BAB II KAJIAN PUSTAKA. Demam berdarah dengue adalah penyakit dengan tanda-tanda klinis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Demam berdarah dengue adalah penyakit dengan tanda-tanda klinis"

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) Pengertian Demam berdarah dengue adalah penyakit dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot/sendi yang disertai leukopeia, dengan tanpa ruam, dan limfa denopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap, trombositopenia ringan dan petekie spontan Epidemiologi DBD merupakan penyakit tropis menular yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk species Aedes. Wabah dengue pertama kali ditemukan pada tahun 1635 di kepulauan Karibia. Pada abad ke-18, wabah penyakit yang menyerupai dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus melalui transportasi laut. Rush sebagai seorang pakar epidemiologi menulis tentang dengue berkaitan dengan break bone fever yang terjadi di Philadelphia tahun Wabah ini kebanyakan secara klinis merupakan demam dengue walaupun ada beberapa kasus berbentuk haemorrhargia (WHO, 2000) Di Asia Tenggara, penyakit DBD pertama kali ditemukan di Philipina tahun Di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya tahun Konfirmasi virologis DBD baru diketahui pada tahun Kasus pertama

2 8 di Jakarta dilaporkan tahun 1968, diikuti laporan dari Bandung (1972) dan Yogyakarta (1972). Di luar Jawa epidemiologi DBD dilaporkan tahun 1972 terjadi di Sumatera Barat dan Lampung, Riau, Sulawesi Utara, dan Bali (tahun 1973). DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia sejak tahun 1997 dan telah terjangkit sampai di daerah pedesaan (Suroso, 2003). Angka kesakitan rata-rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1983), dan mencapai angka tertinggi tahun 1998 yaitu 35,19 per penduduk dengan jumlah penderita sebanyak orang (Soegijanto, 2004). Penyakit DBD ini kebanyakan menyerang anak-anak berumur kurang dari 15 tahun. Berbagai telah negara melaporkan bahwa kasus-kasus pada orang dewasa meningkat selama terjadi kejadian luar biasa (Soegijanto, 2004). Jumlah kasus dan kematian DBD di Jawa Timur menunjukkan angka yang fluktuatif, namun secara umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 dan 2004 terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis karena adanya KLB, yaitu tahun 2001 sebanyak 8246 penderita (IR= 23,50/ penduduk), dan tahun 2004 sebanyak 7180 penderita (IR=20,34). Penderita DBD menyerang hampir semua kelompok umur anak-anak maupun dewasa, masyarakat pedesaan maupun perkotaan, dari berbagai latar belakang sosial ekonomi. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD yang dilaporkan oleh berbagai negara bervariasi disebabkan oleh karena beberapa faktor seperti kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus, dan kondisi metereologis. DBD secara keseluruhan tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Distribusi

3 Jumlah 9 umur pada mulanya memperlihatkan proporsi kasus terbanyak adalah anak berumur <15 tahun (86-95%), namun pada perkembangannya kasus pada dewasa juga semakin meningkat (Soegijanto, 2004) Situasi nasional pada tahun 2010 menggambarkan bahwa seluruh provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia telah terjangkit DBD. Kabupaten Badung merupakan daerah dengan jumlah kasus DBD tertinggi. Gambar 2.1 Insiden Rate Kasus DBD Kabupaten Badung dan Kecamatan Mengwi per Penduduk Tahun 2007 s/d Tahun ,2007,2008,2009,2010,2011 Tahun Kab. Badung Kec. Mengwi Sumber : Dinkes Kabupaten Badung, CFR kasus DBD juga tinggi, dan cenderung terus meningkat. Angka kematian akibat DBD per 100 penderita selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2007 (CFR=0,21), tahun 2008 (CFR=0,00), tahun 2009 (CFR=0,14), tahun 2010 (CFR=0,15), dan tahun 2011 (CFR=0,35). CFR kasus DBD di Kecamatan Mengwi pada tahun 2010 yaitu 0,2, meningkat menjadi 0,41 pada tahun 2011 (Dinkes Kabupaten Badung, 2011).

4 Jumlah 10 Gambar 2.2 Case Fatality Rate DBD Kabupaten Badung dan Kecamatan Mengwi Per 100 Penderita Tahun 2007 s/d Tahun ,2007,2008,2009, Tahun Sumber : Dinkes Kabupaten Badung, Kab. Badung Kec. Mengwi Gejala Klinis DBD Secara umum gejala penyakit DBD yaitu manisfestasi tejadinya netralisasi virus dan gangguan fungsi pembekuan darah. Perbedaaan DBD dengan demam dengue adalah adanya manifestasi keluarnya komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa gejala ascites dana rongga selaput paru. Keadaan ini tanpa penanggulangan dapat mempengaruhi gejala perdarahan masif. Keluarnya plasma darah biasanya terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-6. Kondisi tubuh didahului oleh penurunan panas badan, yang sering terjadi dengan mendadak (lysis) dan lemah. Penyakit DBD ditandai dengan demam, sakit kepala, sakit pada sendi/otot, disamping terjadi radang perut dengan disertai sakit perut, rasa mual, muntah, dan diare.

5 Mekanisme Penularan Virus Dengue Seseorang yang tubuhnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Apabila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh jaringan tubuh nyamuk. Virus tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Penularan terjadi setiap kali nyamuk menggigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuk (probascis), agar darah yang diisap tidak membeku. Virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang bersamaan dengan air liur nyamuk (Depkes R.I., 2005) Tempat Potensial Bagi Penularan DBD Penularan DBD dapat terjadi pada semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Seseorang dapat terserang menurut teori infeksi sekunder, apabila mendapat infeksi ulangan dengan virus dengue type yang berlainan dengan infeksi sebelumnya. Tempat-tempat yang paling potensial untuk penularan DBD adalah : 1. Wilayah yang banyak kasus (endemis) 2. Tempat-tempat umum yaitu tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa virus dengue, seperti sekolah, rumah sakit/puskesmas, hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan tempat ibadah.

6 12 3. Pemukiman baru di pinggir kota Pada umumnya di lokasi ini penduduk berasal dari berbagai wilayah, kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa virus dengue dari masing-masing lokasi asal Karakteristik Daerah Ketinggian Ketinggian tempat adalah merupakan faktor yang membatasi penyebaran Aedes aegypti. Di India Aedes aegypti tersebar mulai dari ketinggian 0 hingga 100 meter diatas permukaan laut. Di dataran rendah (kurang dari 500 m) tingkat populasi nyamuk cukup tinggi, sementara di daerah pegunungan (lebih dari 500 m) populasi nyamuk rendah. Di negara-negara asia tenggara dengan ketinggian m merupakan batas penyebaran Aedes aegypti (Suroso, 2003) Suhu udara Suhu udara sangat menentukan kehidupan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur udara 20 o - 30 o C. Telur yang diletakkan akan menetas pada waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 o C. Nyamuk dapat hidup dalam suhu rendah tetapi proses metabolismenya tidak baik atau terhenti jika suhu turun dibawah suhu kritis. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti pada suhu kurang dari 10 o C atau lebih dari 40 o C Kelembaban udara Kelembaban udara menunjukkan persentase kandungan uap air dalam udara. Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan nyamuk terutama kebiasaan meletakkan telurnya. Kehidupan nyamuk termasuk serangga lain pada umumnya

7 13 sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara. Pada kelembaban udara < 60% umur nyamuk akan menjadi pendek. Pada suhu diatas 20 o C kelembaban di udara 27% umur nyamuk bisa mencapai 101 hari (Gubler, D.J., 2001) Curah hujan Curah hujan akan mempengaruhi kelembaban dan menambah tempat perindukan nyamuk alamiah. Perindukan nyamuk alamiah di luar ruangan selain banyak pada sampah-sampah kering seperti botol bekas, kaleng-kaleng, juga potongan bambu sebagai pagar sering dijumpai di rumah-rumah penduduk desa serta daun-daunan yang memungkinkan menampung air hujan merupakan tempat perindukan yang baik untuk bertelurnya Aedes aegypti Kualitas air breeding place Aedes aegypti lebih menyukai bertelur di air yang jernih tidak berhubungan langsung dengan tanah. Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat penampungan air yang berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana di dalam atau di sekitar rumah atau tempat tempat umum. Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Tempat penampungan air untuk keperluan sehar-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc dan ember 2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehar-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik, dan lain-lain)

8 14 3. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, dan potongan bambu (Suroso, 2003) Pencegahan dan Pemberantasan DBD Pemberantasan DBD pada dasarnya adalah upaya memutus rantai penularan penyakit. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan : 1. Menghilangkan virus dengue dengan mengobati penderita. 2. Isolasi penderita agar tidak digigit oleh nyamuk dan menularkan kepada orang lain. 3. Mencegah dari gigitan nyamuk dengan cara penggunaan mosquito repellent (obat anti nyamuk), tidur memakai kelambu, atau dengan membuka pintu/jendela sehingga matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan. 4. Memberantas vektor agar virus tidak ditularkan kepada orang lain. Pemberantasan vektor sebagai upaya pencegahan penyakit DBD dilakukan melalui berbagai cara seperti: 1) Pengelolaan lingkungan Cara ini mencakup pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue dengan melakukan kegiatan 3M yaitu menguras, menutup tempattempat penampungan air, dan mengubur/memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban bekas, botol). Kegiatan ini dilakukan secara teratur seminggu sekali agar daur hidup nyamuk stadium larva yang memerlukan 8-10 hari tidak mencapai dewasa. Selain itu pengolahan sampah padat dan

9 15 modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia perlu juga dilakukan. Beberapa tempat yang selama ini sering kurang mendapat perhatian masyarakat atas kemungkinan terjadinya perindukkan nyamuk demam berdarah antara lain tempat sampah, lubang tiang bendera, barang rongsokan, dan penampung air dari air conditions (Kandun, 2004). 2) Pengendalian biologis Cara pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan cupang). 3) Pengendalian kimiawi. Cara pengendalian ini umum dilakukan melalui pengasapan (fogging) menggunakan malathion dan fenthion sebagai upaya pemberantasan terhadap nyamuk dewasa. Pemberantasan terhadap jentik dengan abatisasi menggunakan temephos (Depkes RI, 1986). 2.2 Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD Pengertian Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) adalah serangkaian kegiatan masyarakat bersama pemerintah yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah penyakit DBD. Kegiatan ini merupakan bagian dari keseluruhan upaya mewujudkan kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat (Depkes R.I., 1996)

10 Tujuan PSN-DBD bertujuan untuk mengendalikan populasi nyamuk penular demam berdarah sehingga kasus DBD dapat dicegah atau dikurangi Sasaran Sasaran PSN-DBD adalah semua tempat yang memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-tpa) c. Tempat penampungan air alamiah Cara pelaksanaan 1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1). 2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan/gentong, drum, ember dan tempat air yang lain, lubang-lubang pada pagar bambu, pada pohon dan yang lainnya (M2) 3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3) Selain itu ditambah dengan cara lainnya seperti: a. Mengganti vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali. b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain)

11 17 d. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang terutama sulit air e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampung air f. Memasang kasa nyamuk g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai i. Menggunakan kelambu j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk Pelaksana a. Di rumah Dilaksanakan oleh anggota keluarga b. Tempat-tempat umum Dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempat-tempat umum, seperti : 1) Kantor oleh petugas kebersihan kantor 2) Sekolah oleh petugas kebersihan sekolah 3) Pasar oleh petugas kebersihan pasar Pemberantasan Nyamuk Penular DBD a. Pemberantasan nyamuk dewasa Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan (pengasapan/fogging) dengan insektisida golongan organophospate seperti malathion.

12 18 b. Pemberantasan jentik Kegiatan ini ditekankan kepada pemberantasan jentik nyamuk. Pemberantasan jentik merupakan inti kegiatan PSN yang dilakukan melalui berbagai cara : 1. Kimia Pemberantasan jentik nyamuk dengan menggunakan bahan larvasida. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos. 2. Biologis Pemberantasan secara biologis dilakukan dengan cara memanfaatkan ikan pemakan jentik. 3. Fisik Kegiatan melalui menguras bak mandi, bak wc sekurangkurangnya seminggu sekali, menutup tempat penampungan air (tempayan, drum, dan lain-lain), serta mengubur dan memusnahkan barang-barang bekas yang memungkinkan nyamuk Aedes aegypti dapat tumbuh dan berkembang (Depkes R.I., 2005) Kebijaksanaan dan Strategi PSN-DBD Gerakan PSN- DBD mempunyai kebijakan dan strategi yaitu: 1. Gerakan PSN-DBD yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama pemerintah. 2. Gerakan PSN-DBD dilaksanakan dengan pendekatan edukatif yang mengutamakan pembinaan/pendekatan secara menyeluruh, dan persuasif melalui penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat.

13 Pemantauan penggerakan PSN- DBD Pokjanal DBD dibentuk di setiap desa/kelurahan berfungsi sebagai pemantau gerakan PSN di wilayah masing-masing. Pokjanal ini mempunyai tugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam suatu usaha pencegahan DBD. Pemantauan penggerakan PSN-DBD dilakukan oleh pokjanal DBD tingkat kecamatan dan pokjanal DBD tingkat kabupaten secara berkala. Komponen yang paling utama dalam pemantauan ini berupa pemeriksaan jentik secara berkala pada sejumlah rumah, sekolah dan tempat umum lainnya. Indikator paling sederhana mengukur keberhasilan penggerakan PSN-DBD adalah angka bebas jentik (ABJ) yaitu persentase rumah atau bangunan yang tidak ditemukan jentik. 2.3 Faktor-faktor Determinan Penularan DBD Vektor DBD ditularkan terutama oleh nyamuk Aedes aegypti. Meskipun nyamuk Aedes albopictus dapat menularkan DBD akan tetapi peranannya dalam penularan DBD sangat kecil, karena biasanya hidup di kebun-kebun. Kontak antara vektor dengan penjamu terjadi akibat aktivitas vektor. Aedes aegypti tergolong antropofilik yaitu suka mengisap darah manusia. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali, yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu relatif singkat. Sifat Aedes yang sangat mudah terganggu. Nyamuk betina dewasa biasanya menghisap darah manusia pada pagi hari dan menjelang sore.

14 Penjamu Manusia adalah penjamu dalam penularan DBD dengan karakteristik tertentu seperti umur dan aktifitas. Infeksi demam berdarah sering kali sebagai penyebab kesakitan dan kematian terutama pada anak-anak dibawah 15 tahun. Kepadatan penduduk dan mobillitas penduduk mempunyai pengaruh dalam penularan DBD. Kepadatan penduduk yang tinggi lebih mudah terjadi penularan DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk penular DBD diperkirakan sampai 200 meter. Pada penduduk padat semakin cepat terjadinya penularan. Demikian pula dengan mobilitas penduduk yang tinggi, akan memudahkan penularan dari satu tempat ke tempat yang lain. Akses jasa transportasi membantu dalam peningkatan kasus dan luas daerah yang terjangkit penyakit. Perpindahan penduduk mempunyai peranan penting dalam ikut menyebarkan virus DBD. Mobilisasi penduduk memungkinkan penularan dari satu tempat ke tempat lainnya dan biasanya penyakit menjalar dari satu sumber penularan kemudian mengikuti lalu lintas penduduk (Suyasa dkk., 2008) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar manusia, baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen tersebut. Lingkungan dikatagorikan sebagai lingkungan fisik dan kimia, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial (Soemirat, 1999). Tempat yang mendukung penularan suatu penyakit oleh vektor ditentukan oleh kekhususan topografi tempat, adanya vektor dengan lingkungan yang

15 21 mendukung serta cara hidup masyarakat. Di daerah dengan banyak tempat-tempat penampungan air buatan manusia (drum, tempayan, bak mandi), juga di kebun dengan tempat-tempat penampungan air alamiah (tonggak, bambu, lubang pohon, pelepah daun) banyak ditemukan Aedes aegypti (Mardihusodo, 2006). Lingkungan fisik dan kimia didalamnya terdapat tanah, air, udara serta interaksi satu sama lain diantara faktor-faktor tersebut seperti suhu, angin, curah hujan, kelembaban, dan cahaya. Lingkungan biologis seperti tumbuh-tumbuhan dapat berfungsi melindungi nyamuk dari sinar matahari atau dari sergapan musuh-musuh alaminya. Berbagai jenis binatang juga berfungsi sebagai musuh alami nyamuk, dan larva antara lain laba-laba, cecak, burung, kelelawar, serangga air, katak, dan ikan (Depkes R.I., 2001). Lingkungan sosial budaya mempengaruhi perilaku kesehatan. Aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi, sedangkan aspek budaya dapat berupa tradisi, dan sikap masyarakat setempat (Notoatmojo, 2005) Perilaku Aspek Perilaku Kesehatan Perilaku secara harfiah berarti aktivitas individu yang dapat diamati maupun yang tidak oleh indera. Perilaku yang dapat diamati disebut overt behavior (perilaku terbuka) sedangkan perilaku yang tidak bisa segera diamati disebut covert behavior (perilaku tertutup). Menguras bak mandi, dan memasang kasa nyamuk merupakan perilaku terbuka. Membayangkan waktu yang tepat

16 22 untuk memeriksa tempat-tempat perindukan nyamuk merupakan perilaku tertutup (Depkes R.I., 2008). Perilaku menggambarkan interaksi manusia dengan lingkungan, sebagai respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon terhadap stimulus dapat bersifat positif maupun negatif. Perilaku sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan, menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 1993). Bentuk operasional perilaku berupa perilaku dalam bentuk pengetahuan, perilaku dalam bentuk sikap, dan perilaku berbentuk tindakan. Perilaku dalam bentuk pengetahuan merupakan hasil dari tahu, setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan diperoleh dari penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Perilaku dalam bentuk sikap merupakan reaksi atau respon yang masih bersifat tertutup terhadap suatu obyek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi dapat ditafsirkan. Perilaku dalam bentuk tindakan adalah suatu sikap yang belum secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Dalam mewujudkan sikap dalam tindakan memerlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas pendukung. dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). Hakikat perilaku adalah aktifitas individu itu sendiri yang diidentifikasi menjadi faktor pencetus, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor pencetus berperan paling dasar terhadap terjadinya perubahan perilaku. Faktor pencetus meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Faktor pemungkin diantaranya adalah kecukupan

17 23 sumber daya untuk mendukung melaksanakan suatu tindakan. Misal pada daerah yang sulit air bersih akan berimplikasi kepada tingginnya biaya yang dikeluarkan apabila masyarakatnya terlalu sering menguras bak mandi. Tindakan ini terutama pada daerah miskin, setidaknya akan menjadi hambatan untuk dilaksanakan oleh masyarakat. Faktor penguat berperan memberikan rangsangan atau dukungan/penghargaan untuk terjadinya perubahan perilaku. Adapun faktor penguat diantaranya adalah dukungan teman, keluarga, tenaga kesehatan, panutan, guru, tokoh masyarakat, dan para pembuat kebijakan (Sarwono, 1993). Ketiga faktor diatas selalu bersinergi agar perilaku segera berubah sebagaimana yang diinginkan. Cara mendorong terjadinya sinergi adalah dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam demam berdarah dengue dan cara mencegahnya, memfasilitasi terbentuknya gerakan tentang masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk, meningkatkan kemampuan petugas dalam melakukan kampanye PSN (Depkes R.I., 2008) Perubahan Perilaku Menurut Green (1980) perilaku kesehatan dibentuk dari seperangkat faktor yang bisa diklasifikasikan sebagai faktor diri (respon) dan faktor lingkungan (stimulus). Seseorang terpajan pada pesan agar melakukan tindakan 3M untuk mencegah kejadian demam berdarah. Meskipun demikian kemungkinan tindakannya sangat bervariasi, mulai dari tidak melakukannya sama sekali sampai dengan terbentukknya kebiasaan pada diri orang tersebut. Variasi perilaku tersebut ditentukan oleh jumlah dan mutu informasi yang diterima, serta besarnya kebutuhan untuk berperilaku. Jumlah berkaitan dengan seberapa banyak informasi

18 24 yang diluncurkan dan seberapa sering masyarakat kontak dengan informasi. Sedangkan kebutuhan untuk berperilaku berhubungan dengan seberapa besar suatu masalah (penyakit) dirasakan (Depkes R.I., 2008). Seseorang untuk berperilaku disebabkan oleh karena adanya berbagai rangsangan. a) Rangsangan karena pengalaman tidak enak ketika sakit, b) Rangsangan pengetahuan dan kekhawatiran yang timbul sebagai pengalaman penderita demam berdarah sehingga muncul persepsi bahwa DBD adalah penyakit yang perlu dicegah, c) Rangsang ketrampilan dan kemampuan diri yaitu persepsi setiap orang bisa melakukan 3M karena mudah dilakukan, d) Rangsang mikrososial keluarga berupa dorongan keluarga untuk mencari pertolongan jika ada anggota yang mengalami demam tinggi mendadak, e) Rangsang mikrososial norma, program pemerintah, dan gerakan masyarakat yang menarik masyarakat untuk melakukan 3M, f) Rangsang ekonomi berupa kesadaran masyarakat bahwa 3M sangat murah yang tidak membutuhkan biaya untuk melakukannya, g) Rangsang perilaku saing yaitu adanya perilaku lain yang harus dilakukan, seperti bekerja untuk nafkah (Depkes R.I., 2008). Satu pencetus adanya perubahan perilaku yang dilandasi adanya perilaku sakit (illness behavior) dimana segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang individu yang merasa dirinya sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya. Tahapan perubahan perilaku meliputi : 1. Terjadinya perubahan pengetahuan yaitu adanya kesadaran tentang penyakit DBD, pentingnya pencegahan, dan cara pencegahannya.

19 25 2. Adanya persetujuan/respon positif terhadap pesan yang diterima yaitu: mendukung pesan pencegahan DBD 3. Munculnya niat untuk melaksanakan isi pesan yang diterima yaitu adanya keinginan untuk melakukan kegiatan pencegahan DBD 4. Melaksanakan atau mempraktekkan perilaku baru yaitu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat mencegah terjadinya DBD 5. Merasakan manfaatnya dan selanjutnya menginternalisasikannya menjadi kebiasaan, serta mengajak orang lain atau lingkungan sekitar agar melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan terjadinya DBD (Notoatmojo, 2003) Komponen Perilaku Komponen perilaku yang utama terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan merupakan kemampuan proses penginderaan manusia terhadap suatu objek. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman yang didapat dari berbagai sumber seperti guru, teman, media masa/elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya (WHO, 2001). Taraf pengetahuan meliputi mengetahui, mengingat kembali, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Mengetahui/tahu (know), yaitu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari rangsangan yang telah diterima. Memahami (comprehension), yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

20 26 secara benar. Penerapan (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi/suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Tingkatan keenam adalah evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu (Notoatmojo, 1993). Sikap merupakan suatu keteraturan dalam hal perasaan, pemikiran dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2003). Sikap membentuk pola yang konsisten. Sikap merupakan reaksi atas respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungannya sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Sikap masih merupakan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu (Notoatmojo, 2005). Komponen sikap meliputi kognitif (pengetahuan), afektif (penilaian untuk bertindak positif atau negatif), dan kecenderungan untuk bertindak. Afektif adalah komponen emosional atau perasaan seseorang; kognitif yaitu persepsi, keyakinan, dan pendapat seseorang; sedangkan komponen perilaku merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu terhadap lingkungan (Notoatmojo, 2005).

21 Informasi Kesehatan Pencegahan DBD Berdasarkan Kebijakan Nasional untuk P2-DBD sesuai Kepmenkes No. 581/Menkes/SK/VII/1992 terdapat program PSN-DBD dengan komunikasi perubahan perilaku (communications for behavioral impact) sebagai upaya pendekatan untuk melaksanakan pencegahan DBD secara lokal spesifik, melalui kebijakan: 1. Meningkatkan perilaku hidup sehat dan kemandirian terhadap upaya pencegahan DBD 2. Meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan DBD 3. Pembangunan berwawasan lingkungan. Strategi yang dirumuskan untuk menjalankan kebijakan tersebut adalah melalui pemberdayaan masyarakat, dengan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD sebagai kunci keberhasilan upaya pemberantasan penyakit DBD (Depkes R.I., 2008). Penyampaian informasi kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan merupakan proses pendidikan yang pada hakekatnya adalah kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat. Pesan yang disampaikan diharapkan memberikan pemahaman tentang kesehatan yang mendukung perilaku kesehatan (Notoatmojo, 2003). Pendidikan kesehatan merupakan upaya persuasi masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara (mengatasi masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Kegiatan ini bisa melalui penyuluhan kesehatan. Penyuluhan salah satu pendekatan edukatif untuk meningkatkan

22 28 pengetahuan tentang pencegahan penyakit. Informasi kesehatan dikemas dalam berbagai cara yang inovatif seperti dalam penyuluhan kesehatan bertujuan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja tahu, dan mengerti, tetapi mau dan bisa melakukan suatu anjuran kesehatan (Notoatmojo, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan di Medan dijelaskan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan masyarakat dengan kejadian DBD. Berdasarkan perhitungan Odd Ratio (OR) disimpulkan bahwa responden yang pengetahuannya kurang mempunyai risiko terkena DBD lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan yang baik. Demikian pula dijelaskan bahwa pengetahuan kesehatan lingkungan sebagian rumah tangga termasuk kategori sedang yakni sebesar 57,7%, sedangkan responden yang berprilaku sehat sebesar 44,6% (Azizah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian luar biasa

Lebih terperinci

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini banyak menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena perjalanan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vektor Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder. Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditransmisikan melalui cucukan nyamuk dari genus Aedes,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector borne disease

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang harus lebih mengutamakan upaya promotif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) dan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah banyak program dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya merupakan suatu penyakit dimana keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut sejarah, diduga penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01

Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01 Lampiran 1 : SURAT PERMINTAAN DARI KEPALA SEKOLAH SDN KALISAT 01 Lampiran 2 : SURAT TUGAS DARI KETUA LPM UNIVERSITAS JEMBER Lampiran 3 : DAFTAR RIWAYAT HIDUP PELAKSANA 1. Nama : Latifa Aini S., M.Kep.,

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Probo Adi Saputro NIM : 20130320119 Alamat : Pangukan Tridadi Sleman RT/RW 003/010 Adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES

SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES SIARAN RADIO TANGGAL 3 OKTOBER 2011 MATERI PENYAKIT DEMAM BERDARAH PERKENALAN NAMA DR. I GUSTI AGUNG AYU MANIK PURNAMAWATI, M.KES NAMA SINGKAT DR MANIK DOKTER UMUM PNS DI PUSKESMAS BANJARANGKAN I ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia yang jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Teori 1. Konsep Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGENDALIAN VEKTOR TULAR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI GAMPONG BINAAN AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN Kartini 1) dan

Lebih terperinci

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 45 tahun terakhir, sejak tahun 1968 sampai saat ini dan telah menyebar di 33 provinsi dan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama, tetapi kemudian merebak kembali. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

Lebih terperinci

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE I. Kondisi Umum Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam berdarah dengue / DBD adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian dan telah dikenal selama > 200 tahun (CDC, 2012). Diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular diberbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005 Oleh: TH.Tedy B.S.,S.K.M.,M.Kes. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No.23

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki dasar yang kuat,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan

PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia yang disebutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakit menular yang jumlah kasusnya dilaporkan cenderung meningkat dan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang membawa penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk ini dapat tumbuh pesat di Indonesia karena Indonesia termasuk negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program kesehatan di Indonesia adalah pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai menimbulkan masalah kesehatan masyarakat sejak diketemukannya kasus tersebut di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1.1 Definisi Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Pemerintah

Lebih terperinci

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE Yunita K.R. dan Soedjajadi K., Perilaku 3M, Abatisasi PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE 3M Behavior, Abatitation, Aedes aegypti Larva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kini telah menjadi endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering muncul pada musim hujan ini antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat rohani juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama jumlah penderita DBD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue/dbd merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderita penyakit DBD cenderung meningkat dari tahun ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal Program Pemberantasan Penyakit menitik beratkan kegiatan pada upaya mencegah berjangkitnya penyakit, menurunkan

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 1, Januari 2017 ISSN (p) -- ISSN (e)

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Volume VIII Nomor 1, Januari 2017 ISSN (p) -- ISSN (e) PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK PADA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE Muammar Faiz Naufal Wibawa (Prodi Kesehatan Lingkungan Magetan, Poltekkes Kemenkes Surabaya) Tuhu Pinardi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh organisme atau makhluk hidup. Perilaku dapat diartikan suatu respon/reaksi

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dan dapat mengakibatkan kematian pada penderita dalam waktu yang relatif singkat.penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang umumnya ditemukan di daerah tropis dan ditularkan lewat hospes perantara jenis serangga yaitu Aedes spesies.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya sampai saat ini masih tetap menjadi salah satu penyakit menular yang berisiko menyebabkan tingginya angka kesakitan serta masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah di Kabupaten Indramayu. Berdasarkan data dalam Profil Kesehatan Kabupaten Indramayu, Incidence rate (IR) DBD

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I 0 HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi dan dalam waktu

Lebih terperinci

BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA

BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA Untuk melengkapi pembahasan mengenai metode semi-parametrik, pada bab ini akan membahas contoh

Lebih terperinci

I. IDENTITAS RESPONDEN

I. IDENTITAS RESPONDEN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KEPADATAN JENTIK PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN SIANTAR TIMUR KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes aegypti yang mengakibatkan banyaknya jumlah penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah terinfeksi salah satu dari empat subtipe virus dengue (Sulehri, et al.,

Lebih terperinci

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009 Oleh : Yulian Taviv, SKM, M.Si* PENDAHULUAN Chikungunya merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL 6 Sri Wahyuni ABSTRAK Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbahaya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Demam Berdarah Dengue 3.1.1. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cuaca atau iklim yang tidak menentu menyebabkan berbagai penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit chikungunya yang juga ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebaranya semakin

Lebih terperinci