk fisik marjinal sebuah masukan adalah keluaran tembahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut (Nicholson, 1995). Produk fisik marjinal dari sebuah masukan bergantung pada berapa jumlah masukan yang digunakan. Lipsey et al. (1995) menyatakan jika semakin banyak jumlah suatu faktor variabel ditetapkan untuk sejumlah tertentu faktor yang tetap, akhirnya akan mencapai suatu situasi dimana setiap tambahan unit faktor variabel tersebut menghasilkan tambahan produk total yang jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan hasil unit sebelumnya, sehingga disebut hukum hasil yang semakin berkurang (diminishing return). 23

39 Jumlah per TP X* X ** X*** Masukan x per periode MP, AP MP AP Masukan x per periode Sumber: Nicholson (1995) X* X** X*** Gambar 3. Penurunan Produktivitas Rata-rata dan Produktivitas Marginal dari Kurva Produk Total Berdasarkan Gambar 3, kemiringan kurva TP (total produksi) menunjukkan bagaimana keluaran meningkat sementara faktor produksi ditambah, produk marjinal (MP) menurun sementara faktor-faktor produksi ditambah melewati titik ini, produk marjinal akan bernilai nol ketika total produksi meningkat. Produksi tidak akan melewati X*** karena penggunaan faktor produksi tambahan akan mengurangi produk yang dihasilkan, pada titik X** produk marjinal akan sama dengan produk rata-rata, dimana produk rata-rata berada pada tingkat maksimum,untuk masukan faktor produksi yang kurang dari X** produk marjinal melebihi produk rata-rata akibatnya penambahan satu unit faktor produksi akan meningkatkan produktivitasnya dari faktor produksi tersebut. 24

40 2.7 Pengelolaan Sumberdaya Air Adanya peningkatan jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat meningkatkan kebutuhan sumberdaya air, sedangkan jumlah sumberdaya air mengalami keterbatasan sehingga dapat mengakibatkan kelangkaan jika dibiarkan terjadi tanpa ada upaya pencegahan. Adanya pengelolaan sumberdaya air dibutuhkan untuk menjamin adanya ketersediaan sumberdaya air di masa yang akan datang. Sugiarto (1995) menyatakan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) terkait dengan pengelolaan sumberdaya air karena dalam pengelolaan DAS adanya stabilisasi produksi air yaitu debit air pada musim kemarau dan musim penghujan yang seimbang. Pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan secara baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Menurut Soenarno dalam Kodoatie (2005), pengelolaan sumberdaya air mencakup empat hal sebagai berikut : 1) Air sebagai bagian dari sumberdaya alam merupakan bagian dari ekosistem. Pengelolaan sumberdaya air memerlukan pendekatan yang integratif, komprehensif dan holistik yakni hubungan timbal balik antara teknik, sosial, dan ekonomi serta harus berwawasan lingkungan agar terjaga kelestariannya. 2) Air menyangkut semua aspek kehidupan maka air merupakan faktor yang mempengaruhi jalannya pembangunan dari berbagai sektor maka dari itu pengelolaan sumberdaya air didasarkan pada pendekatan peran serta dari semua stakeholders. Seluruh keputusan public harus memperhatikan kepentingan masyarakat dengan cara konsultasi public, sehingga kebijakan apapun yang diterapkan akan dapat diterima oleh masyarakat. 25

41 3) Secara alamiah air akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengenal batas politik, sosial, ekonomi, bangsa, maupun batas wilayah administrasi bahkan batas negara. Air membutuhkan pengelolaan dalam satu kesatuan sistem berdasarkan pendekatan one river, one plan and one management system. 4) Sistem aliran air menyangkut pengaruh antara hulu ke hilir yaitu apapun yang terjadi di bagian hulu akan berpengaruh terhadap bagian hilir dan tidak sebaliknya. Pengaruh tersebut antara lain terjadinya banjir, tanah longsor dan pencemaran. Pengelolaan sumberdaya air menyangkut sistem yang mengikat dan saling menguntungkan. Menurut McKinney et al (1999) dalam Esanawati (2009), tujuan pencapaian kualitas dan kuantitas air berada dalam kerangka analisis berdasarkan hubungan antara kebijakan sosial ekonomi dan kebijakan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Pasal 2, Sumberdaya Air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. Kecenderungan konsumsi air naik secara eksponensial, sedangkan ketersediaan air bersih cenderung melambat akibat kerusakan alam, sehingga dengan melihat prospek masa depan untuk menanggulangi permasalahan lingkungan yang akan dihadapi tidak menyebabkan entrophy yakni ketidakteraturan yang merupakan sumber utama dari kelangkaan yang akan mengurangi ketersediaan sumberdaya semakin berkurang (source of ultimate scarcity) dan untuk pencapaian ketersediaan air yang berkelanjutan di masa 26

42 mendatang. Kesejahteraan (well-being) seluruh umat manusia baik kaya maupun miskin tergantung pada jasa ekosistem (ecosystem services) (The United Nations Environment Programme dan diskusi kuliah Syaukat Desember 2010) Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Studi yang terkait mengenai pengelolaan sumberdaya air PDAM telah banyak dilakukan antara lain Sudrajat (1997) dengan melakukan analisis ekonomi pengelolaan air PDAM di Kotamadya Pontianak dengan mengambil 170 responden pada empat kecamatan yang berbeda. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kondisi biaya-biaya produksi yang mempengaruhi PDAM sebagai suatu unit usaha. Alat analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui analisis biaya variabel total (TVC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya marjinal (MC). Selain itu penelitian juga bertujuan untuk menganalisis kebijakan tarif air PDAM melalui analisis permintaan atau konsumsi air PDAM dengan menggunakan model linear double log dan analisis keinginan konsumen membayar dengan cara menghitung keinginan membayar dan kemampuan untuk membeli. Analisis untuk pilihan sumber air dilakukan pengujian dengan models of qualitative choice. Hasil penelitian Sudrajat menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik biaya, dengan semakin meningkatnya produksi perusahaan, biaya variabel ratarata dan biaya marjinal semakin menurun sehingga terjadi eksternalitas teknis pada pengelolaan air PDAM Kotamadya Pontianak. Pelanggan PDAM nya adalah golongan masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi, sehingga semakin tinggi volume bak mandi yang dimiliki maka akan semakin tinggi konsumsi PDAM per kapita. Hal tersebut dikarenakan pemilik bak cenderung menggunakan baknya 27

43 untuk menampung air PDAM dibanding menampung air hujan. Hasil penelitian yang over estimated ini menunjukkan bahwa sumberdaya air PDAM sudah memiliki nilai tinggi di tangan konsumen. Penelitian lainnya oleh Kusuma (2006) melakukan penelitian mengenai pengelolaan air dan kebijakan tarif air di Kota Madiun. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tarif dan mengestimasi variabel-variabel yang mempengaruhi fungsi biaya pengelolaan air bersih dengan menggunakan regresi linier berganda dan analisis penetapan tarif dengan marginal cost pricing dan variasi tarif serta melihat penyesuaian tarif air dengan melihat perhitungan laba rugi dari PDAM. Hasil penelitian Kusuma menunjukkan bahwa hasil analisis model biaya pengelolaan air PDAM Madiun dari tahun menunjukkan bahwa baik biaya variabel, biaya investasi maupun jumlah produksi air berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap total biaya pengelolaan air PDAM dan penetapan tarif air baik secara ekonomi maupun finansial telah dapat memberikan susunan tarif yang sesuai dengan kondisi masyarakat telah mencapai kondisi full cost recovery. Esanawati (2009) melakukan penelitian mengenai fungsi produksi, penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air dan memproyeksikan pengembangan kapasitas produksi PDAM Tirta Patriot sepuluh tahun yang akan datang dengan menggunakan metode pemulusan dengan teknik eksponensial ganda yang dilakukan dengan analisis kapasitas produksi, analisis deskriptif juga melihat analisis pola pengelolaan sumberdaya air. 28

44 Hasil penelitian Esanawati menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan air baku berpengaruh nyata dan negatif, penggunaan tarif yang berlaku belum memenuhi besaran tarif dasar dengan mekanisme biaya pemulihan penuh sebesar Rp /m 3 kemudian proyeksi produksi air dengan model ARIMA 2,1,0, tren produksi air yang meningkat dari tahun ke tahun dengan menggunakan teknik pemulusan data eksponensial ganda menunjukkan hasil yang berfluktuatif yang cenderung meningkat setiap tahunnya. 29

45 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM Biaya Produksi Air PDAM Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi. Menurut Suparmoko (1995), biaya produksi air bervariasi pada tiga dimensi yaitu jumlah pelanggan, kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda-beda untuk melayani daerah yang berbeda-beda dan jarak pengiriman atau penyerahan air ke tempat pemakai. Atas dasar klasifikasi tersebut, biaya produksi air dibagi ke dalam biaya kapasitas, biaya langganan dan biaya penyerahan. Biaya kapasitas berkaitan dengan ukuran perusahaan seperti instalasi air minum. Biaya langganan berkaitan dengan jumlah dan penyebaran para langganan yang meliputi biaya penagihan, biaya meteran, dan biaya pelayanan atau perbaikan, perbaikan nama pada rekening serta biaya untuk membaca meteran dan rekening. Biaya penyerahan berkaitan dengan volume pengiriman air sepeti biaya transport dan biaya penyaluran. Komponen biaya produksi pengelolaan air PDAM adalah biaya pengadaan bahan baku, biaya pengolahan, biaya transmisi, biaya distribusi, biaya umum, biaya administrasi, biaya penyusutan dan biaya amortisasi instalasi non pabrik 4. Salah satu maksimisasi keuntungan produsen/perusahaan adalah dengan minimisasi biaya produksi. Biaya eksplisit, pengeluaran aktual (secara akuntansi) perusahaan untuk penggunaan sumber daya dalam proses produksi. Biaya implisit, biaya ekonomi perusahaan atas penggunaan sumber daya yang ditimbulkan karena proses produksi 4 Surat Keputusan menteri Dalam Negeri No tanggal 28 Januari

46 3.1.2 Biaya Pengelolaan Produksi Air PDAM Menurut McNeill dan Tate (1991) dalam Ariestis (2004), biaya pengelolaan air PDAM terdiri atas biaya ekspansi (expansion cost), biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (average cost). Biaya ekspansi adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengembangan kapasitas pelayanan PDAM kepada masyarakat pelanggan. Contoh dari biaya ekspansi tersebut adalah pengeluaran untuk sambungan baru. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan air PDAM yang tidak berubah-ubah dalam waktu yang pendek terlepas dari volume air yang disalurkan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara lain adalah biaya gaji pegawai yang tidak berhubungan dengan proses produksi air, biaya penyusutan peralatan, biaya beban kantor, biaya perjalanan dinas dan lain-lain. Komponen biaya terakhir yaitu biaya variabel adalah biayabiaya yang berubah-ubah atau bervariasi sesuai dengan jumlah (volume) air yang disalurkan kepada pelanggan dan yang terbuang dalam waktu yang pendek. Contoh biaya variabel adalah biaya produksi air, biaya penelitian dan pengembangan. Pengaruh biaya produksi terhadap jenis Instalasi Pengolahan Air (IPA) sangat erat kaitannya, besarnya volume air pada kapasitas produksi di masingmasing instalasi akan mempengaruhi besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Level kapasitas produksi sesuai jenis/unit instalasi pengolahan air dapat mempengaruhi besarnya biaya produksi, sehingga perusahaan dapat meminimalisasi biaya produksi agar produksi menjadi efisien dan dapat memberikan laba bersih yang dihasilkan sebagai pengelolaan air dan sumber pendapatan daerah. 31

47 3.2 Keterkaitan antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Air terhadap Instalasi Pengolahan Air Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air terhadap instalasi pengolahan air dapat dipengaruhi oleh sumber air baku yang digunakan, besarnya jumlah produksi air, besarnya jumlah pemakaian bahan kimia, pemakaian listrik yang merupakan variabel lingkungan. Hal ini dapat ditandai apakah semakin besar variabel lingkungan yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap produksi air. 3.3 Penetapan Harga Pokok Air PDAM Menurut Manullang (1996) dalam Kusuma (2006), yang dimaksud dengan harga pokok adalah jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksikan suatu barang ditambah biaya yang lain hingga barang tersebut berada di pasar. Unsur harga pokok sendiri dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu: 1) Biaya langsung, adalah biaya yang langsung diterapkan pada sejumlah hasil produksi tertentu, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah dan upah yang dibayar kepada tenaga kerja dalam suatu proses produksi dan merupakan biaya langsung kepada hasil produksi yang bersangkutan. 2) Biaya tidak langsung, merupakan biaya yang tidak langsung diterapkan kepada sejumlah hasil produksi tertentu akan tetapi kepada suatu prestasi tertentu. Berikut yang termasuk biaya langsung dalam proses produksi air PDAM adalah biaya sumber, biaya pengolahan dan biaya transmisi serta distribusi. Biaya tidak langsung adalah biaya administrasi dan umum yang terdiri dari biaya pegawai, biaya kantor, biaya hubungan langganan, biaya penelitian dan 32

48 pengembangan, biaya keuangan, biaya pemeliharaan, rupa-rupa biaya umum, penyusutan instalasi biaya umum dan biaya bank. Produk yang dihasilkan dalam memproduksi air PDAM hanya satu jenis, maka untuk menetapkan harga pokok air PDAM dapat dilakukan dengan metode pembagian yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan jumlah satuan air yang diproduksi pada periode tertentu, rumus matematika terdapat pada persamaan Kerangka Pemikiran Operasional Perusahaan Daerah Air Minum dalam penyelenggaraannya, berusaha mengelola sumberdaya air menjadi air bersih yang layak untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terutama sebagai sumber air minum. Penyediaan air bersih di Indonesia sendiri menghadapi berbagai kendala yang kompleks mulai dari kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran maupun sikap masyarakat. Salah satu permasalahan dalam pengelolaan air bersih adalah ketidaksediaan dana dan meningkatnya biaya produksi dan operasional unit-unit pengolahan air. Peningkatan ini dipicu oleh krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sehingga berpengaruh terhadap kegiatan PDAM sebagai penyedia air bersih. PDAM sebagai pihak yang mengelola dan memanfaatkan air membutuhkan upaya-upaya dalam supply air bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Keterkaitan ekonomi antara sumberdaya alam dan lingkungan merupakan sistem pendukung yang erat kaitannya satu sama lain, oleh karena itu dibutuhkan alternatif pemecahan masalah secara internal dan eksternal terhadap produksi dan pendistribusian air terhadap masyarakat, hal tersebut yakni dengan mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air berdasarkan kapasitas produksi PDAM Bekasi, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat 33

49 produksi air bersih di PDAM Bekasi dan mengestimasi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksinya dan mengevaluasi harga pokok air bersihnya. Tahap awal dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi pengelolaan sumber daya air berdasarkan kapasitas produksi instalasi pengolahan air oleh PDAM Bekasi dengan menggunakan alat analisis deskriptif untuk melihat keragaan ekstraksi air sesuai dengan efisiensi, equity dan sustainability. Tahap kedua adalah dengan menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi fungsi produksi air PDAM Bekasi dengan menggunakan analisis fungsi regresi linier berganda yakni metode regresi komponen utama. Hal ini dilakukan agar diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap produksi air PDAM Bekasi. Tahap ketiga adalah mengestimasi fungsi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksinya dengan menggunakan fungsi biaya pengelolaan air dengan menggunakan regresi linier berganda yakni dengan fungsi Cobb Douglas terhadap pengamatan dan perlakuan dari unit instalasi pengolahan air dengan level kapasitas produksi rendah, sedang dan tinggi selama tiga tahun terakhir melalui biaya langsung dan tidak langsung yang digunakan. Hal ini untuk melihat dan membandingkan apakah semakin besar kapasitas unit pengolahan air mempengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan. Tahap keempat adalah menilai harga pokok air bersih dengan menggunakan mekanisme marginal cost pricing yaitu dengan membagi jumlah biaya produksi yang digunakan dengan jumlah air yang didistribusikan ke pelanggan. Pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan dipengaruhi oleh debit air dan kualitas air sehingga stok yang dimaksudkan dalam hal ini adalah jumlah 34

50 debit air yang mengalir pada wilayah sungai. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat membantu PDAM dalam menghasilkan orientasi kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air yang optimum dan efisien sehingga dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat Bekasi secara berkelanjutan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4 yang menjelaskan kerangka berpikir dari latar belakang, tujuan penelitian dan metode yang digunakan. 35

51 Perusahaan Daerah Air Minum Pengelolaan Air Kelangkaan Ketersediaan Air Bersih, Produksi yang kurang efisien, Tarif Air PDAM Mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air Instalasi Pengolahan Air PDAM Bekasi Estimasi variabel yang mempengaruhi fungsi produksi dan biaya pengelolaan air Estimasi fungsi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksi Evaluasi harga pokok air bersih Analisis Deskriptif Analisis regresi linier berganda dengan PCA Regresi berganda Marginal Cost Pricing Kebijakan pengelolaan sumberdaya air yang optimum, penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien secara berkelanjutan sesuai dengan produksi dan IPA yang digunakan. Gambar 4. Kerangka Pemikiran 36

52 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PDAM Bekasi Jl. KH Noer Ali Kav 1. Perum Mas Naga Bekasi. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa di PDAM Bekasi memiliki kriteria untuk diidentifikasi mengenai permasalahan air akibat aktivitas industri yang menyebabkan adanya alokasi dan pengelolaan yang kurang efisien. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan sistem PDAM Kota Bekasi dalam mengalokasi sumberdaya air sesuai jenis instalasi pengolahan air, mengestimasi faktor produksi dan biaya produksi terhadap Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan menghitung harga pokok air bersih. Pengambilan data primer penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan terbagi kedalam dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data yang digunakan sebagai bahan analisa dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series). Data tersebut meliputi data biaya usaha bulanan selama tiga tahun ( ) dan data produksi bulanan selama lima tahun ( ) didapatkan dari PDAM Bekasi, selain itu data primer digunakan sebagai data pendukung untuk melengkapi data sekunder, diperoleh secara langsung dengan metode wawancara kepada direksi PDAM Bekasi, masyarakat lain sekitar PDAM Bekasi, dan pihak-pihak yang mengetahui informasi penting yang terkait dengan penelitian ini sedangkan data lainnya sebagai pendukung diperoleh dari instansi terkait, antara lain BPS Kota Bekasi, 37

53 penelitian terdahulu, Perum Jasa Tirta II, literatur terkait dengan penelitian serta media internet. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Metode Pengumpulan Data dan Analisis No Tujuan Penelitian Data yang diperlukan 1 Mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air berdasarkan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air PDAM Bekasi masyarakat 2 Menganalisis faktorfaktor produksi yang mempengaruhi fungsi produksi air PDAM Bekasi 3 Mengestimasi fungsi biaya produksi terhadap instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksinya Sumber air baku PDAM Bekasi, mekanisme pengelolaan air berdasarkan IPA, supply air ke Air baku, jumlah produksi air, jumlah pemakaian bahan kimia, jumlah pemakaian listrik Level kapasitas produksi, jenis/unit instalasi pengolahan air,seluruh komponen biaya PDAM Sumber Data PDAM Bekasi, BPS Kota Bekasi Bagian Produksi PDAM Bekasi Keuangan PDAM Bekasi Metode Analisis Analisis deskriptif Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi melalui regresi linier berganda dengan (Principal Component Analysis) Analisis faktor faktor yang mempengaruhi biaya dengan regresi berganda 4 Mengevaluasi harga pokok air bersih yang diberlakukan Jumlah air produksi/distribusi, biaya total produksi air PDAM Bekasi Keuangan PDAM Metode pembagian dan Marginal Cost Pricing 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini menganalisis data yang telah diperoleh secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan 38

54 menggunakan komputer dengan program Microsoft Excell 2007 dan minitab 14 for windows Analisis Deskriptif Analisis data pada dasarnya digunakan dalam rangka mengungkap informasi yang relevan di dalam data dan menyajikan hasil dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana. Analisis deskriptif diperlukan dalam melakukan analisis data dengan menggunakan berbagai cara misalnya dengan menampilkan grafik, diagram serta rekapitulasi data dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif bersifat eksploratif berupaya menelusuri dan mengungkapkan struktur dan pola data tanpa mengaitkan secara kaku asumsi-asumsi tertentu (Juanda, 2007). Analisis deskriptif digunakan agar penelitian tidak hanya terbatas pada data statistik yang bersifat kaku, selain itu agar penelitian dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih menarik. Analisis deskriptif dalam penelitian digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai karakteristik pengelolaan sumberdaya air dari Instalasi Pengelolaan Air (IPA) dalam rangka pemenuhan air bersih bagi masyarakat Kota Bekasi oleh PDAM Bekasi Analisis Fungsi Produksi Air PDAM Analisis fungsi produksi air adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi air PDAM Bekasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air PDAM tersebut. Faktor-faktor yang digunakan sebagai variabel penjelas untuk menganalisis fungsi produksi air bersih PDAM Bekasi adalah besarnya jumlah air baku yang digunakan, penggunaan bahan kimia, volume air produksi, pemakaian listrik. Setelah itu, disusun suatu model fungsi produksi untuk menduga hubungan antara faktor-faktor tersebut 39

55 dengan jumlah produksi air yang dihasilkan PDAM Bekasi. Fungsi produksi air PDAM Bekasi berdasarkan pendekatan fungsi regresi linier berganda sebagai berikut: AT = β0 + β1ab + β2ad + β3pbk + β4pl + εi...(2) Dengan keterangan sebagai berikut : β0 : Intersep β1, β2,.., β4 : Koefisien regresi VA : Volume air PDAM terjual (m 3 ) AB : Air baku dalam memproduksi air yang diperoleh dari Saluran Tarum Barat dan Kali Bekasi (m 3 ) AP : Air Produksi (m 3 ) PBK : Penggunaan bahan kimia (kg) PL : Penggunaan listrik (Kwh) εi : Galat (error) yang timbul pada pengamatan ke-i diasumsikan berdistribusi normal dan tereliminasi. Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah β1, β2,β3, β4 > 0 Metode statistik yang digunakan untuk menerangkan hubungan sebab akibat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air PDAM adalah regresi linier dengan regresi komponen utama (Principal Component Regression) Regresi Komponen Utama (Principal Component Regression) Analisis komponen utama yang pada dasarnya mentransformasi peubahpeubah bebas yang berkorelasi menjadi peubah-peubah baru yang orthogonal dan tidak berkorelasi, sehingga dapat menyederhanakan peubah-peubah yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan korelasi di antara peubah melalui transformasi peubah asal ke peubah baru (komponen utama) yang tidak berkorelasi (Gaspert, 1995). Reduksi ini dilakukan terhadap komponen utama yang mempunyai akar ciri terkecil atau akar ciri yang nilainya kurang dari satu, dengan teknik ini peubah yang cukup banyak akan diganti dengan peubah yang jumlahnya lebih sedikit tanpa diiringi dengan 40

56 hilangnya obyektifitas analisis. Secara teori, jika semua komponen utama tetap dalam model regresi, maka yang terjadi hanyalah transformasi berupa rotasi peubah bebas, sehingga koefisien regresi tidak berubah, adapun tahapan analisis regresi komponen utama adalah: 1) Membakukan peubah bebas asal yaitu X menjadi Z 2) Mencari akar ciri dan vektor ciri dari matriks R 3) Menentukan persamaan komponen utama dari vektor ciri 4) Meregresikan peubah respon Y terhadap skor komponen utama W 5) Transformasi balik Cara lain yang dapat digunakan dalam melakukan regresi adalah dengan menggunakan regresi gulud (ridge regression), regresi kuadrat terkecil parsial (partial least square) akan tetapi metode regresi komponen utama dianggap sebagai salah satu metode yang dikenal baik dan sering digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas. Pendugaan dengan regresi komponen utama akan menghasilkan nilai dugaan yang memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi, dengan jumlah kuadrat sisaan yang lebih kecil dibandingkan dengan pendugaan mengunaan metode kuadrat terkecil (Gaspert, 1995). PCA dengan melakukan standarisasi terhadap komponen utama yakni dengan membakukan peubah-peubah X tersebut menjadi Z, sebelum tahap PCA dilakukan stepwise regression (korelasi parsial dan regresi bertatar). Pendefinisian koefisien parsial antara LnY dengan Ln x1, Ln x2, Ln x3, Ln x4, Ln x5, Ln x6 Ln x7, dummy 1, dan dummy 2 adalah apakah suatu peubah mempengaruhi peubah respons Y setelah pengaruh semua peubah sebelumnya yang ada dalam model dikeluarkan. 41

57 4.3.4 Metode Uji Statitistik Fungsi Produksi a) Uji terhadap Multikolinear (Multicolinearity) Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah multikolinearitas, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar variabel-variabel bebas. Multikolinearitas terjadi akibat adanya korelasi yang tinggi di antara peubah bebasnya. Multikolinearitas menyebabkan koefisien-koefisien regresi dugaan memiliki ragam yang sangat besar, implikasinya statistik t yang didefinisikan sebagai rasio antara koefisien regresi dan simpangan bakunya menjadi lebih kecil yang berakibat pada pengujian koefisien akan cenderung untuk menerima Ho sehingga koefisien-koefisien regresi tidak nyata yang pada akhirnya seringkali persamaan regresi yang dihasilkan menjadi misleading. (Gaspert, 1995). Menurut Sarwoko (2005), untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan memeriksa koefisien-koefisien korelasi sederhana antar variabelvariabel penjelas, apabila R adalah tinggi nilai absolutnya maka dapat diketahui bahwa ada dua variabel penjelas tertentu berkorelasi dan masalah multikolinearitas ada didalam persamaan tersebut. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukan indikasi multikolinearitas yang berat. Pendeteksian multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) yaitu suatu cara mendeteksi dengan melihat sejauh mana variabel penjelas dapat diterangkan oleh semua variabel penjelas lainnya di dalam persamaan regresi. VIF adalah estimasi berapa besar multikolinearitas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel penjelas. VIF yang tinggi 42

58 menunjukan bahwa multikolinearitas telah menaikkan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan nilai t. Multikolinearitas dapat dianggap bukan merupakan suatu masalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Multikolinearitas dianggap masalah serius apabila koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Masalah multikolinearitas dapat dilihat langsung melalui keluaran komputer, dimana apabila nilai VIF < 10, maka tidak ada masalah multikolinearitas. Ada banyak cara dan pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah multikolinearitas, seperti: 1) membuang peubah bebas yang mempunyai multikolinearitas tinggi terhadap peubah bebas lainnya, 2) menambah data pengamatan/contoh, dan 3) melakukan transformasi terhadap peubah-peubah bebas yang mempunyai kolinearitas atau menggabungkan menjadi peubah-peubah bebas baru yang mempunyai arti. b) Goodness of fit Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk melihat sampel seberapa jauh keragaman yang diterangkan oleh parameter bebas terhadap parameter tidak bebasnya. Jika nilai R 2 semakin tinggi, maka model semakin baik karena akan semakin besar keragaman peubah endogen yang dijelaskan oleh peubah penjelas. Sarwoko (2005) menyatakan terdapat dua sifat koefisien determinasi yaitu: 1) Nilainya tidak pernah negatif (non negative quantity) 43

59 2) Memiliki nilai limit 0 R 2 1. Apabila R 2 = 1 berarti kecocokan yang sempurna, sehingga Yi = Yi, selain itu apabila R 2 = 0 berarti tidak ada hubungan antara regressand dengan regressor. Sehingga bi = 0. c) Uji Statistik t Uji statistik t biasanya digunakan untuk menguji hipotesis tentang koefisien-koefisien slope regresi secara individual. Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabelnya (Xi) mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat (Yi) sebagai variabel tidak bebas prosedur pengujiannya (Ramanathan, 1997) adalah sebagai berikut: Ho : β 1 = 0 H1 : β 1 0 atau variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) atau variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) t hit(n-k) = β 1-0 sβ 1 Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel berarti variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya dan sebaliknya. Jika t hit(n-k) < t tabel, maka H 0 diterima, artinya variabel (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap (Yi) Jika t hit(n-k) > t tabel, maka H 0 ditolak, artinya variabel (Xi) berpengaruh nyata terhadap (Yi) Uji t juga dapat dilakukan dengan cara melihat output perhitungan komputer dengan melihat nilai P pada masing-masing variabel independen. Apabila nilai P pada masing-masing variabel < α maka disimpulkan bahwa variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya 44

60 d. Uji Statistik F Nilai F-hitung digunakan untuk melihat berpengaruh nyata atau tidaknya parameter bebas yang digunakan secara bersama-sama terhadap parameter tidak bebas. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel (Xi secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya Yi). Prosedur pengujiannya (Ramanathan, 1998) antara lain: Ho : β 1 = β 2 =... = β k = 0 atau variabel bebas (Xi) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Yi) Ho : β 1 β 2... β k 0 atau variabel bebas (Xi) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Yi) F hit = JKK/(k-1) JKG/k(n-1) dimana : JKK : Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom JKG : Jumlah Kuadrat Galat n : Jumlah sampel k : Jumlah peubah Apabila F hitung lebih besar daripada F tabel, maka parameter bebas berpengaruh nyata secara bersama-sama terhadap parameter tidak bebasnya ataupun sebaliknya. Jika F hit < F tabel, maka Ho diterima, artinya variabel (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap (Yi) Jika F hit > F tabel, maka Ho ditolak, artinya variabel (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap (Yi) Berdasarkan perhitungan komputer, maka dapat dilihat nilai P dari statistik F < α apabila nilai P-Value < α maka berarti secara bersama-sama variabel X (bebas) berpengaruh nyata terhadap variabel Y (tidak bebas). 45

61 e. Uji terhadap Autokorelasi Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi klasik yang menyatakan bahwa dalam pengamatan-pengamatan yang berbeda tidak terdapat korelasi antar error term terdapat autokorelasi murni dan autokorelasi tidak murni. Autokorelasi murni terjadi apabila asumsi klasik yang terjadi asumsi klasik yang menyatakan bahwa tidak ada korelasi atau error term pada periode pengamatan-pengamatan yang berbeda yang diperlonggar dalam sebuah persamaan yang telah terspesifikasi dengan benar. Asumsi itu adalah sebagai berikut : E (R uiuj ) =0 atau Cov ( u i u j ) = 0 (i j) Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi sederhana antara setiap dua pengamatan error term adalah tidak sama dengan nol, maka error term tersebut dikatakan memiliki autokorelasi yang disebabkan oleh kesalahan spesifikasi menghilangkan variabel yang penting atau bentuk fungsi yang salah. Sementara autokorelasi murni disebabkan oleh alasan pokok distribusi error term pada persamaan yang spesifikasinya sudah benar, autokorelasi tidak murni disebabkan oleh kesalahan spesifikasi yang masih dapat diperbaiki oleh peneliti. Galat yang berkorelasi mungkin disebabkan karena beberapa hal. Data yang dikumpulkan berdasar urutan waktu tertentu seringkali memiliki sisaan yang saling berkorelasi. Jika data seperti itu, sisaan dari pengamatan pada waktu tertentu cenderung untuk berkorelasi dengan sisaan yang berdekatan. Ada tidaknya masalah autokorelasi dapat diuji dengan pengujian Breusch Godfrey Serial Corelation LM test, dengan pengujian sebagai berikut : H o : tidak ada masalah autokorelasi H 1 : ada masalah autokorelasi 46

62 Tolak H o jika obs*r-square > X 2 df-2 atau probabilitasnya obs*r-square < α. f) Uji Heterokedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heterokedastisitas maka dilakukan uji heterokedastisitas seperti yang di sarankan oleh Goldfeld dan Quandt dalam Ramanathan (1998). Langkahlangkah pengujian heterokedastisitas dengan uji White heteroskedasticity sebagai berikut : H o : tidak ada heterokedastisitas H 1 : ada heterokedastisitas Tolak H o jika obs* R 2 > X 2 df-2 atau probability obs* R 2 < α Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari grafik hubungan antara residual dengan fits-nya. Jika pada gambar residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat gejala heterokedastisitas atau ragam error sama Analisis Fungsi Biaya Produksi Air PDAM Tujuan penelitian ketiga dilakukan dengan mengestimasi fungsi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air sesuai level kapasitas produksinya dengan menggunakan regresi linier berganda yakni metode regresi komponen utama (PCA) yakni mentransformasi fungsi Cobb Douglas menjadi fungsi linier terhadap pengamatan dan perlakuan dari unit instalasi pengolahan air yakni level kapasitas produksi rendah, sedang dan tinggi. 47

63 Analisis fungsi biaya produksi air PDAM adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara jumlah biaya produksi air dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan biaya produksi tersebut. Faktor-faktor yang digunakan untuk menganalisis biaya produksi air ini adalah jumlah air bersih yang diproduksi, biaya langsung dan biaya tidak langsung. Komponen biaya langsung dan tidak langsung yakni biaya instalasi sumber air, biaya instalasi pengolahan air, biaya pegawai. Setelah itu, disusun suatu model fungsi biaya produksi air. Fungsi biaya produksi air berdasarkan fungsi Cobb-Douglass yang diturunkan sebagai berikut : TC = co BIt cl BPt c2 Qt c3 Kemudian dengan mentransformasikan fungsi biaya tersebut ke dalam bentuk logaritma linier, maka model fungsinya menjadi : ln TC = co + c 1 In BIt + c 2 In BVt + c 3 In Qt dengan keterangan sebagai berikut : TC = biaya total pengeluaran air PDAM BIt = biaya instalasi (Rp) BPt = biaya pegawai (Rp) Qt = jumlah air bersih yang diproduksi PDAM (m 3 ) t = tahun ke t Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : c 1,c 2,c 3 >0 Metode statistik yang digunakan untuk menerangkan hubungan sebab akibat faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi air PDAM adalah regresi linier dengan metode regresi komponen utama (Principal Component Regression) 4.4 Batasan Operasional Dalam rangka memperjelas dan mempersempit ruang lingkup penelitian ini, digunakan batasan operasional sebagai berikut : 48

64 1) Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang tingkat ekstraksi sumberdaya air oleh PDAM Bekasi yang terdefinisikan dari tingkat produksi air bersih PDAM Bekasi, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air, estimasi fungsi biaya produksi terhadap jenis instalasi pengolahan air dan menghitung harga pokok produksi air. 2) Air bersih adalah air dengan karakteristik bersih, jernih tidak berbau dan tidak mempunyai rasa tertentu (tawar) (berdasarkan UU RI No 11 tahun 1974). 3) Air bersih PDAM adalah air yang telah diproses menjadi air jernih sebelum dialirkan kepada konsumen melalui instalasi berupa saluran air. 4) Air baku adalah air yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan air PDAM, diperoleh dari air permukaan maupun air sungai. 5) Air produksi PDAM adalah air yang telah diproses menjadi air bersih dan siap untuk didistribusikan kepada pelanggan. 6) Perusahaan daerah air minum adalah badan usaha milik daerah yang melakukan kegiatan pengadaan, pengolahan, distribusi air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat. 7) Debit air adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai yang dipengaruhi curah hujan. 8) Kapasitas produksi air minum adalah keluaran maksimum, kemampuan berproduksi suatu perusahaan air minum dalam waktu tertentu. Kapasitas produksi merupakan volume air hasil olahan per satuan waktu. 9) Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya 49

65 kurang atau sama dengan km 2 (berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air). 10) Harga pokok air PDAM adalah harga air yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan tarif air minum. 11) Tarif air minum adalah harga air minum setiap satu meter kubik yang dibayar oleh seorang pelanggan sesuai pemakainya yang ditetapkan oleh pihak PDAM bersama Pemerintah Daerah sesuai kelompok pelanggan. 12) Konsumen PDAM adalah setiap orang atau badan yang menggunakan air produksi dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). 13) Instalasi Pengolahan Air merupakan suatu IPA yang dapat mengolah air baku melalui proses tertentu dalam bentuk yang kompak sehingga menghasilkan air minum yang memenuhi baku mutu yang berlaku. 50

66 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas permukaan laut. Kota Bekasi merupakan daerah beriklim panas dengan suhu berkisar antara 28-32ºC, kelembaban antara 80-90%, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari yaitu masing-masing tercatat 311 mm dan 302 mm sedangkan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 0 mm. Total curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2009 adalah mm. Mengingat kedudukan yang berada di daerah sekitar khatulistiwa, Kota Bekasi dipengaruhi angin muson yaitu muson timur pada bulan Mei sampai bulan Oktober dan muson barat pada bulan November sampai April. Letak Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi Kota Bekasi terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi menjadikan Kota Bekasi menjadi salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta. Sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 4 Tahun 2004 dalam BPS (2011) tentang Pembentukan Wilayah Administrasi Kota Bekasi terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,48 km 2, dengan Kecamatan Mustika Jaya sebagai wilayah terluas (24,73 km 2 ) sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13,38 km 2 ). Batas-batas wilayah administrasi yang mengelilingi wilayah Kota Bekasi adalah : Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi 51

67 Sebelah Barat Sebelah Timur Sebelah Selatan : Kota Jakarta Timur : Kabupaten Bekasi : Kabupaten Bogor Kondisi Kependudukan Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Bekasi angka sementara adalah orang, yang terdiri atas laki-laki dan perempuan. Dari hasil Sensus Penduduk 2010 tersebut tampak bahwa penyebaran penduduk Kota Bekasi masih didominasi di empat Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Bekasi Utara sebanyak orang (13,28%), Bekasi Barat sebanyak orang (11,58%), Bekasi Timur sebanyak orang (10,62%) dan Kecamatan Pondok Gede sebanyak orang ( 10,55%). Hasil Sensus Penduduk 2010 diketahui Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kota Bekasi sebesar 3,48 persen pertahun. Kecamatan yang LPP nya tertinggi adalah Kecamatan Mustika jaya yakni 8,43 persen pertahun, sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah adalah Kecamatan Bekasi Timur yakni sebesar 1,33 persen pertahun, dengan luas wilayah 210,49 km 2 yang didiami oleh orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Bekasi adalah sebesar jiwa per km 2. Wilayah yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Bekasi Timur dimana kepadatannya mencapai jiwa/km 2 pada tahun 2010, sedangkan yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Bantargebang, angka kepadatan penduduknya sebesar jiwa/km 2. Menurut BPS Kota Bekasi (2010) jumlah penduduk Kota Bekasi dalam tahun data 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. 52

68 Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Bekasi. No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-Laki + Perempuan Sex Ratio 1 PondokGede Jatisampurna PondokMelati Jatiasih BantarGebang MustikaJaya Bekasi Timur Rawa Lumbu Bekasi Selatan Bekasi Barat Medan satria Bekasi Utara Kota Bekasi Kota Bekasi Hasil SP ,24 Sumber : BPS (2011) 5.2 Kondisi Air Kondisi air secara objektif dapat dilihat secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Kondisi kuantitas berhubungan dengan jumlah ketersediaan air terhadap daya dukung dan daya tampung untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kegiatannya. Kualitas air berhubungan dengan kelayakan pemanfaatan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sedangkan kontinuitas melihat sumberdaya air sebagai sumberdaya yang tidak berkurang dalam pemanfaatannya di masa mendatang. Kuantitas air di Kota Bekasi terlihat dari jumlah curah hujan yang cukup. Berdasarkan data dari BPS Kota Bekasi (2011), total curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2009 adalah mm. Berikut ini kondisi jumlah hari hujan dan curah hujan per bulan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 4. 53

69 Tabel 4. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan per bulan di Kota Bekasi pada tahun 2009 Bulan Hari Hujan Curah Hujan Januari Februari Maret April 5 83 Mei 3 89 Juni 2 64 Juli - - Agustus 1 1 September 3 69 Oktober 3 28 November Desember Jumlah total Sumber : Divisi I Perum Jasa Tirta II (2009) dalam BPS Kota Bekasi (2011) 5.3 Ketersediaan Air Air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi. Air bersih digunakan untuk mandi, mencuci dan air baku untuk minum. Ketersediaan air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh makhluk hidup. Penyediaan air bersih di Kota Bekasi dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Terdapat dua pelayanan air bersih di Kota Bekasi yaitu PDAM Bekasi dan PDAM Tirta Patriot. Kedua PDAM ini memperoleh air baku yang berasal dari Bendungan Kali Bekasi dan Sungai Tarum Barat (Kalimalang). Berdasarkan data dari PDAM Bekasi, jumlah sambungan pelanggan PDAM dari tahun 2006 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5 dan rata-rata debit bulanan Kali Bekasi pada Tabel 6 54

70 Tabel 5. Jumlah Sambungan Langganan Air PDAM Bekasi dari tahun 2006 sampai tahun 2010 Tahun Jumlah Sambungan Langganan Air Sumber: PDAM Bekasi (2011) Tabel 6. Rata-rata Debit Bulanan Kali Bekasi dari Tahun Thn Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agst Sep Okt Nov Des ,72 16,70 27,59 67,24 67,24 12,58 6,09 3,67 1,89 3,54 13,21 31, ,10 157,71 211,54 68,71 68,71 118,77 60,49 29,46 37,83 88,31 53,02 24, ,33 26,74 14,59 26,84 26,84 13,31 14,49 9,75 4,11 36,31 35,43 32, ,59 34,55 10,59 37,89 37,89 15,31 16,38 9,60 10,18 10,73 36,07 6, ,14 53,92 42,33 70,31 44,82 44,43 26,47 29,89 29,89 54,82 46,10 22, ,11 94,74 48,65 71,22 22,58 17,60 34,45 21,97 4,47 6,70 26,64 27, ,62 55,57 40,52 33,38 31,04 16,49 3,81 1,83 6,51 34,35 22,46 24, ,28 21,56 19,98 35,26 52,45 90,10 93,80 17,49 34,30 10,20 37,12 33, ,59 83,50 97,22 66,11 56,75 69,83 42,66 37,38 24,65 28,09 43,71 36, ,48 72,63 36,34 42,52 27,44 14,28 6,94 3,47 1,35 1,60 10,34 42, ,38 98,55 25,63 32,63 22,32 25,41 9,94 4,98 6,74 * 6,29 17, ,62 43,24 53,91 52,20 25,70 7,50 16,22 11,17 12,97 19,67 38,85 24, ,52 54,56 28,70 52,83 58,38 35,35 24,66 21,41 28,42 38,17 26,15 27,53 Sumber : BPS Kota Bekasi (2011) Air permukaan di Kota Bekasi meliputi beberapa sungai atau kali yang berhulu di Kabupaten Bogor dan bermuara di laut bagian utara Bekasi serta beberapa situ yang berlokasi di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Rawa Lumbu, Jatisampurna dan Bekasi Barat. Sungai di Kota Bekasi yang memiliki potensi dominan secara panjang fisik yaitu Sungai Kali Irigasi Sekunder, Sungai Sasak Jarang, Kali sunter, Kali Bekasi dan Kalimalang (Saluran Tarum Barat). Kondisi sungai yang memiliki potensi debit air terbesar baik pada musim kemarau maupun penghujan adalah Kali Bekasi dengan debit air sebesar 5-7 m 3 /detik pada musim kemarau dan 650 m 3 /detik pada musim hujan. Aliran air dari Kali Bekasi dan Saluran Tarum Barat yang digunakan oleh PDAM Bekasi adalah sumber air 55

71 yang digunakan sebagai penyedia air bersih. DAS Kali Bekasi yang termasuk Satuan Wilayah Sungai (SWS) Ciliwung Cisadane yang bermuara di wilayah Provinsi Jawa Barat memiliki luas yakni km 2, dengan luas DPS 1.354,78 km 2, panjang 97,50 km dan lebar 60 m, jumlah anak sungai 127 buah dengan debit banjir 691 m 3 /detik Gambaran Umum PDAM Bekasi Sejarah dan Perkembangan PDAM Bekasi PDAM Bekasi memiliki 5 cabang/unit yakni cabang Pondok Ungu, Rawa Tembaga, Kota, Pondok Gede, dan Tambun. Awal tahun 1979 Melalui SK Menteri Pekerjaan Umum (PU) Nomor : 036/KPTS/CK/VI/1979, dengan bentuk lembaga Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM) Kabupaten Bekasi dibawah pengawasan Proyek Air Bersih Jawa Barat kemudian pelaksanaan penggabungan BPAM dengan PDAM, Perusahaan Daerah Air Minum didirikan berdasarkan Perda No: 04/HK-D/PU.013.1/VIII/81, pada tanggal 28 September 1981 yang kemudian mengalami dua kali perubahan Perda yaitu Nomor 8 Tahun 1988 dan Nomor 2 Tahun 1992 pada tanggal 30 Maret 1992 sehingga pada tahun 1998 Pelayanan dua wilayah Kabupaten dan Kota Bekasi berdasarkan kesepakatan bersama PEMDA Kota dan Kabupaten Bekasi tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Bersih Wilayah Kotamadya Bekasi oleh PDAM Kabupaten DT. II Bekasi Nomor : 690/244A/PDAM 690/191/PDAM 690/Kep.457-HOR/XII/2002 menyatakan bahwa tahun 2002 dengan nama PDAM Bekasi berdasarkan Keputusan bersama PEMDA Kota dan Kabupaten Bekasi tentang kepemilikan dan pengelolaan PDAM Bekasi Nomor : 503/Kep.389.B- PDAM/2002/690/Kep.457-HOR/XII/2002 sampai sekarang. 5 ( 56

72 Mekanisme Kontrak kerja sama yang dilakukan antara PDAM Bekasi dengan Perum Jasa Tirta (PJT) II dalam mengelola sumberdaya air telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 314/KPTS/M/2007 harga air baku yang diberlakukan adalah sebesar Rp 45/m Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi PDAM Bekasi PDAM Bekasi merupakan Badan Usaha Milik Negara atau daerah yang bergerak dalam penyediaan air bagi masyarakat Kota Bekasi, yang memberikan jasa pelayanan dan pemanfaatan umum di bidang air minum. PDAM didalam menjalankan aktivitasnya dihadapkan pada dua fungsi yaitu pelayanan dan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yakni sebagai perusahaan yang harus mengemban prinsip-prinsip perusahaan yang baik guna mendapat keuntungan usaha. Aktivitas tugas pokok yang dilaksanakan PDAM Bekasi yakni memberikan sistem penyediaan air bersih seperti supply air bersih, treatment plan, sistem distribusi, pencatatan, penagihan, pengelolaan, operasi, dan pemeliharaan sistem penyedia air bersih Visi dan Misi PDAM Bekasi PDAM Bekasi dalam menjalankan fungsinya memiliki visi dan misi dalam pelayanannya kepada masyarakat. Visi dan misi yang dijalankan adalah sebagai berikut : mewujudkan PDAM Bekasi yang profesional, sehat serta prima dalam pelayanan, sedangkan misinya yakni menjalankan bisnis air yang berorientasi pada kepuasan stakeholder, mewujudkan entitas bisnis yang profesional berdasarkan tata nilai unggulan, mewujudkan perusahaan yang memberikan nilai bagi pemilik, karyawan dan masyarakat Bekasi. 57

73 5.4.4 Administrasi dan Manajemen Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1953, pasal 2 ayat 1(e) menyebutkan bahwa urusan penyelenggaraan air minum dan penyehatan lingkungan diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, baik Tingkat I maupun Tingkat II sebagai urusan rumah tangga daerah yang penyelenggaraannya berdasarkan asas desentralisasi. Kebutuhan daerah semakin meningkat sementara pemenuhannya yang tidak seimbang dengan kemampuan Pemerintah Daerah dalam merencanakan, melaksanakan serta membiayai, maka dalam rangka tugas pembinaan tersebut Pemerintah Pusat memberikan bantuanbantuan berupa pelatihan teknik, bantuan keuangan dan lainnya Struktur Organisasi Susunan Organisasi PDAM Bekasi terdiri atas Badan pengawas, Unsur Pimpinan, Unsur Staf dan Unsur Pelaksana. Unsur staf terdiri dari beberapa subdivisi yang bertanggung jawab kepada pimpinan dan mengepalai beberapa bagian. Unsur pelaksana adalah para pelaksana yang ada dibawah beberapa bagian dari subdivisi yang berhubungan langsung dalam pelaksanaan dan produksi dari kerja PDAM Bekasi dengan jumlah karyawan PDAM Bekasi per 31 Desember 2010 adalah 474 orang Pelayanan PDAM Bekasi Pelaksanaan Otonomi Daerah PDAM Bekasi dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi. Saluran penyediaan air juga mencakup dua wilayah yaitu Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi. Pemerintah Kabupaten Bekasi memiliki 55% saham sedangkan Pemerintah Kota Bekasi memiliki 45% saham kepemilikan. Kendalanya adalah sulitnya pengelolaan dan adanya tumpang tindih 58

74 kepentingan. Total sambungan langganan yang diperoleh oleh Kota Bekasi adalah sambungan dan Kabupaten Bekasi adalah sambungan. Perkembangan Kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA) dilihat pada Tabel 7 Tabel 7. Perkembangan Kapasitas IPA Sesuai Level Rendah, Sedang, Tinggi dari Tahun No Cabang Sumber air Tahun Tambun Kali Bekasi dan PJT II Rawa Tembaga Kali Bekasi dan PJT II Kota Kali Bekasi dan PJT II Sumber : PDAM Bekasi (2011) Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat perkembangan kapasitas IPA Tambun dan Kota mengalami peningkatan, sedangkan Rawa Tembaga mengalami penurunan kapasitas produksi air. Saat ini PDAM Bekasi memiliki 5 unit instalasi pengolahan air dengan kapasitas produksi yang berbeda-beda. Sistem pengolahan konvensional air yang digunakan yakni dengan sistem pengolahan konvensional lengkap. Bangunan pengolahan terdiri dari bangunan penangkap air (intake) lengkap dengan pemompaan, bangunan instalasi pengolahan air, bangunan reservoir, ruang pompa dan kimia, gudang dan bangunan pelengkap lainnya sehingga sebelum didistribusikan ke pelanggan, air disimpan dahulu di bangunan reservoir dan diuji terlebih dahulu di laboratorium untuk menjaga kualitas air sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 416/MENKES/PER/IX/90. 59

75 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi PDAM Bekasi merupakan salah satu PDAM yang berada di wilayah Kota Bekasi. Pengelolaan sumberdaya air berdasarkan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air (IPA) yakni level rendah, sedang dan tinggi memberikan pengaruh terhadap efisiensi kinerja PDAM Bekasi dalam mendistribusikan air ke masyarakat. Sumber air utama yang digunakan oleh PDAM Bekasi berasal dari dua sumber utama yakni Saluran Tarum Barat (Kalimalang) dan Kali Bekasi. Air yang mengalir dari Saluran Tarum Barat bercampur dengan Kali Bekasi yang memiliki tingkat pencemaran tinggi dengan indikator adanya pencemaran air permukaan yang diakibatkan oleh banyaknya aktivitas industri dan pemukiman di sepanjang Kali Bekasi. Faktor alam yakni musim kemarau dan hujan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kualitas dan kuantitas air baku yang akan diolah PDAM Bekasi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan pihak PDAM yang menyatakan bahwa pasokan air bersih PDAM Bekasi tetap stabil walaupun kondisi cuaca yang sering berubah, sehingga perbedaan musim tidak menjadi masalah terhadap pasokan air baku PDAM. Sistem proses pengolahan air baku dilakukan sesuai standar yang telah ditetapkan yakni air baku yang berasal dari sungai kemudian diolah melalui penangkap air dengan pemompaan, kemudian melalui proses kimia dan pengendapan lalu dilakukan pengolahan air baku dalam Instalasi Pengolahan Air. Setelah itu air disimpan di bangunan reservoir sebelum dialirkan ke pelanggan. Jumlah unit atau cabang level rendah dapat dilihat dari cabang Tambun dengan jumlah kapasitas produksi yang terpasang yaitu 115 detik/liter dengan 60

76 jumlah fasilitas produksi sebanyak 2 unit Instalasi Pengolahan Air (IPA). IPA 1 memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 110 liter/detik dan IPA 2 memiliki kapasitas terpasang sebesar 5 liter/detik. Kapasitas IPA yang sudah termanfaatkan saat ini berfluktuatif jumlahnya tetapi selalu ada peningkatan secara signifikan. Jumlah unit/cabang level sedang dapat dilihat dari Cabang Rawa Tembaga dengan jumlah kapasitas produksi yang terpasang yaitu 200 detik/liter dengan jumlah fasilitas produksi sebanyak 4 unit Instalasi Pengolahan Air (IPA). IPA 1 memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 120 liter/detik, IPA 2 memiliki kapasitas terpasang sebesar 70 liter/detik, IPA 3 dan IPA 4 memiliki kapasitas terpasang masing-masing 5 liter/detik. Kapasitas IPA yang sudah termanfaatkan saat ini berfluktuatif jumlahnya tetapi selalu ada peningkatan secara signifikan. Jumlah unit atau cabang level tinggi dapat dilihat dari Cabang Kota dengan jumlah kapasitas produksi yang terpasang yaitu 480 detik/liter dengan jumlah fasilitas produksi sebanyak 6 unit Instalasi Pengolahan Air (IPA). IPA 1 memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 20 liter/detik dan IPA 2 memiliki kapasitas terpasang sebesar 40 liter/detik, IPA 3 memiliki kapasitas terpasang sebesar 20, IPA 4 memiliki kapasitas terpasang sebesar 200 liter/detik, IPA 5 dan 6 memiliki kapasitas terpasang sebesar 100 liter/detik. Kapasitas IPA yang sudah termanfaatkan saat ini berfluktuatif jumlahnya tetapi selalu ada peningkatan secara signifikan. Perkembangan Kapasitas IPA sesuai level rendah, sedang, tinggi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 5 61

77 Perkembangan Kapasitas Cabang Tambun, Rawa Tembaga dan Kota Ket: : Tambun : Rawa Tembaga : Kota Sumber : PDAM Bekasi (2011) Gambar 5. Perkembangan Kapasitas IPA Sesuai Level Rendah, Sedang, Tinggi dari Tahun Gambar 5 memperlihatkan peningkatan kapasitas produksi Instalasi Pengolahan Air baik pada level kecil yakni Tambun, level sedang yakni Rawa Tembaga dan level tinggi yakni Kota. Peningkatan yang signifikan terjadi pada cabang Tambun yakni pada tahun 2006 dan 2007 sebesar 70 liter/detik naik menjadi 115 liter/detik pada tahun Cabang Rawa Tembaga mengalami penurunan kapasitas produksi yakni dari 200 liter/detik turun 5% sehingga menjadi 190 liter/detik. Perkembangan kapasitas IPA Cabang Kota menunjukkan kestabilan dari tahun 2006 sampai tahun 2010 yakni 480 liter/detik. PDAM Bekasi melakukan pelayanan air bersih untuk wilayah Bekasi yakni Kota Bekasi sebanyak sambungan dan Kabupaten Bekasi sebanyak sambungan. Potensi untuk meningkatkan pelayanan sumber air masih tinggi karena sumber air baku masih tersedia. Sumber air penduduk selain air PDAM masih terbatas karena kondisi air tanah dan air permukaan kurang baik 62

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah

TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Air Berdasarkan Undang-Undang Sumberdaya Air No. 7 tahun 2004 pasal 1 ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi PDAM Bekasi merupakan salah satu PDAM yang berada di wilayah Kota Bekasi. Pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM: Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor FENNY KURNIAWATI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS terbesar di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas 11.44 ribu kilometer persegi. Curah hujan tahunan 3 ribu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM 3.1.1 Biaya Produksi Air PDAM Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi.

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM DEA AMANDA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat. Air merupakan sumber daya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat. Air merupakan sumber daya yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Selain sebagai kebutuhan dasar, air diperlukan sebagai pendukung dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi debit air khususnya debit air tanah. Kelangkaan sumberdaya air

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi debit air khususnya debit air tanah. Kelangkaan sumberdaya air II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelangkaan Sumberdaya Air Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu penyebab pemanfaatan berlebihan yang dilakukan terhadap sumberdaya air. Selain itu, berkurangnya daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi

ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi Ratih Esanawati DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Irigasi Jatiluhur terletak di Daerah Aliran Sungai Citarum Provinsi Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H14102035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI DAN HARGA AIR MINUM PADA PT WATERTECH ESTATE CIKARANG LARAS LESTARI

ANALISIS BIAYA PRODUKSI DAN HARGA AIR MINUM PADA PT WATERTECH ESTATE CIKARANG LARAS LESTARI ANALISIS BIAYA PRODUKSI DAN HARGA AIR MINUM PADA PT WATERTECH ESTATE CIKARANG LARAS LESTARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

SUMBERDAYA PERTANIAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

SUMBERDAYA PERTANIAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. SUMBERDAYA PERTANIAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP. MATERI PEMBELAJARAN 1 PENDAHULUAN 2 SUMBERDAYA ALAM 3 SUMBERDAYA MANUSIA 4 SUMBERDAYA MODAL PENDAHULUAN DEFINISI SUMBERDAYA: Kemampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Oleh CINDY NOVIANTI H14062579 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok untuk kehidupan manusia dengan segala macam kegiatannya, dipergunakan untuk keperluan rumah tangga, keperluan umum, industri, perdagangan,

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) PENGARUH PENERAPAN METODE SRI DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat) ERY FEBRURIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi

ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi Ratih Esanawati DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI A. Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi Bagaimana Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi? Berikut ini analisa yang

Lebih terperinci

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Oleh : Benny Gunawan Ardiansyah, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal 1. Pendahuluan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945

Lebih terperinci

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 1412-6982 e-issn : 2443-3977 Volume 15 Nomor 1 Juni 2017 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR: Studi Kasus di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi YUDI BUJAGUNASTI

ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR: Studi Kasus di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi YUDI BUJAGUNASTI ESTIMASI MANFAAT DAN KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR: Studi Kasus di TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi YUDI BUJAGUNASTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PENYEDIAAN AIR SEBAGAI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Oleh : Mardayeli Danhas, ST, M. Si Staf Bidang Bina Teknik Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market)

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market) EKSTERNALITAS EKSTERNALITAS Manfaat (Benefit) dan/atau Biaya (Cost) yang tidak dapat diperhitungkan secara langsung dalam proses produksi barang/jasa. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

KERUGIAN FISIK DAN NONFISIK RUMAHTANGGA PESISIR AKIBAT BANJIR PASANG DI KELURAHAN KAMAL MUARA, PENJARINGAN JAKARTA UTARA SRIHUZAIMAH

KERUGIAN FISIK DAN NONFISIK RUMAHTANGGA PESISIR AKIBAT BANJIR PASANG DI KELURAHAN KAMAL MUARA, PENJARINGAN JAKARTA UTARA SRIHUZAIMAH KERUGIAN FISIK DAN NONFISIK RUMAHTANGGA PESISIR AKIBAT BANJIR PASANG DI KELURAHAN KAMAL MUARA, PENJARINGAN JAKARTA UTARA SRIHUZAIMAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR Oleh: DODY KURNIAWAN L2D 001 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PDAM Bekasi Jl. KH Noer Ali

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PDAM Bekasi Jl. KH Noer Ali IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PDAM Bekasi Jl. KH Noer Ali Kav 1. Perum Mas Naga Bekasi. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH HARGA, MODAL KERJA DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA PENGUSAHA JAJANAN TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

ABSTRAK PENGARUH HARGA, MODAL KERJA DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA PENGUSAHA JAJANAN TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG ABSTRAK PENGARUH HARGA, MODAL KERJA DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP LABA PENGUSAHA JAJANAN TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Oleh : Mira Pratami (055661) Latar belakang penelitian ini adalah menurunnya laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan pada suatu daerah sering membawa dampak, baik dari nilai positif maupun nilai negatif. Semakin berkembangnya suatu daerah tersebut akan meningkatkan

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup. Di sisi lain kita sering bersikap menerima

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FISIK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Jawa Barat) RANI YUDARWATI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR EFISIENSI EKONOMI dan PASAR Kuliah Ekonomi Lingkungan Sesi 5 Efisiensi Ekonomi (1) Efisiensi Ekonomi keseimbangan antara nilai produk dengan nilai dari input yang digunakan untuk memproduksinya (dgn kata

Lebih terperinci

Perkspektif ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam. Pertemuan ke 4

Perkspektif ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam. Pertemuan ke 4 Perkspektif ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam Pertemuan ke 4 Pandangan ekonom Sumberdaya menurut Adam Smith dalam Wealth of Nation (1776): seluruh faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI

ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI ESTIMASI MANFAAT AGROEKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DWI MARYATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU BAB II II.1 Profil PDAM Tirta Darma Ayu II.1.1 Sejarah PDAM Tirta Darma Ayu Bermula pada tahun 1932 dibangunlah sebuah instalasi pengolahan air di Kabupaten Indramayu dengan kapasitas 20 liter/detik dan

Lebih terperinci

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS

MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS MENUJU KETERSEDIAAN AIR YANG BERKELANJUTAN DI DAS CIKAPUNDUNG HULU : SUATU PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A14103125 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE

INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE 13 2015 2016 PENDAHULUAN (1) Permintaan akan pembangunan berkelanjutan serta kebutuhan akan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

Esda UC = User Cost. MCo = Kurva harga agregat dari semua firm di suatu industri (marginal extraction cost)

Esda UC = User Cost. MCo = Kurva harga agregat dari semua firm di suatu industri (marginal extraction cost) Esda 2016 1. User cost antara lain dipengaruhi oleh ekspektasi bahwa permintaan terhadap sumberdaya mineral akan naik pada masa yang akan datang. Jelaskan bagaimana hal ini berdampak pada efficient rate

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Oleh: ZAINUL AZMI A

Oleh: ZAINUL AZMI A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENGIKUTI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN CURAHAN KERJA (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Tenjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

Materi 4 Ekonomi Mikro

Materi 4 Ekonomi Mikro Materi 4 Ekonomi Mikro Teori Produksi Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis ekonomi konsep biaya, biaya produksi jangka pendek dan panjang. Mahasiswa dapat memahami konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Cirebon pada awalnya bernama Badan Pengelola Air Minum (BPAM) yang merupakan badan usaha dengan berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI Oleh : RUDYANSAH 0511010187 / FE / IE Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa simpulan: 1. Dengan telah dapat dibangunnya model ASDIJ sehingga dapat menjawab

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa simpulan: 1. Dengan telah dapat dibangunnya model ASDIJ sehingga dapat menjawab 178 VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa simpulan: 1. Dengan telah dapat dibangunnya model ASDIJ sehingga dapat menjawab (1) alokasi air yang optimal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup dan sebagai barang publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikan bersama (global commons atau common

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A

PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A PENGARUH INVESTASI DAN PERTUMBUHAN DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI MUHAMMAD ISMAIL MAHIR RANGKUTI A14104585 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Eksternalitas & Barang Publik

Eksternalitas & Barang Publik Eksternalitas & Barang Publik Rus an Nasrudin Kuliah ke-13 May 21, 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah ke-13) Eksternalitas & Barang Publik May 21, 2013 1 / 21 Outline 1 Pendahuluan 2 Definisi Eksternalitas 3

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat mendasar bagi makhluk hidup, namun hingga kini belum semua masyarakat mampu menikmatinya secara maksimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sumber kehidupan mahluk hidup termasuk manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sumber kehidupan mahluk hidup termasuk manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Air adalah sumber kehidupan mahluk hidup termasuk manusia yang kebutuhannya tidak dapat terelakan lagi dan merupakan kebutuhan primer. Air bukan hanya dipergunakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi

KATA PENGANTAR. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. EVALUASI KINERJA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dalam mengukur kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai

V. EVALUASI KINERJA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dalam mengukur kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai V. EVALUASI KINERJA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Dalam mengukur kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai pembahasan hasil kajian digunakan dua aspek, yang meliputi fungsi sosial dan ekonominya. Guna memudahkan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n MAKALAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n J U R U S A N G E O G R A F I FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Perusahaan, Produksi, dan Biaya

Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan adalah kesatuan teknis, yang bertujuan untuk menghasilkan benda-benda atau jasa. Perusahaan ingin mencapai laba setinggi mungkin. Pengertian sehari-hari, laba

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Oleh : RADIX ADININGAR

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini

Lebih terperinci

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP

5.3.1 Pengamatan Sistem Produksi WTP III. METODOLOGI 5.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan dari Agustus sampai Oktober 2010. 5.2 ALAT DAN BAHAN Alat-alat

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI

ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI ANALISA KINERJA PRIVATISASI PADA PD PAM JAYA ASRI FITRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN ASRI FITRIANI. Analisa Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pada mulanya milik Belanda didirikan tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air). Seiring dengan

Lebih terperinci

Sistem Penyediaan Air Minum dan Permasalahannya. Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono S.E.,.M.Eng. Program Studi Teknik Lingkungan-Departemen Teknik Sipil

Sistem Penyediaan Air Minum dan Permasalahannya. Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono S.E.,.M.Eng. Program Studi Teknik Lingkungan-Departemen Teknik Sipil Sistem Penyediaan Air Minum dan Permasalahannya Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono S.E.,.M.Eng Program Studi Teknik Lingkungan-Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR

ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H14103098 DEPERTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air merupakan sumber kehidupan manusia. Ketersediaan air yang aman untuk dikonsumsi adalah sangat penting dan merupakan kebutuhan dasar bagi semua manusia di bumi.

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA POKOK AIR BERSIH PDAM DAN KOMPONEN BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PENETAPAN HARGA AIR PDAM PT. AETRA JAKARTA HEZRON LASTOGAR SITUMORANG

ANALISIS HARGA POKOK AIR BERSIH PDAM DAN KOMPONEN BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PENETAPAN HARGA AIR PDAM PT. AETRA JAKARTA HEZRON LASTOGAR SITUMORANG ANALISIS HARGA POKOK AIR BERSIH PDAM DAN KOMPONEN BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PENETAPAN HARGA AIR PDAM PT. AETRA JAKARTA HEZRON LASTOGAR SITUMORANG DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM TIRTA MERAPI KABUPATEN KLATEN DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber energi yang terpenting di dunia ini adalah air. Ketersediaan air yang cukup secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak PDAM Tirta Kerta Raharja mempunyai beberapa Instalasi Pengolahan Air bersih (

BAB I PENDAHULUAN. banyak PDAM Tirta Kerta Raharja mempunyai beberapa Instalasi Pengolahan Air bersih ( BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kebutuhan air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok dari manusia, Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia dapat mengusahakannya dengan berbagai cara yaitu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RI SPAM) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015-2030 DENGAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Ali Masduqi Penyediaan Air Minum Aspek Teknis Unit Air Baku Unit Produksi Unit Distribusi Unit Pelayanan Unit Pengelolaan Aspek Keuangan Aspek Sosial Tanggap Kebutuhan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan manusia. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa hidup tanpa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air sebagai komponen ekologi mempunyai sifat khas yaitu: pertama merupakan benda yang mutlak dibutuhkan oleh kehidupan, kedua, air mempunyai mobilitas yang tinggi dalam

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT Oleh Nia Kurniawati Hidayat A14304086 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 160 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian sebelumnya telah dibahas berbagai temuan yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian akhir ini selanjutnya akan dibahas mengenai kesimpulan yang didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber kehidupan makhluk hidup, terutama manusia digunakan untuk berbagai macam kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, air penting untuk kelangsungan

Lebih terperinci

PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA

PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak

Lebih terperinci