BAB I PENDAHULUAN. serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan, tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 menyatakan, Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. 1 Dengan demikian UUD 1945 secara langsung dan tegas memberikan jaminan kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi (freedom of association), kebebasan berkumpul (freedom of assembly), dan kebebasan menyatakan pendapat (freedom of expression). 2 Reformasi yang berlangsung sejak tahun 1998 telah membawa Indonesia memasuki transisi dari negara dengan sistem otoriter menuju negara yang demokratis. 3 Empat tahap perubahan UUD 1945 telah meletakkan landasan bagi kehidupan bangsa yang menerapkan nilai-nilai dan prinsip demokrasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasar ideologi Negara yaitu Pancasila. 1 Rukmana Amanwinata, Kemerdekaan Berserikat dan Berkumpul dalam Pasal 28 UUD 1945, (Bandung : Lembaga Penelitian UNPAD, 2000), p Ibid., p Inu Kencana Syaffie, Sistem Politik Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2002), p. 27.

2 2 Reformasi tersebut pada dasarnya menuntut sistem politik pengawasan dan keseimbangan (checks and balances), supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), menegaskan kebebasan berpendapat, serta kebebasan berkumpul dan berserikat. 4 Setiap warga negara bebas melaksanakan permusyawaratan, rapat, forum dialog, dan sebagainya, serta bebas untuk menjadi anggota suatu perkumpulan, organisasi, atau partai yang mempunyai komitmen dan tujuan untuk memajukan bangsa dan Negara Indonesia. Contoh penerapan budaya demokrasi dalam kehidupan sehari hari berdasarkan prinsip kebebasan berkumpul dan berserikat adalah organisasi kemasyarakatan yang biasa disebut Ormas. 5 Ormas dapat dibentuk oleh kelompok masyarakat berdasarkan beberapa kesamaan kegiatan, profesi dan tujuan fungsi, seperti agama, pendidikan, budaya, ekonomi, hukum dan sebagainya. Ormas merupakan peran serta masyarakat dalam melaksanakan pembangunan untuk memajukan kehidupan yang berkeadilan dan kemakmuran. Sejak awal kemerdekaan, organisasi-organisasi terus bermunculan. Tiap organisasi dengan karakteristik yang dimiliki mencoba mengoptimalkan peran dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Kekosongan kekuasaan dan institusi sosial segera digantikan oleh tiap organisasi. Setelah lama berdiri, organisasiorganisasi itu tentu saja berhadapan dengan realitas perubahan sosial yang dilalui sepanjang sejarahnya. Perkembangan dan perubahan lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan politik, memberikan pengaruh yang fungsional terhadap perkembangan pemikiran 4 Ibid., p Rukmana Amanwinata, loc.cit.

3 3 ormas. Rumusan pemikiran tersebut kemudian membentuk satu sistem nilai yang menjadi referensi atau rujukan aktivitas ormas baik dalam kapasitas individualnya maupun kelembagaan. 6 Tiap organisasi, masing-masing mengadopsi pemikiran ini menjadi basis gerakan sosial. Keberadaan ormas di Indonesia sebenarnya mempunyai kedudukan paling strategis bagi proses kebangsaan Indonesia. Bahkan sebagian dari organisasi kemasyarakatan tersebut akhirnya menjadi partai politik yang mempelopori gerakan kebangsaan. Di Bali, terdapat beberapa ormas yang masing-masing memiliki massa yang bisa dibilang tidak sedikit. Ormas-ormas yang ada memiliki berbagai agenda menyangkut sosial kemasyarakatan hingga perpolitikan. Ormas-ormas di Bali juga sangat aktif berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai kegiatan politik. Peran aktif ormas selain menjaga situasi kondusif dan keamanan Pulau Dewata dalam rangka Pemilu maupun Pemilukada, tidak jarang ormas juga terlibat langsung dalam mensukseskan salah satu kandidat yang akan maju maupun salah satu partai politik. Ormas di Bali sendiri dewasa ini sudah semakin terorganisir dengan baik. Ada beberapa latar belakang berdirinya ormas, salah satunya adalah lahir akibat hubungan atau afiliasi ormas dengan Parpol atau penguasa seperti FPD, Laskar Bali, Baladika Bali, dan PBB. Dengan latar belakang ini, maka organisasi masyarakat memiliki keterikatan dengan kekuasaan Parpol atau tokoh masyarakat tertentu. Tidak semua ormas lahir dari afiliasi (pembentukan kontak-kontak sosial yang menghasilkan sebuah pertalian) dengan partai politik atau penguasa. Latar 6 Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri, (Yogyakarta: SIPress, 1999), pp

4 4 belakang yang kedua adalah lahir dari kelompok yang mengatasnamakan kekuasaan atas sebuah kawasan atau daerah seperti SDPD dan Armada Racun. Dengan latar belakang ini, maka organisasi masyarakat ini memiliki keterikatan dengan kawasan dan anggota kelompok tersebut. Di Kota Denpasar pada khususnya, kemunculan ormas dapat ditelusuri ke belakang pada era 1960-an, ketika Suka Duka Pemuda Denpasar dibentuk. Kelompok ini ingin melindungi Denpasar dari kelompok yang disebut Anak Sudirman, atau militer non-bali dari Kodam Udayana, yang berupaya melakukan hal-hal yang negatif di Denpasar. Selain Suka Duka Pemuda Denpasar ada juga Armada Racun, dan Forum Peduli Denpasar yang sudah lebih terorganisasi dengan baik. Sepintas, FPD berwujud sebuah organisasi yang santun. Organisasi ini menggalang dukungan untuk pengungsi Timor Timur, dan menawarkan bantuan bagi korban serangan bom di Legian pada Oktober 2002 sampai-sampai menerima penghargaan bergengsi dari Kapolri, Dai Bachtiar, dalam sebuah acara besar di Hotel Borobudur di Jakarta. Akan tetapi, FPD menunjukkan wajah kurang ramah ketika menyerang seorang pembela salah satu pelaku insiden bom Bali, dan terlibat dalam swiping anti pendatang pada 2002 dan Organisasi kemasyarakatan sangat berkembang secara pesat dan kemunculan ormas-ormas lainnya seperti Laskar Bali, Baladika Bali, Pemuda Bali Bersatu, dan lain-lain memiliki cakupan yang semakin luas hingga ke pelosok-pelosok desa di Denpasar. Dua ormas pertama mempunyai massa terbesar di Bali. Setiap desa 7 A. Prasetyo (ed.), Henk Schule Nordholt, Bali Benteng Terbuka , (Denpasar: Pustaka Larasan, 2010), p. 55.

5 5 ataupun kelurahan pasti memiliki perwakilan untuk daerah tersebut yang sering disebut dengan koordinator lapangan atau akrab di telinga dengan sebutan korlap yang akan mengkoordinir kegiatan ormas tersebut. Kota Denpasar memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa. Secara administratif pemerintahan Kota ini terdiri dari 4 Kecamatan, 43 desa atau kelurahan dengan 209 dusun. 8 Kehidupan sosial masyarakat di Kota Denpasar sangatlah beragam. Kehidupan sosial di Kota Denpasar memang sudah berada dalam kumpulan desa serta banjar dan kelompok lainnya, akan tetapi saat ini berkembang dengan dibebaskannya masyarakat tersebut berkumpul bersama dengan cara membentuk susunan organisasi diluar desa atau lingkungannya. Masyarakat di Kota Denpasar cenderung membentuk kelompok sendiri ataupun ikut terlibat dengan ormas yang sudah ada. Setiap sudut Kota Denpasar bisa dilihat berbagai spanduk-spanduk maupun baliho yang menunjukkan keberadaan ormas di Kota Denpasar. Masingmasing ormas memiliki agenda dan program kerja mereka masing-masing yang melingkupi kesejahteraan anggota dan masyarakat luas. Namun kebanyakan yang terlihat mereka hanya berkegiatan untuk lingkup intern saja, dan belum ada gerakan berarti untuk kesejahteraan dan kepentingan masyarakat luas. Selain itu, memang kerap terjadi bentrok yang melibatkan ormas. Ormas dengan ormas seperti FPD dengan Laskar Bali pada awal tahun 2000an, atau ormas dengan masyarakat umum seperti kasus Laskar Bali di karaoke Denpasar Moon. Ini tentu membuat tanda tanya di masyarakat apa sebenarnya fungsi ormas 8 Pemerintah Kota Denpasar, Dresta Ilkita Pemerintah Kota Denpasar, (Denpasar: 2010), p.20.

6 6 tersebut. Mereka seolah-olah hanya berjuang untuk kepentingan golongannya saja. Sejauh ini, keberadaan dan aktivitas sosial ormas-ormas tersebut belum terlalu terlihat di Kota Denpasar. Masing-masing ormas hanya menampakkan diri dengan memasang baliho disetiap sudut Kota. Dari banyaknya ormas yang terdapat di Kota Denpasar, beberapa ormas dengan massa yang besar sudah mendaftar secara resmi di Kesbanglinmaspol. Salah satunya adalah Baladika Bali yang sudah mendaftarkan organisasinya secara resmi di Badan Kesbangpolinmas Provinsi Bali dengan nomer inverntarisasi ; 220 / 208 / KBPM / ORG Rumusan Masalah Suatu penelitian disebabkan oleh adanya sesuatu masalah yang memerlukan suatu solusi dan pemecahan yang tepat. Dalam penulisan ini yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana perkembangan awal organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar? b. Bagaimana dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar? c. Apa kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Agar sesuatu dapat terlaksana dengan baik, maka kegiatan ini harus dilandasi dengan tujuan yang jelas. Dengan adanya tujuan yang jelas tersebut 9 DPD BALADIKA BALI, Anggaran Dasar Keluarga Suka Duka Baladika Bali, (Denpasar: 2008), p. 2.

7 7 maka dapat direncanakan bagaimana mencapai tujuan tersebut dengan baik, efektif dan efisien. Bertolak pada latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka dapat dikemukakan tujuan penelitian ini sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan awal organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. b. Untuk mengetahui dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. c. Untuk mengetahui kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat di Kota Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat teoritis dan praktis, baik itu kepada pribadi maupun orang lain. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka melalui penelitian ini diharapkan mampu memperoleh manfaat dan kegunaan, antara lain sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penelitianpenelitian yang berkenaan dengan keterlibatan dan usaha organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam mewujudkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Selain itu pula dapat memberikan informasi dan masukan yang memperjelas konsep maupun teori mengenai hubungan antar organisasiorganisasi kemasyarakatan yang ada.

8 8 b. Manfaat Praktis 1) Bagi masyarakat di Kota Denpasar, diharapkan penelitian ini mampu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang Organisasi Kemasyarakatan dan bagi masyarakat yang ingin bergabung agar lebih bijak dalam memilih ormas. 2) Bagi organisasi kemasyarakatan, diharapkan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan harus berlandaskan kepada AD/ART yang ada pada setiap organisasi kemasyarakatan. 3) Bagi pemerintah, diharapkan bisa digunakan sebagai acuan dalam mengambil kebijakan terkait menyikapi masalah-masalah ormas di masyarakat, dan konflik-konflik ormas yang sering terjadi. 4) Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. 1.5 Tinjauan Pustaka Adapun penelitian yang memiliki relevansi dengan judul ini adalah penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Putra Widia Sukma dengan judul Eksistensi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dalam Partai Politik di Kecamatan Sukawati pada tahun Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Penelitian ini dilaksanakan pada lingkungan Kecamatan Sukawati yang bertujuan untuk dapat mengetahui (1) sejauh mana keterlibatan organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam partai politik di Kecamatan Sukawati (2) strategi

9 9 yang dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk masuk ke partai politik di Kecamatan Sukawati (3) kendala yang dihadapi oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam keterlibatannya dengan partai politik di Kecamatan Sukawati. Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah: (a) anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) (b) anggota partai politik (c) tokoh masyarakat dan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan empiris dan dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara dan pencatatan dokumen. Serta dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, peneliti menggunakan analisis data kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang teramati dengan metode pengambilan sampel (purfursip sampling). Hasil penelitian ini adalah (1) keterlibatan organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam partai politik sejauh ini terlihat dalam (a) memberikan pengawalan dalam kegiatan partai politik (b) turut serta hadir dalam undangan rapat partai politik (c) memberikan dan mencarikan dukungan bagi anggota partai politik (d) menjalin bentuk kerjasama atau kesepakatan antara anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) dengan anggota partai politik (e) pemasangan atribut oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) maupun partai politik. (2) Strategi yang dilakukan oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk masuk ke partai politik yaitu (a) karena adanya kedekatan dari salah seorang anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) dengan anggota partai yang mengarah pada seluruh

10 10 anggota organisasi kemasyarakatan (ormas). (3) kendala yang dihadapi oleh organisasi kemasyarakatan (ormas) dalam keterlibatannya dengan partai politik yaitu (a) susahnya anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk menolak ajakan dari anggota partai politik tersebut (b) sulitnya organisasi kemasyarakatan (ormas) menyepakati kesepakatan kerja sama (c) ruang gerak organisasi kemasyarakatan (ormas) menjadi sangat terbatas (d) sulitnya anggota organisasi kemasyarakatan (ormas) kami dalam lingkungan masyarakat mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. 10 Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa sifat ormas yang seharusnya mandiri, netral dan tidak menjadi anggota kekuatan politik manapun perlahan sudah menyimpang dan tidak sesuai dengan AD/ART yang telah dibuat ormas tersebut. Keterlibatan ormas dalam partai politik memungkinkan adanya potensi konflik antar anggota ormas yang berbeda prinsip dan kepentingan, dan juga konflik ormas dengan ormas lainnya yang berbeda bendera partai. Kekurangan dari penelitian ini adalah : 1. Cakupan atau ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas karena penelitian ini hanya meneliti eksistensi ormas dalam partai politik di Kecamatan Sukawati. 2. Penelitian ini hanya mengambil sampel penelitian dari anggota ormas, pengurus parpol, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Sukawati. 10 I Wayan Putra Widia Sukma, Eksistensi Organisasi Masyarakat (ORMAS) dalam Partai Politik di Kecamatan Sukawati, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha, 2013.

11 11 3. Penelitian ini terlalu terfokus mengenai eksistensi ormas dalam partai politik. Penelitian lainnya yang memiliki relevansi dengan judul ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tjokorda Istri Amrita Purnama dengan judul Fungsi, Hak, Dan Kewajiban Organisasi Kemasyarakatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Peguyangan Kaja pada tahun Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Desa Peguyangan Kaja yang bertujuan untuk dapat mengetahui (1) eksistensi ormas di Desa Peguyangan Kaja (2) syarat pendirian dan pendaftaran ormas di Desa Peguyangan Kaja (3) kendala yang dihadapi oleh ormas dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja. Hasil penelitian ini adalah (1) ada beberapa ranting dari ormas-ormas menunjukkan keberadaannya di Desa Peguyangan Kaja, melalui berbagai kegiatan sosial, dan berbagai atribut ormas seperti spanduk dan baliho di lingkungan Desa Peguyangan Kaja (2) dipilihnya seorang Korlap (Koordinator Lapangan) untuk mengawasi ormas di Desa Peguyangan Kaja yang nantinya akan merekrut anggota di daerahnya yang telah berusia 17 tahun. Namun sebelum korlap merekrut anggota, DPD (Dewan Pengurus Daerah) akan memanggil dan memberi pemahaman jelas tentang visi dan misi ormas (3) kendala yang dihadapi ormas adalah membina anggota yang bisa dikatakan sudah terlanjur terjerumus dalam

12 12 gaya hidup yang arogan dan keras. Sangat jelas, untuk meluruskan mereka kembali dibutuhkan kesabaran, kebesaran hati, dan keikhlasan. 11 Kekurangan dari penelitian ini adalah : 1. Ruang lingkup penelitian terlalu kecil yaitu hanya Ormas Baladika Bali Korlap Peguyangan Kaja. 2. Ormas Baladika Bali di Desa Peguyangan Kaja memiliki 4 korlap, namun yang diteliti pada penelitian ini hanya 1 korlap saja sehingga hal ini tidak dapat mewakili jika diteliti mengenai fungsi, hak, kewajiban ormas dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja. 3. Korlap Baladika Bali di Desa Peguyangan Kaja yang diteliti masih termasuk korlap baru yang baru berusia ± 3 tahun, jadi kurang mewakili jika diteliti mengenai fungsi, hak, dan kewajiban ormas dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Peguyangan Kaja. Dari kedua penelitian di atas, saya tertarik untuk mengambil penelitian yang berjudul Perkembangan Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde baru - reformasi tahun Penelitian ini menggabungkan antara 2 penelitian sebelumnya, mencakup tentang pemberdayaan ormas dalam masyarakat, dan hubungan ormas dengan partai politik. Kelebihan dari penelitian ini yaitu penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih luas yaitu perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde baru - reformasi pada tahun Penelitian ini meneliti tentang latar belakang 11 Tjokorda Istri Amrita Purnama, Fungsi, Hak, Dan Kewajiban Organisasi Masyarakat Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Peguyangan Kaja, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha, 2014.

13 13 lahirnya organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar, dinamika organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar, dan kontribusi organisasi kemasyarakatan bagi masyarakat dan partai politik di Kota Denpasar. Penelitian ini ruang lingkupnya lebih luas karena tidak hanya meneliti 1 ormas melainkan 6 ormas yang ada di Kota Denpasar. 1.6 Metodologi Sejarah yang Digunakan Sebagai permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah dapat disebut masalah pendekatan. Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan. Dalam metodologi, terus menerus mengecek semua langkah dalam pekerjaan dan pemikiran. Pendekatan empiris digunakan sebagai suatu cara pendekatan dimana gejala yang akan diselidiki telah ada secara wajar (real situation). Gejala yang ada secara wajar adalah gejala yang telah ada tersebut memang sudah ada sebelum penelitian ini dilakukan sehingga gejala itu tidak perlu dibuat lagi. 12 Pendekatan kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Secara umum pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami (understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri. Pendekatan kualitatif adalah salah satu metodologi untuk mendapatkan kebenaran dan tergolong sebagai penelitian ilmiah 12 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara. 1999), p. 26.

14 14 yang dibangun atas dasar teori-teori yang berkembang dari penelitian dan terkontrol atas dasar empiris, 13 jadi bukan hanya menyajikan data apa adanya melainkan juga berusaha menginterpretasikan korelasi sebagai faktor yang ada yang berlaku meliputi sudut pandang atau proses yang sedang berlangsung. Pendekatan ini juga berdasarkan pada pondasi penelitian, paradigma penelitian, perumusan masalah, tahap-tahap penelitian, pemeriksaan data, dan analisis dan penafsiran data. 14 Dalam sistem kecil terdapat 3 unsur ialah ekonomi, sosial, dan politik. Kedudukan sejarah, sosial, dan politik adalah saling memerlukan dan saling memberi kontribusi. Dalam hal ini, penelitian senantiasa memerlukan bahasa sebagai sarana primer untuk mengungkapkan data, analisis, dan kesimpulan yang terkait dengan seluruh aspek yang terkait dengan manusia dan waktunya. Kehidupan sosial masyarakat lambat laun mulai berkembang, membentuk wadah organisasi, berinteraksi dengan banyak karakter yang berbeda karakteristik, dan peran penting yang mulai diembannya. 1.7 Kerangka Teoritis dan Konseptual Kerangka Teoritis Kajian historis bertujuan untuk menyusun rekonstruksi masa lalu dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, verifikasi, serta mensintesiskan bukti-bukti 13 Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), p Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), pp

15 15 untuk menegakkan fakta guna memperoleh simpulan yang kuat. 15 Dalam upaya membantu proses tersebut, peneliti perlu menggunakan teori tertentu sehingga dapat menghasilkan tulisan sejarah yang ilmiah dan pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Teori berguna sebagai kerangka penelitian, generalisasi, dan memberikan prediksi awal terhadap suatu permasalahan yang hendak dikaji. Seperti disebutkan Sartono Kartodirdjo dalam buku Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, teori sangat penting karena :.. memudahkan peneliti dalam merumuskan substansi penulisan naratif dengan segala unsur-unsurnya, seperti fakta-fakta, subfakta, struktur, dan proses; faktorfaktor; dan lain sebagainya. Tanpa kerangka teoritis dan konseptual tidak ada butir-butir referensi untuk membentuk naratif, eksplanasi, argumentasi Teori Konflik Ketidakpuasan terhadap sistem yang mapan, dinamika yang terjadi pada gerakan sosial tidak bisa dilepaskan dari konflik. Konflik berlangsung dengan pihak luar dan juga didalam tubuh organisasi. Organisasi sosial merupakan hasil dari ketidakpuasan terhadap sistem yang mapan sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan. Kesenjangan realitas dengan idealisme mengandung makna ketidakharmonisan. Dihadapkan pada kepentingan naluri manusia yang menginginkan kepenuhan kebutuhan, kesenjangan membuka ruang untuk melakukan perubahan. 15 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : CV Rajawali, 1992), p Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), pp

16 16 Lewis Coser dalam bukunya yang berjudul The Functions of Social Conflict (1956), mengemukakan bahwa tidak ada teori konflik sosial yang mampu merangkum seluruh fenomena konflik karena hasilnya prematur. 17 Oleh karena itu, Coser tidak mengonstruksi teori umum. Ia hanya berusaha untuk menjelaskan konsep konflik sosial serta mengonsolidasikan skema konsep itu, sesuai dengan data yang berlangsung dalam konflik sosial. Caranya adalah dengan mengintegrasikan teori konflik yang dikembangkan oleh George Simmel. 18 Konflik dapat bersifat instrumental untuk pembentukan penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Coser melihat adanya keuntungan dengan munculnya konflik sosial sebagai katup penyelamat (savety-value). Katup penyelamat membiarkan luapan permusuhan tersalur tanpa menghancurkan seluruh struktur. Konflik membantu membersihkan suasana dalam kelompok yang sedang kacau. 19 Coser melihat konflik merupakan jalan keluar yang meredakan permusuhan. Katup penyelamat dalam hal ini hanya sebagai pengalihan masalah aslinya, jadi bersifat sementara. Dalam membahas berbagai situasi konflik, Coser membedakan konflik yang realistis dengan yang tidak realistis. 20 Konflik yang realistis berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang tidak terpenuhi. Sedangkan konflik tidak realistis, adalah konflik yang bukan berasal dari persaingan yang 17 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta, CV Rajawali, 1984), p Lewis Coser, The Fungtions of Social Conflict, (New York: The Free Press, 1956), pp Ibid., p Ibid., p. 49.

17 17 bersifat antagonis dan sepihak. Perspektif Coser tentang konflik sosial adalah banyak ahli sosiologi cenderung memandang pada sisi negatif. Menurut Coser, bahwa konflik sosial dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang terstruktur secara longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi, atau berkonflik dengan masyarakat lain dapat terintegrasi. 21 Dalam hal ini, bagaimana konflik dapat memberi sumbangan pada ketahanan dan adaptasi kelompok, interaksi dan sistem sosial. Integrasi dapat terjadi dengan meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok dengan memantapkan keutuhan dan keseimbangan. 22 Sumbangan integrasi sosial ini bisa saya lihat pada awal perjuangan revolusi, dimana masyarakat Indonesia berhasil bersatu melawan Belanda. Kedua, bahwa konflik sosial mampu menciptakan kohesi melalui aliansi dengan kelompok lain. 23 Sepanjang awal revolusi sampai sekarang, ketika ada masalah bersama, elemen pemuda dan pelajar selalu membangun aliansi. Baik itu oleh ormas, perkumpulan, dan lain-lain. Masing-masing berkumpul dan menyatakan sepakat menyelesaikan masalah bersama-sama. Seperti yang terjadi pada Deklarasi Cipayung tahun 66. Ketiga, konflik sosial dapat mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi. 24 Semula, partisipasi anak-anak sekolah tidak pernah dianggap sebagai bagian dari penentu perubahan sosial. Tapi ketika secara organisatoris melawan komunis pada tahun 1965, dan mengajak anak-anak sekolah ikut bersama-sama 21 Ibid., p Margaret M. Poloma, op.cit., p Lewis Coser, op.cit., p Ibid., p. 118.

18 18 berdemonstrasi. Terbukti, mereka memiliki potensi dan jumlah dan kekompakan menentang komunis. Pengakuan terhadap kelompok terisolasi dan meniadakan kepentingan personal bisa menjadi gerakan radikal ketika berhadapan dengan musuh. Keempat, konflik sosial juga membantu fungsi komunikasi antar berbagai kelompok masyarakat. 25 Dalam hal ini, konflik mampu mempertegas siapa lawan dan siapa kawan, dengan adanya komunikasi, antar kelompok membangun kepercayaan dan memutuskan mengambil tindakan yang tepat untuk menghadapi musuh bersama. Komunikasi antar kelompok juga memungkinkan munculnya ide terbaik dalam menyusun perubahan sosial yang dikehendaki bersama. Keempat sumbangan teori konflik yang dikembangkan Lewis Coser diatas digunakan untuk membedah perjalanan ormas sepanjang masa Orde Reformasi, polemik tentang ormas selalu bernada negatif. Diskriminasi terhadap ormas sebagai fundamentalis, radikal, arogan sampai premanisme, selalu membayangi perjalanan ormas Teori Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan suatu proses dimana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti yang diketahui bahwa, manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan satu dengan yang lainnya (makhluk sosial). Interaksi sosial merupakan 25 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2004), p. 159.

19 19 hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok dengan kelompok, dan antara individu dengan kelompok. 26 Menurut Gillin dan Gillin (1954) yang menyatakan bahwa, Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorang dengan kelompok. 27 Gillin dan Gillin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif yang terdiri dari kerjasama, akomodasi, dan asimilasi, dan proses dissosiatif yang terdiri dari persaingan dan pertentangan Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual merupakan kerangka pikir mengenai hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam studi kepustakaan. Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Judul dari penelitian ini mengangkat mengenai organisasi kemasyarakatan atau ormas. Organisasi kemasyarakatan dapat dijelaskan sebagai berikut: Organisasi merupakan perkumpulan masyarakat yang membentuk organisasi yang sifat dan strukturnya teratur, biasanya mulai dari 26 Elly M. Setiadi, et.al., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Edisi Kedua, (Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2007), p Ibid. 28 Ibid., p. 97.

20 20 tingkat tertinggi/pusat sampai tingkat terendah/pimpinan di tingkat daerah atau bahkan rukun warga. 29 Kemasyarakatan berasal dari kata masyarakat yang berarti kumpulan individu yang menjalin kehidupan bersama sebagai satu kesatuan yang besar yang saling membutuhkan, memiliki ciri-ciri yang sama sebagai kelompok. 30 Sejalan dengan itu, yang dimaksud dengan masyarakat berarti sejumlah manusia dalam arti seluasluasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama; sedangkan kata kemasyarakatan diartikan sebagai perihal (mengenai) masyarakat. 31 Organisasi kemasyarakatan dapat dengan menggabungkan pengertian organisasi dengan pengertian kemasyarakatan, sebagaimana uraian diatas arti organisasi kemasyarakatan adalah sekelompok orang, yang mempunyai visi, misi, ideologi dan tujuan yang sama, mempunyai anggota yang jelas, mempunyai kepengurusan yang terstruktur sesuai hierarki, kewenangan, dan tanggung jawab masingmasing dalam rangka memperjuangkan anggota dan kelompoknya di bidang/mengenai/perihal kemasyarakatan seperti pendidikan, kesehatan, keagamaan, kepemudaan, dan lain-lain dalam arti kemasyarakatan seluas-luasnya. 29 Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), p Ibid., p Ibid.

21 21 Dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dicirikan adanya kebebasan setiap individu dengan kesadarannya sendiri untuk bergabung pada kelompok masyarakat dalam sebuah organisasi yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang. Kepentingan para anggota masyarakat tidaklah senantiasa sama, namun kepentingan yang sama mendorong pengelompokkan diantara mereka Metode Penelitian dan Sumber Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan aktivitas yang diamati. 33 Sifat istimewa dari data verbal ini adalah bahwa data itu mengatasi ruang dan waktu, sehingga membuka kemungkinan bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan tentang gagasan dan aktivitas sosial yang telah musnah. 34 Selain melakukan kajian terhadap dokumen yang ada juga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sosial tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) di Kota Denpasar. Deskripsi historis digunakan untuk membantu memetakan uraian teoritis skripsi sehingga data dan informasi yang ada bisa tersusun sistematis. Uraian teoritis itu dapat menempatkan kejadian dalam suatu kerangka untuk membuat 32 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung: Angkasa,1980), p Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), p Sartono Kartodirdjo, Metode Penggunaan Bahan Dokumen dalam Koentjaraningrat (ed), Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1981), p. 63.

22 22 perbandingan atau dalam mencari gejala-gejala sosial yang serupa data empiris sebagai petunjuk fakta yang menjadi referensi empiris dari konsep dan teori. 35 Menggunakan prosedur ini bahan masa lampau yang termuat dalam dokumen tersusun secara sistematis, sehingga kemampuan menerangkan harus diperinci, dengan pendekatan kualitatif peneliti berharap semua kejadian dan data yang ada disajikan secara kompleks dari kekuatan-kekuatan sosial, digambarkan sebagai suatu proses sosial yang unik, dan digambarkan sedemikian rupa sehingga tampak hubungan antara sektor ekonomi, sosial, politik dan keagamaannya. Dilakukan dengan melakukan wawancara terbuka dan penelusuran lewat dokumen. Hal ini digunakan untuk memberikan landasan bagi penjelasan adanya asumsi keterkaitan antara masa lalu dengan fenomena yang terjadi saat ini. 36 Dua hal yang dimilikinya, mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu fenomena. Tujuan kedua adalah mendeskripsikan secara menyeluruh dan utuh terhadap suatu fenomena. Sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen ormas, buku-buku AD/ART ormas, buku-buku yang membahas ormas, sosial, dan politik, wawancara dengan tokoh-tokoh ormas dan juga masyarakat umum, internet, dan skripsi yang menelaah mengenai Ormas. 35 Ibid., p Masri Singarimbun, Tipe, Metode dan Proses Penelitian, (Jakarta: LP3ES, 1981), p. 04.

23 Subjek dan Lokasi Penelitian Sebuah penelitian haruslah ada subjek yang akan dijadikan sebagai pendukung bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. Subjek penelitian adalah setiap pendukung atau orang yang dapat memberikan informasi mengenai permasalahan yang dikaji dalam penelitian yang biasanya disebut informan. Informan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dalam hal ini, yang menjadi subjek penelitian yaitu : (1) Tokoh-tokoh Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar (2) Masyarakat Kota Denpasar. Lokasi penelitian menunjuk pada pengertian lokasi situasi sosial, yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu tempat, pelaku dan kegiatan. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Kota Denpasar, Bali. Pemilihan lokasi ini disebabkan karena banyaknya organisasi kemasyarakatan yang bermunculan di Kota Denpasar, dan juga eksistensi organisasi kemasyarakatan dominan terlihat di wilayah Kota Denpasar Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan sosial, yang diperoleh dengan metode

24 24 lainnya.dalam hubungan ini, peneliti akan tinggal di lokasi penelitian dalam jangka waktu tertentu untuk mengamati segala aspek rutinitas sosial budaya yang berkaitan dengan latar belakang tentang tinjauan perspektif sosial-politik yang terjadi di Kota Denpasar. b. Wawancara Dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari para informan dengan menggunakan pedoman wawancara. Selanjutnya informasi dari informan itu dicatat secara sistematis. Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah I Nyoman Sugiartha (Korlap Baladika Bali Peguyangan Kaja), Nyoman Gde Sudiantara, S.H (Ketua Dewan Pembina Baladika Bali), A.A Bagus Indralaba (Sekjen Laskar Bali), A.A Made Sumenadi (Ketua Harian II Laskar Bali), Made Muliawan Arya, S.E (Ketua I Pemuda Bali Bersatu), I Made Sudira (mantan anggota SDPD, dan anggota Dewan Pembina FPD), I Made Sudhana Lokanthara, S.Th (mantan anggota Armada Racun), I Gede Gobleg (mantan anggota Armada Racun). c. Dokumentasi Dokumentasi digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan permasalahan-permasalahan yang akan dikaji, yaitu dengan menggunakan rekaman atau foto guna mendapatkan tinjauan teoritis sebagai bahan pertimbangan. Dalam hubungan ini, peneliti akan mendokumentasikan semua hal yang berkaitan dengan jenis data yang hendak diteliti nantinya.

25 Sistematika Penulisan Penulisan dalam bentuk skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab yaitu : Bab I Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi sejarah yang digunakan, kerangka teoritis dan konseptual, metode penelitian dan sumber-sumber yang digunakan, dan sistematika penulisan. Bab II Lahirnya Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab ini membahas tentang sejarah perkembangan organisasi kemasyarakatan dan bagaimana lahirnya organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar. Bab ini juga menguraikan tentang keberadaan ormas Suka Duka Pemuda Denpasar, Armada Racun, Forum Peduli Denpasar, Laskar Bali, Baladika Bali, dan Pemuda Bali Bersatu. Bab III Dinamika Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab ini menguraikan tentang dinamika-dinamika yang terjadi pada organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar seperti hak, dan kewajiban anggota organisasi kemasyarakatan, hubungan antar organisasi kemasyarakatan, hubungan organisasi kemasyarakatan dengan masyarakat, hubungan organisasi kemasyarakatan dengan partai politik, dan kendala-kendala yang dihadapi organisasi kemasyarakatan seperti dalam pembinaan anggota dan cara ormas dalam menyelesaikan konflik. Bab IV Kontribusi Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar. Pada bab ini menguraikan tentang kontribusi-kontribusi yang ditunjukkan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar seperti kontribusi ormas kepada masyarakat dan juga kontribusi ormas kepada partai politik.

26 26 Bab V Kesimpulan. Pada bab ini penulis menyimpulkan hasil penelitian mengenai perkembangan organisasi kemasyarakatan di Kota Denpasar era orde baru-reformasi.

Dinamika Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar

Dinamika Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar Dinamika Organisasi Kemasyarakatan di Kota Denpasar 1970-2014 Anche Nugraha 1*, I Putu Gede Suwitha 2, Ida Bagus Gde Putra 3 123 Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Unud 1 [email: anche.nugraha@ymail.com]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial segera digantikan oleh tiap organisasi. Setelah lama berdiri, ORMAS Islam

BAB I PENDAHULUAN. sosial segera digantikan oleh tiap organisasi. Setelah lama berdiri, ORMAS Islam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal kemerdekaan, organisasi berbasis Islam terus bermunculan. Tiap organisasi dengan karakteristik yang dimiliki mencoba mengoptimalkan peran dalam peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang 58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Setiap karya ilmiah yang dibuat sesuai dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. motif batik terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Dusun. Dongkelan Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul

BAB V PENUTUP. motif batik terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Dusun. Dongkelan Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai dampak industri kerajinan kayu motif batik terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Dusun Dongkelan Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Isaac dan Michael menyebutkan bahwa metode deskriptif bertujuan melukiskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Isaac dan Michael menyebutkan bahwa metode deskriptif bertujuan melukiskan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Isaac dan Michael menyebutkan bahwa metode deskriptif bertujuan melukiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT 37 BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT A. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia Demokrasi adalah bentuk

Lebih terperinci

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL oleh : Timbul Hari Kencana NPM. 10144300021 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara)

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah (cara) BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memberikan jaminan secara konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi ketentraman dan rasa aman merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang tertuang dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

SISTEM POLITIK INDONESIA

SISTEM POLITIK INDONESIA NAMA : VINA RACHMAYA NIM : 124 674 042 PRODI : S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2012 KELAS : B SISTEM POLITIK INDONESIA A. Pengertian Sistem, Politik, dan Sistem Politik a. Sistem Sistem menurut pamudji (1981:4)

Lebih terperinci

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK Disampaikan oleh : Ir. Apri Hananto Sukandar, M.Div Nomor Anggota : A- 419 Yang terhormat Pimpinan

Lebih terperinci

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan

Lebih terperinci

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA Disajikan dalam kegiatan pembelajaran untuk Australian Defence Force Staff di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Indonesia 10 September 2007

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini menghasilkan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini menghasilkan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk mengkaji lebih dalam mengenai Konflik Terselubung dalam Keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat 1. V i s i Sesuai dengan peran Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokratis yang memiliki berbagai macam suku, agama, ras, adat-istiadat, dan budaya yang majemuk. Penduduk Indonesia yang beragam mempunyai

Lebih terperinci

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan Desa merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sehingga dengan demikian Desa memiliki kewenangan sendiri untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip 63 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu landasan gerak yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Metode di sini diartikan sebagai suatu cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma merupakan suatu pandangan, persepektif umum atau cara untuk memilah-milahkan dunia nyata yang kompleks dan kemudian memberikan arti dan penafsiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

POSDAYA BERSERI DUSUN I

POSDAYA BERSERI DUSUN I CONTOH ANGGARAN DASAR POSDAYA BERSERI DUSUN I DESA BAJONG, KEC. BUKATEJA, KAB. PURBALINGGA Logo Perguruan Tinggi Logo Pemerintah Daerah MUKADIMAH Keluarga sebagai bagian integral dari Masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

BAB III METODE PENELITIAN. yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif- Kualitatif, Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1 Tinjauan Buku MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS Djoko Walujo 1 Penulis : Muis, A. Judul Buku : Indonesia di Era Dunia Maya Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa Batas Penerbit : Remaja Rosdakarya,

Lebih terperinci

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO

Jurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO Deni Eko Setiawan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Email: Denny_r.madrid@yahoo.com Kian Amboro Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian dipilih di Kabupaten Ponorogo karena Konflik antar dua perguruan pencak silat ini memang sering terjadi khususnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan, sedangkan penelitian pada hakekatnya adalah suatu proses atau wahana untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Lebih terperinci

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh sebelum terjadinya krisis nasional yang diikuti dengan gelombang reformasi besar-besaran di tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa memberikan

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian mengenai peranan pemuda Karang Taruna dalam kegiatan gotong royong masyarakat Desa Kerjo Kidul, maka dapat disimpulkan sebagai berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H.

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H. EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan 31 BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF A. TEORI KONFLIK Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Reformasi tidak hanya memasang target rezim orde baru berakhir, tetapi juga bertujuan membangun Indonesia yang demokratis dan berkeadilan. Pemilu tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kunci pembangunan masa mendatang bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan. Sebab dengan pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diundangkannya PP No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan. Daerah yang didalamnya memuat pasal-pasal yang mengatur tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diundangkannya PP No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan. Daerah yang didalamnya memuat pasal-pasal yang mengatur tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak diundangkannya PP No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah yang didalamnya memuat pasal-pasal yang mengatur tentang pemerintahan desa (Bab XI Pasal 200 s.d

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan fenomenologi untuk dapat menggambarkan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode (Yunani : methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Kualitatif Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mempelajari dinamika atau permasalahan, memperoleh pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian tentang volunterisme pemuda kota dalam KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Patut diketahui bahwa, di dalam era pembangunan dewasa ini, khususnya di bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia ialah membangun sebuah Negara hukum. Cita-cita Negara hukum itu dicantumkan dalam tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Guru merupakan salah satu elemen penting dalam dunia pendidikan, mereka tidak hanya berperan memberikan pengajaran pada siswa tetapi juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Teknik Pengumpulan Data, 6) Teknik Analisis Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Teknik Pengumpulan Data, 6) Teknik Analisis Data BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab metode penelitian berikut akan menjelaskan beberapa bagian diantaranya 1) Paradigma, 2) Tipe Penelitian, 3) Metode Penelitian, 4) Subjek Penelitian, 5) Teknik Pengumpulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menurut Creswell (1989), dalam bukunya Juliansyah Noor bahwa penelitian

METODE PENELITIAN. Menurut Creswell (1989), dalam bukunya Juliansyah Noor bahwa penelitian III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang di Gunakan Menurut Creswell (1989), dalam bukunya Juliansyah Noor bahwa penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis strategi pemberdayaan perempuan dalam kampanye pemilu oleh DPD Partai Demokrat Provinsi Lampung, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. mereka memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. untuk berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa adalah istilah yang digunakan sampai sekarang untuk jenis media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada masyarakat secara luas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode artinya cara yang dilakukan dalam penelitian. Sedangkan penelitian adalah upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan suatu negara pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa karena pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk menggunakan paradigma interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma interpretif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Logo adalah tanda, lambang, ataupun simbol yang mengandung makna dan digunakan sebagai identitas sebuah organisasi, perusahaan atau individu agar mudah diingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang mutlak dan menjadi pondasi bagi kemajuan suatu bangsa pada umumnya, dan juga pada tiap individu-individu manusia pada khususnya

Lebih terperinci

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (Rindang, 2004: 2). Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah tempat belajar dan berlatih siswa dalam berbagai hal yang nantinya pasti akan dihadapi oleh para siswa dalam kehidupan nyata di tengah-tengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Organisasi ekstra universitas merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang sama sekali tidak demokratis. Di dalam masa transisi menuju

BAB I PENDAHULUAN. politik yang sama sekali tidak demokratis. Di dalam masa transisi menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendemokrasian atau proses demokratisasi merupakan transisi menuju demokrasi yang bermuara kembar. 1 Demokratisasi merupakan langkah awal untuk menuju kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode untuk penyusunan perencanaan partisipatif berbasis kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, yaitu suatu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan ini telah jelas terlihat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Konsekuensi ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan (ilmiah) yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Kegiatan penelitian diawali dengan adanya minat untuk mengkaji secara mendalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci