BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa Jepang ialah bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antar anggota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahasa Jepang ialah bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antar anggota"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahasa Jepang Bahasa Jepang ialah bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat di seluruh pelosok negara Jepang. Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung antar anggota masyarakat Jepang yang memiliki berbagai macam dialek, dan dipakai sebagai bahasa pengantar di semua lembaga pendidikan di Jepang sejak sekolah taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi dalam Sudjianto (1995 :1). Bahasa Jepang adalah bahasa yag unik, apabila kita melihat para penuturnya, tidak ada masyarakat negara lain yang memakai bahasa Jepang sebaai bahasa nasionalnya. Sebagai bandingan kita dapat melihat bahasa lain seperti bahasa Inggris yang dipakai di beberapa negara sebagai bahasa nasionalnya seperti di Amerika, Inggris, Australia, Selandia Baru, Kanada, dan sebagainya. Sehingga walaupun hanya menguasai bahasa Inggris kita dapat berkomunikasi dengan warga negara-negara tersebut. Contoh lain adalah bahasa Melayu yang biasa dipakai oleh orang-orang Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan sebagainya. Bahasa Jepang tidak sama dengan bahasa bahasa yag tadi. Orang-orang yang lahir dan hidup di dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan Jepang. Kita dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang atau dengan orang lain yang pernah mempelajarinya menurut Sudjianto (1995 : 3) Dari sisi lain kita juga melihat bangsa Jepang hanya memakai satu bahasa sebagai bahasa nasionalnya yaitu bahasa Jepang. Tidak ada bahasa lain yang dipakai di Jepang

2 sebagai bahasa nasionalnya. Keunikan bahasa Jepang lainnya berkaitan dengan rumpun bahasanya. Bahasa-bahasa yang ada di dunia ini pada umumnya jelas rumpun bahasanya. Sedangkan rumpun bahasa Jepang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para ahlinya. Hal ini dapat disadari apabila melihat klasifikasi bahasa-bahasa yang ada di dunia berdasarkan rumpun bahasanya menurut Shimizu (2000 : 14) Dilihat dari aspek-aspek kebahasaannya, bahasa Jepang memiliki karakteristik tetentu yang dapat kita amati dari huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan, gramatika, dan ragam bahasanya. Apabila melihat huruf yang dipakai untuk menuliskan bahasa Jepang, kita tahu bahwa bahasa Jepang memiliki sistem penulisan yang sangat kompleks. Selain itu bahasa Jepang juga mengenal adanya tingkatan bahasa, dalam penggunaanya perlu dipertimbangkan banyak faktor seperti status sosial pembicara dan pendengar serta suasana yang mengiringinya. Disamping itu, pula perlu dikenali apakah ungkapan tersebut umum digunakan oleh laki-laki atau perempuan, anak-anak, atau orang dewasa serta bagaimana hubungan yang mempertautkan mereka dalam Edizal (2001 : 1) 2.2 Sosiopragmatik Pandangan yang berterima di kalangan pakar pramatik dan juga di kalangan pakar sosiolinguistik saat ini adalah bahwa, jika kita berbicara atau mengeluarkan ujaran (apakah ujaran itu berupa kalimat, frasa atau kata), apa yang keluar dari mulut kita itu dapat dianggap sebagai tindakan. Tindakan itu dapat disebut sebgai tindakan berbicara, tindakan berujar, atau tindakan bertutur. Istilah yang sekarang lazim dipakai untuk

3 mengacu ke tindakan itu ialah tindak tutur, yang merupakan terjemahan istilah Inggris speech act. Sering dikatakan, sosiolinguistik itu sangat berkaitan dengan pragmatik (yang oleh segolongan orang dimasukkan ke dalam linguistik ). Salah satu kaitan yang dapat kita lihat adalah munculya istilah tindak tutur dalam kedua bidang kajian itu menurut Sumarno dan Partana (2004 : 322) Ihwal sosiopragmatik dapat dijelaskan dari pengertian oleh pakar-pakar linguistik dalam Rahardi (2009 : 20) yaitu Levinson (1983) mendefiisikan sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteknya. Batasan dari Levinson dapat dilihat pada kutipan berikut: Pragmatics is the study of those relations between language and context that are gramaticalizzed or encoded in the structure of a language menurut Levinson (1983 : 9). Pada sisi lain, Parker (1986) dalam Rahardi (2009 : 20) dalam bukunya yang berjudul Linguistics for Non-Linguists menyatakan bahwa itu cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Tarigan (1990 : 26) mengatakan sosiopragmatik adalah telaah mengenai kondisikondisi setempat atau kondisi-kondisi lokal yang lebih khusus mengenai penggunaan bahasa. Dalam masyarakat setempat yang lebih khusus ini jelas terlihat bahwa prinsip koperatif atau prinsip kerjasama dan prinsip kesopansantunan berlangsung secara berubah-ubah dalam kebudayaan yang berbeda-beda atau aneka masyarakat bahasa, dalam situasi-situasi sosial yang berbeda-beda, dan sebagainya. Dengan kata lain, sosiopragmatik merupakan tapal batas sosiologis pragmatik. Jadi jelas di sini betapa erat hubungan antara sosiopragmatik dengan sosiologi.

4 Dari batasan-batasan yang disampaikan ini dapat disimpulkan bahwa sosok pragmatik, yakni ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia, pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks situasi yang mewadahi bahasa itu. Konteks yang dimaksud dapat mencakup dua macam hal, yakni konteks yang bersifat sosial dan konteks yang bersifat sosietal. Konteks sosial adalah konteks yang timbul sebagai akibat dari munculnya interaksi antaranggota masyarakat dalam suatu masyarakat sosial dan budaya tertentu. Adapun yang dimaksud dengan konteks sosietal adalah konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan dari anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial yang ada di dalam masyarakat dan budaya tertentu Sosiolinguistik Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitanya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat menurut Chaer dan Agustina (2004 : 2-3). Menurut Rahardi (2010:16) Sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan memperhitungkan hubungan antara bahasa dan masyarakat, khususnya masyarakat penutur bahasa itu. Jadi jelas, bahwa sosiolinguistik mempertimbangkan keterkaitan antara dua hal, yaitu linguistik untuk segi kebahasaannya dan sosiologi untuk segi kemasyarakatannya.

5 2.2.2 Pragmatik Tarigan (1996 : 34) menyatakan bahwa teori tindak tutur adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik itu sendiri merupakan bagian dari performansi linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian dari konteks dan dengan demikian pragmatik mencakup bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterprestasikan ucapan-ucapan. Purwo (1990 : 16) dan Leech (1983: 21) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang mengkaji makna tuturan, sedangkan semantik adalah ilmu yang mengkaji makna kalimat, pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar. Djajasudarma (1994 : 56) sendiri menerangkan bahwa pragmatik itu mengkaji unsur makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan melalui referensi langsung pada pengungkapan ujaran dan juga mencakup studi interaksi antara pengetahuan kebahasaan dan dasar pengetahuan tentang dunia yang dimiliki oleh pendengar / pembaca. Purwo (1990 : 17-20) mengatakan bahwa pragmatik menjelajahi empat fenomena, yaitu (1) deiksis, (2) praanggapan, (3) tindak ujaran, dan (4) implikatur percakapan. Soemarno (1998) juga mengemukakan bahwa unsur-unsur penting yang perlu diamati dalam penelitian pragmatik adalah deiksis, praanggapan, implikatur, pertuturan, dan struktur wacana. Jadi jelas bahwa tindak tutur merupakan prasyarat dalam memperoleh bahasa pada umumnya.

6 2.2.3 Pragmatik Bahasa Jepang Gouyouron ha gohou kensha shitari, kentou shitari suru bunmon dehanai. Gengou dentatsu ni oite, hatsuwa aru bamen ni oitenasareru. haiwa toshite no bun ha, sore yoirareru no naka de hajimete tekitou na imi wo motsu koto ni naru. Pragmatik adalah studi dari penggunaan untuk pemeriksaan terhadap tindakan dalam komunikasi linguistik, baik berupa ucapan yang dibuat dalam sebuah tuturan, baik berupa teks yang tepat dalam pertama penggunaannya sehingga memiliki makna di dalamnya. Tatoeba: (1) kore o mawashite kudasai. Contoh: (1) silahkan putar ini 1993 : (1) no bun ga ba no kotoba de areba, [mawasu] ha hako no tottete o [kaitensaseru] koto de aru. Futsu, go ya bun ha iku touri ka no imi o motsu koto ga ooi. Koushita imi wo yomi to iuga, sono go ya bun ga tsukawawreru joutai ni yotte, bashouni kanatta hitotsu no yomi ga kitensarer. Koizumi (1993 : )

7 Contoh (1) pada kalimat di atas adalah kata (putar), untuk memutar sebuah kotak itu. Biasanya, kata tersebut apabila berada dalam sebuah kalimat maka akan memiliki beberapa makna. Maka itu berarti, kata-kata dan pernyataan yang digunakan dalam beberapa situasi itu menentukan suatu tindakan. 2.3 Tindak Tutur Telaah mengenai bagaimana cara kita melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-kalimat adalah telaah mengenai tindak ujar / tindak tutur (speech act ) dalam menelaah tindak ujar ini kita harus menyadari benar-benar betapa pentingnya konteks ucapan / ungkapan. Teori tindak ujar bertujuan mengutarakan kepada kita, bila kita mengemukakan pertanyaan padahal yang dimaksud adalah menyuruh, atau bila kita mengatakan sesuatu hal dengan intonasi khusus padahal yang dimaksud justru sebaliknya Tarigan (1990 : 33). Chaer dan Austina (2004 : 50) Istilah dan teori mengenai tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin, seorang guru besar di Uiversitas Harvard, pada tahun Teori yang bersal dari materi kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1965) dengan judul How to do Thing with Word? Tetapi teori tersebut baru mulai terkenal dalam studi linguistik setelah Searle (1969) menerbitkan buku berjudul Speech Act and Essay in the Philosophy of Language. Sehubungan dengan peran tindak tutur tersebut, pemakaian tindak tutur dalam interaksi antara penutur dan mitra tutur cenderung memiliki keberagaman kinerja bentuk verbal dan mendapatkan status dan konteks interaksi tersebut.

8 Tindak tutur memerlukan penutur dan mitra tutur. Keberagaman kinerja tindak tutur itu menurut Hymes ( ) dan Jacobson yang dikutip Djajengwasito (1984 : 4-5) dapat berfugsi sebagai: 1. Repsentatif ( disebut juga asertif), yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya (misalnya: menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan); 2. Direktif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar penutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu (misalnya : meminta, menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, menentang); 3. Ekspresif, tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu ( misalnya : memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh); 4. Komisif, tindak ujaran yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya ( seperti : berjanji, bersumpah, mengancam); 5. Deklaratif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan penutur dengan maksud untuk menciptakan hal ( status, keadaan, dan sebagainya) yang baru (misalnya: memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, memberi maaf). Austin (1962) dalam How to do Thing with Word mengemukakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act),

9 disamping memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. 1. Tindak tutur lokusi adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam kamus ) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidahnya sintaksisnya. Perbuatan bertutur, hal mengungkapkan sesuatu atau menyatakan sesuatu (locutyonary speech act). Misalnya: Dia sakit. Kaki manusia dua. Pohon punya daun. Wacana-wacana ilmiah yang tidak menekankan emosi termasuk tindak tutur lokusi. Tindak tutur ini sangat sedikit peranannya dalam pragmatik. 2. Tindak tutur ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita mulai berbicara tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan. Perbuatan yang dilakukan dalam mengujarkan sesuatu atau melakukan sesuatu. Misalnya : memperingatkan, bertanya (illocutionary speech act) Misalnya : Ibunya di rumah! (bisa bermaksud melarang datang menemui anaknya) Bapaknya galak! (bisa melarang jangan ke sana) Saya tidak dapat datang (minta maaf) 3. Tindak tutur perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujara yang dihasilkan oleh penutur. Secara singkat, perlokusi adalah efek dari tindak tutur itu bagi mitra tutur. Perbuatan yang dilakukan dengan mengujarkan sesuatu, membuat orang lain percaya akan sesuatu dengan mendesak orang lain untuk berbuat sesuatu, misalnya mempengaruhi orang lain (perlocutionary speech act) Misalnya : Tempat itu jauh.

10 2.3.1 Tindak Tutur Permintaan Bach dan Harnish (1979 : 41) mengatakan tindak tutur permintaan merupakan jenis tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk membuat mitra tuturnya melakukan sesuatu baik berfungsi sebagai pengatur tingkah laku maupun berfungsi sebgai pengontrol tindak. Selanjutnya menurut Fasold (1990 : 58), Bach dan Harnish (1979 : 47) bahwa tindak tutur permintaan tidak hanya penutur menuntut mitra tutur melakukan sesuatu, bertindak atau berkata, tetapi ia (penutur) menuntut mitra tuturnya melakukan kegiatan yang sesuai dengan pandangan Grice (1975 : 40-50) baik menyangkut apa yang dikatakan, apa yang dimaksudkan maupun apa yang dilakukan yang sangat berkaitan dengan tataran sosio budaya masyarakat tuturnya. Pada waktu seseorang mengutarakan permintaan ataupun suruhan kepada orang lain, banyak hal yang harus dipertimbangkannya. Salah satu pertimbangannya adalah bagaimana menyatakan permintaan tanpa melukai perasaan lawan tuturnya. Pemilihan tindak tutur permintaan sebagai satu analisis didasari pada beberapa pertimbangan : 1. Pertama, tindak tutur permintaan ini berpotensi besar mengancam muka ( yakni muka orang yang dimintai permintaan). 2. Kedua, permintaan tidak hanya sebagai gagasan yang asal terujar melainkan perlu mempertimbangakan kepada siapa permintaan tersebut dituturkan dan dimana peristiwa tersebut dituturkan. 3. Ketiga, permintaan dapat merusak keharmonisan hubungan baik antara penutur dengan mitra tutur manakala tidak disampaikan dengan tepat.

11 Analisis tindak tutur permintaan merupakan bagian dari tindak direktif. Tindak tutur permintaan adalah kajian yang diteliti dalam tesis ini. Menurut Moelino et al (1993) meminta adalah berharap supaya diberi atau mendapat sesuatu. Sedangkan permintaan adalah perbuatan meminta. Dikemukakan pula oleh Marckwardt e al (1996 : 170) permintaan adalah (1) untuk mengungkapkan keinginan ; (2) untuk menyatakan kehendak, menghendaki seseorang untuk melakukan sesuatu dengan ikhlas (senang). Jadi permintaan berarti menggambarkan sikap penutur yang menghendaki agar mitra tutur melakukan sesuatu. Dalam tindak tutur permintaan, pelaku tutur dihadapkan pada : (1) konteks sosiobudaya yang berupa struktur dan fungsi sosial dalam sistem nilai yang ada dalam masyarakat tuturnya, misalnya hubungan sosial (status dan fungsi peserta tutur, mobilitas strata peserta tutur seperti uchi dan soto dikebudayaan Jepang. Dan proses sosial dalam mengekspresikan pelaksanaan tindak yang diinginkan atau kehendaki oleh penutur kepada mitra tutur atau sebaliknya, dan (2) modus (strategi) penyampaian tindak, fungsi, maksud tindak tutur permintaan dalam kinerja bentuk verbal yag sesuai dengan konteks tutur dan budaya pelaku tutur. Namun, tidak jarang dengn bekal pemahaman yang menyeluruh tentang tindak, fungsi, dan maksud serta modus penyampaian tindak yang tepat baik sesuai dengan konteks tutur maupun konteks budaya tersebut, pelaku tutur dapat menciptakan hubungan yang harmonis, tetapi jika penyampaiannya tidak tepat dapat merusak hubungan diantara petutur dan mitra tutur Konsep Tindak Tutur Permintaan

12 Di dalam bahasa, kebutuhan penutur bukanlah semata-mata untuk menyampaikan proposisi atau amanat saja, melainkan lebih dari itu. Dengan berbahasa penutur dapat melakukan tindakan, salah satu tindakan yang penting dan dilakukan oleh penutur dalam berbahasa adalah tindak ilokusi. Searle (1975) mengklasifikasikan tindak ilokusi ke dalam beberapa fungsi diantaranya direktif, yakni ilokusi sebagai aspek makro yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan seperti meminta, memerintah, menyarankan yang dilakukan oleh mitra tutur. Tindak tutur permintaan yang dianalisis pada penelitian ini adalah bentuk tindakan yang memiliki tujuan, dan menempatkan tindak tutur permintaan dalam konteks interaksi skala makro. 2.4 Kesopanan Kesantunan menurut Fasold (1990): 159) adalah formalitas (formality), ketaksegajaan (hesitancy) dan persamaan kesekawanan (equality or comaradirie). Jika dijabarkan, formalitas berarti jangan memaksa atau jangan angkuh (aloof); ketaktegasan berarti buatlah sedemikian rupa sehingga mitra tutur anda dapat menentuka piliha (option); dan persamaan atau kesekawanan berarti bertindaklah seolah-olah anda dan mitra tutur anda sama atau dengan kata lain buatlah ia merasa senang. Prinsip kesantunan yang sampai saat ini dianggap paling lengkap, paling mapan, dan paling komprehensif adalah prinsip kesantunan yang dirumuskan Leech (1983). Leech dalam Rahardi (2009 : 5-9) menyampaikan maksim-maksim di dalam prinsip kesantunan itu sebagai berikut (1) Maksim Kebijaksanaan menyatakan : (a) kurangilah kerugian orang lain, dan (b) tambahlah keuntungan untuk orang lain. (2) Maksim

13 Penerimaan menyatakan : (a) kurangi keuntungan diri sendiri, dan (b) tambahi pengorbanan diri sendiri. (3) Maksim Penghargaan menyatakan : (a) kurangi cacian pada orang lain, dan tambahi pujian pada orang lain. (4) Maksim Kesederhanaan menyatakan : (a) kurangilah pujian pada diri sendiri, dan (b) tambahi pujian pada orang lain. (5) Maksim Permufakatan menyatakan (a) kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain, dan (b) tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain. (6) Maksim Simpati menyatakan : (a) kurangi simpati antara diri sendiri dengan orang lain, dan (b) perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain. Sementara itu, Kartomihardjo (1988) menyatakan bahwa dalam menggunakan bahasa (tindak bahasa), penutur tidak bias lepas dari norma-norma sosial dan budaya yang dimilikinya. Agar terjadi keserasian dan keseimbangan antara penutur dengan mitra tutur dalam melaksanakan interaksi, penutur dapat memasuki norma atau tata krama yang diwujudkan. 2.5 Fungsi Tindak Tutur Komunikasi suatu fungsi dapat dinyatakan atau diutarakan melalui berbagai bentuk ujaran. Untuk maksud permintaan menurut Blum-Kulka (1987) dalam Kartika (2010 : 29-30) dapat diungkapkan dengan menggunakan berbagai ujaran seperti berikut: Berdasarkan penelitian empiris tentang tindak tutur permintaan dalam berbagai bahasa yang berbeda, Blum Kulka dalam Kartika (2010 : 29-30) menjabarkan hal tersebut ke dalam sembilan subtingkat yang berbeda yang disebut fungsi tindak tutur yang membentuk skala ketidaklangsungan. (1). Kalimat bermodus Imperatif (mood derivable)

14 modal verba gramatikal dalam ujaran memarkahi daya ilokusinya sebagai tindak tutur.contohnya ialah: Pindahkan kotak ini Kono hako ha utsutte kure Ini kotak (pem. S) pindahkan Pindahkan kotak ini. (2). Performatif eksplisit (explicit performatives) Daya ilokusi ujaran secara eksplisit disebut oleh penutur. contohnya ialah: Saya minta Saudara memindahkan kotak ini. Kono hako ha utsuttekudasai, onegai Ini kotak (pem. S) memindahkan, minta Saya minta saudara memindahkan kotak ini. (3). Performatif berpagar (hedged performative) Ujaran menyisipkan sebutan daya ilokusi. Contohnya ialah: Saya sebenarnya mau minta Saudara memindahkan kotak ini. Jitsu, kono hako ha utsutteitadaku Sebenarnya, ini kotak (pem. S) mau memindahkan. Saya sebenarnya mau minta saudara memindahkan kotak ini. (4). Pernyataan Keharusan (Locution derivable) ialah: Titik ilokusi secara langsung ditimbulkan dari makna semantik lokusi. Contohnya Saudara harus memindahkan kotak ini. Kono hako ha utsuranakerebanaranai.

15 Ini kotak (pem. S) harus memindahkan Saudara harus memindahkan kotak ini. (5). Pernyataan Keinginan (scope Stating) Ujaran mengungkapkan maksud penutur, keinginan, atau perasaan yang diharapkan dilakukan penutur.contohnya ialah: Saya ingin kotak ini dipindahkan. Kono hako ha utsuritagaru. Ini kotak (pem. S) ingin dipindahkan. Saya ingin kotak ini dipindahkan. (6). Rumusan Saran (language specific suggestory formula) Ujaran berisi saran untuk melakukan tindak. Contohnya ialah: Bagaimana kalau kotak ini dipindahkan? Kono hako ha utsutte moiidesuka. Ini kotak (pem. S) dipindahkan bagaimana? Bagaimana kalau kotak ini dipindahkan. (7). Persiapan Pertanyaan (reference to preparatory conditions) Ujaran berisi acuan kepada syarat persiapan (misalnya kemampuan atau keinginan, kemungkinan tindak dilakukan) seperti dikonvensionalisasi dalam bahasa tertentu. Contohnya ialah: Saudara dapat memindahkan kotak ini?

16 Kono hako ha utsuttekureru. Ini kotak (pem. S) memindahkan dapat. Saudara dapat memindahkan kotak ini (8). Isyarat kuat (strong hints) Ujaran berisi acuan sebagian kepada objek atau kepada unsur-unsur yang diperlukan untuk pelaksanaan tindak memohon. Dengan kotak ini di sini, ruangan ini kelihatan menjadi sempit. Kono hako ha koko ni atte, kono shitsu ha semakunatte mieru. Ini kotak (pem. S) sini di dengan (keberadaan), ini ruangan (pem. S) sempit menjadi kelihatan. Dengan kotak ini di sini, ruangan ini kelihatan menjadi sempit. (9). Isyarat halus (mild hints) Ujaran yang dibuat tidak mengacu kepada ciri permohonan (atau unsur-unsurnya), tetapi dapat diinterprestasikan melalui konteks sebagai permohonan (secara tidak langsung dan secara pragmatik mengimplikasikan tindak). Contohnya ialah: Ruangan ini kelihatan sesak. Kono shitsu ha semaku mieru. Ini kotak (pem.s) sesak kelihatan. Ruangan ini kelihatan sesak. Jika kesembilan bentuk tuturan di atas benar-benar dituturkan, akan memperoleh sembilan tindak tutur yang berbeda-beda derajat kelangsuangannya dalam hal menyampaikan maksud menyuruh memindahkan kotak itu. Dalam teori Blum-Kulka dibicarakan tentang tindak tutur langsung dan tindak tutur tak langsung. Saragih (2001 : 57-58) menguraikan dalam berbahasa penutur atau pengguna bahasa melakukan dua peran, yaitu meminta dan memberi. Dalam membawakan kedua

17 peran itu terkait dua jenis komoditas, yaitu (1) informasi, dan (2) barang dan jasa. Apabila variabel peran dan komoditas tersebut diklarifikasikan silang, dapat 4 (empat) jenis aksi, atau tindak tutur seperti terlihat dalam tabel I. Keempat variabel tersebut disebut protoaksi atau tindak tutur dasar karena keempat aksi tersebut menjadi sumber dari aksi atau tindak tutur yang dilalukan pemakai bahasa. Tabel 1. Protoaksi Dalam Bahasa KOMODITAS INFORMASI BARANG DAN JASA Memberi Pernyataan Tawaran Meminta Pertanyaan Perintah Secara sistematik, keempat protoaksi atau tindak tutur dasar itu dapat diuraikan sebagai berikut: Memberi informasi Meminta / informasi Memberi / barang dan jasa Meminta / barang dan jasa : Pernyataan ( Statementt) : Pertanyaan ( Question) : Tawaran (Offer) : Perintah (Command) Selanjutnya Saragih (2001 : 59) mengatakan protoaksi tersebut direalisasikan oleh 3 (tiga) nada percakapan pada tingkat tata bahasa yang disebut modus yaitu modus deklaratif, interogatif dan imperatif. Lazimnya aksi pernyataan, pertanyaan dan perintah masing-masing direalisasikan oleh modus deklaratif, interogatif, dan imperatif. Protoaksi tawaran tidak memiliki modus yang lazim sebagai realisasinya.

18 Saragih (2001 : 64) mengamati bahwa realisasi aksi atau tindak tutur pada strata semantik dan tata bahasa bukanlah hubungan satu ke satu (biunique relatio); artinya bahwa semantik aksi pernyataan tidak selamanya direalisasikan oleh modus deklaratif, pertanyaan oleh interogatif dan perintah oleh imperatif. 2.6 Jenis-Jenis Tindak Tutur Wijana (2006) dalam Rahardi (2009 : 19-20) menguraikan dua macam jenis tindak tutur di dalam praktik berbahasa, yaitu: 1.Tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. a. Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dinyatakan sesuai dengan modus kalimatnya. Contoh: Tolong hidupkan lampunya. Tuturan di atas adalah tindakan memerintah seseorang untuk menyalakan lampu karena situasi ruangan gelap. b. Tindak tutur tidak langsung adalah tindakan yang tidak dinyatakan langsung oleh modus kalimatnya. Contoh:Ruangnya gelap sekali. Tututran di atas secara tidak langsung menyuruh atau meminta seseorang untuk menghidupkan lampu karena situasi ruangannya gelap tetapi di sampaikan secara tidak langsung. 2.Tindak tutur literal dan tindak tutur non literal. a. Tindak tutur literal dapat dimaknai sebagai tindak tutur yang maksudnya sama persis dengan makna kata-kata yang menyusunnya.

19 Contoh:: Wah, suaramu bagus sekali. Jika maksud tuturan itu adalah untuk pujian kepada sang mitra tutur, maka jelas sekali bahwa tuturan itu merupakan tuturan yang sifatnya literal. b. Tindak tutur non liteal Adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama, atau bahkan berlawanan, dengan makna kata-kata yang menyususnya itu. Contoh : Wah, suaramu bagus sekali. Jika maksud tuturan itu adalah untuk untuk menyindir atau untuk mengejek sang mitra tutur maka tindak tutur yang demikian itu disebut sebagai tindak tutur nonliteral atau tindak tutur tidak literal. Dari empat macam jenis tindak tutur yang disampaikan di atas itu, masing-masing kemudian bisa diinterseksikan antara yang satu dengan yang lainnya. Dari interseksi keempatnya itu dapat dihasilkan empat jenis tindak tutur yang berikutnya yakni: 1. Tindak tutur langsung literal, 2. Tindak tutur tidak langsung literal, 3. Tindak tutur langsung non literal, 4. Tindak tutur tidak langsung non literal. 2.7 Ragam Bahasa Hormat dan Ragam Bahasa Biasa Dahidi dan Sudjianto (2004 : ) menyatakan pemakaian ragam bahasa hormat menjadi salah satu karakteristik bahasa Jepang. Pada dasarnya ragam bahasa hormat dipakai untuk menghaluskan bahasa yang dipakai orang pertama (pembicara) untuk menghormati orang kedua (pendengar) dan orang ketiga (yang dibicarakan). Jadi yang dipertimbangkan pada waktu menggunakan ragam bahasa hormat adalah konteks

20 tuturan termasuk orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Nakano Toshio dalam Sudjianto (1999 : 149) menjelaskan bahwa ragam bahasa hormat ditentukan dengan parameter sebagai berikut: 1. Usia : tua atau muda, senior atau yunior 2. Status : atasan atau bawahan, guru atau murid. 3. Jenis Kelamin : pria atau wanita (wanita lebih banyak menggunakan ragam bahasa hormat). 4. Keakraban : orang dalam atau orang luar. 5. Gaya Bahasa : bahasa sehari-hari, ceramah, perkuliahan. 6. Pribadi atau umum: rapat, upacara, atau kegiatan apa. 7. Pendidikan : berpendidikan atau tidak. Selain itu bahasa Jepang juga mengenal adanya tingkatan bahasa, dalam penggunaanya perlu dipertimbangkan banyak faktor seperti status sosial pembicara dan pendengar serta suasana yang mengiringinya. Disamping itu, pula perlu dikenali apakah ungkapan tersebut umum digunakan oleh laki-laki atau perempuan, anak-anak, atau orang dewasa serta bagaimana hubungan yang mempertautkan mereka menurut Edizal (2001 : 1) Ragam bahasa biasa adalah bentuk bahasa sehari-hari / biasa dalam bahasa Jepang dan biasanya digunakan kepada orang yang lebih muda atau kepada orang yang sudah akrab. Seperti disebutkan diatas situasi / ranah juga mempengaruhi tindak tutur berinteraksi di mana satu bahasa digunakan.

21 Ranah merupakan gugusan situasi atau cakrawala interaksi di mana satu bahasa digunkan. Ranah dihubungkan dengan variasi tertentu, variasi-variasitersebut dibandingkan dengan situasi sosial dan merupakan abstraksi dari persilangan antara hubungn peran dan status, lingkungan dan pokok bahasan tertentu menurut Siregar (1998 : 38) Di dalam penulisan yang pernah dilakukan oleh Fishman (1971) dalam Rahardi (2009 : 39) telah digunakan lima macam ranah yakni (1) ranah keluarga, (2) ranah persahabatan, (3) ranah pekerjaan, (4) ranah pendidikan, (5) ranah agama. Maka sebuah ranah, misalnya saja, akan dapat dianggap sebagai ranah keluarga apabila terdapat pertuturan yang terjadi di rumah atau dalam sebuah keluarga, terdapat topik perbincangan mengenai masalah keluarga, dan terdapat para partisipan tutur yang merupakan bagian dari keluarga itu menurut Rahardi (2002) dan Sumarsono (1993) dalam Rahardi (2009 : 39). 2.8 Kajian Terdahulu / Sebelumnya Penelitian mengenai tindak tutur telah dilakukan oleh beberapa orang, diantaranya penelitian mengenai jenis dan fungsi tindak tutur yang mendekati dengan penelitian yang penulis tulis adalah: Eviravriza (2000) dalam tesisnya mengkaji tentang tindak tutur permintaan yang menjadi studi kasusnya adalah pengguna bahasa Melayu Riau di Pekan Baru. Eviravriza membahas tentang modus dan bagaimana bentuk kesopanan direfleksikan dengan tindak tutur khususnya permintaan yang objek studi kasusya pengguna bahasa Melayu Riau di Pekan Baru.

22 Hamida (2002) dalam tesisnya mengkaji tentang jenis dan fungsi tindak tutur pada cerita anak bergambar berbahasa Inggris. Hamida membahas jenis-jenis dan fungsi tindak tutur pada cerita anak-anak bergambar dalam bahasa Inggris. Pramuniati (2009) dalam disertasinya mengkaji tentang Strategi Tindak Tutur dan Kepekaan Pragmatik Melarang Dalam Bahasa Aceh Utara. Pramuniati membahas strategi bertutur apa yang digunakan oleh penutur Aceh Utara di dalam perilaku tindak tutur melarang. Kartika (2010) dalam bukunya mengkaji tentang Kesantunan Tindak Tutur Memohon Dalam Bahasa Indonesia Oleh Mahasiswa Jepang, yang menjadi studi kasus pada Program Bahasa Indonesia Penutur Asing Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. 2.9 Kerangka Konseptual Tindak tutur permintaan bahasa Jepang dalam Film TLS juga dipengaruhi beberapa faktor, yakni dari kelompok umur, jenjang pendidikan dan jenis kelamin. Faktor perbedaan variasi sosial tersebut juga dipengaruhi oleh unsur kesantunan yang mengacu pada kekuasaan (K), solidaritas (S) dan latar publik (P). Kajian teori terdahulu menunjukkan terdapat jumlah tindak tutur permintaan ini bervariasi dan di rumuskan mencakup hal sebagai berikut: 1.Untuk menganalisis jenis tindak tutur, penulis menggunakan pendapat Rahardi ( 2009 : 19) yang membedakan jenis-jenis tindak tutur menjadi: a. Tindak Tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung.

23 b. Tindak tutur literal dan tindak tutur non literal. 2. Untuk menganalisis fungsi tindak tutur penulis menggunakan pendapat Blum Kulka (1987) dalam Kartika (2010 : 29-30) dapat diungkapkan dengan menggunakan berbagai iujaran sebagai berikut: 1. Bermodus imperatif (Pindahkan kotak ini!). 2. Performatif eksplisit (Saya minta saudara memindahkan kotak ini) 3. Performatif berpagar (Saya sebenarnya mau minta saudara memindahkan kotak ini) 4. Pernyataan keharusan (Saudara harus memindahkankotak ini ) 5. Pernyataan keinginan (Saya ingin kotak ini dipindahkan) 6. Rumusan saran ( Bagaimana kalau kotak ini dipindahkan) 7. Persiapan pernyataan (Saudara dapat memindahkan kotak ini?) 8. Isyarat kuat (Dengan kotak ini di sini, ruangan ini kelihatan sesak) 9. Isyarat halus ( Ruangan ini kelihatan sesak) Teori ini penulis jadikan acuan dalam penelitian yang akan penulis kaji karena teori ini relevan dengan penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komunikasi.

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN

BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN 12 BAB 2 IKHWAL PRAGMATIK, TINDAK TUTUR, PRINSIP KERJA SAMA, DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN Pada bab ini peneliti menguraikan beberapa landasan teori yang akan diperlukan untuk menganalisis data sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang telekomunikas. Saat ini untuk berkomunikasi dengan orang lain sangatlah

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan dalam drama seri House M.D. di mana tuturantuturan dokter Gregory House

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

Lebih terperinci

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS Ahmad Fadilahtur Rahman Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Situbondo Email: fadilahtur_rahman@yahoo.com Abstract: This study aimed to describe the form

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan dari dua pertanyaan penelitian dan pembahasan pada pada Bab 4. Bab ini diawali dengan simpulan dan ditutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Namun seiring perkembangan semua itu telah berubah seiring

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya. BAB V PENUTUP Bab V merupakan bab terakhir dari tesis ini. Bab ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi intisari dari seluruh pembahasan dalam tesis ini. Adapun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang sangat berperan dalam kehidupan manusia, salah satunya untuk berkomunikasi, yaitu membantu manusia untuk saling berinteraksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak ada satu orang pun yang benar-benar beraktivitas tanpa mengadakan rapat. Misalnya saja, menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Bahasa adalah milik manusia dan merupakan satu ciri pembeda utama umat manusia dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbahasa tidak lepas dari tindak tutur, baik sebagai penutur maupun lawan tutur. Tidak hanya dalam kehidupan nyata, dalam film pun demikian.

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan 1 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Bahasa merupakan produk budaya yang paling dinamis dalam pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan pemikiran, permintaan, dan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU Netty Nurdiyani Politeknik Negeri Semarang nettynurdiyani@ymail.com Abstrak Surat pembaca merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) sebelumnya pernah dilakukan oleh Yuda Eka Setyaningsih (2004) dengan judul

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 ERWITIAN MARYA AGUSTINE

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PENGAWAS DALAM KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK PADA GURU SMA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012/2013

TINDAK TUTUR PENGAWAS DALAM KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK PADA GURU SMA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012/2013 TINDAK TUTUR PENGAWAS DALAM KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK PADA GURU SMA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012/2013 Lalu Muhamad Hidlir, I. N. Suandi, I. B. Putrayasa Program Studi Pendidikan Bahasa, Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap 1 BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individual melalui

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individual melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individual melalui simbol, tanda, atau tingkah laku yang umum (Chaer dan Agustina, 2010:17). Agar proses komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial atau makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Oleh karena itu, dalam proses interaksi sosial manusia, peristiwa komunikasi tidak pernah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula merusak hubungan diantaranya adalah hubungan sosial dapat terlihat dalam aktifitas jual beli dipasar. Keharmonisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Ada dua cara untuk dapat melakukan

Lebih terperinci

LOGIKA SEBAGAI PERETAS KONSTRUKSI TUTURAN IMPERATIF LITERAL

LOGIKA SEBAGAI PERETAS KONSTRUKSI TUTURAN IMPERATIF LITERAL LOGIKA SEBAGAI PERETAS KONSTRUKSI TUTURAN IMPERATIF LITERAL 1) Izhar; 2) Sholikhin; 3) Sofian Hadi STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung izharhamka@gmail.com Abstrak Logika sebagai piranti yang bersifat

Lebih terperinci