BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stres Definisi Stres Pada awal mulanya stres berasal dari istilah yang dipakai dalam ilmu metalurgi, dimana lempengan logam yang menahan beban timbangan dinamakan stres. Dikemudian hari kata stres ini diadopsi oleh dunia medis ketika seseorang yang mengalami gangguan syaraf, dikatakan dalam kondisi stres (Effendi, 2006). Sarafino (2008) mengartikan stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Senada dengan Sarafino, Santrock (2003) mendefinisikan stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya atau coping. Lain halnya dengan pendapat Hans Selye (Hawari, 2001) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Sedangkan Safaria dan Rahardi (2004) mendefinisikan stres adalah keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, kejadian, peristiwa dan respons, interpretasi individu yang menyebabkan timbulnya ketegangan yang di luar kemampuan individu untuk mengatasinya. 10

2 11 Dari pengertian-pengertian yang telah diungkapkan diatas, maka peneliti mendefinisikan stres adalah respon individu terhadap kejadian, peristiwa, dan stimulasi yang mengancam dan mengganggu seseorang akibat tuntutan beban yang dialami seseorang dan individu tidak bisa menanganinya karena diluar kemampuannya Jenis Stres Orang menggunakan kata stres untuk mengungkapkan pengalaman yang menyedihkan, mengecewakan, menyakitkan, dan ketakutan yang ada dalam dirinya. Tetapi pada kenyataannya ada 2 jenis stres yang terdapat pada diri manusia, yaitu eustres dan distres (Safaria dan Rahardi, 2004). Kedua jenis stres tersebut adalah : a. Eustres Eustres adalah stres ini menimbulkan tegangan dalam hidup, tetapi dampak yang ditimbulkan menyenangkan dan diimpikan semua orang. Contoh stres ini adalah wawancara kerja, promosi kenaikan jabatan, seleksi pekerjaan. Stres ini dikatakan positif karena ketegangan yang dialami individu akan membuahkan hasil yang bermanfaat jika sudah tercapai. b. Distres Distres muncul ketika seseorang membenci pekerjaannya, mengeluhkan berbagai tekanan hidup, dan seseorang merasa tidak berdaya dalam menjalani kehidupan (Covey, 2005). Contoh stres ini adalah di PHK dari pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai, sakit keras, dirampok, dan sebagainya.

3 12 Kedua jenis stres ini jika tidak dikelola dengan baik dan terlalu berlebihan maka akan menimbulkan dampak yang negative, seperti sakit jantung, stroke, sakit maag, migrain, kelelahan, dan kejenuhan (Safaria dan Rahardi, 2004) Dampak yang Ditimbulkan Akibat Stres Sarafino (2008) menjabarkan tentang 2 aspek utama dari dampak yang ditimbulkan akibat stres yang terjadi pada manusia, yaitu : 1. Aspek Biologis Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan, tidur menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh tubuh. 2. Aspek Psikologis Ada 3 gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang sedang mengalami stres. Ketika gejala tersebut adalah gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku. a. Gejala kognisi Gangguan daya ingat (menurunnya daya ingat, mudah lupa dengan suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal, merupakan gejalagejala yang muncul pada aspek gejala kognisi b. Gejala emosi

4 13 Mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi merupakan gejala-gejala yang muncul pada aspek gejala emosi c. Gejala tingkah laku Tingkah laku negative yang muncul ketika seseorang mengalami stres pada aspek gejala tingkah laku adalah mudah menyalahkan orang lain dan mencari kesalahan orang lain, suka melanggar norma karena dia tidak bisa mengontrol perbuatannya dan bersikap tak acuh pada lingkungan, dan suka melakukan penundaan pekerjaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Gunawati, Hartati, dan Listiara (2006) menjelaskan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi stres pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Ada 6 faktor yang mempengaruhi stres mahasiswa, yaitu : a. Faktor internal mahasiswa 1. Jenis kelamin Penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa wanita cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara umum wanita mengalami stres 30% lebih tinggi daripada pria. 2. Status sosial ekonomi Seseorang yang mempunyai status sosial ekonomi menengah kebawah cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Kesulitan ekonomi yang terjadi pada status sosial ekonomi menengah kebawah menyebabkan tekanan dalam hidup 3. Karakteristik kepribadian mahasiswa

5 14 Karakteristik kepribadian mahasiswa yang berbeda-beda menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stres yang sama. Mahasiswa yang mempunyai ketabahan lebih tinggi akan berdampak terhadap daya tahan mereka terhadap stres daripada mahasiswa yang mempunyai ketabahan lebih rendah 4. Strategi koping mahasiswa Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsurunsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. Strategi koping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dalam menghadapi stres, berpengaruh pada tingkat stresnya. Ditambahkan oleh Lazarus dan Folkman (dalam Utomo, 2008) ada 2 bentuk koping stres yang dapat dipakai oleh mahasiswa, yaitu emotional focused coping adalah usaha untuk mengatur respon emosional terhadap stres dengan merubah cara dalam merasakan permasalahan atau situasi dan problem focused coping adalah usaha untuk mengurangi atau menghilangkan stres dengan mempelajari caracara atau ketrampilan-ketrampilan baru untuk memodifikasi permasalahan yang mendatangkan stres yang mendatangkan stres. 5. Suku dan kebudayaan Stuart dan Sundeen (1991) mencoba menjelaskan bahwa kebudayaan mempengaruhi terhadap gangguan psikis seseorang. Karena setiap suku memiliki metode penyelesaian masalah yang berbeda. 6. Intelegensi

6 15 Setiap orang mempunyai kemampuan intelegensi yang berbeda-beda. Seorang mahasiswa yang mempunyai kemampuan intelegensi yang lebih tinggi cenderung lebih tahan terhadap sumber stres karena tingkat intelegensi mempengaruhi penyesuaian diri seseorang di lingkungan. Mahasiswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang lebih tinggi cenderung lebih adaptif dalam menyesuaikan diri. b. Faktor eksternal mahasiswa 1. Tuntutan tugas akademik (skripsi) Seorang mahasiswa yang menganggap skripsi merupakan beban bagi dirinya dan dia berpikir bahwa tugas tersebut tidak sesuai dengan kemampuan yang ada dalam dirinya, maka mahasiswa tersebut cenderung mengalami stres 2. Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya Hubungan mahahsiswa dengan lingkungan sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dari orang tua, teman, dan para dosen. Dukungan sosial mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam menyusun skripsi dan dukungan sosial juga dapat mengurangi stres individual yang terjadi pada mahasiswa Klasifikasi dan Pengertian Tingkat Stres Saat muncul keadaan eksternal yang tidak diharapkan, maka seseorang dapat menilai apakah kejadian tersebut membuat seseorang dapat atau tidak menimbulkan stres. Pertama seseorang mendeteksi suatu kejadian yang berpotensial menyebabkan stres. Peristiwa tersebut dibagi menjadi tiga keadaan, yaitu: positif, netral, dan negative. Jika seseorang

7 16 menilai peristiwa tersebut negative maka dicari kemungkinan adanya harm, threat, atau challenge. Lalu, seseorang menilai kemampuannya untuk melakukan coping terhadap situasi yang dihadapi dan sumber daya yang dimiliki, serta individu menilai apakah dia cukup mampu menghadapi harm, threat, dan challenge dalam peristiwa yang terjadi. Peristiwa-peristiwa tersebut kemudian akan berdampak pada aspek fisik dan aspek psikologis seseorang. Sarafino (2008) mengklasifikasikan 3 tingkatan stres, yaitu: 1. Stres tingkat rendah, terjadi ketika seseorang dengan kemampuan lebih dari cukup untuk menghadapi situasi yang sulit, maka seseorang akan merasakan sedikit stres dan merasa tidak memiliki tantangan 2. Stres tingkat sedang, terjadi ketika seseorang merasa cukup mungkin akan kemampuannya untuk menghadapi suatu kejadian tetapi dia harus berusaha keras, maka seseorang akan merasakan perasaan stres dengan tingkatan menengah atau sedang. Pada tahap ini, seseorang masih bisa beradaptasi terhadap stresor yang dihadapi (Sarafino, 2008) 3. Stres tingkat tinggi, terjadi ketika seseorang merasakan bahwa kemampuannya mungkin tidak akan mencukupi pada saat berurusan dengan stresor dari dalam diri dan lingkungannya, maka akibatnya seseorang akan mengalami perasaan stres yang besar Prokrastinasi Akademik Definisi Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi pada awalnya berasal dari bahasa Latin, yaitu procrastination, dengan awalan pro yang berarti mendorong maju dan

8 17 crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika pro dan crastinus digabungkan artinya adalah menunda sampai keesokan harinya. Orang yang suka melakukan prokrastinasi disebut procrastinator (Ferrari, 1995) Menurut Ferrari et.al (1995) pengertian prokrastinasi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang antara lain, yaitu : 1. Prokrastinasi adalah setiap perbuatan untuk menunda mengerjakan tugas tanpa mempermasalahkan tujuan dan alasan penundaan 2. Prokrastinasi sebagai suatu pola perilaku (kebiasaan) yang mengarah kepada trait, penundaan yang dilakukan sudah merupakan respon yang menetap seseorang dalam menghadapi tugas dan biasaanya disertai dengan keyakinan yang irrasional 3. Prokrastinasi sebagai suatu trait kepribadian, tidak hanya perilaku menunda tetapi melibatkan struktur mental yang saling terkait. Fiore (2006, dalam Catrunada, 2008) menjelaskan secara etimologis prokrastinasi adalah suatu mekanisme untuk mengatasi kecemasan yang berhubungan dengan bagaimana cara memulai atau melengkapi suatu pekerjaan dan dalam hal membuat keputusan. Lain halnya menurut Lay prokrastinasi mengacu pada kecenderungan irasional untuk menunda tugas yang harus diselesaikan (1986, dalam Jackson, dkk, 2003). Ferrari menjelaskan prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti tugas kuliah (Ferrari et al., 1995) Pengertian prokrastinasi akademik menurut Tuckman (2002) adalah

9 18 Academic procrastination is regarded as a dispositional trait that could particularly have some consequences on students whose lives are characterized by frequent deadlines. Penulis mencoba mengartikan ke dalam bahasa Indonesia pengertian dari Tuckman yaitu: Prokrastinasi akademik dipandang sebagai suatu watak yang terutama bisa memiliki konsekuensi pada siswa yang hidupnya terbiasa atau terkarakter dengan banyak tenggat waktu. Menurut Ferrari, dkk. (1995), prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif, dengan melakukan penundaan, banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia. Penundaan dalam akademik lebih banyak pada tugas yang bersifat formal, seperti mengerjakan makalah atau skripsi. Dari pengertian-pengertian diatas maka peneliti dapat mengartikan prokrastinasi akademik adalah penundaan kegiatan akademik dengan melakukan aktivitas lain yang tidak berguna sehingga pekerjaan penting tidak selesai tepat pada waktunya, membuang waktu secara sia-sia, dan digunakan untuk mengatasi kecemasan sesaat Ciri-Ciri Orang yang Melakukan Prokrastinasi Bernard (1991) menjelaskan ciri-ciri individu yang mempunyai kecendrungan untuk berprokrastinasi. Bernard menyebut ciri-ciri ini dengan kepribadian prokrastinator atau procrastinator personality, tetapi kecendrungan-kecendrungan ini bukan merupakan gambaran kepribadian yang secara utuh, yaitu : 1. Neurotism / high anxiety

10 19 Sisi negative individu untuk melakukan tindakan yang mengancam individu dalam menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan, seperti konflik, rasa frustasi, ancaman fisik maupun psikis, dan tekanan dari luar yang berada di luar kemampuan individu. 2. Depression / low self-esteem Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah menilai dirinya sendiri tidak mampu untuk mendapatkan sesuatu hal yang baik dalam hidupnya dan mudah menyerah dalam menghadapi masalah 3. Rebellious Pola asuh yang otoratif mempengaruhi kecendrungan berperilaku seseorang. Hal ini banyak ditemukan pada remaja. Remaja yang menjadi pemberontak cenderung mengabaikan tugas meskipun mereka mengetahui konsekuensinya jika tidak mengerjakan tugas itu. 4. Pessimistic / internal Seseorang yang pesimis mempunyai kecendrungan untuk menunda tugas. Seseorang yang pesimis belum tentu mengarah ke depresi, namun mereka mempunyai kecendrungan untuk menunda tugas penting. Jika mereka mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, mereka akan berpikir bahwa hal tersebut terjadi karena faktor dari luar diri mereka 5. Irrational beliefs Kepercayaan yang irasional, bersifat negative, seperti tidak pantas untuk berhasil, kepercayaan diri yang rendah, kecemasan yang tinggi membuat seseorang mempercayai jika dia berhasil maka dia akan dijauhi oleh teman-temannya. 6. Lack of achievement motivation

11 20 Motivasi berprestasi terdiri dari 3 dimensi, yaitu kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan dan memecahkan masalah akademis, dan prestasi dipandang sebagai pemenuhan ego, prestasi dapat membuat seseorang cepat mendapatkan pekerjaan. Kurangnya motivasi berprestasi dapat membuat seseorang mengalami kegagalan untuk menyelesaikan tugasnya. 7. Poor self-control / impulsiveness Individu dapat menjadi frustasi karena kurangnya kontrol diri untuk mengendalikan insting dan dorongan alamiahnya 8. Disorganization Kesulitan untuk menjadi seseorang yang teratur. Ketidakteraturan dan kecemasaan yang timbul bersamaan adalah ciri seseorang untuk menjadi procrastinator Faktor-faktor Prokastinasi Akademik Steel (2007) menyebutkan ada 8 faktor yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. Keengganan untuk segera mengerjakan tugas Mahasiswa tidak segera mengerjakan tugas karena melakukan penghindaran diri. Mahasiswa mempunyai kemampuan untuk mengerjakan tugas tersebut tetapi dia tidak segera mengerjakannya karena mahasiswa menyadari adanya ancaman dari tugas tersebut. Hal ini dikarenakan pemberian insentif dan reward yang tidak sebanding. Seperti mengeluarkan biaya yang besar dan banyak menyita waktu untuk mengerjakan tugas tersebut.

12 21 2. Khawatir akan mendapat kegagalan Mahasiswa melakukan prokrastinasi karena mereka kurang mempunyai kepercayaan diri. Mereka ragu akan tugas yang dikerjakan tidak maksimal dan tidak sesuai dengan hasil yang mereka inginkan. Hal ini diperkuat oleh Ferrari (dalam Neville, 2007) bahwa mahasiswa sangat peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka, mereka lebih suka orang lain berpikir bahwa mereka tidak memiliki usaha daripada kemampuan. 3. Depresi atau suasana hati yang kurang baik Faktor ini berhubungan dengan "mood atau di beberapa kasus depresi merupakan kondisi yang serius. Mahasiswa menunggu mereka mempunyai mood yang baik untuk mengerjakan tugas. Jika mood mereka sedang tidak baik, maka penundaan pekerjaan akan mereka lakukan 4. Memberontak Mahasiswa menjadi prokrastinator karena mereka merasa tugas yang diberikan tidak adil, terlalu banyak untuk dikerjakan dalam satu waktu, dan mahasiswa merasa tugas tersebut tidak penting untuk dikerjakan sehingga mereka malas untuk mengerjakannya. 5. Impulsiveness and distraction Blatt dan Quinn mengatakan orang-orang yang impulsive lebih menyukai prokrastinasi. Mereka cenderung lebih sibuk pada keadaan yang sedang terjadi daripada keadaan masa depan. Perhatian mereka mudah sekali beralih pada kejadian yang terjadi di sekitar mereka daripada tugas yang sedang mereka kerjakan. 6. Waktu pengerjaan tugas

13 22 Waktu merupakan salah satu pengaruh yang bisa menimbulkan dampak munculnya prokastinasi. Misalnya pada saat seorang mahasiswa melakukan perjalanan liburan, sementara ada tugas yg harus dikerjakan mereka cenderung menundanya. Hal itu karena adanya kebiasaan dimana saat liburan mereka tidak harus mengerjakan tugas apapun, sementara ketika mereka masuk kuliah dan mendapat tugas, mereka menjadi cenderung santai dan menyepelekan adanya deadline tugas tersebut. 7. Faktor-faktor lingkungan Dalam penelitian yang dilakukan Onwuegbuzie and Jiao dikatakan bahwa lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan prokrastinasi. Contohnya lingkungan yang kotor dan lingkungan yang berisik dapat mempengaruhi keinginan seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Jika mereka merasa tidak nyaman dengan lingkungannya maka timbul kecendrungan untuk menunda kegiatannya. 8. Suka bekerja dibawah tekanan Steel (2007) menemukan beberapa mahasiswa sangat senang bekerja dibawah tekanan. Mahasiswa merasa lebih bisa mengeluarkan ide dan dapat bekerja dengan lebih baik jika sudah berada dekat pada waktu deadline. Tetapi walaupun mereka suka bekerja dibawah tekanan, hasil yang mereka peroleh tidak optimal Indikator Prokrastinasi Akademik Ferrari, dkk. (1995) menjelaskan bahwa perilaku prokrastinasi akademis dapat dimanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat dikur dan diamati dengan ciri-ciri sebagai berikut :

14 23 a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi. Prokastinator mengetahui bahwa tugas yang harus dikerjakan sangat penting tetapi ia menunda pekerjaan tersebut sampai batas akhir waktu yang diberikan karena ia merasa tugas yang diberikan sudah dikerjakan pada sebelumnya, sehingga prokastinator menunda pekerjaan atau tugas tersebut dan tidak menyelesaikannya sampai tuntas b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Prokastinator membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengerjaan tugas yang diberikan. Mereka tidak memperhitungkan waktu yang diberikan, sehingga mereka banyak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak penting untuk dilakukan. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seseorang biasanya membuat perencanaan waktu dalam menyelesaikan pengerjaan tugas atau pekerjaan. Akan tetapi jika tiba pada saat yang ditentukan, mereka tidak mengikuti perencanaan yang sudah dibuat. Sehingga mereka menjadi seorang prokastinator dan sulit menyelesaikan pekerjaannya pada saat waktu yang ditentukan. Seorang prokastinator juga sering mengalami kesulitan menyelesaikan tugas pada batas tenggat waktu yang diberikan Bentuk-bentuk Prokrastinasi Akademik Menurut Ferrari, et al (1995) membagi bentuk-bentuk prokrastinasi menjadi 2 bagian, yaitu : a. Functional procrastination atau prokrastinasi fungsional Prokrastinasi fungsional berarti seseorang melakukan penundaan menyelesaikan tugas karena mempunyai tujuan untuk memperoleh informasi yang lengkap dan akurat. Contohnya adalah mahasiswa

15 24 melakukan perpanjangan waktu skripsi karena ingin mendapatkan nilai terbaik. b. Dysfunctional procrastination atau prokrastinasi disfungsional Prokrastinasi disfungsional berarti seseorang melakukan penundaan menyelesaikan tugas yang merupakan prioritas tinggi tanpa didasari oleh alasan yang berarti. Contohnya adalah mahasiswa melakukan penundaan penyelesaian tugas karena mereka berpikir menonton televisi lebih penting daripada menyelesaikan tugas Teori Subjek Penelitian Pengertian Mahasiswa Menurut UU Pendidikan Nasional no: 23/2003, pengertian mahasiswa adalah siswa atau peserta didik pada perguruan tinggi atau pada pendidikan tinggi. Daldiyono (2009) menjelaskan ada 3 karakteristik mahasiswa, yaitu : 1. Lulusan dari Sekolah Menengah Atas 2. Telah menjalani pendidikan selama 12 tahun 3. Umur mahasiswa berkisar 16 tahun 24 tahun Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Mahasiswa Universitas Bina Nusantara program sarjana adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang melakukan program studi Strata-1 untuk meraih gelar sarjana. Mahasiswa Universitas Bina Nusantara harus menjalani studi selama 3,5 tahun sampai 5 tahun untuk meraih gelar sarjana. Mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang menjalani skripsi berkisar antara umur 21 tahun sampai 25 tahun.

16 Masa Dewasa Awal Hurlock (2004) mendefinisikan masa dewasa awal adalah masa dimana individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan yang ada dalam masyarakat bersamaan dengan individu dewasa lainnya. Masa dewasa awal (early aduthood) biasanya dimulai pada akhir usia belasa atau permulaan usia 20-an dan berlangsung sampai usia 30-an (Santrock, 2003). Masa ini merupakan waktu untuk membentuk kemandirian pribadi dan ekonomi. Ada sebuah penelitian yang mengatakan lebih dari 70% mahasiswa mengatakan bahwa menjadi dewasa berani menerima tanggung jawab atas akibat dari tindakan sendiri, menentukan nilai dan keyakinan sendiri, dan membentuk hubungan dengan orangtua sebagai sesama orng dewasa (Arnet, 1995, dalam Santrock, 2003). Jahja (2011) menambahkan bahwa masa dewasa awal dikatakan sebagai masa yang sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat menjadi mandiri. Ada beberapa ciri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock (2004), yaitu : 1. Masa usia reproduktif Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini adalah masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa ini organ reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan individu baru (anak). 2. Masa bermasalah

17 26 Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak bisa mengatasinya maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu; Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak bisa menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut. Kedua, karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2 peran/lebih yang harus diembannya secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun dalam menyelesaikan masalah. 3. Masa keterasingan Sosial Masa dewasa dini adalah masa dimana seseorang mengalami krisis isolasi, ia terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan temanteman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir. 4. Masa komitmen Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggungjawab, dan komitmen baru. 5. Masa perubahan nilai Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Alasan kenapa seseorang

18 27 berubah nilia-nilainya dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi sosial ketika ia sudah menikah. 6. Masa penyesuaian diri dengan hidup baru Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggungjawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda (peran sebagai orang tua dan sebagai pekerja).

19 Kerangka Berpikir Faktor stres : 1. Segi internal 2. Segi external & Hal tersebut berdampak pada aspek fisik dan psikologis. Selain itu tubuh mengaktifkan respon melawan dan menghindar Stres Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Mengerjakan Skripsi Ada Hubungan / Tidak ada hubungan Faktor Prokrastinasi : 1. Bekerja, kuliah, magang 2. Pada semester lalu banyak mahasiswa yang terburuburu menyerahkan skripsi pada saat deadline 3. Mementingkan kegiatan lain yang lebih menyenangkan 4. Kecemasan yang ada dalam diri mahasiswa sehingga mereka mengulur waktu Prokrastin asi Akademik Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Untuk lulus dari perguruan tinggi, mahasiswa Universitas Bina Nusantara diwajibkan untuk membuat suatu penelitian atau yang biasa disebut dengan skripsi. Semua mahasiswa ingin lulus tepat waktu, tetapi hampir semua dari mereka mengalami kesulitan pada saat pengerjaan

20 29 skripsi. Oleh karena itu, penulis melakukan wawancara kepada tiga wisudawan dan tujuh mahasiswa dari Universitas Bina Nusantara tentang hal-hal yang mempengaruhi pengerjaan skripsi mereka. Banyak dari mereka yang mengalami kesulitan untuk menuangkan ide kedalam tulisan, menentukan judul skripsi, menyusun skripsi dan memperbaikinya sesuai dengan standart yang ditetapkan. Di samping itu, mereka cemas untuk menghadapi sidang sehingga timbul perasaan perasaan tertekan, khawatir, dan ketakutan. Faktor-faktor inilah yang kemudian memicu stres pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Sarafino (2008) membagi 2 aspek utama dari dampak yang ditimbulkan akibat stres yang terjadi, yaitu aspek fisik dan aspek psikologis. Kedua aspek tersebut saling mempengaruhi dan tidak dapat dilepaskan. Aspek biologis adalah aspek yang mempengaruhi kondisi tubuh kita sehingga kondisi tubuh menjadi menurun pada saat kita sedang mendapat stres. Aspek psikologis dibagi menjadi 3, yaitu gejala kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku. Aspek psikologis adalah gejala kognisi, emosi, dan tingkah laku yang mempengaruhi kondisi psikis kita dan ketika dalam keadaan stres, salah satu dari gejala yang ada dapat menurun dan mempengaruhi gejala yang lainnya. Kondisi ini mengakibatkan seseorang menjadi sakit secara fisik maupun mental. Keadaan-keadaan yang timbul diatas dapat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam pengerjaan skripsi karena saat stres tubuh individu akan mengaktifkan respon melawan dan menghindar yang akibatnya individu akan mengeluarkan banyak energi yang dapat menyebabkan keletihan baik secara mental maupun fisik dan biasanya

21 30 keadaan ini akan ditandai dengan adanya penurunan produktivitas, sulit berkonsentrasi, rentang perhatian yang berkurang, kemampuan individu untuk mengingat informasi menjadi sangat terbatas dan pengambilan keputusan yang terpengaruh (Somerville, 2003). Sehingga jika mereka terusmenerus mengeluarkan banyak energi, stres yang mereka rasakan pun bertambah. Pada dasarnya sifat stres adalah tidak menyenangkan sehingga stres dihindari oleh semua orang. Jika seseorang terus memaksakan target yang terlalu tinggi tanpa istirahat maka tingkat stres seseorang akan semakin tinggi. Nooreza (2011) mengatakan bahwa stres yang terus-menerus dipaksakan akan bertambah buruk dalam pengerjaan skripsi dan berdampak menjadi penundaan atau yang disebut prokrastinasi. Dalam menghadapi stres, mahasiswa cenderung melakukan tindakan lain untuk menghilangkan tekanan stres yang muncul. Pada awalnya, mereka berusaha untuk melakukan tindakan relaksasi seperti istirahat sejenak, namun tindakan ini berlanjut sehingga mereka lupa akan tujuan awal mereka. Penundaan dikatakan sebagai prokrastinasi apabila penundaan tersebut dilakukan pada tugas yang dianggap penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja, dan menimbulkan perasaan tidak nyaman secara subyektif yang dirasakan oleh individu yang melakukannya (Solomon dan Rothblum, dalam Ghufron, 2003). Sehingga tindakan yang mereka lakukan ini dinamakan prokrastinasi. Ferrari et al. (1995) mendefinisikan prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, seperti tugas kuliah. Steel (2007) menjelaskan bahwa prokrastinasi terjadi jika rendahnya kesadaran dan ketertarikan

22 31 mahasiswa dalam mengerjakan tugasnya. Akibat dari rendahnya kesadaran tersebut maka muncul niat untuk menunda pengerjaan skripsi. Selain itu, keterlambatan dalam menyelesaikan tugas berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Ditambah pula dengan kesenjangan waktu yang direncanakan dengan kinerja aktual yang dilakukan membuat seseorang menjadi stres, sehingga mahasiswa mencari aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsi. Akibat dari tindakan tersebut, maka mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik. Untuk mendukung penelitian prokrastinasi yang dilakukan, penulis melakukan pengamatan pada mahasiswa yang mengambil skripsi pada semester lalu dan pada hasil yang didapat, masih banyak mahasiswa Universitas Bina Nusantara menyerahkan skripsinya dengan terburu-buru mendekati waktu deadline dan jumlah mahasiswa yang memperpanjang waktu pengerjaan skripsi di semester selanjutnya semakin meningkat. Disamping itu, penulis mewawancarai tiga wisudawan dan tujuh mahasiswa Universitas Bina Nusantara dimana menurut mereka, mereka cenderung memiliki kecemasan dalam diri yang menyebabkan mereka mengulur-ulur waktu untuk mengerjakan skripsi. Mereka juga lebih mementingkan kegiatan lain yang mereka anggap menyenangkan seperti jalan-jalan daripada mengerjakan skripsi. Kegiatan tersebut awalnya hanya untuk menghilangkan kejenuhan mereka dalam membuat skripsi tetapi setelah melakukan kegiatan menyenangkan tersebut, mereka menjadi cenderung tidak fokus untuk mengerjakan skripsi. Hal ini membuat proses pengerjaan skripsi menjadi tertunda lantaran mereka berpikir bahwa pengerjaan skripsi bisa dilakukan di lain waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Steel (2007) mengemukakan prokrastinasi sebagai suatu perilaku menunda dengan sengaja melakukan kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui bahwa perilaku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang

Lebih terperinci

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Peraturan Republik Indonesia No. 30 tahun 1990 mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ProkrastinasiAkademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastinare, dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang berarti besok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com

Lebih terperinci

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 13 GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Anies Andriyati Devi 1 Dra.Retty Filiani 2 Dra.Wirda Hanim, M.Psi 3 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu dihadapkan pada pemikiran-pemikiran tentang seberapa besar pencapaian yang akan diraih selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI BAB 2 TINJAUAN REFERENSI Dalam bab ini, penulis akan membahas variabel tunggal penelitian yaitu prokrastinasi akademik, kemudian bahasan mengenai definisi prokrastinasi akademik, definisi kegiatan ekstrakurikuler,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Coping Mechanism adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Coping Mechanism adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Coping Mechanism adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan sembarang perbuatan, dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya oleh masyarakat maupun pemerintahan Indonesia. Indonesia mewajibkan anak-anak bangsanya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG Rojil Gufron Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Mohon pilih yang sesuai dengan identitas Anda, dengan cara melingkarinya. Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Apa Anda telah menempuh masa kuliah lebih dari lima tahun? Apakah Anda Tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mahasiswa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah Ujian Nasional, stres, stressor, coping stres dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, non-formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prokrastinasi akademik merupakan masalah serius yang membawa konsekuensi bagi pelakunya (Gunawinata dkk., 2008: 257). Konsekuensi dari perilaku prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara psikologi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan orang yang belajar di sekolah tingkat perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana (Budiman, 2006). Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa yang memasuki lingkungan sekolah baru, memiliki harapan dan tuntutan untuk mencapai kesuksesan akademik serta dapat mengatasi hambatan yang ada. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menginginkan pekerjaan agar cepat selesai, ada pula yang menunda dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang sangat menentukan, dengan ditandai perubahan-perubahan besar yang belum pernah terjadi sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Stres merupakan fenomena umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat beberapa tuntutan dan tekanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini pemerintah berupaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari penjajahan. Walaupun terbebas dari penjajahan, seluruh warga negara Indonesia harus tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan aset bagi perusahaan, setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting. Mahasiswa sebagai subjek yang

PENDAHULUAN. sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting. Mahasiswa sebagai subjek yang 3 PENDAHULUAN Mahasiswa di kampus dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Fakultas Kedokteran menuntut mahasiswa/i untuk selalu belajar keras di setiap waktu karena pelajaran yang diwajibkan di Fakultas Kedokteran sangat berat. Ini menghadirkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA No. Pernyataan SS S N TS STS 1 2 Saya tidak mendaftar sidang skripsi pada periode ini karena merasa belum siap. Saya tersinggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres merupakan sebuah terminologi yang sangat popular dalam percakapan sehari-hari. Stres adalah salah satu dampak perubahan sosial dan akibat dari suatu proses modernisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa 2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Para ahli mempunyai pandangan yang berbeda mengenai prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan yang dimilikinya melalui Perguruan Tinggi. Perguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan manusia, masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dimana seorang individu mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan

Lebih terperinci

Oleh : Abdul Aziz*) Pambudi Rahardjo**) Kata Kunci : Faktor-faktor Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa Tingkat Akhir, dan Skripsi

Oleh : Abdul Aziz*) Pambudi Rahardjo**) Kata Kunci : Faktor-faktor Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa Tingkat Akhir, dan Skripsi FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG MENYUSUN SKRIPSI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Oleh : Abdul Aziz*) Pambudi Rahardjo**) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Kata prokrastinasi akademik sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan dalam salah satu prasasti di Universitas Ottawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pernah mengalami stres. Stres merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari. Meskipun demikian stres bukan sesuatu hal yang buruk dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan perkembangan suatu perusahaan atau organisasi, karena dengan kualitas sumber daya yang kurang cukup,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel dan Hipotesis Penelitian 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1.1.Variabel Bebas Variabel adalah karakteristik yang akan diobservasi dari satuan

Lebih terperinci