BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain management berawal dari kegiatan supply chain management militer yang memiliki peran dalam menentukan kemenangan perang, khususnya pada Perang Dunia II. Ketika jaman perang berlalu, supply chain management dimanfaatkan untuk membatu proses pengiriman barang. Dalam hal ini terjadi kerjasama antara perusahaan pengiriman dengan gudang, dan pihak ketiga ambil bagian dalam mengatur kerjasama ini. Perkembangan selanjutnya, pada era globalisasi mulai banyak perusahaan yang mencari cara bagaimana menurunkan biaya produksi. Banyak perusahaan multinasional memindahkan pabrik ke negara-negara dengan upah buruh murah. Indonesia dan beberapa kawasan di Asia adalah contohnya. Di sini tampak bahwa peranan supply chain management memegang peranan yang lebih penting lagi. Perkembangan supply chain management didukung dengan perkembangan teknologi informasi pada tahun 1980-an. Beberapa faktor, antara lain harga komputer yang semakin terjangkau, kecepatan komputer 6

2 yang semakin baik, semakin luasnya penggunaan internet, serta bandwidth yang semakin murah, membuat orang semakin mudah berkomunikasi dan berkolaborasi dengan cara yang semakin efisien. Penerapan teknologi informasi yang semakin luas ini menekan kesalahan manusia, menekan biaya produksi, dan meningkatkan kualitas sampai pada tingkat yang signifikan. Supply Chain Management pada akhirnya berkembang menjadi satu bidang ilmu, dengan pendekatan sistem yang terintegrasi, yang meliputi gudang penyimpanan, transporasi, inventory, pemesanan barang, dan jumlah barang. Kelima komponen tersebut harus dioptimalisasi secara keseluruhan Pengertian Supply Chain Management Definisi Supply Chain Management oleh The Council of Logistics Management : Supply Chain Mangement is the systematic, strategic coordination of the traditional business functions within a particular company and across businesses within the supply chain for the purpose of improving the long-term performance of the individual company and the supply chain as a whole. Menurut Schroeder, supply chain management adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan dan pendistribusian kepada konsumen. 7

3 Sedangkan menurut Indrajit dan Djokopranoto, supply chain management adalah suatu sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyalur barang tersebut. Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa supply chain management merupakan pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk setengah jadi, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Adapun tujuan dari supply chain adalah untuk memaksimalkan hubungan potensial antara setiap bagian di dalam rantai supply chain dengan maksud untuk memberikan hasil atau produk yang terbaik kepada konsumen dan mengurangi biaya-biaya pada produk akhir. Pada akhirnya, tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, page 5). Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut. Di dalam mencapai tujuan-tujuan supply chain tersebut, maka diperlukan suatu pengembangan kompetensi supply chain secara 8

4 menyeluruh. Di dalam perspekstif supply chain management, ada tiga tipe dasar dari kompetensi di dalam supply chain, yaitu : 1. Distinc, hal ini berhubungan dengan kompetensi yang menjamin adanya unit bisnis yang unik sebagai keuntungan yang kompetitif. 2. Qualifying, hal ini berhubungan dengan persaingan kebutuhan di market tertentu, seperti sertifikasi ISO Basic, berhubungan dengan keperluan dalam mengejar kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas yang tidak berhubungan langsung dengan produk, misalnya pembayaran rekening telpon perusahaan. (Pires, Silvio, Aravechia, dan Carlos, 2001) Input dan Output Proses Supply Chain Input proses supply chain meliputi sumber daya alam, manusia, financial, dan sumber informasi. Perencana supply chain merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan input ini ke dalam berbagai bentuk, meliputi bahan mentah, barang setengah jadi, serta barang siap pakai. Output proses supply chain meliputi keuntungan kompetitif untuk organisasi, hasil dari orientasi pemasaran dan keefisienan serta keefektifan operasional, pemanfaatan waktu dan tempat, dan perpindahan yang efisien ke pelanggan. Output lainnya terjadi ketika pelayanan supply chain bercampur sedemikian rupa sehingga menjadi aset milik organisasi. 9

5 2.1.3 Aktivitas Supply Chain Management Menurut Miranda (2001), aktivitas-aktivitas utama supply chain management ada 13, yaitu : 1. Customer Service (Pelayanan Pelanggan) 2. Demand Forecasting (Peramalan Permintaan ) 3. Inventory Management (Manajemen Persediaan) 4. Logistics Communication (Komunikasi Supply Chain Management) 5. Material Handling (Penanganan Material) 6. Order Processing (Proses Pemesanan) 7. Packaging (Pengemasan) 8. Dukungan Komponen dan Jasa 9. Pemilihan Lokasi dan Gudang 10. Procurement (Pengadaan Barang) 11. Reverse Logistics 12. Transportation 13. Gudang dan Penyimpanan Customer Service (Pelayanan Pelanggan) Customer service adalah salah satu aspek supply chain management yang berkaitan antara pembeli, penjual, dan pihak ketiga. Yang menjadi ujung tombak dari customer service suatu perusahaan adalah sumber daya manusia, baik dari segi kemampuan kerja maupun pengalamannya. 10

6 Suatu proses yang berlangsung di antara pembeli, penjual, dan pihak ketiga yang menghasilkan suatu nilai tambah untuk pertukaran produk atau jasa dalam jangka waktu pendek seperti transaksi tunggal, ataupun jangka panjang seperti hubungan berdasarkan kontrak. Nilai tambah ini juga terbagi dalam masing-masing kelompok transaksi atau kontrak, yang dalam keadaan lebih baik pada penyelesaian transaksi dibandingkan sebelum transaksi. Dengan demikian, customer service merupakan proses penyediaan keuntungan nilai tambah yang penting pada supply chain secara efektif Demand Forecasting (Peramalan Permintaan) Peramalan adalah suatu seni atau ilmu membuat suatu proyek mengenai kebutuhan yang akan datang dan bagaimana kondisi pada saat itu. Bila ingin mendapatkan informasi mengenai peramalan secara berkala harus digunakan teknik khusus untuk meramalkan permintaan yang akan datang dan kondisi pasar. (Chopra, 2001) Ramalan permintaan supply chain management yang akan datang menentukan berapa banyak dari tiap barang yang diproduksi perusahaan yang harus diangkut ke berbagai pasar. Selain itu, supply chain management harus mengetahui dimana asalnya permintaan sehingga dapat menempatkan dan menyimpan produk dengan jumlah yang tepat setiap area pasar. Perkiraan akurat tentang permintaan yang akan datang memungkinkan supply chain management untuk menyediakan sumber (anggaran belanja) pada aktivitas- 11

7 aktivitas yang akan melayani permintaan tersebut. Pengambilan keputusan tanpa keyakinan akan menjadi kurang optimal, karena sangatlah sulit untuk menyediakan sumber-sumber diantara aktivitas supply chain management tanpa mengetahui jenis produk dan jasa yang akan diperlukan. Untuk itu, sangatlah penting bagi organisasi untuk menjalankan beberapa tipe peramalan permintaan dan mendiskusikan hasil tersebut dengan bagian pemasaran, produksi, dan departemen supply chain management. Software komputer, analisis trend, perkiraan pokok penjualan, ataupun metode lain, dapat membantu pembuatan ramalan yang diperlukan Inventory Management (Manajemen Persediaan) Aktivitas pengendalian persediaan (invetory control activity) bersifat kritis karena membutuhkan dukungan financial atau pemeliharaan persediaan produk yang cukup untuk mempertemukan kebutuhan pelanggan dengan kebutuhan produksi. Bahan baku dan komponennya, WIP (work in process) dan persediaan barang jadi, semuanya menghabiskan ruang fisik, waktu kerja, dan modal. Uang yang diinvestasikan pada persediaan tidak tersedia untuk dipergunakan. Alasan pengadaan persediaan dalam perusahaan antara lain : a. Memungkinkan perusahaan mencapai skala ekonomi. b. Menyeimbangkan persediaan dan permintaan. c. Memungkinkan spesialisasi produk. 12

8 d. Melindungi ketidakpastian permintaan dan siklus pemesanan Logistics Communication (Komunikasi Supply Chain Management) Sukses dalam lingkungan bisnis jaman ini membutuhkan manajemen sistem komunikasi yang kompleks. Komunikasi yang efektif harus berlangsung dalam: a. Organisasi, suppliers, dan pelanggan. b. Fungsi utama dalam organisasi, seperti supply chain management, perekayasaan, keuangan, pemasaran, dan produksi. c. Ketiga belas aktivitas lainnya. d. Berbagai jenis aspek dari tiap aktivitas supply chain management, seperti koordinasi gudang material, WIP, dan barang akhir. e. Berbagai anggota kegiatan supply chain management lain, seperti pelanggan, atau penyedia sekunder yang secara tidak langsung berhubungan dengan perusahaan Material Handling (Penanganan Material) Penanganan material berhubungan dengan setiap aspek gerakan atau aliran bahan baku, bahan setengah jadi, dan barang jadi dalam pabrik atau gudang. Tujuan penanganan material adalah: 13

9 a. Menyederhanankan dan menghapuskan sistem penanganan material apapun yang memungkinkan. b. Meminimalkan jarak tempuh. c. Meminimalkan barang setengah jadi. d. Menyediakan aliran bebas yang serentak dari bottleneck. e. Meminimalkan kerugian akibat pembuangan, kerusakan dan pencurian. Perusahaan mengeluarkan biaya setiap saat dilakukan penanganan barang. Bila dirasakan penanganan tidak memberikan nilai bagi setiap produk, seharusnya dibuat seminimum mungkin. Untuk barang-barang dengan nilai unit yang rendah, proporsi biaya penanganan material untuk biaya total produk merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan. Dengan analisis material yang cepat, manajemen material dapat menyimpan sejumlah yang berarti bagi organisasi Order Processing (Proses Pemesanan) Komponen-komponen proses pemesanan terbagi ke dalam 3 kelompok sebagai berikut: a. Elemen Operasional (Operational Elements) Meliputi pemasukan pesanan atau perubahan pesanan, penjadwalan, persiapan pengiriman pesanan dan pemfakturan. b. Elemen Komunikasi (Communication Elements) 14

10 Meliputi modifikasi pesanan, status penyelidikan pesanan, peniruan dan percepatan pesanan, koreksi kesalahan, dan permintaan informasi produk. c. Kredit dan Elemen Pengumpulan (Credit and Collection Elements) Meliputi pemeriksaan kredit dan proses penerimaan atau pengumpulan rekening Packaging (Pengemasan) Fungsi dari proses pengemasan memiliki peran ganda, yaitu: a. Melindungi produk dari kerusakan ketika akan disimpan atau diangkat. b. Pengemasan yang pantas dapat memudahkan penyimpanan serta pemindahan produk, sehingga mengurangi biaya penanganan material Parts and Service Support (Komponen-komponen dan Pelayanan Pendukung) Salah satu aktivitas pemasaran perusahaan adalah memberikan pelayanan pasca penjualan kepada pelanggan, seperti penyediaan bagianbagian pengganti ketika produk rusak atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 15

11 Plant and Warehouse Site Selection (Seleksi Lokasi Pabrik dan Tempat Penyimpanan) Pergudangan merupakan bagian integral dari semua sistem supply chain management yang berperan penting dalam melayani pelanggan dengan total biaya seminimum mungkin. Gudang juga merupakan jaringan primer diantara produsen dan pelanggan yang digunakan untuk menyimpan persediaan selama seluruh bagian proses supply chain management berjalan. Terdapat dua tipe dasar persediaan, yaitu: a. Bahan mentah, komponen-komponen dan bagian-bagiannya (persediaan fisik). b. Barang jadi akhir (distribusi fisik) Purchasing and Procurement (Pembelian dan Pengadaan Barang) Istilah purchasing dan procurement sering tertukar, meskipun berbeda pelaksanaannya. Purchasing pada umumnya berhubungan dengan pembelian aktual material dan segala aktivitas yang berhubungan dengan proses pembelian. Sedangkan aktivitas procurement dikenal sebagai process-oriented dan strategic. Tujuan dari purchasing: a. Memberikan aliran material, persediaan, dan pelayanan yang berkesinambungan yang dibutuhkan unutk menjalankan organisasi. 16

12 b. Meminimalkan investasi persediaan dan kerugian. c. Menjaga dan memperbaiki kualitas. d. Menemukan dan mengembangkan keinginan supplier. e. Menstandarisasi di mana kemungkinan barang dibeli. f. Pembelian barang yang diperlukan dan pelayanan pada tingkat total biaya terendah. g. Mengembangkan posisi organisasi ynag kompetitif. h. Mencapai keharmonisan, hubungan kerja yang produktif dengan area fungsional lainnya dalam organisasi. i. Menyempurnakan sasaran pembelian pada kemungkinana tingkat biaya administrasi terendah Reverse Logistics Penanganan barang-barang retur, baik berupa salvage dan scrap disposal, merupakan bagian dari proses yang berkaitan erat dengan reverse logistics, dan juga merupakan komponen supply chain management yang memerlukan perhatian lebih. Apalagi pelanggan menuntut kebijaksaan retur yang lebih fleksibel yang lebih berhubungan dengqan proses daur ulang dan lingkungan hidup. Barang-barang diretur disa diakibatkan karena kerusakan produk, kadaluarsa, kesalahan pengiriman, dan alasan lainnya. 17

13 Transportation (Tansportasi) Fungsi transportasi berhubungan dengan bagian dalam dan luar departemen supply chain management. Dengan bagian financial (freight bills/biaya pengiriman), engineering (pengemasan, transportasi peralatan), manajemen persediaan (bahan baku, komponen, gudang barang jadi), hukum (kontrak gudang dan alat angkut), produksi (pengiriman tepat waktu), purchasing (pemilihan supplier), marketing/sales (standar pelayanan pelanggan), receiving (klaim, dokumentasi), dan pergudangan (supply peralatan dan penjadwalan). Mode transportasi merupakan bagian utama dalam perpindahan produk dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Perusahaan dapat memilih mode transportasi dari 6 mode transportasi yang tersedia: a. Air : mode transportasi paling mahal tapi paling cepat. b. Truck : mode transportasi relatif cepat, tidak mahal dengan fleksibilitas tinggi. c. Rail : mode transoprtasi yang tidak mahal, biasanya digunakan untuk pengiriman dalam jumlah sangat besar. d. Ship : mode transportasi terlambat namun biasanya sering digunakan karena mode ini merupakan satu-satunya pilihan untuk pengiriman ke luar pulau. e. Pipeline : biasa digunakan untuk mengalirkan minyak atau udara. 18

14 f. Electronic transportation : mode transportasi terbaru elektronik melalui internet Warehouse and Storage (Pergudangan dan Penyimpanan) Produk harus disimpan dalam pabrik atau pada suatu tempat sebelum dijual. Semakin besar waktu antara produksi dan konsumsi, semakin besar pula tingkat atau jumlah persediaan yang dibutuhkan. Aktivitas pergudangan dan penyimpanan meliputi keputusan mengenai apakah fasilitas penyimpanan seharusnya milik sendiri dikontrakkan atau disewakan, perencanaan dan perancangan fasilitas penyimpanan, pertimbangan produk gabungan (seperti apakah produk seharusnya disimpan), prosedur pengamanan dan pemeliharaan pelatihan personalia dan pengukuran produktvitas. 2.2 Kualitas Di bawah ini dijelaskan mengenai pengertian kualitas dari sisi memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan biaya yang kompetitif, variasi, dimensi-dimensi kualitas dan biaya kualitas Pengertian Kualitas Kualitas atau mutu suatu barang atau jasa selalu menjadi patokan penilaian bagi konsumen untuk menentukan apakah ia akan menggunakan 19

15 produk atau jasa dari perusahaan tesebut. Kualitas dapat dipandang dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Garvin (1989) berdasarkan pengalamannya menyimpulkan pandangan mengenai kualitas produk ke dalam delapan bagian yang disebutnya sebagai delapan dimensi, yaitu kualitas (performance), keistimewaan produk (features), kehandalan (reliability), kesesuaian (conformance), keawetan (durability), kegunaan (serviceability), estetika (aesthics), dan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality). A.V. Feigenbaum mengatakan bahwa mutu produk dan jasa dapat diidentifikasikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang memuat produk dan jasa yang digunakan dapat memenuhi harapan-harapan pelanggan. Sementara itu, pendapat-pendapat yang diungkapkan oleh ahli kualitas juga memberikan pengaruh normatif terhadap pengertian mengenai kualitas. Misalnya Deming, menyatakan kualitas sebagai kesesuaian (conformance), Juran menyatakannya sebagai kemampuan untuk digunakan (fitness for use), atau kerugian yang diberikan kepada masyarakat (lost imparted to society) oleh Taguchi. Adanya berbagai pendapat mengenai kualitas seperti yang disebutkan di atas mempunyai pengaruh dalam berbagai bidang. Orang sering mempunyai kesan yang salah mengenai kualitas dan kemudian menterjemahkan kualitas sebagai efek atau indikator yang tidak selalu berhubungan secara langsung dengan kualitas itu sendiri. Misalnya sebagai harga, biaya, pangsa pasar, kemampulabaan, dan produktivitas. Karena itu, 20

16 untuk mendapatkan kesamaan pengertian, The International Standard Organization mendefinisikan kualitas sebagai berikut : Kualitas adalah totalitas dari keistimewaan dan karakteristik suatu produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik yang tersirat maupun yang tersurat Kualitas Proses Supply chain management Byrne dan Markham (1991) mengatakan bahwa kualitas dalam proses supply chain management berarti memenuhi keinginan dan harapan pelanggan dalam hal-hal sebagai berikut : a. Kemudahan penempatan order dan transmisi order. b. Keakuratan, kelengkapan, dan ketidakrusakan order. c. Ketepatan waktu dan kecepatan respon para pendukung penjualan. d. Keakuratan, ketepatan waktu penyampaian informasi di antara fungsifungsi bisnis yang ada dan dengan bagian eksternal untuk mendukung perencanaan, manajemen, dan pengambilan keputusan untuk aktivitasaktivitas yang ada di atas Teknik Pengukuran Menurut Byrne dan Markham (1991), pada dasarnya pengukuran dapat digunakan untuk : 1. Memfasilitasi komunikasi 21

17 Pengukuran membantu menetapkan suatu definisi mengenai suatu hal sehingga semua bagian dapat bekerja berdasarkan suatu dasar pengertian yang sama. Penyeleksian dan definisi pengukuran pada dasarnya sangat penting. Misalnya, sangat tidak berguna bila kita membicarakan tentang kualitas ketepatan waktu kecuali bila perusahaan dan pelanggannya setuju mengenai pengertian ketepatan waktu sebenarnya. 2. Mengidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan perbaikan Orang cenderung membandingkan kegiatan-kegiatan mereka. Orang ingin mengetahui apakah mereka telah melakukan hal yang lebih baik dari tahun kemarin atau apakah biaya yang dikeluarkan sekarang telah memenuhi anggaran? Atau apakah kita sudah membuat pelanggan bahagia? Kebanyakan para profesional tidak puas dengan jawaban ya atau tidak saja. Mereke menginginkan suatu pengukuran yang akan memberitahu seberapa baik kegiatan mereka dibandingkan dengan tahun yang lalu, seberapa besar mereka memenuhi kuota mereka, seberapa jauh hasil kompetisi mereka, melalui seberapa besar memenuhi anggaran, dan seberapa bahagianya pelanggan mereka. Apabila jawaban dari pertanyaan di atas tidak sesuai dengan harapan manager, pengukuran membantu untuk mengidentifikasi bagian yang memerlukan perbaikan. 3. Mengumpulkan data-data untuk membantu kita untuk mengerti tentang masalah tertentu Dengan hanya mengetahui seberapa besar, seberapa banyak dan seberapa jauh, belumlah cukup untuk mengkoreksi suatu masalah atau membuat 22

18 suatu perbaikan. Untuk mengerti suau permasalahan terkadang diperlukan data-data yang melihat ke belakang mengenai apa yang terjadi dan mengapa ini terjadi. 4. Mengevaluasi alternatif-alternatif Pengukuran membantu dalam mengevaluasi alternatif-alternatif untuk perbaikan dengan menyediakan suatu pengertian objektif dari perbandingan. 5. Mencari kemungkinan pencapaian target Ketika perusahaan memilih suatu alternatif dan mengimplementasikan perbaikan, pengukuran memegang peranan penting untuk mengukur kemungkinan pencapaian target. 6. Mengkuantifikasi dan memberikan laporan hasil perbaikan Pengukuran merupakan faktor yang sangat diperlukan dalam mengkuantifikasi dan memberikan laporan hasil perbaikan. Untuk beberapa perusahaan, proses kualitas dan perbaikan produktivitas merupakan investasi utama dalam hal manjemen waktu, komitmen, dan pendukung. Kegiatan perbaikan memerlukan beberapa tingkat investasi. Dengan memiliki pengukuran untuk mengkuantifikasi hasil, manajemen dapat mengidentifikasi keuntungan dari investasi ini. 23

19 2.3 Pengukuran Kualitas Supply Chain Sejak beberapa tahun terakhir ini, isu mengenai penilaian kualitas menarik perhatian sejumlah perusahaan di dunia. Akan tetapi, kebanyakan studi-studi yang ada hanya difokuskan pada kualitas proses manufacturing dan diasosiasikan dengan indikator keuangan. Dengan semakin pesatnya perkembangan industri dunia, maka penting adanya pengembangan dari konsep penilaian kualitas di bidang supply chain management. Di dalam bidang ini, konsep-konsep seperti partnership, outsourcing, vendor managed inventory, dan lain sebagainya diperlukan untuk membantu di dalam pengukuran suatu kualitas supply chain. (Pires, Silvio, Aravechia, dan Carlos, 2001) Ukuran kualitas merupakan suatu nilai atau karakteristik untuk mengukur suatu output atau hasil. Pengukuran kualitas di dalam supply chain sangat penting dilakukan di industri-industri yang ingin meningkatkan kompetensinya sebagai industri yang kuat. Industri-industri pada umumnya melakukan pengukuran kualitas terhadap supply chain nya dengan tujuan untuk mengurangi biaya-biaya, memenuhi customer satisfaction, dan meningkatkan keuntungan mereka. (Klapper dan Vivar, 1999) Sebagian besar perusahaan-perusahaan tidak mempunyai pandangan yang luas mengenai kualitas supply chain sehingga sulit melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan bagi perusahaannya. Di dalam pengukuran kualitas terdiri dari dua bagian utama, yaitu pengukuran kualitas 24

20 itu sendiri dan analisa terhadap hasil pengukuran kualitas. Pengukuran kualitas dan analisanya dapat digunakan untuk : Memberi pandangan yang luas dalam proses supply chain dan cara-cara perbaikannya. Memberi pandangan mengenai permintaan di dalam proses supply chain. Pengontrol biaya. Pengontrol kualitas. Menentukan level dan pengontrol dari pelayanan terhadap konsumen. (Trienekens dan Hvolby, 2000) Pengukur kualitas supply chain harus mengandung indikator-indikator. Indikator tersebut sebaiknya harus berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Aspek-aspek apa saja yang harus diukur? Bagaimana mengukur aspek-aspek tersebut? Bagaimana menggunakan hasil pengukuran itu untuk menganalisa, memperbaiki, dan mengontrol kualitas rantai produktivitas? Di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bukanlah merupakan tugas yang mudah. Banyak indikator-indikator yang harus disiapkan dan perlu menggunakan ukuran-ukuran yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Ada beberapa sifat yang harus dipenuhi oleh indikator, yaitu : Universality (bersifat umum dan mudah diukur). 25

21 Measurability (menjamin bahwa data-data yang diperlukan memang dapat diukur). Consistency (menjamin konsistensi pengukuran). (Pires, Silvio, Aravechia, dan Carlos, 2001) Supply Chain Operators Reference (SCOR) Model Salah satu metode pengukuran kualitas supply chain adalah Supply Chain Operations Reference (SCOR) Model, yang dikembangkan oleh suatu lembaga profesional, yaitu Supply Chain Council (SCC). Process Reference Model merupakan proses untuk mendapatkan suatu kerangka (framework) pengukuran yang terintegrasi. (Supply Chain Council,2001) SCOR Model merupakan suatu cara sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan sebuah kerangka yang menjelaskan mengenai supply chain secara detail, mendefinisikan, dan mengkategorikan proses-proses yang membangun sebuah supply chain. Selain itu SCOR Model juga membangun metriks-metriks pengukuran yang diperlukan dalam pengukuran kualitas supply chain. (Klapper dan Vivar, 1999). Adapun bentuk dari supply chain yang digambarkan oleh SCOR Model adalah : 26

22 Gambar 2.1 : Supply Chain Model Sumber : Supply-Chain Council, Ada lima ruang lingkup dari proses SCOR, yaitu : a. PLAN, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan keseimbangan antara permintaan aktual dengan apa yang telah direncanakan. b. SOURCE, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan pembelian material atau bahan baku untuk memenuhi permintaan yang ada. c. MAKE, yaitu proses-proses yang berhubungan dengan proses transformasi bahan baku menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi untuk memenuhi permintaan yang ada. d. DELIVER, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan persediaan barang jadi, termasuk didalamnya mengenai manajemen transportasi, warehouse yang semuanya itu untuk memenuhi permintaan konsumen. e. RETURN, yaitu proses-proses yang berkaitan dengan proses pengembalian produk karena alas an tertentu, misalnya karena 27

23 produk tidak sesuai dengan permintaan konsumen, dan lain sebagainya. Di dalam SCOR Model dibagi menjadi level-level untuk melakukan kualitasnya. Di dalam level satu SCOR Model dimunculkan setiap aspek yang akan diukur, misalnya realibility, responsiveness, flexibility, cost, dan assets. Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks pengukuran yang akan diukur. Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR Model adalah sebagai berikut : A. Aspek Reliability 1. Delivery performance, yaitu jumlah produk yang diterima tepat pada waktunya. 2. Inventory inaccurancy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik persediaan yang ada di gudang dengan catatan / dokumentasi yang ada. 3. Defect rate, yaitu tingkat pengembalian material cacat yang dikembalikan ke supplier. B. Aspek Responsiveness 1. Planning Cycle Time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi. 2. Source Item Responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order. 28

24 C. Aspek Flexibility 1. Minimum Order Quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi supplier dalam setiap kali order. 2. Make Volume Flexibility, yaitu prosentase peningkatan yang dapat dpenuhi oleh produksi dalam kurun waktu tertentu. D. Aspek Cost 1. Defect Cost, yaitu biaya yang digunakan untuk menggantikan produk cacat. 2. Machine Maintenance Cost, yaitu biaya perawatan mesin-mesin industry. E. Aspek Assets 1. Payment Term, yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan waktu pembayaran ke supplier. 2. Cash-to-cash cycle Time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen. Level dua dari SCOR, digambarkan mengenai mapping supply chain perusahaan yang akan diukur kualitasnya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di-mapping level dua, di-breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur. (Supply Chain Council) 29

25 2.4 Perancangan Strategi Supply Chain Management (Supply Chain Design Strategy) Marshall Fisher membuat suatu kerangka kerja (frame work) yang dapat membantu manajer perusahaan untuk memahami ciri-ciri dari permintaan (demand) akan produk mereka dan menyesuaikan supply chain management untuk memenuhi permintaan tersebut. Fisher menyebutkan bahwa suatu produk dapat dikategorikan sebagai produk fungsional atau produk inovatif dan setiap kategori produk membutuhkan manajemen supply chain management yang berbeda Permintaan dan Penawaran 1. Produk (Permintaan) Fungsional Merupakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dasar, bersifat stabil dan tidak banyak berubah sepanjang waktu, mempunyai permintaan yang lebih mudah diprediksi dan siklus hidup yang panjang (long life cycle) dan tersedia di banyak outlet penjualan, seperti toko grosir dan SPBU. Sifat produk ini yang stabil membuat terjadinya kompetisi dengan tingkat margin keuntungan yang rendah. Menurut Fisher, ciri-ciri produk fungsional adalah sebagai berikut : Product life cycle lebih dari dua tahun. 30

26 Contribution margin yang rendah ( lima hingga 20 persen). Variasi produk yang rendah (hanya sepuluh sampai 20 macam variasi produk). Kesalahan (error) dalam peramalan permintaan sebesar 10 persen. Lead time dari waktu pemesanan hingga produksi membutuhkan waktu enam bulan hingga satu tahun. 2. Produk (Permintaan) Inovatif Merupakan produk yang dibuat dengan inovasi teknologi dan design yang lebih tinggi, dengan tingkat variasi produk yang tinggi, yang dapat menghasilkan profit margin yang lebih besar. Produk inovatif ini dapat membuat alasan tambahan bagi konsumen untuk membeli produk tersebut. Produk inovatif mempunyai life cycle yang singkat (hanya beberapa bulan), karena dengan inovasi teknologi dan design yang selalu terjadi membuat perusahaan harus selalu membuat produk yang baru. Menurut Hau Lee, perbedaan antara produk fungsional dan produk inovatif adalah sebagai berikut : 31

27 Demand Characteristics Supply Characteristic Functional Innovative Stable Envolving Low demand uncertainty High demand uncertainty Less breakdowns Vulnerable to breakdowns More predictable demand Difficult to forecast Stable and higher yields Variable and lower yields Stable demand Variable demand Less quality problems Potential quality problems Long product life Short selling season More supply sources Limited supply sources Low inventory cost High inventory cost Reliable suppliers Unreliable suppliers Low profit margin High profit margin Less process changes More process changes Low product variety High product variety Less capacity constraints Potential capacity constrained Higher volume Low volume Easier to change over Difficult to change over Low stockout cost High stockout cost Flexible Inflexible Low obsolescence High obsolescence Dependable lead times Variable lead time Tabel 2.1 : Demand and Supply Uncertainty Characteristics Sumber : Operations Management : For Competitive, 2001 Hau Lee berpendapat bahwa produk inovatif dan fungsional mencerminkan karakteristik permintaan (demand) akan suatu produk, dan sisi supply juga merupakan faktor yang mempengaruhi strategi supply chain management. Pada sisi supply, ada dua macam karakteristik yaitu proses penawaran yang stabil (stable supply process) dan proses penawaran yang berkembang (evolving supply process). 3. Proses Penawaran yang stabil Merupakan proses penawaran dimana proses manufaktur dan teknologi yang digunakan sudah matang (mature) dan supplier sudah 32

28 jelas. Proses manufaktur pada umumnya sudah terotomatisasi, tingkat kompleksitas dalam proses manufaktur rendah dan supplier bahan baku lebih banyak. 4. Proses Penawaran yang berkembang Merupakan proses penawaran dimana proses manufaktur dan teknologi yang digunakan masih dalam tahap pengembangan dan berubah dengan cepat. Supplier bahan baku masih terbatas baik dari sisi pengalaman maupun dalam memasok bahan baku. Proses manufaktur membutuhkan banyak penyesuaian dan perubahan. Berdasarkan kategori permintaan dan penawaran di atas, maka dapat dibuat matriks permintaan dan penawaran sebagai berikut : Supply Uncertainty Low (Stable Process) High (Envolving Process) Demand Uncertainty High (Innovative Low (Functional Products) Products) Grocery, basic apparel, food, oil and gas Efficient Supply Chain Hydroelectric power, some food produce Risk-Hedging Supply Chain Fashion apparel, computers, popular music Responsive Supply Chain Telecom, high-end computers, semiconductor Agile Supply Chain Tabel 2.2 : Hau Lee s Uncertainty Framework Sumber : Operations Management : For Competitive,

29 2.4.2 Strategi Supply Chain Management Menurut Lee, ada empat macam strategi supply chain management berdasarkan karakteristik permintaan dan penawaran. 1. Efficient Supply Chain (Supply Chain Management yang Efisien ) Merupakan supply chain management yang menggunakan strategi dengan tujuan mencapai tingkat efisiensi biaya tertinggi. Untuk mencapai tingkat efisiensi tersebut, aktivitas yang bersifat non value added harus dihilangkan, teknik / strategi harus dijalankan untuk mendapatkan kapasitas optimal di dalam produksi dan distribusi, dan membangun jaringan informasi untuk memastikan terjadinya perpindahan informasi dengan efektif, efisien, dan akurat. 2. Risk Hedging Supply Chain (Supply Chain Management yang Membatasi Resiko) Merupakan supply chain management yang menggunakan strategi dengan tujuan mengumpulkan dan menyebarkan sumber daya di dalam aliran barang sehingga resiko terjadinya gangguan dapat diperkecil. Jika hanya mengandalkan satu macam supply source dan terjadi suatu resiko gangguan, maka akan mengganggu keseluruhan proses produksi. Namun, jika perusahaan menggunakan lebih dari satu supply source atau alternatif supply source, maka resiko terjadinya gangguan akan diperkecil. 34

30 Teknologi informasi menjadi key success factor, mengingat informasi real time pada inventory dan demand (permintaan) akan memberikan keuntungan berupa efektivitas dan efisiensi pengaturan dan pengiriman barang di antara perusahaan-perusahaan yang saling menyimpan supply source di inventory. 3. Responsive Supply Chain (Supply Chain Management yang Responsif) Merupakan supply chain management yang menggunakan strategi dengan tujuan membuat perusahaan menjadi responsif dan fleksible terhadap tantangan yang ada serta dapat menjawab kebutuhan konsumen dengan diversifikasi produk. Untuk dapat menjadi bersifat responsif, suatu perusahaan menggunakan sistem produksi build to order dan proses produksi yang customized dalam jumlah besar untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang spesifik. 4. Agile Supply Chain (Supply Chain Management yang Tangkas) Merupakan supply chain management yang menggunakan strategi dengan tujuan menjadi responsif dan fleksible terhadap kebutuhan konsumen, dan menghadapi resiko kekurangan supply source atau gangguan proses produksi dengan melakukan pooling inventory / pengumpulan persediaan dan sumber daya lainnya. Intinya, supply chain management ini menggabungkan strategi dari supply chain management responsif dan supply chain management pembatas resiko. Supply chain management ini disebut tangkas karena 35

31 mampu menjadi responsif terhadap perubahan, diversifikasi dan ketidakpastian permintaan konsumen, sambil meminimalkan terjadinya resiko gangguan proses produksi akibat kurangnya supply source. 36

EVALUASI AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PENGADAAN BAHAN BAKU PRODUK SAMBAL PT XYZ UNTUK OPTIMALISASI PROFIT

EVALUASI AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PENGADAAN BAHAN BAKU PRODUK SAMBAL PT XYZ UNTUK OPTIMALISASI PROFIT EVALUASI AKTIVITAS SUPPLY CHAIN PENGADAAN BAHAN BAKU PRODUK SAMBAL PT XYZ UNTUK OPTIMALISASI PROFIT RESEARCH AUDREY MARGARETA WIDJAJA (0840000464) BINUS BUSINESS SCHOOL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN Dalam Bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan strategi rantai pasok yang diterapkan di perusahaan distribusi dan akan digunakan dalam menganalisis permasalahan

Lebih terperinci

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BUSSINESS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : Nama : Yan Ardiansyah NIM : 08.11.2024 Kelas : S1TI-6C JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN

Lebih terperinci

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing)

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 1 Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Persediaan Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 3 Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

Bab 2 Strategi Supply Chain

Bab 2 Strategi Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 2 Strategi Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 2-1 Competitive and Supply Chain Strategies Competitive strategy: Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan terhadap supply chain proses interfacing antara perusahaan dengan supplier PT XYZ, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. integrasi yang efisien antara pemasok (Supplier), pabrik (manufacture), pusat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. 1.1 Latar Belakang Supply Chain Management (SCM) adalah sebuah

Lebih terperinci

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR Dimas Satria Rinaldy, Patdono Suwignjo Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2015

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2015 Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2015 Strategi Kompetitif-Strategi Supply Chain Strategi Kompetitif : strategi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan konsumen melalui barang dan

Lebih terperinci

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN A. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Sistem informasi akuntansi manajemen asalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain Dr. Eko Ruddy Cahyadi 3-1 Pengendali kinerja Supply Chain Fasilitas Persediaan Transportasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dalam mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah pendekatan umum untuk

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai kebutuhan pelanggan (customer) yang semakin tinggi, dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya.

Lebih terperinci

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER E-BUSINESS. Dosen : M.SUYANTO,Prof,Dr,M.M. Disusun oleh : Rangga Eri Kurniawan S1 TI-6E

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER E-BUSINESS. Dosen : M.SUYANTO,Prof,Dr,M.M. Disusun oleh : Rangga Eri Kurniawan S1 TI-6E TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER E-BUSINESS Dosen : M.SUYANTO,Prof,Dr,M.M. Disusun oleh : Rangga Eri Kurniawan 08.11.2214 S1 TI-6E JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa

Lebih terperinci

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI PROPOSISI Logistics Value Creation Dari perspektif konsumen, logistik merupakan kegiatan untuk menyampai kan produk ke konsumen secara tepat, yang memenuhi tujuh kriteria tepat. Dikenal dengan tujuh tepat

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan pendahuluan dari penelitian yang diuraikan menjadi enam sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Waktu merupakan salah satu inti dari masalah logistik. Bagi pelanggan waktu adalah layanan yang dibutuhkan, sedangkan bagi penjual barang waktu adalah biaya. Sehingga

Lebih terperinci

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ A. Supply Chain Proses distribusi produk Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas, tepat kualitas, tepat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management Menurut Punjawan (2005) definisi dari supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

AKTIFITAS-AKTIFITAS UTAMA LOGISTIK

AKTIFITAS-AKTIFITAS UTAMA LOGISTIK AKTIFITAS-AKTIFITAS UTAMA LOGISTIK Keterangan gambar 1 Tahap 1. Baseline (dasar) Posisi dari kebebasan fungsional yang lengkap dimana masing-masing fungsi bisnis seperti produksi dan pembelian melakukan

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

Addr : : Contact No :

Addr : : Contact No : email Addr : heriyanto.lucky@gmail.com : dewa_emas@yahoo.com Contact No : 081318170013 SISTEM INDUSTRI MANUFAKTUR Industri manufaktur didefinisikan sebagai industri yang membuat produk dari bahan mentah

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

#4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM

#4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM #4 KONSEP LEAD TIME DALAM SCM 1. Kompetisi Waktu Salah satu komponen yang dapat menentukan sebuah perusahaan dapat bersaing adalah waktu. Ada pepatah yang mengatakan WAKTU ADALAH UANG. Pepatah ini masih

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Manajemen Bisnis Logistik Proses pemenuhan order pelanggan dan distribusi merupakan salah satu kegiatan pada proses bisnis logistik. Kegiatan logistik dalam suatu perusahaan memiliki

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Rancangan rantai pasok dalam organisasi 2. Rantai pasok pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI

PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN INTISARI PENGEMBANGAN MODEL PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT. INDOMAPAN Dira Ernawati Teknik Industri, FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dari managemen Supply Chain adalah untuk meminimalkan biaya

Lebih terperinci

Deskripsi Mata Kuliah

Deskripsi Mata Kuliah Materi #1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Deskripsi Mata Kuliah 2 Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management/SCM) merupakan mata kuliah yang akan membahas pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa cepat. Menurut data dari jumlah pengguna internet di

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa cepat. Menurut data dari  jumlah pengguna internet di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan internet di Indonesia telah mengalami perkembangan yang luar biasa cepat. Menurut data dari www.internetworldstats.com, jumlah pengguna internet di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BAB 3 PERANCANGAN PRODUK BARU DALAM PERSPEKTIF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT 3.1 Pendahuluan Dalam perspektif supply chain, perancangan produk baru adalah salah satu fungsi vital yang sejajar dengan fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sektor industri terus berkembang,sehingga segala aspek yang terdapat pada sebuah industri sangat menentukan keberhasilan dan kemajuan industri tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia perindustrian di era globalisasi saat ini semakin ketat dengan kemajuan teknologi informasi. Kemajuan dalam teknologi informasi menjadikan

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 Objektif Pembelajaran (Learning Objectives) Mahasiswa bisa: Menjelaskan mengapa

Lebih terperinci

PERTANIAN INDUSTRIAL: SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (MANAJEMEN RANTAI PASOKAN) Joni Murti Mulyo Aji

PERTANIAN INDUSTRIAL: SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (MANAJEMEN RANTAI PASOKAN) Joni Murti Mulyo Aji PERTANIAN INDUSTRIAL: SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (MANAJEMEN RANTAI PASOKAN) Joni Murti Mulyo Aji SUPPLY CHAIN ADALAH SUATU SISTEM System pada rantai pasokan menghubungkan produsen dengan konsumen THE PLAYERS

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Supply Chain Management pada hakekatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Jasa 2.1.1 Definisi Perkembangan industri jasa semakin hari semakin pesat, hal ini untuk mendukung pertumbuhan industri lainnya yang membutuhkan jasa dalam operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB II TARGET COSTING

BAB II TARGET COSTING 9 BAB II TARGET COSTING 2.1 Konsep Biaya Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI 1 Sistem akuntansi memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil kerja dari kegiatan tersebut, juga dalam menentukan reward

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang, banyak perusahaan mengalami perkembangan dalam dunia bisnisnya dan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dengan memanfaatkan kecanggihan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 3, NO. 2, DESEMBER 2001: 80-86 SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DALAM KERANGKA KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Bernardo Nugroho Yahya Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut dunia perdagangan mampu menyediakan layanan jasa dan barang dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin berkembangnya jumlah permintaan produk pangan, semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi perusahaan untuk memproduksi pangan

Lebih terperinci

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT

MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT MODUL 12 - TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM JIT Quality adalah salah satu issue dominan bagi banyak perusahaan, di samping waktu pengembangan produk yang cepat, fleksibilitas memenuhi permintaan customized

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Balanced Scorecard Balanced scorecard adalah suatu pendekatan untuk memberi penilaian hasil kerja suatu organisasi yang ditemukan oleh Kaplan dan Norton di tahun 1992 dan dikembangkan

Lebih terperinci

Mengelola Lead Time secara Stratejik. Dicky Gumilang Semester Genap

Mengelola Lead Time secara Stratejik. Dicky Gumilang Semester Genap Mengelola Lead Time secara Stratejik Dicky Gumilang Semester Genap 2016-2017 1 Kompetisi berdasarkan Waktu Harga dan mutu penting, tetapi meningkatnya biaya karena waktu adalah kritikal untuk antisipasi:

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA PENDAHULUAN Manajemen biaya Manajemen strategik Perencanaan dan pembuatan keputusan Pengendalian manajemen dan pengendalian operasional Penyajian laporan keuangan Organisasi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1

MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1 MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1 MATERI KULIAH Konsep Kualitas Perkembangan Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) Gugus Kendali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK

ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK 3 ANALISIS STRATEGIK DAN MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK strategik Visi Misi Corporate Strategy Tujuan tujuan yang ingin dicapai di masa depan jalan pilihan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan seperangkat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE Manajemen & SIM 2 Bisnis Elektronik Hal. 1 SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Definisi Bisnis Elektronik Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar pada kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik penting dalam rantai pasokan, tujuan dari

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

STRATEGI RANTAI PASOKAN

STRATEGI RANTAI PASOKAN STRATEGI RANTAI PASOKAN Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut : 1. Banyak Pemasok (Many Supplier) Strategi ini memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun belakangan ini, keunggulan optimasi dan integrasi supply chain menjadi fokus dari beberapa organisasi perusahaan besar di dunia, Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 6 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Value Chain Setiap perusahaan merupakan sekumpulan aktivitas yang dipergunakan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan mendukung produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju dan berkembang saat ini memberikan banyak pilihan dan kemudahan bagi dunia bisnis dalam meningkatkan performa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 67 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Responden Pakar Analisis strategi melibatkan lima responden pakar yaitu Manufacturing Director, Factory Manager, SCM Manager, Procurement

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan dibahas mengenai prinsip-prinsip dari manajemen proses bisnis terutama terkait dengan supply chain management, pengklasifikasian barang, konsep perancangan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI FUNGSI BISNIS

SISTEM INFORMASI FUNGSI BISNIS SISTEM INFORMASI FUNGSI BISNIS I. SISTEM INFORMASI PEMASARAN Fungsi bisnis dalam pemasaran menitikberatkan pada perencanaan, promosi, penjualan produk, pengembangan pasar, dan pengembangan produk baru

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci