PREFIKS PEMARKAH INKOAKTIF PADA VERBA BAHASA RUSIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PREFIKS PEMARKAH INKOAKTIF PADA VERBA BAHASA RUSIA"

Transkripsi

1 PREFIKS PEMARKAH INKOAKTIF PADA VERBA BAHASA RUSIA MAKALAH Dipresentasikan di Program Pascasarjana BKU Linguistik Maret 2007 Oleh Tri Yulianty K. NIP FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2007

2 Abstrak Prefiks merupakan afiks pembentuk verba yang paling produktif dalam bahasa Rusia. Proses pemaduannya tidak mengubah kelas kata lain, yaitu hanya dibubuhkan pada verba yang telah ada. Pemaduan prefiks pada verba dapat mempengaruhi makna gramatikal dan/atau leksikal verba bentukannya. Di antara prefiks-prefiks pembentuk verba terdapat prefiks yang membawa nuansa makna inkoaktif pada verba tertentu yang juga dapat mengubah makna gramatikalnya, yaitu aspek verba.

3 PREFIKS PEMARKAH INKOAKTIF PADA VERBA BAHASA RUSIA I. PENDAHULUAN Proses morfologis (atau proses morfemis menurut beberapa linguis) dengan penambahan afiks (afiksasi) ini merupakan suatu proses yang paling umum dalam bahasa (Parera, 1990: 18). Dalam bahasa Rusia terdapat 3 macam afiksasi, yaitu prefiksasi, sufiksasi, dan konfiksasi. Dari ketiga jenis afiksasi tersebut, prefiksasi merupakan cara yang paling produktif digunakan dalam pembentukan verba (Valgina, 1962: 232). Penambahan prefiks pada verba dapat mengubah makna gramatikal dan/atau makna leksikal verba. Perhatikan contoh-contoh berikut: (1) pisat + na- napisat Vinf.imf. V.inf.pf. menulis menulis (sampai selesai) (2) pisat + pere- perepisat Vinf.imf. V.inf.pf menulis menyalin (3) pisat + pod- podpisat Vinf.imf. Vinf.pf. menulis menandatangani Pada ketiga contoh tersebut verba pisat menulis merupakan verba beraspek imperfektif, tetapi setelah ditambahi prefiks berubah menjadi aspek perfektif. Makna leksikal dasar verba hasil pembentukan kata pada (1) tidak berubah, hanya memberi nuansa makna keselesaian; sedangkan pada contoh (2) dan (3) penambahan prefiks pere- dan pod- ini mengubah

4 kata bentukannya baik secara gramatikal maupun leksikal, yaitu perubahan aspek verba dan makna leksikal dasar verba. Prefiks pembentuk verba dalam bahasa Rusia berjumlah lebih dari 20 buah yang dapat memiliki banyak makna dan dapat membawa nuansa makna baru pada verba yang ditambahinya (Kalinina, 1975: 138). Di antara prefiks-prefiks tersebut terdapat prefiks yang bernuansa makna inkoaktif, yaitu makna mulainya suatu kegiatan. Perhatikan contoh berikut: (4) Ona zaplakala. dia.f.nom. menangis.pf.kl.t.f. Dia mulai menangis. Pada contoh (4) verba zaplakala dibentuk dengan pembubuhan prefiks za- pada verba plakat (inf.) menangis yang beraspek imperfektif. Prefiks za- tersebut membawa nuansa makna inkoaktif. Namun, tidak semua verba yang ditambahi prefiks za- ini memiliki makna inkoaktif seperti pada contoh berikut: (5) pisat + za- zapisat Vinf.imf. Vinf.pf. menulis mencatat Mengacu pada uraian tersebut, maka menarik untuk mengkaji tentang prefiks pemarkah inkoaktif pada verba ini. II. PERMASALAHAN Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu:

5 1. Prefiks apa saja yang bernuansa makna inkoaktif pada verba bahasa Rusia? 2. Verba yang bagaimana yang dapat ditambahi prefiks pemarkah inkoaktif? 3. Apa pengaruh prefiks tersebut terhadap makna gramatikal dan leksikal verba? III. LANDASAN TEORI 3.1 Verba Bahasa Rusia Dalam bahasa Rusia bentuk verba yang tercantum dalam kamus (bentuk kutip) adalah verba bentuk infinitif. Bentuk infinitif ini hanya menyebutkan kegiatan, tidak menyatakan persona atau kala (Pulkina, 1975: 66). Akhir kata verba infinitif dicirikan oleh sufkis t, -ti, -č (čitat membaca, nesti membawa, moč dapat ). Dengan membuang sufiks pada bentuk infinitif akan didapat dasar verba yang kemudian dari dasar ini dibuat bentukan verba berinfleksi yang memarkahi kategori-kategori gramatikal persona dan kala. Perhatikan, sebagai contoh, paradigma (konjugasi) verba čitat membaca dalam tabel berikut: persona 1t 2t 3t.m 3t.f 3t.n 1j 2j 3j kala ja ty on ona ono my vy oni kini Lampau akan datang čitaju čitaeš čitaet čitaem čitaete čitajut čitalø, čitala čitalø, čitala čitalø čitala čitalo čitali čitali čitali budu čitat budeš čitat budet čitat budem čitat budete čitat budut čitat

6 Aspek merupakan salah satu kategori gramatikal verba bahasa Rusia. Kridalaksana (1984: 18) menyatakan bahwa aspek menunjukkan lamanya dan jenisnya perbuatan; apakah mulai, selesai, sedang berlangsung, berulang, dan sebagainya. Dalam bahasa Rusia aspek dibedakan atas dua bentuk, yaitu aspek imperfektif dan perfektif. Aspek imperfektif menyatakan bahwa kegiatan sedang berlangsung pada suatu saat, tetapi tidak mengungkapkan keselesaian kegiatan sampai akhir atau tidak diketahui hasilnya. Selain itu, verba imperfektif juga menandai kegiatan telah berlangsung lama atau diulang beberapa kali (Pulkina, 1975: 165). Kategori kala yang dimiliki aspek ini adalah kala kini, lampau, dan akan datang (dibentuk seperti pada tabel 1.). Aspek perfektif menyatakan kegiatan yang lengkap, pencapaian kegiatan sampai akhir. Beberapa verba perfektif juga menunjukkan kegiatan yang berlangsung dengan cepat, seketika, yaitu berlangsung satu kali pada suatu saat dan berakhir (Pulkina, 1975: 165). Verba perfektif memiliki dua kala, yaitu lampau dan akan datang. Kala akan datang dibentuk tanpa verba bantu, tetapi dikonjugasikan seperti kala kini aspek imperfektif. Telah diutarakan sebelumnya bahwa pembentukan verba dengan pembubuhan prefiks merupakan cara pembentukan yang paling produktif. Proses pembentukannya hanya melekatkan prefiks pada verba tanpa prefiks yang telah ada (Kalinina, 1975: 137). Jadi, prefiksasi verba

7 dibentuk dari kelas kata yang sama (verba itu sendiri) sehingga tidak terjadi perubahan kelas kata. 3.2 Prefiks Pemarkah Inkoaktif Pulkina (1975: 237) mengungkapkan bahwa jika ke dalam verba tak berprefiks imperfektif digabungkan prefiks, maka biasanya akan dibentuk verba perfektif. Selanjutnya Pulikina mengungkapkan bahwa tanpa mengubah makna leksikal dasar kata, prefiks ke dalam kata dapat membawa nuansa makna ketuntasan, mulainya, limit waktu, keseketikaan. Nuansa makna leksikal verba karena pengaruh afiks ini menurut Tadjuddin (2005: 35) merupakan implikasi semantis dari proses pembentukan aspek dan hal ini merupakan pembicaraan aksionalitas atau aktionart dalam bahasa Jerman sehingga afiks yang dipadukan dengan verba dasar dapat dilihat dari aspek dan aksionalitas. Dari segi aspek dihasilkan makna aspek (perfektif dan imperfektif), sedangkan dari segi aksionalitas dihasilkan makna aksionalitas (inkoaktif, terminatif, kompletif, iteratif, dll). Dari pandangan tersebut di atas tampak bahwa pemaduan verba dan prefiks yang membawa nuansa makna mulainya kegiatan (aksionalitas inkoaktif) akan mengubah makna aspek verba tanpa mengubah makna leksikal dasar verba. Hal ini sejalan dengan pernyataan Tadjuddin (2005: 32), yaitu bahwa aspek merupakan proses morfologi infleksional/paradigmatis yang bersifat terbuka, sedangkan aksionalitas merupakan proses morfologi derivasional yang bersifat tertutup.

8 Selanjutnya Tadjuddin (2005: 39) mengungkapkan bahwa makna aksionalitas inkoaktif atau kemulaian menggambarkan situasi yang memberikan tekanan pada segi permulaan keberlangsungannya, makna ini terdapat baik pada verba perfektif maupun imperfektif. Mengenai prefiks pemarkah inkoaktif ini Pulkina (1975: 239) dan Novikova (2003: 491) mengungkapkan bahwa verba dengan makna mulainya kegiatan biasanya dibentuk dengan bantuan prefiks za- dan po-. Prefiks za- biasanya digabungkan dengan verba yang menyatakan bunyi, gerakan, gejala alam, sedangkan prefiks po- biasanya digabungkan dengan verba gerakan satu arah (dalam bahasa Rusia verba gerakan dikelompokkan menjadi verba gerakan satu arah dan multi arah) dan beberapa verba lain. IV. PEMBAHASAN 4.1 Prefiks za- Prefiks za- sebagai pemarkah inkoaktif verba digabungkan dengan verba yang menyatakan bunyi, gerakan, dan gejala alam. (1) Rebjonok zasmejal sja. bayi.m.t.nom tertawa.pf.kl.m.t. Bayi mulai tertawa. (2) Les zazvenel, zastonal, hutan.m.t.nom bergerincing.pf.kl.m.t merintih.pf.kl.m.t zatreščal. berkeretak.pf.kl.m.t Hutan mulai bergerincing, mulai merintih, mulai berkeretak

9 Pada data (1) dan (2) verba zasmejal sja, zazvenel, zastonal, zatreščal merupakan verba berprefiks za-. Prefiks tersebut dibubuhkan pada verba infinitif smejat sja tertawa, zvenet bergerincing, stonat merintih, treščat berkeretak. Verba-verba tersebut menyatakan bunyi. Afiks infleksional -l- memarkahi kala lampau, afiks kosong (ø) memarkahi jender maskulin dan jumlah tunggal yang berkongruensi dengan subjek. Akibat pembubuhan prefiks, aspek imperfektif verba-verba pembentuknya berubah menjadi perfektif, sedangkan makna leksikal dasarnya tidak berubah, hanya muncul makna aksionalitas inkoaktif. (3) Nad prudom zasijala luna. Prep. kolam.m.t.ins bersinar.pf.kl.f.t bulan.f.t.nom Di atas kolam bulan mulai bersinar. (4) Zvezdočki zamel kali, zaševelilis na nebe. bintang.j.nom berkelap-kelip.pf.kl.j bergerak.pf.kl.j Prep. langit.n.t.prep Di langit bintang-bintang mulai berkelap-kelip, mulai bergerak. Pada data (3) dan (4) verba zasijala, zamel kali, zaševelilis merupakan verba berprefiks za-. Prefiks dibubuhkan pada verba infinitif sijat bersinar, mel kat berkelap-kelip, dan ševelitsja bergerak yang dalam kalimat-kalimat tersebut menyatakan gejala alam. Afiks infleksional l memarkahi kala lampau, afiks -a memarkahi jender feminin dan jumlah tunggal (3), afiks i memarkahi jumlah jamak (4), yang berkongruensi dengan subjek. Akibat pembubuhan prefiks, aspek imperfektif verba-verba pembentuknya berubah menjadi perfektif, sedangkan makna leksikal dasarnya tidak berubah, hanya muncul nuansa makna mulainya kegiatan/keadaan.

10 (5) Deti zabegali po dvoru. anak.j.nom berlari.pf.kl.j Prep. taman.m.t.dat. Anak-anak mulai berlari-lari di taman (6) On v volnenii zahodil po komnate. dia.m.nom Prep. khawatir.n.t.prep berjalan.pf.kl.m.t Prep. kamar.f.t.dat Karena khawatir dia mulai berjalan mondar-mandir di kamar. Pada data (5) dan (6) verba zabegali dan zahodil merupakan verba berprefiks za-. Prefiks za- dibubuhkan pada verba infinitif begat berlari dan hodit berjalan yang merupakan verba gerakan multi arah. Afiks infleksional -l memarkahi kala lampau, afiks -i memarkahi jumlah jamak (5), afiks kosong (ø) memarkahi jender maskulin dan jumlah tunggal (6), yang berkongruensi dengan subjek. Pembubuhan prefiks pada verba aspek imperfektif pembentuknya mengubah makna aspek verba menjadi perfektif, sedangkan makna leksikal dasarnya tidak berubah, hanya muncul makna aksionalitas inkoaktif. 4.2 Prefiks po- Prefiks po- biasanya digabungkan dengan verba gerakan satu arah dan beberapa verba lain. (7) Ja pošjol bystrymi šagami. saya.t.nom berjalan.pf.kl.m.t cepat.j.ins langkah.j.ins Saya mulai berjalan dengan langkah-langkah cepat. (8) Samoljot poletel na jug. pesawat.m.t.nom terbang.pf.kl.m.t Prep. selatan.m.t.ak Pesawat mulai terbang ke selatan. (9) Deti pobegali po dvoru i pobežali na anak.j.nom berlari.pf.kl.j Prep. taman.m.t.dat Konj. berlari.pf.kl.j Prep. ulicu. jalan.f.t.ak Anak-anak berlari-lari di taman dan mulai berlari ke jalan.

11 Pada data (7), (8), dan (9) verba pošjol, poletel, dan pobežali merupakan verba berprefiks po-. Prefiks tersebut dibubuhkan pada verba infinitif idti berjalan, letet terbang dan bežat berlari yang merupakan verba gerakan satu arah. Afiks infleksional l memarkahi kala lampau (verba idti - šjol memiliki dasar pembentukan yang berbeda/iregular), afiks kosong (ø) memarkahi jender maskulin dan jumlah tunggal (7 dan 8), afiks i memarkahi jumlah jamak (9), yang berkongruensi dengan subjek. Pembubuhan prefiks pada verba imperfektif pembentuknya mengubah makna aspek verba berprefiks menjadi perfektif, sedangkan makna leksikal dasarnya tidak berubah, hanya muncul makna mulainya kegiatan. (10) Podul sil nyj veter i dul bertiup.pf.m.t kuat.m.t.nom angin.m.t.nom Konj. bertiup.imf.kl.m.t tri dnja. tiga hari.m.t.gen Mulai bertiup angin kencang dan berlangsung selama tiga hari. (11) V oktjabre polili doždi. Prep. oktober.m.t.prep mencurah.pf.kl.j hujan.j.nom Pada bulan Oktober hujan mulai turun. Pada data (10) dan (11) verba podul dan polili merupakan verba berprefiks po-. Prefiks dibubuhkan pada verba infinitif dut bertiup dan lit mencurah yang dalam kalimat-kalimat tersebut menyatakan gejala alam. Afiks infleksional l memarkahi kala lampau, afiks kosong (ø) memarkahi jender maskulin dan jumlah tunggal (10), afiks i memarkahi jumlah jamak (11), yang berkongruensi dengan subjek. Pembubuhan prefiks pada verba imperfektif pembentuknya mengubah makna aspek verba menjadi

12 perfektif, sedangkan makna leksikal dasarnya tidak berubah, hanya muncul makna aksionalitas inkoaktif. V. PENUTUP Verba berprefiks dalam bahasa Rusia dibentuk melalui pembubuhan prefiks pada verba yang telah ada sehingga dalam proses morfologis (morfemis) ini tidak terjadi perubahan kelas kata. Dari 20 lebih prefiks pembentuk verba terdapat dua prefiks produktif pemarkah inkoaktif, yaitu prefiks za- dan po-. Pembubuhan kedua prefiks tersebut pada verba pembentuknya menimbulkan perubahan makna aspek, yaitu dari imperfektif menjadi perfektif, sedangkan makna leksikal dasarnya tidak berubah. Tidak semua verba yang digabungkan dengan prefiks za- dan poini memiliki makna aksionalitas inkoaktif. Prefiks za- sebagai pemarkah inkoaktif biasanya digabungkan dengan verba yang menyatakan bunyi/suara, gerakan multi arah, dan gejala alam. Prefiks po- digabungkan dengan verba gerakan satu arah, gejala alam, dan verba lainnya. Masih banyak hal yang perlu dikaji lebih dalam tentang prefiks pemarkah inkoaktif ini, antara lain masih kurang jelasnya jenis verba yang dapat digabungkan dengan prefiks ini. Analisis verba secara semantis kiranya dapat dipertimbangkankan sebagai salah satu pemecahannya. Selain secara morfologis, makna aksionalitas inkoaktif dapat dibentuk pula secara analitis (dalam tataran frasa), yaitu melalui

13 penggabungan verba bantu yang menyatakan mulainya kegiatan (načinat - načat mulai, dll) dan verba utama yang menyatakan kegiatan dimaksud. Atas dasar berbeda bentuk berbeda makna, maka kedua bentuk lahiriah yang berbeda ini patut dicurigai apakah memiliki bentuk batiniah yang berbeda pula.

14 PUSTAKA ACUAN Barykina, A.N Izučenija Glagolnyh Pristavok. Moskwa: Russkiji Jazyk. Kalinina, I.K Sovremennyji Russkiji Jazyk. Morfologija. Moskwa: Russkiji Jazyk. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia. Novikova, L.A Sovremennyji Russkiji Jazyk. St. Petersburg- Moskwa: Lan. Parera, Jos Daniel Morfologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Pirogova, L.I. dan Makarova, S.I. Tanpa Tahun. Conjugation of Russian Verbs. Moscow: Progress Publishers. Pulkina, I.M Učebnik Russkogo Jazyka. Moskwa: Russkiji Jazyk. Tadjuddin, Moh Aspektualitas dalam Kajian Linguistik. Bandung: Alumni. Valgina, N.S Sovremennyji Russkiji Jazyk. Moskwa: Vyšaja Škola.

15 Lampiran DAFTAR SINGKATAN ak dat f gen imf inf ins. j kl m n nom pf prep t akusatif datif feminin genetif imperfektif infinitif instrumental jamak kala lampau maskulin netral nominatif perfektif preposisional tunggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Morfologi Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam Mulyana, 2007: 5), secara

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

TIPOLOGI STRUKTUR FRASE PREPOSISIONAL BAHASA RUSIA, INGGRIS, DAN INDONESIA (Suatu Kajian konstraktif)

TIPOLOGI STRUKTUR FRASE PREPOSISIONAL BAHASA RUSIA, INGGRIS, DAN INDONESIA (Suatu Kajian konstraktif) Tipologi Struktur Frase Preposisional Bahasa Rusia, Inggris, dan Indonesia (Suatu Kajian Konstraktif) (Susi Machdalena dkk.) TIPOLOGI STRUKTUR FRASE PREPOSISIONAL BAHASA RUSIA, INGGRIS, DAN INDONESIA (Suatu

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU Oleh: Ida Satriyani Kasran Ramsi ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apa sajakah afiks infleksi dalam bahasa Kulisusu, dalam hal ini meliputi pembagian afiks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, pikiran, perasaan, pengalaman dan pendapat. Oleh karena itu bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa yang merupakan komponen linguistik. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penilitian Refleksif dengan Kata Diri, Dirinya, Dan Diriya Sendiri dalam Bahasa Indonesia: dari Perspektif Teori Pengikatan ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemikiran Keberadaan buku teks di perguruan tinggi (PT) di Indonesia perlu terus dimutakhirkan sehingga tidak dirasakan tertinggal dari perkembangan ilmu dewasa ini.

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa di dunia memiliki keunikan tersendiri antara satu dengan lainnya. Di dalam setiap bahasa selalu terdapat pola pembentukan kata yang secara sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA A. Deskripsi Mata Kuliah Dalam perkuliahan dibahas pengertian morfologi dan hubungannya dengan cabang ilmu bahasa lain, istilah-istilah teknis dalam morfologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia pada dasarnya mempunyai dua macam bentuk verba, (i) verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks sintaksis,

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA UNSUR KALIMAT DAN KELAS KATA DALAM BAHASA RUSIA

KORELASI ANTARA UNSUR KALIMAT DAN KELAS KATA DALAM BAHASA RUSIA Korelasi Antara Unsur Kalimat dan Kelas Kata dalam Bahasa Rusia (Davidescu Cristiana) KORELASI ANTARA UNSUR KALIMAT DAN KELAS KATA DALAM BAHASA RUSIA Davidescu Cristiana Staf Pengajar Jurusan Sastra Rusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi juga dibutuhkan. bahwa bahasa berhubungan dengan hal-hal diluar bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi juga dibutuhkan. bahwa bahasa berhubungan dengan hal-hal diluar bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat pemersatu antara manusia satu dengan manusia yang lain. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya juga butuh interaksi dengan sesama manusia. Dalam

Lebih terperinci

VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK

VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK Cut Poetri Keumala Sari Abstrak Skripsi ini berjudul Verba yang Berkaitan dengan Aktivitas Mulut: Kajian Morfosemantik. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sawardi (2004:1) menjelaskan bahwa teori kebahasaan memahami refleksif berdasarkan pola kalimat umumnya (agen melakukan sesuatu terhadap pasien).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B )

Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B ) Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B ) Faculty of Education Department of Islamic Education Darussalam Institute of Islamic Studies Gontor Ponorogo Email: tadib.isid@yahoo.com

Lebih terperinci

PREDIKAT NOMINAL DALAM BAHASA RUSIA

PREDIKAT NOMINAL DALAM BAHASA RUSIA MAKALAH PREDIKAT NOMINAL DALAM BAHAA RUIA Oleh Tri Yulianty K. Dipresentasikan dalam seminar Prodi pada tanggal 22 Januari 2009 Program tudi astra Rusia Fakultas astra Unpad Jatinangor 2009 PREDIKAT NOMINAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk mengekspresikan perasaan atau emosi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari bahasa secara umum maupun khusus. Penyelidikan dan penyidikan dalam linguistik memiliki tujuan untuk menguak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Untuk mengerti kemanusiaan orang harus mengerti nature (sifat) dari bahasa yang membuat manusia

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

SATUAN LINGUAL PENANDA GENDER DALAM BAHASA JERMAN DAN INDONESIA

SATUAN LINGUAL PENANDA GENDER DALAM BAHASA JERMAN DAN INDONESIA Published on Fakultas Bahasa dan Seni (https://fbs.uny.ac.id) Home > SATUAN LINGUAL PENANDA GENDER DALAM BAHASA JERMAN DAN INDONESIA SATUAN LINGUAL PENANDA GENDER DALAM BAHASA JERMAN DAN INDONESIA Submitted

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan Dengan maksud merangkum seluruh uraian yang terdapat pada bagian pembahasan, pada bagian ini dirumuskan berbagai simpulan. Simpulan yang dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) PENGGUNAAN AFIKSASI PADA SKRIPSI PERIODE WISUDA KE-52 MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT ARTIKEL JURNAL Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83). BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa bahasa pronomina persona, jumlah, dan jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi verba. Contohnya pada Bahasa Arab (BA) dan Bahasa Inggris.

Lebih terperinci

IHWAL ASPEKTUALITAS, TEMPORALITAS, DAN MODALITAS DALAM BAHASA INDONESIA (Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI)

IHWAL ASPEKTUALITAS, TEMPORALITAS, DAN MODALITAS DALAM BAHASA INDONESIA (Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI) IHWAL ASPEKTUALITAS, TEMPORALITAS, DAN MODALITAS DALAM BAHASA INDONESIA (Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd./FPBS UPI) Pada beberapa bahasa aspek, temporalitas, dan modalitas merupakan subbahasan semantik

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita (sumber: wikipedia.com). Penulis novel disebut novelis. Kata novel

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa

Lebih terperinci

MAKNA ASPEKTUALITAS AFIKSASI DAN REDUPLIKASI PADA VERBA BAHASA BUGIS

MAKNA ASPEKTUALITAS AFIKSASI DAN REDUPLIKASI PADA VERBA BAHASA BUGIS MAKNA ASPEKTUALITAS AFIKSASI DAN REDUPLIKASI PADA VERBA BAHASA BUGIS Bungatang Pendidikan Ekonomi, STKIP Pembangunan Indonesia Makassar Jl. A.P. Pettarani, Makassar Email: Bunga-az-zahra@yahoo.com Abstract.

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk suku Jawa di antaranya Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian wilayah Indonesia lainnya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan 191 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Proses

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kata kerja bantu modal atau modal memiliki fungsi sebagai pengungkap sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana pembicara menyatakan sikapnya

Lebih terperinci

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi

PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA. Oleh F.X. Sawardi PERILAKU KETERPILAHAN (SPLIT-S) BAHASA INDONESIA Oleh F.X. Sawardi sawardi_fransiskus@mailcity.com 1. Pengantar Paper ini mencoba mengungkap celah-celah untuk meneropong masalah ergativitas bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail

Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail Ni Wayan Kencanawati 1*, I Nyoman Suparwa 2, Made Sri Satyawati 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian morfosemantik istilah-istilah pertukangan kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Perancis, mahasiswa banyak disuguhkan beranekaragam pengetahuan dasar mengenai pembelajaran bahasa Perancis. Pengetahuan dasar tersebut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd KOMPOSISI BERUNSUR ANGGOTA TUBUH DALAM NOVEL-NOVEL KARYA ANDREA HIRATA Sarah Sahidah Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan hubungan maknamakna gramatikal leksem anggota tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI 2012 Jurnal Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd.

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd. KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd. 1. Pendahuluan Menurut proses morfologisnya, kata dihasilkan melalui proses afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, dan perubahan zero. (Ramlan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

MAKNA ASPEKTUALITAS REDUPLIKASI VERBA BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI JANUARI-MARET 2012 SKRIPSI

MAKNA ASPEKTUALITAS REDUPLIKASI VERBA BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI JANUARI-MARET 2012 SKRIPSI MAKNA ASPEKTUALITAS REDUPLIKASI VERBA BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI JANUARI-MARET 2012 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

KONSTRUKSI INFINITIF BAHASA JERMAN DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI INFINITIF BAHASA JERMAN DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA i LAPORAN PENELITIAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012 KONSTRUKSI INFINITIF BAHASA JERMAN DAN PADANANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

KONSTRUKSI AKTIF - PASIF BAHASA RUSIA

KONSTRUKSI AKTIF - PASIF BAHASA RUSIA KONSTRUKSI AKTIF - ASIF BAHASA RUSIA artikel dipublikasikan dalam jurnal sastra Uvula vol.4 No. 2 November 2006 Oleh: Ani Rachmat NI 132 234 920 rogram Studi Sastra Rusia Fakultas Sastra Universitas adjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata merupakan salah satu unsur penting dalam pembetukan suatu bahasa salah satunya dalam suatu proses pembuatan karya tulis. Kategori kata sendiri merupakan masalah

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Ada tiga kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Ketiga kajian tersebut adalah makalah berjudul Teori Pengikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbahasa, kedua kemampuan tersebut, reseptif dan produktif, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbahasa, kedua kemampuan tersebut, reseptif dan produktif, merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis merupakan empat aspek keterampilan berbahasa. Mendengarkan dan membaca disebut kemampuan reseptif, sedangkan berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN CERITA PENDEK SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK 1 2 Hubungan Penguasaan Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks dengan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan sebagai alat komunikasi antar-masyarakat di sana sampai

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan sebagai alat komunikasi antar-masyarakat di sana sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Sasak (selanjutnya disingkat BS) merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia. BS yang ada di pulau Lombok adalah bahasa daerah yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu Eighty Risa Octarini 1, I Ketut Darma Laksana 2, Ni Putu N. Widarsini 3 123 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Cakrawala, ISSN , Volume 3, November KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd.

Cakrawala, ISSN , Volume 3, November KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd. Cakrawala, ISSN 1858-449, Volume 3, November 2008 KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd. Abstrak Bahasa Jawa dan bahasa Arab sangat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa merupakan alat komunikasi yang

Lebih terperinci

ASPEKTUALITAS BAHASA BANJAR HULU

ASPEKTUALITAS BAHASA BANJAR HULU 1 ASPEKTUALITAS BAHASA BANJAR HULU Oki Rasdana Hasnah Faizah AR Mangatur Sinaga Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT This research antitles Aspectuality

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci