HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN KESIAPAN PENSIUN PADA PERWIRA MENENGAH TNI AL. Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN KESIAPAN PENSIUN PADA PERWIRA MENENGAH TNI AL. Oleh :"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN KESIAPAN PENSIUN PADA PERWIRA MENENGAH TNI AL Oleh : Mangesti Yunianti mangestiyunianti@yahoo.com Amir Hasan Ramli amirhasanramli@gmail.com Ilhamuddin ilham@ub.ac.id Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Subjek penelitian yaitu 103 perwira menegah yang bekerja di Markas Besar TNI AL Jakarta yang diperoleh dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan skala self-esteem dari Coopersmith dan skala kesiapan pensiun dari Sutarto & Ismulcokro. Analisis data menggunakan teknik statistik korelasi product momentpearson. Hasil penelitian dengan analisis statistik menunjukkan bahwa self-esteem dan kesiapan pensiun memiliki korelasi yang sangat kuat, artinya terdapat hubungan positif antar kedua variabel, sehingga semakin tinggi self-esteem maka semakin tinggi kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Kata Kunci : Self-Esteem, Kesiapan Pensiun, Perwira Menengah TNI AL. ABSTRACT This study investigated the relationship between self-esteem and retirement readiness on the officer of Indonesian Navy. The subjects of this research were 103 middle-ranked officers who works in Indonesian Navy Headquarters Jakarta by using purposive sampling technique. This study used the Coopersmith Self- Esteem Scale and the Retirement Readiness Scale by Sutarto and Ismulcokro. The method of data analysis in this study used the statistic technique correlation of product moment-pearson. The result of statistic technique showed that self-esteem and retirement readiness having a strong relationship, by that means there is a positive correlation among both variable, the higher self-esteem then the higher retirement readiness on the officer of Indonesian Navy. Keywords : Self-Esteem, Retirement Readiness, The Officer of Indonesian Navy

2 2 LATAR BELAKANG Setiap karyawan swasta maupun pegawai pemerintah pasti akan memasuki masa pensiun diakhir masa kerjanya. Pada batas tertentu itulah seseorang melepas jabatan dan tidak bekerja lagi. Berdasarkan artikel pada Prasetya Online (2010) menyebutkan bahwa pensiun merupakan fase kehidupan baru dalam kehidupan seseorang. Pada fase ini, masa pensiun datang diiringi dengan beberapa permasalahan seperti meningkatnya beban ekonomi keluarga, menurunnya kesehatan, hingga kualitas hidup produktif yang menurun. Banyaknya permasalahan yang mungkin dihadapi oleh seseorang yang baru memasuki masa pensiun dalam hidupnya maka individu ini harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi fase tersebut. Namun pada kenyataannya, ditemukan banyak karyawan yang tidak siap dalam menghadapi masa pensiun. Hal ini diperkuat oleh salah satu artikel yang ditulis oleh Djumena (2011) yang menjelaskan bahwa sebanyak 9 dari 10 orang di Indonesia belum siap menghadapi pensiun. Terdapat beberapa fakta yang menyatakan bahwa masa pensiun dapat menimbulkan stres dan kecemasan kepada orang yang akan menjalankannya. Menurut penelitian Social Readjustment Rating Scale (SRRS) yang dikemukakan oleh Thomas Holmes dan Richard Rahe (1967) bahwa pensiun menduduki urutan ke- 10 dari 43 jenis stressful event yang ditemukan. Menurut Agustina (2012) mengatakan bahwa masa pensiun bisa mempengaruhi konsep diri, karena pensiun menyebabkan seseorang kehilangan peran (role) dan identitas dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi harga diri mereka. Pensiun akan menyebabkan seseorang kehilangan perannya dalam masyarakat yang selanjutnya mempengaruhi statusnya dan pada akhirnya bisa mempengaruhi konsep diri menjadi negatif. Menurut Hurlock (2008), pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang berhenti dari suatu pekerjaan yang ditekuninya, yang berarti berhentinya seseorang dalam mencari nafkah bagi keluarganya. Kondisi pensiun juga mempengaruhi beberapa aspek kehidupan seperti perubahan peran, perubahan keinginan dan perubahan keseluruhan dalam individu. Batas usia pensiun di Indonesia bagi pegawai negeri sipil ditetapkan 58 tahun (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 2014), sedangkan untuk tentara usia pensiun seorang prajurit melaksanakan dinas keprajuritannya sampai usia paling tinggi 58 tahun bagi Perwira dan 53 tahun bagi Bintara dan Tamtama. (UU RI No. 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia pada Pasal 53). Pada usia tersebut masuk dalam kategori usia dewasa madya. Masa dewasa madya seseorang akan mengalami penurunan dari segi fisik maupun psikologis didalam dirinya sehingga pada usia pertengahan ini seseorang memiliki tugas perkembangan yang baru yaitu belajar untuk menyesuaikan dirinya kembali terhadap perubahan-perubahan yang terjadi misalnya perubahan fisiologis, fisik, perubahan seksual, perubahan minat dan tugas yang berhubungan dengan kehidupan keluarga (Hurlock, 2008).

3 3 Oleh karena itu seseorang yang akan memasuki masa pensiun membutuhkan kesiapan-kesiapan didalam dirinya. Menjadi seorang prajurit tentara adalah impian banyak orang. Setiap tahunnya tercatat ratusan orang berusaha untuk lolos dalam seleksi pendidikan yang dibuka oleh TNI baik melalui Akademi maupun melalui Perwira Karier, namun hanya beberapa orang saja yang dapat lolos dalam seleksi dan rekruitmen tersebut. Berdasarkan hasil wawancara singkat dengan Wakil Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) yaitu Letkol Laut Imam Muslim, S.Pd yang menyatakan bahwa menjadi seorang Perwira Tentara Nasional Angkatan Laut merupakan sesuatu hal yang membanggakan bagi dirinya karena tidak semua orang yang ingin menjadi perwira tentara dapat lolos saat tes masuk dan dengan pangkat serta jabatannya saat ini beliau merasa dihormati dan dihargai oleh lingkungan sekitarnya dan bawahannya. Dari hasil wawancara itu juga dapat disimpulkan bahwa selain mendapatkan banyak fasilitas dan tunjangan, menjadi seorang perwira tentara juga diimbangi dengan stres kerja yang cukup tinggi karena banyaknya pekerjaan serta tanggung jawab yang dipegangnya. Letkol Laut ini juga mengatakan saat ini belum dapat membayangkan kegiatannya setelah ia pensiun nanti karena beliau sudah terbiasa bekerja dan merasa nyaman dengan keadaannya saat ini. Seseorang yang akan memasuki masa pensiun khususnya perwira tentara harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi misalnya perubahan secara finansial, fisik, dan sebagainya. Seseorang yang akan menghadapi masa pensiun seharusnya memiliki self-esteem yang tinggi didalam dirinya dan mempersiapkan masa pensiun yang baik. Self-esteem tumbuh dan berkembang semenjak masa kanak-kanak dari sejumlah perhatian, penghargaan yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya (Yahya & Yahya, 2009). Menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2003) seorang individu yang memiliki selfesteem yang tinggi akan lebih optimis dalam menghadapi hidup sehingga diharapkan individu tersebut dapat lebih tenang dalam mempersiapkan masa pensiunnya. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan, maka penulis akan membahas bagaimana hubungan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun pada Perwira Menengah TNI AL sehingga penulis menetapkan judul Hubungan antara Self-Esteem dengan Kesiapan Pensiun pada Perwira Menengah TNI AL. LANDASAN TEORI 1. Self-Esteem Menurut Coopersmith, self-esteem adalah penilaian pribadi yang dilakukan individu mengenai perasaan berharga atau berarti dalam sikapsikap individu terhadap dirinya (Muslimah & Wahdah, 2013). Maslow (Feist & Feist, 2008) mengatakan bahwa kebutuhan akan harga diri atau self-esteem merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap

4 4 individu, sehingga siapapun akan termotivasi oleh kebutuhan untuk dihargai atau aktualisasi diri. Menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2003) ada beberapa karakteristik yang dapat menunjukkan individu dengan self-esteem yang rendah dan self-esteem yang tinggi, diantaranya adalah: Tabel 1. Karakteristik Self-Esteem Self-esteem tinggi Self-esteem rendah Lebih disukai oleh sekitarnya Kurang disukai oleh sekitarnya dan lebih atraktif Mudah bergaul dengan sekitar Sukar untuk bergaul dengan sekitarnya Merasa puas dan bangga dengan Merasa tidak puas dan bangga dirinya sendiri Memiliki hubungan baik dengan orang sekitarnya Dapat membuat kesan yang lebih baik kepada orang-orang sekitarnya Dapat menerima kegagalan dan bangkit dari kekecewaan akibat gagal Lebih percaya diri untuk berbicara didepan umum Menganggap pujian dan kritikan sebagai masukan Lebih sering mengalami perasaan senang dan bahagia Memandang hidup secara positif dengan perasaan bahagia Optimis dalam menghadapi hidup dengan dirinya sendiri Sulit untuk berinteraksi, berhubungan baik dengan orang sekitarnya Kurang dapat membuat kesan yang baik kepada orang-orang disekitarnya Sulit menerima kegagalan dan kekecewaan berlebihan saat gagal Kurang percaya diri saat berbicara didepan umum Sulit menerima pujian dan terganggu oleh kritikan Lebih sering mengalami emosi yang negatif (stress, sedih, marah) Memandang hidup sebagai hal yang negatif Lebih sering pesimis dan tidak bersemangat dalam menjalani hidup Dimensi self-esteem menurut Coopersmith (Muslimah & Wahdah, 2013) ada empat aspek dalam self-esteem yaitu: a. Power : kemampuan individu untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain dan mengontrol dirinya sendiri. Aspek ini dapat berupa pengaruh dan wibawa pada seorang individu. b. Virtue : ketaatan seseorang dengan nilai moral, etika, dan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. c. Significance : keberartian individu dalam lingkungan. Hal ini berhubungan dengan penerimaan dan perhatian dari lingkungannya. Semakin banyak ekspresi kasih sayang yang diterimanya, individu

5 akan merasa semakin berarti, tetapi bila individu tidak atau jarang mendapatkan stimulus positif dari orang lain, maka individu tersebut akan merasa ditolak dan kemudian mengucilkan diri dari pergaulan. d. Competence : kemampuan individu untuk mencapai apa yang dicitacitakan atau diharapkan 2. Kesiapan Pensiun Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008), kesiapan pensiun adalah keadaan siap untuk mereaksi dan menghadapi datangnya masa berhenti bekerja dari suatu pekerjaan yang ditekuninya yang dipengaruhi dari dalam diri individu dan pengaruh dari luar individu. Menurut Wardana (2013),semakin baik kesiapan diri seseorang saat akan memasuki masa pensiun maka kemungkinan besar akan semakin sukses dan nyaman saat menikmati hari-hari tuanya. Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) terdapat empat aspek kesiapan dalam menghadapi masa pensiun yaitu: a. Kesiapan materi finansial : Ketersediaan sejumlah bekal pendukung berupa tabungan, asuransi, simpanan asset dan kegiatan usaha selain penghasilan bulanan pensiun. b. Kesiapan fisik : Kesehatan fisik yang senantiasa terpelihara dengan menjalankan pola hidup yang benar. Kesehatan yang dimiliki pada masa lansia adalah berkat pemeliharaan kesehatan yang sudah dilakukan secara terus menerus semenjak masih muda. c. Kesiapan mental dan emosi : Kekuatan dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. d. Kesiapan seluruh keluarga : Mempersiapkan dan menyiapkan seluruh anggota keluarga untuk menyesuaikan gaya hidup baru yang jauh berbeda. 3. Perwira Menengah TNI AL Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) perwira menengah adalah kelompok pangkat dalam ketentaraan, satu tingkat di bawah kelompok perwira tinggi dan satu tingkat di atas kelompok perwira pertama. Perwira menengah terdiri dari Mayor, Letnan Kolonel dan Kolonel. Perwira Menengah merupakan kelompok jabatan yang ada di Tentara Nasional Indonesia. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah nama sebuah angkatan perang di Indonesia. Tentara Nasional Indonesia (TNI) terdiri dari tiga bersenjata yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Menurut Website Resmi TNI, definisi dari Angkatan Laut adalah bagian dari Tentara Nasional Indonesia yang bertanggung jawab atas operasi laut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perwira Menengah Tentara Nasional Angkatan Laut adalah kelompok pangkat yang berada diantara kelompok perwira pertama dan perwira tinggi yang meliputi Mayor, Letnan Kolonel dan Kolonel yang bertanggung jawab atas operasi laut. 5

6 6 METODE Partisipan dan Desain Penelitian Partisipan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 103 Perwira Menengah TNI AL yang bekerja di Markas Besar TNI AL Jakarta. Uji coba penelitian menggunakan 42 Perwira Menengah TNI AL yang tidak dijadikan subjek dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria tertentu yaitu laki-laki dengan usia 56 hingga 58 tahun dan bekerja di Markas Besar TNI AL Jakarta. Desain dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment Pearson. Alat Ukur dan Prosedur Penelitian Alat ukur untuk variabel self-esteem menggunakan skala dari Coopersmith (Muslimah & Wahdah, 2013) yang memiliki 4 dimensi yaitu power, virtue, significance dan competence. Skala self-esteem terdiri dari 14 aitem pernyataan dengan skor skala likert yang menyediakan lima alternatif respon jawaban. Pada uji coba penelitian uji reliabilitas skala menggunakan analisis aitem dengan koefisien Cronbach Alpha dan menghasilkan nilai sebesar 0,875 dengan standar aitem gugur sebesar 0,3 dan menghasilkan 14 aitem lolos yang bergerak dari 0,362 sampai dengan 0,744. Variabel kesiapan pensiun menggunakan skala dari Sutarto dan Ismulcokro (2008) yang memiliki 4 aspek yaitu kesiapan materi finansial, kesiapan fisik, kesiapan mental dan emosi, dan kesiapan seluruh keluarga. Skala kesiapan pensiun terdiri dari 13 aitem pernyataan. Pada uji coba penelitian uji reliabilitas skala menggunakan analisis aitem dengan koefisien Cronbach Alpha dan menghasilkan nilai sebesar 0,820 dengan standar aitem gugur sebesar 0,3 dan menghasilkan 13 aitem lolos yang bergerak dari 0,326 sampai dengan 0,651. Prosedur dalam peneltian ini yaitu peneliti melakukan studi kepustakaan untuk menentukan kedua variabel, kemudian menentukan populasi, sampel dan desain penelitian yang akan digunakan dalam melakukan penelitian, setelah itu peneliti meminta ijin untuk melakukan penelitian di Markas Besar TNI AL Jakarta. Peneliti lalu melakukan uji coba alat ukur yang digunakan ke 42 Perwira Menengah. Setelah melakukan uji coba peneliti melakukan penelitian sebenarnya terhadap 103 Perwira Menengah TNI AL, setelah subjek mengisi seluruh kuisioner langkah selanjutnya adalah pengecekan kembali kelengkapan kuisioner yang diisi oleh subjek, kemudian peneliti memberikan skor terhadap jawaban yang subjek berikan. Langkah terakhir yaitu melakukan analisa dari hasil skor yang diberikan oleh seluruh subjek dengan menggunakan perhitungan secara statistik untuk menguji hipotesis dengan bantuan software yaitu SPSS 16. For Windows dan memberikan interpretasi terhadap hasil analisa tersebut. HASIL Berdasarkan hasil uji korelasi dapat diperoleh besarnya korelasi antara variabel self-esteem dengan variabel kesiapan pensiun yaitu 0,8333 dengan nilai signifikan

7 7 0,000. Hal ini menunjukkan suatu hubungan positif antara self-esteem dengan kesiapan pensiun yang berarti semakin tinggi self-esteem seorang perwira menengah TNI AL maka semakin tinggi pula kesiapan pensiun yang ada di dalam dirinya. Selain itu nilai signifikansinya yang diperoleh sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun serta adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Sehingga hipotesa yang diajukan oleh peneliti yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Self-Esteem dengan Kesiapan Pensiun pada Perwira Menengah TNI AL dapat diterima. DISKUSI Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh di lapangan, hasil data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows terhadap kedua variabel yaitu variabel self-esteem dan variabel kesiapan pensiun menunjukkan hasil bahwa dari 103 subjek yang diteliti terlihat sebagian besar subjek memiliki self-esteem yang tergolong tinggi sebanyak 83 subjek dengan prosentase sebesar 80,5% serta memiliki kesiapan pensiun yang tergolong sedang-tinggi pula sebanyak 54 subjek dengan prosentase sebanyak 52,4%. Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel self-esteem memiliki hubungan positif dan korelasi sangat kuat secara signifikan dengan kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Semakin tinggi selfesteem maka semakin tinggi pula kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Hal tersebut terjadi dikarenakan hasil penelitian menunjukkan adanya koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,8333. Berdasarkan kriteria dari Suliyanto (2011) interval koefisien korelasi 0,80 s.d 1,00 berarti korelasi sangat kuat. Nilai signifikansi dari hasil analisis korelasi sebesar 0,000 yang nilai tersebut merupakan dibawah 0,05 atau dapat dikatakan signifikan. Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti dapat diterima, karena hasil dari penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun pada perwira menengah TNI AL. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self-esteem dengan kesiapan pensiun. Menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2003). Self- Esteem dibedakan menjadi dua karakteristik yaitu self-esteem rendah dan selfesteem tinggi. Menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2013) Semakin tinggi self-esteem seseorang maka individu tersebut semakin optimis terhadap hidupnya dan ia memiliki persepsi positif terhadap dirinya sendiri. Sehingga dengan memiliki perasaan optimis tersebut maka individu akan lebih tenang dan tidak merasa cemas dalam mempersiapkan masa pensiun. Hal ini juga dikuatkan dari penelitian Saili (2008) yang mengatakan dengan perencanaan yang baik dan optimisme

8 8 tinggi maka masa purna tugas diharapkan bukanlah hal yang perlu dicemaskan bagi calon pensiunan. Selain itu penelitian dari Pradono dan Purnamasari (2010) menyatakan individu yang berpikiran positif tentunya akan memandang masa pensiun sebagai suatu hal yang positif karena individu yang berpikiran positif lebih dapat menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian yang menekan dan individu tersebut memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah secara tepat dan efektif. Salah satu dimensi dalam self-esteem menurut Coopersmith (Muslimah & Wahdah, 2013) adalah dimensi significance yaitu keberartian individu dalam lingkungan. Hal ini berhubungan dengan penerimaan dan perhatian dari lingkungannya. Semakin banyak ekspresi kasih sayang yang diterimanya, individu akan merasa semakin berarti. Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) seseorang yang memiliki kesiapan mental dan emosi yang baik akan mampu beradaptasi dengan perubahan dan lingkungan sekitarnya maka ia akan mendapatkan penerimaan dan perhatian dari lingkungannya dengan baik. Sehingga orang tersebut merasa dirinya berarti dalam lingkungannya. Individu yang memiliki kesiapan pensiun yang baik akan memiliki kesiapan mental dan emosi yang baik dimana individu tersebut akan memiliki banyak pertemanan dengan orang sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik self-esteem yang tinggi menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2003) karena orang yang memiliki self-esteem yang tinggi lebih disukai oleh lingkungan sekitarnya dan lebih atraktif, memiliki hubungan baik dengan orang sekitarnya. Tahapan pensiun menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) yaitu pengurangan, program pensiun dan kehidupan masa pensiun. Dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa seorang prajurit TNI AL yang akan memasuki masa pensiun mulai dibiasakan dengan pengurangan pekerjaan sehingga mereka tidak merasa kaget saat benar-benar pensiun. Selanjutnya para calon pensiunan ini akan diarahkan pada program pensiun, program pensiun yang diadakan oleh TNI AL berupa kegiatan yang disesuaikan dengan minat para prajurit yang akan memasuki masa pensiun. Pilihannya antara lain misalnya bertema otomotif, menjahit, memasak, pendidikan berwirausaha, dan sebagainya. Program tersebut dapat dipilih secara bebas sesuai dengan keinginan calon perwira yang akan pensiun. Ada 4 aspek dalam variabel kesiapan pensiun menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) yaitu kesiapan materi finansial, kesiapan fisik, kesiapan mental dan emosi dan kesiapan seluruh keluarga. Berdasarkan hasil dari penelitian ditemukan data dari lapangan bahwa para Perwira Menengah TNI AL memang rutin menyiapkan fisiknya yaitu dengan berolahraga rutin pada hari Selasa pagi. Olahraga yang dijalankan misalnya berlari atau jalan cepat, bersepeda, dan bermain tenis antar sesama Perwira Menengah TNI AL. Selanjutnya untuk kesiapan materi finansial, para perwira menengah yang dijadikan sebagai subjek penelitian mempersiapkan tabungan dan investasi yang

9 9 dapat digunakan saat masa pensiun. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan subjek melalui kuisioner yang dibagikan oleh peneliti. Selain itu TNI AL akan memberikan uang diluar uang pensiun kepada para prajurit yang akan memasuki masa pensiun sebagai bentuk pengabdian selama bertahun-tahun. Aspek lainnya adalah kesiapan mental dan emosi yaitu berupa subjek mampu tetap aktif melibatkan diri dalam berbagai kegiatan dalam menghadapi masa pensiun. Dari hasil kuisioner yang diisi oleh subjek, dapat terlihat bahwa sebagian besar subjek sudah siap secara mental dan emosinya. Misalnya dengan tetap aktif dalam kegiatan rutin kerja bakti di lingkungan sekitar rumah. Selain itu TNI AL juga memberikan beberapa materi kepada prajurit yang akan pensiun yang berupa pelatihan untuk mengelola emosi dan manajemen stres, kemudian ada pelatihan meditasi dan senam otak. Pelatihan ini diberikan pada saat perwira menengah mulai memasuki masa pra-pensiun yaitu saat umur 56 tahun. Aspek terakhir dari skala kesiapan pensiun adalah kesiapan seluruh keluarga. Dari hasil kuisioner yang diisi oleh subjek, dapat terlihat bahwa sebagian besar subjek sudah memberikan pengertian kepada keluarga tentang datangnya masa pensiun nanti dan sudah mulai merencanakan gaya hidup yang baru saat pensiun. Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Keterbatasan dan kekurangan yang dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini yaitu penelitian ini hanya dapat digeneralisasikan secara terbatas pada populasi penelitian saja karena peneliti mengambil subjek secara spesifik pada Markas Besar TNI AL di Jakarta, sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan lebih memperluas subjek yang akan diteliti misalnya dengan meneliti prajurit yang berasal dari TNI AD dan TNI AU, peneliti selanjutnya juga dapat meneliti tentang para prajurit wanita, Bintara dan Tamtama sehingga dari hasil penelitian dapat lebih terlihat dinamika kesiapan pensiun mereka. DAFTAR PUSTAKA Agustina, M. C. (2012). Pensiun, Stress dan Bahagia. Artikel. Diunduh dari : pada tanggal 3 November 2013 Baumeister, R. F., dkk. (2003). Does high self-esteem cause better performance, interpersonal success, happiness, or healthier lifestyles? Psychological Science in the Public Interest, 4, Jurnal. Diunduh dari : pada tanggal 6 November 2013 Djumena. E. (2011). 9 Dari 10 Orang Belum Siap Pensiun. Artikel. Diunduh dari :

10 10 pada tanggal 27 Oktober 2013 Feist&Feist. (2008). Theories of Personality Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Holmes, T. H. & Rahe, R. H. (1967). The Social Readjustment Scale. Jurnal. Diunduh dari: pada tanggal 24 September 2013 Hurlock, E. B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2003). Diunduh dari : pada tanggal 1 November 2013 Muslimah, A. I. & N. Wahdah. (2013). Hubungan Antara Attachment dan Self Esteem dengan Need for Achievement Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 8 Cakung Jakarta Timur. Volume 6, No. 1. Jurnal. Diunduh dari : pada tanggal 17 Desember 2013 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang Mencapai Batas Usia Pensiun Bagi Pejabat Fungsional. Diunduh dari : pada tanggal 20 Desember 2013 Prasetya Online (2010). Pensiun, Fase Baru Kehidupan. Artikel. Diunduh dari : pada tanggal 27 Oktober 2013 Pradono, G.S. & Purnamasari, S. E. (2010). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal. Diunduh dari : pada tanggal 3 Maret 2014 Sutarto, J. T. & Ismulcokro, C. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Undang-Undang Republik Indonesia No. 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia. Diunduh dari : f. pada tanggal 5 November 2013

11 11 Wardana, F.C. (2013). Tersenyum Sebelum Pensiun & Tertawa Setelah Pensiun. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Yahya, S. & Fatahyah, Y. (2009). Hubungan antara Perkawinan dan Self Esteem. Universiti Malaysia Sarawak. Jurnal. Diunduh tanggal 2 November 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk

BABI PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Manusia sebagai makhluk sosial dan individu mencari pekerjaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh penelitian adalah persiapan penelitian terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut

BAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penelitian Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena dalam proses penelitiannya menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2009 : 96). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel disebut juga sebagai objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini diuraikan: metode dan pendekatan penelitian, definisi operasional, lokasi, populasi dan sampel penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI L1 LAMPIRAN Hasil wawancara Person Purnawirawan TNI Tanggal wawancara 31 Oktober 2012 Jam wawancara 12.00-13.00 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana struktur organisasinya?

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY 1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet SKRIPSI Oleh : Bayhaqqi 201210515003 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Dalam mengadakan suatu penelitian langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan jenis penelitian. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan jenis penelitian. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan BAB III METODOLOGI PEELITIA A. Pendekatan Penelitian Suatu penelitian terdapat dua macam pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Menurut Neolaka (2014), penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah salah satu unsure penting dalam suatu pendekatan ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 variabel yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 variabel yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 variabel yaitu: Variabel bebas (X) : Positive deviance Variabel terikat (Y) : Self-esteem Positive deviance

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subyek yaitu usia, jenis kelamin, lama menjadi gamer, pekerjaan, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KESIAPAN PENSIUN 1. Pengertian Kesiapan Pensiun Pensiun adalah sebuah konsep sosial yang memiliki beragam pengertian (Newman, 2006). Sebenarnya pensiun sulit untuk didefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk membandingkan Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun 2 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan suatu aktifitas yang dilakukan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dengan bekerja individu dapat memperoleh kepuasan tersendiri,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional yakni suatu jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis 1 BAB III METODOLOGI PEELITIA A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang menekankan analisisnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan manusia lainnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan teknik pendekatan korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka penelitian ini bersifat kuantitatif, menurut Wiratna (2014) bahwa penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Malang merupakan perusahaan listrik negara yang bertugas menyediakan tenaga listrik bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan pernyataan penelitian, hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, korelasi (hubungan) digunakan untuk melihat hubungan antar variable yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) asuhan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) asuhan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) 2. Variabel bebas : Dukungan sosial dari pengasuh panti asuhan B. Definisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional a. Identifikasi Variabel Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Pada umumnya penelitian kuantitatif dianggap mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang) HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang) Imam Hidayatur Rohman, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Agnes Aroma Pratiguna 1), Marchaban 1) dan Edi Prasetyo Nugroho 2)

Abstrak. Abstract. Agnes Aroma Pratiguna 1), Marchaban 1) dan Edi Prasetyo Nugroho 2) Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Produktivitas Kerja dengan Faktor Pemediasi Motivasi dan Kemampuan Kerja Karyawan di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten The Influence of Leadership Style to Working Productivity

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori dan konseptualisme. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori dan konseptualisme. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu proses yang berawal dari kemauan atau minat untuk mengetahui permasalahan tertentu dan mencari jawabannya yang selanjutnya berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Penelitian Untuk menguji hipotesis penelitian, akan dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel yang diambil dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: IMAM DAMARA 091301032 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dari penemuan masalah yang telah terjadi di lapangan. Dari permasalahan tersebut peneliti mencoba mencari penelitianpenelitian

Lebih terperinci

HARGA DIRI DAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ANGGOTA PWRI CABANG KOTA CIREBON

HARGA DIRI DAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ANGGOTA PWRI CABANG KOTA CIREBON HARGA DIRI DAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ANGGOTA PWRI CABANG KOTA CIREBON Istiqomah Nurhayati 1, Yeniar Indriana 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii DAFTAR ISI Hal PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang Masalah.. 1 B. Identifikasi dan Rumusan Masalah. 6 C. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegawai swasta berdasarkan undang undang republik indonesia nomor

BAB I PENDAHULUAN. pegawai swasta berdasarkan undang undang republik indonesia nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja merupakan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga dengan berbagai pekerjaan. Hampir separuh dari usia digunakan dalam bekerja namun lambat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16). 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan tempat di mana dua orang atau lebih bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, baik menghasilkan suatu barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase yang ditandai dengan meninggalkan rumah dan menjadi orang dewasa yang hidup sendiri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Hal yang dibahas diantaranya lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara sistematis yang hasilnya berguna untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Azwar (2013, h.5) adalah penelitian yang menekankan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran 5.1 Simpulan Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan state dengan psychological well being pada isteri TNI Angkatan Darat yang suaminya bertugas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. digunakan peneliti serta kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian (disebut juga rancangan penelitian; proposal penelitian atau usul penelitian) adalah penjelasan mengenai berbagai komponen yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. satu dari beberapa alternatif keputusan atau tindakan dimana tidak semua

BAB III METODOLOGI. satu dari beberapa alternatif keputusan atau tindakan dimana tidak semua BAB III METODOLOGI A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan penekanan analisisnya menggunakan metode statistika dimana menurut Broot dan Cox (dalam Muhid,

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci