FOTODEGRADASI LIMBAH DETERGEN DALAM SUSPENSI SEMIKONDUKTOR TiO 2. Saifudin *) ABSTRAK
|
|
- Harjanti Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FOTODEGRADASI LIMBAH DETERGEN DALAM SUSPENSI SEMIKONDUKTOR TiO 2 Saifudin *) ABSTRAK Fotodegradasi limbah detergen dalam air buangan telah dilakukan melalui fotolisis detergen ABS dalam katalis TiO 2. Studi ini dilakukan dalam reaktor curah dengan volume 750 ml. Sinar UV dengan bantuan katalisator TiO 2 ternyata mampu meningkatkan kereaktifan oksigen sehingga membentuk ion superoksida O 2-2. Degradasi optimum terjadi pada ph sekitar 5 dan kecepatan fotolisis menurun mendekati ph 9 atau lebih. Pada penentuan pengaruh UV dengan konsentrasi awal ABS adalah 109 mg/l dan 40 mg/l dengan konsentrasi TiO 2 1% dengan variabel uji adalah konsentrasi akhir ABS, DHL dan ph akhir. Efisiensi maksimum terjadi pada konsentrasi awal ABS 39,68 mg/l. Orde reaksi diperoleh adalah pseudo first orde dengan persamaan kecepatan reaksi sebagai berikut: -ra = 5,9677 x 10-3 [ABSo] 1,1716. Kata kunci: ABS, Detergen, Fotodegradasi, TiO 2 dan UV PENDAHULUAN Latar Belakang Surfaktan merupakan komponen utama detergen, senyawa ini berfungsi sebagai bahan pembersih, karena mudah larut dalam air dan mengemulsi lemak. Detergen dalam air berbentuk terlarut atau tersuspensi. Berdasarkan tingkat resistensi, surfaktan merupakan bahan baku utama detergen, yang dapat dikelompokkan. sebagai detergen lunak dan keras. Detergen lunak, relatif mudah diuraikan oleh mikroba menjadi senyawa sederhana, sedangkan detergen keras sulit diuraikan. Surfaktan jenis anionik merupakan bahan yang paling banyak dipergunakan karena biaya produksinya murah. Bahan utama jenis surfaktan tersebut adalah Alkil Benzen Sulfonat (ABS) yang pertama kali diproduksi tahun 1940 di Amerika Serikat. Setelah diterapkan pemakaian ABS, ternyata beberapa tahun kemudian timbul masalah lingkungan, yakni terjadinya akumulasi detergen di perairan. Pada tahun 1965 ditemukan dan diproduksi jenis detergen pengganti ABS yakni LAS (Linier Alkibenzen Sulfonat), yang relatif lebih mudah diuraikan oleh mikroba, ABS tidak diperbolehkan lagi untuk dipakai di Amerika Serikat, akan tetapi di Indonesia ABS masih digunakan. Perumusan Masalah Pengolahan air limbah yang mengandung surfaktan detergen yang disarankan oleh beberapa buku teks adalah proses koagulasi dan sedimentasi, flotasi dan adsorpsi dengan menggunakan karbon aktif. Jarang yang menganjurkan pengolahan menggunakan teknologi pengolahan biologi, karena surfaktan jenis LAS dan ABS sulit ter"biodegradasi", walaupun ada beberapa hasil penelitian menunjukkan pengolahan air limbah yang mengadung LAS di bawah kondisi anaerobik dapat diturunkan sampai 60% dengan waktu yang relatif lebih lambat dari sabun. Pengolahan air limbah detergen dengan sistem koagulasi diikuti sedimentasi atau flotasi diikuti koagulasi dan sedimentasi banyak menggunakan zat kimia tambahan dan menimbulkan problem baru, yakni berupa lumpur yang mengandung bahan kimia dan detergen. Pengolahan limbah secara fotokimia dapat dijadikan sebagai salah satu pengolahan alternatif untuk mengolah air limbah. Proses tersebut banyak keunggulan antara lain: 1. Lahan yang dibutuhkan tidak terlalu luas. 2. Waktu yang dibutuhkan untuk degradasi lebih singkat dibandingkan dengan proses biologi. 3. Dapat mendegradasi senyawa yang sulit terbiodegradasi. *) Staf Pengajar Politeknik Negeri Lhokseumawe 9
2 4. Menggunakan katalis padatan TiO 2 yang tidak larut dalam air sehingga mudah dipisahkan. Pengolahan air limbah secara fotokimia merupakan prisip penyinaran katalis semikonduktor dengan cahaya yang mempunyai energi > Eo celah pita (band gap) katalis semikonduktor, sehingga katalis tersebut mempunyai kemampuan menghancurkan banyak komponen dalam air buangan. Katalis TiO 2 selain fungsinya sebagai katalis semikonduktor, juga berfungsi sebagai adsorban elektron karena terbentuknya pasangan electron-hole pada permukaannya. Bila detergen berada dalam keadaan bebas dengan kosentrasi sangat encer maka detergen akan berada sebagai monomer-monomernya, namun jika konsentrasi detergen berada pada konsentrasi kritis (critical micelle concentration) dan terdapat partikel koloid atau suspensi seperti minyak, maka detergen bisa berada dalam kondisi micelle artinya, ujung hidrokarbon hidrofobik (ekor) akan berkumpul dan bersama-sama mengikat partikel minyak atau koloid dengan ikatan Van Der Waals, gambar 1a berada dalam posisi admicellar atau hemimicellar jika ujung hidrofilik (kepala) mengikat suatu suspensi atau koloid padat seperti silika atau titan dioksida, gambar-1b. Dengan sifat seperti inilah pula maka detergen bisa digunakan sebagai senyawa yang berfungsi menurunkan tegangan minyak-air dalam proses pencucian. Mikroorganisme dalam tangki septik atau instalasi pengolahan sewage dapat memecah gugus alkil rantai lurus suatu senyawa detergen menjadi molekul yang lebih kecil, namun mikroorganisme tersebut tidak dapat mendegrasi alkil rantai cabang. Hal ini dapat diterangkan dengan kemampuan biodegradasi rantai panjang gugus alkil menjadi senyawa dua karbon yang mekanisme ketoester spherical micelle Below CMC (monomers) Above CMC (monomers and micelles) Hemimicelle Liquid Admicelle Gambar. 1. Contoh micellisasi surfaktan. Posisi micell speris (a)posisi hemimicellar dan (b) admicellar. (West and Harwell) RCH 2 CH 2 COSCoA FAD/-2H RCH = CHCO SCoA H 2 O NAD + /-2H HSCoA RCHOHCH2COSCoA RCO CH 2 CO ScoA RCOScoA + CH 3 CO SCoA Dua karbon tersisihkan 10
3 Permasalahan lain, jika air yang mengandung zat organik terutama yang mengandung gugus aromatis, bila diklorinasi (seperti dalam proses desinfeksi pada air minum), kemungkinan besar akan membentuk senyawa hidrokarbon terklorinasi yang cukup membahayakan kesehatan; karena toksisitasnya sebagai penyebab kanker. Selain itu, senyawa organik yang terklorinasi ada dalam air minum, bila dimasak bisa menimbulkan gas fosgen yang diketahui bersifat racun. Teknologi Pengolahan Air Buangan Detergen Sampai saaat ini masih sedikit teknologi yang dapat mengolah limbah detergen secara efektif dan murah. Penelitian menunjukkan hanya 60% LAS dapat terurai dalam kondisi pengolahan anaerobik. Hasil pengolahan secara biologi ini sulit untuk mencapai optimal, yakni mendekati 90%, diperkirakan karena surfaktan sintetis cenderung bersifat nonbiodegrable, seperti yang telah dibuktikan oleh Bogan dalam Nemerrow (1978), yang menguji nilai BOD untuk beberapa jenis surfaktan dan disajikan pada Tabel 1. Adsorpsi ABS menggunakan karbon aktif tipe GAC F400, dengan kadar mula-mula 3 mg/l, dapat mencapai 2000 bed volume sebelum mencapai titik breakthrought, dan konsumsi effluent dibawah 0,1 mg/l pada proses antara bed volume. Eckenfelder (1989), melaporkan, industri Loundry yang banyak mengandung anionik surfaktan yang mengolah air limbahnya menggunakan H 2 SO 4, diikuti penambahan kapur dan alum, dengan dosis 1400 mg/l H 2 SO 4, 1500 mg/l kapur, dan 300 mg/l alum, telah berhasil menurunkan COD dari 1620 mg/l menjadi 105 mg/l. Pengolahan air limbah pada tempat pencucian mobil, dengan penambahan surfaktan kationik sebagai koagulan dan kalsium sebagai pembantu flokulasi dan mempercepat pengendapan, telah berhasil menurunkan ABS dari 63 mg/l menjadi 0,1 mg/l. Fotolisis tak langsung dan Fotokatalitik TiO 2 Penguraian senyawa kimia oleh cahaya UV lewat buatan fotokatalis atau fotosensitizer, digolongkan sebagai fotolisis tak langsung. Senyawa kimia yang dapat dimasukkan dalam kelompok fotosensitizer, adalah semua senyawa kimia yang mampu menyerap sumber energi cahaya dan melepaskannya kembali ke senyawa lain lewat tumbukan atau pelepasan energi cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang ke molekul lain tanpa merubah strukturnya. Sebagai contoh: teknik fotokatalitik untuk mempercepat proses oksigenasi senyawa organik yang dipelajari oleh Acher dan Rosenthal dalam Eilbeck, W.J. dan Mattock, (1992) yang menggunakan metilen blue sebagai fotosensitizer dan sinar matahari sebagai sumber energi cahaya. Senyawa organik poliaromatis seperti asam humat, tannat, oksida logam yang bersifat semikonduktor atau mempunyai pita konduksi seperti TiO 2, ZnO 2, dan SiO 2 ; Fe(II); dan ion nitrat, merupakan senyawa-senyawa yang dapat digunakan sebagai fotokatalis didaerah serapan panjang gelombang ultraviolet (200 nm 400 nm). Salah satu mekanisme penguraian pencemar organik oleh proses fotokatalitik adalah lewat reaksi radikal hidroksil. Pembentukan hidrogen peroksida dalam system senyawa semikonduktor dapat dilakukan dengan mentransfer 2 elektron ke molekul oksigen atau oksidasi air oleh lubang elektron yang ada dipita konduksi. Persamaan 1, 2 dan 3 menjelaskan proses pembentukan hidrogen peroksida. h TiO 2 e cb - + h vb + (1) O e cb - + 2H + (aq) H 2 O 2 (2) 2 H 2 O + 2H vb + H 2 O H + (aq) (3) Tabel 1. Oksidasi biokimia beberapa jenis detergen dasar. Bibit Sewage Jumlah C Jenis Rantai ppm BOD 2 % b x10 3 n-c 12 -LAS n-dodecyl keryl C 3 -ABS Tetropone Bibit adaptasi, ppm BOD 2 % b x , ,6 81 3,4 a Ditentukan pada 20 o selama 5 hari. b Didasarkan pada jumlah oksigen teoritis yang diperlukan untuk oksidasi sempurna jadi CO 2 dan H 2 O ( Bogan dalam Nemerrow)
4 Di bawah kondisi fotokatalitik reaksi pembentukan H 2 O 2 telah dibuktikan, oleh Baretto, R, dkk, Konsentrasi H 2 O 2 mulamula bertambah dan kemudian secara perlahan berkurang dan telah ditunjukkan bahwa kereaktifan H 2 O 2 bersama e cb - dan h vb + mencapai keadaan tunak sekitar 40 menit. Mekanisme lain penguraian pencemaran organik dapat diterangkan berdasarkan tingkat energi potensial redoks yang terjadi dalam fotokatalisis semikonduktor TiO 2 (antara terhadap elektroda hidrogen normal, ph 7). Adanya illuminisasi gappita sebuah partikel semikonduktor yang tersuspensi dalam air menyebabkan terjadinya transisi elektronik dari pita valensi ke pita konduksi, sehingga terbentuk lubang-lubang pada pita konduksi. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian meliputi penentuan kondisi reaksi fotolisis dan metodelogi parameter fotolisis. Kondisi meliputi: pemakaian lampu, volume reaktor dan pemakaian TiO 2. Terjadinya penguraian ABS atau tidak ditentukan pengukuran daya hantar listrik dan pengukuran ph pada setiap akhir waktu fotolisis. Cara Kerja Penanganan Sampel Setelah selang waktu tertentu sesuai dengan variabel yang telah ditentukan, sampel diambil dari setiap akhir waktu fotolisis, dikumpulkan dulu dalam botol polietilen 100 ml. Selanjutnya sebanyak kira-kira 15 ml sampel disaring dengan kertas saring watchman. Cairan jernih hasil penyaringan ini kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi ABS menggunakan metode spektrofotometer, nilai DHL (daya hantar listrik) dan ph. Gambar 2 memperlihatkan skema kerja penanganan sampel dan Gambar 3 memperlihatkan detail tangki reaktor. Pompa Lampu UV Reaktor Tangki Penampungan Gambar 3. Detail Tangki Reaktor HASIL DAN PEMBAHASAN Botol Polietilen Pengaruh Konsentrasi ABS Awal pada Fotokatalisis Penurunan konsentrasi ABS dengan konsentrasi awal 93,68 mg/l, 65,5 mg/l, 41,4 mg/l dan 23, 8 mg/l terhadap waktu penyinaran dapat dilihat pada gambar 4 7, memperlihatkan secara jelas penurunan kadar detergen ABS sebagai fungsi waktu penyinaran. Limbah Reaktor Sampel Cair Padat Analisa (ABS, DHL, ph) Gambar 2. Skema kerja penanganan sampel. Gambar 4. Kurva hasil fotolisis ABS pada 220 nm dengan berbagai konsentrasi awal dan katalisator 1% TiO 2 12
5 bertambah dengan bertambahnya waktu penyinaran. Kecenderungan bertambahnya nilai daya hantar listrik terhadap waktu penyinaran tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Kurva dalam Gambar 6 diperoleh dari hasil studi fotokatalisis dengan variasi konsentrasi awal, dan diukur dalam reaktor curah dengan volume 2500 ml, lampu UV 10 watt. Gambar 5. Efisiensi Penyisihan ABS pada 220 nm dengan berbagai konsentrasi awal dan katalisator 1% TiO 2 Efisiensi cenderung menurun untuk konsentrasi awal makin besar, kecenderungan makin jelas terlihat pada konsentrasi lebih besar dari 65,58 mg/1. Bila fenomena ini dikaitkan dengan efisiensi fotokimia maka dapat disimpulkan : jika waktu penyinaran, luas paparan permukaan dan konsentrasi katalisator sama maka massa ABS yang terkonversi relatif sama ; konsekuensinya efisiensi penyisihan = (Co-C)/Co, cenderung menurun untuk konsentrasi awal makin besar. Pernyataan ini berlaku jika kuantum foton sinar bukan menjadi pembatas dalam reaksi fotokatalisis ini. Hasil persamaan regresi pada akhir penyinaran 180 menit dengan lampu UV 2 x 30 watt, diameter terluas tabung lampu terletak tepat diatas permukaan cairan menghasilkan persamaan : E (%) = -0,4046 [ABSo] + 96,433 (4) Gambar 6. Hasil pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) unatuk berbagai konsentarsi awal ABS pada 220 nm dengan berbagai konsentrasi awal dan katalisator 1% TiO 2 Dengan nilai r 2 = 0,8932. [ABSo] = 23 mg/1-94 mg/1 Oksidasi atau pemutusan ikatan karbon dalam proses fotokatalisis, yakni lewat reaksi radikal hidroksil atau penyisipan oksigen aktif seperti radikal. O 2 dan O 2-2, sebagai akibat pemutusan rantai karbon dalam senyawa ABS Untuk membuktikan lebih lanjut apakah senyawa detergen ABS betul terurai menjadi senyawa sederhana maka telah dilakukan pengukuran daya hantar listrik (DHL) dan ph pada beberapa set sampel dengan konsentrasi awal yang sama. Daya Hantar Listrik dan ph Dari data hasil pengukuran yang tercantum dalam gambar terlihat bahwa daya hantar listrik Gambar 7. Hasil pengukuran ph untuk berbagai konsentarsi awal ABS 220 nm dengan berbagai konsentrasi awal dan katalis 1% TiO 2 Peningkatan daya hantar listrik dalam fotokatalisis terhadap waktu penyinaran hanya mungkin jika senyawa ABS terurai menjadi senyawa ABS yang lebih kecil dan dalam bentuk senyawa ion. Bentuk senyawa yang terpecah tersebut, haruslah mengandung spesies karbon bilangan oksidasi tinggi. Oleh karena tidak ada gugus nitrogen dalam senyawa ABS, maka 13
6 kemungkinan besar adalah terbentuknya asamasam organik rantai pendek. Keadaan ini diperkuat dengan adanya indikasi perubahan ph selama fotokatalisis yang cenderung turun naik. Perubahan ph terhadap waktu penyinaran selama fotokatalisis dengan cara mengukur sampel yang sama seperti pada pengukuran daya hantar listrik, dapat dilihat pada Gambar 7. Penurunan ph diperkirakan karena terjadinya reaksi dan terbentuknya asam-asam organik rantai pendek, sedangkan kenaikan ph diperkirakan karena teroksidasinya asam-asam organik sederhana oleh hidrogen peroksida menjadi CO 2 dan molekul air. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan fotokatalisis detergen ABS pada seksi terdahulu, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut : Sinar UV dengan bantuan katalisator TiO 2 mampu meningkatkan kereaktifan oksigen untuk menguraikan detergen ABS. Kecepatan fotokatalisis yang dihitung berdasarkan penyisihan mg ABS/l berbanding lurus dengan konsentrasi ABS pangkat orde reaksinya Orde reaksinya adalah pseudo orde satu. DAFTAR PUSTAKA. Cheng D and Ray,ak, Photodegradation Kinetic of 4-Nitrofenol in TiO2 Suspentions, Water Research Gunzuluardi J dan Sunardi, Proses fotokatalitik sebagai alternative untuk Detoksifikasi dalam pengolahan limbah, Alami,1996. Kolthoff IM and Miller.K The Chemistry of persulfat, JM Am.Chem.Soc.73, M.C Cheng JN and TU.MF, Photocatalitic Oxidation of Propoxur in Aqueos Titanium Dioksida Suspension. J Environ.Sci.Health 1999, Weavers L.K. Hua I and Hoffman MR, Degradation of triethanolamine and Chemical Oxygen demand reduction in wastewater by photoactivated periodate. Water Envi. Res 69,
Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X
17 Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Vol. 3 No.5, Juni 5 ISSN 1693248X Saifuddin, Kombinasi Berbagai Oksidator Untuk Mendegradasi 2Chlorobifenil Dalam Sistem UV/TiO 2 /Oksidant KOMBINASI BERBAGAI OKSIDATOR
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar misalnya pencemaran oleh limbah industri dimana limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperinciADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam industri tekstil, kertas, kulit, plastik, cat, farmasi dan makanan yang digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan industri tekstil selain menguntungkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan
OP-015 PENGARUH BERAT TiO 2 ANATASE, KECEPATAN PENGADUKAN DAN ph DALAM DEGRADASI SENYAWA FENOL Zulkarnaini 1, Yeggi Darnas 2, Nofriya 3 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Unversitas Andalas Kampus
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenol merupakan senyawa organik yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang bersifat karsinogenik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinciJurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).
KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU KETUT SUMADA Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur email : ketutaditya@yaoo.com Abstrak Air
Lebih terperinciPENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT
KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 2, pp. 576-582, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 26 September 2014, Accepted 26 September 2014, Published online 28 September 2014 PENGARUH PENAMBAHAN HIDROGEN PEROKSIDA
Lebih terperinciFOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2
FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2 Oleh : Mohammad Khoirudin Alfan Nrp. 3307100080 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Yulinah T, MAppSc NIP 195307061984032004
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan konsentrasi ammonium dengan metode spektrofotometri
Lebih terperinciAnalisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri
11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia
Lebih terperinciBuku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap
Lebih terperinciPenyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK
Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.
Lebih terperinciJURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010
Lebih terperinciDETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho
Latar Belakang Masalah DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki populasi penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2005,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan kimia sintetis pada umumnya digunakan oleh kegiatan industri dan domestik untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis. Salah satu produk yang
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK
PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI Satriananda 1 1 Staf Pengajar email : satria.pnl@gmail.com ABSTRAK Air yang keruh disebabkan oleh adanya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI LIMBAH MINYAK Sebelum ditambahkan demulsifier ke dalam larutan sampel bahan baku, terlebih dulu dibuat blanko dari sampel yang diujikan (oli bekas dan minyak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Prosedur Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan kali ini secara keseluruhan digambarkan oleh Gambar III.1. Pada penelitian kali akan digunakan alum sebagai koagulan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis diperkenalkan pertama kali oleh Fujishima dan Honda tahun 1972 mengenai pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen secara fotoelektrokimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.
Lebih terperinciPenurunan COD dan Deterjen pada Saluran Kalidami Kota Surabaya dengan Oksidator H 2 O 2 dan KMnO 4
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-445 Penurunan COD dan Deterjen pada Saluran Kalidami Kota Surabaya dengan Oksidator H 2 O 2 dan KMnO 4 Waninda Aji Wulandari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga Indonesia disebut sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar pada urutan ke-2 di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bioflokulan DYT merupakan material polimer alami yang telah diuji dapat digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan limbah cair
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi manusia dan merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh mahluk hidup di muka bumi ini, diantaranya
Lebih terperinciRANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960
RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA
Lebih terperinciKombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi
Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan
Lebih terperinciI. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT
I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah
Lebih terperinciPENENTUAN KUALITAS AIR
PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis
Lebih terperinciTUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF
TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF DISUSUN OLEH RIZKIKA WIDIANTI 1413100100 DOSEN PENGAMPU Dr. Djoko Hartanto, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciUJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)
UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L) Yuli Pratiwi 1*, Sri Hastutiningrum 2, Dwi Kurniati Suyadi 3 1,2,3 Jurusan
Lebih terperinciLemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C
Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut
Lebih terperinciPENYISIHAN ZAT ORGANIK PADA AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK DENGAN FOTOKATALISIS TIO 2
PENYISIHAN ZAT ORGANIK PADA AIR LIMBAH INDUSTRI BATIK DENGAN FOTOKATALISIS TIO 2 Basuki Waskitho Adi Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Email : basukisbagbug@gmail.com Abstrak Berbagai penelitian telah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diulas dalam tiga subbab. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam, yaitu SEM-EDS, XRD dan DRS. Karakterisasi
Lebih terperinci1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Limbah cair dari sebuah perusahaan security printing 1 yang menjadi obyek penelitian ini selanjutnya disebut sebagai Perusahaan Security Printing X - memiliki karakteristik
Lebih terperinciUJI AKTIVITAS FOTOKATALIS SENYAWA Ca1-xCoxTiO3 PADA PROSES DEGRADASI METILEN BIRU DENGAN SINAR UV DAN SINAR TAMPAK
UJI AKTIVITAS FOTOKATALIS SENYAWA Ca1-xCoxTiO3 PADA PROSES DEGRADASI METILEN BIRU DENGAN SINAR UV DAN SINAR TAMPAK PHOTOCATALYTIC ACTIVITY OF Ca1-xCoxTiO3 IN DEGRADATION OF METHYLENE BLUE BY USING UV AND
Lebih terperinciMAKALAH KIMIA ANALITIK
MAKALAH KIMIA ANALITIK Aplikasi COD dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Disusun oleh : Ulinnahiyatul Wachidah ( 412014003 ) Ayundhai Elantra ( 412014017 ) Rut Christine ( 4120140 ) Universitas Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki
Lebih terperinciMukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang
OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian
Lebih terperinciSTUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI
STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI Pendahuluan PENCEMARAN AIR masuknya atau dimasukkannya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinciPROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL
PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan pencemar yang berasal dari industri juga dapat meresap ke dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pencemar yang berasal dari industri juga dapat meresap ke dalam air. Air yang telah tercemar sangat sulit untuk dipulihkan kembali menjadi air bersih, meskipun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah binatu mengandung sisa deterjen, pewangi, pelembut, pemutih, dan senyawa aktif metilen biru yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan. Limbah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. alkohol, dan fenol alkohol (Nair et al, 2008). Fenol memiliki rumus struktur
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fenol Fenol (C 6 H 6 OH) merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti asam karbolik,
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciBAB V ANALISA AIR LIMBAH
BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini
43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kerja Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biomassa dari bulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini dibeberapa negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi permasalahan yang perlu dicari pemecahannya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok
Lebih terperinciPrestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN
STUDI PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN ph LIMBAH PABRIK TAHU MENGGUNAKAN METODE AERASI BERTINGKAT Fajrin Anwari, Grasel Rizka Muslim, Abdul Hadi, dan Agus Mirwan Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah cair Menurut PP No 82 tahun 2001 limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI
39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada
Lebih terperinciPENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Prosiding SNaPP212 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 289-3582 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN PROSES FLOTASI UDARA TERLARUT 1 Satriananda 1 Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe,
Lebih terperinci