BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINAJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINAJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Kepala Sekolah Kepala Sekolah terdiri dari dua kata yaitu kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pimpinan dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah merupakan suatu lembaga di mana menjadi tempat berlangsungnya kegitan belajar mengajar. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pimpinan sekolah atau suatu lembaga dimana lembaga tersebut sebagai tempat menerima dan memberi pelajaran atau tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Wahjosumidjo (2002) memberikan batasan: Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara itu menurut Permendikbud Nomor: 0296/U/1996 tentang Penugasan guru Pegawai Negeri Sipil sebagai Kepala Sekolah di lingkungan Depdikbud menyebutkan bahwa Kepala Sekolah adalah guru yang memperoleh tambahan tugas untuk memimpin penyelenggaraan pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah. 9

2 Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diartikan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai pemimpin suatu lembaga kepala sekolah dituntut untuk selalu mengembangkan hubungan kerja sama yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk saling pengertian antara sekolah dengan orang tua, masyarakat dan lembaga-lembaga untuk saling membantu dan mengetahui manfaat dan perannya masing-masing dalam usaha mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah merupakan figur penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak hanya dituntut dapat melaksanakan tugas di bidang pelaksanaan pembelajaran saja namun juga dituntut melaksanakan berbagai peran sebagai pemimpin satuan pendidikan. Purwanto (2002) menyebutkan sepuluh macam peranan kepala sekolah sebagai berikut: Dalam melaksanakan tugasnya seorang kepala sekolah mempunyai sepuluh macam peranan, yaitu: (1) sebagai pelaksana (executive), (2) perencana (planner), (3) seorang ahli (expert), (4) mengawasi hubungan antara anggota-anggota (controller of relationship), (5) mewakili kelompok (group representative), (6) bertindak sebagai pemberi ganjaran, (7) bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator), (8) pemegang tanggung- 10

3 jawab, (9) sebagai seorang pencipta (idiologist), dan (10) sebagai seorang ayah (father figure) Dilihat dari peranya yang begitu kompleks maka seorang kepala sekolah dituntut memiliki standar kompetensi minimal yang memadai untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut. 2.2 Standar Kompetensi Kepala Sekolah Dilihat dari peran serta tugas pokok yang tinggi sebagai seorang kepala sekolah dituntut memiliki standar kompetensi minimal yang memadai sehingga dapat melaksanakan peran serta tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Standar kompetensi minimal tersebut merupakan modal dasar bagi seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Standar merupakan suatu patokan atau ukuran yang harus dipenuhi atau harus dicapai. Sedangkan kompetensi menurut Purwadarminta diartikan sebagai suatu kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan kabutuhan kerja dalam parameter lingkungan organisasi dan memberikan hasil yang diinginkan. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menjelaskan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki lima kompetensi dasar yaitu: kompetensi kepribadian, 11

4 kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Bila kelima kompetensi dasar tersebut dapat dipenuhi oleh seorang Kepala Sekolah maka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya akan berjalan secara efektif, kepala sekolah yang efektif dituntut memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu (Sagala, 2010): Kepala Sekolah yang efektif dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan, maka syarat yang diperlukan untuk menjadi kepala sekolah yang efektif adalah, kepala sekolah tersebut (1) mau dan mampu melakukan perubahan; (2) mampu mendesain kerja organisasi pendidikan yang memberi ruang pada kreativitas yang inovatif; (3) memposisikan proses perubahan sebagai proses belajar; (4) mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi dengan cara pelibatan semua komponen yang terkait secara proporsional dengan sekolah secara lebih luas; dan (5) memperbaiki kinerja sekolah dengan cara memfasilitasi dan melayani personel sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Seorang kepala sekolah yang efektif dalam menentukan kebijakan ataupun mengelola program kegiatan di sekolah yang dipimpinnya akan mampu memberdayakan seluruh potensi kelembagaan yang ada untuk mencapai program yang telah ditetapkan. 2.3 Peran Kepala Sekolah Secara otomatis seorang guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah tentu memiliki 12

5 tugas dan tanggung jawab yang lebih besar jika dibandingkan tugasnya sebagai seorang guru biasa. Sebagai Kepala Sekolah harus mampu memberdayakan seluruh potensi kelembagaan dalam menentukan kebijakan, pengadministrasian dan inovasi kurikulum di sekolah yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah memiliki tugas pokok dan fungsi serta peran yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Mulyasa (2006) menjelaskan ada tujuh tugas pokok atau peran dari kepala sekolah yaitu: kepala sekolah Sebagai edukator, kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah sebagai administrator, kepala sekolah sebagai supervisor, kepala sekolah sebagai pimpinan/leader, kepala sekolah sebagai inovator/ pembaharu dan kepala sekolah sebagai motivator/ pembangkit minat. Kepala sekolah sebagai seorang edukator mempunyai tugas dan peran yang sangat kompleks. Sutomo (2007) menjelaskan peran kepala sekolah sebagai edukator mempunyai tugas membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran. Sebagai edukator kepala sekolah juga berperan sebagai guru yaitu bertugas melaksanakan proses pembelajaran terhadap siswa. Adams & Dickey dalam Hamalik (2001) mengemukakan bahwa peran guru adalah sebagai pengajar (teacher as instructor), sebagai pembimbing (teacher as counsellor), sebagai ilmuan 13

6 (teacher as scientist) dan guru sebagai pribadi (teacher as person). Peran lain yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah adalah sebagai seorang manajer atau pengelola terhadap sekolah. Dalam rangka melaksanakan perannya sebagai manajer, kepala sekolah dituntut memiliki strategi yang tepat dalam memberdayakan segala potensi yang dimiliki sekolah yang dipimpinnya. Wahjosumidjo (2002) menyebutkan tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer sebagai berikut: (1) peranan hubungan antar perseorangan; (2) peranan informasional; dan (3) peranan sebagai pengambil keputusan. Sementara itu Sutomo (2007) menyebutkan sebagai manajer kepala sekolah memiliki tugas menyusun program, menyusun pengorganisasian sekolah, menggerakkan staf, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan mengendalikan kegiatan. Peran kepala sebagai administrator, sebagai seorang administrator memiliki tugas mengelola administrasi di sekolah yang dipimpinnya. Sebagai pengelola administrasi kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan dan profesionalisme dalam hal pengelolaan administrasi sekolah, karena kelemahan administrasi sekolah sebagian besar disebabkan ketidakmampuan pengelola dalam menjalankan fungsinya secara profesional (Sagala, 2010). Sementara Danim (2002) menyebutkan, tugas kepala sekolah sebagai administrator dalam konteks struktur dan artikulasi adalah mengarahkan, mengkoordinasikan, dan men- 14

7 dorong ke arah keberhasilan pekerjaan bagi semua staf dengan cara mengidentifikasi tujuan, mengevaluasi kinerja, mengelola sumber-sumber organisasi. Dengan demikian peran kepala sekolah sebagai administrator sekolah adalah melakukan perubahan ke arah yang lebih berkualitas dan kompetitif terhadap sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah sebagai seorang supervisor memiliki tugas menyusun program supervisi, melaksanakan supervisi serta melakukan tindak lanjut terhadap hasil supervisi yang dilakukan sebagai perbaikan terhadap kegiatan mengajar guru. Peran dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor adalah membantu dan memfasilitasi guru dalam melakukan proses belajar mengajar dan melakukan penilaian menggunakan teknik-teknik supervisi sesuai kebutuhan (Sagala, 2010). Kepala sekolah juga memiliki peran sebagai seorang pemimpin (leader) yaitu bertugas memimpin penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Tugas seorang pemimpin sekolah antara lain menyusun program atau visi dan misi sekolah, mengambil keputusan serta melakukan komunikasi baik secara intern sekolah maupun dengan pihak lain di luar sekolah. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan memberikan petunjuk dan pengawasan guna meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan wewenang (Kisworo, 2011). Kepala sekolah sebagai 15

8 pemimpin dipersyaratkan mempunyai pandangan yang jelas kemana arah sekolah yang dipimpinnya akan dibawa, mampu berkomunikasi dengan semua stakeholder sekolah, memiliki kegigihan dan ketangguhan, konsistensi dan fokus untuk mencapai visi dan misi serta memiliki pengetahuan organisasi yang mencukupi agar dapat memonitor dan mengendalikan kinerja organisasi sekolah (Sagala, 2010). Kepala sekolah juga memiliki peran lain, yaitu sebagai inovator atau pembaharu. Seorang inovator atau pembaharu dituntut memiliki kemampuan untuk mencari dan melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek. Kepala sekolah juga dituntut mampu menjamin keberhasilan pembaharuan tersebut untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Menurut Uno (2011) keberhasilan suatu inovasi dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: (1) keuntungan relatif yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan penerima; (2) kompatibel (compatibility) yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman dan kebutuhan penerima; (3) kompleksitas (complexity) yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi; (4) trialabilitas (trialability) yaitu dapat dicoba tidaknya suatu inovasi; dan (5) dapat diamati (observability) yaitu mudah tidaknya diamati hasil inovasi. Sebagai seorang innovator kepala sekolah dituntut mampu mendorong semua guru, staf dan orang tua siswa untuk memahami dan memberikan dukungan terhadap pembaharuan yang ditawarkan. Keber- 16

9 hasilan terhadap pembaharuan yang dilaksanakan kepala sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari pihak-pihak tersebut. Kepala sekolah juga memiliki peran sebagai motivator atau penggerak bagi guru di sekolah yang dipimpinnya. Sutomo (2007) menyebutkan sebagai seorang motivator kepala sekolah bertugas menyihir lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistemik. Apabila kepala sekolah mampu berperan sebagai motivator maka produktivitas kerja guru dan karyawan di sekolah akan meningkat. Keberhasilan kepala sekolah sebagai motivator dapat dilihat bilamana guru dan karyawan yang dipimpinnya mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi (Hasibuan, 2003). Dari ketujuh peran kepala sekolah seperti yang tercantum pada tugas pokok dan fungsi tersebut seorang kepala sekolah memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar sehingga dituntut memiliki kompetensi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Sementara itu Sagala (2010) menjelaskan ada empat peran dan tanggung jawab kepala sekolah yaitu sebagai Administrator, sebagai Pemimpin, sebagai Pengawas dan sebagai Supervisor Pembelajaran. Sebagai administrator seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk memfasilitasi, mengarahkan, mengkoordinasikan, mendorong semua guru, staf dan karyawan serta personel sekolah lainnya untuk 17

10 merencanakan dan melaksanakan tugas dan pekerjaannya sendiri ke arah perubahan yang lebih berkualitas. Tugas kepala sekolah sebagai administrator menurut Danim (2002) adalah mengarahkan, mengkoordinasikan dan mendorong ke arah keberhasilan pekerjaan bagi semua staf dengan cara mendefinisikan tujuan, mengevaluasi kinerja, mengelola sumber-sumber organisasi dan lain-lain. Sebagai seorang administrator kepala sekolah memiliki tugas melakukan proses administrasi pada lembaga yang dipimpinnya. Masih dalam Sagala (2010), Sutisna (1985) mengatakan bahwa proses administrasi adalah membuat keputusan, merencanakan, mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi dan menilai. Keberhasilan seorang kepala sekolah sebagai administrator dalam melaksanakan tugasnya dapat dilihat sejauhmana ia mampu memberdayakan seluruh personel sekolah sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan landasan profesional ke arah pencapaian tujuan organisasi secara optimal. Sutomo (2007) memberikan batasan pemimpin memiliki arti seorang yangmemimpin, orang yang memegang tangan sambil menuntun, menunjukkan jalan orang yang dibimbing, orang yang menunjukkan jalan dalam arti kiasan, orang yang melatih mendidik, mengajari supaya akhirnya dapat mengerjakan sendiri. Kepala Sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus memahami kultur sekolah sebagai dasar untuk meningkatkan kondisi-kondisi di sekolah, sehingga 18

11 tercipta perwujudan dan kegiatan belajar mengajar yang berkualitas. Kultur sekolah tersebut dapat berupa perilaku dalam berorganisasi di sekolah seperti motivasi, komunikasi, kepemimpinan, penentuan tujuan, evaluasi dan pengawasan yang dilakukan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin maka kepala sekolah harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Sagala (2010) memberikan definisi dari kepemimpinan: Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan melalui suatu proses untuk mempengaruhi orang lain, baik dalam organisasi maupun diluar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepemimpinan di sekolah yang diperankan oleh kepala sekolah adalah mempengaruhi orang lain yaitu guru dan personel sekolah lainnya dengan menggunakan berbagai upaya seperti memberikan motivasi, memberi penghargaan, memberi hukuman atau dengan ajakan atau bujukan untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Dengan upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut diharapkan guru dan personel lainnya mampu membangun komitmen dan mampu serta mau bekerja keras untuk menjadikan sekolah yang dipimpinnya menjadi lebih maju dan berkualitas. 19

12 Keberhasilan kepala sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin dapat dilihat dari adanya perubahan dan peningkatan kualitas layanan belajar dengan dibuktikan guru maupun personel lain di sekolah itu mampu membangun kerja sama serta kemampuan mereka dalam menyusun sendiri dokumen-dokumen administrasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala sekolah yang kompeten dalam mengambil kebijakan akan selalu berhubungan dengan data dan fakta yang selalu berubah secara dinamis mengikuti perkembangan sehingga akan dapat memberikan layanan berkualitas yang berdampak pada lulusan dan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebagai pengawas seorang kepala sekolah melakukan kegiatan yang menjamin tidak ada penyimpangan-penyimpangan, terhindar dari kesalahan sehingga kegiatan sekolah atau lembaga yang dipimpin dapat berjalan sesuai rencana, dan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan. Kepala sekolah melakukan pengawasan untuk memastikan apakah guru serta personel lainnya melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan yang sudah ditugaskan. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah akan dapat berjalan dengan baik bila seorang kepala sekolah melakukan pengawasan internal. Menurut Hasibuan (2006) dalam Sagala (2010) memberikan definisi tentang pengawasan internal; Pengawasan atau pengendalian internal adalah pengendalian yang 20

13 dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahanya, Cakupan dari pengendalian meliputi pelaksanaan tugas, prosedur kerja, proses kerja dan kedisiplinan. Masih dalam Sagala (2010) menurut Usman (2006) memberikan definisi: Pengawasan internal adalah suatu penilaian objektif dan sistematis oleh pengawas internal atas pelaksanaan dan pengendalian organisasi berupa pemberian bantuan kepada manajemen dalam mengidentifikasi sekaligus merekomendasi masalah efisiensi maupun potensi kegagalan sistem dan program yang berdampak buruk pada kinerja organisasi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai pengawas akan dapat dilihat apakah dia dapat mengatasi kelemahan serta kelebihan yang ditemukan. Atas dasar temuan tersebut dapat dilakukan perbaikan serta penguatan untuk memberikan layanan pendidikan yang berkualitas di sekolah yang dipimpin Kepala Sekolah sebagai Supervisor Sebagai seorang pimpinan kepala sekolah juga mempunyai peran sebagai seorang supervisor yaitu seorang yang melakukan supervisi. Pandangan kuno melihat supervisi sebagai suatu inspeksi atau kegiatan mencari kesalahan terhadap guru dalam melaksanakan tugas. Namun dalam pandangan modern supervisi merupakan kegiatan pemberian bantuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Purwanto (1987) mengatakan bahwa supervisi adalah aktivitas pembinaan 21

14 yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah terhadap guru dapat berupa bagaimana guru tersebut dalam melaksanakan proses pembelajaran terhadap siswa yang dinamakan supervisi akademik. Supervisi juga dilakukan kepala sekolah terhadap administrasi guru sebagai pendukung pelaksanaan proses pembelajaran. Arikunto (2004) membedakan kegiatan supervisi menjadi dua sesuai dengan konsep pengertianya, yaitu: a. Supervisi Akademik adalah supervisi yang menitik beratkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung pada lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang berada dalam proses belajar; b. Supervisi administrasi adalah supervisi yang menitikberatkan pengamatan aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran. Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah harus direncanakan secara matang, teratur, dan berkelanjutan. Supervisi direncanakan dengan matang artinya bahwa pelaksanaan supervisi bukanlah secara kebetulan namun direncanakan, dilaksanakan dalam ruang lingkup yang jelas dan menggunakan instrumen. Supervisi dilaksanakan secara teratur artinya bahwa dalam melaksanakan supervisi seorang kepala 22

15 sekolah harus terjadwal. Sedangkan supervisi berkelanjutan artinya bahwa kegiatan supervisi dilaksanakan terus menerus sehingga saling terkait antara satu kegiatan supervisi dengan kegiatan supervisi yang lain sehingga akan memberikan pemecahan masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugasnya. Sergiovanni yang dikutip Pidarta (1999) menyebutkan tujuan supervisi yaitu: (1) tujuan akhir adalah mencapai pertumbuhan dan perkembangan para siswa yang bersifat total; (2) tujuan kedua adalah membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke waktu secara berkelanjutan dalam rangka menghadapi tantangan perubahan jaman; (3) tujuan dekat adalah bekerjasama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat; (4) tujuan perantaraan adalah membina guru guru agar dapat mendidik para siswa dengan baik, atau menegakkan disiplin kerja secara manusiawi. Mulyasa (2007) mengatakan bahwa keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran antara lain dapat ditunjukkan oleh: (1) meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya; (2) meningkatnya keterampilan tenaga kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya. Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya bilamana supervisi dilaksanakan sesuai prosedur. Jadi supervisi kepala sekolah adalah usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam memimpin, memotivasi dan membantu para guru untuk memperbaiki 23

16 pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan guru untuk mencapai tujuan pendidikan ke arah yang lebih maju. Sejalan dengan uraian di atas maka Bupati Temanggung menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 35 tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja dan Periodisasi Kepala TK, SD, SMP, SMA dan SMK. Sedangkan dalam petunjuk pelaksanaan tersebut dijelaskan bahwa sebagai supervisor kepala sekolah memiliki kuwajiban: (1) menyusun program supervisi, (2) melaksanakan program supervisi dan (3) melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi. Uraian lebih lanjut tentang kuwajiban kepala sekolah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menyusun Program Supervisi Program supervisi disusun untuk menentukan sasaran dalam kegiatan supervisi yang akan dilaksanakan oleh kepala sekolah. Adapun program supervisi meliputi supervisi manajerial (administrasi guru) dan supervisi terhadap akademik (kegiatan pembelajaran). Adapun penyusunan program supervisi meliputi: (1) penyusunan program supervisi terhadap administrasi guru; (2) penyusunan program supervisi terhadap kegiatan belajar mengajar; (3) penyusunan program supervisi bimbingan dan konseling; (4) penyusunan program supervisi terhadap ulangan semester/ulangan kenaikan kelas; dan (5) penyusunan program supervisi terhadap ujian sekolahdan ujian nasional. 24

17 2. Melaksanakan Supervisi Setelah program supervisi disusun maka sebagai seorang supervisor kepala sekolah melaksanakan kegiatan supervisi sesuai yang telah direncanakan tersebut. Sasaran dalam pelaksanaan supervisi meliputi supervisi manajerial dan supervisi akademik yaitu antara lain meliputi: (1) administrasi guru, (2) kegiatan belajar mengajar, (3) kegiatan bimbingan dan konseling, (4) kegiatan ulangan semester dan ulangan kenaikan kelas, (5) kegiatan ujian sekolah dan ujian nasional. Semua kegiatan yang dilaksanakan kepala sekolah dalam supervisi dicatat dalam instrumen supervisi dimana catatan tersebut akan dijadikan bahan untuk melaksanakan tindak lanjut. 3. Melaksanakan Tindak Lanjut Hasil Supervisi Setelah pelaksanaan supervisi sebagai supervisor kepala sekolah menindaklanjuti catatan atau hasil supervisi yang ditemukan dalam pelaksanaan supervisi tersebut. Catatan hasil supervisi dimanfaatkan oleh kepala sekolah sebagai bahan untuk melaksanakan tindak lanjut terhadap kegiatan supervisi yang dilakukan. Tindak lanjut hasil supersvisi dilakukan oleh kepala sekolah dengan kegiatankegiatan antara lain sebagai berikut: (1) menyediakan waktu untuk mengevaluasi hasil supervisi, (2) menyampaikan kelebihan dan kekurangan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui rapat dewan guru, (3) memberikan bimbingan dan arahan kepada guru 25

18 untuk memperbaiki kekurangannya dan mengembangkan kelebihannya berdasar hasil supervisi, (4) memanfaatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru, dan (5) memanfaatkan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah Kepala Sekolah sebagai Motivator Motivator adalah seseorang yang memberikan motivasi. Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi atau motivation menurut arti kata berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan (Manullang & Manullang, 2008). Sementara itu Hamalik (2001) memberikan definisi tentang motivasi sebagai berikut: Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pengertian ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu: (a) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri seseorang (pribadi); (b) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan effective arousal (dorongan efektif yang secara subjektif keadaan ini dapat diuraikan sebagai emosi); (c) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Sejalan dengan definisi dari Hamalik, Sudrajad (2008) memberikan batasan motivasi sebagai kekuatan 26

19 (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Sementara itu Uno (2007) memberikan batasan tentang motivasi yaitu: Motivasi merupakan dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu lebih dari sebelumnya, dengan sasaran sebagai berikut: (1) mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan, dalam hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kebutuhan yang akan dipenuhi; (2) merupakan arah tujuan yang akan dicapai, dan (3) menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Sependapat dengan Uno (2007), Soemanto (2006) menyatakan bahwa pada dasarnya motivasi memiliki dua elemen yaitu: a. Elemen dalam (inner componenet) yaitu perubahan yang terjadi pada diri seseorang berupa keadaan tidak puas atau ketegangan psikologis. Rasa ini timbul karena keinginan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, dan berbagai kebutuhan lainnya. b. Elemen luar (outer component) yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang. Tujuan itu sendiri berada di luar diri seseorang. Namun mengarahkan tingkah laku orang itu untuk mencapai tujuan. 27

20 Di dalam motivasi ada peristiwa yang terjadi secara berurutan, elemen dalam mendahului elemen luar, namun bisa juga elemen luar mendahului elemen dalam. Hal terakhir ini terjadi di dalam motivasi ekstrinsik meskipun pada mulanya elemen luar hanya berfungsi sebagai perangsang timbulnya elemen dalam (Soemanto, 2006). Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik suatu simpulan bahwa motivasi merupakan segala sesuatu yang mampu mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dorongan tersebut bisa berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Dengan demikian motivasi dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas atau suatu upaya melaksanakan pekerjaan untuk lebih baik, lebih maju, dalam rangka memenuhi keinginannya mencapai suatu tujuan. Kepala Sekolah sebagai seorang motivator harus dapat membangkitkan dan menubuhkan motivasi pada diri bawahan. Sebagai pembangkit minat (motivator) kepala sekolah bertugas menyihir lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistemik (Sutomo, 2007). Karena pada dasarnya semua orang termasuk guru serta personel lain di sekolah sangat memerlukan motivasi untuk dapat mengembangkan dirinya ke arah terpenuhinya kebutuhan diri yang lebih baik. 28

21 Dalam Peraturan Bupati Temanggung Nomor 35 tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja dan Periodisasi Kepala TK, SD, SMP, SMA dan SMK serta petunjuk pelaksanaannya yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung Nomor 800/105/2009 menyebutkan bahwa kepala sekolah sebagai motivator terhadap guru atau karyawan di sekolah antara lain dilakukan melalui: (1) pengaturan lingkungan kerja (fisik), (2) pengaturan suasana kerja, (3) penerapan prinsip penghargaan dan hukuman. Adapun secara rinci dalam petunjuk pelaksanaan peraturan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengaturan Lingkungan Kerja (fisik) Pengaturan ruang kerja fisik antara lain dilakukan kepala sekolah melalui kegiatan sebagai berikut: (1) mengatur ruang kerjanya secara kondusif untuk bekerja, (2) mengatur ruang kelas secara kondusif untuk kegiatan belajar mengajar serta bimbingan dan konseling, (3) mengatur laboratorium sekolah secara kondusif untuk kegiatan praktikum, (4) mengatur perpustakaan sekolah secara kondusif untuk kegiatan belajar, dan (5) mengatur halaman/lingkungan sekolah dengan sejuk, nyaman dan teratur. Sebagai seorang motivator kepala sekolah berperan untuk menciptakan kondisi yang dapat merangsang guru untuk bekerja lebih baik. 29

22 2. Pengaturan Suasana Kerja Pengaturan suasana kerja yang harmonis antara warga sekolah maupun dengan mitra kerja sekolah sangat diperlukan untuk menumbuhkan motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah sebagai motivator mengatur suasana kerja dapat dilakukan antara lain melalui : (1) menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara sesama guru, (2) menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara sesama karyawan, (3) menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara guru dan karyawan, (4) menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah, dan (5) menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara warga sekolah dengan komite sekolah. Suasana kerja yang kondusif serta hubungan yang harmonis antara swarga sekolah dengan mitra kerja sekolah akan menumbuhkan motivasi bagi guru dan karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. 3. Penerapan Prinsip Penghargaan dan Hukuman Motivasi guru maupun karyawan akan muncul bilamana kepala sekolah mampu menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman terhadap warga sekolah. Kepala sekolah sebagai motivator dalam menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman dapat dilakukan melalui kegiatan antara lain: (1) memberikan penghargaan atau pengakuan kepada guru dan karyawan yang mengerjakan tugas tepat waktu, (2) memberi penghargaan kepada guru dan karyawan yang berprestasi, 30

23 (3) memberikan teguran lisan/tertulis kepada guru dan karyawan yang tidak melaksanakan tugas dengan baik, (4) memberikan hukuman kepada guru dan karyawan yang melanggar aturan, dan (5) melakukan pemeriksaan secara teratur terhadap daftar hadir guru dan karyawan. Pemberian motivasi kepada guru dan karyawan dengan menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman diyakini mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi pada guru dan karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya Kepala Sekolah sebagai Inspirator Inspirasi dalam kamus diartikan ilham. Menginspirasi artinya menimbulkan inspirasi, terinspirasi artinya mendapatkan inspirasi (Depdikbud 1996). Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai peran sebagai inspirator terhadap guru atau karyawan di sekolah yang dipimpinnya. Sebagai seorang inspirator kepala sekolah harus dapat memberikan inspirasi atau ilham kepada tenaga kependidikan (guru) dan personel lain di sekolah. Dengan munculnya inspirasi maka dalam melaksanakan tugasnya mereka tidak akan sepenuhnya tergantung pada instruksi dari kepala sekolah. Untuk mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan inspirasi haruslah menjadi bagian dari proses dalam satu organisasi, sekali inspirasi dikaitkan sebagai bagian dari proses, maka inspirasi itu 31

24 akan memberikan pengaruh luas dalam organisasi ( Keberhasilan seorang kepala sekolah sebagai inspirator dalam memberikan inspirasi kepada bawahan ditunjukkan dengan munculnya gagasan atau ide baru dari para bawahan dalam melaksanakan tugasnya. Mereka tidak hanya bergantung pada instruksi yang diberikan oleh kepala sekolah namun ide tersebut muncul pada masing-masing pribadi guru, karyawan atau personel lain di sekolah dalam memberikan layanan yang berkualitas pada peserta didik ataupun stakeholders. Gagasan baru atau ide-ide baru pada guru maupun karyawan di sekolah dapat muncul bilamana kepala sekolah mampu berperan sebagai inspirator dengan baik. Kepala sekolah dalam memberikan inspirasi terhadap bawahan diperlukan pendekatanpendekatan tertentu yang harus dilakukan. Folkman (2013) menyebutkan 6 pendekatan yang dilakukan cenderung digunakan oleh kebanyakan pemimpin. Keemam pendekatan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Visioner: memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi untuk masa depan dan mampu berkomunikasi dengan baik kepada tim; (2) Enhancing: menciptakan hubungan yang baik antar individu dengan menjadi pendengar yang baik dan bisa merangkul mereka (bawahan) secara emosional; (3) Pendorong: menunjukkan kepada bawahan (karyawan) aarah target yang terfokus dengan detail angka perhitungan dan target waktu yang jelas. Dan biasanya (pemimpin) selalu bertanggung jawab atas kinerja pribadi dan kelompok; (4) Ber- 32

25 prinsip: menjadi role model yang kuat dengan melkukan hal dengan prinsip yang benar dan cara yang baik; (5) Antusias: memancarkan passion dan energi yang kuat kepada organisasi dan untuk dirinya sendiri; (6) Seorang Pakar: memberikan arahan teknis yang jelas yang berasal dari keahlian yang mendalam. ( Untuk menjadi seorang pemimpin yang inspiratif memang tidaklah mudah maka seorang kepala sekolah sebagai seorang inspirator dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan personal antara lain: (1) Kualitas diri: seorang pemimpin harus memiliki kualitas diri yang baik dan memiliki sikap yang baik, mampu melihat dan mendengarkan orang lain; (2) Skill dan Prestasi: seorang pemimpin selain menguasai bidang pekerjaanya juga dituntut memiliki prestasi pada bidang pekerjaan yang digeluti; (3) Integritas: seorang pemimpin harus memiliki integritas tinggi terhadap pekerjaan yang menjadi bidangnya; (4) Peduli dan ucapan terima kasih: seorang pemimpin harus memiliki rasa kepedulian terdadap bawahan (karyawan) serta memberikan penghargaan berupaa ucapan terima kasih kepada bawahan; dan (5) Belajar mencintai: kesuksesan diawali dari rasa cinta terhadap apa yang dilakukan maka sebagai seorang pemimpin harus belajar mencintai terhadap pekerjaan yang dilakukan, karyawan serta rekan kerjanya. ( Dari uraian di atas maka seorang kepala sekolah sebagai inspirator memiliki peran sangat penting sebagai inspirasi dalam menumbuhkan gagasan atau ide-ide baru pada guru, karyawan, siswa yang dipimpinya serta dapat menumbuhkan inspirasi bagi komite sekolah sebagai mitra kerja sekolah dalam pening- 33

26 katan layanan pembelajaran di sekolah yang menjadi tanggungjawabnya. 2.4 Kinerja Mengajar Guru Kinerja berasal dari kata Job Performance atau actual performance adalah prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya. Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimiliki. Istilah kinerja tidak bisa dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang melaksanakan tugas, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta tanggungjawab pekerjaan yang diberikan kepadanya. Para ahli memberikan definisi kinerja antara lain: Mangkunegara dalam Listanto dan Setiaji (2002) menyatakan bahwa, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan. Dessler (2005) menyatakan bahwa kinerja merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam jurnal yang sama Winardi (2005) menyatakan bahwa kinerja merupakan konsep yang 34

27 berupa universal yang merupakan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian karyawanya berdasarkan standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesungguhnya merupakan perilaku yang telah ditetapkan agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkanya. Melihat beberapa pengertian tersebut di atas yang dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya serta tanggung jawab sebagai guru. Hasil kerja tersebut merupakan refleksi dari kompetensi yang dimilikinya. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru ditunjukkan dalam bentuk konkret, dan dapat diamati, serta dapat diukur baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Kinerja guru dapat diwujudkan antara lain melalui perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta bagaimana guru mengevaluasi proses belajar mengajar di kelas. Karena kinerja adalah tindakan yang membuahkan hasil yang diinginkan, maka perlu adanya suatu penilaian kinerja. Dessler (2005) mengatakan bahwa penilaian kinerja adalah memberikan umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memberikan motivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau kinerja lebih tinggi lagi. Sedangkan 35

28 menurut Notoatmojo (2003) penilaian kinerja memegang peranan penting dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian penilaian kinerja bermanfaat untuk: (1) peningkatan prestasi kerja; (2) memperoleh kesempatan kerja yang adil; (3) memperoleh kebutuhan kebutuhan untuk pelatihan pengembangan; (4) penyesuaian pemberian kompensasi; (5) pengambilan keputusan promosi dan demosi; (6) mendiagnosa kesalahan kesalahan desain pekerjaan; (7) mengetahui penyimpangan penyimpangan dalam proses rekruitmen dan seleksi. Kegiatan penilaian kinerja tidak lepas dari kegiatan pelaksanaan tugas pokok guru seperti telah disebutkan di depan yaitu: (a) Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP); (b) melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (PBM); dan (c) melaksanakan Evaluasi hasil Proses Belajar Mengajar. Jadi penilaian kinerja guru dapat diukur dari tiga aspek tersebut. Penilain kinerja memiliki tujuan antara lain bagi guru yang bersangkutan dapat memberikan bahan informasi terhadap kekurangan dan kelebihanya dalam pelaksanaan tugasnya sehingga akan memberikan umpan balik terhadap pelaksanaan tugasnya. Bagi kepentingan organisasi atau lembaga pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur atau alat bantu sebagai bahan pertimbanganpengambilan keputusan dan kebijakan. Kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh motivasi dari orang bersangkutan, semakin tinggi 36

29 motivasi yang dimiliki oleh seseorang akan memiliki kinerja yang tinggi demikian juga sebaliknya. Selain itu kinerja juga dipengaruhi oleh kemampuan dan penguasan terhadap kompetensi yang dimilikinya. 2.5 Kerangka Berpikir Melaksanakan Supervisi Kepala Sekolah Memabangkitkan Motivasi Peningkatan Kinerja Guru dan layanan pembelajaran yang berkualitas Menumbuhkan Inspirasi Seperti terlihat pada kerangka di atas dapat dijelaskan, seorang kepala sekolah mempunyai peran sebagai supervisor, sebagai motivator (membangkitkan motivasi) dan sebagai inspirator (mampu menumbuh kan inspirasi) terhadap guru di sekolah yang dipimpinya. Kepala sekolah dalam melaksanakan tupoksi nya, akan dapat berperan sebagai supervisor, motivator maupun inspirator dengan baik dan mampu mensinergikan ketiga peran tersebut bilamana seorang kepala sekolah memiliki komitmen serta motivasi yang tinggi pada dirinya. 37

30 Pelaksanaan supervisi yang terencana, terus menerus dan berkesinambungan oleh kepala sekolah akan membangkitkan motivasi yang tinggi pada guru di sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Motivasi pada diri guru akan menumbuhkan dan membangkitkan semangat pada diri guru untuk mencapai hasil pembelajaran atau output pada siswa yang berkualitas. Demikian juga inspirasi positif yang diberikan seorang kepala sekolah terhadap guru sangat diperlukan agar mereka dapat menemukan gagasan dan ide-ide baru dalam melaksanakan tugasnya tanpa harus tergantung pada instruksi dari kepala sekolah. Bila seorang kepala sekolah mampu melaksanakan supervisi dengan baik, mampu membangkitkan motivasi, mampu menumbuhkan inspirasi serta mampu mensinergikan perannya sebagai supervisor, motivator dan inspirator dengan baik terhadap guru di sekolah yang dipimpinnya, maka diyakini kinerja mereka akan meningkat. Dengan peningkatan kinerja guru diyakini pula dapat memperoleh hasil kerja maksimal sehingga para guru akan memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas. Layanan pembelajaran yang berkualitas akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang menjadi tanggungjawabnya. 38

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance adalah prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara langsung memberikan layanan kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran melalui jalur formal. Sejalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Dalam pengumpulan data peneliti menyebarkan angket atau kuesioner sebanyak 143 lembar sesuai dengan jumlah guru yang ada di UPT Dinas

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi kompleks dan unik, yang memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Sehingga tercapainya tujuan sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan apakah kepala sekolah di Kecamatan Kledung

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. 5.1 Kesimpulan

BAB V P E N U T U P. 5.1 Kesimpulan BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan hasil dengan menggunakan analisis deskriptif terhadap variabel penelitian tentang peran kepala sekolah sebagai supervisor, motivator dan inspirator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan sebagai wadah untuk mendidik dan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ada berbagai pendapat menyangkut pola, peran dan tanggung jawab Kepala Sekolah pada suatu lembaga pendidikan. Ketika ada atau tidak ada Kepala Sekolah pada

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan kompleks yang harus direspons secara positif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Lembaga

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna (user) pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah pola pikir masyarakat. Hal ini mengakibatkan program pendidikan dan pengajaran jauh ketinggalan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga Pada 1 Juli yayasan SMA B didirikan oleh beberapa tokoh, terutama mereka yang berada di DPRD Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan suatu sistim yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang harus digerakkan untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan di Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia

Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Tugas Kepala Sekolah Oleh : M. H. B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah. Jika dalam bahasa Jawa disebut Sirahe Sekolah. Kepemimpinan dari kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari penguasaannya

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur utama pelaku pendidikan di sekolah yang dalam melaksanakan tugasnya perlu bersinergi agar tujuan sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi 94 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG 69 BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG A. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Kepala sekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Motivasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Motivasi adalah tindakan yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi. Hal ini adalah keinginan untuk melakukan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya, salah satu diantaranya melalui kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya, salah satu diantaranya melalui kebijakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satu diantaranya melalui kebijakan implementasi manajemen berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Sebagai perwujudannya

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Sebagai perwujudannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Sebagai perwujudannya telah dituangkan pada bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai organisasi yang menjalankan proses pendidikan dengan segala fungsi dan hasilnya, mempunyai perangkat yang mewujudkan fungsi dan tugasnya melalui manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan menyiapkan sumber daya manusia. Sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi (iptek) sistem pendidikan harus

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting dalam masyarakat, karena pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

BAB V PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penyajian data yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu: 1. Pelaksanaan peran kepala sekolah di SMA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN Pada bab ini, peneliti akan menganalisis terhadap upaya kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen yang palingmenentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian yang sentral, pertama dan utama. Figur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada unsur proses, terutama unsur output atau lulusan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada unsur proses, terutama unsur output atau lulusan sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kualitas pendidikan bukan saja pada unsur masukan (input), tetapi juga pada unsur proses, terutama unsur output atau lulusan sehingga dapat memuaskan harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja sekolah merupakan representasi dari kinerja semua sumber daya yang ada di sekolah dalam melaksanakan tugas sebagai upaya mewujudkan tujuan sekolah. Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor sentral di dalam sistem pembelajaran terutama di sekolah. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto, SOAL PILIHAN GANDA 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menyebutkan bahwa dimensi kompetensi supervisi meliputi... a. Mengidentifikasi permasalahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.

Lebih terperinci

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU A. Pengertian dan tugas-tugas Kepala Madrasah 1. Pengertian kepala madrasah Kata kepala madrasah berasal dari dua kata yaitu kepala dan madrasah. Kata kepala dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk I. PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan membahas beberapa hal mengenai: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk memahami kebermaknaan penelitian ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang dinamis. Sekolah bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang dinamis. Sekolah bukan hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wadah proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang dinamis. Sekolah bukan hanya wadah bertemunya guru dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan organisasi sosial yang menyediakan layanan pembelajaran bagi masyarakat. Sekolah sebagai tempat terbaik untuk belajar yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan manajemen suatu lembaga pendidikan (sekolah) sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan manajemen suatu lembaga pendidikan (sekolah) sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan manajemen suatu lembaga pendidikan (sekolah) sangat bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, ini senada dengan ungkapan Wahjosumidjo (2005:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dalam berbagai bidang kehidupan demikian cepatnya, salah satunya dalam bidang pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, khususnya di

Lebih terperinci

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI A. PENTINGNYA MASALAH Pendidikan dimasa desentralisasi berbeda dengan sentralisasi. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan Sumber daya Manusia salah satunya dilakukan melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan yang

Lebih terperinci

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin**

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin** EVALUASI PERAN KEPALA SEKOLAH DI SMA NEGERI SE KOTA KOTAMOBAGU Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin** Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Lebih terperinci

TAHUN 2005 NOMOR 15 SERI D NOMOR 1

TAHUN 2005 NOMOR 15 SERI D NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2005 NOMOR 15 SERI D NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,TUGAS POKOK DAN FUNGSI DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial,

BAB II LANDASAN TEORI. Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip, definisi dan teori-teorinya diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat penting. Seperti ditemukan dalam berbagai studi baik di. nasional Universitas Pendidikan Indonesia, 2012:10).

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat penting. Seperti ditemukan dalam berbagai studi baik di. nasional Universitas Pendidikan Indonesia, 2012:10). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses merubah manusia menjadi lebih baik, lebih mahir dan lebih terampil. Untuk mencapai tujuan tersebut peran serta guru dan kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama atau disingkat SMP diharapkan mampu menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas yang bisa diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Bimbingan Konseling yang dilaksanakan atau dipraktekan sebagai upaya untuk membantu individu-individu yang memerlukan bantuan diperlukan adanya berbagai persiapan-persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, sebagai suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidik merupakan tenaga profesional sesuai dengan bidangnya, hal ini sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengelolaan pendidikan terkait dengan Pemerintah secara makro sebagai pembuat kebijakan dan secara mikro Kepala Sekolah sebagai sebagai pengelola sekolah.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa: BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa: 6.1.1 Peran dan Fungsi Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Educator) Kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Guru Kinerja atau performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat kaitannya dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh dalam pembangunan nasional. Komponen pendidikan yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang menggunakan pendekatan yang berbasis sekolah, akan dapat berhasil dan berjalan dengan baik jika didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan sistem otonomi daerah menuntut pengelolaan lembaga pendidikan dilakukan dengan menggunakan sistem manajemen berbasis sekolah yang implementasinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan era globalisasi dimana pertumbuhan perusahaan semakin cepat dan semakin maju dalam persaingan bisnis, sehingga perusahaan harus bersikap lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan energi mempengaruhi dan memberi arah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan energi mempengaruhi dan memberi arah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan dan Fungsi Kepala Sekolah 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan energi mempengaruhi dan memberi arah yang terkandung di dalam diri pribadi pemimpin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan yang seharusnya tidak boleh berhenti dan harus berjalan seiring dengan usia manusia dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pendidikan dilakukan, mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan Kepemimpinan memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar label atau jabatan yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan persepsi guru tentang efektivitas kepemimpinan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS. pengaruh antara variabel bebas (Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS. pengaruh antara variabel bebas (Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS Bab ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka, pengaruh antara variabel bebas (Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan Pemberdayaan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah memberikan kewenangan yang besar kepada Pemerintah Daerah dalam berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Salah satu kewenangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan pendidikan merupakan salah satu rangkaian yang penting dalam proses manajemen. Inti pembicaraan pengawasan pendidikan terutama tertuju pada pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat. Umumnya sorotan itu ditujukan pada rendahnya mutu pendidikan, rendahnya budi pekerti, rendahnya

Lebih terperinci

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran Sri Winarni Guru SDN 1 Pandean Email: sri.winarni@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan hingga sepanjang hidupnya, manusia tidak lepas dari suatu kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan. Dewasa ini, masyarakat sering memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Rendahnya kualitas

Lebih terperinci