BAB IV PROSES PERKEMBANGAN REVOLUSI HIJAU DI SUKAWENING- GARUT PADA KURUN WAKTU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PROSES PERKEMBANGAN REVOLUSI HIJAU DI SUKAWENING- GARUT PADA KURUN WAKTU"

Transkripsi

1 BAB IV PROSES PERKEMBANGAN REVOLUSI HIJAU DI SUKAWENING- GARUT PADA KURUN WAKTU Pada bab empat ini, penulis memaparkan tentang kehidupan masyarakat Sukawening-Garut sebelum terjadinya Revolusi Hijau. Pada bab ini diperlukan konsentrasi penuh dalam mendeskripsikan proses pelaksanaan Revolusi Hijau di Sukawening-Garut dari berbagai sumber serta data-data yang ditemukan di lapangan. Pada hakikatnya bab pembahasan ini merupakan hasil analisis penulis tentang data-data yang telah dikumpulkan di lapangan mengenai Revolusi Hijau di Sukawening-Garut. Pada bab pembahasan ini, diuraikan juga mengenai pokok permasalahan penelitian yakni bagaimana dinamika kehidupan masyarakat Sukawening-Garut ketika dilaksanakan Revolusi Hijau pada kurun waktu Serta menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan pada bab pendahuluan. Gambaran Umum Wilayah Sukawening-Garut. Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah kabupaten Garut berada dibelahan bumi bagian Selatan yang terletak diantara 7 LS LS dan 0 50 BT-1 20 BT serta memiliki luas Ha. Kabupaten Garut ini merupakan sebuah tempat yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Sebagian besar wilayah Garut merupakan lahan pertanian yang sangat potensial dalam mengembangkan swasembada pangan. 50

2 Menurut Laporan Tahun 1984 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Garut, dijelaskan bahwa administratif pemerintahan kabupaten Garut terdiri dari 6 wilayah pemerintahan pembantu Bupati, 28 wilayah pemerintahan kecamatan dan 403 wilayah pemerintahan kelurahan dan desa. Adapun batasbatas administratif kabupaten Garut yaitu sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Sumedang, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Tasikmalaya, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Cianjur dan kabupaten Bandung. Pada dasarnya kabupaten Garut terdiri dari 28 kecamatan yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada kecamatan Sukawening yang memiliki wilayah pertanian yang sangat luas dan subur. Pelaksanaan program Revolusi Hijau yang dikeluarkan oleh pemerintah, berjalan cukup baik di kecamatan Sukawening. Para petani dapat merasakan perubahan yang sangat besar dalam peningkatan produksi padi setelah menggunakan teknologi dalam pertanian. Kecamatan Sukawening merupakan salah satu wilayah di kabupaten Garut yang memiliki area lahan pertanian yang luas dan subur. Menurut data dari Kantor Statistik Kabupaten Garut (1990), kecamatan Sukawening memiliki 13 desa yang tersebar diantaranya Pasanggrahan, Sindanggalih, Caringin, Sukasono, Maripari, Cinta, Cintamanik, Sukawening, Sukamukti, Sudalarang, Mekarluyu, Sukahaji, dan Sukaluyu. Sementara itu, batas administratif wilayah Sukawening diantaranya sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Cibatu dan kecamatan Malangbong, sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Tasikmalaya, sebelah Selatan 51

3 berbatasan dengan kecamatan Wanaraja, dan sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Banyuresmi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat melalui peta kecamatan Sukawening berikut ini. Peta 4.1 Peta Kecamatan Sukawening Sumber : Kantor Statistik Garut. (1990). Kecamatan Sukawening Dalam Angka Garut : Kantor Statistik Garut. 52

4 Kondisi Demografis Jumlah Penduduk Kecamatan Sukawening Penduduk suatu wilayah sangat berperan penting dalam mengembangkan dan memajukan perekonomian daerahnya. Jumlah penduduk yang berkualitas dan memiliki potensi dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada di daerahnya harus bekerjasama secara optimal. Penduduk yang kreatif dan berkualitas dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya menjadi lebih makmur. Penyebaran dan pertumbuhan penduduk di kabupaten Garut merata di setiap kecamatannya. Kecamatan Sukawening memiliki jumlah penduduk yang seimbang dengan luas wilayahnya. Namun, dari tahun ke tahun jumlah penduduk semakin bertambah dan menyebabkan kepadatan penduduk. Berikut ini tabel tentang jumlah penduduk di kecamatan Sukawening. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Sukawening Tahun 1983, 1984, 1987, dan TAHUN JUMLAH PENDUDUK jiwa jiwa jiwa jiwa Sumber : diolah dari Kantor Statistik Kabupaten Garut. (1987). Garut Dalam Angka Garut : Kantor Statistik Kabupaten Garut. 53

5 Jika kita analisis dari tabel di atas, terlihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah penduduk di kecamatan Sukawening selalu bertambah. Hal ini tentunya jumlah kelahiran lebih besar dari pada jumlah kematian penduduk dari setiap tahunnya. Jika dianalisis, jumlah penduduk tiap daerah biasanya didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Di kabupaten Garut, dari tahun ke tahun jumlah penduduk perempuan selalu bertambah lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Berikut ini jumlah penduduk menurut jenis kelamin di kabupaten Garut. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Garut Pada Tahun dan Tahun 1990 TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO _ Keterangan (-) : data tidak ada Sumber : diolah dari Kantor Statistik Kabupaten Garut. (1987). Garut Dalam Angka Garut : Kantor Statistik Kabupaten Garut Berdasarkan tabel di atas, terbukti bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk jenis kelamin perempuan selalu bertambah lebih besar dibandingkan 54

6 dengan penduduk laki-laki. Pada dasarnya setiap tahun terjadi pertambahan penduduk yang cukup banyak sehingga, lahan pemukiman dan lahan pertanian semakin sempit. Oleh karena itu pemerintahan kabupaten Garut melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) supaya jumlah penduduknya stabil dan kebutuhan anggota keluarga terjamin. Menurut Data Statistik Kabupaten Garut (1990), di kecamatan Sukawening jumlah penduduk laki-laki jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan jiwa. Hal ini membuktikan bahwa di kecamatan Sukawening jumlah penduduk perempuan lebih besar dari jumlah penduduk laki-laki. Akan tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena di kecamatan Sukawening, penduduk perempuan produktif dalam bekerja terutama di bidang pertanian Mata Pencaharian Masyarakat di Kecamatan Sukawening Di wilayah kecamatan Sukawening, pada dasarnya mata pencaharian penduduk bervariasi. Namun kebanyakan penduduk bermata pencaharian sebagai petani karena lahan pertanian di Sukawening sangat subur. Selain itu juga ada sebagian penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang, wiraswasta, kuli bangunan, pegawai pabrik dan PNS. Mata pencaharian merupakan sebuah usaha masyarakat dalam mempertahankan hidupnya dengan cara memenuhi semua kebutuhan hidup. Namun banyak juga diantara penduduk di Sukawening yang mencari pekerjaan sampingan supaya kebutuhan hidup anggota keluarganya lebih terjamin. Kebanyakan masyarakat di Sukawening bekerja sebagai buruh tani yang penghasilannya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Oleh karena itu ada 55

7 sebagian masyarakat yang pindah ke kota untuk mencari pekerjaan di sana. Mereka biasanya menjadi buruh pabrik di kota-kota besar ataupun berdagang di sana. Setelah mereka mengumpulkan uang banyak di kota, biasanya pulang kampung dengan membawa berbagai macam keperluan hidup anggota keluarganya di kampung. Pada setiap desa yang tersebar di kecamatan Sukawening, penduduknya bermata pencaharian hampir merata yakni dalam bidang pertanian, industri dan perdagangan. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Mata Pencaharian Penduduk Pada Setiap Desa di Kecamatan Sukawening Pada Tahun 1990 DESA PERTANIAN INDUSTRI PERDAGANGAN PASANGGRAHAN SINDANGGALIH CARINGIN SUKASONO MARIPARI CINTA CINTAMANIK SUKAWENING SUKAMUKTI SUDALARANG MEKARLUYU

8 SUKAHAJI SUKALUYU JUMLAH Sumber : Kantor Statistik Garut. (1990). Kecamatan Sukawening Dalam Angka Garut : Kantor Statistik Garut. Apabila kita analisis dari data di atas, kecamatan Sukawening yang terdiri dari 13 desa, penduduknya memiliki mata pencaharian yang bergerak dalam bidang pertanian, industri dan perdagangan. Sebagian besar penduduk di Sukawening mata pencahariannya di bidang pertanian yakni sebanyak orang. Sedangkan penduduk yang bermata pencaharian di bidang perdagangan sebanyak orang dan penduduk yang bekerja pada bidang industri hanya sekitar 315 orang. Oleh karena itu hasil produksi pertanian di Sukawening cukup besar untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan bagi masyarakatnya. Apalagi setelah adanya program Revolusi Hijau yang dicanangkan oleh pemerintah, hasil pertanian terutama padi di Sukawening semakin meningkat. Sejarah Revolusi Hijau di Indonesia Istilah Revolusi Hijau sudah tidak asing lagi di telinga para petani atau pun masyarakat Indonesia pada umumnya. Program Revolusi Hijau merupakan kebijakan pemerintahan dari atas untuk dilaksanakan ke tingkat bawah yakni masyarakat yang dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Menurut pendapatnya Tjondronegoro istilah Revolusi Hijau adalah suatu usaha pemerintah yang mengacu pada program intensifikasi pertanian tanaman pangan terutama 57

9 padi. Pelaksanaan Revolusi Hijau ini sudah sejak lama dilaksanakan di Indonesia, tepatnya tahun 1960-an. Program Revolusi Hijau ini bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan terutama padi dengan menggunakan teknologi pertanian (Tjondronegoro, 1990 : 3). Sementara itu program Revolusi Hijau yang dilaksanakan di Indonesia lebih ditekankan pada usaha intensifikasi pertanian. Metode intensifikasi pertanian ini merupakan cara pengolahan lahan pertanian secara efektif dengan menggunakan bibit unggul, pengenalan teknologi pertanian yang baru, penggunaan pupuk kimiawi, dan penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien (Hapsari & Suryadi, 2002 : 5). Program intensifikasi pertanian yang dilaksanakan di Indonesia memerlukan proses yang cukup panjang, karena para petani lebih terbiasa dalam pengolahan pertanian secara sederhana. Oleh karena itu pemerintahan Indonesia secara serentak mensosialisasikan program Revolusi Hijau atau pengembangan penggunaan teknologi dalam pertanian. Program Revolusi Hijau tidak bisa dipisahkan dengan istilah intensifikasi pertanian atau pun Bimbingan Massal (Bimas). Pada dasarnya program intensifikasi pertanian sudah dilaksanakan sejak pemerintahan Hindia Belanda pada tahun Namun dikarenakan sumber daya manusia Indonesia pada saat itu belum terampil dan pintar dalam mengolah lahan pertanian, usaha intensifikasi selalu gagal. Pemerintahan Belanda pada saat itu terus berusaha meningkatkan produktivitas lahan pertanian dengan menyalurkan penemuan-penemuan baru dari hasil penelitian pertanian pada para petani. Sampai pada akhirnya pemerintahan Belanda membentuk Departemen van Landbouw (Departemen Pertanian) pada 58

10 tahun Akan tetapi usaha peningkatan produksi pertanian ini berjalan lamban pula karena Departemen van Landbouw baru memiliki cabang-cabang di propinsi sekitar tahun 1921 (Warta Pertanian No.130, 1994). Upaya pemerintahan Republik Indonesia dalam meningkatkan produktivitas pertanian memang sudah direncanakan sejak dari awal. Pemerintah berpikir, dengan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat yang cukup dan memadai maka kegiatan perekonomian yang lainnya akan berjalan dengan lancar. Pemerintahan RI menyusun rencana yang disebut Plan Kasimo, yaitu merencanakan produksi pertanian secara bertahap, masing-masing tiga tahun. Selain itu juga pemerintah membentuk Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD), yang berguna untuk merealisasikan program pemerintah dalam peningkatan produksi pertanian. Sementara itu juga, pemerintahan RI melaksanakan Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI) tahap I tahun dan tahap II Upaya pemerintahan melalui programnya tersebut dilaksanakan secara bertahap dan melalui proses yang panjang agar mencapai kesuksesan. Pemerintah memperbanyak produksi bibit unggul, perbaikan dan perluasan pengairan, peningkatan penggunaan pupuk, peningkatan pemberantasan hama, pengendalian bahaya erosi, peningkatan pendidikan masyarakat desa dan usaha intensifikasi pemakaian tanah kering. Pemerintah dengan segenap masyarakat petani bekerja sama dalam upaya mensukseskan program peningkatan produksi pertanian. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi masyarakat sehingga pemenuhan 59

11 kebutuhan pangannya terpenuhi secara baik. Namun setelah berusaha keras tetap saja program pemerintahan ini tidak mengalami keberhasilan yang memuaskan. Tahun 1959, pemerintah Indonesia membentuk Badan Perusahaan Produksi Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah yang diganti menjadi Perusahaan Padi Sentra. Badan perusahaan ini bertujuan untuk meningkatkan produksi padi di Indonesia dengan cara membentuk unit-unit produksi dan bekerja sama secara langsung dengan para petani. Program Padi Sentra ini masing-masing meliputi areal Ha dalam melakukan intensifikasi pertanian. Menurut rencana areal Padi Sentra ini akan terus diperluas hingga lima tahun ke depan sampai diperoleh areal Padi Sentra 1,5 juta Ha. Akan tetapi program Padi Sentra ini tidak membuahkan hasil yang maksimal. Pemerintah masih saja kekurangan produksi padi sehingga harus mengimpor beras ke negara lain. Selain itu juga situasi politik dan ekonomi pemerintahan yang sedang kacau mempengaruhi gagalnya program Padi Sentra ini. Namun pemerintah tidak berputus asa, sehingga mencoba program Swa Sembada Beras (SSB) dengan menyusun rencana Intensifikasi Padi melalui Panca Usaha. Disebabkan kurangnya koordinasi antara pemerintahan pusat dengan daerah serta kurangnya dana, maka program ini juga kurang berhasil (Warta Pertanian No.130, 1994). Pemerintah RI pada akhirnya mengalami kesuksesan dalam peningkatan produksi padi dengan membentuk Pilot Proyek Panca Usaha Lengkap di daerah Karawang pada Musim Tanam (MT) 1963/1964. Pada program ini pemerintah memberikan Demonstrasi Massal (Demas) pada masyarakat khususnya para petani dalam melaksanakan kegiatan produksi dan pengembangan teknologi 60

12 pertanian. Program Demas ini berubah menjadi Bimbingan Massal (Bimas), yakni memberikan bimbingan dan penyuluhan pada petani secara efektif dalam meningkatkan produksi padi. Selain program Bimas, pemerintah juga melaksanakan program Intensifikasi Massal (Inmas) untuk para petani yang sanggup membiayai sendiri keperluan benih unggul, pupuk kimiawi dan pestisida tanpa diberi kredit oleh pemerintah. Upaya pemerintah dalam intensifikasi pertanian dengan cara Bimas dan Inmas berkembang secara pesat dan menguntungkan para petani sehingga produksi padi bertambah pesat. Pemerintah memperkenalkan benih unggul padi yang baru yakni PB 5, PB 8 dan sejenisnya pada tahun Sehingga dikenal program intensifikasi dengan sistem Bimas Biasa dan Bimas Baru. Bimas Biasa biasanya menggunakan benih unggul seperti Bengawan dan Sigadis, sedangkan Bimas Baru biasanya menggunakan benih unggul jenis baru yang responsif terhadap pemupukan seperti PB 5 dan PB 8. Pemerintah Indonesia sekitar tahun melaksanakan Bimas Gotong Royong yaitu suatu perwujudan dari kerja sama antara Pemerintah dengan Badan-badan Usaha Swasta Asing yang memproduksi pestisida. Keberhasilan program Bimas ini juga didukung oleh berbagai lembaga dan perangkat penunjang seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan BRI Unit Desa. Selain itu juga peran dari Badan Usaha Logistik (Bulog) sangat penting dalam menstabilkan harga-harga produk pertanian. Keberhasilan Bimas ini memberikan keuntungan baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat luas dalam meningkatkan taraf hidup serta pemenuhan kebutuhan pokok (Warta Pertanian No.130, 1994). 61

13 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sukawening-Garut Menjelang Pelaksanaan Revolusi Hijau Pada hakikatnya jikalau kita membicarakan tentang kondisi sosial budaya suatu masyarakat, bisa ditinjau dari kehidupan keagamaan, pendidikannya, bahasa yang digunakan, interaksi sosial, hubungan kekerabatan, dan adat-istiadat serta tradisi yang berlaku di daerah tersebut. Kehidupan sosial budaya masyarakat di kecamatan Sukawening kabupaten Garut ini, bisa dikatakan memiliki keunikan dan karakteristik tertentu. Pada umumnya masyarakat Sukawening merupakan Suku Sunda serta para pendatang dari daerah lain. Masyarakatnya memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Keragaman suku bangsa, karakter serta sifat yang berbeda tersebut tidak mengakibatkan konflik atau pun perpecahan diantara anggota masyarakatnya. Mereka hidup berdampingan, saling menghormati dan menghargai serta bekerja sama sehingga kehidupannya selalu rukun dan aman. Kehidupan keagamaan di wilayah Sukawening sangat religius dan taat terhadap agama. Masyarakat yang tersebar di desa-desa yang ada di kecamatan Sukawening mayoritas memeluk agama Islam. Sejak zaman dahulu sampai sekarang, suasana keagamaan dan rutinitas ibadah masyarakat sangat kental dengan nuansa Islami. Hal ini terbukti dengan banyaknya mesjid-mesjid yang berdiri kokoh di wilayah Sukawening. Setiap harinya aktifitas keagamaan dilakukan di mesjid-mesjid seperti solat berjamaah, pengajian ibu-ibu dan bapakbapak, pengajian remaja, tadarusan, tablig akbar dan kegiatan keagamaan lainnya. 62

14 Masyarakat Sukawening beranggapan bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara sehingga kita harus giat beribadah untuk bekal di akhirat nanti. Namun aktifitas keseharian mereka seperti rutinitas pekerjaan, sekolah dan aktifitas bertani tetap dilakukan secara seimbang dan teratur. Apabila telah tiba hari Raya Besar umat Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha, suasananya terlihat religius dan Islami. Masyarakat Sukawening merayakan Hari Raya dengan suka cita bersama keluarga dan kerabatnya. Pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat Sukawening masih kurang. Kebanyakan dari masyarakat hanya mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat (SR). Meskipun tingkat pendidikan mereka rendah, namun kecerdasannya sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang sukses mengembangkan pertanian dan bisnis perdagangannya tanpa mengenyam bangku sekolah. Namun lama kelamaan masyarakat mulai sadar akan arti pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anaknya. Akan tetapi karena biaya sekolah masih sangat mahal, mereka biasanya hanya menyelesaikan sekolah tingkat SD atau pun SMP. Kehidupan sosial masyarakat di Sukawening berjalan dengan tertib dan teratur. Menurut Soerjono Soekanto (1990), interaksi sosial merupakan hubunganhubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial disebabkan oleh berbagai faktor seperti imitasi, sugesti, identifikasi dan sugesti. Interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat Sukawening antara individu yang satu dengan yang lainnya masih sangat erat. Mereka saling mengenal antar 63

15 tetangga bahkan masyarakat di luar daerahnya. Kepekaan serta jiwa sosial diantara masyarakat masih sangat kuat dan terjaga erat (Soekanto, 1990 : 67-69). Menurut Kantor Statistik Garut (1990), kecamatan Sukawening terdiri dari 13 desa yang tersebar di wilayahnya. Dari 13 desa tersebut, mayoritas penduduknya suku bangsa Sunda. Kehidupan sosial budaya masyarakatnya erat dengan tradisi serta budaya Sunda. Bahasa yang digunakan masyarakat pada umumnya bahasa Sunda. Namun dalam percakapan sehari-hari penggunaan bahasa Sunda ada yang kasar serta ada pula yang berbahasa Sunda halus. Masyarakat Sukawening terkenal dengan budaya ramah-tamah serta sopan-santun baik dari bahasa maupun perilakunya. Hubungan kekerabatan dan kekeluargaan pada masyarakat Sukawening masih sangat erat. Mereka biasanya hidup berumah tangga dan tinggal di daerah yang tidak jauh dari keluarga dan kerabatnya. Mereka beranggapan jika hidupnya berdekatan tali silaturrahmi tetap terjaga erat serta bisa saling membantu diantara keluarga jika terjadi masalah. Oleh karena itu biasanya mereka menggarap lahan pertanian bersama-sama keluarganya. Biasanya apabila keluarganya petani maka anaknya tetap tinggal di desa untuk meneruskan lahan pertanian warisan dari orang tuanya. Kehidupan sosial budaya masyarakat Sukawening masih kental dengan tradisi gotong royong. Apabila mereka kerja bakti untuk membersihkan jalan ataupun membuat jembatan, masyarakat berbondong-bondong ikut serta pada kegiatan kerja bakti tersebut. Tradisi gotong royong ini masih dipelihara oleh sebagian besar masyarakat di Sukawening karena kita sebagai makhluk sosial 64

16 harus saling membantu dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam bercocok tanam padi pun, masyarakat Sukawening masih menerapkan tradisi gotong royong. Hal ini terbukti biasanya proses membajak dan pencangkulan sawah dikerjakan oleh beberapa orang, gotong royong dalam penanaman bibit padi dan pemeliharaan padi sampai siap di panen. Ketika panen tiba juga masyarakat masih memerlukan bantuan dari orang lain dalam menuai padi. Sekitar tahun 1960an, masyarakat Sukawening masih memelihara tradisi nenek moyang seperti sesajen terhadap Dewi Sri. Meskipun mereka beragama Islam, namun tradisi sesajen ini susah untuk dihilangkan. Tradisi sesajen ini disebut Nyalin yakni menghidangkan berbagai macam rujak dan hasil panen di dalam goah (tempat penyimpanan padi) untuk leluhur dan Dewi Sri. Mereka percaya dengan melakukan kegiatan sesajen tersebut hasil padi akan semakin meningkat (Wawancara dengan Bapak Emon, di Garut, 13/03/2007). Sistem pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Sukawening menjelang terjadinya Revolusi Hijau masih sangat tradisional. Pola penggarapan sawah masih sangat tradisional yakni menggunakan pacul oleh manusia dan dibajak oleh binatang seperti kerbau atau sapi. Penggarapan sawah juga biasanya dilaksanakan pada musim penghujan. Hal ini dikarenakan pengairan dari irigasi tidak terlalu lancar. Ketika musim kemarau, sawah-sawah milik petani kekurangan air. Di kecamatan Sukawening terdapat 4 irigasi yang berguna untuk mengairi sawah para petani jika kekurangan air. Diantaranya irigasi Cimawah, irigasi Kostaren, Citameng III (Kudang) dan irigasi Citameng IV (Munjul). Irigasi tersebut tersebar di wilayah Sukawening untuk mengairi lahan pertanian di sekitarnya. Namun 65

17 karena areal pertanian di Sukawening sangat luas, pada dasarnya irigasi tersebut masih sangat kurang (Wawancara dengan Bapak Suhada, di Garut, 31/05/2007). Jenis padi yang ditanam sekitar tahun 1960an sangat beragam. Diantaranya padi jenis Bengawan, Fajar dan Sarinah. Para petani di Sukawening pada saat itu mendapatkan bibit dari Dinas Pertanian Garut, serta dibenihkan lagi oleh para petani. Caranya yakni dengan mengambil padi yang lebat dan padat untuk dibenihkan lagi sehingga tidak membeli lagi ke Dinas Pertanian. Jadi bibit padi yang mereka tanam tersebut bukan merupakan bibit unggul dari pemerintah yang berkualitas tinggi dan seragam. Pola penanaman padi yang dilakukan oleh para petani di Sukawening masih sangat sederhana dan tradisional. Ketika sawah sudah dipacul dan dibajak serta berair cukup maka para petani melakukan kegiatan ngagurat yaitu membuat pola penanaman dengan memberi jarak sekitar 25 cm diantara bibit padi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini berguna supaya pertumbuhan padi berkembang dengan baik dan menghasilkan biji yang lebat. Areal sawah yang satu dengan yang lainnya diberi pembatas atau pematang yang disebut dengan galeungan. Pematang sawah atau galeungan tersebut berguna untuk para petani berjalan ketika mengontrol situasi sawahnya serta berfungsi untuk menahan air. Pupuk yang digunakan oleh para petani di Sukawening yakni pupuk kompos dari dedaunan dan kotoran binatang. Pupuk organik tersebut sangat berguna bagi kesuburan tanah. Para petani menggunakan gemuk atau kotoran hewan seperti kerbau, domba ataupun kotoran ayam untuk menyuburkan areal 66

18 sawah mereka. Selain itu juga jerami dibiarkan membusuk di sawah serta ditimbun oleh tanah dapat menyuburkan lahan tersebut. Apabila padi sudah mulai tumbuh, biasanya para petani ngandir (kegiatan mengairi sawah) supaya benih padi tumbuh subur. Ketika padi sudah mulai tumbuh besar, para ibu petani biasanya melakukan ngarambet yaitu kegiatan membersihkan padi dari rerumputan dan hama tumbuhan lainnya agar padi tumbuh dengan baik. Menurut penuturan para petani, dahulu dalam setahun itu bisa 2 kali panen. Jenis padinya tumbuh sekitar 6 bulan serta biasanya pohonnya tinggi-tinggi dan berbuah lebat dan bijinya padat. Ketika musim panen tiba, ibu-ibu petani biasanya menuai padi dengan menggunakan etem atau ani-ani. Akan tetapi bisa juga para petani menggunakan arit untuk memotong padi. Para buruh tani ini biasanya membantu para pemilik sawah yang luas untuk menuai padinya serta diberi imbalan gabah dari pemilik sawah, kegiatan ini disebut gacong. Setelah padi berhasil di panen, maka gabahnya dikeringkan terlebih dahulu diterik sinar matahari supaya tidak busuk dan awet ketika disimpan di tempat penyimpanan gabah yang di sebut goah. Hal yang unik dilakukan oleh petani di Sukawening yakni dalam penggilingan padi. Petani menggiling gabah dengan menggunakan kincir yang terbuat dari bambu. Gabah tersebut digiling dalam kincir sehingga menghasilkan beras yang siap dimasak. Selain itu juga gabah biasanya ditumbuk dengan menggunakan halu oleh para ibu-ibu petani sehingga menghasilkan beras yang enak dan pulen. Produktivitas padi di Sukawening dari tahun ke tahun meningkat dengan pesat. Sekitar tahun 1960an, hasil padi sangat melimpah sehingga kebutuhan 67

19 bahan makanan pokok di wilayah Sukawening tercukupi bahkan lebih. Hal ini jika dianalisis bahwa memang pada tahun tersebut areal pertanian sangat luas sedangkan jumlah penduduk masih sangat sedikit, sehingga pemenuhan kebutuhan akan beras tercukupi. Pelaksanaan Revolusi Hijau di Sukawening-Garut Pada Tahun Program Revolusi Hijau disosialisasikan oleh pemerintah secara serempak sekitar tahun 1970-an. Adapun namanya dulu terkenal dengan Padi Sentra, Demonstrasi Massal (Demas), Intensifikasi Massal (Inmas), dan Bimbingan Massal (Bimas). Pada intinya semua program intensifikasi pertanian yang di lakukan oleh pemerintah tersebut berguna untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya padi dengan cara penggunaan teknologi pertanian, pupuk kimiawi, pestisida, bibit unggul, traktor dan mesin penggilingan padi. Program Revolusi Hijau ini dilakukan oleh pemerintah secara serentak ke seluruh wilayah Indonesia. Program Revolusi Hijau juga sampai ke pelosok desa seperti kecamatan Sukawening kabupaten Garut. Melalui program ini kabupaten Garut termasuk kecamatan Sukawening bertekad untuk meningkatkan produksi padi demi kepentingan masyarakat sekitarnya. Wilayah kabupaten Garut menyediakan pasokan bibit unggul dan pupuk kimiawi serta peralatan pertanian modern untuk seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Garut. Selain itu juga pemerintah kabupaten Garut memberikan Bimbingan Massal (Bimas) ke seluruh 68

20 kecamatan secara intensif mengenai proses pengolahan lahan pertanian dengan menggunakan teknologi canggih. Proses sosialisasi Bimas yang dilakukan oleh petugas pemerintah kabupaten Garut terhadap masyarakat yang tersebar disetiap kecamatan berjalan cukup lancar. Program Bimas ini juga dilaksanakan secara efektif di kecamatan Sukawening. Para petugas pertanian kecamatan Sukawening sangat antusias untuk memberikan penyuluhan serta bimbingan kepada para petani dalam menggunakan teknologi pertanian supaya produksi padi meningkat. Pada hakikatnya penyuluhan yang dilakukan petugas pertanian kepada petani dilaksanakan melalui forum kursus tani, temu wicara dan temu karya, mimbar saresehan dan tanya jawab serta pertemuan rutin antara petani dengan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) (Laporan Dinas Pertanian Garut, 1989). Di kecamatan Sukawening, program penyuluhan untuk para petani dilakukan sebulan sekali yang bertempat di Balai Penyuluhan. Para petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) memberikan informasi serta bimbingan kepada para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani mengenai penggunaan teknologi modern dalam pertanian, pola pengolahan lahan yang baik, penggunaan pupuk kimiawi, pestisida, penggunaan bibit unggul dan penggunaan mesin pertanian seperti traktor serta mesin penggilingan padi. Sekitar tahun an, program Revolusi Hijau serta intensifikasi pertanian dan Bimas di Sukawening berjalan dengan lancar. Masyarakat pada umumnya menerima keputusan serta kebijakan pemerintah dalam pengelolaan pertanian dengan menggunakan teknologi modern. Namun masih tetap saja ada 69

21 sebagian masyarakat di Sukawening yang melaksanakan pengolahan pertanian khususnya padi secara tradisional, tanpa mengikuti program dari pemerintah. Akan tetapi lama kelamaan para petani tersebut mengikuti program pemerintah misalnya dengan menggunakan bibit unggul yang serentak dari pemerintah, penggunaan pupuk kimiawi dan traktor, karena melihat adanya peningkatan hasil pertanian yang sangat memuaskan. Para petani di Sukawening sangat gembira mendapat bantuan bibit unggul padi dari pemerintah. Bibit unggul padi yang di tanam diantaranya IR-29 yang menghasilkan jenis padi yang subur dan lebat bijinya. Adapun jenis bibit unggul padi yang ditanam oleh para petani di Sukawening diantaranya padi IR-64, Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), Sarinah. Bagendit dan Cinta Nur. Semua jenis padi bibit unggul tersebut menghasilkan padi yang subur dan bijinya lebat sehingga hasil produksi padi di kecamatan Sukawening dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada dasarnya dalam setahun kalau zaman sebelum adanya program Revolusi Hijau para petani hanya dua kali panen. Sedangkan setelah dilaksanakannya program Revolusi Hijau, dalam setahun para petani bisa tiga kali panen dengan hasil yang sangat memuaskan. Padi jenis bibit unggul biasanya tumbuh sekitar 3 bulan 10 hari. Oleh karena itu para petani bisa mendapatkan hasil panen yang banyak dengan waktu yang relatif singkat (Wawancara dengan Bapak Iji, di Garut, 31/05/2007). Pelaksanaan program Revolusi Hijau di Sukawening-Garut, terlihat dengan adanya penggunaan pupuk kimiawi untuk menyuburkan tanaman padi. Sekitar tahun an pupuk kimiawi sudah mulai masuk ke pedesaan 70

22 termasuk ke kecamatan Sukawening. Para petani sudah mulai menggunakan pupuk Urea, TSP, KCL dan ZA. Menurut para petani pupuk kimiawi tersebut sangat membantu menyuburkan tanah dan mempercepat pertumbuhan padi. Menurut Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan kabupaten Garut (1990), penyebaran dan penggunan pupuk kimiawi di seluruh kecamatan yang ada di Garut cukup merata, termasuk di kecamatan Sukawening. Pengadaan pupuk Urea cenderung lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis pupuk yang lainnya yakni Kg. Sementara itu penyaluran pupuk Urea ke seluruh kecamatan yang ada di Garut termasuk Sukawening mencapai Kg, sehingga terdapat stok tersisa sekitar Kg. Untuk lebih jelasnya terlihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.4 Realisasi Pengadaan dan Penyaluran Pupuk di Kabupaten Garut Tahun 1990 JENIS PUPUK PENGADAAN PENYALURAN SISA STOK (Kg) (Kg) (Kg) UREA TSP KCL ZA Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Garut. (1990). Laporan Dinas Pertanian Tahun Garut : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Garut. 71

23 Para petani bisa mendapatkan jenis-jenis pupuk di Koperasi Unit Tani (KUT), di Koperasi Unit Desa (KUD) dan kios pupuk. Harga pupuk tersebut memang cukup mahal, namun sangat diperlukan oleh para petani sehinga mereka banyak juga yang menunggak pada koperasi. Prosedur untuk mendapatkan pinjaman dari KUD cukup mudah yakni petani harus mendaftar terlebih dahulu kemudian menyerahkan surat jaminan kepemilikan tanah dan membayar simpanan wajib. Tiap bulan petani juga harus membayar simpanan bulanan. Dengan cara tersebut petani bisa meminjam uang serta kebutuhan pertanian pada KUD tersebut. Kasus yang terjadi di kecamatan Sukawening yakni para petani biasanya susah untuk membayar kredit pada KUD dengan alasan penennya tidak memuaskan atau pun belum mempunyai uang untuk membayar tunggakan. Kasus kredit macet ini selalu saja terjadi, padahal kalau para petani rajin membayar uang bulanan pada KUD hal ini tidak akan terjadi. Wilayah kabupaten Garut sebagian besar merupakan areal pertanian yang sangat subur, termasuk kecamatan Sukawening. Untuk mendapatkan hasil padi yang melimpah, para petani harus memprediksi luas tanam dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Menurut data dari Kantor Statistik Kabupaten Garut (1987), bahwa pada tahun 1987 kecamatan Sukawening memiliki luas tanam padi di sawah sekitar Ha dengan luas panen Ha. Adapun dari luas panen tersebut, menghasilkan produksi padi ton. Produksi padi pada tahun tersebut hasilnya sangat memuaskan dan bisa memenuhi kebutuhan pokok beras bagi masyarakat di kecamatan Sukawening. Berikut ini tabel yang memperlihatkan luas tanam, luas panen dan produksi padi di kabupaten Garut, 72

24 termasuk Sukawening pada tahun Pada tabel terlihat bahwa pada tahun areal luas tanam, luas panen, produksi dan hasil per hektar padi sawah di kabupaten Garut selalu mengalami kenaikan yang cukup besar. Tabel 4.5 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Hasil Per Hektar Padi Sawah Kabupaten Garut Tahun TAHUN LUAS LUAS PANEN PRODUKSI HASIL PER TANAM (Ha) (Ha) (Ton) HEKTAR , , , ,03 Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Garut. (1987). Garut Dalam Angka Tahun Garut : Kantor Statistik Kabupaten Garut. Keberhasilan program Revolusi Hijau atau lebih dikenal dengan Bimas dan Inmas di kecamatan Sukawening-Garut, tidak terlepas dari adanya kerja sama yang baik antara petugas pertanian dengan Kelompok Tani serta para petani yang tersebar di desa-desa. Program Bimas dan Inmas ini terus dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Garut termasuk kecamatan Sukawening, dengan berpedoman pada Instruksi Bupati Kepala Daerah /Ketua Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten Daerah Tingkat II Garut Nomor /Instr.1122-Perek/1984, tanggal 73

25 21 Juni Sementara itu unsur-unsur struktur organisasi Bimas di kabupaten Garut adalah sebagai berikut. 1. Bupati sebagai Ketua 2. Sekretariat Musyawarah Proyek Bimas Bagian Perekonomian Kab. Garut 3. Tim Penerangan Bimas : Dinas Penerangan Studi Radio Daerah Dinas Pertanian Tananam Pangan Kabupaten Garut 4. Sekretariat Satuan Pelaksana Bimas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Garut 2. Pelaksana Lapangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tingkat Kabupaten sampai dengan Tingkat Kecamatan 3. Satuan Pelaksana Tingkat Kecamatan Camat sebagai Satuan Pelatihan Tingkat Kecamatan Petugas Pertanian sebagai anggota/pelaksana Juru Penerangan sebagai anggota Kepala Desa sebagai Ketua Satpel Tingkat Desa dengan unsur perangkat Pemerintah Desa seperti Ulu-ulu. Pada dasarnya pelaksanaan program Revolusi Hijau di kecamatan Sukawening kabupaten Garut berjalan dengan lancar. Dari tahun ke tahun produksi padi di kabupaten Garut termasuk di kecamatan Sukawening selalu naik 74

26 dan dapat memenuhi kebutuhan pokok bagi masyarakatnya. Penggunaan teknologi dalam pertanian serta bibit unggul dan pupuk kimiawi dalam meningkatkan produksi padi terus dilaksanakan oleh pemerintahan kabupaten Garut ke pelosok-pelosok desa di tiap kecamatannya. Para petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), selalu mensosialisasikan pada kelompok tani di seluruh kecamatan yang ada di Garut tentang informasi terbaru mengenai dunia pertanian. Pemerintahan kabupaten Garut selalu membuat target dan realisasi penanaman padi sawah dan padi gogo melalui program Bimas dan Inmas di seluruh kecamatan termasuk Sukawening. Melalui program Bimas dan Inmas ini sangat menunjang para petani dalam meningkatkan kualitas padi yang ditanam serta hasil panennya melimpah. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini. Tabel 4.6 Target dan Realisasi Tanaman Padi di Kabupaten Garut Masa Tanam Tahun 1983/1984, 1984, dan Masa Tanam Tahun 1984/1985 TARGET (Ha) REALISASI (Ha) KOMODITI 83/ /85 83/ /85 PADI SAWAH INSUS : BIMAS INMAS INMUM : BIMAS INMAS JUMLAH

27 PADI GOGO BIMAS INMAS JUMLAH Keterangan (-) : data tidak ada Sumber : diolah dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Garut. (1984). Laporan Tahun Garut : Dinas Pertanian Kab. Garut. Jika dianalisis dari tabel di atas, bahwa pemerintah kabupaten Garut berusaha merencanakan target masa tanam padi sawah dan padi gogo dari tahun ke tahun supaya hasil panen padi melimpah. Pemerintah kabupaten Garut cukup berhasil dalam merealisasikan penanaman padi sawah dan padi gogo secara merata pada tiap kecamatan, termasuk Sukawening. Penanaman padi sawah baik melalui program Bimas maupun Inmas terealisasi di lapangan dengan baik bahkan ada yang melebihi target. Sementara itu, meskipun para petani di Sukawening-Garut telah menggunakan bibit unggul masih saja terdapat hama pada tanaman padi. Hama padi ini jenisnya bermacam-macam seperti wereng, tikus, walang sangit dan ulat padi. Para petani bekerja sama dalam memberantas hama yang menyerang areal sawah mereka. Melalui program Revolusi Hijau ini, para petani di kabupaten Garut, termasuk di kecamatan Sukawening mulai mengenal insektisida yang berguna untuk memberantas hama. Hal ini cukup efektif untuk mengurangi hama yang menyerang padi. Untuk lebih jelasnya mengenai serangan hama atau penyakit pada tanaman padi dapat dilihat pada tabel berikut ini. 76

28 Tabel. 4.7 Serangan Hama Terhadap Padi di Kabupaten Garut Tahun 1984 JENIS HAMA LUAS SERANGAN (Ha) INTENSITAS (%) PENGGEREK BATANG ,23 GANJUR 186 9,13 WERENG 66 16,57 TIKUS ,48 ULAT GRAYAK 33 23,82 WALANG SANGIT 55 15,45 HAMA PUTIH ,02 JUMLAH ,37 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Garut. (1984). Laporan Tahun Garut : Dinas Pertanian Kab. Garut. Apabila kita analisis dari tabel di atas, hama padi yang paling banyak merugikan para petani ialah tikus. Dari data di atas hama tikus pada tahun 1984 telah merusak areal sawah petani di kabupaten Garut termasuk di kecamatan Sukawening sekitar hektar. Selain itu juga penyakit tanaman padi yang merusak sawah para petani diantaranya penggerek batang yang menyerang 472 hektar dan hama putih yang menyerang areal sawah sekitar 431 hektar di kabupaten Garut pada tahun Sedangkan jika dilihat dari intensitas penyerangan hama padi ialah ulat grayak sekitar 23,82 %, intensitas penyerangan tikus terhadap padi 19,48 % dan hama wereng sekitar 16,57 %. Namun para 77

29 petani bekerja keras untuk memberantas hama tersebut dengan menggunakan insektisida secara rutin pada tanaman padi. Khususnya di Sukawening, para petani selalu bergotong royong dalam memberantas hama terutama tikus. Para petani di Sukawening biasanya selalu memburu tikus yang ada di sawah dengan cara membongkar lubang tikus serta membakar sawah ketika sudah panen. Selain itu juga petani biasanya menaruh racun tikus di sawah supaya tikus yang merusak padi musnah. Melalui Revolusi Hijau ini, para petani di Sukawening mulai mengenal peralatan pertanian yang terbuat dari mesin. Misalnya mesin penggilingan padi, traktor, mesin pengolah hasil pertanian, dan mesin proteksi tanaman pangan. Biasanya petani membajak sawah menggunakan tenaga manusia dengan dicangkul atau membajak dengan menggunakan tenaga hewan seperti kerbau atau sapi. Lama-kelamaan mereka mulai menggunakan mesin traktor untuk membajak sawah. Mesin traktor ini sangat efektif untuk mempercepat proses pembajakan sawah. Tidak semua para petani di Sukawening mempunyai mesin traktor karena harganya cukup mahal. Biasanya pemilik sawah menyuruh buruh tani yang mempunyai mesin traktor dengan bayaran sesuai luas sawah yang digarap. Berikut ini tabel yang memperlihatkan inventaris alat-alat pertanian modern di kabupaten Garut pada tahun

30 Tabel. 4.8 Alat dan Mesin Pertanian di Kabupaten Garut Pada tahun 1984 JENIS MESIN JUMLAH KETERANGAN Penggilingan padi 537 Thresher, Huller, Polisher Pengolah tanah 11 Traktor Irigasi 36 Pompa air, Bendungan Pengolahan hasil pertanian 204 Penggilingan tahu, tempe dan kecap. Proteksi tanaman Powersprayer, Handsprayer, alat pembasmi tikus. Penggilingan tapioka 13 - Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Garut. (1984). Laporan Tahun Garut : Dinas Pertanian Kab. Garut. Para petani di Sukawening-Garut pada zaman dahulu selalu mengiling padi dengan menggunakan kincir yang terbuat dari bambu atau menggunakan lesung dan halu untuk menumbuk padi. Setelah pemerintah kabupaten Garut memberikan penyuluhan melalui para petugas pertanian di tiap kecamatan, maka penggunaan mesin penggilingan padi mulai dipakai. Biasanya para petani menggiling padi di huller supaya lebih cepat dan mudah serta membayar ongkos penggilingan dengan beras atau pun uang. Para petani kaya yang ada di Sukawening biasanya mendirikan tempat penggilingan padi dengan menggunakan mesin huller di tiap desa. Pemilik huller akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari hasil penjualan beras, dedak, dan hampas gabah. 79

31 Pelaksanaan program Revolusi Hijau di Sukawening-Garut pada kurun waktu , pada hakikatnya berjalan dengan lancar. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan produksi padi di kecamatan Sukawening, setelah para petani menggunakan teknologi pertanian, bibit unggul, pupuk kimiawi dan mesin penggilingan padi. Kebutuhan beras untuk kabupaten Garut, termasuk kecamatan Sukawening setiap tahunnya tercukupi bahkan lebih. Menurut data dari Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Garut (1984), bahwa pada tahun 1984 produksi padi yang dicapai adalah Ton GKG atau Ton beras. Jumlah konsumtif untuk penduduk adalah Ton GKG atau Ton beras. Dari produksi padi tersebut terdapat kelebihan daya konsumtif sebesar Ton GKG atau Ton beras. Hal ini menunjukkan keberhasilan program Revolusi Hijau di kabupaten Garut, khususnya kecamatan Sukawening. Sementara itu, dalam proses pelaksanaan program Revolusi Hijau di Sukawening-Garut terdapat beberapa hambatan yang dihadapi. Diantaranya, proses pengenalan teknologi pertanian kepada para petani cukup sulit. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan para petani di Sukawening masih sangat rendah sehingga banyak para petani yang tidak mengerti tentang penggunaan teknologi pertanian. Hambatan yang lain yaitu penggunaan bibit unggul padi yang tidak merata. Pada awalnya para petani di Sukawening mendapat bantuan bibit unggul dari para petugas Dinas Pertanian dengan harga yang relatif murah. Namun lama kelamaan persediaan terbatas dan harga bibit unggul padi semakin tinggi serta tidak dijual dipasaran. Oleh karena itu, sebagian besar para petani di Sukawening 80

32 membuat benih sendiri dengan cara memilih biji padi yang padat serta lebat untuk ditanam dijadikan bibit selanjutnya. Hambatan lain dalam pelaksanaan Revolusi Hijau di Sukawening-Garut yaitu kurang adanya respon dari para petani untuk mengikuti penyuluhan dari petugas Dinas Pertanian. Padahal para petugas Dinas Pertanian telah memfasilitasi pertemuan antara kelompok tani dengan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tiap kecamatan untuk berdiskusi tentang penggunaan teknologi modern dalam pertanian, informasi terbaru dunia pertanian dan membahas masalah yang dihadapi petani. Sebagian besar para petani tidak menghadiri penyuluhan pertanian dikarenakan sibuk dengan aktifitas lain seperti berdagang dan kerja sampingan. Masalah penyerangan hama padi juga merupakan penghambat dalam pelaksanaan Revolusi Hijau di Sukawening-Garut. Hama dan penyakit tanaman padi merusak areal sawah dan merugikan para petani. Selain itu juga terjadi kredit macet di tiap Koperasi Unit Desa yang tersebar di Sukawening. Para petani banyak yang menunggak dan berhutang pada koperasi namun tidak sanggup membayar kembali karena hasil panen mereka terbatas. Sementara itu, penjualan gabah di pasaran juga sangat rendah bahkan di bawah rata-rata sehingga para petani mengalami kerugian. Penjualan gabah ini dikuasai oleh tengkulak dan mematok harga sekehendak mereka. 81

33 BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT Pada bab lima ini, penulis menganalisis bagaimana dampak dari program Revolusi Hijau terhadap kehidupan masyarakat di Sukawening-Garut. Pada dasarnya Revolusi Hijau membawa dampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. 5.1 Dampak Sosial Pelaksanaan Revolusi Hijau di Sukawening-Garut membawa dampak sosial yang cukup berpengaruh bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. Dampak sosial ini bisa dianalisis dari konsep perubahan sosial, status (kedudukan) dan peran, serta stratifikasi sosial Perubahan Sosial Perubahan sosial (social change), pada hakikatnya pasti terjadi dalam setiap dinamika kehidupan manusia. Masyarakat selalu berkembang seiring dengan kemajuan zaman dan masuknya pengaruh asing yang menyebabkan masyarakat semakin maju. Robert H. Lauer (1993 : 8), berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan sesuatu yang normal dan berkelanjutan tetapi menurut arah yang berbeda diberbagai tingkat kehidupan sosial dengan berbagai tingkat kecepatan. Pelaksanaan Revolusi Hijau di Sukawening-Garut mengakibatkan perubahan sosial yang cukup pesat. Masyarakat di kecamatan 82

34 Sukawening sudah mulai terbuka dengan informasi-informasi serta pengetahuan terbaru dari perkotaan. Para petani mulai mengenal kemajuan zaman melalui penyuluhan Bimas dari para petugas Dinas Pertanian di setiap kecamatan. Para petani diberikan informasi oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) tentang pengolahan lahan pertanian dengan menggunakan teknologi pertanian, pengenalan pupuk kimiawi, bibit unggul dan pestisida. Pola pikir petani semakin berkembang dan memahami berbagai informasi terbaru tentang dunia pertanian. Sementara itu Margaret Mead (1962), mengatakan bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat disebabkan oleh masuknya pengaruh asing berupa teknologi yang telah mengubah kondisi kehidupan masyarakat sekaligus merubah pola hidup mereka. Hal ini terbukti bahwa dengan adanya penggunaan teknologi modern dalam pertanian telah mengubah pola pengolahan sawah yang dilakukan para petani di Sukawening. Mereka meninggalkan pola pengolahan pertanian secara tradisional. Contohnya pada zaman dulu para petani mengolah lahan pertaniannya dengan menggunakan tenaga manusia dan hewan yang membutuhkan waktu cukup lama. Akan tetapi setelah masuknya traktor ke Sukawening, para petani bisa lebih cepat dalam membajak sawah. Sebenarnya penggunaan traktor ini membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, khususnya petani di Sukawening. Hal ini terbukti dengan semakin berkurangnya pengolahan sawah yang dikerjakan oleh tangan manusia, sehingga para buruh tani banyak yang menganggur dan beralih profesi menjadi pedagang. Penggunaan traktor ini juga memerlukan biaya yang cukup mahal dalam proses pengolahan sawah. 83

35 Setelah dilaksanakannya program Revolusi Hijau di Sukawening, para petani mulai menggunakan pupuk kimiawi dan pestisida untuk menyuburkan tanah dan membasmi hama tanaman. Hal ini berarti terjadi sebuah perubahan pola pemupukan pada padi. Pada zaman sebelum Revolusi Hijau dilaksanakan, para petani di Sukawening menggunakan pupuk kandang dan pupuk kompos untuk menyuburkan tanah. Akan tetapi setelah adanya pupuk Urea, TSP dan Za, para petani mulai menggunakan pupuk tersebut untuk sawahnya. Penggunaan pupuk kimiawi ini lama kelamaan akan menimbulkan keasaman tanah serta mengurangi tingkat kesuburan tanah. Namun petani di Sukawening cukup cerdik dengan menyiasatinya dengan diselingi penggunaan pupuk kompos dan kotoran hewan untuk menyuburkan kembali tanah. Menurut pendapatnya Soerjono Soekanto (1994 : 388), bahwa perubahan sosial merupakan segala aspek perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga sosial yang bersifat mengikat kehiduapan warga termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok masyarakat. Dengan adanya pelaksanaan program Revolusi Hijau ini, lembaga-lembaga sosial seperti Dinas Pertanian dan Kantor Kecamatan bekerja sama untuk memberikan penyuluhan kepada para petani tentang penggunaan teknologi dalam pertanian, pola penanaman yang efektif, penggunaan bibit unggul, mesin penggilingan padi (huller), pupuk kimiawi dan pestisida. Lembaga sosial berfungsi sebagai media perantara tentang informasi terbaru mengenai pertanian yang harus disampaikan kepada para petani di setiap kecamatan dan desa. 84

36 5.1.2 Status (Kedudukan) dan Peran (Role) Status atau kedudukan bisa diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial (Soekanto, 1990 : 264). Hal ini berarti status atau kedudukan merupakan sebuah posisi atau tempat orang tersebut diakui dalam masyarakat. Status atau kedudukan masyarakat di Sukawening pada dasarnya berbeda-beda. Status atau kedudukan petani di Sukawening ada yang memiliki kedudukan sebagai petani kaya dan petani miskin. Kedudukan petani kaya tentunya lebih dihargai dan dihormati oleh masyarakat karena mereka memiliki areal sawah yang luas. Sedangkan status petani miskin dianggap rendah di mata masyarakat, karena mereka hanya bekerja sebagai buruh tani yang penghasilannya terbatas. Pada dasarnya status atau kedudukan petani kaya dan petani miskin di Sukawening ini tidak ada masalah, karena mereka saling menghargai dan menghormati sehingga tidak terjadi pertentangan. Soerjono Soekanto menguraikan bahwa didalam sebuah masyarakat terdapat dua macam kedudukan atau status. Pertama Ascribed-Status yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaanperbedaan rohaniah dan kemampuan. Biasanya status seperti ini bersifat turuntemurun dari keluarganya. Misalnya jika seseorang tersebut terlahir dari golongan bangsawan, maka secara otomatis dia juga akan menyandang gelar bangsawan. Contoh lain misalnya seseorang terlahir dari keluarga petani yang sangat sederhana, maka secara tidak langsung ia pun terlahir berstatus sebagai anak petani. Kedua yakni Achieved-Status yaitu kedudukan yang dicapai oleh 85

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT 1970-1990 Pada bab lima ini, penulis menganalisis bagaimana dampak dari program Revolusi Hijau terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya pelaksanaan Revolusi Hijau dilaksanakan menyeluruh di

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya pelaksanaan Revolusi Hijau dilaksanakan menyeluruh di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada hakikatnya pelaksanaan Revolusi Hijau dilaksanakan menyeluruh di wilayah Indonesia, terutama pulau Jawa. Bahkan sampai ke sebagian pelosok pedesaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang terus tumbuh berimplikasi pada meningkatnya jumlah kebutuhan bahan pangan. Semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan produksi petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

2015 PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN PANUMBANGAN-CIAMIS

2015 PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN PANUMBANGAN-CIAMIS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Revolusi hijau pertama kali muncul karena adanya kekhawatiran terjadinya kemiskinan massal di dunia yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Budi Daya Padi di Sumatera Barat Masalah dan Penanggulangannya. ~Ringkasan Proyek Peningkatan Teknologi Budi Daya Padi di Sumatera Barat 1~

Budi Daya Padi di Sumatera Barat Masalah dan Penanggulangannya. ~Ringkasan Proyek Peningkatan Teknologi Budi Daya Padi di Sumatera Barat 1~ Budi Daya Padi di Sumatera Barat Masalah dan Penanggulangannya ~Ringkasan Proyek Peningkatan Teknologi Budi Daya Padi di Sumatera Barat 1~ Keinginan, permasalahan, dan penanggulangannya terkait budi daya

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian. Sekitar 60% penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Modernisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Revolusi Hijau Penduduk dunia terus bertambah, terutama di negara-negara berkembang. Keadaan tersebut harus diiringi/didukung oleh peningkatan kebutuhan akan pangan. menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Pembangunan masyarakat di perdesaan turut mempercepat tingkat kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan berdasarkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 94 TAHUN 1980

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 94 TAHUN 1980 GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PADI, PALAWIJA DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten 45 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Negeri Sakti Desa Negeri Sakti merupakan salah satu desa di Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran yang memiliki luas wilayah 400 Ha. Desa tersebut

Lebih terperinci

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS)

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) Disusun Oleh Kelompok 1: Nurul Setyaningsih 115040200111086 Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nurhadi 115040201111172

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman serealia penting dan digunakan sebagai makanan pokok oleh bangsa Indonesia. Itulah sebabnya produksi padi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN 1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu, pertanian memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai pada kegiatan industri sekalipun. Didalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

1 SET A. INDIVIDU PETANI

1 SET A. INDIVIDU PETANI 1 SET A. INDIVIDU PETANI Pengelolaan Tanaman Padi Versi beta Indonesia Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani O lahan sawah kelompok tani sehamparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sebelum masuknya program BIMAS di desa, masyarakat desa. masih mampu bertahan dengan mata pencaharian sebagai petani.

BAB V KESIMPULAN. Sebelum masuknya program BIMAS di desa, masyarakat desa. masih mampu bertahan dengan mata pencaharian sebagai petani. BAB V KESIMPULAN Sebelum masuknya program BIMAS di desa, masyarakat desa masih mampu bertahan dengan mata pencaharian sebagai petani. Pertanian sebagai tumpuan hidup di desa, masih menyediakan kemakmuran

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

ABSTRAK MODERNISASI PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIAL EKONOMI PETANI DI DIY TAHUN Oleh: Lestari Eka Pratiwi

ABSTRAK MODERNISASI PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIAL EKONOMI PETANI DI DIY TAHUN Oleh: Lestari Eka Pratiwi ABSTRAK MODERNISASI PERTANIAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIAL EKONOMI PETANI DI DIY TAHUN 1968-1984 Oleh: Lestari Eka Pratiwi 11407141020 Modernisasi pertanian merupakan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Perberasan Indonesia Kebijakan mengenai perberasan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1969/1970. Kebijakan tersebut (tahun 1969/1970 s/d 1998) mencakup kebijakan

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten LAMPIRAN 141 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Gambar Peta Provinsi Banten 142 Lampiran 2. Kuesioner penelitian PERSEPSI PENYULUH PERTANIAN LAPANG TENTANG PERANNYA DALAM PENYULUHANPERTANIAN PADI DI PROVINSI

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional. 2.2. PENDEKATAN MASALAH Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 dirumuskan menjadi

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah

Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah Halaman 1 Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah Dalam kehidupan sehari-hari karbohidrat merupakan salah satu zat yang sangat penting bagi tubuh dan sangat mutlak diperlukan setiap hari. Karbohidrat merupakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN GOL. LUAS LAHAN (m 2 ) 1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN ST.2003 ST.2013 PERUBAHAN RTUP RTUP (juta) (%) (juta) (juta) < 1000 9.38 4.34-5.04-53.75 1000-1999 3.60 3.55-0.05-1.45 2000-4999 6.82 6.73-0.08-1.23

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial, stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Gambaran Umum Desa Pucuk Letak Daerah dan Keadaan Alam Desa Pucuk terletak di Kecamatan Dawarblandong

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah Kabupaten grobogan salah satu wilayah yang secara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo. BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik 1. Demografi Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh rangkaian program pertanian Indonesia pada masa Orde Baru diarahkan kepada swasembada beras. Cara utama untuk mencapai tujuan itu adalah dengan pemakaian varietas

Lebih terperinci