Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS TERAPI TOPIKAL VIRGIN COCONUT OIL DAN ALIH BARING TERHADAP RESIKO DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RSUD KOTA SEMARANG Manuscript Oleh : Said Mubarok NIM : G2A PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016

2 PERNYATAAN PERSETUJUAN Manuscript dengan judul EFEKTIVITAS TERAPI TOPIKAL VIRGIN COCONUT OIL DAN ALIH BARING TERHADAP RESIKO DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RSUD KOTA SEMARANG Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, Agustus 2016 Pembimbing I Ns. Nury Sukraeny, S.Kep, MNS Pembimbing II Ns. Khoiriyah, S.Kep, M.Sc

3 Efektifitas terapi topikal Virgin Coconut Oil dan alih baring terhadap resiko dekubitus pada pasien stroke di RSUD Kota Semarang Said Mubarok 1, Nury Sukraeny 2, Khoiriyah 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS,saidmubarox@gmail.com 2 Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS, nury.sukraeny@unimus.ac.id 3 Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS, khoiriyah@unimus.ac.id Abstrak Stroke merupakan penyebab imobilisasi yang dapat menimbulkan resiko dekubitus. Terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat merupakan salah satu tindakan pencegahan dekubitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi topikal VCO dengan alih baring 30 derajat terhadap resiko dekubitus dengan rancangan penelitian quasi experiment pre-posttest two groups design. Hasil uji statistik Mann Whitney diperoleh p value = 0,279, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan efektivitas antara terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat terhadap resiko dekubitus pada pasien stroke, artinya terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat sama-sama efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. Saran dari penelitian agar terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat dapat diaplikasikan untuk mencegah terjadinya dekubitus. Kata kunci: Terapi topikal VCO, alih baring 30 derajat, dekubitus, stroke

4 Abstract Stroke is the leading cause of immobilization that could pose a risk of decubitus. VCO topical therapy and 30-degree lying changes are ones of decubitus preventing action. This research is aimed to determine the effectiveness of VCO topical therapy and 30-degrees lying changes on the risk of decubitus with quasi experimental design two groups pre-posttest design. Mann Whitney statistical test results obtained p value = 0.279, so it could be concluded there was no difference between the effectiveness of VCO topical therapy and 30-degrees lying changes against the risk of decubitus on stroke patients, it means that VCO topical therapy and 30-degree lying changes are equally effective for lowering the risk of decubitus. Suggestion of the research that VCO topical therapy and 30-degrees lying changes could be applicated to prevent decubitus. Keywords : VCO topical therapy, 30 degrees lying change, decubitus, stroke PENDAHULUAN Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke dibedakan menjadi stroke hemoragik yaitu adanya perdarahan otak karena pembuluh darah yang pecah dan stroke non-hemoragik yaitu lebih karena adanya sumbatan pada pembuluh darah otak (Muttaqin, 2008). American Heart Association (AHA) memperkirakan terdapat sekitar orang di Amerika Serikat yang mengalami stroke per tahun, dimana sekitar kejadian adalah serangan stroke yang pertama kali, dan sekitar 6,4 juta penduduk Amerika Serikat adalah penderita stroke (Goldstein et al., 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013 prevalensi kejadian stroke di Indonesia yang terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan terjadi di Sulawesi Utara (10,8 per 1000 penduduk), diikuti DI Yogyakarta (10,3 per 1000 penduduk), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per 1000 penduduk. Sedangkan prevalensi kejadian stroke yang tidak terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 12,1 per 1000 penduduk. Prevalensi Stroke tertinggi yang tidak berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan terdapat di Sulawesi Selatan (17,9 per 1000 penduduk), DI Yogyakarta (16,9 per penduduk), Sulawesi Tengah (16,6 per 1000 penduduk), diikuti Jawa Timur sebesar (16 per 1000 penduduk). Profil Kesehatan Povinsi Jawa Tengah tahun 2012 menunjukkan bahwa prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 70 per 1000 penduduk, sedangkan stroke non-hemoragik pada tahun 2012 sebesar 70 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi stroke hemoragik tahun 2012 adalah Kabupaten Kudus sebesar 184 per 1000 penduduk, sedangkan

5 prevalensi tertinggi stroke non-hemoragik adalah Kota Salatiga sebesar 116 per 1000 penduduk. Salah satu dampak yang diakibatkan oleh stroke adalah dekubitus. Hal ini terjadi karena pasien stroke mengalami gangguan mobilitas fisik yang akan menyebabkan pasien mengalami tirah baring yang lama. Hasil penelitian Hastuti, Nosi, & Bahar (2013) dari 30 responden yang mengalami imobilisasi di ruang Intensive Care Unit (ICU) menunjukkan adanya hubungan antara lama rawat dengan kejadian dekubitus. Dekubitus adalah kerusakan jaringan lunak di area tertentu yang disebabkan oleh stres mekanik berkelanjutan yang dapat merusak kulit dan jaringan di bawahnya. Dekubitus biasanya terjadi dalam waktu 72 jam sejak terpaparnya kulit terhadap tekanan (Vanderwee et al, 2006). Hal ini sangat dipengaruhi oleh penurunan mobilitas, aktivitas yang berkurang, penurunan sensori persepsi, rendahnya nutrisi, usia lebih dari 60 tahun, tekanan arteriolar yang rendah dan kelembaban yang tinggi, serta gesekan (Braden, 2000). Prevalensi terjadinya dekubitus di Amerika Serikat cukup tinggi, yaitu 5-11 % terjadi di tatanan perawatan akut (acute care), % di tatanan perawatan jangka panjang (longterm care), dan 7-12 % di tatanan perawatan rumah (home health care) (Mukti, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutia, Pamungkas & Anggraini (2015) profil penderita dekubitus di ruang rawat inap berdasarkan diagnosis yang menyebabkan tirah baring terdapat 29 pasien (53,7%) dengan diagnosis stroke, sedangkan diagnosis lain berupa Diabetes Melitus tipe-2 terdapat 5 pasien (9,2%), gagal ginjal kronik 9 pasien (16,7%), post operasi 4 pasien (7,5%), tumor tulang, Fraktur Vertebra, Conginetal Heart Failure, Hernia Nucleus Pulposus, Hypertension Heart Disease, Enselopati dan Head Injury terjadi masing-masing 1 pasien (1,85%). Faktor resiko utama penyebab terjadinya dekubitus adalah status gizi, kelembaban kulit, dan peningkatan usia, perfusi dan oksigenasi. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya dekubitus adalah mobilisasi dan lama rawat (Hastuti, Nosi & Bahar, 2013; National Pressure Ulcer Advisory Panel [NPUAP] & European Pressure Ulcer Advisory Panel [EPUAP] & Pan Pacific Pressure Injury Alliance [PPPIA], 2014). Dampak terjadinya dekubitus dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan, rasa tidak nyaman serta komplikasi berat seperti sepsis, infeksi kronis, sellulitis, osteomielitis, dan peningkatan mortalitas. Dekubitus juga akan memperpanjang lama perawatan sehingga akan meningkatkan biaya perawatan. Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat, biaya yang dibutuhkan untuk perawatan pasien yang mengalami luka tekan berkisar antara

6 US$ tergantung dari derajat luka tekan serta komplikasi yang dialami (NPUAP, EPUAP & PPPIA, 2014). Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya dekubitus, yaitu pengkajian terhadap resiko dekubitus, menjaga kelembaban kulit, pemberian nutrisi dan mengurangi tekanan terhadap pasien dengan alih baring dan penggunaan bantalan ( Institute For Healthcare Improvement, 2011). NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014) juga merekomendasikan tindakan pencegahan dekubitus, yaitu pengkajian resiko dengan menggunakan skala Braden, perawatan kulit, pemberian nutrisi, pemberian edukasi, dan pemberian bantalan dan pengaturan posisi / alih baring. Alih baring adalah pengaturan posisi yang diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit. Alih baring dapat mencegah dekubitus pada daerah tulang yang menonjol yang bertujuan untuk mengurangi penekanan akibat tertahannya pasien pada satu posisi tidur tertentu yang dapat menyebabkan lecet (Perry & Potter, 2005). Vanderwee, Grypdonck, Bacquer & Defloor (2006) melakukan penelitian tentang efektivitas alih baring dengan interval waktu yang tidak sama terhadap pasien yang belum mengalami dekubitus. Kelompok dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi (n=122) yang dilakukan alih baring setiap 2 jam dengan posisi lateral dan 4 jam dengan posisi terlentang. Sedangkan kelompok kontrol (n=113) dilakukan alih baring setiap 4 jam. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil 16,4% pasien pada kelompok intervensi mengalami dekubitus (stadium 2-4) sedangkan 21,2% pasien kelompok kontrol mengalami dekubitus. Angka kejadian tersebut secara statistik tidak berbeda secara signifikan (p=0,40). Hasil penelitian Bujang, Aini & Purwaningsih (2013) pengaruh alih baring 30 derajat setiap 2 jam sekali terhadap 30 pasien stroke didapatkan hasil pada kelompok intervensi yang terdiri dari 15 responden tidak ada yang mengalami dekubitus. Sedangkan pada kelompok kontrol yang terdiri dari 15 responden terdapat 8 (53,3%) pasien yang mengalami de kubitus derajat I. Berdasarkan penelitian tersebut ada pengaruh alih baring 30 derajat terhadap kejadian dekubitus pada pasien stroke yang mengalami hemiparesis dengan p value sebesar 0,011 < α (0,05). Penelitian oleh Tarihoran, Sitorus & Sukmarini (2010) didapatkan hasil serupa dari 33 responden (16 kontrol dan 17 intervensi). Kelompok intervensi diberikan aplikasi miring 30 derajat dengan mengunakan bantal segitiga, sedangkan kelompok kontrol hanya miring 30 derajat, didapatkan hasil 6 (37,5%) responden pada kelompok kontrol mengalami luka tekan. Sedangkan pada kelompok intervensi terdapat 1 (5,9%) responden terjadi luka tekan ( p = 0,039, α = 0,05). Kelompok kontrol berpeluang 10 kali dibanding kelompok intervensi.

7 Martini, Asiandi & Handayani (2012) melak ukan penelitian pengaruh intervensi alih baring 1 jam sekali dan 2 jam sekali terhadap 60 responden penderita stroke. Dari 30 pasien yang mendapat intervensi alih baring setiap 1 jam sekali dan 30 pasien yang mendapat intervensi 2 jam sekali didapatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna antara efektivitas alih baring 1 jam sekali dan alih baring 2 jam sekali dalam penurunan resiko dekubitus pada pasien stroke atau dengan kata lain alih baring 1 jam sekali dan alih baring 2 jam sekali sama efektifnya dalam penurunan resiko dekubitus pada pasien stroke. Berdasarkan penelitian diatas, pemberian alih baring 30 derajat setiap 2 jam efektif untuk mencegah terjadinya dekubitus. NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014) merekomendasikan pengaturan posisi miring derajat pada pasien tirah baring untuk mengurangi tekanan pada area yang beresiko terjadinya dekubitus. Perawatan kulit penting untuk mencegah terjadinya dekubitus. NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014) tidak merekomendasikan untuk memijat maupun menggosok secara kuat pada kulit yang beresiko dekubitus. Pemakaian pelembab kulit sangat direkomendasikan untuk menghidrasi kulit kering yang bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan kulit. Salah satu topikal yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya dekubitus adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Kandungan asam lemak yang terkandung dalam VCO efektif dan aman digunakan sebagai moisturizer pada kulit sehingga dapat meningkatkan hidrasi kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit (Agero & Rowell, 2004). Virgin Coconut Oil adalah produk olahan kelapa yang memiliki kandungan asam lemak rantai medium atau Medium Chain Fatty Acid (MCFA) dan asam laurat. Asam laurat akan diubah didalam tubuh manusia menjadi monolaurin, sebuah senyawa monogliserida yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Sedangkan MCFA mudah diserap kedalam sel kemudian kedalam mitokondria, sehingga metabolisme meningkat. Adanya peningkatan metabolisme maka sel-sel bekerja lebih efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti selsel yang rusak lebih cepat VCO juga berfungsi sebagai antioksidan karena VCO memiliki kandungan vitamin E dan polifenol (Novarianto & Tulalo, 2007). Penelitian yang dilakukan Setiani (2014) di ruang ICU tentang efektivitas massage dengan VCO pencegahan luka tekan terhadap 34 pasien yang dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi mendapatkan massage efflurage dengan VCO, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan perawatan pencegahan luka tekan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) ruangan / rumah sakit. Angka kejadian dekubitus pada kelompok kontrol sebanyak 9 (52,9%) responden, sedangkan pada kelompok intervensi tidak ditemukan kejadian dekubitus.

8 Hasil penelitian pengaruh mobilisasi dan penggunaan VCO terhadap dekubitus pada gangguan fungsi motorik pasca stroke oleh Setyawati, Suyanto, & Noor (2015) terhadap 8 responden yang dibagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi dilakukan mobilisasi 2-3 jam sekali dengan memberikan VCO sedangkan kelompok kontrol dilakukan mobilisasi lebih dari 2-3 jam sekali dan tidak diberikan VCO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan grade dekubitus pada kelompok intervensi dan kontrol yang dilakukan mobilisasi dan diberikan VCO dengan nilai p=0,495. Pada pasien stroke yang mengalami imobilisasi beresiko terjadinya dekubitus. Dekubitus akan menyebabkan komplikasi berupa peradangan, infeksi dan rasa nyeri. Terjadinya dekubitus juga akan memperpanjang lama perawatan sehingga meningkatkan biaya perawatan. Oleh sebab itu perlu dilakukan tindakan pencegahan dekubitus dengan cara pemberian alih baring dan perawatan kulit. Tujuan penelitian untuk menganalisis efektivitas terapi topikal Virgin Coconut Oil (VCO) dan alih baring 30 derajat terhadap resiko dekubitus pada pasien stroke. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain pretest-posttest with two groups, dengan intervensi terapi topikal VCO pada kelompok I dan alih baring 30 derajat pada kelompok II. Sampel adalah penderita stroke yang dirawat di ruang Yudistira RSUD Kota Semarang dengan jumlah sampel 16 (8 responden kelompok I dan 8 responden kelompok II), dengan metode purposive total sampling. Alat pengumpulan data adalah lembar observasi resiko dekubitus dengan skala Braden. Proses penelitian berlangsung dari minggu ke-4 Juli sampai dengan minggu ke-1 Agustus Data dianalisis secara univariat dan bivariat (uji Wilcoxon, paired sample t-test dan uji Mann Whitney). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian terdapat 8 responden pada kelompok I, sebelum dilakukan terapi topikal VCO didapatkan hasil 1 responden resiko rendah dan 7 responden resiko sedang. Resiko dekubitus setelah dilakukan terapi topikal VCO didapatkan hasil 1 responden tidak beresiko dan 7 responden resiko rendah. Skor skala Braden sebelum dilakukan terapi topikal VCO didapatkan rata-rata 13,625, sedangkan skor skala Braden setelah dilakukan terapi topikal VCO didapatkan rata-rata 16,875. Terdapat rata-rata peningkatan skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi sebesar 3,25.

9 Tabel 1 Uji beda skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok terapi topikal VCO (n=8) Variabel Mean rank Z p value Skor skala Braden Sebelum setelah 4,50-2,558 0,011 Hasil uji beda Wilcoxon menunjukkan p value = 0,011 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan skor skala braden sebelum dan setelah terapi topikal VCO yang berarti bahwa ada pengaruh terapi topikal VCO terhadap peningkatan skor skala Braden, dengan kata lain terapi topikal VCO efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. National Guideline Clearinghouse (NGC) and Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI) (2007) merekomendasikan untuk meminimalkan gesekan dan shear yang dapat menyebabkan penurunan toleransi jaringan dan mendukung terjadinya luka tekan adalah melakukan tindakan sebagai berikut; secara teratur gunakan pelumas dari minyak hypoallergenic, krim atau lotion pada permukaan kulit yang tertekan. Salah satu topikal yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya dekubitus adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Kandungan asam lemak yang terkandung dalam VCO efektif dan aman digunakan sebagaimoisturizer pada kulit sehingga dapat meningkatkan hidrasi kulit, dan mempercepat penyembuhan pada kulit (Agero & Rowell, 2004). Virgin Coconut Oil merupakan produk olahan kelapa yang memiliki kandungan asam lemak rantai medium atau Medium Chain Fatty Acid (MCFA) dan asam laurat. Asam laurat akan diubah didalam tubuh manusia menjadi monolaurin, sebuah senyawa monogliserida yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Sedangkan MCFA mudah diserap kedalam sel kemudian kedalam mitokondria, sehingga metabolisme meningkat. Adanya peningkatan metabolisme maka sel-sel bekerja lebih efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti sel-sel yang rusak lebih cepat VCO juga berfungsi sebagai antioksidan karena VCO memiliki kandungan vitamin E dan polifenol (Novarianto & Tulalo, 2007). Penelitian ini selaras dengan penelitian Setiani (2014) tentang efektivitas massage dengan VCO terhadap pencegahan luka tekan pada pasien tirah baring di ruang ICU dengan p value = 0,001 sehingga ada pengaruh perawatan kulit dengan massage effleurage dan VCO untuk mencegah kejadian luka tekan.

10 Berdasarkan hasil dari 8 responden pada kelompok alih baring 30 derajat, resiko dekubitus sebelum dilakukan alih baring 30 derajat didapatkan hasil 1 responden tidak beresiko, 1 responden resiko rendah, 2 responden resiko sedang dan 4 responden resiko tinggi. Resiko dekubitus setelah dilakukan alih baring 30 derajat didapatkan hasil 1 responden tidak beresiko, 4 responden resiko rendah dan 3 responden resiko sedang. Tabel 2 Uji beda skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok alih baring 30 derajat (n=8) Variabel Mean T SD p value Skala Braden Sebelum setelah -2,625-9,979 0, ,000 Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor skala Braden sebelum dilakukan alih baring 30 derajat adalah 13,125. Rata-rata skor skala Braden setelah dilakukan alih baring 30 derajat adalah 15,75, mengalami rata-rata peningkatan sebesar 2,625. Hasil uji beda paired sample t- test menunjukkan p value = 0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan skor skala braden sebelum dan setelah alih baring 30 derajat yang berarti bahwa ada pengaruh alih baring 30 derajat terhadap peningkatan skor skala Braden, dengan kata lain alih baring 30 derajat efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. Pada pasien stroke dengan gangguan mobilisasi, pasien hanya berbaring saja tanpa mampu untuk mengubah posisi karena keterbatasan tersebut. Gangguan mobilitas adalah faktor yang paling signifikan resiko luka tekan atau dekubitus (Gisbreng, 2008). Tindakan pencegahan dekubitus harus dilakukan sedini mungkin dan terus menerus, sebab pada pasien stroke dengan gangguan mobilisasi yang mengalami tirah baring di tempat tidur dalam waktu yang cukup lama tanpa mampu untuk merubah posisi akan beresiko tinggi terjadinya dekubitus. NPUAP, EPUAP & PPPIA (2014) merekomendasika n pengaturan posisi miring derajat pada pasien tirah baring untuk mengurangi tekanan pada area yang beresiko terjadinya dekubitus. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Bujang, Aini & Purwaningsih (2013) pengaruh alih baring 30 derajat setiap 2 jam sekali terhadap 30 pasien stroke, bahwa ada pengaruh alih baring 30 derajat terhadap kejadian dekubitus pada pasien stroke yang mengalami hemiparesis dengan p value sebesar 0,011.

11 Tabel 3 Uji Mann Whitney perbedaan peningkatan skor skala Braden setelah intervensi pada kelompok alih baring 30 derajat dan terapi topikal VCO (n=16) Variabel Kelompok Mean Rank Z p value Peningkatan skor Alih baring 30 derajat 6,88 skala braden -1,447 0,195 Terapi topikal VCO 10,12 Berdasarkan hasil uji beda Mann Whitney peningkatan skor skala Braden pada kedua kelompok menunjukkan p value = 0,195 ( p>0,05) artinya tidak ada perbedaan peningkatan skor skala braden antara terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat yang berarti bahwa terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat sama-sama efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. Kelompok Tabel 4 Perbedaan rata-rata skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok alih baring 30 derajat dan terapi topikal VCO (N=16) Sebelum Mean Skor Skala Braden Setelah Mean Alih Baring 30 derajat 13,125 15,750 2,625 Terapi topikal VCO 13,625 16,875 3,250 Rata-rata skor skala Braden sebelum intervensi kelompok terapi topikal VCO adalah 13,62, sedangkan kelompok alih baring 30 derajat adalah 13,12. Rata-rata skor skala Braden setelah intervensi kelompok terapi topikal VCO adalah 16,88, sedangkan pada kelompok alih baring 30 derajat adalah 15,75. Rata-rata peningkatan skor skala Braden pada kelompok terapi topikal VCO adalah 3,25, sedangkan kelompok alih baring 30 derajat adalah 3,63, artinya peningkatan rata-rata skor skala Braden kelompok terapi topikal VCO lebih besar dari pada kelompok alih baring 30 derajat. Terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat merupakan salah satu tindakan pencegahan dekubitus. Ada tiga area intervensi keperawatan utama yang dilakukan untuk mencegah terjadinya dekubitus adalah perawatan kulit, yang meliputi higienis dan perawatan kulit topikal, pencegahan mekanik dan pendukung untuk permukaan, yang meliputi pemberian posisi, penggunaan tempat tidur dan kasur terapeutik, dan pendidikan (NPUAP, EPUAP & PPPIA, 2014). Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Handayani, Irawaty & Panjaitan (2011) tentang pencegahan luka tekan melalui pijat menggunakan VCO menunjukkan bahwa pijat

12 menggunakan VCO efektif untuk digunakan dalam pencegahan luka tekan grade I dengan p value = 0,033 (p<0,05). Pada penelitian tersebut kelompok perlakuan diberi alih baring 30 derajat tiap dua jam, mandi 2 kali sehari dan VCO dengan pijat ringan selama 4-5 menit di daerah skapula, sacrum, dan tumit sedangkan kelompok kontrol mendapat alih baring 30 derajat tiap 2 jam dan mandi 2 kali sehari. Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini meliputi tehnik pemilihan sampel tidak randomized sehingga responden tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan kedua perlakuan. Terdapat variabel confounding, antara lain status gizi dan perfusi oksigenasi. Peneliti tidak dapat melakukan pengawasan secara intensif terhadap proses pelaksanaan penelitian. PENUTUP Hasil Penelitian yang dilakukan pada penderita stroke di RSUD Kota Semarang diperoleh hasil skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok terapi topikal VCO mengalami rata-rata peningkatan 3,25. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh hasil bahwa ada perbedaan skor skala Braden sebelum dan setelah terapi topikal VCO dengan p value = 0,011 (p<0,05). Skor skala Braden sebelum dan setelah intervensi pada kelompok alih baring 30 derajat mengalami rata-rata peningkatan 2,625. Berdasarkan hasil uji paired sample t-test diperoleh p value = 0,000 (p<0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan skor skala Braden antara sebelum dan setelah dilakukan alih baring 30 derajat. Uji Mann Whitney peningkatan skor skala Braden setelah intervensi pada kedua kelompok menunjukkan p value = 0,195 (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan peningkatan skor skala Braden antara terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat, yang berarti bahwa terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat sama-sama efektif untuk menurunkan resiko dekubitus. Hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap tindakan pencegahan dekubitus, sehingga peneliti menyarankan kepada pelayanan kesehatan untuk mengaplikasikan terapi topikal VCO dan alih baring 30 derajat sebagai tindakan untuk menurunkan resiko dekubitus. KEPUSTAKAAN Agero, A.L. and Rowell, V.M. (2004). A randomized double-blind controlled trial comparing extra virgin coconut oil as a moisturizer for mild to moderate xerosis. Dermatitis, 15(suppl. 3), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

13 Braden, R.L. (2000). Textbook of therapeutics, drug and disease management (Ed.7). London: Lippicoth William & Wilkins. Bujang.B., Aini, F. & Purwaningsih, H. (2013). Pengaruh alih baring terhadap kejadian dekubitus pada pasien stroke yang mengalami hemiparesis di ruang Yudistira di RSUD Kota Semarang, documents/3440.pdf. Diunduh pada tanggal 6 Desember Dinkes Jateng. (2013). Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun Semarang: Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Ginsbreng, L. (2008). Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga. Goldstein, L.B.et al., (2011). Guidelines for the primary prevention of stroke: a guideline for healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke. (Suppl. 42), Handayani,R.S., Irawaty, D. & Panjaitan, R.U. (2011). Pencegahan luka tekan melalui pijat menggunakan virgin coconut oil. Jurnal keperawatan Indonesia, 14 (suppl. 3), Hastuti, S., Nosi, H. & Bahar, B. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dekubitus pada pasien di ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Ibnu Sina Makasar. Jurnal STIKES Nani Hasanuddin Makasar, 2 (Suppl.5), Martini, D., Asiandi & Handayani, D.Y. (2012). The impact of the lying change in protection the risk of dekubitus on the stroke patients at RSUD Banyumas. Diunduh pada tanggal 7 Desember Mutia, L., Pamungkas, K.A. & Anggraini, D. (2015). Profil penderita ulkus dekubitus yang menjalani tirah baring di ruang rawati Inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari 2011 Desember 2013.JOM FK, 2 (suppl.2), Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika. National Guideline Clearinghouse & Institute for Clinical Systems Improvement. (2007). Skin safety protocol: Risk assessment and prevention of pressure ulcers. Diperoleh dari National Pressure Ulcer Advisory Panel, European Pressure Ulcer Advisory Panel & Pan Pacific Pressure Injury Alliance. (2014). Prevention and treatment of pressure ulcers: quick reference guide. Emily Haesler (Ed.). OsbornePark, Western Australia: Cambridge Media.

14 Novarianto,H. & Tulalo, M.(2007).Kandungan asam laurat pada berbagai varietas kelapa sebagai bahan baku VCO. Journal Littri (13); Setiani, D. (2014). Efektifitas massage dengan virgin coconut oil terhadap Pencegahan luka tekan di Intensive Care Unit. Jurnal Husada Mahakam, 3 (suppl.8), Setyawati, R., Suyanto & Noor, M.A. (2015). Pengaruh mobilisasi dan penggunaan VCO (Virgin Coconut Oil) terhadap ulkus dekubitus pada gangguan fungsi motorik pasca stroke. Nurscope Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, 1 (suppl.1), 1-7. Tarihoran, D.E.T.A.U, Sitorus, R. & Sukmarini, L. (2010), Penurunan kejadian luka tekan grade I (non -blanchable erythema) pada klien stoke melalui posisi miring 30 derajat. Jurnal Keperawatan Indonesia,13 (suppl.3), Vanderwee, K., Grypdonck., Bacquer, D. & Defloor, T. (2006). Effectiveness of turning with unequal time intervals on the incidence of pressure ulcer lesions. Journal of advanced nursing, 57,

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan neurologis, penyakit kronis, penurunan status mental, pasien yang dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri

BAB I PENDAHULUAN. pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Luka tekan (pressure ulcer) merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non

BAB I PENDAHULUAN. hemoragik di Jawa Tengah adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus (Sumardino, Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam pelayanan keperawatan adalah menjaga dan mempertahankan integritas kulit klien agar senantiasa terjaga dan utuh. Intervensi dalam perawatan

Lebih terperinci

PERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS

PERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS Lampiran 1 PERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS 1. Pengertian Perawatan kulit adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan masyarakat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Pengaruh Massage Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Risiko Gangguan Integritas Kulit Pasien Imobilisasi di Ruang E RSUD Klungkung.

KATA PENGANTAR Pengaruh Massage Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap Risiko Gangguan Integritas Kulit Pasien Imobilisasi di Ruang E RSUD Klungkung. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Massage Virgin Coconut Oil (VCO) Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan juga dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di

BAB I PENDAHULUAN. kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia keperawatan menjaga dan mempertahankan integritas kulit agar senantiasa terjaga dan utuh adalah salah satu aspek penting di dalamnya. Intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inaktifitas, dan sensori persepsi, bila aktifitas ini berkepanjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nutrisi yang baik selama masa bayi akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien

BAB I PENDAHULUAN. Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pressure ulcer merupakan masalah yang harus dihadapi oleh pasien pasien yang mengalami penyakit kronis, kondisi lemah, kelumpuhan dan bahkan hal ini menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUMAH SAKIT CAKRA HUSADA KLATEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit. Intrvensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan intervensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat, memberikan terapi serta menunjang fungsi-fungsi vital pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat, memberikan terapi serta menunjang fungsi-fungsi vital pasien yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian mandiri dari rumah sakit, yang dilengkapi dengan tenaga medis dan teknologi khusus untuk mengobservasi, merawat,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG

INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG INOVASI KEPERAWATAN PENGGUNAAN SKALA BRADEN PADA PASIEN STROKE DI RSUD CENGKARENG Lampiran 1 A. Pengertian Skala Braden merupakan salah satu jenis skala atau metode yang digunakan dalam menilai resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis yang terjadi di Indonesia setiap tahun semakin bertambah. Kondisi ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk Indonesia yang meninggal dunia akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xerosis yang akan menyebabkan berkurangnya elastisitas kulit sehingga lapisan

BAB I PENDAHULUAN. xerosis yang akan menyebabkan berkurangnya elastisitas kulit sehingga lapisan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumit pecah adalah suatu keadaan klinis yang di tandai dengan terdapatnya fisura pada tumit. Fisura yang terjadi pada tumit pecah akibat dari kulit kering atau xerosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun keturunan secara bersama-sama yang mempunyai karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. maupun keturunan secara bersama-sama yang mempunyai karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun keturunan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy-experiment posttest

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy-experiment posttest 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy-experiment posttest only with control group. Rancangan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. support atau organ support yang kerap membutuhkan pemantauan intensif. 1

BAB I PENDAHULUAN. support atau organ support yang kerap membutuhkan pemantauan intensif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intensive Care Unit (ICU) adalah tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit yang menangani pasien-pasien kritis karena penyakit, trauma atau komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore.

BAB I PENDAHULUAN. yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, pressure ulcer, pressure sore, bed sore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan jaringan setempat yang disebabkan oleh iskemia pada kulit (kutis dan sub-kutis) akibat tekanan dari luar yang berlebihan. Umumnya

Lebih terperinci

Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang

Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang Tingkat depresi berdasarkan derajat ulkus diabetik pada pasien ulkus diabetes melitus yang berobat di rsud kota semarang Irma Astuti Setyoningrum 1, Yunie Armiyati 2, Rahayu Astuti 3 1 Mahasiswa Progam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah mempertahankan integritas kulit. Intervensi perawatan kulit yang terencana dan konsisten merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI MIRING UNTUK MENGURANGI LUKA TEKAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSYARAFAN

PENGARUH POSISI MIRING UNTUK MENGURANGI LUKA TEKAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSYARAFAN PENGARUH POSISI MIRING UNTUK MENGURANGI LUKA TEKAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSYARAFAN Nuh Huda 1 Abstract: Prevention of pressure ulcer is an important matter that must done by a nurse, especially

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tumbuh kembang optimal merupakan hak asasi anak untuk menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tumbuh kembang optimal merupakan hak asasi anak untuk menjadi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumbuh kembang optimal merupakan hak asasi anak untuk menjadi manusia dewasa yang berkualitas. Indonesia telah membuat UU nomor 35 tahun 2014 (perubahan UU nomor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pasien kritis yang terpasang ventilator Mobilisasi Progresif Level I: - Head Of Bed - Continous Lateral Rotation Therapy Resiko dekubitus: skala braden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, Pasien yang sangat lemah, dan Pasien yang lumpuh dan waktu lama, bahkan saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dekubitus 1. Pengertian Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Hal

Lebih terperinci

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETIK NON ULKUS TERHADAP KEMAMPUAN DIABETISI DALAM MELAKUKAN PERAWATAN KAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kasus diabetes melitus di seluruh dunia telah meningkat dan merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010). Jumlah kematian disebabkan

Lebih terperinci

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3 PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN. Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Magelang dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Magelang terletak pada jalur yang sangat strategis yaitu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik PERBANDINGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH LANSIA PENDERITA HIPERTENSI SETELAH DILAKUKAN TERAPI MUSIK KLASIK DAN RELAKSASI AUTOGENIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG 1 Dewi Ismarina, 2* Herliawati,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Stroke adalah gangguan fungsi otak, fokal maupun global, yang timbul mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam disebabkan kelainan peredaran darah otak. Stroke merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH MOBILISASI DAN PENGGUNAAN VCO (VIRGIN COCONUT OIL) TERHADAP ULKUS DEKUBITUS PADA GANGGUAN FUNGSI MOTORIK PASCA STROKE

PENGARUH MOBILISASI DAN PENGGUNAAN VCO (VIRGIN COCONUT OIL) TERHADAP ULKUS DEKUBITUS PADA GANGGUAN FUNGSI MOTORIK PASCA STROKE PENGARUH MOBILISASI DAN PENGGUNAAN VCO (VIRGIN COCONUT OIL) TERHADAP ULKUS DEKUBITUS PADA GANGGUAN FUNGSI MOTORIK PASCA STROKE NURSCOPE Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah Setyawati, R (2015). Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus. Penyakit serebrovaskular ini merupakan salah satu penyebab utama kecacatan fisik dan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENATAAN TEMPAT TIDUR TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS DERAJAT I PADA PASIEN TIRAH BARING

PENGARUH PENATAAN TEMPAT TIDUR TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS DERAJAT I PADA PASIEN TIRAH BARING PENGARUH PENATAAN TEMPAT TIDUR TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS DERAJAT I PADA PASIEN TIRAH BARING TESIS Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta BAB

Lebih terperinci

DAMPAK ALIH BARING DALAM PENCEGAHAN RISIKO DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RSUD BANYUMAS

DAMPAK ALIH BARING DALAM PENCEGAHAN RISIKO DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RSUD BANYUMAS DAMPAK ALIH BARING DALAM PENCEGAHAN RISIKO DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RSUD BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DIAN MARTINI 0911020176 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar dan Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak ( GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke dapat didefinisikan sebagai defisit neurologi yang mempunyai awitan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari gangguan neurologi yang sering terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak akibat penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin (Dorland, 2010). DM suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologik yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien karena kemungkinan hal buruk yang membahayakan pasien bisa saja terjadi, sehingga dibutuhkan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik dan tepat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi pada organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena keturunan dan/atau disebabkan karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas, atau oleh tidak efektifnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Dewi Winahyu. *) Dera Alfiyanti **), Achmad Solekhan ***)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap tahunnya terdapat 15 juta orang diseluruh dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian

Lebih terperinci

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit sistemik, dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS 6 Arif Kurniawan*, Yunie Armiyati**, Rahayu Astuti*** ABSTRAK Kecemasan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik, dan berkesinambungan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bayi ada dua, yaitu faktor genetik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Skema 3.1 Kerangka Konsep. Keterangan : Variabel independen : Variabel dependen : Variabel perancu :

BAB III METODE PENELITIAN. Skema 3.1 Kerangka Konsep. Keterangan : Variabel independen : Variabel dependen : Variabel perancu : BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Skema 3.1 Kerangka Konsep Kelompok perlakuan : Mendapatkan Perawatan kulit: massage efflurage dengan VCO Kelompok kontrol : Mendapatkan Perawatan kulit: Pijat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International of Diabetic Federation (IDF, 2015) menyatakan bahwa tingkat prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan sensorik. Kelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, sehingga stroke menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting saat ini. Dua pertiga stroke

Lebih terperinci

PENURUNAN KEJADIAN LUKA TEKAN GRADE I (NON BLANCHABLE ERYTHEMA) PADA KLIEN STROKE MELALUI POSISI MIRING 30 DERAJAT

PENURUNAN KEJADIAN LUKA TEKAN GRADE I (NON BLANCHABLE ERYTHEMA) PADA KLIEN STROKE MELALUI POSISI MIRING 30 DERAJAT PENURUNAN KEJADIAN LUKA TEKAN GRADE I (NON BLANCHABLE ERYTHEMA) PADA KLIEN STROKE MELALUI POSISI MIRING 3 DERAJAT Dame Elysabeth Tuty Arna Uly Tarihoran 1,2*, Ratna Sitorus 3, Lestari Sukmarini 3 1. Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KASUR ANTI DEKUBITUS TERHADAP DERAJAD DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING. Abstrak

PENGARUH PENGGUNAAN KASUR ANTI DEKUBITUS TERHADAP DERAJAD DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING. Abstrak PENGARUH PENGGUNAAN KASUR ANTI DEKUBITUS TERHADAP DERAJAD DEKUBITUS PADA PASIEN TIRAH BARING Rustina 1), Wahyuningsih Safitri, M.Kep 2), Dra. Agnes Sri Harti, M.Si 3) 1) : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke tertinggi di Asia. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian tulang-tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur. Kasus dekubitus dapat

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN SKRINING PERKEMBANGAN BALITA DENGAN KPSP TERHADAP KETRAMPILAN KADER KESEHATAN UNTUK DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA DI RW 06 KELURAHAN TANDANG Manuscript Oleh : Elisa Andreana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai dengan berbagai

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL PENGARUH MINYAK ZAITUN (OLIVE OIL) TERHADAP DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RUANG MELATI. RSD dr. SOEBANDI JEMBER

ARTIKEL JURNAL PENGARUH MINYAK ZAITUN (OLIVE OIL) TERHADAP DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RUANG MELATI. RSD dr. SOEBANDI JEMBER ARTIKEL JURNAL PENGARUH MINYAK ZAITUN (OLIVE OIL) TERHADAP DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RUANG MELATI RSD dr. SOEBANDI JEMBER Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi system saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam hitungan detik atau

Lebih terperinci

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG. Naskah Publikasi

TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG. Naskah Publikasi TINGKAT RESIKO PRESSURE ULCER DAN FAKTOR RESIKONYA DI RUMAH SAKIT DAERAH TIDAR MAGELANG Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Univariat dan Uji Homogenitas. dekubitus, dan temperatur / suhu tubuh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Univariat dan Uji Homogenitas. dekubitus, dan temperatur / suhu tubuh. 61 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat dan Uji Homogenitas Pada bagian ini akan diuraikan karakteristik responden dan uji homogenitas penelitian kelompok perlakuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan beberapa sebutan lainnya seperti salah satunya penyakit degeneratif (Bustan, 2007). Disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh memiliki pusat pengaturan yang diatur oleh otak. Otak merupakan organ paling besar dan paling kompleks pada sistem saraf. Sistem saraf merupakan sistem fungsional

Lebih terperinci