PERAIRAN SEBAGAI LAHAN BANTU DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN DI LAHAN RAWA LEBAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAIRAN SEBAGAI LAHAN BANTU DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN DI LAHAN RAWA LEBAK"

Transkripsi

1 J. Hidrosfir Indonesia Vol. 5 No.3 Hal.1-11 Jakarta, Desember 2010 ISSN PERAIRAN SEBAGAI LAHAN BANTU DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN DI LAHAN RAWA LEBAK Sudaryanto Djamhari Peneliti Madya pada Pusat Teknologi Produksi Pertanain, Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, Gedung BPPT II, lantai 17 Naskah diterima : 5 Mei Revisi terakhir 28 Juli 2010 Abstract Bog lebak farm, specially shallow lebak have potency to be developed to to become agriculture farm like rice field farm which is have irrigating. Farm lebak bog characteristic at the rains suffused by water and at dry season happened dryness, pond irrigate in shallow lebak bog do not go along way so that in have paddy crop conducting to have risk lacking of water, good at a period of/ to growth or at a period of/to admission filling of fruit as a result fruit become small even do not contain, so that unattainable optimum productivity. Taken by step is to provide seed ready to plant before water pond dwindle. Seed conducted in territorial water with ploating system, by using materials, for example: bamboo, gegas leaf, and green algae from territorial water. Pursuant to result of Laboratory Majors Land, Faculty Of Agriculture, IPB, that nutricie element content can be used at phase growth of seed. Conducted of seed with system float in territorial water hence problem of is ready of seed at lebak bog farm which still suffused by water can overcome and crop will be able to be conducted at the time of water not less than 20 cm. Keyword. : river, seeds, floating, seedling, cultivation 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan rawa lebak terletak di kanan dan kiri sungai besar dan muaranya, bertopografi datar, pada musim hujan berubah menjadi rawa yang berfungsi sebagai tempat berkembangnya ikan-ikan rawa seperti belida, gabus, toman, sepat, burung, dan sebagainya, dan pada musim kemarau, air di lahan rawa lebak mengalami surut dan kering sehingga berubah menjadi daratan yang kemudian oleh petani dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan (padi dan jagung), tanaman palawija, atau semangka1). Menurut Direktorat Rawa2), lamanya genangan pada lahan rawa lebak berdasarkan topografi, dibagi dalam tiga tipe rawa lebak, yaitu: (1) lebak dangkal atau pematang, terletak dibagian tanggul sungai yang mempunyai kedalaman air kurang dari 50 cm dengan masa genangan kurang dari 3 bulan, (2) lebak tengahan terjadi diantara lebak dangkal dengan lebak dalam, dengan kedalaman air antara cm dengan masa genangan antara 3 6 bulan, Koresponden Penulis sudaryanto_djamhari@yahoo.com 29 Kerusakan Daerah Aliran Sungai dan Penurunan... J. Hidrosfir. Vol. 5 (2) 1-11

2 (3) dan lebak dalam mempunyai kedalaman air lebih dari 100 cm dengan masa genangan lebih dari 6 bulan. Karena lahan lebak yang berada di posisi kanan dan kiri sungai besar maka tanah yang terbentuk dari bahan endapan sungai yang tidak mengandung sulfidik dan termasuk jenis tanah aluvial. Daerah-daerah yang relatif tinggi akan mengalami surut atau kering lebih dulu, sebaliknya untuk daerah-daerah yang lebih rendah atau cekung akan mengalami surut atau kering belakangan. Pada saat curah hujan mulai rendah atau kemarau, seluruh lahan rawa lebak yang tadinya tergenang akan mengalami kekeringan. Pemanfaatan rawa lebak secara maksimum untuk usaha pertanian perlu dilakukan identifikasi dan karakterisasi genangan rawa lebak (delineasi jenis-jenis lebak, berdasarkan fluktuasi dan lamannya periode genangan atau kekeringan)3). Peningkatan produksi tanaman padi dan palawija di lahan rawa lebak bukan hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga menunjang swasembada pangan. Perbaikan teknologi melalui pola kondisi air rawa lebak dapat menunjang keberhasilan tersebut, sebab kondisi air pada lahan rawa lebak sepenuhnya alami. Dari permasalahan lahan rawa lebak adalah genangan dan kekeringan yang datangnya belum dapat diprediksi dengan tepat maka perlu antisipasi terlebih dahulu dalam mengusahakan lahan rawa lebak agar tanaman yang diusahakan tidak terjadi kebanjiran maupun kekeringan4). Budidaya padi memerlukan air yang cukup, yaitu mulai dari tanam hingga pengisian polong. Genangan air di lahan rawa tidak akan bertahan lama yang kemudian disusul dengan kekeringan dan parahnya lagi apabila selama tanam padi tidak terjadi hujan berakibat pada waktu pengisian polong dapat tergganggu, sehingga produktivitas tidak akan mencapai optimum. Untuk menanggulangi kondisi tersebut, maka antisipasi yang perlu dilakukan adalah melakukan pembibitan tanaman padi lebih awal, yaitu pada saat air masih menggenangi lahan dan dapat dilakukan di perairan yang airnya mengalir dengan teknik mengapung (floating), kemudian air mencapai ± 20 cm bibit padi siap untuk ditanam Tujuan Penelitian Pemanfaatan perairan sebagai media pembibitan adalah salah satu alternatif untuk mempersiapkan bibit tanaman padi yang siap tanam dan tepat waktu untuk melakukan budidaya di lahan rawa lebak. 2. METODELOGI PENELITIAN Lokasi penelitian terletak di Dusun Kayu Ara Batu, Desa Putak, Kecamatan Gelombang, kabupaten Muara Enim. Lahannya termasuk jenis rawa lebak (non pasang surut) yang merupakan daerah rawa lebak bertipe dangkal atau pematang. Tipe seperti ini setiap tahunnya selalu di genangi air sekitar 3 bulan, karena lokasinya dipinggir sungai Belido yang bermuara ke Sungai Musi, maka daerah ini dipengaruhi juga dengan adanya pasang surut dari air Sungai Belido. Pasang surutnya air Sungai Belido sangat dipengaruhi dengan pasang surutnya Sungai Musi. Sifat di daerah ini adalah dimusim hujan mengalami genangan yang lebih (banjir), sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Pada saat banjir dan kekeringan, lahan tidak dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian khususnya tanaman pangan. Petani sawah lebak di Desa Putak menanam padi hanya dapat melakukan satu kali tanam dalam 1 tahun. Lokasi penelitian lahan rawa lebak telah dibentuk menjadi sawa sistem surjan, yaitu bentuk sawah yang dikelilingi dengan tanggul yang berfungsi sebagai menahan air bila terjadi luapan dari air sungai. Waktu penilitian dilakukan mulai bulan Februari sampai dengan Juni 2005, yaitu sejak saat persiapan benih hingga siap untuk ditanam di lahan persawahan, bibit padi yang digunakan adalah varitas IR42, berasal dari PT. Sang Hyang Seri. 30

3 Teknik pembibitan dilakukan dengan cara mengapungkan lahan atau tempat pembibitan di atas aliran Sungai Belido. Tempat pembibitan dibuat dari bambu sebagai alat pengapung, daun gegas sebagai dasar untuk meletakkan media tanam, yaitu ganggang jenis chara, yaitu ganggang yang hidup di air tawar, batangnya beruas-ruas dan tiap ruas bercabang kecil, dapat diperoleh dari sungai sekitarnya, kemudian benih padi diletakkan di atas ganggang. Agar alat apung tidak terbawa oleh arus sungai, maka diikat dengan tali yang ditambatkan pada pinggiran sungai Analisis kualitatif dilakukan dengan cara tabulasi ganggang hasil dari analisis Laboratorium, pengamatan di lapangan, wawancara dengan petani pada saat melakukan bimbingan, dan diskusi dengan penyuluh pertanian lapangan (PPL). Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan pengambilan sampel ganggang air tawar di Sungai Belido sebagai media tanam untuk pembibitan, yang kemudian dianalisis kandungan bahan organiknya di laboratorium Ilmu Tanah Instintut Pertanian Bogor (IPB). 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Potensi Daerah Penelitian Lahan rawa lebak di Indonesia berkisar 13,256 ha, dirinci sebagai berikut: Tabel 1. Luas lahan rawa Lebak di Indonesia\ No Wilayah Luas Lahan Rawa (000 ha) Pasang Surut Lebak Total 1. P. Sumatera P. Kalimantan P. Sulawesi P. Papua Jumlah Sumber : PuslittanaK (1998). Dari luas lahan tersebut diinformasikan oleh Direktorat Jendral Departemen Pengairan Kimpraswil bahwa kurang lebih seluas 1,5 hektar telah dilakukan reklamasi lahan, baik oleh masyarakat setempat maupun oleh Pemerintah. Potensi lahan rawa lebak di Provinsi Sumatera sebesar ha. Sedangkan yang sudah dibuka sebesar ha. Rencana akan dibuka sebesar, pada lahan lebak dangkal ha, lebak tengahan ha, total sebanyak ha. dan lahan cadangan diposisikan di lebak dalam sebesar ha. (Aminudin Daulay, 2003). Kabupaten Muara Enim yang terletak di Propinsi Sumatera Selatan mempunyai lahan rawa lebak yang cukup besar, yaitu sebesar hektar, yang terdiri dari hektar di lahan lebak pematang/dangkal, 3.805,2 hektar, di lahan lebak tengahan, dan 2.536,8 hektar, di lahan lebak dalam dan berpotensi untuk dikembangkan adalah pada lebak dangkal dan lebak tengahan yaitu sebesar ,20 hektar Badan Pusat Statistik6) Karakteristik Lahan Rawa Lebak Lahan lebak di posisi kanan dan kiri sungai besar. Oleh karena itu, tanah yang terbentuk terdiri dari bahan endapan sungai yang tidak mengandung sulfidik dan kebanyakan termasuk jenis tanah aluvial dan genangan lahan rawa lebak tidak dipengaruhi oleh pasang surut tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh air hujan, baik yang turun setempat maupun dari daerah hulu. Lokasi penelitian berada di pinggir aliran sungai Belido yang mengalir ke sungai Musi, sehingga tinggi rendahnya genangan air sangat dipengaruhi oleh kondisi air sungai Belido dan sungai Musi. Pada umumnya sifat morfologi tanah rawa lebak merupakan kondisi alumik atau berdrainase terhambat sampai sangat terhambat, baik pada yang belum berkembang atau sedikit berkembang. Sedangkan sifat-sifat kimiawi tanah, pada umumnya memperlihatkan kandungan unsur C organik yang sangat tinggi. KTK tanah juga sangat bervariasi, umumnya 31

4 berkisar anttara 10 sampai dengan 40 me/100 gram tanah. Kation-kation basa juga bervariasi, namun pada umumnya sangat rendah sampai rendah. Demikian juga ph tanah, umumnya bersifat masam sampai sangat masam (ph tanah 3,0 5,5). Lahan rawa lebak di tempat penelitian terletak dipinggir sungai Belido, fluktuasi genangan disanping terjadi pada musim penghujan terjadi pula luapan air dari sungai di dekatnya. Dengan pengaruh dari luapan air sungai maka tipe luapan terbagi atas 4 tipe, 1) tipe A, terluapi pada saat pasang besar dan kecil) 2) tipe B, hanya terluapi pasang besar, 3) tipe C, tidak terluapi air pasang dengan kedalam air tanah < 50 cm, dan 4) tipe D, tidak terluapi air pasang dengan kedalam air tanah > 50 cm, Badan Libang Pertanian Deptan (2000). Bila dilihat dari karakteristik lahan rawa lebak tersebut di atas maka musim tanam padi tidak akan bersamaan di wilayah Sumatera Selatan, karena pertanian pada lahan rawa lebak berhubungan erat dengan keadaan musim yang dapat mempengaruhi fluktuasi air. Dengan demikian untuk mencapai produksi yang tinggi akan sangat sulit didapat, karena disamping ada beberapa faktor yang membatasi dalam perolehan produksi, antara lain: Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain: 1) Keadaan hidrotopografi daerah lebak berbeda-beda, tidak memungkinkan penanaman padi sawah lebak secara serempak. 2) Perubahan cuaca yang sulit diramal, dapat merusak tanaman dalam pertumbuhan, maupun sewaktu akan dipanen yang dapat menimbulkan kerusakan secara total. 3) Perlunya untuk menentukan waktu tanam yang tepat. 4) Penggunaan bibit lokal yang berproduksi rendah dan penggunaan bibit berumur tua Kandungan Hara Ganggang Menurut Sonson Garsoni7), ada 13 unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk layak berproduksi. Semua unsur hara tersebut dapat dibagi menjadi: tiga hara unsur makro primer, yakni Nitrogen (N), Kalium (K), dan Pospor (P); tiga hara makro sekunder, yakni Magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan Sulfur atau belerang (S); sisanya adalah tujuh hara unsur mikro yang meliputi Fero atau besi (Fe), Cuprum atau tembaga (Cu), Mangan (Mn), Clor (Cl), Zincum atau seng (Zn), Borium (Bo), dan Molibdenum (Mo). Hasil analisis ganggang sungai dari laboratorium mendapatkan gambaran unsur hara yang terkandung di dalamnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Pada Ganggang Sungai No. Unsur Besaran Keterangan 1 C-organik 29,60 sedang 2 N (%) 0,54 tinggi 3 P (%) 0,34 s. rendah 4 K (%) 0,63 tinggi 5 Co (%) 1,32-6 Mg (%) 0,6 Rendah 7 Fe (ppm) Cu (ppm) 11,5-9 Zn (ppm) 45,9-10 Mn (%) 86,8 - Keterangan : Hasil uji lab. Jurusan Tanah Fak. Pertanian IPB. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kandungan hara unsur makro primer (N, P, dan K) lengkap, mempunyai kandungan unsur N dan K katagori tinggi, kedua unsur ini dalam pertumbuhan tanaman sangat penting karena unsur N diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, seperti daun atau klorofil, batang dan akar dapat berlangsung dengan sempurna, sedangkan unsur K berfungsi untuk mengaktifkan sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis, 32

5 transpirasi, pembentukan pati dan protein, dengan terpenuhinya kedua unsur tersebut maka proses potosintesis akan dapat sempurna dan pertumbuhan tanaman secara vegetatif akan dapat berjalan dengan baik. Sedangkan kandungan unsur P pada katagori sangat rendah, fungsi unsur P dalam tanaman adalah berperan penting dalam metabolisme energi dalam proses fotosintesis dan pembentukan bunga dan biji. Dengan demikian bahwa tinggi unsur makro primer N dan K akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan bibit padi karena kedua unsur ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif, sedangkan pada unsur P yang sangat rendah untuk membantu fotosintesa lebih dahulu ketimbang dalam pembentukan bungan dan biji (pertumbuhan generatif). Unsur Mg lebih banyak dipakai untuk memperkuat pertumbuhan baik untuk daun maupun untuk buah, jika kekurangan unsur Mg menyebabkan daun atau buah akan mudah rontok sedangkan fungsi dari unsur hara Co, Fe, Cu, Zn, dan Mn fungsinya tidak jauh bedanya dengan unsur hara lainnya yaitu lebih banyak dipakai untuk memperkuat pertumbuhan vegetatif Teknik Pembibitan Benih yang digunakan adalah benih unggul varietas PB 42, masih dalam benih pokok (stock seed) yang dipasaran berlabel ungu, ini artinya bahwa benih berasal dari turunan benih dasar yang masih dipertahankan identitas genetiknya dan kemurniannya sebaik mungkin dan hasil panen merupakan benih sebar (extention seed) yang dipasaran berlabel biru. Benih label biru ini digunakan oleh petani sebagai benih produksi atau untuk dikonsumsi. Menurut PT Sang Hyang Seri, varietas PB 42 mempunyai spesifikasi cukup baik untuk ditanam di lahan rawa atau daerah pasang surut dan mempunyai potensi produksi 4,5 5,5 ton gabah kering giling (GKG). Pemanfaatan aliran sungai sebagai lahan pembibitan mempunyai beberapa keuntungan, antara lain bahwa (a). bahan-bahan untuk pembibitan berada disekitar lokasi, (b) lokasi masih dekat dengan tempat penanaman sehingga sebagai pengganti lahan daratan sangat cocok, dan (c) waktu dapat disuaikan dengan waktu tanaman di lahan sehingga bibit akan tersedia tepat waktu saat tanaman akan dilakukan. Pelaksanaan pembibitan dimulai pada waktu air di lahan rawa lebak masih tinggi yang pada kondisi seperti ini tidak dapat dilakukan pembibitan di lahan (kering). Oleh karen itu, untuk mendapatkan bibit yang siap tanam maka benih harus disemaikan dengan cara mengapungkan (floating) di atas perairan, agar utuk memudahkan pengangkutan benih dan menjaga benih tidak rusak pelaksanaan pembibitan dilakukan di sekitar lahan penanaman budidaya, teknik mengapung seperti ini di daerah penelitian dikenal dengan nama teknik lanting. Keuntungan pembibitan dilakukan di lahan perairan adalah bahan- bahan yang digunakan dapat diperoleh dari sekitar sungai atau lahan sawah, yaitu antara lain: ganggang sungai, daun gegas, dan bambu. Luas lanting berukuran 3 m x 1 m, benih yang ditebar sebanyak 7½ kg, lama pembibitan di atas sungai mencapai 3 4 minggu, dengan akar sudah memanjang sampai di bawah anyaman bambu, umur 3 4 minggu, tinggi benih telah mencapai ketinggian sekitar 20 cm - 25 cm, dengan kondis seperti ini bibit siap tanam di lahan sawah persawahan, berikut dibawah ini adalah gambar lapisan-lapisan bahan pembibitan. Benih padi Lapisan ganggang sungai Lapisan daun gegas Lapisan anyaman bambu Permukaan air sungai Gambar : Skema pembibitan padi di atas air Sungai Belido. Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa apabila ketinggian air di lahan yang belum surut (belum mencapai ketinggian ± 20 cm) kemungkinan hal ini dapat disebabkan masih adanya hujan di sekitar atau di daerah lain yang 33

6 dapat mempengaruhi ketinggian air. Pada yang belum dibuat surjan, bibit belum dapat ditanam dan masih dalam perairan, namun pada sawah surjan dapat dilakukan pembibitan ke dua, yaitu dengan memindahkan bibit dari perairan ke lahan tabukan yang lebih tinggi dari permukaan genangan. Pemindahan kelahan tabukan ada keuntungannya, disamping menunggu surutnya air, juga dapat memperbanyak anakan. Lamanya pembibitan ke dua ± 2 minggu, Cara peyemaian ke dua dilakukan sebagai berikut:, bibit dilepas dari lanting kemudian daungh dipotong hingga tinggi bibit menjadi antara 20 sampai dengan 30 cm dan bibit ditanam antara 2 sampai dengan 3 bibit dengan kedalaman 5 cm, jarak tanam antara 15 X 15 cm. Melalui pembuatan bibit baik dari pembibitan di perairan maupun yang telah dilakukan di lahan tabukan dalam kondisi siap tanam, dengan demikan apabila air telah telah surut hingga mencapai ketinggian ± 20 cm maka tanam siap dilaksannakan seperti pada sawah yang berpangairan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dari hasil dan pembahasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Luas lahan rawa sebesar hektar khususnya pada rawa lebak pematang dan tengahan, khususnya lebak pematang dapat dikebangkan menjadi pertanian tanaman pangan yang produktif seperti pada lahan sawah dengan sistem berpengairan primer, sekunder, dan tersier. 2. Hidrologi lahan rawa lebak cocok untuk tanaman padi, oleh sebab itu padi merupakan salah satu komponen utama dalam sistem usahatani masyarakat lahan rawa lebak. Oleh karenanya perlu adanya penentuan musim tanam yang tepat untuk lebak pematang dengan penggunaan bibit terpilih yang bervaritas unggul, berlabel dan untuk lahan rawa lebak yang perairannya agak masam diperlukan bibit yang tahan kondisi masam, sehingga nantinya akan terjamin produksinya. 3. Kandungan unsur hara dalam ganggang cukup sesuai untuk pertumbuhan vegetatif bibit padi. 4. Perairan adalah salah satu alternatif sebagai lahan untuk pembibitan tanaman padi agar kebutuhan air dari tanam hingga pengisian polong dapat terpenuhi, dengan demikian maka akan dipatkan produktivitas yang optimum pada budidaya tanaman padi di lahan rawa lebak. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2003, Muara Enim Dalam Angka Badan Perencana Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik, Kabupaten Muara Enim. 2. Barsoni. S, Mencari Penyubur Terbaik dalam Majalah FOKUS Edisi 142, Daulay, Aminuddin. 2003, Penumbuhan Kantong Penyangga Padi Di Lahan Rawa Lebak Tahun 2003 Pertemuan Nasional Penumbuhan Kantong Penyangga Padi Di Lahan Rawa Lebak 2003, tanggal Februari 2003, Deptan. 4. Direktorat Rawa Kebijaksanaan Departemen Pekerjaan Umum dalam Rangka Pengembangan Daerah rawa. Diskusi Pola Pengembangan Pertanian tanaman pangan di lahan apasang surut/ lebak di Palembang, 30 Juli 2 Agustus 1984 (tidak dipublikasi). 5. Waluyo. 1995, Teknologi Pola Tanam dan Kendala Pengembangan Pada Lahan Rawa Lebak Makalah disajikan pada materi latihan PPL di BPP Cilikah, Agustus 1995, BPPTP Kayu Agung, OKI. 6. Widarjanto dan Ariani. E, Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Rawa Untuk Pembangunan Transmigrasi. Makalah Disajikan Pada Seminar Pengelolaan Sumberdaya Lahan Basah Pada Program Transmigrasi Dalam Rangka Menunjang Ketahanan Pangan. Oleh Direktorat Bina Cipta Keserasian Lingkungan (BCKL), 34

7 Dirjen PSKT. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 7. Taher, A., N. dkk, 1991, Hasil penelitian komponen tehnis usahatani di teluk kiambang, Riau 1989/1990. Proseding seminar Penelitian Lahan Pasang Surut dan Rawa Swamps II, Palembang, Oktober

PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR DI RAWA LEBAK SEBAGAI USAHA PENINGKATAN INDEKS TANAM DI KABUPATEN MUARA ENIM

PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR DI RAWA LEBAK SEBAGAI USAHA PENINGKATAN INDEKS TANAM DI KABUPATEN MUARA ENIM J. Hidrosfir Indonesia Vol. 4 No.1 Hal.23-28 Jakarta, April 2009 ISSN 1907-1043 PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR DI RAWA LEBAK SEBAGAI USAHA PENINGKATAN INDEKS TANAM DI KABUPATEN MUARA ENIM Sudaryanto

Lebih terperinci

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si PERMASALAHAN AIR TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR Dalam pengelolaan tata air makro pada lahan rawa lebak menggunakan SISTEM POLDER. Pada sistem polder diperlukan bangunan air,

Lebih terperinci

FLUKTUASI GENANGAN AIR LAHAN RAWA LEBAK DAN MANFAATNYA BAGI BIDANG PERTANIAN DI OGAN KOMERING ILIR

FLUKTUASI GENANGAN AIR LAHAN RAWA LEBAK DAN MANFAATNYA BAGI BIDANG PERTANIAN DI OGAN KOMERING ILIR J. Hidrosfir Indonesia Vol.3 No.2 Hal. 57-66 Jakarta, Agustus 2008 ISSN 1907-1043 FLUKTUASI GENANGAN AIR LAHAN RAWA LEBAK DAN MANFAATNYA BAGI BIDANG PERTANIAN DI OGAN KOMERING ILIR Waluyo 1), Suparwoto

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI LAHAN LEBAK SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENGEMBANGAN LAHAN PERTANIAN KE LUAR PULAU JAWA

PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI LAHAN LEBAK SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENGEMBANGAN LAHAN PERTANIAN KE LUAR PULAU JAWA PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI LAHAN LEBAK SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENGEMBANGAN LAHAN PERTANIAN KE LUAR PULAU JAWA Sudaryanto Djamhari Pusat Teknologi Produksi Pertanian TAB Badan Pengkajian dan Penerapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan-lahan sub optimal pada masa yang datang merupakan pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk. 1992 dan Suryana. 2004). Hal ini terkait dengan masih berlangsungnya

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN MEKANISASI PERTANIAN DI LAHAN RAWA LEBAK DESA PUTAK - MUARA ENIM

KAJIAN PENERAPAN MEKANISASI PERTANIAN DI LAHAN RAWA LEBAK DESA PUTAK - MUARA ENIM KAJIAN PENERAPAN MEKANISASI PERTANIAN DI LAHAN RAWA LEBAK DESA PUTAK - MUARA ENIM Sudaryanto Djamhari Peneliti pada Pusat Teknologi Produksi Pertanian, BPPT Gedung II BPP Teknologi, lt. 17. Jalan M.H.

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah

TINJAUAN PUSTAKA. secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah TINJAUAN PUSTAKA Tanah sawah Tanah sawah adalah habitat yang sangat unik untuk penambatan nitrogen secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah digolongkan menjadi dua kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang akan ditanam, termasuk pada tanaman yakon yang. merupakan jenis tanaman perdu yang hidup secara liar.

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang akan ditanam, termasuk pada tanaman yakon yang. merupakan jenis tanaman perdu yang hidup secara liar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media tanam merupakan komponen utama yang diperlukan dalam budidaya suatu tanaman. Ada berbagai macam media tanam, akan tetapi tidak semua jenis media tanam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air 4 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air Budidaya jenuh air merupakan sistem penanaman dengan membuat kondisi tanah di bawah perakaran tanaman selalu jenuh air dan pengairan untuk membuat kondisi tanah jenuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LAHAN BASAH DI INDONESIA YANG BERKELANJUTAN

PENGELOLAAN LAHAN BASAH DI INDONESIA YANG BERKELANJUTAN 1 PENGELOLAAN LAHAN BASAH DI INDONESIA YANG BERKELANJUTAN Syekhfani Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2 Pertanian Berkelanjutan Definisi: The ability to keep in existence; maintain or prolong; to

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Karakteristik Lahan Sawah Bukaan Baru Pada dasarnya lahan sawah membutuhkan pengolahan yang khusus dan sangat berbeda dengan lahan usaha tani pada lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Sementara itu areal pertanian produktif di daerah padat penduduk terutama di Jawa terus menyusut akibat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH M. A. Firmansyah 1, Suparman 1, W.A. Nugroho 1, Harmini 1 dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN (Studi kasus Desa Panggang Marak, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah) Rosita Galib Balai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Di Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2010. Penanaman kedelai dilakukan pada bulan Mei 2010. Pada bulan tersebut salinitas belum mempengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS AGRO

JURNAL SAINS AGRO JURNAL SAINS AGRO http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index e-issn 2580-0744 KOMPONEN HASIL DAN HASIL KACANG TANAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN DOLOMIT DI TANAH MASAM JENIS ULTISOL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DENGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) 1 Zulkarnain Husny, 2 Yuliantina Azka, 3 Eva Mariyanti

Lebih terperinci

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU Izhar Khairullah, Sutami, R. Humairie, dan M. Imberan Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Budidaya padi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012). 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang penting karena mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi. Manfaat yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kemasaman (ph) tanah yang cocok untuk kacang tanah adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Kemasaman (ph) tanah yang cocok untuk kacang tanah adalah TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanah Kemasaman (ph) tanah yang cocok untuk kacang tanah adalah 6.5-7.0. Tanah yang baik sistem drainasenya akan menciptakan aerase yang lebih baik, sehingga akar tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Deptan (2006) sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang tanah dalam taksonomi adalah: Kingdom Divisi Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lima persen penduduk Indonesia mengkonsumsi bahan makanan ini (Swastika

I. PENDAHULUAN. lima persen penduduk Indonesia mengkonsumsi bahan makanan ini (Swastika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia adalah padi. Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Sembilan puluh lima persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), Kebutuhan kacang tanah di Indonesia mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman kacangkacangan yang menduduki urutan kedua setelah kedelai (Marzuki, 2007), berpotensi untuk dikembangkan karena

Lebih terperinci

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK ISSN 1410-1939 PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK [THE ROLE OF TABLET UREA AND VARIETY IN INCREASING RICE PRODUCTION IN SWAMPY AREA] Waluyo 1, Juliardi

Lebih terperinci

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN Desti Diana Putri/1214121050 I.PENDAHULUAN Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup dan pertumbuhan. Tumbuhan membutuhkan unsur hara makro dan mikro dalam jumlah tertentu sesuai dengan

Lebih terperinci

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tanam Pola tanam dapat didefinisikan sebagai pengaturan jenis tanaman atau urutan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang lahan dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Tanaman Gandum Tanaman gandum (Triticum aestivum L) merupakan jenis dari tanaman serealia yang mempunyai tektur biji yang keras dan bijinya terdiri dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti di Asia, Afrika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 19 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Potensi lahan kering di Bali masih cukup luas. Usahatani lahan kering sering kali mendapat berbagai kendala terutama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN

PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 PERSEPSI PETANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN Abdul Sabur Peneliti pada Balai

Lebih terperinci

PENGARUH ZEOLIT DALAM PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

PENGARUH ZEOLIT DALAM PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI PENGARUH ZEOLIT DALAM PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI Akhmad Jufri, Mochamad Rosjidi Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT Pusat Teknologi Industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011)

PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN 2011) No. 57/11/63/Th.XV, 1 November PRODUKSI PADI dan PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III TAHUN ) Produksi padi tahun (ARAM III) diperkirakan sebesar 2.001.274 ton Gabah Kering Giling (GKG), naik sebesar 159.185 ton

Lebih terperinci

Materi 03 Tanaman dan Lingkungan Tumbuhnya. Benyamin Lakitan

Materi 03 Tanaman dan Lingkungan Tumbuhnya. Benyamin Lakitan Materi 03 Tanaman dan Lingkungan Tumbuhnya Benyamin Lakitan Re: Karakteristik baru Agronomi SUSTAINABILITY Aplikasi ilmu (dan teknologi) untuk memajukan sistem produksi tanaman dengan tetap menjaga kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk Asal : PT. East West Seed Philipina Silsilah : rekombinan 5607 (F) x 5607 (M) Golongan varietas : menyerbuk silang Tipe pertumbuhan : tegak Umur panen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan suatu komoditas hortikultura yang

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan suatu komoditas hortikultura yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan suatu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi serta memiliki prospek yang cerah untuk dapat dikembangkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Rosales, Famili: Leguminosea,

Lebih terperinci

Pupuk Organik Cair AGRITECH

Pupuk Organik Cair AGRITECH Pupuk Organik Cair AGRITECH LATAR BELAKANG TERJADINYA KERUSAKAN PADA ALAM / Lahan Pertanian--- TUA (TANAH, UDARA, & AIR) 1. Tanah : Tandus, Gersang, Tercemar. 2. Udara : Panas Global efek dari rumah kaca.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang dalam bahasa (Jawa) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae. Umbi dari tanaman bawang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II 2015) jambi No. 63/11/15 /Th. IX, 2 November PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ARAM II ) A. PADI Produksi padi tahun (Angka Ramalan II) diperkirakan sebesar 561.542 ton GKG, atau turun sebesar 103.178 ton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Lahan pasang surut dikenal sebagai lahan yang bermasalah

Lahan pasang surut dikenal sebagai lahan yang bermasalah TEKNIK PENCEGAHAN OKSIDASI PIRIT DENGAN TATA AIR MIKRO PADA USAHA TANI JAGUNG DI LAHAN PASANG SURUT Rustan Hadi 1 Lahan pasang surut dikenal sebagai lahan yang bermasalah (marginal) dan rapuh (fragile).

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 125-130 Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak Morphological Characterization

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut Penyusun IPG Widjaja-Adhi NP. Sri Ratmini I Wayan Swastika Penyunting Sunihardi Setting & Ilustrasi Dadang Suhendar Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 Nasih Widya Yuwono, Benito Heru Purwanto & Eko Hanudin Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Survei lapangan

Lebih terperinci

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Rumput Jumlah Daun Hasil penghitungan jumlah daun menunjukan terjadinya penurunan rataan jumlah daun pada 9 MST dan 10 MST untuk rumput raja perlakuan D0, sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani 1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR UNTUK FORMULASI TAKARAN PUPUK BERIMBANG (N, P, K) UNTUK TANAMAN PADI SAWAH. Oleh : NOVI ANDARYANI F

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR UNTUK FORMULASI TAKARAN PUPUK BERIMBANG (N, P, K) UNTUK TANAMAN PADI SAWAH. Oleh : NOVI ANDARYANI F PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR UNTUK FORMULASI TAKARAN PUPUK BERIMBANG (N, P, K) UNTUK TANAMAN PADI SAWAH Oleh : NOVI ANDARYANI F 14101116 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor pertanian pula berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang termasuk dalam keluarga kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari negeri China,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan

Lebih terperinci