C. Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "C. Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 1 A. Pendahuluan Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kelangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan negara. Dalam UUD 1945 Pasal 28B tentang kedudukan anak. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan kekerasan dan diskriminasi. 1 Anak yang biasanya menjadi korban kekerasan harus mendapatkan perlindungan hukum oleh bangsa dan Negara, untuk kepentingan terbaik bagi kelangsungan hidup umat manusia. Anak sebagai tongkat estafet pembangunan bangsa dan Negara harus diperhatikan. Bahkan anak ditindak secara kasar/keras ataupun dianiaya, seperti yang terihat dimedia massa maupun dimedia elektronik Penganiayaan terhadap anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penganiayaan berasal dari kata aniaya yang berarti perbuatan yang mencerminkan kebuasan (kebengisan dan tak mengenal perikemanusiaan, penindasan dsb). 2 Maka dapat diartikan bahwa penganiayaan adalah suatu tindakan atau perbuatan yang mengakibatkan matinya orang lain, menderita atau merasa sakit. Berdasarkan Pasal 351 KUHP ayat (1), yang tertulis bahwa penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah. Peraturan perundang - undangan lainnya diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002, seperti dalam Pasal 18 UU : Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya. Dan Pasal 20 UU : Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. 3 Undang undang ini sudah cukup jelas. Fakta empiris menunjukan terdapat kasus di kota Gorontalo. dari data kepolisian polres kota Gorontalo dari tahun 2009 sampai dengan tahun terakhir 2012, terdapat 27 kasus anak sebagai korban penganiyaan, masing masing dikenakan Pasal 351 KUHP dengan ancaman hukuman dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus ribu rupiah. Data yang didapatkan dari Polres Kota Gorontalo dari empat tahun terakhir angka penganiayaan masih terus terjadi dimulai dari Tahun 2009 ada 20 kasus, 2010 ada 31 kasus, 2011 ada 21 kasus, dan terakhir 2012 terdapat 27 kasus. 4 Sehingga kasus penganiayaan terhadap anak di Gorontalo Kota berjumlah 99 kasus. 1 Undang Undang Dasar diakses 4 oktober Undang Undang No. 23 Thn tentang 4 Data Kasus di Polres Gorontalo Kota thn 2013.

2 2 B. Metode Penulisan Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Empiris yaitu mengidentifikasi dan mendapatkan suatu kebenaran yang ada dilapangan yang kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Unsur empiris berasal dari data yang dihimpun oleh peneliti dilapangan sebagai data untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban penganiayaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan cara : - Wawancara, langkah ini ditempuh dengan cara mengunjungi informan yang telah ditentukan, dan menggunakan pedoman wawancara yang bersifat terbuka, sehingga informan dapat mengungkapkan data. - Dokumentasi, langkah ini digunakan agar supaya data yang diambil dan dibutuhkan dalam proses penelitian tidak tercecer. Upaya ini dilakukan dengan jalan penelusuran terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. 5 Setelah data dikumpulkan maka penelitian ini membuat generalisasi dari temuan temuannya dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan dan selanjutnya kesimpulan generalisasi dan kesimpulan dalam arti hubungannya dengan fenomena yang berlaku secara umum ataupun berlaku pada kondisi kondisi secara khusus. C. Hasil dan Pembahasan Faktor faktor penyebab terjadinya penganiayaan terhadap anak Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hakhak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, berkembang, dan berpatisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Termasuk juga anak-anak yang menjadi korban tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itu, sangat penting sekali bagi Pemerintah untuk melakukan perlindungan yang khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana penganiayaan. Seiring perkembangan zaman modern seperti sekarang anak tidak lepas dari kenakalannya, ini disebabkan oleh pergaulan si anak, sehingga dapat memicu 5 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hlm.104

3 3 dampak negatif pada anak itu sendiri, salah satu dampak negatif karena kenakalan anak itu pun menjadi korban penganiayaan terhadap anak itu sendiri. Merujuk pada UU No. 23 Tahun 2002 yang mengatur tentang perlindungan hukum terhadap anak kemudian mencermati penganiayaan terhadap korban anak di Gorontalo Kota. Maka hal ini sangat ironis apabila nantinya penganiayaan terhadap korban anak terjadi terus menerus dan hal ini sangat berdampak negatif terhadap anak itu sendiri salah satunya dapat menganggu psikogis si anak tersebut. Sehingganya permasalahan perlindungan hukum terhadap penganiyaan anak ini harus mendapatkan perhatian lebih khusus lagi oleh para penegak hukum di wilayah kota Gorontalo. Agar dampak negatif tersebut setidaknya dapat terminimalisir. Sehingga dapat menurunkan tingkat kekerasan yang terjadi di Gorontalo Kota. Faktor faktor yang menyebabkan penganiayaan terhadap anak antara lain : Faktor Orang Tua Pandangan keliru tentang posisi anak dalam keluarga, orang tua menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tau apa apa. Dengan demikian pola asuh apapun berhak dilakukan oleh orang tua. Sangat kurangnya pengawasan dapat membuat anak berbuat layaknya tanpa tanggung jawab orang tua. Seperti halnya orang tua memperlakukan dan membimbing anak dengan perlakuan yang tidak sepantasnya, hal ini dapat memicu anak berbuat sesuka hatinya sehingga menjadi pemicu amarah orang lain, yang menyebabkan anak tersebut sebagai sasaran amarah sampai memukul dan menendang si anak, sehingga mengakibatkan anak tersebut mendapatkan kekerasan dari orang lain. Dari data yang saya temukan dilapangan dari tahun 2009 sampai dengan 2012 terdapat 18 orang anak yang mengalami penganiayaan diakibatkan oleh faktor orang tua karena melihat kondisi orang tuanya bersikap acuh tak acuh terhadap anaknya maka hal ini menyebabkan sikap anak menjadi semena mena. Berlaku kasar kepada yang lebih tua sehingga menyebabkan orang lain marah dan sampai memukul, menendang dan menampar anak tersebut. Salah satunya adalah korban yang berinisial M umur 14 Tahun warga Kel. Molosifat W Kec. Kota barat Kota Gorontalo. Kejadiannya berawal dari si M yang melempari batu ke salah seorang warga yang lewat, warga tersebut marah dan akhirnya memukul si M hingga menyebabkan luka dibagian wajah korban. Merasa tidak terima dengan perlakuan salah satu warga tersebut, orang tua korban pun melaporkannya ke Polres Gorontalo Kota dengan tuduhan penganiayaan terhadap anak. Melihat kasus diatas bahwa penganiayaan terhadap anak masih terus terjadi diakibatkan oleh ketidak pedulian orang tua kepada anak bahkan pola asuh yang salah di berikan terhadap anak tersebut. 6 6 Hasil data dan wawancara dengan Kanit UPPA Polres Gorontalo Kota Tanggal 3 Januari 2014

4 4 Berikut ini adalah daftar tabel jumlah kasus anak sebagai korban penganiayaan yang disebabkan oleh faktor orang tua : Tabel 1: Data kasus anak sebagai korban penganiayaan yang disebabkan oleh faktor orang tua dari Tahun NO Laporan Polisi Tahun Kasus Anak Sebagai Korban Penganiayaan GAR. Pasal tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang 2. tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang 3. tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang 4. tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang JUMLAH 18 Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Faktor Lingkungan Lingkungan adalah tempat beradaptasi langsung bagi anak anak. Kondisi lingkungan sosial juga dapat menjadi pencetus terjadinya kekerasan pada anak. Kondisi lingkungan sosial yang buruk, pemukiman kumuh, sikap acuh tak acuh terhadap tindakan anak, pandangan terhadap nilai anak yang terlalu rendah, lemahnya perangkat hukum, tidak adanya mekanisme kontrol sosial yang stabil dan nilai masyarakat yang terlalu individualistis. 8 Hal inilah yang akan mendorong sikap anak menjadi terabaikan. Seperti halnya ada anggota masyarakat yang kesehariannya hanya mabuk mabukan, berkata kata kasar sehingga faktor inilah yang menyebabkan anak terpengaruh oleh hal hal yang negatif. Dari data yang saya temukan dilapangan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 7 Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Abu Huraerah. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa Cendekia Hlm. 50.

5 terdapat 34 kasus penganiayaan terhadap korban anak yang diakibatkan oleh faktor lingkungan. Salah satunya seorang anak yang inisial R umur 13 Tahun bertempat tinggal di Kel. Dulalowo Kec. Kota Tengah, telah mencabuli seorang anak perempuan berinisial A. Karena keluarga si A merasa tidak terima dengan perlakuan si R maka keluarga si A marah dan pada akhirnya memukul si R hingga terdapat luka memar di bagian pipi dan punggung. Si R pun melaporkan kejadian tersebut ke Polres Gorontalo Kota dengan tuduhan penganiayaan terhadap korban anak. 9 Berikut ini adalah daftar tabel jumlah kasus anak sebagai korban penganiayaan yang disebabkan oleh faktor lingkungan : Tabel 2: Data kasus anak sebagai korban penganiayaan yang disebabkan oleh faktor lingkungan dari Tahun Laporan Kasus Anak GAR. Pasal NO Polisi Tahun Sebagai Korban Penganiayaan tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang JUMLAH 34 Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Hasil data dan wawancara dengan Kanit UPPA Polres Gorontalo Kota Tanggal 3 Januari Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak- 2013

6 6 Faktor Ekonomi Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi adalah faktor yang banyak terjadi. Kemiskinan, yang tentu saja masalah sosial lainnya yang diakibatkan karena struktur ekonomi dan politik yang menindas, telah melahirkan subkultur kekerasan. Karena tekanan ekonomi, orang tua mengalami depresi berkepanjangan, ia menjadi sangat sensitif bahkan mudah marah. Kondisi keuangan yang tidak stabil itulah membuat orang tua menuntut anaknya untuk bekerja, bahkan sampai menyakiti dan menyiksa anak tersebut. Peneliti melihat bahwa sekarang ini banyak anak anak yang dijadikan tulang punggung untuk memenuhi kondisi ekonomi keluarganya. Dari data yang dihimpun di Polres Gorontalo Kota dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terdapat 27 kasus penganiayaan terhadap anak yang diakibatkan oleh faktor ekonomi. Salah satu anak yang menjadi korban penganiayaan tersebut adalah AN umur 11 tahun warga kel. Donggala kec. Kota selatan Kota Gorontalo. Kejadiannya bermula saat korban mengambil sebuah handphone milik tetangganya yang juga sebagai pelaku penganiayaan. Karena pelaku merasa tidak terima dengan si korban yang telah mencuri handphone maka si pelakupun memukul dan menendang si korban hingga pingsan. Keluarga si korbanpun melaporkan kejadian tersebut ke Polres Gorontalo Kota dengan tuduhan penganiayaan terhadap anak. Dapat dilihat dari kasus di atas bahwa masih ada anak yang menjadi korban akibat terhimpitnya kondisi ekonomi dalam keluarga, bahkan sampai mencuri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari perlakuannya tersebut si anakpun sering mendapat kekerasan dari orang lain. 11 Berikut ini adalah daftar tabel anak sebagai korban penganiayaan yang disebabkan oleh faktor ekonomi : Tabel 3: Data kasus anak sebagai korban penganiayaan yang disebabkan oleh faktor ekonomi dari Tahun NO Laporan Polisi Tahun Kasus Anak Sebagai Korban Penganiayaan GAR. Pasal tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun Hasil data dan wawancara dengan Kanit UPPA Polres Gorontalo Kota Tanggal 3 Januari 2014

7 7 tentang Tidak ada JUMLAH 27 tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Disfungsi keluarga dan orang sekitar Yaitu peran orang tua dan orang sekitar yang tidak berjalan dengan sebagaimana seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan peran ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi serta kurangnya pengawasan dari orang tua, guru sehingga anak tersebut berbuat semena mena hingga mengakibatkan anak tersebut mengalami penganiayaan dari teman dan orang lain yang dikarenakan oleh kenakalan anak itu sendiri. Dari data yang diperoleh peneliti dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 di Polres Gorontalo Kota terdapat 20 kasus penganiayaan terhadap anak yang diakibatkan oleh disfungsi keluarga. Kurangnya perhatian dari keluarga dan orang sekitar membuat sikap anak menjadi tak terkendali. Salah satunya korban yaitu berinisial AR umur 16 Tahun Alamat Kel. Dembe Kec. Kota Barat Kota Gorontalo yang menjadi korban penganiayaan oleh salah seorang yang berinisial RB umur 22 Tahun yang juga warga Kel. Dembe. Kejadian bermula saat AR meminjam motor milik si RB dan janji akan dikembalikan secepatnya. Setelah selang beberapa jam kemudian akhirnya AR datang dan mengembalikan motor si RB tapi motor tersebut sudah dalam keadaan rusak, dengan emosi RB pun memukul AR hingga luka di bagian tangan, wajah dan telinga merasa tidak terima dengan perlakuan si pelaku, korban pun melaporkannya ke Polsek Kota Barat dan selanjutnya di arahakan ke Polres Gorontalo Kota untuk penanganan lebih lanjut. 13 Berikut ini adalah daftar tabel anak sebagai korban penganiayaan yang disebabkan oleh disfungsi keluarga dan orang sekitar. 12 Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Hasil data dan wawancara dengan Kanit UPPA Polres Gorontalo Kota Tanggal 3 Januari 2014

8 8 Tabel 4: Data kasus anak sebagai korban penganiayaan yang disebabkan oleh disfungsi keluarga dan orang sekitar dari Tahun Laporan Kasus Anak GAR. Pasal NO Polisi Tahun Sebagai Korban Penganiayaan tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang tentang penganiayaan dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang JUMLAH 20 Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Perhatian terhadap anak di suatu masyarakat atau bangsa paling mudah dapat di lihat dari berbagi produk peraturan perundang undangan yang menyangkut perlindungan hak-hak anak yang manakala penelusuran itu menghasilkan kesimpulan bahwa di suatu masyarakat telah memiliki perangkat peraturan perundang-undang yang memadai, maka perhatian yang selajutnya harus di arahkan pada pencari informasi mengenai penegakan peraturan Perundang-undangan itu. Penegakan hukum dalam perlindungan hak-hak anak ini terkait masalah politik sosial dan politik kesejahtraan anak yang berlaku atau di berlakukan di suatu masyarakat atau Negara tertentu pada satu pihak dan kondisi sosial kultur masyarakat di mana peraturan perundang-undangan yang menyangkut kesejahteraan anak dan perlindungan anak. 14 Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak-2013

9 9 Berikut ini adalah tabel data keseluruhan kasus penganiayaan terhadap anak yang dihimpun dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2012 : Tabel 5: Data Kasus Keseluruhan Anak Sebagai Korban Penganiayaan Dari Tahun Kasus Anak NO TAHUN sebagai Korban JPU ADR aniaya JUMLAH Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Dibawah ini beberapa uraian kejadian penganiayaan terhadap anak yang didapatkan dari data Kepolisian Resort Gorontalo Kota yang menangani masalah anak atau yang disebut dengan UPPA antara lain : 1.) Laporan polisi Tgl. 20 Desember 2009, dengan identitas korban laki laki berinisial M, umur 13 Tahun dan tidak sekolah. Dan identitas pelaku laki laki berinisial S, umur 21 Tahun, pekerjaan mahasiswa. Tempat dan uraian kejadian dipinggir jalan menuju rumah korban bahwa tersangka marah dan memukul korban karena korban telah mencabuli adiknya yang masih berumur 5 Tahun, sedangkan hubungan pelaku dengan korban hanyalah tetangga. Si korban pun melapor tersangka dengan tuduhan sebagai penganiayaan terhadap anak. Pelaku penganiayaan tersebut dijerat dengan Pasal 351 KUHPidana, sedangkan korban yang masih dibawah umur di atur dalam Undang undang No. 23 Tahun 2002, serta Undang undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban sebagai wujud perlindungan hukum. 2.) Laporan polisi Tgl. 28 Desember 2010, identitas korban laki laki berinisial ED, usia 15 Tahun, sebagai siswa disalah satu SLTP yang 15 Sumber: Data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak-2013

10 ada di Gorontalo Kota. Dan identitas si pelaku laki laki atas nama IR, pekerjaan swasta. Uraian kejadian bahwa korban dituduh mencuri mangga oleh anak tersangka, karena tidak merasa mencuri korban pun adu mulut tiba tiba datang tersangka langsung menampar dan mencekik leher korban, merasa tidak terima dengan perlakuan si tersangka maka si korban pun melaporkan kejadian tersebut ke Polres Gorontalo Kota. Pelaku penganiayaan tersebut dijerat pasal 351 KUHPidana tentang Penganiayaan, dan korban yang masih berusia 15 tahun diatur dalam Undang undang No. 23 Tahun ) Laporan polisi Tgl. 17 April Identitas korban laki laki, umur 11 Tahun berinisial RD, pekerjaan pelajar. Identitas pelaku laki laki aberinisial KA, umur 21 Tahun. Uraian kejadian terlapor langsung menendang korban sebanyak 2 kali dan mengena dibagian kaki kiri dari korban sehingga mengakibatkan kaki kiri korban memar dan bengkak. Pelakupun dijerat pasal 351 KUHPidana tentang Penganiayaan dan korban di atur dalam Undang Undang No. 23 Tahun 2002 tentang. 4.) Laporan polisi Tgl. 20 Januari 2011, identitas korban perempuan berinisial SA, umur 17 Tahun, masih berstatus pelajar. Dan identitas si pelaku laki laki aberinisial R umur 18 Tahun, dan masih sebagai siswa. Tempat dan uraian kejadian di ruangan kelas, bahwa si pelaku salah paham pada korban dan menuduh korban yang mengirim sms pada si pelaku sehingga memicu kemarahan si pelaku yang mengakibatkan si pelaku menonjok dan menampar korban di bagian wajah, sedangakan hubungan korban dan si pelaku hanya sebagai teman. Yang kemudian si korban melaporkan kejadian tersebut ke Polres Gorontalo Kota. Hal ini jika di tinjau dari KUH Pidana bahwa si pelaku dijerat pasal 351 tentang penganiayaan, dalam hal ini karena si pelaku masih anak anak maka si pelaku tersebut masuk ke dalam Undang undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Sedangkan si korban yang juga masih anak anak maka layaknya mendapat perlindungan sebagaimana di atur dalam Undang undang No. 23 Tahun Dalam kasus ini di atur pula Undang undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 5.) Laporan polisi Tgl. 13 Maret 2012, identitas korban laki laki berinisial ZM, umur 15 Tahun, masih berstatus pelajar. Dan identitas pelaku laki laki berinisial AS, umur 26 Tahun, pekerjaan tukang bentor. Tempat dan uraian kejadian dipinggir jalan saat korban pulang 10

11 11 sekolah bahwa terlapor menampar korban sebanyak tiga kali dan menonjok punggung korban satu kali. Hubungan pelaku dengan si korban tidak ada. Si korban pun melaporkan si pelaku dengan tuduhan penganiayaan terhadap anak. Pelaku dijerat pasal 351 KUHPidana yang mengatur tentang Penganiayaan dan korban adalah anak anak di atur dalam Undang undang No. 23 Tahun 2002 yang mengatur tentang. 6.) Laporan polisi Tgl. 22 Maret 2012, identitas korban Laki laki berinisial R umur 6 Tahun, identitas pelaku laki laki berinisial SM, umur 38 Tahun, pekerjaan pengemudi bentor. Uraian kejadian bahwa terlapor memukul korban dengan menggunakan sebatang kayu di bagian leher sebanyak 2 kali sedangkan si pelaku adalah ayah si korban tersebut. Pelaku dijerat pasal 351 KUHPidana tentang Penganiayaan dan korban masih berumur 6 Tahun diatur dalam Undang undang No. 23 Tahun Di atur juga dalam Undang undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 16 Setelah kita melihat beberapa kasus di atas bahwa kehidupan anak terus ternoda oleh berbagai aksi kekerasan baik yang datang dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar. Dari tahun ke tahun aksi kekerasan tersebut terus mengalami peningkatan. Tidak hanya mengalami perlakuan yang salah dari keluarga, teman dan orang lain, sosok anak ini pun kadang masih harus berhadapan dengan guru yang belum seluruhnya mampu menjadikan dirinya sebagai pendidik anak yang baik. Bahkan disektor publik, realitasnya bahkan lebih ironis, banyak anak-anak yang dipaksa bekerja untuk menambal kehidupan ekonomi keluarganya. Upaya Kepolisian Resort Gorontalo Kota dalam meminimalisir tingkat penganiayaan terhadap anak Peran kepolisian dalam melindungi dan mengayom masyarakat sangatlah diperlukan untuk menjamin adanya ketertiban dan keamanan di dalam masyarakat itu sendiri. Seperti halnya peran kepolisian resort Gorontalo Kota dalam mengantisipasi adanya penganiayaan terhadap anak di Gorontalo Kota antara lain : Memberikan penyuluhan ke sekolah sekolah yang dilaksanakan oleh pihak kepolisian serta guru pengajar di sekolah tersebut yang mencakup aspek moral melalui pendidikan. 16 Hasil data dari Polres Gorontalo Kota bagian UPPA Tanggal 3 Januari 2014

12 12 Melakukan kordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada korban dengan pihak kepolisian, dinas sosial, lembaga sosial yang di butuhkan dalam perlindungan anak. Memberikan arahan kepada pelaku pelaku tindak penganiayaan terhadap anak tersebut untuk tidak mengulangi lagi perbuatan mereka baik kepada anak itu sendiri maupun orang lain. Memberikan sanksi tegas bagi si pelaku agar tidak mengulanginya lagi dan memberi pelajaran kepada masyarakat khususnya dalam melindungi hak anak. Memberikan penanganan secara khusus bagi para pelaku tindak penganiayaan terhadap anak. Pencegahan dan penanganan penganiayaan terhadap anak merupakan upaya dalam rangka membangun peradaban bangsa yang menjunjung tinggi hak dan martabat manusia, penghormatan dan juga pemenuhan hak anak. Untuk mewujudkan usaha perlindungan terhadap anak tersebut diperlukan komitmen dan kepedulian pemerintah dan masyarakat. Perlindungan anak secara yuridis merupakan upaya pencegahan agar tidak mengalami perlakuan yang salah baik secara langsung maupun tidak langsung demi menjamin kelangsungan hidup tumbuh kembangnya anak dengan wajar baik fisik, mental maupun sosial. 17 Dampak Yang di Timbulkan oleh Penganiayaan Terhadap Anak Berdasarkan hasil data yang didapatkan oleh peneliti di Polres Gorontalo Kota yang menangani masalah anak ada berbagai macam dampak penganiayaan terhadap anak yaitu : 1) Dampak kekerasan fisik, luka lebam dan memar akibat di pukul dengan tangan ataupun sebatang kayu. Kekerasan fisik yang berlangsung berulang - ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban meninggal dunia. 2) Dampak kekerasan psikis, mengakibatkan trauma yang berkepanjangan. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang tergolong dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri Hasil wawancara dengan Kanit PPA Polres Gorontalo Kota Tanggal 21 November Hasil data dari Polres Gorontalo Kota bagian Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Tanggal 3 Januari 2014

13 13 Dasar Hukum Dasar hukum yang menjadikan seorang anak korban penganiayaan mengajukan perlindungan adalah : UUD 1945 Pasal 28B tentang kedudukan anak. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan kekerasan dan diskriminasi. Pasal 351 KUHP yang mengatur tentang penganiayaan, ayat (1), yang tertulis bahwa penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selamalamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah. Undang Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang : Pasal 1 Ayat (1) Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Ayat (2) Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pasal 4 terkait dengan Hak dan Kewajiban Anak Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pasal 18 Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bentuan hukum dan bantuan lainnya. Pasal 20 Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Undang Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 ayat (4) yang tertulis bahwa Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut Anak Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. Undang Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban yaitu Segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang wajib dilaksanakan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan.

14 14 Menurut Undang undang No. 23 Tahun 2002 bahwa para pihak kepolisian khususnya menangani masalah anak yaitu pada tingkat penyidikan dan pemeriksaan perkara Anak wajib diupayakan diversi. Diversi diupayakan untuk pengalihan perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses luar peradilan pidana, misalnya seorang anggota kepolisian memeriksa tidaklah harus menggunakan pakaian dinas polisi, hal ini untuk menghindari rasa takut pada sang anak apabila dilakukannya penyidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa walaupun peraturan demi peraturan yang sudah diupayakan dalam hal ini sudah memperhatikan dari pada hak-hak anak secara khusus, tidaklah dapat melindungi hak-hak anak secara utuh dan baik, mengapa demikian, dikarenakan kurangnya perhatian dan kerja sama dari semua pihak baik dari pihak, masyarakat, pihak keamanan, dan pihak keluarga. Perlindungan terhadap anak tidak bisa hanya dipandang sebagai persoalan politik dan legislasi ( kewajiban negara ). Perlindungan terhadap kesejahteraan anak juga merupakan bagian dari tanggung jawab orang tua dan kepedulian masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat, pendekatan legal formal saja ternyata tidak cukup efektif dalam melindungi anak. Komunitas lokal memiliki peran penting dalam merancang kebijakan dan program aksi perlindungan anak. Kebijakan dan program aksi perlindungan anak berperan sebagai suatu lembaga dalam melindungi anak dari tindak kekerasan. Perlindungan anak terhadap segala bentuk kekerasan dapat kita cegah sedini mungkin yaitu dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan. Peran serta dari masing-masing pihak sangat membantu dalam upaya preventif eksploitasi terhadap anak, hal ini mengingat bahwa anak merupakan penerus bangsa yang harus dilindungi hak-haknya. D. Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan oleh peneliti, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : Faktor faktor penyebab terjadinya penganiayaan terhadap anak di gorontalo Kota a. Faktor Orang Tua Orang tua yang kurang memperhatikan kondisi dan pola asuh sang anak mempengaruhi adanya sikap anak tersebut. Seringkali orang tua menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tau apa apa. b. Faktor Lingkungan

15 15 Lingkungan adalah tempat beradaptasi bagi si anak. Dari adanya kondisi lingkungan yang buruk, tidak adanya mekanisme kontrol sosial yang stabil dan nilai masyarakat yang terlalu individualistis. c. Faktor Ekonomi Karena tekanan ekonomi, orang tua mengalami depresi berkepanjangan, ia menjadi sangat sensitif bahkan mudah marah. Kondisi keuangan yang tidak stabil itulah membuat orang tua menuntut anaknya untuk bekerja, bahkan sampai menyakiti dan menyiksa anak tersebut. Peneliti melihat bahwa sekarang ini banyak anak anak yang dijadikan tulang punggung untuk memenuhi kondisi ekonomi keluarganya. d. Disfungsi Keluarga dan Orang Sekitar Peran orang tua dan orang sekitar yang tidak berjalan dengan sebagaimana seharusnya. Kurangnya pengawasan dari orang tua, guru sehingga anak tersebut berbuat semena mena hingga mengakibatkan anak tersebut mengalami penganiayaan dari teman dan orang lain yang dikarenakan oleh kenakalan anak itu sendiri. Upaya kepolisian Polres Gorontalo Kota dalam meminimalisir tingkat penganiayaan terhadap anak Upaya yang dilakukan oleh kepolisian Polres Gorontalo Kota dalam meminimalisir tingkat penganiayaan terhadap anak yaitu dengan melakukan penyuluhan atau sosialisasi langsung pada anak di sekolah sekolah yang mencakup aspek moral melalui pendidikan, melakukan koordinasi dan pelayanan terpadu untuk tujuan perlindungan terhadap anak. Bagi para pelaku kejahatan penganiayaan terhadap anak diberikan arahan arahan serta sanksi yang tegas bagi para pelaku tersebut agar para masyarakat menyadari adanya hukum.

16 16 DAFTAR PUSTAKA A. Buku dan literature lainnya Abu Huraerah. Kekerasan Terhadap Ana,. Bandung: Nuansa Cendekia Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Burhan Ashshofa. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta C.S.T. Kansil, dan Christine S.T Kansil. Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, Herimanto & Winarno. Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara Indah Sri Utari, Aliran dan Teori Dalam Kriminologi. Yogyakarta : Thafa Media Maidin Gultom. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Bandung: Refika Aditama Mochtar Kusumaatmadja, dan Arief Sidharta. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: P.T. Alumni, Muhamad Joni, dan Zulchaina Z. Tanamas. Aspek Hukum Dalam Perspektif Konvensi Hak Anak. Bandung: Citra Aditya Bakti Peter Mahmud Mardzuki. Penelitian Hukum. Jakarta : Prananda Media Rena Yulia. Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan. Yokyakarta: Graha Ilmu Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta: UI Press Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty B. Undang-Undang Undang - Undang Dasar Undang - Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kitab Undang - Undang Hukum Pidana C. Internet 4 oktober 2013.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Wilayah Gorontalo Kota Gorontalo Kota adalah ibukota Provinsi Gorontalo, Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 SKRIPSI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 Oleh ALDINO PUTRA 04 140 021 Program Kekhususan: SISTEM PERADILAN PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menjadi agenda bersama dalam beberapa dekade terakhir. Fakta menunjukkan bahwa KDRT memberikan efek negatif yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin tingginya nilai sebuah peradaban dari masa ke masa tentunya mampu memberikan kemajuan bagi kehidupan manusia, namun tidak dapat dilupakan juga bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Demikian pula permasalahan hukum juga akan ikut berkembang seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peranperan strategis

Lebih terperinci

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

13 ayat (1) yang menentukan bahwa : A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan tunas-tunas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang namanya seorang anak. Status seorang anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak.

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum atau negara yang berdasarkan hukum pernyataan ini merujuk pada pernyataan tertulis didalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945. Di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap orang tua yang harus dijaga, dilindungi dan diberi kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang harus dapat ditegakkan hukumnya. Penghilangan nyawa dengan tujuan kejahatan, baik yang disengaja

Lebih terperinci

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana 1 Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana Novelina MS Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Hukum USI Pematangsiantar Abstrak Adakalanya dalam pembuktian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari segi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah salah satu bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dengan keberlangsungan perjuangan suatu Negara. Oleh karena pentingnya peran anak ini, di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat manusia seutuhnya, sebagai generasi muda penerus cita-cita

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Untuk menjaga harkat dan

Lebih terperinci

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda * PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda * Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran hak asasi manusia yang berat, korban diperlakukan seolah. barang dagangan yang dapat dibeli dan dijual kembali.

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran hak asasi manusia yang berat, korban diperlakukan seolah. barang dagangan yang dapat dibeli dan dijual kembali. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang Maha Kuasa karena itu anak harus mendapatkan apa yang menjadi hak- hak mereka terutama yang namanya perlindungan baik orang tua

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepolisian Republik Indonesia 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun Peratifikasian ini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun Peratifikasian ini sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia telah meratifikasi konvensi hak anak melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 990. Peratifikasian ini sebagai upaya negara untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK BAB III KONSEP PENGASUHAN ANAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK A. Gambaran Umum Undang-undang perlindungan anak dibentuk dalam rangka melindungi hakhak dan kewajiban anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu bangsa. Selain itu, anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, dan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga, maupun masyarakat sekitarnya. Perlindungan yang diberikan pada anak merupakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta

BAB I PENDAHULUAN. cara yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana untuk mencari serta BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Dalam hukum acara pidana ada beberapa runtutan proses hukum yang harus dilalui, salah satunya yaitu proses penyidikan. Proses Penyidikan adalah tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum merupakan suatu norma yang berfungsi mengatur mengenai segala sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak merugikan orang lain

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN: WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Terkait upaya pemberian perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Terkait upaya pemberian perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Terkait upaya pemberian perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, system peradilan pidana anak harus dimaknai secara luas, ia tidak hanya dimaknai hanya sekedar

Lebih terperinci

Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Setiap manusia mempunyai cita-cita, keinginan,

Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Setiap manusia mempunyai cita-cita, keinginan, Latar Belakang Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Setiap manusia mempunyai cita-cita, keinginan, kebutuhan, alam pikiran serta usaha-usaha. Manusia mempunyai seuntai rangkaian kepentingan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat perhatian dikalangan masyarakat. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dampak akan pesatnya teknologi yang berakibat pada luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek perkawian campuran. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan hidup bangsa dan Negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus diberikan perlindungan agar kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebagai generasi penerus anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan mutiara keluarga yang perlu dilindungi dan dijaga. Perlu dijaga karena dalam dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak adalah merupakan titipan berupa hiasan paling berharga dari sang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak adalah merupakan titipan berupa hiasan paling berharga dari sang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah merupakan titipan berupa hiasan paling berharga dari sang khalik kepada para hamba-nya. Karena itu, anak berhak mendapatkan nama yang baik dan kasih sayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dalam perkara pelibatan anak dalam distribusi narkotika pada praktek. anak segera lepas dari rasa trauma.

BAB III PENUTUP. dalam perkara pelibatan anak dalam distribusi narkotika pada praktek. anak segera lepas dari rasa trauma. 68 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan oleh penulis dalam BAB II, maka penulis menyimpulkan bahwa : 1. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas Hukum, hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta suatu kehidupan yang serasi, selaras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan proses modernisasi yang membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang timbul adalah semakin maju dan makmur kondisi ekonomi,

Lebih terperinci

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender

MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK. Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H. Tim Abdimas Pusat Studi Gender MEKANISME PERLINDUNGAN DAN PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK Grasia Kurniati, S.H, M.H, Wulansari, S.H, M.H Tim Abdimas Pusat Studi Gender UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG Abstrak Anak adalah generasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai masalah sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan. Permasalahan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa, sebagai bagian dari generasi muda anak berperan sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sedikit membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia dalam meningkatkan sumber daya manusia, sebagai modal dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian hukum empiris, yaitu menguji dan mengkaji ketentuan-ketentuan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian hukum empiris, yaitu menguji dan mengkaji ketentuan-ketentuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Normatif-Empiris. Penelitian ini merupakan kombinasi antara penelitian hukum normatif dan penelitian hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warganegara, termasuk perlindungan terhadap anak-anak yang merupakan Hak

BAB I PENDAHULUAN. warganegara, termasuk perlindungan terhadap anak-anak yang merupakan Hak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warganegara, termasuk perlindungan terhadap anak-anak yang merupakan Hak Asasi Manusia.

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. HASIL PENELITIAN 1. Defenisi Human Trafficking Protokol Palermo Tahun 2000 : Perdagangan orang haruslah berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, menyembunyikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PENGHAPUSAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK (TRAFIKING) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumah adalah tempat untuk membangun keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera. Tempat pengayom bagi seluruh penghuninya dan juga sebagai tempat berlindung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya juga melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi masa depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menegaskan bahwa cita-cita Negara Indonesia ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kejahatan bukanlah hal yang baru, meskipun tempat dan waktunya berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu kota dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KURIR NARKOTIKA. A. Sanksi Yang Dapat Dikenakan Kepada Anak Yang Menjadi Kurir

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KURIR NARKOTIKA. A. Sanksi Yang Dapat Dikenakan Kepada Anak Yang Menjadi Kurir BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KURIR NARKOTIKA A. Sanksi Yang Dapat Dikenakan Kepada Anak Yang Menjadi Kurir Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tampak pasal-pasal UUD 1945 juga merupakan pelaksana dan pokokpokok

BAB I PENDAHULUAN. dalam tampak pasal-pasal UUD 1945 juga merupakan pelaksana dan pokokpokok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini selain dalam tampak pasal-pasal UUD 1945 juga merupakan pelaksana dan pokokpokok pikiran yang terkandung

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang seutuhnya. Anak merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang anak demi pengembangan sepenuhnya dan keharmonisan dari kepribadiannya, harus tumbuh dalam lingkungan keluarga, dalam iklim kebahagiaan, cinta kasih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu bentuk problematika yang sering menimbulkan permasalahan di jalan raya. Hal tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan, penganiayaan, pemerasan dan perkosaan atau tindakan yang membuat seseorang merasa kesakitan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Realitas keadaan anak di muka peta dunia ini masih belum menggembirakan. Nasib mereka belum seindah ungkapan verbal yang kerap kali memposisikan anak bernilai,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini adalah kekerasan seksual terhadap anak. Anak adalah anugerah tidak ternilai yang dikaruniakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Narapidana pada dasarnya tidak hanya melekat pada orang dewasa tetapi juga bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan perlindungan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan teknologi, membawa perubahan yang signifikan dalam pergaulan dan moral manusia, sehingga banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

TINJAUAN TERHADAP DISKRESI PENYIDIK KEPOLISIAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESOR BADUNG)

TINJAUAN TERHADAP DISKRESI PENYIDIK KEPOLISIAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESOR BADUNG) TINJAUAN TERHADAP DISKRESI PENYIDIK KEPOLISIAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESOR BADUNG) Oleh : Kadek Setia Budiawan I Made Tjatrayasa Sagung Putri M.E Purwani

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kewajiban untuk memenuhi hak-hak anak bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kewajiban untuk memenuhi hak-hak anak bagi semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah sekaligus anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Oleh karena itu setiap anak

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa Kota Blitar memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK. keadaan di bawah umur (minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga

BAB II TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK. keadaan di bawah umur (minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga BAB II TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK A. Tinjauan Tentang Anak 1. Pengertian Anak Ditinjau dari aspek yuridis, maka pengertian anak di mata hukum positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum yang diterapkan di Indonesia saat ini kurang memperhatikan kepentingan korban yang sangat membutuhkan perlindungan hukum. Bisa dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA 1 BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA A. Sejarah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia (World Bank) dan banyak berkembang di negara-negara dunia ketiga (negara berkembang). Dalam menjalankan

Lebih terperinci