BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian ini, yaitu;

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. digunakan sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian ini, yaitu;"

Transkripsi

1 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang berhasil dikumpulkan, baik berupa skripsi maupun hasil penelitian lainnya, terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut merupakan beberapa contoh hasil penelitian yang digunakan sebagai perbandingan dalam melakukan penelitian ini, yaitu; Dzurahmah (2008) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Aspek Sosiologis Tokoh Gals Dalam Manga Gals! Karya Mihona Fuji membahas mengenai gambaran kehidupan kaum gals yakni sebutan untuk remaja perempuan Jepang yang suka berdandan habis-habisan mengikuti trend yang terbaru yang tidak segan-segan menjual diri demi mendapatkan uang untuk berdandan mengikuti mode. Mereka sangat mudah dikenali dengan dandanan yang menonjol jika dibandingkan dengan orang kebanyakan. Penelitian ini membahas mengenai latar belakang munculnya komunitas gals di Jepang dan mendeskripsikan kehidupan sosial komunitas gals yang menjadi tokoh utama dalam manga ini. Teori yang digunakan adalah teori sosiologi sastra dan teori semiotika. Melalui hasil analisis penelitian ini, dapat diketahui karakteristik tokoh-tokoh dalam manga Gals! karya Mihona Fuji yang dibagi menjadi sepuluh tokoh dan aspek sosial yang terjadi dipaparkan melalui analisis dialog tokoh-tokoh tersebut. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada objek

2 11 kajiannya yaitu remaja yang melakukan perilaku yang menyimpang, namun bedanya dalam penelitian yang akan dilakukan membahas mengenai fenomena remaja nakal atau yanki pada sebuah sekolah khusus laki-laki dan lebih membahas mengenai kehidupan, faktor penyebab, dan dampak yanki dalam masyarakat Jepang. Kusyanti (2012) dalam skripsi berjudul Perilaku Menyimpang Tokoh- Tokoh dalam Komik Raifu Karya Keiko Suenobu membahas mengenai perilaku menyimpang yang terjadi pada masyarakat Jepang yang terlihat pada manga Raifu karya Keiko Suenobu. Hasil yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah banyaknya perilaku menyimpang yang terjadi di masyarakat Jepang, yaitu ijime, bunuh diri, melukai diri sendiri, menggunakan obat-obatan terlarang, dan merokok. Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka untuk mengumpulkan data yang dilanjutkan dengan teknik catat, pada tahap penganalisisan data metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dan metode dialektik. Metode dialektik digunakan untuk mengkaji hubungan timbal balik antara karya sastra dan fenomena sosial yang sesungguhnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada permasalahan yang diangkat yakni tentang perilaku menyimpang yang berkaitan dengan kenakalan remaja, namun dalam penelitian yang dilakukan lebih menekankan pada kenakalan remaja yang dilakukan tokoh-tokoh dalam manga Crows karya Hiroshi Takahashi dan membahas mengenai kehidupan kaum yanki dalam manga tersebut.

3 12 Pramartha (2013) dalam skripsinya yang berjudul Kehidupan Yakuza Dalam Novel Asakusa Bakuto Ichidai karya Junichi Saga Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra membahas mengenai hal yang berkaitan dengan dunia yakuza dalam novel Asakusa Bakuto Ichidai karya Junichi Saga. Dalam skripsi ini dibahas mengenai kelompok Yakuzai yang masih mempertahankan nila-nilai tradisional Jepang dalam interaksinya dengan orang di dalam maupun di luar organisasi yakuza. Skripsi ini juga membahas bagaimana hubungan oyabun-kobun yang terdapat dalam interaksi yang dilakukan oleh para anggota kelompok yakuza tersebut. Selain hubungan oyabun-kobun, dibahas juga mengenai aspek sosial lainnya yang identik dengan dunia yakuza, yaitu tradisi irezumi dan yubitsume, serta hubungan senpai-kouhai dan perbandingan kehidupan yakuza di dalam novel dengan kehidupan yakuza yang asli pada masyarakat Jepang. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada objek kajiannya yaitu yakuza dan yanki,yang sama-sama merupakan kelompok atau organisasi yang beranggotakan orang-orang yang melakukan tindak perilaku menyimpang, kenakalan, hingga aksi kriminal. Perbedaannya penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian milik Pramartha adalah, penelitian yang akan dilakukan akan membahas mengenai generasi muda di Jepang yang melakukan kenalakan dan berbagai perilaku menyimpang yang disebut yanki. Para Yanki memiliki berbagai masalah di kehidupannya, seperti tidak suka bersekolah, terlibat geng motor dan perkelahian, dan lain sebagainya sehingga mereka sulit diterima masyarakat sehingga banyak dari mereka memiliki

4 13 keinginan untuk bergabung dengan yakuza. Sedangkan penelitian milik Pramartha menekankan pada kehidupan yakuza yang melakukan kejahatan yang terorganisir. 2.2 Konsep Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang perlu dijelaskan lebih lanjut, hal tersebut antara lain: Perilaku menyimpang Perilaku menyimpang adalah perilaku dari warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, atau norma sosial yang berlaku (Budirahayu dalam Narwoko dan Suyanto, 2004:98). Perilaku menyimpang bisa terjadi apabila ada seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu yang menurut anggapan kelompok masyarakat yang lebih besar atau masyarakat umum itu berbeda dari aturan-aturan yang disepakati dan berlaku di tempat tinggal atau daerah tempat masyarakat ini tinggal. Penyimpangan atau yang disebut dengan istilah deviasi diartikan juga sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendasi atau ciri-ciri karakteristik masyarakat secara umum. Selain itu, pada umumnya perilaku menyimpang tidak bisa diterima oleh masyarakat secara umum (Kartono, 2005 : 11-14). Penyimpangan primer (primary deviance) adalah penyimpangan seperti yang dialami seseorang pada saat dirinya tidak menyadari apabila hal yang dilakukannya adalah penyimpangan yang mungkin saja mengarahkannya untuk melakukan penyimpangan yang lebih besar. Penyimpangan sekunder (secondary deviance) adalah perilaku menyimpang yang mendapat penguatan melalui

5 14 keterlibatan orang atau kelompok yang juga menyimpang, dan apabila hal ini dibiarkan tanpa kontrol sosial dari masyarakat disekitarnya, bukan tidak mungkin hal ini akan menjurus ke tindakan kriminal yang lebih berat. Perilaku menyimpang tidak hanya bisa dilakukan oleh perorangan saja, namun tidak jarang hal ini dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu. Biasanya, faktor penyebab suatu kelompok melakukan perilaku menyimpang adalah karena di dalam kelompok tersebut terdiri dari orang-orang yang mendapatkan cap sebagai orang yang melakukan penyimpangan Kenakalan Remaja Kenakalan remaja atau Juvenile deliquency dapat diartikan sebagai suatu kelalaian tingkah laku, atau tindakan dari remaja yang bersifat asosial serta melanggar norma-norma yang ada di masyarakat. Bentuk-bentuk kenakalan tersebut antara lain tindakan-tindakan seperti membolos sekolah, merokok, melanggar aturan sekolah, dan sebagainya. Ciri pokok dari kenakalan remaja adalah yang pertama, adanya tingkah laku yang melanggar hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral. Kedua, kenakalan tersebut bertentangan dengan norma sosial yang berlaku di sekitarnya, lalu yang ketiga adalah dilakukan oleh mereka yang digolongkan ke dalam usia remaja, yakni dari usia 12 hingga 21 tahun, dan kenakalan remaja dapat dilakukan secara berkelompok. (Musbikin, 2013: 14).

6 15 Penyebab dari kenakalan remaja antara lain adalah kurangnya perhatian dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua di rumah dimana remaja itu tinggal, serta kurangnya teladan dari orang tua sebagai contoh untuk anak-anaknya dan kurangnya pendidikan mengenai agama (Musbikin, 2013: 21 22). Kartini Kartono dalam Musbikin, 2013 mengatakan bahwa ada empat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja, yang pertama adalah faktor internal atau faktor yang berasal dari diri remaja tersebut yang berkaitan dengan kejiwaannya. Yang kedua faktor yang berasal dari keluarga. Lingkungan keluarga merupakan kehidupan sosial yang terkecil yang harus memberikan contoh yang baik untuk anaknya, apabila lingkungan keluarga memberikan pengaruh negatif maka besar kemungkinan anak akan melakukan kenakalan. Ketiga, faktor lingkungan masyarakat secara langsung atau tidak langsung sangat mempengaruhi perilaku remaja di kehidupan sehari-hari, dan yang keempat adalah faktor lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, remaja akan terpengaruh dengan teman-teman sebayanya, selain itu peran guru dalam memberikan bimbingan sangat diperlukan untuk perkembangan moral anak didiknya Yanki Hampir di setiap negara, pasti ada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak setuju atau tidak sejalan dengan peraturan dan norma-norma yang berlaku di suatu wilayah di negara tersebut. Di Jepang ada sebutan khusus bagi kelompok anak muda yang tidak suka mengikuti peraturan dan norma yang berlaku di masyarakat sekitarnya dan cenderung melakukan tindakan pemberontakan untuk menunjukkan keberadaannya, mereka biasa disebut yanki.

7 16 Para yanki merupakan remaja laki-laki dan perempuan yang berada pada kisaran usia 13 sampai 18 tahun. Pada usia-usia ini para yanki biasanya melakukan hal-hal yang menyenangkan bagi mereka dan tentunya hal ini merupakan sesuatu yang berbau negatif. Merokok, minum-minuman keras, menghirup thinner, berkelahi, bergabung dengan geng motor bosozoku, dan hal lainnya merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh seorang yanki. Yanki memiliki panampilan yang mencolok seperti mewarnai rambut dan mengeritingnya, yanki yang masih duduk di bangku sekolah biasanya memakai gakuran yang dimodifikasi dengan mengubah bentuk dari bagian bawah gakuran tersebut menjadi lebih panjang atau lebih pendek. Mereka juga menambahkan berbagai motif di bagian dalam gakuran mereka seperti motif bunga, naga, dan motif lainnya. Peraturan di sekolah mengharuskan siswanya untuk mengenakan kemeja berwarna putih dibalik gakuran yang diapakai, namun para yanki biasanya akan menggunakan kemeja dengan warna dan motif lain, mereka juga menggunakan celana dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran yang ditetapkan sekolah dan biasanya dipadukan dengan ikat pinggang berwarna terang atau dengan motif sisik ular (Sato, 1991: ). Yanki juga sering dihubungkan dengan geng motor dan yakuza. Mereka biasanya memiliki kendaraan berupa sepeda motor atau mobil yang digunakan untuk bepergian yang dimodifikasi bentuknya sehingga terlihat sangat mencolok. Sepeda motor yang digunakan memiliki kapasitas mesin cc, motor tersebut diberi knalpot yang bisa mengeluarkan suara keras yang sangat bising, lalu diberi tambahan klakson tiga (sanren) hingga empat buah (yonren) yang

8 17 memiliki nada berbeda-beda apabila dibunyikan, modifikasi pada bagian stang kemudi dan lampu-lampu, kemudian menggunakan warna-warna atau motif-motif yang mencolok pada bagian body motornya, serta memiliki sandaran yang sangat tinggi pada bagian tempat duduk atau saddle motornya (Sato, 1991: 41 42). Karena kebanyakan yanki tidak suka mengikuti peraturan yang ada di sekolahnya, dan karena perilakunya yang mengganggu ketertiban, menyebabkan mereka sangat sulit diterima di masyarakat apalagi diterima di sekolah atau universitas, oleh karena itu banyak dari mereka yang selepas masa sekolahnya tidak melanjutkan ke universitas atau tempat bekerja yang memerlukan standar yang tinggi dalam perekrutannya sehingga banyak yanki yang memilih bekerja sebagai yakuza yang merupakan kelompok penjahat terorganisir di Jepang yang bergerak di bidang pengelolaan perjudian, pelacuran, dan berbagai tindak kriminal lainnya dengan ciri khas memiliki tatto di sekujur tubuhnya. 2.3 Kerangka Teori Kerangka teori berfungsi sebagai dasar pijakan dalam menjawab permasalahan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori sosiologi sastra, teori semiotika, dan teori patologi sosial Teori Sosiologi Sastra Sosiologi sastra menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Dasar filosofi pendekatan sosiologi adalah adanya hubungan antara karya sastra dengan masyarakat. Pendekatan sosiologi sastra juga memiliki implikasi metodologis berupa

9 18 pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Dalam penganalisisannya dilakukan dengan cara mencari masalah-masalah sosial yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi (Ratna, 2006: ) Dengan mempertimbangkan bahwa sosiologi sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan meliputi tiga macam. Pertama, dengan menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. Pada umumnya disebut sebagai aspek ekstrinsik dan model hubungan yang terjadi disebut refleksi. Kedua, dengan cara menemukan hubungan antar struktur, buka aspek-aspek tertentu, dengan model hubungan yang bersifat dialektika. Ketiga, menganalisis karya sastra dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu. Model analisis yang pada umumnya menghasilkan penelitian karya sastra sebagai gejala kedua (Ratna, 2006: ) Teori Karakteristik Kelompok Dalam menentukan karakteristik dalam sebuah kelompok ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain norma kelompok, ukuran kelompok, struktur kelompok, kohesi kelompok, dan kepemimpinan (Baron & Kerr, 2003: 6 17). 1. Norma Kelompok Norma kelompok adalah norma, perilaku, sikap, dan persepsi yang disetujui oleh anggota dari sebuah kelompok. (Baron & Kerr, 2003: 6 7).

10 19 2. Ukuran Kelompok Ukuran kelompok adalah besar atau kecilnya dimensi kelompok tersebut. Kelompok yang lebih besar memungkinkan adanya individu dengan beragam keterampilan. Oleh karena itu, pekerja dengan pekerjaan yang spesifik lebih memungkinkan untuk terjadi (Baron & Kerr, 2003: 7). 3. Struktur Kelompok Struktur kelompok akan berkembang lebih baik pada kelompok permanen seperti keluarga, kelompok kerja, klub, dan lain sebagainya. Yang pada umumnya akan terdapat perbedaan status dalam kelompok tersebut, seperti status antar anggota, norma-norma yang diterapkan, hubungan pemimpin dan pengikut, berbagai kelompok kecil dan subkelompok. Struktur mengarah pada bagaimana sebuah kelompok diorganisir dan bagaimana berbagai posisi dalam sebuah kelompok saling berhubungan (Baron & Kerr, 2003: 7). Struktur kelompok digolongkan menjadi empat bagian, yaitu: a. Peran Dalam sebuah kelompok, setiap individu memiliki perannya masingmasing. Ada dua macam peran, yaitu formal dan informal. Peran formal merupakan peran yang resmi dalam sebuah kelompok, seperti presiden atau penasehat perang. Sedangkan peran informal berkembang berdasarkan kebutuhan psikologis dari sebuah kelompok. Individu yang memiliki peran ganda dapat mengarah ke dalam sebuah konflik peran. Yaitu konflik saat kebutuhan peran satu bertentangan dengan yang lainnya. Selain itu, keterlibatan individu dalam

11 20 kegiatan kelompok, dapat menghasilkan suatu peran tertentu bagi si individu dalam kelompok tersebut (Baron & Kerr, 2003: 7 8). b. Status Peran sering menjadi sumber dari sebuah status. Status merupakan posisi seorang individu dalam kelompok yang berdasarkan prestasi, penghormatan, dan keistimewaan yang membedakannya dengan individu lainnya. Hal ini didasari oleh karakteristik individu seperti, daya tarik fisik, kepintaran, selera humor, dan keterampilan. (Baron & Kerr, 2003: 9). c. Subkelompok Dalam sebuah kelompok, subkelompok dapat berdasarkan hal-hal yang memiliki kesamaan seperti, kesamaan usia, tempat tinggal, peran sosial, dan ketertarikan pribadi. Subkelompok yang berdasarkan usia contohnya adalah, dalam sebuah kelompok remaja. Remaja yang lebih tua mengadakan pesta di sebuah bar, dimana mereka bisa minum minuman beralkohol dan bertemu banyak wanita. Sedangkan anggota yang lebih muda yang belum cukup umur mengadakan pertemuan di rumah saja (Baron & Kerr, 2003: 10). d. Jaringan Komunikasi Pola jaringan komunikasi dijelaskan melalui sebuah gambar. Pada gambar (1a) semua pesan hanya bisa disampaikan kepada individu yang berada di tengahtengah. Individu lainnya hanya dapat berkomunikasi dengan orang yang berada di tengah. Gambar (1b) menggambarkan individu yang hanya bisa bermomunikasi dengan dua individu yang sering berdekatan dengan mereka dalam kelompok. Pada gambar (1c) merupakan gabungan komunikasi dari (1a) dengan (1b). pada

12 21 gambar (1e), semakin rendah status individualnya, semakin sedikit intensitas komunikasi yang terjalin. Ini umum terjadi untuk menghindarkan si pemimpin dari tuntutan yang tak semestinya. Pada pola jaringan komunikasi yang terpusat seperti pada gambar (1a),(1c), dan (1e), individu yang berada pada posisi pusat merupakan pemimpinnya (Baron & Kerr, 2003: 10 11). Gambar (1) Jaringan komunikasi pada kelompok (Baron & Kerr, 2003: 11) 4. Kohesi Kelompok Kohesi atau kepaduan dalam kelompok dapat disebabkan oleh berbagai alasan, seperti hubungan antar anggota kelompok yang saling menyukai satu sama lain. Atau hubungan antar individu yang berlangsung baik dapat menumbuhkan solidaritas yang tinggi antara anggota kelompok (Baron & Kerr, 2003: 11 12).

13 22 5. Kepemimpinan Gaya memimpin merupakan sebuah hal yang penting dalam mengelola urusan yang ada dalam kelompok. Ada dua jenis pemimpin yaitu, pemimpin dengan orientasi tugas dan pemimpin dengan orientasi orang. Pemimpin yang berorientasi pada tugas, lebih mementingkan prestasi dan persaingan kelompok. Sedangkan pemimpin yang berorientasi pada orang lebih mementingkan perasaan, kebutuhan, dan permasalahan anggotanya (Baron & Kerr, 2003: 15). Seorang pemimpin yang baik harus bisa memposisikan dirinya kapan harus mengutamakan tujuan kelompok dan kapan harus mengayomi anggotanya. Teori ini akan digunakan untuk menganalisis berbagai karakteristik dalam kelompok yanki yang terdapat dalam manga Crows karya Hiroshi Takahashi Teori Semiotika Semiotik merupakan penelitian sastra yang memperhatikan tanda-tanda dimana tanda itu mewakili suatu objek secara representatif. Menurut Ferdinand De Saussure, teori semiotik menganut dikotomi bahasa, yaitu karya sastra memiliki hubungan antara penanda (signifiant) dan petanda (signifie). Penanda adalah aspek formal atau bentuk tanda itu, sedangkan petanda adalah aspek makna atau konsep dari penanda (Endraswara, 2008:64). Eksistensi semiotika Saussure adalah hubungan antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi atau biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi mempelajari elemen tanda dalam sebuah system berdasarkan aturan tertentu maka diperlukan aturan tertentu untuk memaknai tanda tersebut. Tanpa memperhatikan tanda-tanda, makna proses

14 23 pemaknaan suatu karya sastra tidaklah optimal. Dalam menganalisis sebuah manga digunakan teori semiotika karena di dalam manga itu terdapat tanda-tanda berupa garis, simbol, maupun kata yang dapat mengartikan sebuah makna tertentu. Contohnya, garis-garis tipis yang ditinggalkan oleh kuda yang sedang berlari menunjukkan kecepatan. Garis-garis pendek patah-patah mengindikasikan katak yang sedang melompat (Danesi, 2010: ) Teori Patologi Sosial Patologi Sosial adalah semua tingkah laku yang bertentangan dengan kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan hidup rukun bertetangga, disiplin kebaikan, dan hukum formal. (Kartono, 2005 : 1). Penyimpangan atau deviasi adalah tingkah laku yang menyimpang dari cirri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan. Sedangkan yang disebut perilaku menyimpang (diferensiasi) dalam teori patologi sosial adalah tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku umum. Misalnya kejahatan adalah semua bentuk tingkah laku yang berbeda dan menyimpang dari ciri-ciri karakteristik umum, serta bertentangan dengan hukum atau melawan peraturan yang legal (Kartono, 2005 : 11). Dalam kajian patalogi sosial, jenis-jenis perilaku menyimpang dibedakan menjadi dua aspek yaitu : 1. Aspek lahiriah, aspek ini dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu: a. Deviasi lahiriah yang verbal yaitu perilaku menyimpang dalam bentuk kata-kata makian, slang (logat, bahasa populer), kata-kata kotor yang tidak senonoh dan cabul, sumpah serapah, dialek-dialek dalam dunia politik dan

15 24 dunia kriminal, ungkapan-ungkapan penghinaan dengan menggunakan sandi. b. Deviasi lahiriah yang nonverbal yaitu semua tingkah laku atau tindakan menyimpang yang nyata dan jelas terlihat. 2. Aspek-aspek simbolik yang tersembunyi. Aspek-aspek yang mencakup dalam aspek simbolik adalah sikap-sikap hidup, emosi-emosi, sentimen-sentimen, dan motivasi-motivasi yang mengembangkan tingkah laku menyimpang. Perilaku menyimpang seperti kejahatan, pelacuran, maupun kecanduan narkotika seringkali sifatnya tersembunyi atau samar dan tidak mudah kentara (Kartono, 2005 :15-16). Menurut teori patologi sosial dari Kartono, faktor penyebab perilaku menyimpang dibagi menjadi dua yaitu faktor internal atau faktor personal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal dan personal Perilaku menyimpang disebabkan oleh kondisi internal seseorang. Faktor internal tersebut meliputi faktor sebagai berikut : a. Penyimpangan karena faktor cacat fisik. Seseorang yang menderita suatu kelainan secara fisik, memiliki wajah atau postur tubuh yang jelek atau mengerikan sering mendapat perlakuan tidak baik atau penghinaan dari orang lain. Hal itu mendorongnya untuk berbuat sesuatu yang menyimpang karena merasa dirinya ditolak oleh lingkungan. b. Penyimpangan karena seorang individu lahir dan tumbuh di lingkungan kelas sosial yang rendah atau memilukan dan lahir di lingkungan kelas

16 25 sosial yang tinggi. Seseorang yang lahir di keluarga miskin ataupun tinggi memiliki kecenderungan berbuat menyimpang. c. Penyimpangan yang dilakukan karena adanya trauma atau luka psikologis ataupun luka jiwa yang terjadi di masa lalu. Luka jiwa itu terjadi apabila seseorang mengalami peristiwa sangat menyedihkan dan melukai hatinya. Seeseorang yang memiliki trauma di masa lalu akan mudah berubah dari seseorang yang dahulunya normal menjadi abnormal atau berperilaku menyimpang (Kartono, 2005 : 33-41). 2. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor penyebab perilaku menyimpang yang berasal dari pengaruh pengaruh lingkungan seseorang atau pengaruh situasional dari luar diri seseorang. Seseorang berperilaku meyimpang karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang merusak. Orang dengan kepribadian yang tidak stabil akan mudah terpengaruh lingkungan yang buruk dan ikut menjadi bagian dari orang orang yang memiliki perilaku menyimpang (Kartono, 2005 : 33-41). Teori ini akan digunakan untuk menganalisis bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan tokoh-tokoh dalam manga Crows karya Hitoshi Takahashi, serta mengetahui faktor penyebab dari perilaku menyimpang yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tata aturan dan norma sosial yang berlaku,hal seperti ini disebut perilaku

BAB I PENDAHULUAN. tata aturan dan norma sosial yang berlaku,hal seperti ini disebut perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam setiap dinamika kehidupan pada setiap negara pasti akan selalu ada perilaku dari warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan dan

Lebih terperinci

FENOMENA YANKI DALAM MASYARAKAT JEPANG YANG TERCERMIN PADA MANGA CROWS KARYA HIROSHI TAKAHASHI. Gede Desar Yuartha Putra

FENOMENA YANKI DALAM MASYARAKAT JEPANG YANG TERCERMIN PADA MANGA CROWS KARYA HIROSHI TAKAHASHI. Gede Desar Yuartha Putra FENOMENA YANKI DALAM MASYARAKAT JEPANG YANG TERCERMIN PADA MANGA CROWS KARYA HIROSHI TAKAHASHI Gede Desar Yuartha Putra Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ijime atau penganiayaan merupakan fenomena sosial yang tidak dapat diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara maju juga

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN

PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN PERILAKU MENYIMPANG: DEFINISI PENYIMPANGAN DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ Sisi Menarik Fenomena Perilaku Menyimpang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERILAKU DELINKUEN DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSI PENYANDANG TUNALARAS DI SLB-E BHINA PUTERA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi dan industrialisasi memunculkan masyarakat modern yang serba kompleks dengan berbagai masalah sosial yang terdapat di dalamnya. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG BAB XII PERILAKU MENYIMPANG A. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar kenakalan siswa dalam hal ini remaja secara umum, bahwa diartikan sebagai perbuatan dan tingkah laku yang merupakan pelanggaran-pelanggaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Kompetensi Interpersonal Kompetensi interpersonal yaitu kemampuan melakukan komunikasi secara efektif (DeVito, 1989). Keefektifan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang terjadi pada masa remaja mulai dari perubahan fisik, peningkatan intelegensi maupun pola

Lebih terperinci

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara yuridis formal dan sosiologi istilah kriminal atau kejahatan mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. Bahkan keduanya saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan proposi remaja yang diindikasikan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk (Indrawanti, 2002). Menurut WHO (1995)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di masa depan. Untuk itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003). 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal mulanya, sekelompok punk selalu saling berselisih paham dengan golongan skin head. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan lajunya perkembangan zaman di segala bidang, perubahan ke arah kemajuan bangsa semakin berkembang. Salah satu kemajuan itu tampak dalam teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang

Lebih terperinci

PERILAKU MENYIMPANG.

PERILAKU MENYIMPANG. PERILAKU MENYIMPANG http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/ FENOMENA PERILAKU MENYIMPANG Bisakah dikategorikan sebagai fenomena yang menarik untuk dibicarakan, mengapa? Apa sisi menarik dari perilaku menyimpang?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah moral merupakan masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam masyarakat yang telah maju maupun masyarakat yang belum maju. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Periode ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. BAB II PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. 2.1 Pancasila Sebagai Pedoman Bangsa Pancasila adalah ideologi bangsa dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang

Bab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang Bab 5 Ringkasan Pada umumnya orang sering menyebutkan bahwa orang Jepang suka bekerja keras, suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang disebut juga dengan shuudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR 0 HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa perkembangan dimana manusia berada pada rentan umur 12 hingga 21 tahun. Masa transisi dari kanak-kanak

Lebih terperinci

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau sebaliknya setiap penjahat memiliki zamannya sendiri, sehingga baik modus operandi kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan

Lebih terperinci

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Remaja, Orang tua, dan Keluarga Remaja dan Orang tua pada masa remaja, sering terjadi ketegangan / tekanan dalam diri remaja karena ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masalah kenakalan remaja merupakan salah satu bagian dari masalahmasalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI. Pengaruh Interaksi Sosial pada Perilaku Enjokousai Tokoh Tomoko dalam Film

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI. Pengaruh Interaksi Sosial pada Perilaku Enjokousai Tokoh Tomoko dalam Film BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani prosesproses perkembangan jiwanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siswanto (2007) menjelaskan bahwa agresi merupakan salah satu koping tindakan langsung. Koping dalam tindakan langsung merupakan usaha tingkah laku yang dijalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah mampu hidup seorang diri. Sejak lahir hingga dewasa manusia memerlukan bantuan dan kerja sama dengan manusia lain, baik

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran R, S, dan N dampak perceraian orang tua terhadap remaja Gaya hidup dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah tidak karuan dibandingkan

Lebih terperinci

FAJAR DWI ATMOKO F

FAJAR DWI ATMOKO F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DELINKUENSI PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini, 2000).

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju yang ada di dunia. Jepang juga di kenal sebagai negara yang menjunjung tinggi kebudayaan. Sebagai negara maju, Jepang tidak

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 5. PERILAKU MENYIMPANGLATIHAN SOAL BAB 5

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 5. PERILAKU MENYIMPANGLATIHAN SOAL BAB 5 SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 5. PERILAKU MENYIMPANGLATIHAN SOAL BAB 5 1. Menurut James Vander Zanden, perilaku menyimpang merupakan perilaku yang.... menyalahi aturan yang berlaku menyimpang

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir abad 19 orang Jepang disebut yankii dari timur disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir abad 19 orang Jepang disebut yankii dari timur disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 19 orang Jepang disebut yankii dari timur disebabkan kemajuan mereka dalam bidang industri dan modernisasi. Dalam kamus, kata yankii berarti orang Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan bahkan sudah menjadi masalah nasional dan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Standar Kompetensi: Memahami masalah penyimpangan sosial. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam mengembangkan kemampuan anak secara optimal. Kemampuan yang harus dikembangkan bukan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci