MINAT DAN MOTIVASI UMAT MENJADI PEMAIN GAMELAN PADA PERAYAAN EKARISTI DI GEREJA HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MINAT DAN MOTIVASI UMAT MENJADI PEMAIN GAMELAN PADA PERAYAAN EKARISTI DI GEREJA HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 MINAT DAN MOTIVASI UMAT MENJADI PEMAIN GAMELAN PADA PERAYAAN EKARISTI DI GEREJA HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Abednego Banni Wicaksono JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

2

3

4

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat rahmat dan kasih-nya sehingga akhirnya saya boleh menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik. Saya sadar bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam tugas akhir skripsi ini karena keterbatasan saya. Berbagai motivasi, bantuan dan bimbingan yang saya dapatkan dari banyak pihak sangat membantu saya dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan tulus saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Hanna Sri Mudjilah, M.Pd. dan Ibu Francisca Xaveria Diah K, M.A. selaku pembimbing I dan pembimbing II yang bersedia meluangkan waktu untuk membantu dan membimbing saya dengan penuh kesabaran. 2. Dr. Kuswarsantyo, M.Hum. dan Drs. Sritanto, M.Pd. yang bersedia mengoreksi dan memberi saran sebagai expert dalam penelitian ini. 3. Umat yang menjadi pemain gamelan di Gereja Hati Santa Perawan Maria TakBercelaKumetiran Yogyakarta yang bersedia menjadi responden. 4. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu per satu. v

6

7 PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk : Orang tua saya Victor Subanar ( ) dan Ch. Wahyu Suryo Ningrum Budi Rahayu Astuti Ningsih ( ) Eyang saya Nicholasia Roesminah Soeparwoto Seluruh sahabat yang tidak bisa saya sebut satu per satu vi

8 MOTTO Berusahalah dalam doa dan percayalah, Bapamu disorga akan memberikan yang terbaik bagi setiap orang yang percaya pada-nya vii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN... ii PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v PERSEMBAHAN...vi MOTTO... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GRAFIK... x ABSTRAK... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Batasan Masalah... 6 D. Rumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian... 7 viii

10 BAB II. KAJIAN TEORI...8 A. Diskripsi Teori Minat Motivasi Gamelan Gereja Ekaristi B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berfikir BAB III. METODE PENELITIAN...35 A. Desain Penelitian B. Variabel Penelitian C. Tempat dan Waktu Penelitian D. Populasi E. Instrumen Penelitian Validitas Reliabilitas F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran viii

11 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Hasil Pengujian Reliabilitas...39 Tabel 4.1 : Hasil Statistik deskriptif per indikator...44 Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat...44 Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Perhatian...45 Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Ketertarikan...46 Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Pengetahuan...47 Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Harapan...48 Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Manfaat...49 Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Eksternal...50 Tabel 4.9 : Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi...51 Tabel 4.10: Distribusi Kecenderungan Indikator Perhatian...52 Tabel 4.11: Distribusi Kecenderungan Indikator Ketertarikan...53 Tabel 4.12: Distribusi Kecenderungan Indikator Pengetahuan...54 Tabel 4.13: Distribusi Kecenderungan Indikator Harapan...55 Tabel 4.14: Distribusi Kecenderungan Indikator Manfaat...56 Tabel 4.15: Distribusi Kecenderungan Indikator Eksternal...57 ix

13 DAFTAR GRAFIK Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat...45 Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Perhatian...46 Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Ketertarikan...47 Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Pengetahuan...48 Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Harapan...49 Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Manfaat...50 Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Data Indikator Eksternal...51 Tabel 4.8 : Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi...52 Tabel 4.9 : Distribusi Kecenderungan Indikator Perhatian...53 Tabel 4.10: Distribusi Kecenderungan Indikator Ketertarikan...54 Tabel 4.11: Distribusi Kecenderungan Indikator Pengetahuan...55 Tabel 4.12: Distribusi Kecenderungan Indikator Harapan...56 Tabel 4.13: Distribusi Kecenderungan Indikator Manfaat...57 Tabel 4.14: Distribusi Kecenderungan Indikator Eksternal...58 x

14 MINAT DAN MOTIVASI UMAT MENJADI PEMAIN GAMELAN PADA PERAYAAN EKARISTI DI GEREJA HATI SANTA PERAWAN MARIA TAK BERCELA KUMETIRAN YOGYAKARTA Oleh Abednego Banni Wicaksono NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa minat dan motivasi sangat diperlukan agar seorang individu mempunyai dorongan dan gairah untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bersifat mendeskripsikan atau menggambarkan suatu masalah secara apa adanya dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket. Angket yang digunakan bersifat tertutup dimana sudah disediakan 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skor nilai 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 untuk setuju, 2 untuk tidak setuju, dan 1 untuk sangat tidak setuju. Sebelum digunakan, instrumen penelitian sudah disetujui oleh expert dan sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sehinggan instrumen penelitian layak untuk digunakan. Instrumen penelitian terdiri dari 30 pernyataan dengan 6 indikator yaitu perhatian, ketertarikan, pengetahuan, harapan, manfaat, dan eksternal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan ternyata masih rendah. Hal ini disebabkan oleh jumlah skor responden pada beberapa indikator dibawah rata-rata. Pada indikator harapan, dengan skor mean teoritik sebesar 27,5 responden yang dibawah nilai mean ada 17 responden, dan hanya 13 responden yang diatas rata-rata, begitu juga dengan indikator manfaat dan eksternal, sehingga secara keseluruhan minat dan motivasi umat berada pada kategori rendah yaitu sebesar 90%. Akan tetapi, masih ada pemain gamelan yang memiliki minat dan motivasi yang tinggi yaitu sebesar 10% yang dapat dilihat pada indikator perhatian, keingintahuan, dan pengetahuan, dimana dari ketiga indikator tersebut para responden memiliki minat dan motivasi yang tinggi terhadap gamelan. Kata kunci : minat, motivasi, gamelan. xi

15 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat banyak musik dari berbagai belahan dunia dapat dengan mudah dinikmati masyarakat Indonesia. Berbagai macam jenis musik seperti musik klasik, musik jazz, musik rock, memiliki ciri khas masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya. Musik klasik, pop, jazz, merupakan musik universal yang dapat ditemukan diseluruh penjuru dunia, berbeda dengan musik daerah yang hanya ditemukan atau menjadi ciri khas dari suatu daerah tertentu, seperti gamelan yang hanya terdapat di Indonesia. Semakin banyaknya jenis musik yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat mulai lebih tertarik dengan musik klasik, jazz, dan sebagainya daripada musik tradisional yang dapat membuat kelestarian musik tradisional terutama gamelan terancam. Banyaknya suku, adat, dan budaya masyarakat Indonesia menjadikan Indonesia kaya akan karya seni terutama seni musik tradisional dimana masing-masing daerah mempunyai ciri khas yang berbeda-beda. Gamelan merupakan salah satu musik daerah yang berasal dari Jawa. Kesenian gamelan telah hidup dan menjadi salah satu musik tradisional yang diperhitungkan keberadaannya di dunia internasional. Seni gamelan Jawa mengandung nilainilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia sebab gamelan Jawa

16 2 merupakan salah satu seni budaya yang diwariskan secara turun-menurun oleh para pendahulu dan masih bertahan sampai sekarang. Gamelan dahulu merupakan musik tradisional yang disajikan sebagai musik rakyat dalam bentuk jathilan, reog, rinding, siteran, gejog lesung, dan masih banyak lagi, serta sebagai musik istana dalam bentuk tari klasik, wayang dengan iringan gamelan, macapat, sekar ageng, sekar alit, dan sebagainya (Prier: 2014). Saat ini seiring dengan perkembangan zaman gamelan menjadi musik tradisional yang lebih fleksibel yang dapat dimainkan oleh semua kalangan, baik tua maupun muda, apapun jabatannya, dapat dipadukan dengan alat musik modern, serta dapat untuk mengiringi berbagai macam acara seperti wisuda, konser, bahkan dalam acara keagamaan seperti perayaan ekaristi. Ekaristi (Eucharistia) adalah suatu ucapan pujian, syukur, terima kasih kepada Allah. Kata eucharistien (bdk. Luk. 22:19; 1Kor. 11:24) dan eulogein (bdk. Mat. 26:26; Mrk. 14:22) mengungkapkan pujian bangsa Yahudi, terutama pada waktu makan untuk memuliakan karya Allah, yaitu penciptaan, penebusan dan pengudusan yang dilaksanakan-nya (Hadisumarta : 2013).Seluruh umat Katolik minimal sekali dalam seminggu berkumpul di Gereja untuk bersyukur, memuji, dan memuliakan Tuhan dalam perayaan ekaristi. Perayaan ekaristi merupakan saat dimana umat mengalami perjumpaan dengan Yesus Kristus dengan menerima komuni suci. Dalam perayaan ekaristi pula umat dapat mengenang dan menghayati kembali kisah

17 3 Yesus saat masih menjadi manusia dalam bacaan-bacaan injil dan perjamuan kudus dalam ritus ekaristi. Satu set gamelan membutuhkan kurang lebih 30 orang. Banyaknya orang yang dibutuhkan dalam menampilkan musik gamelan ini memunculkan suatu tantangan sekaligus manfaat bagi para penabuh gamelan dan pesinden.tantangan dalam bermain gamelan salah satunya adalah banyaknya orang yang terlibat didalamnya sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik antar pemain, dibutuhkan komunikasi dan relasi yang baik antar pemain agar dapat bermain dengan baik. Dibutuhkan latihan bersama yang rutin dan durasi waktu latihan yang cukup lama dan terus-menerus sehingga secara tidak langsung akan menimbulkan rasa kekeluargaan antar pemain yang berpengaruh pada keindahan dan kekompakkan permainan gamelan tersebut. Penabuh gamelan juga tidak boleh fokus pada alat yang dimainkannya saja, tetapi juga harus saling mendengarkan alat musik lainnya demi menjaga kekompakkan, terutama kendang yang bertugas sebagai pengatur tempo. Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran merupakan salah satu Gereja Katolik di Yogyakarta yang mempunyai seperangkat gamelan. Gereja tersebut juga mengadakan perayaan ekaristi bahasa Jawa dengan iringan gamelan setiap hari Minggu pada akhir bulan. Di Gereja itu terdapat suatu komunitas yang dibentuk untuk belajar dan berlatih gamelan untuk mengiringi perayaan ekaristi tersebut. Terdapat sekitar 30 anggota yang mempunyai minat yang sama untuk menjadi penabuh gamelan untuk mengiringi perayaan

18 4 tersebut. Komunitas penabuh ini mempunyai jadwal latihan rutin, yaitu setiap hari senin pukul WIB sampai dengan pukul WIB di Gereja. Komunitas gamelan ini mempunyai anggota dari segala usia, yaitu remaja hingga orang tua, dari yang masih menjadi siswa hingga dosen, semua menjadi sama jabatannya yaitu sebagai penabuh gamelan, berbaur menjadi satu dibalik alat musiknya masing-masing. Ditengah kesibukan masing-masing dan perkembangan zaman yang menawarkan berbagai hiburan dan jenis musik lain yang baru dan lebih menarik, mereka selalu meluangkan waktu untuk datang sebelum pukul WIB untuk berbincang-bincang terlebih dahulu dengan sesama pemain, lalu latihan bersama-sama sampai kurang lebih pukul WIB. Seringkali terjadi perbedaan pendapat, salah paham, akibat kurangnya komunikasi dan kemampuan saling mengerti, selain karena kondisi badan yang sudah lelah setelah bekerja seharian, sehingga ada pemain yang salah saat menabuh gamelan.adapun jadwal Perayaan ekaristi yang diselenggarakan di Gereja Kumetiran Yogyakarta yaitu (1) Sabtu sore pukul 18.00WIB, (2 ) Minggu pagi pukul WIB, (3) Minggu pagi pukul 08.00WIB, (4)Minggu sore pukul 17.00WIB, (5) Minggu malam pukul WIB. Perayaanekaristi dengan iringan gamelan khusus dilaksanakan pada hari Minggu pagi pukul 06.00WIB pada minggu terakhir setiap akhir bulan. Bahasa yang digunakan dalam perayaan ekaristi adalah bahasa Jawa. Iringan musik menggunakan gamelan, membuat waktu berlangsungnya misa menjadi lebih lama dari biasanya. Bagi penabuh gamelan juga harus datang lebih awal sebelum misa dimulai untuk mempersiapkan berbagai hal yang berkaitan

19 5 dengan persiapan iringan. Perayaan ekaristi yang biasanya berlangsung selama kurang lebih satu jam, saat menggunakan iringan gamelan menjadi satu setengah jam bahkan hampir dua jam, karena lagu-lagu Jawa kebanyakan bertempo lambat sehingga selain lama juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemain gamelan untuk selalu fokus dalam memainkan bagiannya masingmasing. Jumlah umat yang hadir saat perayaan ekaristi dengan iringan gamelan yang dimulai pada pukul WIB tidak sebanyak saat perayaan ekaristi pada sore hari. Hal itu bisa jadi disebabkan karena waktu mulai perayaan ekaristi yang terlalu pagi sehingga umat memilih menghadiri perayaan yang lebih siang atau sore hari. Bahasa yang digunakan saat ekaristi dengan iringan gamelan adalah bahasa Jawa, sedangkan umat di Gereja Kumetiran Yogyakarta sebagian besar tidak berasal dari penduduk Jawa asli, sehingga masalah bahasa bisa menjadi salah satu faktor sedikitnya umat yang hadir. Minat merupakan ketertarikan seorang individu terhadap suatu objek yang membuat individu tersebut merasa senang dan mempunyai harapan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Slameto: 2010). Kesibukan yang dimiliki masing-masing individu membuat pemain yang hadir bergantian. Tidak adanya regenerasi yang baik membuat pemain gamelan selalu berisi orang-orang yang sama. Berbagai macam hiburan untuk mengisi waktu luang dan kondisi tubuh yang lelah setelah bekerja seharian dapat menyurutkan niat

20 6 mereka untuk tetap hadir latihan. Waktu pelaksanaan misa yang dimulai pukul enam pagi, dan harus persiapan jauh sebelum dimulainya misa membuat para pemain gamelan harus datang dan bangun lebih awal daripada umat yang lain. Oleh karena itu sangat menarik untuk mengetahui apa minat dan motivasi umat,sehingga tertarik menjadi pemain gamelan untuk mengiringi perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Banyaknyajenis musik yang lebih modern membuat gamelan kurang digemaridi Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta 2. Banyaknya waktu yang dibutuhkan mulai darilatihan sampai dengan selesainya proses perayaan ekaristi dengan iringan gamelan di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta 3. Belum diketahuinya minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta.

21 7 C. Batasan Masalah Permasalahan yang terkait cukup kompleks. Agar dapat lebih terarah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian inidapat di rumuskan sebagai berikut: Bagaimanaminat dan motivasi umat menjadi pemain gamelanpadaperayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Tujuanpenelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan minat danmotivasi umat menjadi pemain gamelanpada perayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang luas tentang musik gamelan Jawa pada umumnya dan dapat membuat

22 8 perayaan ekaristi dengan iringan gamelan menjadi lebih berkembang pada khususnya. 2. Secara praktis a. Bagi mahasiswa penelitian ini dapat digunakan menjadi pembanding dalam penelitian selanjutnya terutama dalam penelitian yang sejenis. b. Bagi khalayak umum, penelitian ini dapat menjadi pengetahuan tentang musik gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Katolik, dan memberi motivasi untuk lebih mengenal tentang gamelan c. Bagi Gereja, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang penting dalam mempertahankan dan mengembangkan musik inkulturasi khususnya gamelan Jawa sebagai identitas lokal sebagai sarana untuk memuji dan memuliakan Tuhan dalam ekaristi.

23 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Minat Setiap orang pasti memiliki minat terhadap suatu hal. Adanya minat dalam diri seseorang akan menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih terhadap hal yang di minati. Seseorang yang berminat dalam bidang otomotif, pasti akan mencari tahu, mencoba, menekuni, melakukan kegiatan atau hal-hal yang berkaitan dengan otomotif, begitu juga bagi yang berminat dalam bidang seni, kesehatan, ilmu alam, dan masih banyak lagi. Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu hal akan tertarik dan memperhatikan dengan lebih sungguh-sungguh terhadap hal yang menjadi minatnya. Minatadalah sumber penggerak dan penolong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu (Setyobroto, 2002:22). Minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri (Djaali: 2012). Menurut Mappiere (1994:64) Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Crow and Crow dalam Khairani (2014: 137) menyatakan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimulus yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, suatu barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan sendiri-sendiri.

24 10 Slameto (2010:180) menjelaskan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu apabila individu itu memiliki beberapa unsur yaitu sikap, kemauan, ketertarikan, dorongan, ketekunan dan perhatian (Abror, 1999:136). Crow dan Crow dalam Abror (1993:112) menjelaskan bahwa minat mengandung unsur kognisi (logika), emosi (perasaan), dan konasi (kehen dak). Kognisi didahului oleh pengetahuan dan informasi tentang objek yang dituju. Unsur emosi dapat terjadi karena dalam partisipasi mendapat pengalaman tertentu, sedangkan unsur konasi adalah kelanjutan dari kedua unsur tersebut yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang diminati. Berdasarkan pengertian minat dari para ahli di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa minat merupakan suatu campuran dari perasaan,harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang menjadi stimulus, penggerak, dan pendorong murni dari dalam diri sendiri tanpa paksaan dari orang lain untuk mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Minat dalam diri suatu individu membuat individu tersebut menjadi suka, tertarik, ingin tahu lebih jauh, serta melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal yang diminatinya. Minat setiap orang dapat berbeda-beda, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi, kebutuhan, pengalaman, dan pengetahuan masing-masing individu.

25 11 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat Minat suatu individu bisa berbeda-beda namun juga bisa sama antara satu dengan yang lain. Hal itu disebabkan karena minat sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang ada dalam masing-masing individu seperti pengetahuan, pengalaman, kebiasaan, dan masih banyak lagi. Ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi minat seseorang. Menurut Hadiono (1998) dalam Susanto (2011:11) ada dua faktor yang mempengaruhi minat seseorang yaitu: a. Faktor dari dalam (internal) yaitu bahwa suatu perbuatan memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya dalam hal ini minat itu datang dari diri sendiri b. Faktor dari luar (eksternal) yaitu bahwa suatu perbuatan dilakukan atas dasar dorongan atau pelaksanaan dari luar. Dalam hal ini minat itu muncul karena adanya dorongan dari luar maupun pengaruh dari luar bukan dari diri sendiri. Hadiono menjelaskan bahwa minat dipengaruhi oleh dua faktor, yang berasal dari dalam dan dari luar. Faktor dari dalam (internal) dapat muncul bila individu senang melakukan hal yang diminatinya, sehingga minat tersebut datang dari dalam diri sendiri, sedangkan faktor dari luar (eksternal) dapat muncul karena adanya dorongan atau pengaruh dari luar sehingga bukan karena keinginan diri sendiri. Seseorang dapat dikatakan memiliki minat terhadap suatu hal jika memiliki sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan minatnya, memiliki sifat kreatif dan keinginan untuk selalu maju, dan ingin memperbaiki kegagalan yang pernah dilakukan yang berkaitan dengan hal yang diminatinya. Crow dan Crow

26 12 dalam Khairani (2014:139) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah sebagai berikut : a. The factor of inner urge, yaitu rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan. b. The factor of social motive, yaitu minat seseorang terhadap objek atau suatu hal yang dipengaruhi oleh motif sosial, misalnya seseorang berminat pada prestasi tinggi agar mendapat status sosial yang tinggi juga. c. Emotional factor, yaitu faktor perasaan atau emosi yang memiliki pengaruh terhadapobjek, misalnya perjalanan sukses yang digunakan individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat membangkitkan perasaan senang dan semangat serta menguatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya, jika yang dialami adalah kegagalan maka akan menyebabkan minat individu berkurang Menurut peneliti, ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi minat seseorang. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun dari luar individu.beberapa hal yang dapat mempengaruhi minat seseorang yaitu : (1) rasa ingin tahu, (2) lingkungan, (3) kesuksesan orang lain, (4) status sosial, (5) pengalaman. Seseorang yang memiliki rasa ingin tahu tinggi cenderung untuk mencari tahu dan mempelajari hal-hal baru yang menarik perhatiannya. Hal tersebut membuat individu tersebut mempunyai minat terhadap hal-hal baru yang sedang dipelajari. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang. Seorang individu yang orang tuanya bekerja di bidang hukum, cenderung untuk mempelajari hal yang sama dengan orang tuanya. Kesuksesan orang lain juga dapat mempengaruhi

27 13 minat seseorang. Seorang individu yang melihat temannya sukses dalam berdagang, cenderung untuk ingin mencoba dalam hal yang sama pula. Minat dalam hal dagang timbul karena keinginan untuk sukses seperti yang sudah dicapai oleh temannya. Status sosial juga sangat berperan dalam mempengaruhi minat seseorang. Keinginan untuk dihormati dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, membuat seorang individu ingin mempunyai status sosial yang tinggi di masyarakat. Misalnya, seorang individu mempunyai niat untuk menjadi ketua RW agar disegani oleh warganya. Pengalaman juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang. Seseorang yang mempunyai pengalaman dalam bidang musik, akan lebih berminat dalam bidang yang sama daripada bidang lain yang belum pernah dipelajari. 2. Sifat-sifat yang mempengaruhi minat Jahja (2011:63 ) menjelaskan bahwa minat memiliki sifat dan karakter khusus sebagai berikut : a. Minat bersifat pribadi (individual) ada perbedaan antara minat seseorang dan orang lain b. Minat menimbulkan efek diskriminatif c. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi, dan dipengaruhi motivasi d. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan dari lahir dan dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode.

28 14 Jahja menjelaskan bahwa minat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya sifat ingin tahu, kreatif, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati orang lain, dan adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan. Minat juga sangat erat kaitannya dengan motivasi, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh motivasi. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan dari lahir dan dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi individu. Menurut Suryabrata (2014:236), minat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis seperti: a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas b. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang lain d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetisi e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman jika sudah menguasai pelajaran f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pelajaran. Sofaya (1986:18) menjelaskan bahwa menurut sifatnyaminat dibagi menjadi empat macam : a. Natural Interest yaitu minat yang muncul dari kecenderungan alami seperti insting dan emosi b. Aquaredinterest yaitu menunjukkan adanya disposisi seperti kebiasaan-kebiasaan, cita-cita, dan karakter c. Instrinsic Interest adalah minat yang berhubungan atau timbul dari dalam individu d. Extrinsic Interest adalah minat yang didorong oleh sumber dari luar. Sofaya dalam bukunya menjelaskan bahwa minat dibagi menjadi empat macam yaitu minat yang muncul dari kecenderungan alami seperti

29 15 insting dan emosi (Natural Interest), muncul dari kebiasaan-kebiasaan, citacita, dan karakter (Aquared Interest), muncul dari dalam individu (Intrinsic Interest), dan muncul karena adanya dorongan oleh sumber dari luar (Extrinsic Interest). Menurut peneliti, minat seseorang dapat muncul karena rasa ingin tahu terhadap suatu hal. Adanya sifat kreatif dalam suatu individu juga dapat membuat individu tersebut berminat terhadap sesuatu yang disukai. Keinginan untuk memperbaiki kegagalan dimasa lalu serta ingin mendapatkan simpati dari orang lain termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi minat yang berasal dari dalam diri sendiri (intern), berbeda dengan timbulnya minat karena takut akan adanya hukuman atau ganjaran yang membuat minat muncul tidak dari dalam diri sendiri tetapi berasal dari luar (ekstern). B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi.. Motivasi menjadi penggerak individu agar bertindak dan melakukan hal-hal tertentu yang akan mengantar pada tujuan yang ingin dicapai individu tersebut. Motivasi adalah kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku, berpikir, dan merasa seperti yang mereka lakukan (King, 2010:64).Motivasi berasal dari kata motif, yaitu daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu,

30 16 sehingga dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2015:3). Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Gufron, 2014:83). Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan (Gufron: 2014 ). Menurut King (2010: 414) motivasi dapat didefinisikan juga sebagai sebuah kekuatan yang besar dalam melakukan perilaku yang lebih sehat. Motivasi adalah keadan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.motivasi dapat menjadi kekuatan yang besar untuk perubahan hidup yang positif. Jamaris (2013:170) motivasi sebagai suatu tenaga yang mendorong dan mengarahkan perilaku manusia untuk mencapai tujuan yang akan dicapainya. Motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu (Djaali, 2012:101). Menurut Purwanto (1992: 71) motivasi adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.menurut Uno (2015) Motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diriseseorang untuk

31 17 mengadakanperubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut: 1. hasrat dan keinginan 2. dorongan dan kebutuhan 3. harapan dan cita-cita 4. penghargaan dan penghormatan atas diri 5. adanya lingkungan yang baik 6. adanya kegiatan yang menarik. Menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu tenaga, kekuatan yang besar, penggerak, sekaligus pendorong yang mengarahkan serta mengatur tindakan-tindakan yang akan dilakukan oleh individu untuk melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. 2. Teori-teori motivasi Motivasi merupakan sebuah alasan seseorang melakukan suatu hal. Setiap hal yang dilakukan seseorang pasti berdasarkan motivasi yang akan mendorong individu tersebut melakukan hal tersebut. Dalam melakukan hal yang sama, suatu individu dapat mempunyai motivasi yang berbeda dari individu yang lain. Menurut King (2010:118) ada 3 jenis teori motivasi yaitu : a. Pendekatan Evolusi Motivasi memberikan perilaku, pikiran, dan perasaan kita sebuah tujuan. Perilaku yang termotivasi memiliki energi, diarahkan, dan dipertahankan. Motivasi memiliki dasar pada insting: sebuah pola perilaku yang diturunkan secara biologis dan diasumsikan bersifat universal dalam sebuah spesies. Gagasan bahwa motivasi kita tidak dipelajari dan melibatkan faktor-faktor fisiologis masih bertahan hingga saat ini. Pandangan evolusi

32 18 menekankan beragam aspek motivasi yang memberikan kita keunggulan dalam proses evolusi yang diturunkan melalui gengen dari generasi ke generasi, b. Teori Pengurangan Dorongan Sebuah dorongan adalah keadaan tergugah yang terjadi karena sebuah kebutuhan fisiologis. Sebuah kebutuhan adalah keadaan kekurangan yang mengarahkan dorongan untuk meghilangkan atau mengurangi keadaan ini. Teori pengurangan dorongan diajukan sebagai sebuah penjelasan motivasi, dengan tujuan pengurangan dorongan adalah keadaan homeostatis, kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan. c. Teori Penggugahan Optimal Teori penggugahan optimal menekankan pada hukum Yerkes-Dodson dimana kinerja menjadi paling baik saat berada dalam kondisi rangsangan sedang yang bukan terlalu tinggi atau rendah. Penggugahan sedang seringkali membuat kita mengeluarkan kinerja terbaik untuk menghadapi tugas-tugas kehidupan, namun ada kalanya rangsangan rendah atau tinggi dihubungkan dengan kinerja terbaik. Motivasi menurut King diklasifikasikan dalam 3 jenis teori yaitu: (1) Pendekatan Evolusi yang menekankan tentang beragam aspek motivasi yang memberikan keunggulan dalam proses evolusi dari generasi ke generasi; (2) Teori Pengurangan Dorongan, yaitu suatu keadaan homeostatis atau kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan atau kenyamanan; (3) Teori Penggugahan Optimal yang menekankan pada hukum Yerkes-Dodson tentang kinerja yang dapat optimal saat berada dalam kondisi rangsangan sedang, bukan terlalu tinggi maupun rendah. Menurut peneliti, motivasi merupakan suatu hal yag mutlak dimiliki oleh setiap individu. Tanpa motivasi, seseorang akan kehilangan gairah dan tujuan untuk mencapai mutu hidup yang lebih baik. Motivasi adalah hal yang sangat dibutuhkan individu untuk dapat mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi, individu memiliki dorongan, rangsangan, dan

33 19 keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan. Jadi, motivasi adalah suatu dorongan, rangsangan, semangat, keinginan, untuk bergerak, bekerja keras, dan berusaha demi meraih tujuan yang ingin dicapai. 3. Jenis-jenis Motivasi Motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik tidak membutuhkan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu itu sendiri. Motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan, seseorang tertarik menjadi pendidik karena melihat manfaatnya. Motivasi tidak dapat dilihat secara langsung, namun dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Uno, 2015:3). Motivasi intrinsik adalah penghargaan internal yang dirasakan seseorang jika mengerjakan tugas dimana ada hubungan langsung antara kerja dan penghargaan yang berarti bila tugas sudah selesai dikerjakan maka dapat langsung dirasakan adanya perasaan menyenangkan pada diri seseorang (Campbell dan Campbell dalam Ghufron, 2014:84). Menurut Harter dalam Uno (2015: 6) individu dikatakan termotivasi secara ekstrinsik bila individu tersebut memilih pekerjaan yang mudah, rutin, sederhana, dan dapat diramalkan, bekerja untuk mendapat hadiah, tergantung bantuan orang lain, lebih percaya kepada pernyataan orang lain daripada pendapat sendiri,

34 20 dan menggunakan kriteria eksternal dalam menentukan kesuksesan dan kegagalan. Motivasi intrinsik berdasarkan faktor-faktor internal seperti determinasi diri, rasa ingin tahu, tantangan, dan usaha, adalah salah satu aspek data motivasi berprestasi yang paling banyak diteliti. Motivasi ekstrinsik didasarkan pada intensif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Motivasi intrinsik lebih berhubungan dengan prestasi dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik.menurut Uno (2015:3) motivasi ada tiga jenis yaitu: 1. motivasi biogenetis, yaitu motivasi yang berasal dari kebutuhankebutuhan organisme demi kelanjutan hidup seperti lapar, haus, istirahat, bernafas, seksualitas, dan sebagainya 2. motivasi sosial, yaitu motivasi yang berasal dari lingkungan dan kebudayaan sekitar seperti mendengarkan musik, mempunyai mobil seperti tetangga, dan lain-lain 3. motivasi teologis, yaitu manusia sebagai makhluk yang mempunyai Tuhan sehingga membutuhkan interaksi dengan Tuhan seperti ibadah serta merealisasikan ajaran-ajaran agamanya. C. Pengertian Gamelan Menurut pengertian secara umum Gamelan Jawa adalah kumpulan alatalat musik tradisional dalam jumlah yang besar yang terdapat terutama di pulau Jawa. Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 75 alat, yang dapat dimainkan oleh 30 orang penabuh ( Niyaga, pradangga, pengrawit) dengan disertai 10 sampai 15 orang sinden dan gerong ( Yudoyono, 1984:15). Susunannya terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam, sedangkan bentuknya berupa bilah-bilah ataupun canang-canang dalam berbagai ukuran dengan dilengkapi tempat atau wadah yang berfungsi sebagai resonator (wadah gema). Semua alat tersebut dibunyikan secara bersama-sama

35 21 sehingga menjadi kumpulan suara yang teratur menurut tempo dan irama tertentu. Dengan kata lain, masing-masing alat mempunyai nama dan fungsinya sendiri-sendiri, serta dibunyikan menurut kebutuhannya. Hasil pembunyiannya disebut Gendhing (Yudoyono, 1984:15). Gamelan terdiri dari beberapa alat yaitu : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & K ethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab, Siter, Suling. Gamelan ini berbentuk bilah dan pencon. Pencon dari kata pencu yang berarti suatu bentuk tonjolan ke atas ditengah. Macam-macam alat beserta fungsinya dalam sebuah gamelan adalah sebagai berikut : 1. Bonang Satu set terdapat sepuluh sampai empat belas gong-gong kecil berposisi horisontal yang disusun dalam dua deretan, diletakkan di atas tali yang direntangkan pada bingkai kayu. Pemain duduk di tengah-tengah pada sisi deretan gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap tangan. Ada tiga macam bonang yang dibedakan menurut ukuran, oktaf, dan fungsinya dalam gamelan, yaitu : a. Bonang Barung Bonang berukuran sedang, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah salah satu dari instrumen-instrumen pemuka dalam gamelan, khususnya dalam teknik tabuhan pipilan, yaitu pola-pola nada yang selalu mengantisipasi nada-nada yang akan datang dapat menuntun lagu

36 22 instrumen-instrumen lainnya. Pada jenis gendhing bonang, bonang barung memainkan pembuka gendhing (menentukan gendhing yang akan dimainkan) dan menuntun alur lagu gendhing. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, bonang barung tidak berfungsi sebagai lagu penuntun, tetapi membentuk pola-pola lagu yang saling mengisi dengan bonang penerus, dan saat aksen-aksen penting bonang dapat membuat sekaran (lagu-lagu hiasan) yang biasanya terdapat pada akhir kalimat lagu. b. Bonang Panembung Bonang terbesar beroktaf tengah sampai rendah, memainkan tabuhan dalam tingkat kerapatan yang lebih rendah daripada balungan. Bonang panembung lebih banyak ditemukan dalam tradisi Yogyakarta. Dalam tradisi Surakarta, kadang terdapat bonang panembung yang terdiri dari hanya satu oktaf c. Bonang Penerus Bonang terkecil beroktaf tinggi. Pada teknik tabuhan pipilan, tingkat kecepatan bonang penerus dua kali lipat lebih cepat daripada bonang barung. Bonang penerus dapat mengantisipasi nada-nada balungan, namun tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah nadanya. Dalam teknik tabuhan imbalimbalan bekerja sama dengan bonang barung memainkan pola-pola lagu yang saling mengisi dan melengkapi.

37 23 2. Celempung Celempung adalah instrumen kawat yang dipetik, dibingkai pada semacam gerobogan sekaligus resonator berkaki dua pasang, dimana sepasang kaki depan lebih tinggi dari sepasang kaki belakang, sehingga instrumen ini posisinya menurun ke arah pemainnya. Kawat terdiri dari tigabelas pasang, ditegangkan diantara paku untuk melaras (di atas) dan paku-paku kecil (d i bawah). Kepingan metal diletakkan di sisi atas gerobogan sebagai jembatan pemisah kawat. Celempung dimainkan dengan jari jempol tangan kiri dan kanan, sedangkan jari lainnya dipakai untuk menutup kawat-kawat yang tidak dipetik untuk menghilangkan resonansi suara. Dalam gamelan, celempung mendasarkan pada perangkaian pola-pola lagu. 3. Gambang Gambang terbuat dari bilah-bilah kayu yang juga berfungsi sebagai resonator. Berbilah tujuhbelas sampai duapuluh bilah, range suara mencakup dua oktaf atau lebih. Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang yang biasanya terbuat dari sungu. Kebanyakan gambang memainkan gembyangan (oktaf) dalam gaya polapola lagu dengan ketukan ajeg (tetap). Gambang juga dapat memainkan beberapa macam ornamentasi lagu dan ritme seperti permainan dua nada dipisahkan oleh dua bilah, atau permainan dua nada dipisahkan oleh enam bilah, dan pola lagu dengan ritme-ritme sinkop.

38 24 4. Gender Gender terdiri dari bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di atas bumbung-bumbung resonator. Gender dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat (dibalut lapisan kain) dengan tangkai pendek. Gender ada dua macam yang dibedakan sesuai dengan fungsi, wilayah nada, dan ukuran, yaitu: a. Gender Barung Gender barung berukuran besar, beroktaf rendah sampai tengah, dan sebagai salah satu instrumen pemuka gender barung memainkan pola-pola lagu yang mempunyai ketukan yang ajeg (tetap) yang dapat menciptakan tekstur sonoritas yang tebal dan menguatkan rasa pathet gendhing. Beberapa gendhing mempunyai pembuka yang dimainkan oleh gender barung yang dinamakan gendhing gender. b. Gender Penerus Gender penerus berukuran kecil, beroktaf tengah sampai tinggi. Instrumen ini tidak harus ada dalam sebuah gamelan, namun berguna untuk menambah kekayaan tekstur gamelan. Gender penerus ini bermain dalam pola ketukan tetap dan cepat. 5. Gong Gong berukuran besar atau sedang digantung secara vertikal dan ditabuh di tengah-tengah bulatannya (pencu) dengan tabuh bundar berlapis kain. Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberi nuansa keseimbangan setelah selesainya kalimat lagu gendhing yang panjang. Gong

39 25 sangat penting untuk menandai berakhirnya satuan kelompok dasar lagu, sehingga kelompok itu sendiri ( kalimat lagu di antara dua tabuhan gong) dinamakan gongan. Ada dua macam gong, yaitu: a. Gong Ageng Gong besar yang di gantung, ditabuh untuk menandai awak dan akhir kelompok dasar lagu gendhing. b. Gong Suwukan Gong gantung berukuran sedang yang ditabuh untuk menandai akhiran gendhing yang pendek seperti lancaran, srepegan, dan sampak. 6. Kemanak Kemanak adalah salah satu instrumen dalam gamelan yang berbentuk seperti buah pisang dan dianggap sebagai instrumen kuno. Kemanak ditabuh dalam sebuah gamelan untuk mengiringi beberapa macam tari bedhaya, srimpi, dan santiswaran. 7. Kempul Gong gantung berukuran kecil, yang menandai aksen-aksen penting dalam kalimat lagu gendhing. Kempul dapat memainkan nada yang sama dengan nada balungan, kadang mendahului nada balungan selanjutnya, kadang memainkan nada yang membentuk interval kempyung dengan nada balungan untuk menegaskan rasa pathet. 8. Kendhang Kendhang asimetris mempunyai dua sisi dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali dari kulit atau rotan yang ditata dalam bentuk Y.

40 26 Kendhang diletakkan dalam posisi horisontal pada gawangan(tempatnya), dimainkan dengan jari dan telapak tangan, kendhang berfungsi untuk menentukan irama dan tempo (menjaga tempo, menuntun peralihan tempo, dan menghentikan tabuhan gendhing). Kendhang berperan penting dalam gamelan sebagai salah satu instrumen pemuka. Kendhang ada empat jenis yaitu : a. Kendhang Ageng Kendhang dengan ukuran terbesar, dimainkan untuk gendhing atau bagian dari gendhing yang berirama tenang dan wibawa (regu). Dalam teknik kendang kalih, kendhang ageng dimainkan dalam kombinasinya dengan kendhang ketipung. b. Kendhang Wayangan Kendhang dengan ukuran sedang yang khususnya untuk mengiringi pertunjukan wayang. c. Kendhang Ciblon Kendhang Ciblon berukuran kecil untuk mengiringi tarian. Kendhang ini juga dimainkan dalam klenengan, memiankan pola ritme yang berasosasi dengan gerakan-gerakan tari. d. Kendhang Ketipung Kendhang ketipung berukuran paling kecil dimainkan dalam kombinasinya dengan kendhang ageng dalam suatu teknik yang dinamakan kendang kalih.

41 27 9. Kenong Kenong terdiri dari satu set instrumen jenis gong dengan posisi horisontal yang ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Kenong merupakan instrumen penting kedua setelah gong. Kenong membagi dua atau empat kalimat-kalimat kenong atau kenongan. Selain berfungsi untuk menggaris-bawahi struktur gendhing, nada-nada kenong juga berhubungan dengan lagu gendhing, dapat memainkan nada-nada yang sama dengan nada balungan, dan boleh mendahului nada balugan berikutnya untuk menuntun alur lagu gendhing, sekaligus dapat memainkan nad ayang berjarak satu kempyung dengan nada balungan untuk mendukung rasa pathet. Pada kenongan dengan tempo cepat, dalam ayak-ayakan, srepegan, dan sampak, tabuhan kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut. 10. Kethuk-Kempyang Kethuk-Kempyang terdiri dari dua instrumen jenis gong yang diletakkan secara horisontal pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Kethuk-kempyang memberi aksen-aksen alur lagu gendhing menjadi kalimat-kalimat yang pendek. Pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan, dan ayak-ayakan, kethuk ditabuh di antara ketukan-ketukan balungan menghasilkan pola-pola saling mengisi yang cepat. 11. Rebab Rebab merupakan instrumen kawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur kayu dengan badan berbentuk hati yang ditutup

42 28 dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi. Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan, wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja sehingga alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Rebab juga memberi tuntunan musikal pada ansambel untuk beralih dari bagian satu ke bagian yang lain. 12. Saron Saron adalah instrumen dalam gamelan yang berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf atau satu oktaf ditambah satu nada) yang ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator. Saron ditabuh dengan tabuh yang terbuat dari kayu dan tanduk (yang akhir ini untuk peking). Saron ada tiga jenis yaitu : a. Demung Demung adalah saron berukuran besar dan beroktaf tengah. Demung memainkan balungan gendhing dalam wilayahnya yang terbatas. Pada teknik pinjalan, dua demung dan slenthem membentuk lagu yang saling mengisi satu sama lain. Umumnya, satu perangkat gamelan mempunya satu atau dua demung, namun ada gamelan di Kraton yang mempunyai lebih dari dua demung.

43 29 b. Saron Barung Saron barung adalah saron yang berukuran sedang dan beroktaf tinggi. Seperti demung, saron barung emainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas. Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, dua saron barung memainkan lagu yang saling mengisi dengan tempo cepat. Satu set gamelan mempunyai satu atau dua saron barung, namun ada juga gamelan yang mempunyai lebih dari dua saron barung. c. Saron Penerus Saron penerus adalah jenis saron yang berukuran paling kecil dan beroktaf paling tinggi. Saron penerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap empat lagu balungan. Lagu peking juga berusaha menguraikan lagu balungan dalam konteks lagu gendhing. 13. Slenthem Menurut konstruksinya, slenthem masuk dalam keluarga gender. Slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron, dan beroktaf paling rendah dalam kelompok instrumen saron. Seperti demung dan saron barung, slenthem memainkan lagu balungan dalam wilayahnya yang terbatas. 14. Suling Suling bambu yang memainkan lagunya dalam pola-pola lagu bergaya bebas metris. Pola-pola lagu ini dimainkan secara bergantian, biasanya pada waktu lagu mendekati akhir kalimat, namun kadang pemain suling juga memainkan lagu-lagu pendek di awal atau di tengah kalimat lagu.

44 30 D. Gereja Gereja adalah Umat Allah yang dihimpun atas dasar peristiwa Yesus Kristus dan pengutusan Roh Kudus (Weiden, 2015:36). Ka ta Gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar ( ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil; kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia).beberapa pengertian lain tentang Gereja menurut Weiden (2015:124) : 1. Gereja adalah suatu paguyuban dari komunitas-komunitas kecil yang percaya akan Yesus Kristus Sang Juru Selamat ditengah mayoritas umat agama lain. 2. Gereja adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, gedung, dimana umat dapat berdoa dan bernyanyi bersama-sama. 3. Gereja sebagai mazhab (aliran) atau denominasidalam agama Kristen. Misalnya: Gereja Katolik, Gereja Protestan, dan lainlain. 4. Gereja ialah lembaga (administratif). Contoh: Gereja membuat surat babtis, surat krisma, surat perkawinan, dan sebagainya. Weiden (2015) mengatakan bahwa Pemahaman tentang Gereja juga bisa dilihat dalam arti rohani dan arti fisik : 1. Arti Rohani: Persekutuan semua orang Katolik di seluruh dunia yang percaya akan YesusHimpunan yang di dalamnya terdapat Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus (bdk 1 Kor 10:32, 11:17-22, 15:9). 2. Arti Fisik: Bagi Paulus, Gereja adalah jemaat setempat namunjuga mempunya arti yaitu di dalam jemaat setempat terwujudlah Gereja Allah. Dalam pemahaman gereja Paulus, orang tidak pergi ke Gereja untuk beribadat.

45 31 E. Ekaristi Ekaristi adalah Sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, sakramen sakramen lainnya, begitu pula semua pelayanan gerejawi serta karya kerasulan, berhubungan erat dengan Ekaristi suci dan terarahkan padanya, sebab dalam Ekaristi tercakup seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus, Paskah kita (Presbyterorum Ordinis 5 dalam Hadisumarta, 2013:2). Kita bersyukur karena Tuhan telah menebus kita dan membebaskan kita dari dosa dan maut dengan cara wafat dan bangkit dari mati. F. Penelitian yang relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah Jani Putra (2012) dengan judul Pengaruh Minat dan Motivasi Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Seni Musik Terhadap Prestasi Belajar Seni Budaya Di SMP Negeri 1 Wates dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara minat dan motivasi siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler terhadap hasil belajar seni budaya dikelas. Relevansinyadengan penelitian ini adalah sama-sama ingin mendeskripsikan satu variabel, menggunakan angket tertutup untuk pengambilan data, dan menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Nisa Puspaning Tyas Yudana (2014) dengan judul Minat Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pengadangan Terhadap Jenis Musik dengan hasil penelitian

46 32 siswa cenderung lebih banyak berminat pada jenis musik dangdut. Variabel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang diambil secara acak ( random sampling). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan minat siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pengadangan terhadap jenis musik pop, rock, jazz, dangdut, dan keroncong. Relevansinya dengan penelitian ini adalah sama-sama ingin mendeskripsikan satu variabel, menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dan sama-sama menggunakan kuesioner tertutup sebagai instrumen penelitian untuk mengetahui minat siswa terhadap jenis musik. G. Kerangka Berpikir Dalam perayaan ekaristi, doa dan syukur yang dipanjatkan umat Katolik sebagian besar dalam bentuk nyanyian, yang dibimbing oleh paduan suara dan biasanya diiringi dengan organ. Seiring dengan perkembangan zaman, alat musik yang dapat digunakan untuk mengiringi perayaan ekaristi tidak hanya organ saja, melainkan alat musik lainnya yang dapat disesuaikan dengan daerah masing-masing yang disetujui oleh pemimpin Gereja setempat. Di Yogyakarta, karena budaya dalam bidang musik yang sangat kental adalah gamelan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa gamelan dapat menjadi musik pengiring dalam sebuah perayaan ekaristi. Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta merupakan salah satu Gereja Katolik di Yogyakarta yang mempunyai seperangkat gamelan. Gereja tersebut juga mengadakan perayaan ekaristi bahasa Jawa dengan iringan gamelan setiap hari Minggu pada akhir bulan. Di

47 33 Gereja itu terdapat suatu komunitas yang dibentuk untuk belajar dan berlatih gamelan untuk mengiringi perayaan ekaristi tersebut. Terdapat sekitar 30 anggota yang mempunyai minat yang sama untuk menjadi penabuh gamelan untuk mengiringi perayaan ekaristi. Minat adalah ketertarikan seorang individu terhadap suatu objek yang membuat individu tersebut merasa senang dan mempunyai harapan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup untuk mengambil data, agar dapat mengetahui minat dan motivasi pemain gamelan terhadap iringan gamelan dalam sebuah perayaan ekaristi. Kuesioner terlebih dahulu disebar untuk mendapatkan data yang digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas. Setelah dinyatakan valid dan reliabel, kuesioner disebar kembali untuk mendapatkan data minat dan motivasi umat yang menjadi pemain gamelan. Setelah mendapatkan data minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan, peneliti menggunakan program SPSS 20.0 dan Microsoft Excel untuk mengolah data penelitian. Dengan mengetahui hal tersebut, peneliti berharap agar Gereja dapat terus berupaya dan mencari solusi untuk meningkatkan partisipasi umat sebagai pemain gamelan.

48 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Menurut Emzir (2009:28), pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma post positivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan seperti tentang sebab-akibat, reduksi terhadap variabel hipotesis dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori, menggunakan strategi penelitian seperti survey yang memerlukan data statistik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian bersifat mendeskripsikan atau menggambarkan suatu permasalahan secara apa adanya dengan didukung oleh tabel dan grafik. B. Variabel Penelitian Variabel secara teori dapat didefinisikan sebagai suatu atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya (Hatch & Farhady dalam Sugiono 2010:60). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal, yaitu minat dan motivasi pemain gamelan terhadap iringan gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta.

49 35 C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta pada Bulan April sampai Mei 2016 D. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Padapenelitian ini, populasi yang digunakan adalah 30 umat Katolik yang menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristidi Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, sehingga tidak menggunakan sampel. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010:148). Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuisioner tertutup, yaitu kuisioner yang sudah tersedia alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dirasa cocok. Terdapat30 butir pernyataan yang kisi-kisinya adalah sebagai berikut :

50 36 No Variabel Indikator Nomor Soal 1. Minat a. Perhatian 1, 2, 3 Jumlah 3 b. Ketertarikan c. Pengetahuan 2. Motivasi a. Harapan b.manfaat 4, 5, 6, 7 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, d. eksternal 27, 28, 29, 4 30 Jumlah 30 Penelitian ini mengunakan pengukuran skala sikap yaitu skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugi yono: 2010). Kuisioner disusun menggunakan empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Nilai untuk alternatif jawaban : Sangat setuju:4 ; Setuju:3 ; Tidak setuju:2 ; Sangat tidak setuju:1. 1. Validitas instrumen Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul

51 37 dengan data yang sesungguhnya terjadi padaobjek yang diteliti. Uji validitas menggunakan rumus korelasi pearson product moment : rᵪᵧ= ( Ẍ)( Ÿ) ( Ẍ) ( Ÿ)² Setelah mengambil data uji coba melalui instrumen penelitian yang sudah dirancang, peneliti lalu melakukan uji validitas dan realibilitas instrumen pengukuran minat dan motivasi pemain gamelan terhadap iringan gamelan pada perayaan ekaristi. Uji coba dilakukan dengan bantuan software SPSS 20.0 yaitu dengan mengkorelasikan setiap butir pernyataan dengan skor total jawaban responden. Pernyataan dikatakan valid jika hasil r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel pada tingkat kepercayaan 95% dan dikatakan tidak valid jika hasil r hitung lebih kecil daripada r tabel ( r tabel = 0,361 karena jumlah responden 30). 2. Reliabilitas Instrumen Azwar (2012: 7 ) menyatakan bahwa reabilitas adalah suatu pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Dalam menguji reliabilitas digunakan uji konsistensi internal dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :

52 38 = 1 Keterangan: α K 2 = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach = Jumlah item pertanyaan yang diuji = Jumlah varian skor item = Varian skor-skor tes (seluruh item K) Uji reliabilitas instrumen ini menggunakan bantuan software SPSS Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel bila koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,6 atau jika nilai reliabilitas Alpha mendekati 1,00. Penyebaran angket untuk uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan pada tanggal 18 Mei Dari hasil analisis dengan program SPSS 20.0 maka memperoleh data sebagai berikut : Indikator Tabel 2.1. Hasil Pengujian Reliabilitas Cronbach s Alpha Cronbach s Alpha on Standarized Items N of Items Perhatian Ketertarikan Pengetahuan Harapan Manfaat Eksternal

53 39 Angket uji coba variabel minat dan motivasi dengan seluruh indikator memiliki Cronbach s Alpha lebih dari 0,6 sehingga jawaban responden dinyatakan reliabel. Uji validitas minat dan motivasi umat diperoleh 30 butir valid pada tingkat kepercayaan 95%. Butir 1 sampai 30 diperoleh nilai validitas rᵪᵧ lebih dari r tabel untuk n = 30 yaitu 0,361. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan melakukan observasi dan menggunakan kuisioner tertutup. Dengan teknik ini penelitian menjadi efisien karena responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Kelompok pertama adalah data untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen pengukuran minat dan motivasi umat untuk menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi. 2. Kelompok kedua adalah data minat dan motivasi umat untuk menjadi pemain gamelan yang merupakan skor akhir pengukuran minat dan motivasi pemain gamelan terhadap iringan gamelan dalam misa yang dilakukan peneliti terhadap sampel dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.

54 40 G. Teknik analisis data Data yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisis univariate (analisis deskriptif), bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmojo, 2010:182). Analisis deskriptif pada penelitian ini berupa tabel-tabel dari hasil pengumpulan data termasuk mean, median, standar deviasi, distribusi data dan diagram.batasan untuk mengetahui positif atau negatif nya minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan adalah sebagai berikut : 1. Minat dan motivasi umatmenjadi pemain gamelan masuk dalam kategori tinggiapabila ia memiliki skor lebih besar dari mean teoritik. 2. Minat dan motivasi umatmenjadi pemain gamelanmasuk dalam kategori rendahapabila memiliki skor lebih kecil daripada mean teoritik. Adapun rumus dari mean teoritik adalah sebagai berikut: Mean teoritik = Keterangan: Sr = Skor terendah teoritik (Skor terendah adalah 1x banyaknya item pertanyaan) St = Skor tertinggi teoritik (Skor tertinggi adalah 4x banyaknya item pertanyaan)

55 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tentang Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Pada Perayaan Ekaristi Di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran Yogyakarta ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Subjek penelitian ini adalah 30 umat yang menjadi pemain gamelan pada perayaan Ekaristi di Gereja tersebut. Penelitian ini dimulai dari observasi, uji coba instrumen, dan pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket kuesioner yang semula berjumlah 45 butir pernyataan. Setelah dilakukan uji coba dan dimasukan dalam program SPSS 20, terdapat 30 butir pernyataan yang valid dan reliabel yang dapat digunakan untuk pengambilan data. Skala jawaban menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan jawaban yaitu (SS) Sangat Setuju bernilai 4, (S) Setuju berni lai 3, (TS) Tidak Setuju bernilai 2, dan (STS) Sangat Tidak Setuju bernilai 1.Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan informasi tentang jawaban responden terhadap variabel penelitian atau menggambarkan suatu keadaan yang apa adanya tanpa ada pengaruh dari dalam diri peneliti. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka diperoleh data dari 30 umat yang dijadikan sampel meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan

56 42 standar deviasi. Berikut adalah hasil statistik deskriptif minat dan motivasi umat per indikator : Tabel 4.1. Hasil Statistik Deskriptif Per Indikator Distribusi frekuensi data keseluruhan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Pada Perayaan Ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta Interval f Presentase (%) , , , , , ,3 Total

57 43 Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : frekuensi interval Grafik 4.1. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Selain melihat distribusi frekuensi minat dan motivasi umat dari keseluruhan data, berikut ini juga dapat dilihat distribusi frekuensi minat dan motivasi umat per indikator. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Dengan Indikator Perhatian Interval f Presentase (%) , ,3 Total

58 44 Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : 5 4 frekuensi interval Grafik 4.2. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Perhatian Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan indikator keterkarikan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Dengan Indikator Ketertarikan Interval f Presentase (%) , , , ,3 Total

59 45 Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : 15 frekuensi interval Grafik 4.3. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Ketertarikan Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan indikator pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Dengan Indikator Pengetahuan Interval f Presentase (%) , ,3 Total

60 46 Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : frekuensi interval Grafik 4.4. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Pengetahuan Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan indikator harapan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Dengan Indikator Harapan Interval f Presentase (%) , , ,3 Total

61 47 Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : 10 frekuensi interval Grafik 4.5. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Harapan Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan indikator manfaat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Dengan Indikator Manfaat Interval f Presentase (%) , , Total

62 48 Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : 10 frekuensi interval Grafik 4.6. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Manfaat Hasil distribusi frekuensi data minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dengan indikator eksternal dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Dengan Indikator Eksternal Interval f Presentase (%) , , Total

63 49 Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : frekuensi interval Grafik 4.7. Distribusi Frekuensi Data Minat dan Motivasi Umat Indikator Eksternal Selanjutnya skor rata-rata dijadikan untuk mengetahui kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan. Distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.9. Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Skor Kategori f Presentase (%) >103 Tinggi 3 10 <103 Rendah Skor tertinggi adalah 117 dan skor terendah adalah 89. Mean = 1 2 (117+89) = 103, dan simpangan baku (SD) = 1/6 (117-89) = 4,8. Berdasarkan tabel tentang distribusi minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan

64 50 pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar berikut : frekuensi tinggi kategori rendah Grafik 4.8. Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Selain melihat kecenderungan minat dan motivasi umat dari keseluruhan data, berikut ini juga dapat dilihat kecenderungan minat dan motivasi umat per indikator. Selanjutnya, skor rata-rata dari indikator perhatian dijadikan dasar untuk mengetahui kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat nenjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari indikator perhatian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat dari Indikator Perhatian Skor Kategori f Presentase (%) >10 Tinggi 13 43,3 <10 Rendah 10 33,3

65 51 Skor tertinggi adalah 12 sedangkan skor terendah adalah 8. Mean = ½(12+8)= 10, dan simpangan baku (SD) = 1/6( 12-8)=0,7. Berdasarkan tabel diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari indikator perhatian, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar berikut : 15 frekuensi tinggi kategori rendah Grafik 4.9. Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Perhatian Skor rata-rata dari indikator ketertarikan dijadikan untuk mengetahui kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan. Distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat dari indikator ketertarikan menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja KumetiranYogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat dari Indikator Ketertarikan Skor Kategori f Presentase (%) >13 tinggi 16 53,3 <13 rendah 8 26,7

66 52 Skor tertinggi adalah 16 sedangkan skor terendah adalah 10. Mean = ½ (16+10) = 13, dan simpangan baku (SD) = 1/6(16-10)=1. Berdasarkan tabel diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari indikator ketertarikan, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar berikut : frekuensi tinggi kategori rendah Grafik Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Ketertarikan Skor rata-rata dari indikator pengetahuan dijadikan untuk mengetahui kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat dari indikator pengetahuan menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat dari Indikator Pengetahuan Skor Kategori f Presentase (%) >8,5 tinggi 17 56,7 <8,5 rendah 13 43,3

67 53 Skor tertinggi adalah 10 sedangkan skor terendah adalah 7. Mean = ½ (10+7) = 8,5, dan simpangan baku (SD) = 1/6(10-7)=0,5. Berdasarkan tabel diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari indikator pengetahuan, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar berikut : 20 frekuensi tinggi kategori rendah Grafik Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Pengetahuan Skor rata-rata dari indikator pengetahuan dijadikan untuk mengetahui kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat dari indikator harapan menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat dari Indikator Harapan Skor Kategori f Presentase (%) >27,5 tinggi 13 43,3 <27,5 rendah 17 56,7

68 54 Skor tertinggi adalah 32 sedangkan skor terendah adalah 23. Mean = ½ (32+23) = 27,5 dan simpangan baku (SD) = 1/6(32-23)=1,5. Berdasarkan tabel diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari indikator harapan, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar berikut : frekuensi tinggi kategori rendah Grafik Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Harapan Skor rata-rata dari indikator pengetahuan dijadikan untuk mengetahui kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat dari indikator manfaat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat dari Indikator Manfaat Skor Kategori f Presentase (%) >26,5 Tinggi 6 20 <26,5 rendah 24 80

69 55 Skor tertinggi adalah 32 sedangkan skor terendah adalah 21. Mean = ½ (32+21) = 26,5, dan simpangan baku (SD) = 1/6(32-21)=1,8. Berdasarkan tabel diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari indikator manfaat, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar berikut : frekuensi tinggi kategori rendah Grafik Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Manfaat Skor rata-rata dari indikator pengetahuan dijadikan untuk mengetahui kecenderungan skor aspek minat dan motivasi umat. Distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat dari indikator eksternal menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1. Distribusi Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat dari Indikator Eksternal Skor Kategori f Presentase (%) >13,5 tinggi 11 36,7 <13,5 rendah 19 63,3

70 56 Skor tertinggi adalah 16 sedangkan skor terendah adalah 11. Mean = ½ (16+11) = 13,5, dan simpangan baku (SD) = 1/6(16-11)=0,8. Berdasarkan tabel diatas tentang distribusi kecenderungan minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta dari indikator eksternal, maka dapat digambarkan dalam grafik seperti pada gambar berikut : 20 frekuensi tinggi kategori rendah Grafik Kecenderungan Minat dan Motivasi Umat Menjadi Pemain Gamelan Indikator Eksternal B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat dan motivasi umat menjadi pemain gamelan pada perayaan ekaristi di Gereja Kumetiran Yogyakarta, dimana pengambilan datanya menggunakan angket tertutup yang terdiri dari 30 pernyataan dengan 6 indikator yaitu perhatian, ketertarikan, pengetahuan, harapan, manfaat, dan eksternal. Berdasarkan hasil analisis data dapat dilihat bahwa skor tertinggi adalah 117, sedangkan skor

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya 14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya Alat musik tradisional asal Jawa Tengah (Jateng) mencakup gambarnya, fungsinya, penjelasannya, cara memainkannya dan keterangannya disajikan

Lebih terperinci

1. Kendang. Kendang. 2. Rebab

1. Kendang. Kendang. 2. Rebab MACAM MACAM GAMELAN Gamelan Orkestra adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat

Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat Seni Musik Tradisional Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta

Lebih terperinci

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE Agung Ardiansyah 1108100057 *Pendahuluan 3 * Pendahuluan 01. Latar Belakang Dalam pagelaran gamelan berbeda dengan pagelaran

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD Tata Tertib Pelajaran Karawitan Untuk anak SD 1. Ketika datang dari kelas ke ruang gamelan siswa dilarang ribut. 2. Sebelum masuk ruang gamelan siswa

Lebih terperinci

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta.

UKDW LATAR BELAKANG. Sebagai tempat wisata dan edukasi tentang alat musik tradisional jawa. Museum Alat Musik Tradisional Jawa di Yogyakarta. Rupa Seni Pertunjukan Musik Tradisional = dimainkan sendiri maupun sebagai pengiring kesenian tradisional lainnya Luntur karena globalisasi, perkembangan jaman dan pengaruh musik modern LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Gamelan, Orkestra a la Jawa

Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. UNESCO mengemukakan dua prinsip yang relevan pertama, pendidikan harus diletakkan

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah sebuah bentuk karya seni yang terdiri dari bunyi-bunyian instrumental atau vokal ataupun keduanya, yang menghasilkan sebuah karya yang indah dan harmonis.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh BAB IV PENUTUP Tugas Akhir ini merupakan usaha untuk penggalian gending-gending tradisi Yogyakarta. Upaya untuk pelestarian dan usaha pengembangan karawitan gaya Yogyakarta khususnya gending-gending soran,

Lebih terperinci

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk,

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk, HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk, Allah SWT, yang telah memberikan arti serta pembelajaran disetiap detik kehidupan umat manusia. Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi contoh dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat melimpah. Salah satunya adalah alat musik daerah, dimana hampir setiap daerah mempunyai alat musik khas daerahnya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho Gamelan Kyai Kancilbelik Keraton Surakarta mempunyai spesifikasi bentuk, berbeda dengan slentho yang terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS FREKUENSI PADA GONG LARAS SLENDRO

ANALISIS FREKUENSI PADA GONG LARAS SLENDRO 30 Indonesian Journal of Science and Education Volume 1, Nomor 1, Oktober 2017, pp: 30~35 p-issn: 2598-5213, e-issn: 2598-5205 e-mail: ijose@untidar.ac.id, website: jurnal.untidar.ac.id/index.php/ijose

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF POKOK BAHASAN ALAT MUSIK GAMELAN UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEKOLAH DASAR KELAS V SKRIPSI

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF POKOK BAHASAN ALAT MUSIK GAMELAN UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEKOLAH DASAR KELAS V SKRIPSI PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF POKOK BAHASAN ALAT MUSIK GAMELAN UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEKOLAH DASAR KELAS V SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Lebih terperinci

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT. 6.1. Variasi

TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT. 6.1. Variasi TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT 77 TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Pada bab ini, kita akan membahas tiga konsep teknis yang penting dalam musik Indonesia.

Lebih terperinci

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih Bab 5 Penutup 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang penulis sampaikan pada bab 4 tentang praktek nyanyian dan musik gereja di GKMI Pecangaan dalam peribadatan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL

GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL 33 GONG DAN ALAT-ALAT MUSIK LAIN DALAM ENSAMBEL VCD 1: VIDEO CD track 2 Ensambel dengan gong Nusantara; track 3 Ensambel dengan gong Mancanegara; track 13 Gamelan,

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017 Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017 A. Deskripsi Aksara Aksara (Ajang Kreasi Seni Budaya Airlangga) terdiri dari 2 kategori lomba yaitu lomba tari dan karawitan berskala Nasional yang diadakan oleh

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pengertian transformasi budaya adalah perubahan konsep, bentuk, fungsi, dan sifat budaya untuk menyesuaikan konstelasi dunia (Mardimin, 1994: 14). Transformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) ruang lingkup penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

Aplikasi Pengenalan Alat Musik Gamelan Jawa Dalam Bentuk Animasi 3D Berbasis Desktop Menggunakan Blender Versi 2.76B

Aplikasi Pengenalan Alat Musik Gamelan Jawa Dalam Bentuk Animasi 3D Berbasis Desktop Menggunakan Blender Versi 2.76B Aplikasi Pengenalan Alat Musik Gamelan Jawa Dalam Bentuk Animasi 3D Berbasis Desktop Menggunakan Blender Versi 2.76B Nama NPM Fakultas Jurusan Pembimbing : Lusi Trirahayu : 55413071 : Teknologi Industri

Lebih terperinci

MINAT DAN MOTIVASI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MUSIK DI SMP NEGERI 1 SLEMAN SKRIPSI

MINAT DAN MOTIVASI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MUSIK DI SMP NEGERI 1 SLEMAN SKRIPSI MINAT DAN MOTIVASI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MUSIK DI SMP NEGERI 1 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH TATA IBADAh HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH Minggu 14 Mei 201 TATA IBADAH PERSIAPAN - Memastikan kesiapan; semua yang akan melayani - Prasarana ibadah ( P1 ) - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia ketika mendengar alunan musik mayoritas menyukai. Orang yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota tubuhnya dan mengikuti irama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan daerahnya yang sangat bermacam-macam. Banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Secara umum simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pertunjukan kesenian terbang merupakan bentuk pertunjukan yang sudah ada sejak jaman para

Lebih terperinci

Kendangan Matut. Latar Belakang

Kendangan Matut. Latar Belakang Kendangan Matut Latar Belakang Karawitan Jawa merupakan bentuk musik yang didalamnya penuh dengan garap ricikan atau instrumen gamelan. Garap sendiri merupakan elemen yang harus hadir didalam sajian karawitan,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis

Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis Contoh Alat Musik Ritmis dan Melodis 1. ALAT MUSIK RITMIS CONTOH ALAT MUSIK RITMIS Ada beberapa contoh alat musik ritmis tang sering digunakan untuk mengiringi sebuah lagu. 1. GENDANG Gendang atau kendang

Lebih terperinci

PAGELARAAN KARAWITAN DI KERATON YOGYAKARTA

PAGELARAAN KARAWITAN DI KERATON YOGYAKARTA PAGELARAAN KARAWITAN DI KERATON YOGYAKARTA MAKALAH Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Disusun oleh : SARTIKA DEVI

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1

SUARA DAN GAYA Instrumentasi 1 SUARA DAN GAYA 45 SUARA DAN GAYA VIDEO CD VCD I: track 13 dan 14 Gamelan Jawa Tengah track 15 Kentangan dan geniqng, Benuaq Kaltim track 16 Gondang Sabangunan, Batak Toba track 17 Gong Waning, flores track

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011. Musik Iringan dan Prosesi Penyajian Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Sebuah pertunjukan hubungan antara tari dan musik tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah yang disusun sebagai kerangka garis besar laporan Tugas

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan BAB IV PENUTUP Tugas Akhir dengan kompetensi penyajian adalah sebuah wadah yang pas untuk penggalian gending-gending tradisi. Langkah ini dilakukan dalam upaya pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berdasarkan hasil perancangan aplikasi yang telah dilakukan pada bab analisa dan perancangan, selanjutnya dapat di tampilkan beberapa tampilan aplikasi simulasi alat

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU XV SESUDAH PENTAKOSTA

TATA IBADAH HARI MINGGU XV SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : ] TATA IBADAH HARI MINGGU XV SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

Analisis Pola Tangga Nada Gendhing Lancaran Menggunakan Algoritma Apriori

Analisis Pola Tangga Nada Gendhing Lancaran Menggunakan Algoritma Apriori Analisis Pola Tangga Nada Gendhing Lancaran Menggunakan Algoritma Apriori Arry Maulana Syarif 1, Khafiiz Hastuti 2 1 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer,Universitas DIan Nuswantoro Jl. Nakula

Lebih terperinci

PL1 : Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, U : Raja yang besar atas seluruh bumi.

PL1 : Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, U : Raja yang besar atas seluruh bumi. PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin Kristus dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat 1. MAZMUR PEMBUKA

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi BAB II Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. Pengertian Ekaristi Istilah

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Level 2 Pelajaran 4 PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pentingnya gereja Kristus. Saya ingin bacakan ayat dari Ibrani 10:25. Ayat itu berkata, Janganlah kita menjauhkan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan)

DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan) Laporan Pengabdian Pada Masyarakat DESKRIPSI PENTAS TARI Sebagai Pengrawit (Pendukung Karawitan) Pentas Seni Tari Disajikan dalam Sebuah Pergelaran Seni di STSI Surakarta, 29 April 2010 Oleh: Dr. Sutiyono

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya 52 BAB III PENUTUP Semua manusia (begitu juga penulis) mempunyai keinginan yang mendalam untuk menemukan titik kesuksesan atas sebuah karya yang diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki keanekaragaman budaya dan kaya akan berbagai macam kesenian dengan nilai estetis yang

Lebih terperinci

PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI

PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI PERUBAHAN ALAT MUSIK PENGIRING TAYUB DI DESA SULURSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH...

UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR FOTO... ix DAFTAR NOTASI... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR PARTITUR... xii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu negara adalah pendidikan

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gamelan merupakan sebuah pergelaran seni musik yang pada umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang dimainkan secara bersamaan dan menghasilkan

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti bahwa musik menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis. 4 : 32-35) Mereka sehati dan sejiwa. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul

LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis. 4 : 32-35) Mereka sehati dan sejiwa. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul TAHN B - Hari Minggu Paskah II 12 April 2015 LITRGI SABDA Bacaan pertama (Kis. 4 : 32-35) Mereka sehati dan sejiwa. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul Kumpulan orang yang telah percaya akan Yesus sehati

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN DI SMA NEGERI JATILAWANG SKRIPSI

PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN DI SMA NEGERI JATILAWANG SKRIPSI PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN DI SMA NEGERI JATILAWANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang didalamnya terkandung kepercayaan, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang

Lebih terperinci

LOMBA TARI KLASIK DAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Pemudaku Beraksi, Budayaku Lestari TINGKAT SMA/SMK DAN SEDERAJAT SE-DIY 2016

LOMBA TARI KLASIK DAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Pemudaku Beraksi, Budayaku Lestari TINGKAT SMA/SMK DAN SEDERAJAT SE-DIY 2016 Kerangka Acuan Kegiatan (Term of Reference TOR) LOMBA TARI KLASIK DAN KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA Pemudaku Beraksi, Budayaku Lestari TINGKAT SMA/SMK DAN SEDERAJAT SE-DIY 2016 1. Tujuan Penyelenggaraan a.

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017 h a l, 1 PERSIAPAN Doa pribadi warga jemaat Pengenalan lagu-lagu yang akan dinyanyikan dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. menyajikan salah satu tafsir garap rebab Gending Peksi Bayak laras slendro

BAB IV KESIMPULAN. menyajikan salah satu tafsir garap rebab Gending Peksi Bayak laras slendro BAB IV KESIMPULAN Proses panjang yang telah dilalui pada akhirnya berhasil mewujudkan dan menyajikan salah satu tafsir garap rebab Gending Peksi Bayak laras slendro pathet nem kethuk 4 kerep dhawah kethuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki suku bangsa yang beraneka ragam. Oleh karena itu, Indonesia kaya akan budaya dan adat istiadat. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma KAMIS DALAM PEKAN SUCI 1. Seturut tradisi Gereja yang sangat tua, pada hari ini dilarang merayakan misa tanpa umat. Misa Krisma 2. Pemberkatan minyak orang sakit dan minyak katekumen serta konsekrasi minyak

Lebih terperinci

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Roh Kudus Penolong dan Penghibur GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap

BAB IV PENUTUP. Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo yang berdiri sejak tahun 1985 hingga sekarang telah mengalami perjalanan panjang. Awal mula

Lebih terperinci

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan) Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan) 1 Pengertian Tabuh Angklung Keklentangan Dalam periodisasi gamelan Bali, Gamelan Angklung tergolong sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer, BAB I PENDAHULUAN I. PERMASALAHAN I.1. Masalah Ibadah adalah salah bentuk kehidupan bergereja yang tidak terlepas dari nyanyian gerejawi. Nyanyian di dalam sebuah ibadah mempunyai beberapa fungsi yang

Lebih terperinci

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN Orang tua Kristiani mempunyai tanggung jawab, yang dipandang juga sebagai bentuk kerasulan khusus, untuk mendidik anak-anak dan membantu anak-anak dapat mempersiapkan diri

Lebih terperinci

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS Dalam bagian ini akan mengemukakan pengaruh perubahan penggunaan cawan menjadi sloki dalam Perjamuan Kudus dalam kehidupan jemaat masa modern dengan melihat

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 27 September 2015

GPIB Immanuel Depok Minggu, 27 September 2015 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XVIII SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO PENDADARAN PERJAMUAN KUDUS PASKAH Minggu, 5 April 2015 HOSANA : berilah kiranya keselamatan! GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO Kompleks Taman Alfa Indah Blok A No. 9 Joglo Jakarta Barat I. PENDAHULUAN Jemaat yang

Lebih terperinci

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a 1 Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a. 6-7. 9-11 Bagian-bagian Kitab Taurat Allah dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan sehingga pembacaan dimengerti.

Lebih terperinci

memilih alat-alat peraga yang cocok.

memilih alat-alat peraga yang cocok. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Minat Minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan dalam mengambil keputusan masa depan. Minat menurut Suryosubroto (1988 : 109)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI INKULTURASI MUSIK GAMELAN JAWA PADA MUSIK LITURGI DALAM EKARISTI DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN YOGYAKARTA

RINGKASAN SKRIPSI INKULTURASI MUSIK GAMELAN JAWA PADA MUSIK LITURGI DALAM EKARISTI DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI INKULTURASI MUSIK GAMELAN JAWA PADA MUSIK LITURGI DALAM EKARISTI DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN YOGYAKARTA Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN KELUHARAHAN PADANGSARI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG Oleh : Ketua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,

Lebih terperinci

ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG

ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG 23 ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG VIDEO CD VCD 1, track 9-12 Demo memainkan rebab, siter, kempul dan gong, saron Jawa Tengah 2.1. Bagaimana Bunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat menghargai adanya perbedaan, bukan hanya perbedaan pada suku, ras atau kebangsaan melainkan perbedaan dalam

Lebih terperinci

KESENIAN SHOLAWATAN DI GEREJA KATOLIK MATER DEI BONOHARJO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

KESENIAN SHOLAWATAN DI GEREJA KATOLIK MATER DEI BONOHARJO, KULON PROGO, YOGYAKARTA KESENIAN SHOLAWATAN DI GEREJA KATOLIK MATER DEI BONOHARJO, KULON PROGO, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sesuai untuk penggalian gending-gending tradisi Gaya Yogyakarta. Bagi

BAB IV PENUTUP. sesuai untuk penggalian gending-gending tradisi Gaya Yogyakarta. Bagi BAB IV PENUTUP Tugas akhir dengan kompetensi penyajian adalah sebuah wadah yang sesuai untuk penggalian gending-gending tradisi Gaya Yogyakarta. Bagi mahasiswa Jurusan Seni Karawitan Fakultas Seni Pertujukan

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi merupakan gelombang mekanis longitudinal yang bisa didengar manusia melalui sensor bunyi berupa gendang telinga. Manusia dapat mendengarkan bunyi disebabkan sumber

Lebih terperinci