TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Air Berdasarkan Undang-Undang Sumberdaya Air No. 7 tahun 2004 pasal 1 ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang berada di atas permukaan tanah. Tietenberg (1984) menyatakan bahwa sumberdaya dapat dikelola secara efisien asalkan sistem kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut dibangun atas sistem property right yang efisien pula, antara lain: 1) Universality, yang berarti bahwa semua sumberdaya dimiliki secara pribadi (private owned) dan seluruh hak-haknya diperinci dengan lengkap dan jelas. 2) Exclusivity, berarti bahwa semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat dari kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain. 3) Tranferability, berarti seluruh hak kepemilikan dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas. 4) Enforceability, berarti bahwa hak kepemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain. Menurut Anwar (1992), karena seringnya menghadapi permasalahan seperti yang disebutkan di atas, maka sumberdaya air sering mengarah kepada sumberdaya yang bersifat akses terbuka (open access) pada beberapa wilayah, keadaan ini akan menimbulkan gejala eksternalitas yang meluas. 9

2 Suparmoko (1997) menjelaskan bahwa konsep ekonomi air dalam menentukan distribusi air menggunakan prinsip nilai guna batas yang sama bagi setiap penggunaan (equimarginal value in use). Prinsip ini menghendaki agar sumberdaya air dialokasikan secara efisien. Penentuan biaya marjinal sangat bermanfaat dalam penentuan air maupun dalam membedakan harga di antara kelompok pemakai air. Gany (1989) dalam Sudrajat (1997) membagi nilai ekonomi air atas dua sistem, yaitu: 1) Sistem volumetrik Pemakai air pada sistem ini membayar sejumlah air yang dipakainya berdasarkan nilai harga air secara integral ataupun parsial. Diketahui dari hasil pencatatan jumlah air yang dipakai oleh masing-masing petani setiap akhir musim tanam. Sistem ini sangat efisien dalam arti penggunaan air, namun sangat mahal bila ditinjau dari segi sarana maupun dari segi manajemen untuk menjamin pemberian air secara bijaksana dan memenuhi sasaran. 2) Sistem non volumetrik Pembayaran nilai air oleh petani dengan sistem ini biasanya dilakukan dengan bentuk pajak tanah yang besarnya disesuaikan dengan klasifikasi tanah ditinjau dari segi output serta letak strategisnya air bagi petak sawah tersebut. Menurut Turner et al. (2004), air merupakan sumberdaya yang sangat besar dimana nilai ekonomi per unit berat atau volume cenderung relatif rendah, tetapi membutuhkan biaya pengangkutan, penyimpanan, dan pemindahan yang tinggi untuk per unit volumenya. 10

3 2.1.1 Karakteristik Sumberdaya Air Menurut Sanim (2003), air sebagai sumberdaya alam dapat berupa persediaan dan sekaligus sebagai aliran. Air tanah merupakan persediaan yang biasanya memerlukan aliran dan pengisian kembali oleh air hujan. Sifat air adalah stokastik, artinya air diatur oleh proses fisik yang berdistribusi kemungkinan (random). Pemasokan air tergantung pada topografi dan kondisi meteorologi karena keduanya mempengaruhi peresapan dan penguapan air. Sifat air yang stokastik inilah, maka pengambilan keputusan dalam mengembangkan sumberdaya air didasarkan atas distribusi kemungkinan. Terkait dengan karakteristik air itu sendiri seperti mobilitas air, skala ekonomi yang melekat, supply air yang berubah-ubah, kapasitas dari daya asimilasi dari badan air, dapat dilakukannya secara beruntun, penggunaan yang serbaguna, berbobot besar dan memakan tempat, sehingga air sulit untuk ditegaskan hak-hak atas sumberdaya air dan kesulitan dalam pemberlakuan peraturannya Efisiensi Alokasi Sumberdaya Air Menurut Fauzi (2006), alokasi air merupakan masalah ekonomi untuk menentukan bagaimana supply air yang tersedia harus dialokasikan kepada pengguna atau calon pengguna. Penggunaan air sendiri pada dasarnya terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok konsumtif yakni mereka yang memanfaatkan air untuk konsumsi (rumah tangga, industri, pertanian, kehutanan) dan kelompok non konsumtif yang memanfaatkan air melalui proses yang disebut diversi baik melalui transformasi, penguapan, penyerapan ke tanah maupun pendegradasian kualitas air secara langsung (pencemaran). Alokasi sumberdaya 11

4 air harus memenuhi kriteria efisiensi, equity, dan sustainability. Kriteria dan tujuan pengelolaan sumber daya air dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria dan Tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air Kriteria Tujuan Efisiensi - Biaya penyediaan air yang rendah - Penerimaan per unit sumber daya yang tinggi - Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Equity - Akses terhadap air bersih untuk semua masyarakat Sustainability - Menghindari terjadinya deplesi pada air bawah tanah - Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem - Meminimalkan pencemaran air Sumber : Fauzi (2006) Menurut Tietenberg (2001), sumberdaya air harus dialokasikan dengan baik sehingga manfaat bersih marginal (marginal cost benefit) sama bagi semua penggunanya. Manfaat bersih marginal merupakan jarak vertikal antara kurva permintaan terhadap air dengan kurva biaya marginal dari ekstraksi dan distribusi air dari unit terakhir yang dikonsumsi. Jika manfaat bersih marginal tersebut tidak merata atau sama, maka akan sering terjadi kenaikan manfaat bersih dengan adanya transfer air dari pemanfaatan yang memberikan manfaat bersih yang rendah ke penggunaan yang memberikan manfaat bersih yang lebih tinggi. Beberapa permasalahan pokok yang sering dihadapi dalam setiap pengelolaan sumberdaya air bagi pengalokasian sumberdaya air yang terbaik untuk mencapai penggunaan optimal dalam jangka panjang menurut Suparmoko (1995) antara lain: a) Bagaimana pengalokasian air yang tersedia (water supply) diantara berbagai penggunaan atau sektor (among user) b) Bagaimana mendistribusikan air diantara pemakai air c) Bagaimana mengalokasikan air tersebut pada daerah yang berbeda 12

5 d) Bagaimana mendistribusikan air antar waktu e) Bagaimana pengelolaan sumberdaya air yang seharusnya/siapa seharusnya pengelola sumberdaya air Kenyataannya sistem yang berlaku tidak menjamin pengalokasian sumberdaya air bersifat efisien. Penyebab-penyebab inefisiensi dalam pengalokasian sumberdaya air menurut Tietenberg (2001), yaitu: a) Pembatasan-pembatasan dalam hal pentransferan air (restriction on transfers). Pencapaian alokasi air yang efisien dengan menetapkan manfaat bersih marjinal harus sama atau merata di semua aktivitas penggunaan air. b) Penetapan harga air (water pricing). Harga yang diberlakukan pada sumberdaya air tidak memberikan jaminan kalau sumberdaya air telah dialokasikan dengan efisien karena sumberdaya air dianggap sebagai komoditas yang penting atau esensial, maka harga yang diberlakukan seringkali terlalu rendah. Penyebabnya antara lain biaya rata-rata historis (historical average cost) yang digunakan untuk menentukan nilai atau tingkatan dan nilai kelangkaan marjinal (marginal scarcity rent) yang jarang diperhitungkan. Sistem harga yang efisien didasarkan pada biaya marginal (marginal cost) bukan biaya rata-rata (average cost). c) Masalah-masalah kepemilikan umum (common property problems). Sumberdaya milik umum cenderung habis terkuras dalam waktu singkat, sedangkan para pengguna tidak mempunyai insentif untuk melakukan konservasi, sehingga nilai kelangkaan marjinal dibiarkan hilang begitu saja. 13

6 2.2 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum Berbeda dengan perusahaan swasta murni yang selalu berorientasi pada keuntungan (profit oriented), PDAM juga berorientasi terhadap pelayanan. Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya dengan cara menyediakan air minum yang bersih, sehat dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah (Saberan, 1997). Perusahaan Daerah Air Minum mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada masyarakat dimana dalam menjalankan fungsinya, PDAM disini harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus berusaha mengembangkan tingkat pelayanannya. PDAM juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada pemerintah daerah. Tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air bersih masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk mencapainya maka pengelolaan terhadap PDAM harus berdasarkan prinsip-prinsip dan asas ekonomi perusahaan sehat Penetapan Harga Air Menurut Suparmoko (1995), ada dua cara untuk menentukan harga air yaitu atas dasar biaya marjinal (MC) dan atas dasar biaya rata-rata (AC), selain itu juga harus mempertimbangkan dua hal yakni faktor laba dan faktor distribusi agar lebih banyak barang atau air yang tersedia bagi masyarakat. Berkaitan dengan penentuan harga air tersebut, metode-metode yang dapat digunakan adalah dengan:. 3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : tahun 1994, tentang pedoman dan pemantauan Kinerja keuangan PDAM 14

7 1) Marginal Cost Pricing (MCP) Efisiensi alokasi penggunaan sumberdaya menganjurkan bahwa komoditi seharusnya diproduksi dan dialokasikan pada suatu titik dimana keuntungan marjinal (marginal benefit) sama dengan biaya marjinalnya (marginal cost), sehingga efisiensi ekonomi terjadi pada saat harga air ditetapkan sama dengan biaya marjinal yang bertujuan memaksimumkan keuntungan bersih sosial (Net Social Benefits). MCP memiliki dua tujuan yaitu : a) Memberikan sinyal mengenai biaya untuk memperoleh tambahan air kepada konsumen, sehingga konsumen dapat memutuskan untuk mengkonsumsi sejumlah tambahan air dengan tambahan kepuasan yang setidaknya sama besar. b) Memberikan sinyal kepada pengelola air mengenai seberapa banyak keinginan konsumen untuk membeli dengan harga yang ditetapkan. Apabila harga ditetapkan dengan dasar Marginal Cost Pricing, maka harga yang berlaku adalah sebesar OP 1 = AS dan produksi yang dihasilkan adalah sebesar OA (Gambar 1). Kondisi ini harga P 1 = MC, yaitu sama dengan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan produksi air. Biaya rata-rata (AC) lebih rendah dari P 1 karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen lebih besar dari biaya per unit air, maka penerimaan total (TR) lebih tinggi dari biaya total (TC) sehingga perusahaan mendapat keuntungan. Jika perusahaan menentukan harga atas dasar Average Cost Pricing, maka harga yang diberlakukan adalah sebesar OP 2 dan jumlah produksi adalah sebesar OA karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen adalah P2 sama dengan biaya per unit air (AC) maka perusahaan tidak mendapat keuntungan (laba = nol). 15

8 Harga MC P1 S AC P 2 R O MR A B D=AR Volume air Sumber: Suparmoko, 1995 Gambar 1. Penentuan Harga Air atas dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata- Rata Berdasarkan uraian tersebut, secara teoritis jika perusahaan berorientasi pada perolehan profit, maka penentuan harga terbaik adalah atas dasar biaya marjinal (MC pricing) karena pada saat itu perusahaan masih mengalami biaya yang semakin menurun (decreasing cost) yaitu pada daerah OB ke kiri dan artinya perusahaan menikmati keuntungan. Apabila perusahaan menentukan harga atas pertimbangan distribusi (lebih banyak barang yang tersedia di pasaran dengan harga yang rendah atau serendah-rendahnya), maka penentuan harga terbaik adalah dengan dasar biaya rata-rata (AC pricing) walaupun perusahaan tidak memperoleh keuntungan. 2) Full Cost Recovery Pricing (FCRP) MCP hanya fokus pada kondisi biaya marjinal yang ditunjukkan saat keuntungan marjinal dari mengkonsumsi air sama dengan biaya marjinalnya dan 16

9 mengabaikan kondisi secara total. Kondisi keduanya baik biaya total dan marjinal perlu diaplikasikan saat menentukan tingkat harga dan kuantitas. Penetapan harga atau tarif yang memperhatikan kondisi total adalah dengan FCRP. Hanemann (1998) membagi metode FCRP kedalam tiga bentuk : a) Ramsey Pricing : digunakan untuk menunjukkan sebuah kumpulan harga yang sama yang memaksimumkan keuntungan sosial bersih. b) Coase s Two-part Tariff : menggunakan sebuah strategi tarif dua bagian untuk menemukan kondisi total dimana keuntungan total seharusnya melebihi total biaya. Ketika harga air dibentuk berdasarkan tarif dua bagian, konsumen atau pelanggan harus membayar ongkos tetap atau biaya masuk dalam bentuk sewa meteran dan bea administrasi dengan tujuan untuk menutupi biaya penggunaan air yang tidak berubah menurut jumlah penjualan. c) Decreasing and Increasing Block Rates : metode ini merupakan perluasan dari penetapan tarif dua bagian increasing atau decreasing block rates dibedakan hanya pada tingkat urutan harga. Increasing block rate terjadi ketika p1<p2<p3 <pn yakni harga akan semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penggunaan air dan sebaliknya untuk decreasing block rate. Pemberlakuan sistem decreasing dan increasing block rate berbedabeda tergantung kondisi yang dimiliki daerah. Decreasing block rate biasanya digunakan pada daerah atau negara yang memiliki jumlah sumberdaya air yang melimpah. Sistem penentuan harga yang berlaku di Indonesia adalah increasing block tariff yaitu konsep dimana tingkat harga yang sesuai dengan peningkatan jumlah air dengan tujuan meningkatkan subsidi silang dari golongan masyarakat. 17

10 2.4 Sumberdaya Air Ditinjau dari Sisi Penawaran dan Permintaan Fungsi Permintaan Kebutuhan air ini akan meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, taraf hidup, dan perkembangan sektor industri. Permintaan mencakup jumlah barang yang dibutuhkan oleh individu kemudian terdapat daya beli terhadap barang tersebut. Nicholson (1995) menyatakan individu memiliki peran sebagai konsumen dalam sistem ekonomi. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan dalam teori ekonomi yaitu harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga barang-barang lainnya, selera konsumen, distribusi pendapatan dan besarnya populasi atau jumlah penduduk. Pengendalian sumberdaya air dalam menghindari adanya pencemaran dan eksploitasi air yakni dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang makin banyak mendapat perhatian dalam pengelolaan sumberdaya air. Hal ini disebabkan karena para konsumen air tidak hanya menginginkan jumlah yang cukup, tetapi juga kualitas yang sesuai keperluan mereka (Sanim, 2003) Fungsi Penawaran Penawaran mencakup jumlah barang yang ditawarkan kepada individu kemudian terdapat daya beli terhadap barang tersebut. Ekonomi produksi mencakup teori penawaran dan permintaan yang menggambarkan atas hubunganhubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu barang. Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas 18

11 yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran (Nicholson, 1995). Fauzi (2006) menyatakan air sebagai sumberdaya alam dapat berupa persediaan sekaligus sebagai aliran. Air tanah misalnya merupakan persediaan yang biasanya memerlukan aliran dan pengisian kembali oleh air hujan. Salah satu sifat air ialah stokastik, artinya ia diatur oleh proses fisik yang berdistribusi kemungkinan (random). Pemasokan air bergantung pada topografi dan kondisi meteorologi karena mempengaruhi peresapan dan penguapan air. Kemampuan untuk menyediakan kebutuhan air bersih yang cukup terletak pada manajemen sumberdaya air yang harus optimal dengan terbatasnya segala sumberdaya yang ada. 2.5 Proses Produksi Air Bersih Sumber air yang digunakan di PDAM Bekasi berasal dari Bendung Bekasi yang merupakan aliran air dari Kali Bekasi dan Sungai Tarum Barat (Kalimalang) yang dialiri oleh waduk Jatiluhur (Water Treatment Plan Kalimalang). Proses produksi air dari sumber tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 19

12 Sumber air Kali Bekasi dan PJT II (Tarum Barat) Intake/sadap (bangunan penampung air) Pra sedimentasi (pengendapan) Bak koagulasi (penjernihan tawas/pac) Bak Flokulasi (Pengadukan) Sedimentasi (pengendapan) Reservoir Fitrasi Sumber : PDAM Bekasi (2011) Gambar 2. Proses Bagan Alir Produksi Air Bersih PDAM Bekasi Proses pengolahan air PDAM menggunakan air baku dari sungai Tarum Barat dimulai dari pengambilan air melalui bangunan intake kemudian masuk ke proses prasedimentasi, diendapkan terlebih dahulu dalam tangki pengendapan awal, setelah itu dialirkan ke unit instalasi penjernihan air (Water Treatment Plan), pada instalasi penjernihan dilakukan pembubuhan koagulant (PAC) melalui unit koagulasi kemudian dilakukan pembentukan gumpalan dalam unit flokulasi. Setelah melalui proses flokulasi, air diendapkan kembali dalam tangki pengendapan (sedimentasi) dan dilakukan penyaringan (filtrasi) serta perhitungan air yang diproduksi melalui meter induk. Sesudah proses pengolahan selesai, air dialirkan melalui pipa transmisi air bersih ke bangunan reservoir lalu dibersihkan (disinfeksi) dan dialirkan ke pelanggan (Darwin, 2002). Pengolahan air yang menggunakan sumber air baku dari mata air langsung dialirkan melalui pipa 20

13 transmisi air bersih ke bangunan reservoir kemudian dibubuhkan gas klor untuk disucihamakan dan air siap untuk didistribusikan (Rosmery, 2000) Nilai Ekonomi Produksi Nilai ekonomi terdiri dari nilai manfaat dan nilai biaya. Nilai ekonomi dipengaruhi adanya jumlah produksi dalam permintaan dan penawaran sumberdaya air. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Ekonomi produksi termasuk ke dalam salah satu cabang ilmu ekonomi yang digunakan untuk mengambil keputusan manajemen. Proses produksi air baku menjadi air bersih merupakan suatu proses menghasilkan sumberdaya air bersih dengan meliputi sistem pengolahan, sistem distribusi, sistem jaringan pipa sesuai dengan sumber air baku dan kapasitas debit yang tersedia. Sumber air baku yang dimanfaatkan dapat berupa sumur bor, mata air dan air permukaan dengan total kapasitas debit yang tersedia oleh suatu sistem pengolahan air Biaya Produksi Air Biaya adalah pengorbanan sumberdaya ekonomi yang dinyatakan dalam bentuk uang yang telah atau akan terjadi untuk tujuan tertentu, biaya produksi adalah biaya yang dipakai untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, pembiayaan pengolahan sumberdaya air ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumberdaya air agar pelaksanaannya dilakukan secara wajar untuk menjamin keberlanjutan fungsinya. Jenis pembiayaan pengelolaan sumberdaya air meliputi biaya sistem informasi, perencanaan, pelaksanaan kontruksi termasuk 21

14 didalamnya biaya konservasi sumberdaya air, operasi, pemeliharaan, pemantauan, evaluasi dan biaya pemberdayaan masyarakat (Nugroho, 2002). Doll dan Orazam (1984), mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran yang terjadi dalam melaksanakan proses produksi. Produk yang dihasilkan dalam produksi air PDAM hanya satu jenis dalam suatu proses produksi, maka untuk menetapkan harga pokok air PDAM dapat dilakukan dengan metode pembagian yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan jumlah satuan air yang diproduksi pada periode tertentu sedangkan rumus matematikanya adalah : HPP = TC = TFC + TVC (1) Q Q Keterangan : TC = Total Cost TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost ( biaya variabel total) HPP = Harga Pokok Penjualan Q = Jumlah air yang dijual Jenis Instalasi Pengolahan Air Menurut peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2006 tentang pedoman teknis dan tata cara pengaturan tarif air minum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 tahun 2007 tentang organ dan kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum yang akan membenahi kembali perangkat-perangkat yang ada di Perusahaan Daerah Air Minum di seluruh Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan air minum kepada masyarakat secara terus menerus sesuai standar kesehatan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu adanya ketetapan dari Pemerintah Bekasi dalam memberikan ketegasan. 22

15 2.6 Fungsi Produksi Doll dan Orazam (1984), menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan masukan dan keluaran yang digambarkan pada saat sumberdaya ditransformasi menjadi produk. Fungsi produksi dapat ditampilkan dalam beberapa bentuk, secara simbolik fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut: Y= f(x 1, X 2, X 3, X n ) dimana Y merupakan hasil produksi (output) dan X 1.. Xn merupakan faktor produksi (input) yang berbeda yang digunakan dalam produksi. Simbol f menunjukan hubungan transformasi antara faktor produksi dan hasil produksi. Pendefinisian ekonomi terhadap turunan pertama dari fungsi produksi terkait dengan konsep produk marjinal. Produk fisik marjinal sebuah masukan adalah keluaran tembahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut (Nicholson, 1995). Produk fisik marjinal dari sebuah masukan bergantung pada berapa jumlah masukan yang digunakan. Lipsey et al. (1995) menyatakan jika semakin banyak jumlah suatu faktor variabel ditetapkan untuk sejumlah tertentu faktor yang tetap, akhirnya akan mencapai suatu situasi dimana setiap tambahan unit faktor variabel tersebut menghasilkan tambahan produk total yang jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan hasil unit sebelumnya, sehingga disebut hukum hasil yang semakin berkurang (diminishing return). 23

16 Jumlah per TP X* X ** X*** Masukan x per periode MP, AP MP AP Masukan x per periode Sumber: Nicholson (1995) X* X** X*** Gambar 3. Penurunan Produktivitas Rata-rata dan Produktivitas Marginal dari Kurva Produk Total Berdasarkan Gambar 3, kemiringan kurva TP (total produksi) menunjukkan bagaimana keluaran meningkat sementara faktor produksi ditambah, produk marjinal (MP) menurun sementara faktor-faktor produksi ditambah melewati titik ini, produk marjinal akan bernilai nol ketika total produksi meningkat. Produksi tidak akan melewati X*** karena penggunaan faktor produksi tambahan akan mengurangi produk yang dihasilkan, pada titik X** produk marjinal akan sama dengan produk rata-rata, dimana produk rata-rata berada pada tingkat maksimum,untuk masukan faktor produksi yang kurang dari X** produk marjinal melebihi produk rata-rata akibatnya penambahan satu unit faktor produksi akan meningkatkan produktivitasnya dari faktor produksi tersebut. 24

17 2.7 Pengelolaan Sumberdaya Air Adanya peningkatan jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat meningkatkan kebutuhan sumberdaya air, sedangkan jumlah sumberdaya air mengalami keterbatasan sehingga dapat mengakibatkan kelangkaan jika dibiarkan terjadi tanpa ada upaya pencegahan. Adanya pengelolaan sumberdaya air dibutuhkan untuk menjamin adanya ketersediaan sumberdaya air di masa yang akan datang. Sugiarto (1995) menyatakan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) terkait dengan pengelolaan sumberdaya air karena dalam pengelolaan DAS adanya stabilisasi produksi air yaitu debit air pada musim kemarau dan musim penghujan yang seimbang. Pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan secara baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Menurut Soenarno dalam Kodoatie (2005), pengelolaan sumberdaya air mencakup empat hal sebagai berikut : 1) Air sebagai bagian dari sumberdaya alam merupakan bagian dari ekosistem. Pengelolaan sumberdaya air memerlukan pendekatan yang integratif, komprehensif dan holistik yakni hubungan timbal balik antara teknik, sosial, dan ekonomi serta harus berwawasan lingkungan agar terjaga kelestariannya. 2) Air menyangkut semua aspek kehidupan maka air merupakan faktor yang mempengaruhi jalannya pembangunan dari berbagai sektor maka dari itu pengelolaan sumberdaya air didasarkan pada pendekatan peran serta dari semua stakeholders. Seluruh keputusan public harus memperhatikan kepentingan masyarakat dengan cara konsultasi public, sehingga kebijakan apapun yang diterapkan akan dapat diterima oleh masyarakat. 25

18 3) Secara alamiah air akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengenal batas politik, sosial, ekonomi, bangsa, maupun batas wilayah administrasi bahkan batas negara. Air membutuhkan pengelolaan dalam satu kesatuan sistem berdasarkan pendekatan one river, one plan and one management system. 4) Sistem aliran air menyangkut pengaruh antara hulu ke hilir yaitu apapun yang terjadi di bagian hulu akan berpengaruh terhadap bagian hilir dan tidak sebaliknya. Pengaruh tersebut antara lain terjadinya banjir, tanah longsor dan pencemaran. Pengelolaan sumberdaya air menyangkut sistem yang mengikat dan saling menguntungkan. Menurut McKinney et al (1999) dalam Esanawati (2009), tujuan pencapaian kualitas dan kuantitas air berada dalam kerangka analisis berdasarkan hubungan antara kebijakan sosial ekonomi dan kebijakan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Pasal 2, Sumberdaya Air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. Kecenderungan konsumsi air naik secara eksponensial, sedangkan ketersediaan air bersih cenderung melambat akibat kerusakan alam, sehingga dengan melihat prospek masa depan untuk menanggulangi permasalahan lingkungan yang akan dihadapi tidak menyebabkan entrophy yakni ketidakteraturan yang merupakan sumber utama dari kelangkaan yang akan mengurangi ketersediaan sumberdaya semakin berkurang (source of ultimate scarcity) dan untuk pencapaian ketersediaan air yang berkelanjutan di masa 26

19 mendatang. Kesejahteraan (well-being) seluruh umat manusia baik kaya maupun miskin tergantung pada jasa ekosistem (ecosystem services) (The United Nations Environment Programme dan diskusi kuliah Syaukat Desember 2010) Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Studi yang terkait mengenai pengelolaan sumberdaya air PDAM telah banyak dilakukan antara lain Sudrajat (1997) dengan melakukan analisis ekonomi pengelolaan air PDAM di Kotamadya Pontianak dengan mengambil 170 responden pada empat kecamatan yang berbeda. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kondisi biaya-biaya produksi yang mempengaruhi PDAM sebagai suatu unit usaha. Alat analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui analisis biaya variabel total (TVC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya marjinal (MC). Selain itu penelitian juga bertujuan untuk menganalisis kebijakan tarif air PDAM melalui analisis permintaan atau konsumsi air PDAM dengan menggunakan model linear double log dan analisis keinginan konsumen membayar dengan cara menghitung keinginan membayar dan kemampuan untuk membeli. Analisis untuk pilihan sumber air dilakukan pengujian dengan models of qualitative choice. Hasil penelitian Sudrajat menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik biaya, dengan semakin meningkatnya produksi perusahaan, biaya variabel ratarata dan biaya marjinal semakin menurun sehingga terjadi eksternalitas teknis pada pengelolaan air PDAM Kotamadya Pontianak. Pelanggan PDAM nya adalah golongan masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi, sehingga semakin tinggi volume bak mandi yang dimiliki maka akan semakin tinggi konsumsi PDAM per kapita. Hal tersebut dikarenakan pemilik bak cenderung menggunakan baknya 27

20 untuk menampung air PDAM dibanding menampung air hujan. Hasil penelitian yang over estimated ini menunjukkan bahwa sumberdaya air PDAM sudah memiliki nilai tinggi di tangan konsumen. Penelitian lainnya oleh Kusuma (2006) melakukan penelitian mengenai pengelolaan air dan kebijakan tarif air di Kota Madiun. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan tarif dan mengestimasi variabel-variabel yang mempengaruhi fungsi biaya pengelolaan air bersih dengan menggunakan regresi linier berganda dan analisis penetapan tarif dengan marginal cost pricing dan variasi tarif serta melihat penyesuaian tarif air dengan melihat perhitungan laba rugi dari PDAM. Hasil penelitian Kusuma menunjukkan bahwa hasil analisis model biaya pengelolaan air PDAM Madiun dari tahun menunjukkan bahwa baik biaya variabel, biaya investasi maupun jumlah produksi air berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap total biaya pengelolaan air PDAM dan penetapan tarif air baik secara ekonomi maupun finansial telah dapat memberikan susunan tarif yang sesuai dengan kondisi masyarakat telah mencapai kondisi full cost recovery. Esanawati (2009) melakukan penelitian mengenai fungsi produksi, penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air dan memproyeksikan pengembangan kapasitas produksi PDAM Tirta Patriot sepuluh tahun yang akan datang dengan menggunakan metode pemulusan dengan teknik eksponensial ganda yang dilakukan dengan analisis kapasitas produksi, analisis deskriptif juga melihat analisis pola pengelolaan sumberdaya air. 28

21 Hasil penelitian Esanawati menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan air baku berpengaruh nyata dan negatif, penggunaan tarif yang berlaku belum memenuhi besaran tarif dasar dengan mekanisme biaya pemulihan penuh sebesar Rp /m 3 kemudian proyeksi produksi air dengan model ARIMA 2,1,0, tren produksi air yang meningkat dari tahun ke tahun dengan menggunakan teknik pemulusan data eksponensial ganda menunjukkan hasil yang berfluktuatif yang cenderung meningkat setiap tahunnya. 29

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI PDAM BEKASI NURUL FADILLAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi PDAM Bekasi merupakan salah satu PDAM yang berada di wilayah Kota Bekasi. Pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM DEA AMANDA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS terbesar di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas 11.44 ribu kilometer persegi. Curah hujan tahunan 3 ribu

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI DAN HARGA AIR MINUM PADA PT WATERTECH ESTATE CIKARANG LARAS LESTARI

ANALISIS BIAYA PRODUKSI DAN HARGA AIR MINUM PADA PT WATERTECH ESTATE CIKARANG LARAS LESTARI ANALISIS BIAYA PRODUKSI DAN HARGA AIR MINUM PADA PT WATERTECH ESTATE CIKARANG LARAS LESTARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi debit air khususnya debit air tanah. Kelangkaan sumberdaya air

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi debit air khususnya debit air tanah. Kelangkaan sumberdaya air II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelangkaan Sumberdaya Air Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu penyebab pemanfaatan berlebihan yang dilakukan terhadap sumberdaya air. Selain itu, berkurangnya daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Irigasi Jatiluhur terletak di Daerah Aliran Sungai Citarum Provinsi Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM 3.1.1 Biaya Produksi Air PDAM Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI

BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI BAB V PERUSAHAAN dan PRODUKSI 5.1. Perilaku Produsen Jika konsumen didefinisikan sebagai orang atau pihak yang mengkonsumsi (pengguna) barang dan jasa maka produsen adalah orang atau pihak yang memproduksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

Perusahaan, Produksi, dan Biaya

Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan, Produksi, dan Biaya Perusahaan adalah kesatuan teknis, yang bertujuan untuk menghasilkan benda-benda atau jasa. Perusahaan ingin mencapai laba setinggi mungkin. Pengertian sehari-hari, laba

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR http://www.republika.co.id Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap 102 pemerintah kabupaten, kota dan Perusahaan

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Perusahaan ditinjau dari sisi Teori Ekonomi Tidak dibedakan atas kepemilikanya, jenis usahanya maupun skalanya. Terfokus pada bagaimana

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Terminologi penting dalam teori produksi 1. Fungsi produksi 2. Biaya produksi minimum 3. Jangka waktu analisis 4. Perusahaan dan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN SUKABUMI Oleh CINDY NOVIANTI H14062579 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok untuk kehidupan manusia dengan segala macam kegiatannya, dipergunakan untuk keperluan rumah tangga, keperluan umum, industri, perdagangan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi

ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi Ratih Esanawati DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi 136 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Pengembangan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser memiliki peran yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi Sumatera Utara dan NAD

Lebih terperinci

Materi 4 Ekonomi Mikro

Materi 4 Ekonomi Mikro Materi 4 Ekonomi Mikro Teori Produksi Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis ekonomi konsep biaya, biaya produksi jangka pendek dan panjang. Mahasiswa dapat memahami konsep

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Bahasan Teori produksi (teori perilaku produsen) Bentuk-bentuk organisasi perusahaan Perusahaan ditinjau dari sudut teori ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA POKOK AIR BERSIH PDAM DAN KOMPONEN BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PENETAPAN HARGA AIR PDAM PT. AETRA JAKARTA HEZRON LASTOGAR SITUMORANG

ANALISIS HARGA POKOK AIR BERSIH PDAM DAN KOMPONEN BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PENETAPAN HARGA AIR PDAM PT. AETRA JAKARTA HEZRON LASTOGAR SITUMORANG ANALISIS HARGA POKOK AIR BERSIH PDAM DAN KOMPONEN BIAYA TRANSAKSI TERHADAP PENETAPAN HARGA AIR PDAM PT. AETRA JAKARTA HEZRON LASTOGAR SITUMORANG DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PBAB II URAIAN TEORITIS

PBAB II URAIAN TEORITIS PBAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas Ekonomi. Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

Sistem Penyediaan Air Minum dan Permasalahannya. Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono S.E.,.M.Eng. Program Studi Teknik Lingkungan-Departemen Teknik Sipil

Sistem Penyediaan Air Minum dan Permasalahannya. Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono S.E.,.M.Eng. Program Studi Teknik Lingkungan-Departemen Teknik Sipil Sistem Penyediaan Air Minum dan Permasalahannya Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono S.E.,.M.Eng Program Studi Teknik Lingkungan-Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO Add your company slogan Biaya Teori Produksi LOGO Asumsi Dalam pembahasan ekonomi, perusahaan selalu diasumsikan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan yang didirikan tidak untuk mendapatkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan, Teori Produksi Biaya Jangka pendek Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen TEORI BIAYA (ONGKOS) PRODUKSI BIAYA/ONGKOS PRODUKSI:

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR EFISIENSI EKONOMI dan PASAR Kuliah Ekonomi Lingkungan Sesi 5 Efisiensi Ekonomi (1) Efisiensi Ekonomi keseimbangan antara nilai produk dengan nilai dari input yang digunakan untuk memproduksinya (dgn kata

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teori Produksi dan Biaya Produksi 1

BAB I PENDAHULUAN. Teori Produksi dan Biaya Produksi 1 BAB I PENDAHULUAN Teori tingkah laku konsumen memberikan latar belakang yang penting di dalam memahami sifat permintaan pembeli di pasaar. Dari analisis itu sekarang telah dapat difahami alasana yang mendorong

Lebih terperinci

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950); PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG POLA INDUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa sumber daya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN UMUM DAERAH AIR MINUM TIRTA MERAPI KABUPATEN KLATEN DENGAN

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat mendasar bagi makhluk hidup, namun hingga kini belum semua masyarakat mampu menikmatinya secara maksimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sumber kehidupan mahluk hidup termasuk manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sumber kehidupan mahluk hidup termasuk manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Air adalah sumber kehidupan mahluk hidup termasuk manusia yang kebutuhannya tidak dapat terelakan lagi dan merupakan kebutuhan primer. Air bukan hanya dipergunakan

Lebih terperinci

Telkom University Alamanda

Telkom University Alamanda Telkom University Alamanda 2 Tujuan Mahasiswa diharapkan mampu: Memahami fungsi non-linear Menerapkan fungsi non-linear dalam ilmu ekonomi 3 Hubungan Non-Linear Ada 4 macam bentuk fungsi non-linear yang

Lebih terperinci

TEORI BIAYA PRODUKSI

TEORI BIAYA PRODUKSI TEORI BIAYA PRODUKSI Konsep Biaya Tujuan dari perusahaan secara umum adalah memaksimalkan laba Laba total = selisih positif antara penerimaan total dengan biaya total Biaya memberikan peranan penting dalam

Lebih terperinci

PERILAKU PRODUSEN : TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI

PERILAKU PRODUSEN : TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI PERILAKU PRODUSEN : TEORI PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI Bentuk-bentuk organisasi perusahaan 1. Perusahaan perseorangan a. Dikelola oleh perseorangan b. Banyak yang tidak berbadan hukum c. Jumlahnya sangat

Lebih terperinci

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market)

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market) EKSTERNALITAS EKSTERNALITAS Manfaat (Benefit) dan/atau Biaya (Cost) yang tidak dapat diperhitungkan secara langsung dalam proses produksi barang/jasa. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Ekonomi Mikro. Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan

Ekonomi Mikro. Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Ekonomi Mikro Teori Produksi dan Kegiatan Perusahaan Bentuk-bentuk Organisasi Perusahaan 1. Perusahaan perseorangan 2. Firma 3. Perseroan terbatas 4. Perusahaan negara 5. Koperasi Perusahaan perseorangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TOTAL PRODUKSI DAN PRODUKSI MARGINAL DENGAN SATU VARIABEL BEBAS : TANAH TENAGA KERJA TOTAL PRODUKSI

TOTAL PRODUKSI DAN PRODUKSI MARGINAL DENGAN SATU VARIABEL BEBAS : TANAH TENAGA KERJA TOTAL PRODUKSI Bab 3 Pelaku Kegiatan Ekonomi Teori produksi Teori produksi adalah suatu gambaran bagaimana produsen berprilaku dalam memproduksi barang dan jasa. Teori produksi menekankan pada efisiensi. Dua konsep utama

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

Sistem Infrastruktur. Modul 1 PENDAHULUAN

Sistem Infrastruktur. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sistem Infrastruktur Dr. Sri Maryati, S.T., M.T. I PENDAHULUAN nfrastruktur atau prasarana merupakan istilah yang mengacu pada social overhead capital yang mempunyai karakteristik sosial dan karakteristik

Lebih terperinci

Template Standar Powerpoint

Template Standar Powerpoint Modul ke: Template Standar Powerpoint Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Fakultas FEB Ali Akbar Gayo, SE.,MM Program Studi

Lebih terperinci

Penggunaan Turunan dalam Ekonomi

Penggunaan Turunan dalam Ekonomi Penggunaan Turunan dalam Ekonomi Dalam ilmu ekonomi konsep turunan pertama dari suatu fungsi dapat digunakan untuk mendapatkan ongkos marjinal, pendapatan marjinal, elastisitas, hasrat menabung marjinal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

Teori Biaya Produksi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Teori Biaya Produksi. Pengantar Ilmu Ekonomi Teori Biaya Produksi Pengantar Ilmu Ekonomi Konsep Biaya Produksi (1) Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar input yang dipakai dalam menghasilkan produknya Total

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE

INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE 13 2015 2016 PENDAHULUAN (1) Permintaan akan pembangunan berkelanjutan serta kebutuhan akan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM TIRTA ASASTA KOTA DEPOK, JAWA BARAT WASIS WIDODO

ANALISIS KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM TIRTA ASASTA KOTA DEPOK, JAWA BARAT WASIS WIDODO ANALISIS KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM TIRTA ASASTA KOTA DEPOK, JAWA BARAT WASIS WIDODO DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU EKONOMI

PENGANTAR ILMU EKONOMI HANDOUT MATA KULIAH PENGANTAR ILMU EKONOMI Anang Muftiadi, SE., M.Si. DISIAPKAN SEBAGAI MATERI PELENGKAP MATA KULIAH EKONOMI POLITIK DI STIA-LAN BANDUNG HANDOUT 5 BIAYA, HARGA DAN OUTPUT (Pada Pasar Kompetitif)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 160 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian sebelumnya telah dibahas berbagai temuan yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian akhir ini selanjutnya akan dibahas mengenai kesimpulan yang didapat

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting dan pembahasan terhadap kondisi pelayanan air minum oleh PDAM Kecamatan Kota Sumenep, maka kesimpulan yang diambil

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi areal vital bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air. Pemanfaatan air sungai banyak digunakan sebagai pembangkit

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya.

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. COST PRODUCTION 1 Pengantar Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

PENGANTAR BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM

PENGANTAR BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM PENGANTAR BANGUNAN PENGOLAHAN AIR MINUM 1 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi

Lebih terperinci

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Oleh : Benny Gunawan Ardiansyah, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal 1. Pendahuluan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PENERAPAN STRATEGI MEMAKSIMUMKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN MATA KULIAH EKONOMI MANAJERIAL OLEH : YANA ROHMANA

LEMBAR KERJA PENERAPAN STRATEGI MEMAKSIMUMKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN MATA KULIAH EKONOMI MANAJERIAL OLEH : YANA ROHMANA LEMBAR KERJA PENERAPAN STRATEGI MEMAKSIMUMKAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN MATA KULIAH EKONOMI MANAJERIAL OLEH : YANA ROHMANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUNGSI LINEAR DALAM EKONOMI

PENGGUNAAN FUNGSI LINEAR DALAM EKONOMI PENGGUNAAN FUNGSI LINEAR DALAM EKONOMI Agar fungsi permintaan dan fungsi penawaran dapat digambarkan grafiknya, maka faktor-faktor selain jumlah yang diminta dan harga barang dianggap tidak berubah selama

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

KONSEP PUBLIK DALAM KEBIJAKAN DR. NIMMI ZULBAINARNI STAF PENGAJAR DEPARTEMEN PSP-FPIK, IPB

KONSEP PUBLIK DALAM KEBIJAKAN DR. NIMMI ZULBAINARNI STAF PENGAJAR DEPARTEMEN PSP-FPIK, IPB KONSEP PUBLIK DALAM KEBIJAKAN DR. NIMMI ZULBAINARNI STAF PENGAJAR DEPARTEMEN PSP-FPIK, IPB PUBLIK : UMUM PRIVATE : SWASTA (PERORANGAN) MASALAH YANG SERING MUNCUL DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM (PERIKANAN)

Lebih terperinci

KONSEP EKONOMI MANAJERIAL ILMU MANAJEMEN

KONSEP EKONOMI MANAJERIAL ILMU MANAJEMEN BAB I KONSEP EKONOMI MANAJERIAL ILMU MANAJEMEN MERTODE KUANTITATIF EKONOMI MANAJERIAL TEORI EKONOMI MIKRO Gambar 1.1. Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial A. EKONOMI MANAJERIAL (MANAGERIAL ECONOMIC) Menurut

Lebih terperinci

Eksternalitas & Barang Publik

Eksternalitas & Barang Publik Eksternalitas & Barang Publik Rus an Nasrudin Kuliah ke-13 May 21, 2013 Rus an Nasrudin (Kuliah ke-13) Eksternalitas & Barang Publik May 21, 2013 1 / 21 Outline 1 Pendahuluan 2 Definisi Eksternalitas 3

Lebih terperinci

BIAYA PRODUKSI. I. Pengertian Biaya produksi. Nama : Abdul Wahab NPM : Kelas : 1 ID 05

BIAYA PRODUKSI. I. Pengertian Biaya produksi. Nama : Abdul Wahab NPM : Kelas : 1 ID 05 Nama : Abdul Wahab NPM : 38409532 Kelas : 1 ID 05 BIAYA PRODUKSI I. Pengertian Biaya produksi Untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan factor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal,

Lebih terperinci

Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan. Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN

Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan. Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN Pengantar Peran ilmu ekonomi dalam bidang usaha perikanan berkaitan erat dengan bagaimana seorang pengusaha perikanan mengelola (manage),

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

PENGANTAR EKONOMI MIKRO PENGANTAR EKONOMI MIKRO www.febriyanto79.wordpress.com LOGO Produksi Kegiatan memproses input menjadi output Produsen dalam melakukan kegiatan produksi mempunyai landasan teknis yang didalam teori ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah

I. PENDAHULUAN. Masalah kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah P per P per I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kelangkaan sumberdaya air di Pulau Lombok dewasa ini telah mendapat perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah, LSM, akademisi dan masyarakat luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Citarum merupakan gabungan beberapa wilayah luas sungai dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Citarum merupakan gabungan beberapa wilayah luas sungai dengan luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai Citarum merupakan gabungan beberapa wilayah luas sungai dengan luas sekitar 13.000 km2. Sumber daya air ini telah digunakan untuk mensuplai kebutuhan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.3 Tujuan dan Manfaat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benefit Cost Ratio (BCR) 1.2 Identifikasi Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.3 Tujuan dan Manfaat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benefit Cost Ratio (BCR) 1.2 Identifikasi Masalah 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia, terutama untuk digunakan sebagai air minum, memasak makanan, mencuci, mandi dan kakus. Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

Fakta tentang Air. Air tawar itu terbatas dan langka

Fakta tentang Air. Air tawar itu terbatas dan langka Fakta tentang Air Air tawar itu terbatas dan langka Air tidak tergantikan Fakta tentang Air Air memiliki nilai ekonomis total yang melebihi nilai jualnya saat ini Air dibutuhkan oleh makhluk hidup dan

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Teori Produksi dan Biaya. Pertemuan 5

Teori Produksi dan Biaya. Pertemuan 5 Teori Produksi dan Biaya Pertemuan 5 Fungsi Produksi Fungsi Produksi menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi (input) yang digunakan dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan. Short

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO Fandy Rayyan Dasir Fuad Halim, Lingkan Kawet, M. I. Jasin Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha

Lebih terperinci

TEORI BIAYA PRODUKSI

TEORI BIAYA PRODUKSI TEORI BIAYA PRODUKSI 1 TUJUAN PERUSAHAAN Tujuan ekonomi suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan keuntungan. 2 Pendapatan Total & Biaya Total Pendapatan Total Jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI

BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI BAB III ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MELAWI A. Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi Bagaimana Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Melawi? Berikut ini analisa yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci