BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem hardcopy record

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem hardcopy record"

Transkripsi

1 34 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem hardcopy record untuk SMS, yaitu terdiri dari diagram blok sistem, perancangan perangkat keras dan perangkat lunak, elemen dasar dari PDU SMS, serta diagram alir sistem. 3.1 Diagram Blok Sistem Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Fungsi-fungsi dari tiap-tiap blok di atas adalah sebagai berikut : Sebuah telepon seluler (ponsel) digunakan sebagai GSM modem untuk menerima pesan berupa SMS dari pengguna ponsel, dan dalam hal ini bertindak sebagai antar muka antara pemakai dan sistem minimum. Fungsi RS-232C disini adalah mengubah sinyal RS-232C standar ke sinyal TTL yang dikenal oleh mikroprosesor AT89C52.

2 35 Sistem minimum berbasis mikrokontroler AT89C52 merupakan pusat yang mengatur pemrosesan, encoding, dan pengontrolan terhadap masukan dan keluaran data ke printer Port paralel digunakan untuk mengirim hasil dari mikrokontroler ke printer. Printer digunakan untuk mencetak hasil yang dikirimkan melalui sistem minimum melalui komunikasi paralel 3.2 Perancangan Perangkat Keras Pada bagian ini dijelaskan konfigurasi perangkat keras untuk membangun sistem hardcopy record SMS. Dalam perancangan sistem hardcopy record, memerlukan beberapa perangkat keras utama yaitu Mobile Equipment (ME), yaitu ponsel yang data capable (mampu melakukan transfer data 2 arah dengan PC maupun sistem minimum). ME disini berfungsi sebagai GSM modem. Ponsel yang kita gunakan disini adalah Siemens C35, karena ponsel tersebut menggunakan protokol AT Command Tidak semua ponsel menggunakan protokol tersebut. Siemens C35 juga menyediakan langsung kabel RS-232C yang dapat digunakan dalam komunikasi tersebut dan developer guild serta AT Command Set untuk C35 ini. Sedangkan, sebagai sistem minimum digunakan MCS-52 yang mendukung komunikasi serial, paralel, dan penggunaann yang cukup mudah, ekonomis dan kemampuan yang cukup baik. Serta menggunakan printer, yang dapat berupa printer dot matrix ataupun tinta biasa (inkjet), baik warna maupun hitam putih tidak menjadi masalah yang

3 36 menggunakan pin konektor DB 25/DB 36 (CENTRONIC). Default Output adalah warna hitam Perancangan Sistem Minimum Berbasis Mikrokontroler AT89C52 VCC VCC VCC VCC VCC Rx Tx DTR GND VCC VCC 31 EA 19 XTAL1 18 XTAL2 9 RST P P P P P P P P ALE D0 Q0 A0 D D1 Q1 A1 D D2 Q2 A2 D D3 Q3 A3 D D4 Q4 A4 D D5 Q5 A5 D D6 Q6 A6 D D7 Q7 A7 D LE OE GND R2IN R2OUT 7 10 T2OUT T2IN 1 14 C1+ 16 VCC C1-3 4 C2+ V+ 2 5 C2- V- 6 GND 15 VCC 11 RxD 10 TxD 1 P1.0 2 P1.1 3 P1.2 4 P1.3 5 P1.4 6 P1.5 7 P1.6 8 P1.7 GND P P P P P P P P WR 17 RD VCC A8 A9 21 A A11 A12 VCC CS1 CS2 27 WE 22 OE GND Gambar 3.2 Sistem Minimum Berbasis AT89C52 Rangkaian diatas menghubungkan IC AT89C52 dengan RS-232C untuk komunikasi serial dengan ponsel. RAM 6264 digunakan untuk menambah kapasitas memori penampung SMS jika dibutuhkan (bersifat optional)

4 37 Vcc Gambar 3.3 Rangkaian Reset Pin Reset akan berlogika high karena mulanya muatan kapasitor dan hambatan kapasitor adalah sangat kecil, sesaat masa waktu pengisian kapasitor. Kemudian setelah kapasitor penuh maka pin reset akan kembali berlogika low. Rangkaian reset ini berguna untuk mereset mikrokontroler AT89C52 jika kita ingin memulai sistem baru. Vcc Gambar 3.4 Rangkaian Kristal untuk Osilator Kristal ini terletak pada pin 18 dan 19 pada mikrokontroler AT89C52 dengan kapasitas frekuensi 3,5 MHz samapai dengan 12 MHz dengan beban sebesar 33 pf supaya dapat menghasilkan kualitas frekuensi yang baik.

5 38 Data Bus VCC 39 P P P P P P P P ALE D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 11 LE VCC 20 GND 10 Q0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q OE Address Bus A0 D A1 D A2 R D A3 D A4 A D A5 D5 4 M 18 A6 D6 3 A7 D Gambar 3.5 IC TTL 74LS573 Untuk me-latch low address digunakan IC TTL 74LS573, dimana kondisi ini terjadi pada saat proses fetch dan transfer data dari atau ke memori eksternal. Kemudian diikuti dengan pemberian pulsa ALE ke pin 6 dan kondisi pin OE low agar low address dapat di-latch (ditahan sementara) Rangkaian Komunikasi Serial dengan Saluran RS-232C +5 V 1µF 25V 1µF 25V R S µF 25V 1µF 25V 1µF 25V MCS-52 Tx Rx Rx Tx DB 9 Gambar 3.6 Hubungan IC MAX 232 dengan DB9

6 39 Keunggulan mengunakan transfer data serial dibandingkan paralel : 1. Kabel serial dapat lebih panjang daripada kabel paralel. Port serial dapat mengirim tegangan 15 V sampai +15V dimana port paralel mengirim tegangan 0 sebagai 0V dan 1 sebagai 5V. Dengan begitu signal loss tidak menjadi begitu masalah dibandingkan dengan kabel serial. 2. Serial kabel tidak membutuhkan banyak kabel dibandingkan transmisi paralel. Akan jauh lebih murah biayanya. 3. Peralatan dengan menggunakan infra merah menjadi popular akhir-akhr ini. Hal ini mungkin dapat dilihat dari banyaknya peralatan elektronik yang biasa digunakan sehari-hari dan komputer genggam dengan kemampuan infra merah didalamnya. Bagaimanakah cara mengirim 8 bit data pada satu waktu melintansi ruangan dan dapat ditangkap dan ditentukan bit ini diletakkan dimana dan seterusnya? Untuk itu transmisi serial digunakan dimana 1 bit hanya bisa dikirim pada 1 waktu. 4. Mikrokontroler juga semakin populer digunakan akhir-akhir ini. Banyak diantaranya telah mempunyai SCI (Serial Communication Interfaces) di dalamnya, dimana digunakan untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Komunikasi serial mengurangi jumlah pin dari mikrokontroler. Hanya 2 pin yang biasa digunakan, Transmit Data (TxD) dan Receive Data (RxD) dibandingkan dengan 8 pin minimal jika anda menggunakan metode paralel. (Anda kadang juga memerlukan strobe). Sistem komunikasi yang digunakan adalah standar komunikasi serial RS- 232C dengan driver IC UART RS-232C diperkenalkan tahun 1962 sebagai

7 40 EIA (Electronic Industries Association) Standard. RS-232C hanya memiliki kemampuan satu driver dan satu receiver. RS-232C dipergunakan untuk komunikasi melalui kabel dengan jarak yang tidak jauh dan data rate yang rendah. Logic high pada RS-232C adalah -5 sampai dengan -15 V, sedangkan logic low-nya adalah +5 sampai dengan +15 V. Panjangnya saluran yang mampu ditempuh adalah 50 kaki (15 meter) dengan data rate 20 KBps Pin komunikasi serial Berikut pin komunikasi serial yang umum digunakan yaitu 25 pin konektor dan 9 pin konektor serta fungsinya : Tabel 3.1 Konektor Pin 9 dan 25 D-Type-25 Pin No. D-Type-9 Pin No. Abbreviation Full Name Pin 2 Pin 3 TD Transmit Data Pin 3 Pin 2 RD Receive Data Pin 4 Pin 7 RTS Request To Send Pin 5 Pin 8 CTS Clear To Send Pin 6 Pin 6 DSR Data Set Ready Pin 7 Pin 5 SG Signal Ground Pin 8 Pin 1 CD Carrier Detect Pin 20 Pin 4 DTR Data Terminal Ready Pin 22 Pin 9 RI Ring Indicator Tabel 3.2 Fungsi Pin Nama Nama Lengkap Fungsi Singkat TD Transmit Data Data keluaran serial (TXD) RD Receive Data Data masukan serial (RXD) CTS Clear To Send Indikasi modem siap mengganti data DCD Data Carrier Detect Ketika modem mendeteksi Carrier dari modem lainnya, pin menjadi aktif

8 41 DSR Data Set Ready Pin ini mengatakan UART bahwa modem dalam keadaan ready untuk membangun sebuah link DTR Data Terminal Ready Kebalikan dari DSR. Pin ini mengatakan Modem dengan UART siap untuk disambung. RTS Request To Send Pin ini menginformasukan Modem dengan UART siap untuk bertukar data. RI Ring Indicator Akan aktif ketika modem mendeteksi sinyal telepon dari PSTN Rangkaian RAM Eksternal Mikrokontroler AT89C52 mendukung penambahan RAM eksternal, dalam system ini yang dipakai adalah RAM eksternal berkapasitas 64kbits atau 8 Kbytes. Penggunaan RAM dilakukan jika dibutuhkan, misalnya dengan menampung jumlah karakter SMS yang banyak hingga 720 karakter yang melebihi kapasitas RAM internal pada mikrokontroler yang hanya 256 bytes. Untuk rangkaian RAM eksternal, dibutuhkan 2 komponen yaitu IC Latch dan IC RAM eksternal. IC Latch yang dipakai adalah IC 74LS573, sedang IC Eksternal RAM adalah IC HMC 6264C.

9 42 VCC D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 LE VCC 20 GND 10 Q0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 OE A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 VCC D0 D1 D2 D3 D4 D5 D D A8 A9 A10 A11 A CS1 CS2 VCC WR RD WE OE GND Gambar 3.7 Rangkaian RAM Eksternal Perancangan Perangkat Lunak Program pada sistem minimum terdiri dari beberapa prosedur program. Adapun prosedur-prosedur yang diperlukan dalam perancangan sistem ini adalah : prosedur insialisasi sistem, prosedur baca data, proses terima data, prosedur encoding data dan prosedur cetak data ke printer Inisialisasi MCS-52 Inisialisasi digunakan menggunakan register internal dari MCS-52 itu sendiri. Digunakan register supaya mensinkronkan kecepatan data transfer, hingga bisa berkomunikasi dengan baik. Berikut alamat register dan fungsinya pada MCS-52 :

10 43 Tabel 3.3 Alamat register pada MCS 52dan fungsinya Register Address Function P0 80H* Port 0 SP 81H Stack Pointer DPL 82H Data Pointer (low) DPH 83H Data Pointer (high) TCON 88H* Timer Register TMOD 89H Timer Mode Register TL0 8AH Timer 0 Low byte TL1 8BH Timer 1 High Byte TH0 8CH Timer 0 High Byte P1 90H* Port 1 SCON 98H* Serial Port Control Register SBUF 99H Serial Port Data Vuffer P2 0A0H* Port 2 IE 0A8H* Interrupt Enable Register P3 0B0H* Port 3 IP 0B8H* Intterupt Priority Register PSW 0D0H* Program Status Word ACC 0E0H* Accumulator B 0F0H* B Register Diagram alir program inisialisasi sistem MCS-51 adalah sebagai berikut :

11 44 Init MCS 52 PCON = 80h TMOD = 20h SCON = 50h TL1 = 0FDh TH1 = 0FDh Main Program Gambar 3.8 Diagram Alir Inisialisasi MCS Perancangan Program Pencetakan Data ke Printer Diagram alir program pencetakan bukti pemesanan pada MCS adalah sebagai berikut :

12 45 Cetak Bukti Transaksi Init Printer Printer Siap? T Y Cetak ke Printer RET Gambar 3.9 Diagram Alir Pencetakan Data ke Printer Protokol Untuk Mengendalikan Fungsi SMS Di Dalam Ponsel GSM Dalam merancang komunikasi yang berbeda platform dengan menggunakan SMS, maka terlebih dahulu perlu dipelajari bagaimana caranya mengendalikan fungsi SMS di dalam ponsel sebagai Mobile Equipment (ME). ME disini berfungsi sebagai GSM Modem. Untuk itu perlu dipelajari protokol antarmuka yang akan mengendalikan fungsi SMS di dalam ponsel dan mikrokontroler sebagai Terminal Equipment (TE) melalui hubungan komunikasi serial. Protokol pengendali SMS yang dikenal saat ini adaah GSM AT Command yang mirip dengan bahasa Hayes AT Command untuk mengendalikan modem. Dalam protokol GSM ini dikenal 3 Mode pengendalian : Mode Blok, Mode Teks, dan Mode PDU. Karena yang digunakan dalam implementasi

13 46 nanti adalah C35 yang mendukung Mode PDU maka yang akan dibahas dalam perancangan selanjutnya adalah protokol Mode PDU. PDU adalah kependekan dari Protocol Data Unit. Mode PDU adalah antarmuka berbasis karakter dengan blok-blok pesan yang di-encode secara heksadesimal dan ditransfer secara biner. Di dalam perancangan media pengendali ini, yang akan digunakan sebagai ME adalah ponsel Siemens C35, sebagai TE adalah mikrokontroler berbasis MCS-52, sedangkan yang menjadi antarmuka Data Circuit Equipment / Data Terminal Equipment adalah GSM AT Command berbasis mode PDU melalui hubungan komunikasi serial. Tabel 3.4 menunjukkan jenis-jenis perintah dalam AT Command, tabel 3.5 berisi perintah AT Command yang sering digunakan dalam penggunaan sistem berbasis SMS. Tabel 3.4 Jenis- Jenis perintah dalam AT Command Perintah Uji AT+CXXX=? Ponsel atau modem merespon dari pengiriman parameter dan nilainya; ini dapat diset dengan menggunakan perintah tulis atau yang berarti proses internal Perintah Baca AT+CXXX? Perintah ini menampilkan nilai sekarang pada parameter Perintah Tulis AT+CXXX=<...> Perintah ini digunakan untuk menset parameter yang bisa diset. Perintah eksekusi AT+CXXX Perintah ini membaca parameter yang tidak bisa diganti nilainya dimana berpengaruh terhadap prses internal dalam ponsel

14 47 Tabel 3.5 AT Command yang sering digunakan GSM AT Command AT + CPMS AT + CMGL AT + CMGS AT + CMGD Fungsi Memilih Memori untuk Storage Menampilkan SMS Mengirim SMS Menghapus SMS di memori SMS Memilih Memori Yang Akan Digunakan Sebagai Tempat Penyimpanan (+CPMS) Secara umum, setiap Mobile Equipment (ME) memiliki 2 memori yang dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan SMS. Pertama adalah memori pada SIM Card. Dan yang kedua adalah memori pada ME itu sendiri. Kedua memori ini tidak dapat diaktifkan bersamaan. Mengaktifkan memori pada SIM Card akan menonaktifkan memori pada ME, begitu juga sebaliknya. Untuk itu dipilih salah satu diantaranya. Sintaksnya dapat dilihat pada tabel 3.6. Secara umum, tempat penyimpanan memori pada ME lebih besar dari pada SIM Card, untuk itu disarankan untuk mengaktifkan tempat penyimpanan memori pada ME. Tabel 3.6 Perintah AT +CPMS AT+CPMS Perintah Uji AT+CPMS=? Fungsi: Memilih SMS meory Respon : +CPMS: (list of supported <mem1>s),( list of supported <mem2>s),(list of supported <mem3>s) Parameter Memory from which messages are read and deleted <mem1> SM SIM message storage ME Mobile Equipment message storage MT Any of the storages associated with ME

15 48 <mem2> storage: <mem3> Messages will be written and sent to this memory SM SIM message storage ME Mobile Equipment message storage MT Any of the storages associated with ME Memory in which received messages are stored, if routing to TE is not set (see AT+CNMI command with parameter <mt>=2) MT Any of the storages associated with ME Perintah Baca AT+CPMS? Perintah Tulis AT+CPMS= <mem1> [,<,mem2> [,<mem3>]] Respon +CPMS:<mem1>, <used1>, <total1>, <mem2>,<used2>, <total2>, <mem3>,<used3>,<total3> Parameter <memx> Memory from which message are read and delated <used> Number of messages currently in <memx> <totalx> Number of storable messages in <memx> Parameter <mem1> Lihat Perintah Uji <mem2> Lihat Perintah Uji <mem3> Lihat Perintah Uji Respom +CPMS: <used1>, <total1>, <used2>, <total2>, <used3>,<total3>, OK/ERROR/+CMS ERROR Menampilkan SMS (+CMGL) Jika perintah ini dieksekusi maka ME akan mentransfer SMS dengan nilai status <stat> yang sesuai dari tempat penyimpanan SMS ke TE. SMS yang ditransfer adalah seluruh unit data <PDU>. Setelah perintah dieksekusi, jika status SS adalah receive unread (diterima namun belum dibaca) maka status SMS tersebut di tempat penyimpanan berubah menjadi received read (diterima dan sudah dibaca). Jika tidak terdapat SMS baru, maka respon yang muncul hanya OK. Jika perintah gagal dieksekusi, respon yang muncul dari ME ke TE adalah +CMS ERROR : <err>. Pembahasan mengenai nilai <err> ini dapat dilihat di lampiran. Berikut sintaks yang digunakan :

16 49 Tabel 3.7 Perintah AT+CMGL AT+CMGL Perintah Uji AT+CMGL=? Perintah Tulis AT+CMGL=<stat> Fungsi : menampilkan SMS Respon +CMGL : daftar status <stat> yang mendukung) Parameter <stat> 0 : SMS yang diterima dan belum dibaca (default) 1 : SMS yang diterima dan sudah dibaca (inbox) 2 : SMS yang disimpan dan belum dikirim (outbox) 3 : SMS yang disimpan dan sudah dikirim (outbox) 4 : Semua SMS Parameter <stat> Respom Jika mode PDU (+CMGF=0) dan perintahnya sukses : +CMGL :<index>, <stat>, [<alpha>],<length> <CR><LF><pdu>[<CR><LF> +CMGL :<index>, <stat>, [<alpha>],<length> <CR><LF><pdu>[<CR><LF> [ ]] Parameter <pdu> untuk penjelasannya lihat sub bab3.2 Jika tidak sukses : +CMS ERROR : <err> Menghapus SMS di Memori (+CMGD) Jika perintah ini dieksekusi maka SMS di dalam memori <mem1> dan berlokasi <index> akan dihapus. Jika gagal menghapus, respon dari ME adalah ERROR atau +CMS ERROR. <err>. Nilai <err> bisa dilihat di lampiran. Sintaksnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.8 Perintah AT+CMGD AT+CMGD Perintah Uji AT+CMGD=? Perintah Tulis AT+CMGD=<index> Fungsi : menghapus SMS di dalam memori SMS Respon OK Parameter <index> Index SMS di dalam memori <mem1> Respon OK/ERROR/+CMS ERROR : <err>

17 Elemen Dasar dari SMS Mode PDU Di dalam satu unit data pada PDU terdapat elemen-elemen dasar yang digunakan untuk SMS_SUBMIT maupun SMS_DELIVER. SMS-SUBMIT adalah format PDU untuk SMS yang telah diterima. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3.9 Elemen Dasar dari SMS Mode PDU RD MMS Reject- Dupliacates 1 bit Mengindikasikan apakah SC akan menerima sebuah SMS-SUBMIT atau tidak karena sebuah SMS dengan MR, DA dan OA yang sama masih menetap di dalam SC. 1 bit Mengindentifikasikan apakah masih ada SMS lain yang ingin dikirim atau tidak Elemen Field Referensi Representasion Keterangan SCA Service- Center- Address 1-12 Alamat Service Center Length Panjang 1oktet(integer) Keseluruhan panjang field SCA alamat Service Center dalam jumlah byte (1byte= 1 oktet = 8 bit) Tosca Tipe SCA 1 oktet Tipe Number berdasarkan Numbering Plan Addres Nomor SCA 2-10 oktet Nomor SC dari pengirim atau penerima SMS FO First Oktet 1 Oktet Oktet pertama dari SMS- PDU MIT Messages- Type- Indicator 2 bit Parameter yang mendiskripsikan tipe SMS More- Messageto-Send VPF Validaty- Period- Format 2 bit Mengindentifikasikan apakah masih ada SMS lain yang ingin dikirim atau tidak RP Reply-Path 1 bit Mengindikasikan adanya UDHI User-Data- Header- Indicator Reply Path 1 bit Mengindkiaskan bahwa field UD emngandung header atau tidak

18 51 MR OA DA PID DCS SCTS UDL SRR SRI Status- Report- Request Status- Report- Indication Message- Reference 1 bit Mengindikasikan apakah ME pengirim SMS minta Status Report atau tidak (untuk SMS-SUBMIT) 1 bit Mengindikasikan apakah ME pengirim telah meminta Status Report atau tidak (untuk SMS- DELIVER) 1 oktet Representation integer dari nomor referensi SMS- SUBMIT 2-12 oktet Nomor dari ME pengirim SMS 1 oktet Panjang digit OA (integer) Originating -address Length Panjang OA Toda Tipe OA 1 oktet Tipe Number berdasarkan Numbering Plan Destination oktet Nomor dari ME penerima -address SMS Length Panjang 1 oktet Panjang digit DA field DA Toda Tipe DA 1 oktet Tipe Number berdsaarkan Numbering Plan Protokol- Identifier Data=Codi ng=scheme Service- Center- Time- Stamp User-Data- Length UDL UDH User-Data- Header 1 oktet Parameter yang mengidentifikasikan protokol yang diatasnya, jika ada 1 oktet Parameter yang mengidentifikasikan skema pengkodean di dalam UD 7 oktet Parameter yang mengidentifikasikan tanggal dan waktu ketika SC menerima SMS 1 oktet (integer) Parameter yang mengidentifikasikan tanggal dan waktu ketika SC menerima SMS oktet Panjang isi UDH dapat mencapai maksimum panjang UD User-Data oktet Maksimum 140 oktet yang menghasilkan karakter Elemen dasar PDU untuk SMS-DELIVER (SMS yang telah diterima terdiri dari 8 field. Susunan field-field tersebut adalah :

19 52 SCA FO OA PID DCS SCTS UDL UD Elemen dasar PDU untuk SMS-SUBMIT (SMS yang akan dikirim) terdiri dari 9 field. Susunan field-field tersebut adalah : SCA FO MR DA PID DCS VP UDL UD Service Center Address (SCA) Field SCA terdiri dari 3 subheader, yaitu : a. Jumlah pasangan heksadesimal SMS-Center dalam bilangan heksa b. Kode national / internasional Untuk national, kode subheader-nya yaitu 81. Untuk internasional, kode subheader-nya yaitu 91. c. No SMS-Centernya sendiri, dalam pasangan heksa yang tidak memiliki pasangan, angka tersebut akan dipasangkan dengan huruf F di depannya Tabel 3.10 Cara pengisian Field SCA Oktet ke Isi 1 Panjang dari isi SCA 2 Tipe Number *) Identifikasi Numbering Plan **) 3 Nomor digit ke 2 Nomor Digit ke 1 4 Nomor digit ke 4 Nomor digit ke 3 5 Nomor digit ke 6 Nomor digit ke 5 N Nomor digit terakhir (atau Fh) Nomor digit terakhir atau digit -1 *) Tipe Number : 9h = internasional (dimulai dengan + ) **) Identifikasi Numbering Plan : 1h = Numbering plan ISDN (juga valid untuk GSM)

20 53 Berikut ini beberapa nomor SMS-Center operator seluler di Indonesia : Tabel 3.11 Nomor SMS-Centre operator seluler No Operator Seluler SMS-Centre No Kode PDU 1 Telkomsel Satelindo F5 3 Excelcom Indosat-M First-Oktet (FO) First Oktet adalah byte pertama yang mengikuti tepat setelah nomor Service Center berakhir. First Oktet dari SMS-Deliver (default-nya 04h) dan SMS-SUBMIT (default-nya 11h) yang mendefinisikan tipe PDU mengandung parameter-parameter berikut : Tabel 3.12 First Oktet pada SMS-DELIVER Bit ke Parameter RP UDHI SRI - - MMS MTI MTI Tabel 3.13 First Oktet pada SMS-SUBMIT Bit ke Parameter RP UDHI SRR VPF VPF RD MTI MTI Message Type Indicator (MTI) MTI adalah parameter 2 bit yang terletak pada bit ke-0 dan bit ke-1 dari FO untuk SMS-DELIVER maupun SMS-SUBMIT, berikut tabelnya :

21 54 Tabel 3.14 Parameter MTI Bit 1 Bit 0 Tipe SMS 0 0 SMS-DELIVER (dengan arah dari SC ke ME) 0 0 SMS-DELIVER REPORT(dengan arah dari ME ke SC) 1 0 SMS-STATUS-REPORT (dengan arah dari SC ke ME) 1 0 SMS-COMMAND (dengan arah dari ME ke SC) 0 1 SMS-SUBMIT (dengan arah dari ME ke SC) 0 1 SMS-SUBMIT-REPORT (dengan arah dari SC ke ME) 1 1 Reserved (dengan arah dari SC ke ME) More-Messages-to-Send (MMS) MMS adalah parameter 1 bit yang terletak pada bot ke-2 dari FO untuk SMS-DELIVER. Berikut tabel penjelasan parameter MMS : Tabel 3.15 Parameter MMS Bit 2 Arti 0 Ada SMS tambahan yang sedang menunggu untuk dikirim dari SC ke ME 1 Tidak ada SMS tambahan yang sedang menunggu untuk dikirim dari SC ke ME Validity-Period-Format (VPF) VPF adalah parameter 2 bit berlokasi di bit ke 3 dan 4 dari FO untuk SMS-SUBMIT. Berikut tabel penjelasan parameter VPF : Tabel 3.16 Parameter VPF Bit 4 Bit 3 Arti 0 0 Tidak ada VP field 1 0 Ada VP field dan dipresentasikan secara integer (relative) 0 1 Reserved 1 1 Ada VP field dan direpresentasikan secara semi-oktet

22 Status-Report-Indication (SRI) SRI adalah parameter 1 bit berlokasi di bit ke 5 dari FO untuk SMS- DELIVER. Berikut tabel penjelasan parameter SRI : Tabel 3.17 Parameter SRI Bit 5 Arti 0 Status Report tidak akan dikembalikan ke ME pengirim SMS 1 Status Report akan dikembalikan ke ME pengirim SMS Status-Report-Request (SRR) SRI adalah parameter 1 bit berlokasi di bit ke 5 untuk SMS-SUBMIT. Berikut penjelasan parameter SRR: Tabel 3.18 Parameter SRR Bit 5 Arti 0 Status Report tidak diminta oleh ME pengirim SMS 1 Status Report diminta oleh ME pengirim SMS User-Data-Header-Indicator (UDHI) SRI adalah parameter 1 bit berlokasi di bit ke 6 untuk SMS-SUBMITdan SMS-DELIVER. Berikut penjelasan parameter UDHI: Tabel 3.19 Parameter UDHI Bit 6 Arti 0 Field UD hanya berisi SMS 1 Permulaan field UD berisi Header tambahan selain SMS

23 Reply-Path (RP) RP adalah parameter 1 bit berlokasi di bit ke 7 untuk SMS-SUBMIT dan SMS DELIVER. Berikut penjelasan parameter RD : Tabel 3.20 Parameter RP Bit 7 Arti 0 Parameter RP tidak di set di SMS-DELIVER/SUBMIT ini 1 Parameter RP di set di SMS-DELIVER/SUBMIT ini Reject-Duplicates(RD) RD adalah parameter 1 bit berlokasi di bit ke 2 untuk SMS-SUBMIT. Berikut penjelasan parameter RD : Tabel 3.21 Parameter RD Bit 2 Arti 0 Instruksikan SC untuk terima SMS-SUBMIT walaupun sebuah SMS dengan MR, DA dan OA yang sama yang telah dikirimkan sebelumnya masih tetap bertahan di SC 1 Instruksikan SC untuk menolak SMS-SUBMIT sebab sebuah SMS dengan MR, DA dan OA yang sama yang telah dikirimkan sebelumnya masih tetap bertahan di SC Protokol-Identifier (PID) PID adalah element informasi yang mengarahkan Short Message Transport Layer ke protokol layer yang lebih tinggi yang sedang digunakan, atau mengindikasikan adanya kerjasama dengan alat telematika jenis tertentu. Parameter PID terdiri dari1 oktet, berikut adalah penjelasannya :

24 57 Tabel 3.22 parameter PID Nilai <PID> [dalam decimal] Protokol 0 SMS harus diperlakukan sebagai Short Message 1 SMS harus diperlakukan sebagai telex 2 SMS harus diperlakukan sebagai telefax grup3 3 SMS harus diperlakukan sebagai telefax grup4 Perhatikan bahwa untuk standar transfer Short Message sederhana dari ME ke SC, PID di set dengan nilai Data Coding Scheme (DCS) Field DCS menandakan skema pengkodean data field UD dan dapat juga mengindikasikan message class. Field ini diberikan dalam format heksadesimal. Berikut adalah tabel penjelasan parameter DCS : Tabel 3.23 Parameter DCS Nilai<DCS> Pengkodean Message Class [dalam heksa] karakter 00 Default (7bit) Tidak ada class F0 Default (7bit) Class 0 (immediate display) F1 Default (7bit) Class 1 (Mobile Equipment-spesific) F2 Default (7bit) Class 2 (SIM specific message) F3 Default (7bit) Class 3 (Class 3 Terminate Equipment-specific) F4 8 bit Class 0 (immediate display) F5 8 bit Class 1 (Mobile Equipment-spesific) F6 8 bit Class 2 (SIM specific message) F7 8 bit Class 3 (Class 3 Terminate Equipment-specific) Alfabet default yang mengindikasikan bahwa UD (User Data) dikodekan dari alfabet 7 bit, dapat dilihat pada lampiran. Ketika yang digunakan adalah pengkodean 7 bit maka 8 karakter dari SMS akan dipaketkan (di dalam

25 58 pengkodean 8 bit hanya mencapai 140 karakter saja). Untuk standar teks SMS yang digunakan adalah <DCS>=00h Originating Address (OA) Field OA terdapat di PDU_DELIVER dan menunjukkan nomor dari ME pengirim SMS. Field OA terdiri dari 3 bagian : Tabel 3.24 Field OA Panjang OA Tipe OA Nomor OA 1 oktet 0-1 oktet 0-10 oktet Indikator panjang menandakan panjang nomor OA (tanpa tipe OA) dalam representasi integer dari jumlah digitnya. Tipe OA menandakan numbering plan internasional atau nasional (81h untuk nasional dan 91h untuk internasional). OA dikodekan sama persis seperti SCA, sebagai berikut : Tabel 3.25 Cara Pengisian field OA Oktet ke Isi 1 Panjang dari isi OA 2 Tipe Number *) Identifikasi Numbering Plan **) 3 Nomor digit ke 2 Nomor Digit ke 1 4 Nomor digit ke 4 Nomor digit ke 3 5 Nomor digit ke 6 Nomor digit ke 5 N Nomor digit terakhir (atau Fh) Nomor digit terakhir atau digit -1 *) Tipe Number : 9h = internasional (dimulai dengan + ) **) Identifikasi Numbering Plan : 1h = Numbering plan ISDN (juga valid untuk GSM)

26 59 Jika panjang nomor OA adalah ganjil maka supaya genap digit terakhir akan diisi dengan F h. Contoh : OA dengan nomor dalam format PDU akan menjadi 0B F7, dengan pengkodean sebagai berikut : Tabel 3.26 Contoh Pengisian Field OA Oktet ke Isi Keterangan 1 0B h Panjang SCA = 11 digit Tipe SCA = internasional Nomor OA F 7 Contoh Lainnya : Tabel 3.27 Contoh-contoh Format Pengisian Field OA Originating Address Format PDU Keterangan F7 Tipe OA = Internasional Tipe OA = Internasional B F0 Tipe OA = nasional A Tipe OA = nasional Destination Address (DA) Aturan format DA sama persis dengan aturan dengan format OA.

27 Message Reference (MR) Field MR memberikan representasi integer (0..255) dari nomor referensi SMS-SUBMIT yang dikirimkan ke SC oleh ME. Nilai MR dihasilkan secara otomatis oleh ME, namun dalam SMS-SUBMIT nilai MR tetap harus dimasukkan sebagai contoh 00h Validity Period (VP) Jika bagian ini dilewatkan, itu berarti kita tidak membatasi waktu berlakunya SMS. Sedangkan jika kita isi dengan suatu bilangan integer yang kemudian diubah ke pasangan heksa tertentu, bilangan yang kita berikan tersebut akan mewakili jumlah waktu validitas SMS tersebut. Rumus untuk menghitung jangka waktu validitas SMS adalah sebagai berikut : Tabel 3.28 Parameter VP Nilai VP [dalam heksa] Nilai VP dalam satuan waktu 00-8F (VP+1)x5 menit [dari 5 menit hingga 12 jam] 90-A7 12jam + ((VP-143) x 30 menit) A8-C4 (VP-166) x 1hari C5-FF (VP-192) x 1 minggu Agar SMS kita pasti terkirim sampai ke ponsel penerima, sebaiknya kita tidak memberikan batasan waktu validnya User Data Length (UDL) dan User Data (UD) Header ini terdiri atas dua subheader, yaitu :

28 61 a. Panjang Isi (jumlah huruf dari isi) Misalnya : untuk kata hello ada 5 huruf 05 b. Isi berupa pasangan bilangan heksa. Untuk ponsel yang berskema encoding 7 bit, jika kita ingin mengetikkan suatu huruf dari keypadnya, berarti kita telah membuat 7 angka I/O berturutan. 3.5 Diagram Alir Sistem Berikut adalah diagram-diagram alir yang terdapat pada sistem hardcopy record beserta penjelasan singkatnya Prosedur Utama Pada awalnya, MCS akan mengirim perintah AT Command untuk membaca SMS yang baru pada inbox (unread SMS), bila terdapat SMS baru maka HP akan membalas dengan mengirimkan data PDU ke mikrokontroler. Kemudian data PDU itu diubah ke string yang dikenal oleh bahasa kita dan hasilnya dicetak ke printer. Setelah itu SMS tersebut akan dihapus dan proses akan mengulang proses awal, demikian seterusnya.

29 62 Start Inisialisasi Sistem MCS transmit Ke HP Tidak Ada SMS di HP? Ya MCS receive dari HP Convert PDU Print Delete SMS Gambar 3.10 Modul Utama

30 Prosedur Mencetak SMS Dengan Printer Inisialisasi Printer Masukkan Data ke P0 Printer Busy? Tidak Clear Strobe Set High Strobe SMS tercetak Gambar 3.11 Diagram alir mencetak SMS dengan printer Masukkan data ke port data, dalam hal ini penulis menggunakan port 0 (P0), kemudian cek apakah printer dalam keadaan sibuk atau tidak, Jika printer dalam keadaan busy (sibuk), printer tidak akan menerima data, dan data yang ditulis akan hilang. Set pin 1 strobe low ( 0 ), ini menandakan printer bahwa data yang ada di port data adalah benar. Kemudian set strobe tinggi setelah menunggu kira-kira 5 mikrodetik setelah menset strobe rendah.

31 Prosedur Mengirim AT Command ke Ponsel Start Clear TI Baca data = $?? Ya Tidak Masukkan data ke SBUF Ya Cek Ti = 1? Tidak End Gambar 3.12 Mengirim AT Command ke Ponsel

32 65 Pertama-tama dilakukan inisialisasi MCS yaitu menentukan pengaturan terhadap komunikasi serial kita antara HP dan mikrokontroler. Yang perlu diset disini: TMOD = 20h ; Program T1 untuk Mode2 TH1 = 0FDh ; baud rate = 9600 bps SCON = 50h ; Program SCON untuk Mode1, 8 bit, 1 stop, 1start, REN enabled Setb TR1 ; mengaktifkan Timer 1 Setelah itu kita membersihkan nilai TI (TI = 0) yang merupakan register untuk mengirim data, yang menandakan MCS dalam keadaan siap untuk mengirim. Lalu baca data yang mau dikirim apakah sama dengan $ ($ digunakan sebagai penanda akhir sebuah string). Jika data yang dibaca adalah $ maka program berhenti mengirim, jika tidak sama dengan $, data akan dimasukkan ke SBUF (SBUF merupakan serial buffer untuk komunikasi serial, besarnya 1 byte). Lalu program akan mencek TI, jika TI sama dengan 0, maka akan melakukan pengulangan terus menerus hingga nilai TI adalah 1. Jika TI sudah bernilai 1, maka proses akan diulang lagi ke proses pembacaan data yang mau dikirim. Hal ini diulang terus hingga semua bit dikirim dan ditemukan $ pada data terakhir yang mengakhiri program pengiriman.

33 Prosedur Menerima data PDU dari Ponsel Pertama-tama yang dilakukan adalah nilai ES diset 1 untuk mengaktifkan interrupt serial. Jika ada interrupt serial maka ES harus diset 0 agar tidak menerima interrupt serial untuk sementara. Kemudian cek apakah RI bernilai 1, kalau ada maka masukkan data yang ada di SBUF ke memori. Kemudian RI diset 0 kembali dan ES diset 1 supaya bisa menerima interrupt serial berikutnya.

34 67 Start Ada Interrupt serial Clear ES Cek Ri = 1? Tidak Ya Store Sbuf Simpan di memori Clear RI Setb ES End Gambar 3.13 Menerima Data PDU dari Ponsel

35 Prosedur Konversi PDU ke Teks Pada prosedur ini, terbagi 3 sub prosedur yaitu : prosedur konversi PDU ke nomor ponsel pengirim, prosedur konversi PDU ke waktu kirim dan prosedur konversi PDU ke isi pesan Prosedur Konversi PDU ke Nomor Ponsel Pengirim Pointer menunjuk pada data yang akan dikonversikan. Karena pada awal nomor ponsel harus diawali dengan 0B atau 0C maka dilakukan pengecekan terlebih dahulu. Kemudian diambil sepasang data lalu ditukarkan posisinya sehingga didapat pasangan data yang pertama. Proses ini dilakukan sebanyak 6 kali sehingga diperoleh nomor ponsel yang mengirimkan SMS.

36 69 Data dalam bentuk PDU Pointer menunjuk ke data Pointer maju Cek 0 Tidak Ya Cek B? Tidak Cek C? Ya Pointer maju Ya Tidak Ambil 1pasang Tukar Simpan Tidak Sudah 6 x? Ya Prosedur konversi to Waktu Gambar 3.14 Diagram Alir Konversi PDU ke Nomor Ponsel Pengirim

37 Prosedur Konversi PDU ke Waktu Kirim Pointer menunjuk pada data yang akan dikonversikan. Kemudian diambil sepasang data lalu ditukar posisinya sehingga didapat pasangan data yang pertama. Proses ini dilakukan sebanyak 6 kali sehingga diperoleh tanggal dan jam pengiriman SMS. Prosedur konversi to No Ambil 2 pasang Tukar Pointer maju Sudah 6x? Ya Tidak Prosedur konversi to Isi Gambar 3.15 Diagram Alir Konversi PDU ke Waktu Kirim

38 Prosedur Konversi PDU ke Isi Pesan Dalam prosedur ini, isi SMS, waktu pengiriman SMS dan nomor pengirim SMS dalam bentuk PDU akan dikonversikan ke bentuk teks, bentuk yang dikenal atau dimengerti manusia. Data Dalam bentuk PDU Ambil Data 1 Ubah Data 1ke biner Ambil data 2 Ubah Data 2ke biner Gabung Data 1 dan Data 2 Ubah data menjadi 7 bit Tidak Apakah data sudah selesai? Ya Data dalam bentuk string Gambar 3.16 Diagram Alir Konversi PDU ke Isi Pesan

39 72 Pointer menunjuk pada data yang akan dikonversikan. Data yang didapat dari ponsel masih dalam bentuk PDU, dan setiap pasangan heksa mewakili 1 karakter pada teks. Pasangan heksa itu diambil data pertamanya untuk kemudian diubah menjadi biner. Contoh : E diubah menjadi 15d = , kemudian data ke 2 juga diubah ke biner. Contoh : 8 diubah menjadi 8d = Lalu 4 bit terakhir dari data pertama digabung dengan 4 bit terakhir data menjadi satu data. Contohnya : E = = Digabung menjadi : Oleh karena mode text merupakan representasi 7 bit, data 8 bit itu diubah menjadi = 68h = h (Text ASCII). Proses ini dilakukan terus sampai data PDU habis.

SISTEM HARDCOPY RECORD UNTUK SMS

SISTEM HARDCOPY RECORD UNTUK SMS UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Program Studi Sistem komunikasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2003/2004 SISTEM HARDCOPY RECORD UNTUK SMS MARKUS 0400539736 TEDDY 0400539351

Lebih terperinci

FORMAT DATA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)

FORMAT DATA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) FORMAT DATA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) Praktikum siskomber PSTT DAN JTD POLINEMA TUJUAN PRAKTIKUM 1. Untuk menganalisis format data SMS pada saat kirim dan terima di handphone. 2. Untuk memahami konsep

Lebih terperinci

Mobile Programming. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur. Mengenal Sistem Kerja SMS

Mobile Programming. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur. Mengenal Sistem Kerja SMS Mobile Programming Oleh: Indra, S.Kom Mengenal Sistem Kerja SMS Short Message Service (SMS) merupakan salah satu fitur GSM yang dikembangkan dan distandarisasi oleh ETSI. Pada proses pengiriman SMS dari

Lebih terperinci

Mikrokontroler 89C51 Bagian II :

Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Bagian II : Mikrokontroler 89C51 Mikrokontroler 89C51 merupakan mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4 Kbytes Flash Programmable Memory. Arsitektur 89C51 ditunjukkan pada gambar 2. Accumulator

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS 2.1 Teknologi GSM Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan standar yang paling dominan untuk sistem mobile phone di dunia saat ini. Jaringan

Lebih terperinci

Teleakses Sistem Informasi Alumni STMIK Handayani Makassar Berbasis SMS

Teleakses Sistem Informasi Alumni STMIK Handayani Makassar Berbasis SMS JTRISTE, Vol.2, No.1, Maret 2015, pp. 13~18 ISSN: 2355-3677 Teleakses Sistem Informasi Alumni STMIK Handayani Makassar Berbasis SMS STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Konsep dan Cara Kerja Port I/O

Konsep dan Cara Kerja Port I/O Konsep dan Cara Kerja Port I/O Pertemuan 3 Algoritma dan Pemrograman 2A Jurusan Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma 2015 Parallel Port Programming Port

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only) 1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman

Lebih terperinci

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 Mikrokontroler MCS-51 memiliki 2 jenis port input/output, yaitu port I/O parallel dan port I/O serial. Port I/O parallel sebanyak 4 buah dengan nama P0,P1,P2

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

ABSTRAK. (Short Message Service). Dengan SMS tersebut, telah banyak diimplementasikan

ABSTRAK. (Short Message Service). Dengan SMS tersebut, telah banyak diimplementasikan ABSTRAK Teknologi hadir untuk memberikan kemudahan-kemudahan terhadap suatu masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Salah satu teknologi yang sangat banyak digunakan dan sangat populer oleh pengguna telepon

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN POSISI DAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA BEGERAK

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN POSISI DAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA BEGERAK 36 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN POSISI DAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA BEGERAK 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM Sistem pemantauan posisi dan tingkat pencemaran udara bergerak, merupakan sebuah sistem yang

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL Pendahuluan Mikroprosessor 8051 (Struktur dan Organisasi Memori, SFR ) Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL A. Organisasi Memori Mikroprosesor 8051 Pada mikrokontroler keluarga MCS51

Lebih terperinci

Percobaan 2 PENGENALAN INTERFACE SERIAL DAN UART

Percobaan 2 PENGENALAN INTERFACE SERIAL DAN UART Percobaan 2 PENGENALAN INTERFACE SERIAL DAN UART I. Tujuan 1. Untuk Mengenal Modul Serial port dan Mempelajari Konfigurasi Input dan Output dari serial port 2. Dapat membuat program untuk pengiriman dan

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

I/O dan Struktur Memori

I/O dan Struktur Memori I/O dan Struktur Memori Mikrokontroler 89C51 adalah mikrokontroler dengan arsitektur MCS51 seperti 8031 dengan memori Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory) DESKRIPSI PIN Nomor Pin Nama

Lebih terperinci

Perancangan Serial Stepper

Perancangan Serial Stepper Perancangan Serial Stepper ini : Blok diagram dari rangakaian yang dirancang tampak pada gambar dibawah Komputer Antar Muka Peralatan luar Komputer Komputer berfungsi untuk mengendalikan peralatan luar,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas sistem perencanaan dan pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, yang meliputi. 1. Proses kerja sistem 2. Perancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

RANCANGAN PUSH INFORMATION PEMBAYARAN SEKOLAH MENGGUNAKAN SMS GATEWAY : Studi Kasus SMK BINA INSAN MANDIRI JAKARTA

RANCANGAN PUSH INFORMATION PEMBAYARAN SEKOLAH MENGGUNAKAN SMS GATEWAY : Studi Kasus SMK BINA INSAN MANDIRI JAKARTA RANCANGAN PUSH INFORMATION PEMBAYARAN SEKOLAH MENGGUNAKAN SMS GATEWAY : Studi Kasus SMK BINA INSAN MANDIRI JAKARTA Painem Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur painem@budiluhur.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-51)

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-51) Wireless Infrared Printer dengan DST-5 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-5) Komunikasi Infra Merah dilakukan dengan menggunakan dioda infra merah sebagai pemancar dan modul penerima infra merah sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa perancangan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa perancangan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi pembahasan mengenai perancangan terhadap sistem yang dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa perancangan mengenai sistem yang akan dirancang terlebih

Lebih terperinci

Pendahuluan Mikrokontroler 8051

Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pendahuluan Mikrokontroler 8051 Pokok Bahasan: 1. Mikrokontroler 8051 Arsitektur (Architecture) Timers/Counters Interrupts Komunikasi Serial (Serial Communication) Tujuan Belajar: Setelah mempelajari dalam

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem yang dibuat, maka pada bab ini dilakukan pengujian sistem. Kemudian akan dilakukan analisis berdasarkan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN 10 bertujuan untuk melihat lama pengiriman data dari klien (perumahan) hingga ke pos pemantauan. Waktu respon sistem dihitung dengan menggunakan fungsi sebagai berikut: t respon = t t... (1) server klien

Lebih terperinci

PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51

PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51 Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 PORT SERIAL MIKROKONTROLER ATMEL AT89C51 I. FISIK AT89C51 Mikrokontroler AT89C51 umumnya mempunyai kemasan 40 pin seperti gambar berikut. AT89C51 telah dilengkapi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2004 / 2005 PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN PENGIRIMAN DATA MELALUI SMS Cia Kim Liang Anhar Purwito Sari Fendy (0300453296)

Lebih terperinci

ALAT PENGENDALI OTOMATIS DAN DETEKSI KEADAAN PERALATAN RUMAH MENGGUNAKAN SMS CONTROLLER. Hasani

ALAT PENGENDALI OTOMATIS DAN DETEKSI KEADAAN PERALATAN RUMAH MENGGUNAKAN SMS CONTROLLER. Hasani ALAT PENGENDALI OTOMATIS DAN DETEKSI KEADAAN PERALATAN RUMAH MENGGUNAKAN SMS CONTROLLER Hasani 20108927 Latar Belakang Teknologi dan inovasi alat yang menggunakan sistem kendali jarak jauh, turut mengalami

Lebih terperinci

PANDUAN DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51

PANDUAN DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 PANDUAN DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 PANDUAN DASAR MIKROKONTROLER KELUARGA MCS-51 Danny Christanto, S.T. Kris Pusporini, S.T., M.T. 2004, Innovative Electronics Hak Cipta dilindungi undang-undang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci

Sistem Mikrokontroler Mikrokontroller AT MEGA8535

Sistem Mikrokontroler Mikrokontroller AT MEGA8535 BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroller Mikrokontroler adalah suatu mikroprosesor plus. Mikrokontroler adalah otak dari suatu sistem elektronika seperti halnya mikroprosesor sebagai otak komputer. Nilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini menjelaskan tentang pengujian sistem yang telah direalisasi. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang telah direalisasi sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Port Input/Output dalam suatu kemasan IC yang kompak. Kemampuannya

BAB II DASAR TEORI. Port Input/Output dalam suatu kemasan IC yang kompak. Kemampuannya 5 BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroller Mikrokontroler adalah suatu mikroprosesor plus. Mikrokontroler adalah otak dari suatu sistem elektronika seperti halnya mikroprosesor sebagai otak komputer. Nilai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi :

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER 3.1 Perancangan Sistem Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi : a. perancangan perangkat keras (hardware) dengan membuat reader RFID yang stand alone

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Gambaran Umum Merupakan alat elektronika yang memiliki peranan penting dalam memudahkan pengendalian peralatan elektronik di rumah, kantor dan tempat lainnya.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI. Pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah perangkat keras PLC dengan fasilitas

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI. Pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah perangkat keras PLC dengan fasilitas BB III PERNCNGN DN IMPLEMENTSI Pada tugas akhir ini akan dibuat sebuah perangkat keras PLC dengan fasilitas minimun beserta perangkat lunak sistem operasinya yang ditanamkan pada mikrokontroler sehingga

Lebih terperinci

Tata Cara Komunikasi Data Serial

Tata Cara Komunikasi Data Serial 1 Oleh : Mujahidin iddhien@gmail.com mujahidin@iddhien.com Tata Cara Komunikasi Data Serial Ada 2 macam cara komunikasi data serial yaitu Sinkron dan Asinkron 2 Pada komunikasi data serial sinkron, clock

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka dasar penunjang untuk membentuk sebuah system penghitung kwh meter terpusat, baik teori perangkat keras seperti fungsi dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS SMS PADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS SMS PADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS SMS PADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU Rusdy Efendi 1 dan Andriansyah 2 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Bengkulu Jl. Raya Kandang Limun

Lebih terperinci

APLIKASI SMS BANKING PADA BANK DKI CAPEM UNIVERSITAS GUNADARMA DENGAN J2SDK, PHP, MySQL

APLIKASI SMS BANKING PADA BANK DKI CAPEM UNIVERSITAS GUNADARMA DENGAN J2SDK, PHP, MySQL APLIKASI BANKING PADA BANK DKI CAPEM UNIVERSITAS GUNADARMA DENGAN J2SDK, PHP, MySQL Afridian Agustin Wahyu Ratnawati Universitas Gunadarma dhay_bunga@yahoo.com Fasilitas ( Short Message Service ) merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Perancangan sistem pada timbangan digital sebagai penentuan pengangkatan beban oleh lengan robot berbasiskan sensor tekanan (Strain Gauge) dibagi menjadi dua bagian yaitu perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY 3.1 Perancangan Alat Dalam merealisasikan sebuah sistem elektronik diperlukan tahapan perencanaan yang baik dan matang. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard s Risc

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard s Risc BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller Dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard s Risc processor), para desainer sistem elektronika telah diberi suatu teknologi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Konsep Peringatan Dini Bahaya Kebakaran Peringatan dini (early warning) adalah suatu tanda yang memberitahukan kepada manusia bahwa akan terjadi sesuatu. Dengan demikian manusia

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

Organisasi Sistem Komputer. Port Serial

Organisasi Sistem Komputer. Port Serial Organisasi Sistem Komputer Port Serial Ditulis Oleh : Ria Anggraeni (10060204004) Taufik Saleh (10060207002) Fenny Maslia U (10060204006) Gita Rakhmalia (10060204015) Universitas Islam Bandung 2008 Pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram dari sistem AVR standalone programmer adalah sebagai berikut : Tombol Memori Eksternal Input I2C PC SPI AVR

Lebih terperinci

Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051

Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051 Pertemuan 10 Arsitektur Mikrokontroler 8051 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menjelaskan arsitektur mikrokontroler 8051 Arsitektur Mikrokontroller 8051 Materi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan permasalahan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor dan maraknya pencurian kendaraan bermotor, penggunaan alat keamanan standar yang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 PERANCANGAN UMUM SISTEM Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari system pengukuran tangki air yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan apa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi kecelakaan didunia pertransportasian. Salah satunya dalam industri perkeretaapian. Salah satu penyebab banyaknya kecelakaan adalah disebabkan

Lebih terperinci

Gambar Komunikasi serial dengan komputer

Gambar Komunikasi serial dengan komputer 1.6. Port Serial Umumnya orang selalu menganggap port seri pada MCS51 adalah UART yang bekerja secara asinkron, jarang yang menyadari port seri tersebut bisa pula bekerja secara sinkron, pada hal sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras Perancangan perangkat keras pada sistem keamanan ini berupa perancangan modul RFID, modul LCD, modul motor. 3.1.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram

Lebih terperinci

PERCOBAAN PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, DB25, RJ45

PERCOBAAN PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, DB25, RJ45 PERCOBAAN PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, DB25, RJ45 I. TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memahami kegunaan kabel/konektor DB9, DB25, RJ45. 2. Mahasiswa mampu memahami fungsi dari masing-masing pin dari konektor

Lebih terperinci

PERCOBAAN I KOMUNIKASI DATA PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, RJ11, RJ45

PERCOBAAN I KOMUNIKASI DATA PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, RJ11, RJ45 PERCOBAAN I KOMUNIKASI DATA PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, RJ11, RJ45 TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memahami kegunaan kabel/konektor DB9, RJ11, RJ45. 2. Mahasiswa mampu memahami fungsi dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Timbangan Timbangan adalah alat yang dipakai melakukan pengukuran berat suatu benda. Timbangan dikategorikan kedalam sistem mekanik dan juga elektronik. Timbangan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port)

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port) Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Pengambilan Data dari Standard Parallel Port) Untuk merancang sebuah perangkat yang dapat mengirimkan data dari PC Parallel Port ke Printer secara wireless, maka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mulai. Baca status register. Tulis control register dengan data 00H. Tulis control register dengan data 00H

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mulai. Baca status register. Tulis control register dengan data 00H. Tulis control register dengan data 00H 9 - Aplikasi pendukung : Microsoft Access 2003 Perangkat keras: - Komputer untuk pembuatan dan pengolahan data, dengan spesifikasi: Prosesor AMD Athlon 64 3500+ 2,20 Ghz, Memori RAM 512 MB, dan Media penyimpanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PIR (Passive Infrared) Keadaan ruangan dengan perubahan temperatur pada manusia dalam suatu ruangan menjadi nilai awal (set point) yang menjadi acuan dalam sistem pengontrolan.

Lebih terperinci

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 Telah dilakukan analisis dan pembuatan program komputer untuk mengendalikan

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Diagram blok mikrokontroller 8051

Gambar 1.1. Diagram blok mikrokontroller 8051 1.1. Organisasi Memori Semua divais 8051 mempunyai ruang alamat yang terpisah untuk memori program dan memori data, seperti yang ditunjukkan pada gambar1.1. dan gambar 1.2. Pemisahan secara logika dari

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL JARAK JAUH UNTUK PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER MELALUI SMS

SISTEM KONTROL JARAK JAUH UNTUK PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER MELALUI SMS SISTEM KONTROL JARAK JAUH UNTUK PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER MELALUI SMS Thiang, Resmana Lim, Daniel Ifianto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Siwalankerto 121-131, Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

REGISTER-REGISTER Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

REGISTER-REGISTER Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY REGISTER-REGISTER 8051 Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id 1. PC (Program Counter) PC dengan ukuran 16 bit menentukan lokasi berikutnya yang akan dieksekusi (dijalankan).

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS SISTEM DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS SISTEM DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Sistem Yang Berjalan Simulasi Remote control ini memanfaatkan koneksi USB data handphone nexian dengan mengecek terkoneksi ke komputer melalui perintah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Perangkat Keras (Hardware)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Perangkat Keras (Hardware) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras yang dihasilkan berupa modul atau alat pendeteksi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051

Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051 Percobaan 5 PENGENALAN MIKROKONTROLER 8051 I. Tujuan 1. Mempelajari arsitektur mikrokontroller 8051 2. Memahami macam-macam interrupt yang ada pada mikrokontroller 8051 3. Memahami penggunaan I/O port

Lebih terperinci

BAB IV RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM TELEMETRI BERBASIS GSM

BAB IV RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM TELEMETRI BERBASIS GSM BAB IV RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM TELEMETRI BERBASIS GSM 4.1 Sistem Perangkat Keras Sistem telemetri yang dirancang dan dibangun pada tugas akhir ini memiliki delapan kanal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

Percobaan 6. SERIAL INTERFACE Menggunakan DT-51 MinSys

Percobaan 6. SERIAL INTERFACE Menggunakan DT-51 MinSys Percobaan 6 SERIAL INTERFACE Menggunakan DT-51 MinSys Membuat aplikasi serial interface untuk komuniksi secara serial melalui pin RXD dan TXD pada MCS-51. Membuat program menggunakan serial port (DB9)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan alat pada tugas akhir ini meliputi pemilihan komponen dan perhitungannya serta memilih rangkaian yang tepat dalam merancang dan membuat alat yang telah di rencanakan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 MONITORING DAN REMOTE SERVER

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 MONITORING DAN REMOTE SERVER UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 MONITORING DAN REMOTE SERVER DENGAN MENGGUNAKAN SMS Deky 0600637142 Elzan Yahya 0600644526

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3. 1 Perencanaan Rangkaian Dalam menyelesaikan modul dan karya tulis ilmiah ini, untuk membantu mempermudah penulis melakukan beberapa langkah perencanaan sehingga diperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051

Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051 Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051 I. FITUR AT89C1051 Kompatibel dengan produk MCS51 1k byte program flash ROM yang dapa diprogram ulang hingga 1000 kali Tegangan operasi 2.7 volt hingga

Lebih terperinci

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809 ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809 ADC0809 ADC0809 adalah IC pengubah tegangan analog menjadi digital dengan masukan berupa 8 kanal input yang dapat dipilih. IC ADC0809 dapat melakukan proses konversi

Lebih terperinci

DT-51Application Note

DT-51Application Note DT-51Application Note AN31 Pencatat Data Percakapan Telepon III (Printer Interfacing) Oleh: Tim IE & Muh. Andi Wicaksono & A. Hadi Syafrudin (Institut Teknologi Sepuluh November) Aplikasi ini sebenarnya

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER AT89S52

MIKROKONTROLER AT89S52 MIKROKONTROLER AT89S52 Mikrokontroler adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip. AT89S52 adalah salah satu anggota

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 1. http://www.aisi555.com/2013/05/sms-kontrol-kirim-sms-dengan-avrattiny.html, SMS KONTROL : Kirim SMS dengan AVR ATTiny 2313, Baud rate

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9,DB25,RJ45

PERCOBAAN I PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9,DB25,RJ45 PERCOBAAN I PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9,DB25,RJ45 TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memahami kegunaan kabel/konektor DB9, DB25, RJ45. 2. Mahasiswa mampu memahami fungsi dari masing-masing pin dari konektor

Lebih terperinci

PETA MEMORI MIKROPROSESOR 8088

PETA MEMORI MIKROPROSESOR 8088 1. Bagan Dasar µp 8088 PETA MEMORI MIKROPROSESOR 8088 Gambar 1. Bagan Dasar µp 8088 Elemen didalam mikroprosesor adalah : CU (Control Unit) adalah manajer dari semua unit. CU mengatur keselarasan kerja

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM III PERNCNGN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang diagram blok sistem yang menjelaskan tentang prinsip kerja alat dan program serta membahas perancangan sistem alat yang meliputi perangkat keras dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin 4 BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori mengenai perangkatperangkat pendukung baik perangkat keras dan perangkat lunak yang akan dipergunakan sebagai pengukuran

Lebih terperinci

Percobaan 8 INTERFACE MIKROKONTROLER DAN KOMPUTER SECARA SERIAL

Percobaan 8 INTERFACE MIKROKONTROLER DAN KOMPUTER SECARA SERIAL Percobaan 8 INTERFACE MIKROKONTROLER DAN KOMPUTER SECARA SERIAL I. Tujuan 1. Memahami komunikasi serial. 2. Memahami cara mengggunakan interrupt serial pada mikrokontroller 8051. 3. Memahami cara kerja

Lebih terperinci

(b) Gambar 3.1 (a) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Pengirim Data. (b) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Penerima Data

(b) Gambar 3.1 (a) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Pengirim Data. (b) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Penerima Data 39 Penerima FM Demodulator FSK Level Converter PC Gambar 3.1 (a) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Pengirim Data (b) (b) Blok Diagram Sistem Telemetri Bagian Penerima Data 3.2 Perancangan Perangkat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem pengingat pada kartu antrian dengan memanfaatkan gelombang radio, yang terdiri dari beberapa bagian yaitu blok diagram

Lebih terperinci

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang: Referensi: mikrokontroler (AT89S51) mikrokontroler (ATMega32A) Sumber daya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan 41 BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik,

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-51 Application ote A96 Classic Caller ID Oleh: Tim IE & M.S. Aang C. Dhani I.K. A. Wahid H. (Institut Teknologi Sepuluh opember) Dalam artikel ini kita akan bernostalgia dengan bahasa pemrograman assembly

Lebih terperinci

Diktat Kuliah Organisasi dan Interaksi

Diktat Kuliah Organisasi dan Interaksi Mikroprosesor dan Antarmuka Diktat Kuliah Organisasi dan Interaksi Nyoman Bogi Aditya Karna Sisfo IMelkom bogi@imtelkom.ac.id http://bogi.blog.imtelkom.ac.id Institut Manajemen elkom http://www.imtelkom.ac.id

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET (KOMUNIKASI DATA)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET (KOMUNIKASI DATA) Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 9 1. Kompetensi Setelah melakukan praktik, mahasiswa memiliki kompetensi: dapat memahami dan melakukan pemrograman untuk melakukan komunikasi antar DTE dengan

Lebih terperinci