TERMS OF REFERENCES KOMISI EKONOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERMS OF REFERENCES KOMISI EKONOMI"

Transkripsi

1 TERMS OF REFERENCES KOMISI EKONOMI STRATEGI-REPOSISI PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH SEBAGAI PILAR & DAYA SAING BANGSA DALAM KANCAH PEREKONOMIAN INTERNASIONAL UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA YANG KOKOH, BERKELANJUTAN DAN SEJAHTERA SIMPOSIUM INTERNASIONAL PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA 2009 DEN HAAG, 3-5 JULI Kerangka Acuan Diskusi Komisi Ekonomi

2 "STRATEGI-REPOSISI PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH SEBAGAI PILAR & DAYA SAING BANGSA DALAM KANCAH PEREKONOMIAN INTERNASIONAL UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA YANG KOKOH, BERKELANJUTAN DAN SEJAHTERA" Kerangka Acuan untuk Diskusi Komisi Ekonomi pada Simposium Internasional PPI Dunia tahun 2009 di Den Haag, Belanda, pada tanggal 3 5 Juli 2009 Pendahuluan Pemuda, pelajar, dan ilmuwan Indonesia di luar negeri merupakan salah satu komponen bangsa Indonesia yang juga turut aktif dalam mengawali dan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia sejak diproklamirkannya kemerdekaan bangsa hingga saat ini. Bahkan peran aktif pemuda, pelajar, dan ilmuwan Indonesia di luar negeri juga telah dilakukan sejak jauh sebelum proklamasi kemerdekaan di tahun 1908 dengan didirikannya Indonesische Vereniging (Perhimpoenan Indonesia) di Negeri Belanda dalam rangka melakukan pengorganisasian diri untuk merumuskan ide-ide penting bagi bangsa Indonesia agar dapat hidup secara lebih baik dan lebih bermartabat di dalam lingkungan dan tata pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Dengan semangat untuk turut mewarisi semangat perjuangan pembangunan bangsa yang telah dirintis dan dilakukan oleh para tokoh awal pendiri bangsa yang bergerak di luar negeri, kolaborasi dari Persatuan Pelajar Indonesia (PPI dan sejenisnya) di seluruh dunia telah sepakat untuk menyelenggarakan suatu Simposium Internasional 2009 di Den Haag pada tanggal 3-5 Juli 2009, dengan tujuan untuk : (1) membahas permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia baik di saat ini maupun di masa depan melalui serangkaian diskusi di dalam sektorsektor pembangunan yang saling berkaitan; (2) membangun jejaring dan organisasi Intelektual Indonesia di seluruh dunia untuk membangun forum ilmuwan Indonesia di luar negeri /internasional; (3) memberikan pesan moral bahwa para Intelektual Indonesia di luar negeri memiliki perhatian besar terhadap kondisi pembangunan dan perjuangan bangsa Indonesia; dan (4) membahas permasalahan pelajar Indonesia dan perkembangan organisasi pelajar Indonesia di luar negeri. Simposium Internasional tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan serangkaian diskusi. Salah satu rangkaian diskusi tersebut adalah rangkaian diskusi di dalam bidang ekonomi yang dikoordinir oleh Komisi Ekonomi. Pada dasarnya, rangkaian diskusi dalam bidang ekonomi ini didasarkan oleh suatu keinginan luhur untuk dapat memberikan suatu kontribusi penting bagi pembangunan ekonomi di Indonesia yang mampu mengintegrasikan seluruh potensi ekonomi bangsa yang tersebar di berbagai daerah sehingga mampu terjalin sebagai suatu kekuatan dan daya saing bangsa di dalam kancah perekonomian global. Oleh karena itu, tema besar yang diusung oleh panitia diskusi Komisi Ekonomi ini adalah : "STRATEGI-REPOSISI PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH SEBAGAI PILAR & DAYA SAING BANGSA DALAM 2 Kerangka Acuan Diskusi Komisi Ekonomi

3 KANCAH PEREKONOMIAN INTERNASIONAL UNTUK MEWUJUDKAN INDONESIA YANG KOKOH, BERKELANJUTAN DAN SEJAHTERA." Perumusan tema besar diskusi ini didasari oleh situasi perkembangan dunia pada beberapa dasawarsa terakhir. Dalam era globalisasi sebagaimana yang terjadi saat ini, telah terjadi suatu pergeseran paradigma perekonomian dunia yang kemudian melunturkan batasbatas negara dalam konteks perdagangan, dengan tujuan akhirnya yang dikonsepkan sebagai free barriers to entry. Walau demikian, hingga saat ini kekuatan-kekuatan ekonomi dunia masih didominasi oleh kekuatan-kekuatan ekonomi yang berasal dari negara-negara maju, sehingga pada sektor-sektor tertentu kekuatan-kekuatan ekonomi dari negara-negara berkembang semakin sulit berkompetisi untuk menandinginya, sehingga globalisasi yang bergulir saat ini cenderung lebih berpihak pada negara maju yang lebih tinggi penguasaan teknologi dan informasi, dibandingkan pada negara-negara berkembang dan miskin. Di sisi lain di dalam negeri, wacana demokratisasi dan desentralisasi telah berkembang menjadi suatu paradigma penting dalam pembangunan nasional sejak digulirkannya reformasi di akhir tahun 1990an. Namun, demokratisasi dan desentralisasi tersebut masih dominan berlangsung di dalam ranah politik dan belum banyak berkembang ke dalam ranah ekonomi sehingga pembangunan ekonomi pasca reformasi masih tampak didominasi oleh aktivitas perekonomian sektor privat terutama yang berskala besar, sementara aktivitas ekonomi pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, terutama dari mereka yang berlokasi di daerah masih belum banyak berkembang dan memberikan kontribusi di dalam pembangunan ekonomi nasional. Perkembangan demokratisasi dan desentralisasi yang cenderung kuat hanya di dalam ranah politik juga telah banyak memperlemah sendi-sendi dan simpul-simpul integrasi bangsa, seperti yang tampak dari adanya indikasi keinginan untuk berpisah dari beberapa bagian wilayah Indonesia di awal tahun 2000an, sulitnya dilakukan koordinasi pembangunan antardaerah yang terjadi hingga saat ini, dan besarnya keinginan untuk melakukan "pemekaran daerah" yang disinyalir lebih didasarkan pada tingginya minat elit politik di daerah untuk mendapatkan jabatan-jabatan politik, bukan untuk melakukan peningkatan pembangunan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat di daerah pemekaran tersebut. Demokratisasi dan desentralisasi tersebut masih belum mampu merevitalisasi kesadaran persatuan bangsa yang dulu dikenal dengan semboyan "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Banyak daerah masih dan semakin asyik mengurus dirinya sendiri tanpa mempedulikan daerah lainnya walaupun bersebelahan seakan daerah lainnya tersebut hanyalah "orang lain" dan bahkan "pesaing" dari daerah tersebut. Kondisi yang terjadi di dalam negeri seperti ini seolah-olah menjadi suatu antiklimaks pembangunan bangsa. Peningkatan dan penguatan integrasi (termasuk penguatan integrasi wilayah) telah menjadi suatu "isme" yang kuat di lingkungan dunia internasional sementara di dalam negeri bahkan terjadi sebaliknya. Secara regional, masalah terkait ketimpangan kontribusi ekonomi antar-wilayah yang masih menjadi warisan sejarah masa lalu juga belum banyak tertangani. Hingga saat ini peran wilayah pusat, yaitu Jakarta dan sekitarnya khususnya dan pulau Jawa secara umumnya, masih menjadi karakter penting di dalam aktivitas ekonomi bangsa, walaupun sebagian besar sumber 3 Kerangka Acuan Diskusi Komisi Ekonomi

4 daya alam nasional berada di luar wilayah pusat tersebut. Akibatnya, kontribusi dari nilai PDB nasional dan juga aktivitas investasi asing dan domestik masih sangat dominan terjadi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada khususnya dan Jawa pada umumnya. Dari sudut pandang politik maupun ekonomi, walaupun DKI Jakarta dan sekitarnya merupakan "rumah" dari sekitar 10% dari penduduk Indonesia dan pulau Jawa yang hanya sekitar 7% dari luas daratan Indonesia merupakan "rumah" dari sekitar 60% dari penduduk Indonesia, kondisi ini bukan merupakan suatu hal yang tergolong baik. Kondisi demikian mencerminkan tingginya sentralisasi pembangunan di Indonesia yang berpusat di Jawa. Seperti pepatah manajemen, jangan meletakkan seluruh telur yang kita miliki di dalam satu keranjang", kondisi ini mengandung suatu resiko yang cukup besar bagi perjalanan bangsa dan negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, di dalam sidang diskusi bidang ekonomi yang akan dilakukan, kolaborasi PPI Dunia ingin mengajak kepada seluruh komponen bangsa, terutama para ilmuwan dan pemuda pelajar Indonesia, untuk berkumpul dan berdiskusi dalam rangka merumuskan suatu rekomendasi penting yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam upaya meningkatkan peran perekonomian daerah di dalam pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan perekonomian daerah yang diharapkan bukan merupakan pembangunan perekonomian daerah yang sendiri-sendiri dan parsial, namun pembangunan perekonomian di daerah tersebut harus berada di dalam suatu integrasi pembangunan perekonomian nasional, sehingga perekonomian daerah bisa menjadi pilar-pilar utama di dalam membangun daya saing kompetisi nasional di dalam kancah perekonomian global, yang mampu mewujudkan bangsa Indonesia yang kokoh, sejahtera dan berkelanjutan. Selain untuk dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan kesejahteraan dan kemaslahatan bangsa, wujud pembangunan ekonomi yang seperti ini juga diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi penting bagi integrasi bangsa di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk mencapai hal itu, diskusi dalam Sidang Komisi Ekonomi ini akan dibagi ke dalam tiga buah komponen utama, yaitu: (1) pengembangan perekonomian daerah yang terintegrasi di era otonomi daerah; (2) pengembangan perekonomian nasional dalam perspektif ekonomi nasional yang kokoh dan berkesinambungan untuk kesejahteraan rakyat ; dan (3) keikutsertaan Indonesia dalam perekonomian internasional. Pembahasan 1. Pengembangan perekonomian daerah yang terintegrasi di era otonomi Dalam lingkup regional daerah, pembangunan di Indonesia memiliki sebuah titik balik sejarah setelah diimplementasikannya Undang-undang Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal sejak tahun Dengan diberlakukannya kedua perundangan ini, daerah diharapkan dapat lebih optimal dalam memacu pembangunannya berdasarkan keunggulan dan daya saing yang dimiliki. Pada dasarnya, potensi ini bisa berjalan karena daerah-daerah yang memiliki keunggulan sumber daya alam akan secara otomatis menikmati jumlah yang lebih besar dari pembiayaan pembangunan baik dari Bagi Hasil Sumber Daya Alam maupun Bagi Hasil Pajak, 4 Kerangka Acuan Diskusi Komisi Ekonomi

5 sehingga perkembangannya diharapkan tidak tertinggal dari daerah yang miskin SDA, namun kaya SDM. Dampak nyata dari desentralisasi fiskal ini terlihat dari begitu gencarnya pembangunan daerah dalam 5-8 tahun terakhir. Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pembangunan ekonomi di daerah, pembenahan dan pembangunan dalam segala aspek sosial politik ekonomi dan kemasyarakatan mutlak dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan peran aktif dari institusi pembangunan dan institusi perekonomian di daerah, yang terdiri dari Pemerintah Daerah, badan-badan usaha di daerah, masyarakat, institusi pemerintah baik pusat maupun daerah, serta stakeholder lainnya, baik yang berada di daerah maupun di level nasional daerah karena pembangunan ekonomi dan otonomi daerah tidak saja bergantung kepada kesiapan daerah tetapi juga bergantung kepada kesiapan institusi di level nasional. Peningkatan kemampuan pembangunan perekonomian daerah yang lebih selaras dengan kekhasan potensi sumber daya alam, manusia, budaya, dan lingkungannya masing-masing untuk kemudian dapat saling memberikan kontribusi dalam pengembangan kemampuan dan daya tahan perekonomian daerah dan wilayahnya yang lebih luas, serta turut memberikan kontribusi ke dalam pembangunan perekonomian nasional sebagai satu kesatuan peningkatan kualitas pembangunan nasional, perlu menjadi salah satu sorotan di dalam pembangunan perekonomian daerah di era otonomi daerah ini. Untuk itu, beberapa fokus yang patut mendapat perhatian di dalam sesi diskusi pembangunan perekonomian daerah ini adalah : (1) Bagaimana setiap daerah mampu mengidentifikasi kekuatan dan keunggulan ekonominya berdasarkan ketersediaan dan potensi sumber-sumber daya yang dimilikinya, yang meliputi sumber daya alam, manusia, budaya, dan lingkungannya? (2) Bagaimana setiap daerah mampu membangun institusi dan organisasi perekonomian yang sesuai dengan keunggulan potensinya, yang mampu menjadi "enabler" yang turut menjaga keselarasan dan perkembangan perekonomian daerah sesuai dengan potensi-potensi tadi dan carrying capacity-nya? (3) Bagaimana setiap daerah mampu menghimpun dan menggalang sumber daya finansial pembangunan di daerahnya, baik bagi pelaku-pelaku ekonomi besar di daerah maupun bagi pelaku-pelaku usaha kecil dan menengahnya? (4) Bagaimana daerah mampu menghimpun dan menggalang sumber-sumber daya manusia, pengetahuan, infrastruktur, teknologi, dan energi serta mampu membangun dan menggalang kolaborasi GRAB (Government-Researchers-Academics-Business) yang mampu merevitalisasi dan mengembangkan potensi pembangunan ekonomi di daerahnya? (5) Bagaimana daerah mampu menjalin kerjasama dan kolaborasi antar-daerah dan antara nasional dan daerah dengan memanfaatkan keunggulan komparasinya masing-masing sehingga terjalin suatu upaya interaksi kontribusi perekonomian yang dapat meningkatkan integrasi bangsa? 2. Pengembangan ekonomi nasional dalam perspektif ekonomi nasional yang kokoh dan berkesinambungan untuk kesejahteraan rakyat Pada level nasional, demokratisasi ekonomi yang mampu mengembalikan kemandirian, daya tahan dan keberlanjutan pembangunan kepada segenap elemen dan lapisan masyarakat 5 Kerangka Acuan Diskusi Komisi Ekonomi

6 perlu mendapat tempat yang layak sehingga pertumbuhan dan perkembangan perekonomian nasional juga terdistribusi ke segenap elemen dan lapisan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Reposisi dari kondisi, potensi, dan kemampuan bangsa di dalam kancah perekonomian internasional juga perlu dilakukan secara akurat, untuk kemudian diterjemahkan ke dalam peran dari setiap elemen pelaku aktivitas ekonomi dan setiap wilayah sesuai dengan kondisi, potensi, dan kemampuannya masing-masing. Kesiapan dalam pengembangan kebijakan dan institusi pembangunan ekonomi baik formal maupun informal di level nasional juga diperlukan untuk meningkatkan dan mendorong pembangunan ekonomi daerah di era demokratisasi dan otonomi daerah sekarang ini. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional harus dimulai dengan menyusun suatu Platform Pembangunan Ekonomi Nasional yang sesuai dengan kondisi sosial, kultur, budaya, pendidikan, dan adopsi nilai-nilai luhur pada sistem ekonomi yang telah ada sehingga arah dan tujuan perekonomian indonesia dapat di ketahui dengan jelas dan dapat dikontrol ketika terjadi penyelewengan tujuan. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahunan yang Specific, Measurable, Attainable, Realistic, Timely and Spatialy Indentifyable Policies (SMART & SIP) yang berkesinambungan dan yang berpihak pada pengembangan ekonomi daerah, pengembangan UMKM, penyusunan kebijakan perekonomian antar-wilayah sub-nasional yang saling terintegrasi dan kokoh, pemberdayaan ekonomi dalam skala makro, pembangunan situasi bisnis yang kondusif, serta pengembangan perekonomian yang berorientasi kepada ketahanan energi serta ketahanan pangan dan mengacu kepada keberlanjutan (sustainability) atas lingkungan hidup, sumber daya manusia, sumber daya alam, dan jati diri bangsa, mutlak untuk dilakukan. Sebagaimana vitalnya penyusunan perencanaan, demikian juga dengan pengimplementasian yang mutlak didukung oleh prinsip transparansi, kerjasama, dan akuntabilitas untuk mereduksi peluang-peluang terjadinya korupsi dan penyalah-gunaan kekuasaan yang telah lama merusak sendi-sendi pembangunan nasional di Indonesia. Pengimplementasian beragam rencana pembangunan tersebut juga mutlak dilengkapi dengan mekanisme dan sistem check and balance yang melibatkan masyarakat baik masyarakat Indonesia sendiri maupun internasional. Untuk itu, beberapa fokus yang patut mendapat perhatian di dalam sesi diskusi pembangunan perekonomian nasional ini adalah : (1) Bagaimana, secara nasional, Indonesia mampu melakukan penilaian terhadap kekuatan, peran, dan peluang bangsa di dalam kancah perekonomian internasional dan mampu menterjemahkannya secara substansial dan spasial ke dalam elemen-elemen pembangunan bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia? (2) Bagaimana, secara nasional, Indonesia mampu mengidentifikasi peluang dan potensi daerah secara akurat untuk kemudian mampu meningkatkan akselerasi, sinergi, dan kolaborasi antara kebijakan pusat dan daerah dalam mencapai target pembangunan substansial dan spasial yang diinginkan? (3) Bagaimana bangsa Indonesia mampu menciptakan iklim usaha yang kondusif, terutama bagi UMKM yang menjadi peyerap terbesar tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan? (4) Bagaimana Indonesia mampu mendorong terdistribusinya sumber daya modal (finansial), SDM, teknologi, energi, infrastruktur, dan sumber daya lainnya ke daerah 6 Kerangka Acuan Diskusi Komisi Ekonomi

7 sesuai dengan potensi dan ketersediaan sumber daya daerah? (5) Bagaimana Indonesia, secara nasional, mampu mengendalikan kesinambungan pembangunan ekonomi jangka panjang dalam perubahan kepemimpinan politik yang bersiklus lima tahunan? 3. Partisipasi Indonesia dalam Perekonomian Internasional Dalam lingkup internasional poin utama dari strategi pembangunan Indonesia hendaknya bertujuan untuk memperkokoh kondisi perkonomian nasional yang dibangun dari jalinan perekonomian daerah-daerah yang ada di Indonesia di kancah perekonomian global yang terintegrasi. Selain itu, upaya-upaya untuk menstabilkan dan meminimalisir dampakdampak fluktiasi perekonomian global seperti dampak dari external shock yang terjadi di pasar global, baik yang berdampak pada trade, investment, dan stock market, dengan mengidentifikasi potensi peran dan keunggulan perekonomian Indonesia di lingkungan internasional juga perlu dilakukan untuk memperkokoh fondasi perekonomian Indonesia di masa datang. Strategi ini juga diarahkan untuk meningkatkan daya saing dan bargaining power bangsa Indonesia di pasar global baik yang berkaitan dengan produk ekspor, tujuan investasi maupun peranan dalam Global Value Chain. Diharapkan dengan peningkatan daya saing tersebut, Indonesia tidak hanya bersaing dengan incumbent seperti Malaysia dan Thailand, atau new entrants seperti Vietnam yang juga merupakan pesaing dalam perdagangan dan investasi, namun dapat bersaing dengan negara-negara maju di luar Asia. Kecenderungan yang terjadi selama ini misalnya digambarkan dengan hubungan antara Singapura dan Batam. Dengan kekuatan biaya buruh yang murah, Batam dijadikan sebagai tempat pengolahan produk ekspor Singapura. Namun demikian nilai tambah dan kontribusi terhadap pembangunan masih rendah karena hanya berbasis pada upah tenaga kerja. Untuk itu ke depan diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan dari peranan Indonesia dalam Global Value Chain dunia. Beberapa fokus diskusi yang patut mendapat perhatian di dalam sidang sesi keikutsertaan Indonesia dalam perekonomian internasional ini adalah antara lain menyangkut repositioning Indonesia di pasar global; penciptaan iklim usaha yang kondusif dengan penekanan terhadap the cost of doing business terutama pada sektor-sektor yang diunggulkan untuk meningkatkan arus investasi asing ke dalam perekonomian nasional; pembuatan road map perdagangan internasional yang bisa memaksimalkan nilai tambah perekonomian bangsa melalui pengembangan perekonomian nasional yang memadukan basis keunggulan comparative dan keunggulan competitive di Indonesia; serta upaya peningkatan peran Indonesia dalam Global Value Chain. Pada akhirnya Indonesia dapat berkembang dan bersaing dalam perekonomian global, serta mampu mengantisipasi terjadinya krisis global dengan kekuatan struktur fundamental ekonomi yang kokoh, dan menjadi negara yang mampu mensejahterakan rakyatnya secara berkelanjutan di masa mendatang. 7 Kerangka Acuan Diskusi Komisi Ekonomi

8 Penutup Rangkaian diskusi bidang ekonomi ini akan dilangsungkan selama satu hari penuh pada hari Sabtu, tanggal 4 Juli 2009, pada saat sesi pararel diskusi komisi-komisi pada Simposium Internasional 2009 nanti. Rangkaian diskusi akan dilakukan dalam format "diskusi meja bundar terpimpin" (guided round table discussion). Setiap sesi akan dipimpin oleh seorang moderator akan membahas tema-tema dari suatu komponen utama di atas dengan diawali oleh presentasi dari para pembicara utamanya sebagai paparan pemancing diskusi dari para peserta dan pembicara lain yang hadir. Dengan menggunakan metode tersebut, diharapkan bahwa setiap sesi diskusi akan mampu merumuskan catatan-catatan penting yang patut untuk direkomendasikan kepada bangsa dan pemerintah Indonesia, agar dapat menjadi salah satu masukan bagi perumusan strategi pembangunan bangsa di masa depan. Oleh karena itu, kehadiran dan keikutsertaan seluruh pembicara dan peserta di dalam seluruh rangkaian diskusi Sidang Komisi Ekonomi ini sangat kami harapkan. 8 Kerangka Acuan Diskusi Komisi Ekonomi

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

INTERNATIONAL SYMPOSIUM OISAA 2010

INTERNATIONAL SYMPOSIUM OISAA 2010 "Menjadi Pengusaha Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi" Kerangka Acuan untuk Diskusi Komisi Kewirausahaan pada Simposium Internasional PPI Dunia tahun 2010 di London, Inggris, pada tanggal 23 24 Oktober 2010

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN -62- BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2005-2025 4.1. Visi Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi Kabupaten Bangkalan sampai saat ini, isuisu strategis dan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025 VISI : Kabupaten Pasuruan yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, dan Sejahtera MISI : 1. Penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun 1 1 PENDAHULUAN Daya saing merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki dalam persaingan pasar bebas. Perkembangan daya saing nasional di tingkat internasional juga tidak terlepas dari perkembangan daya saing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

laporan simposium ppi kawasan eropa & amerika

laporan simposium ppi kawasan eropa & amerika PPI PRANCIS laporan simposium ppi kawasan eropa & amerika mengoptimalkan peran demokrasi dan kemajuan ekonomi indonesia sebagai modal menjadi bangsa yang besar Istanbul, Turki 16-20 mei 2013 kegiatan simposium

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro Pendahuluan Kemandirian ekonomi semestinya didefinisikan secara fleksibel dan bersifat dinamis. Kemandirian lebih dilihat dari kemampuan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesis kutukan SDA tidak terbukti eksis di Indonesia pada

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Lebak mempunyai catatan tersendiri dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada jaman kolonial, kabupaten ini sudah dikenal sebagai daerah perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor B A B BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia menghadapi situasi yang selalu berubah dengan cepat, tidak terduga dan saling terkait satu sama lainnya. Perubahan yang terjadi di dalam

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat menggagas blueprint cetak biru menuju negara kesejahteraan 2045, digabungkan dengan Nilai-nilai Pancasila,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Kota Bogor Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH: HENDRA YUDHO PRAKOSO L2D 004 318 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan

Lebih terperinci

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing

Lebih terperinci

Menuju Ekosistem Industri Elektronika Indonesia yang Solutif, Mandiri, dan Inspiratif

Menuju Ekosistem Industri Elektronika Indonesia yang Solutif, Mandiri, dan Inspiratif Buku Awardee LPDP Chapter IV: Menuju Ekosistem Industri Elektronika Indonesia yang Solutif, Mandiri, dan Inspiratif Rachmad Vidya W. P. Mahasiswa S2 Teknik Elektronika ITB Asisten Peneliti di Pusat Mikroelektronika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Pada awal tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Tangerang memasuki babak baru pembangunan daerah seiring terpilihnya kepala daerah baru. Dalam masa jabatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara langsung maupun

Lebih terperinci

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia Roadmap Keuangan Syariah Indonesia 2015-2019 Keselarasan Nilai Ekonomi Syariah Nilai-nilai ekonomi syariah memiliki kesamaan dengan nilai-nilai luhur dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia 7 Keselarasan

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Bab 1. Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Pembangunan pendidikan tinggi sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945 merupakan bagian tugas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN 2011-2015 5.1. Visi Paradigma pembangunan moderen yang dipandang paling efektif dan dikembangkan di banyak kawasan untuk merebut peluang dan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan kependudukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang telah berlangsung lama dan mendapat pembenaran

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA CIMAHI TAHUN 2005 2025 DENGAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, Manajemen Proyek PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, SOSIAL DAN BUDAYA Aspek Politik UMUMNYA ASPEK POLITIK YANG BERKAIT DENGAN MANAJEMEN PROYEK ADALAH : A. STABILITAS POLITIK B. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

FORUM KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA. Diskusi Round Table Pertama 16 Januari, 2014

FORUM KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA. Diskusi Round Table Pertama 16 Januari, 2014 FORUM KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA Diskusi Round Table Pertama 16 Januari, 2014 OUTLINE: MASALAH YANG AKAN DIBAHAS Mengapa Forum Kebijakan Ketenagakerjaan Indonesia penting? Mengapa hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dilihat dari prosesnya, globalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN Tahun 2015 maka ada beberapa kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia, di antaranya: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kemajuan suatu bangsa melalui peningkatan kesejahteraan rumah tangga atau penduduk. Kemajuan suatu bangsa tidak

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam periode 2004 sampai dengan 2008. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia pasca terjadi krisis moneter sampai dengan tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini ditunjukkan oleh grafik

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI Untuk menyelenggarakan pembangunan jangka panjang Kabupaten Aceh Tamiang, perlu dikembangkan suatu kredo atau arahan bagi penyelenggaraan sistem pembangunan agar

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2 Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA 2015 1 Oleh: Mauled Moelyono 2 Pengantar Isu tentang penguatan sektor UMKM dan pasar domestik akhir-akhir ini kembali marak diperbincangkan setelah

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI NOMOR : 14 TAHUN 1999 TANGGAL : 7 OKTOBER 1999 PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA I. UMUM 1. Penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan yang berkelanjutan,

Lebih terperinci

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN Paradigma pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan

Lebih terperinci

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, Manajemen Proyek PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, SOSIAL DAN BUDAYA Aspek Politik UMUMNYA ASPEK POLITIK YANG BERKAIT DENGAN MANAJEMEN PROYEK ADALAH : A. STABILITAS POLITIK B. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. * Era perdagangan bebas di negaranegara ASEAN tinggal menghitung waktu. Tidak kurang dari 2 tahun pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan pembangunan daerah, maka daerah memiliki visi, misi serta prioritas yang terjabarkan dalam dokumen perencanaannya. Bagi

Lebih terperinci

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA *52209 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (INPRES) NOMOR 14 TAHUN 1999 (14/1999) TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Master Plan Latar belakang Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin secara garis besar adalah Dalam rangka mewujudkan Visi

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan desentralisasi tercatat mengalami sejarah panjang di Indonesia. Semenjak tahun 1903, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan Desentralisatie wet yang menjadi

Lebih terperinci

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Peran Kebudayaan dalam Pembangunan Pendidikan Berkelanjutan Salah satu fungsi pendidikan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional SFDRR (Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana) dan Pengarusutamaan PRB dalam Pembangunan di Indonesia Tanggal 17 Oktober

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci