IV. METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 55 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi pustaka, teori-teori ekonomi makro, dan kerangka logika yang digunakan, terdapat saling keterkaitan antara komponen perekonomian makro dengan komponen indeks pembangunan manusia. Keterkaitan masing masing variabel secara berpasangan maupun secara simultan apabila memiliki prilaku searah bertanda positif atau apabila bertolak belakang bertanda negatif. Atas dasar keterkaitan antar komponen tersebut, dibangun variabel endogen dan variabel eksogen untuk menganalisis dampak kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia. Variabel-variabel endogen dan eksogen tersebut disusun dalam kerangka pemikiran sesuai dengan Gambar 13. Blok Pendapatan: 1. Pajak Daerah 2. Pendapatan Asli Daerah 3. Dana Alokasi Umum 4. Dana Alokasi Khusus 5. Bagi Hasil Pajak dan Non Pajak 6. Pendapatan Lainnya 7. Pendapatan Non Pajak Daerah 8 Total Pendapatan Blok Belanja: 1. Belanja Sektor Pendidikan 2. Belanja Sektor Kesehatan 3. Belanja Sektor Pertanian 4. Belanja Sektor Industri 5. Belanja Sektor Bangunan dan Infrastruktur 6. Belanja Sektor Lainnya 7. Total Belanja Blok Indeks Pembangunan Manusia: 1. Angka Harapan Hidup 2. Angka Melek Huruf 3. Rata-Rata Lama Sekolah 4. Daya Beli 5. Tingkat Kemiskinan Desa dan Kota 6. Indeks Pembangunan Manusia Blok Permintaan Agregat: 1. Konsumsi 2. Investasi 3. Belanja Pemerintah 4. Perubahan Persediaan 5. Net Ekspor Blok Penawaran Agregat : 1. Sektor Pertanian 2. Sektor Industri 3. Sektor Infrastruktur 4. Sektor Lainnya Blok Tenaga Kerja: 1. Partisipasi Kerja Sektor Pertanian 2. Partisipasi Kerja Sektor Industri 3. Partisipasi Kerja Sektor Bangunan dan Infrastruktur 4. Partisipasi Kerja Sektor Lainnya 5. Partisipasi Kerja Sektor 6. Angkatan Kerja 7. Pengangguran Gambar 13. Kerangka Pemikiran Hubungan Kebijakan Fiskal dengan Indeks Pembangunan Manusia

2 56 Kerangka pemikiran tersebut diurai membentuk model dampak kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia, sebagaimana dijelaskan pada Gambar 14 dan Tabel 4. Keterangan: = Variabel Endogen; = Variabel Eksogen Gambar 14. Model Dampak Kebijakan Fiskal Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia

3 57 Tabel 4. Nama Variabel Model Dampak Kebijakan Fiskal Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia No. Variabel Nama Satuan 1. AHH t Angka harapan hidup tahun t Tahun 2. AK t Angkatan kerja tahun t Orang 3. AMH t Angka melek huruf tahun t Persen 4. APSD t Angka putus sekolah dasar tahun t Persen 5. BHPBP t Bagi hasil pajak dan non pajak tahun t Juta Rupiah 6. BLJ t Belanja tahun t Juta Rupiah 7. BSK t Belanja sektor kesehatan tahun t Juta Rupiah 8. BSP t Belanja sektor pendidikan tahun t Juta Rupiah 9. BSPK t Belanja sektor pendidikan dan sektor kesehatan tahun t Juta Rupiah 10. DAK t Dana alokasi khusus tahun t Juta Rupiah 11. DAU t Dana alokasi umum tahun t Juta Rupiah 12. DNP t Dana perimbangan tahun t Juta Rupiah 13. GPSB t Belanja Pemerintah sektor bangunan dan infrastruktur tahun t Juta Rupiah 14. GPSI t Belanja Pemerintah sektor industri tahun t Juta Rupiah 15. GPSLL t Belanja Pemerintah sektor lain-lain tahun t Juta Rupiah 16. GPST t Belanja Pemerintah sektor pertanian tahun t Juta Rupiah 17. IHL t Indeks hidup layak tahun t IHP t Indeks hidup panjang tahun t IP t Indeks pendidikan tahun t IPM t Indeks pembangunan manusia tahun t JLHK t Jumlah kendaraan tahun t Buah 22. KRTCAP t Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita tahun t Juta Rupiah 23. KUK t Kredit usaha kecil tahun t Juta Rupiah 24. NPJKD t Pendapatan non pajak daerah tahun t Juta Rupiah 25. NX t Net ekspor tahun t Juta Rupiah 26. PAD t Pendapatan asli daerah tahun t Juta Rupiah 27. PAT t Pendapatan tahun t Juta Rupiah 28. PDRBEXP t Produk domestik regional bruto sisi pengeluaran tahun t Juta Rupiah 29. PDRBSEC t Produk domestik regional bruto sisi penerimaan tahun t Juta Rupiah 30. PJKD t Pajak daerah tahun t Juta Rupiah 31. PKRT t Pengeluaran konsumsi rumah tangga tahun t Juta Rupiah 32. PLAIN t Pendapatan lain-lain yang sah tahun t Juta Rupiah 33. PMTB t Pembentukan modal tetap bruto tahun t Juta Rupiah 34. PNS t Pegawai negeri sipil tahun t Orang 35. POP t Populasi penduduk tahun t Ribu orang 36. PP t Perubahan persediaan tahun t Juta Rupiah 37. PPP t Daya beli tahun t Ribu Rupiah 38. RLS t Rata-rata lama sekolah tahun t Tahun 39. RTQSB t Rasio TQSB t dengan PDRBSEC t tahun t TKDK t Tingkat kemiskinan desa dan kota tahun t Persen 41. TKKSB t Angka partisipasi kerja sektor bangunan dan infrastruktur tahun t Orang 42. TKKSL t Angka partisipasi kerja sektor lain-lain tahun t Orang 43. TKSI t Angka partisipasi kerja sektor industri tahun t Orang 44. TKST t Angka partisipasi kerja sektor pertanian tahun t Orang 45. TQSB t Total produksi sektor bangunan dan infrastruktur tahun t Juta Rupiah 46. TQSI t Total produksi sektor industri tahun t Juta Rupiah 47. TQSLL t Total produksi sektor lain-lain tahun t Juta Rupiah 48. TQST t Total produksi sektor pertanian tahun t Juta Rupiah 49. U t Pengangguran tahun t Orang

4 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dibangun dari tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya akan diuji dalam penelitian, yaitu: 1. Kebijakan fiskal melalui belanja Pemerintah di sektor pendidikan dan sektor kesehatan akan meningkatkan indeks pembangunan manusia. 2. Sasaran tujuan pembangunan milenium tahun 2015 dapat dicapai melalui kebijakan fiskal di sektor pendidikan dan sektor kesehatan Sumber Data Penelitian ini akan menggunakan data sekunder berupa pool data, baik data deret waktu (time series), maupun data cross section dari tahun Pool data adalah sebagai solusi dari keterbatasan data deret waktu (time series). Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), UNDP, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Bappenas, Bappeda Provinsi, dan lembaga-lembaga resmi lainnya. Pool data di atas akan digunakan untuk membangun model ekonometrika, untuk kemudian dilakukan pendugaan parameter dari variabel endogen pada model ekonometrika yang dibangun Spesifikasi Model Model adalah suatu konsepsi yang menggambarkan keterkaitan variabelvariabel pembentuknya dalam satu sistem berpikir (system thinking), yang kemudian dijadikan dasar untuk mentransformasikan suatu kondisi yang ada (realworld) menjadi kondisi yang diinginkan secara sistematik (systematically disirable condition) dan dapat diterima secara budaya (culturally feasible).

5 59 Model ekonometrika menurut Intriligator (1978) merupakan suatu pola khusus dari model aljabar suatu fenomena perekonomian yang bersifat stochastic yaitu mencakup pula satu atau lebih variabel pengganggu. Pola khusus atau model aljabar dari model ekonometrika menjelaskan tentang hubungan satu sama lain dari masing-masing variabel pembentuknya, yang terdiri atas variabel penjelas (explanatory variables) dan variabel endogennya (endogenous variables). Model ekonometrika harus memenuhi: (1) kriteria ekonomi atau harapan teoritis (theoretically meaningful) khususnya yang menyangkut tanda (sign) dan besaran (magnitude) dari parameter persamaan simultan yang terbentuk, (2) kriteria statistik yang berkaitan dengan derajat ketepatan (goodness of fit), dan (3) kriteria ekonometrika yang menetapkan suatu estimasi memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan seperti unbiasedness, efficiency, sufficiency, dan consistency (Koutsoyiannis, 1977). Spesifikasi model yang dirumuskan dalam studi ini sangat terkait dengan tujuan penelitian yaitu merumuskan model ekonometrika Dampak kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia. Model yang dibangun adalah model persamaan simultan yang terdiri atas 23 persamaan struktural dan 15 persamaan identitas yang dikelompokkan kedalam 6 blok Blok Pendapatan Daerah 1. Pajak Daerah PJKD t = a 10 + a 11 BLJ t + a 12 PP t + + U 1t... (1) 2. Dana Alokasi Umum DAU t = a 20 + a 21 BLJ t + a 22 POP t + +U 2t... (2)

6 60 3. Pendapatan Asli Daerah PAD t = PJKD t + NPJK t... (3) 4. Dana Perimbangan DNP t = DAU t + DAK t + BHPBP t + PLAIN t... (4) 5. Pendapatan Daerah PAT t = PAD t + DNP t... (5) dimana: PJKD t : Pajak daerah tahun t (juta Rupiah). KRTCAP t : Konsumsi rumah tangga per kapita tahun t (juta Rupiah). DAU t : Dana alokasi umum tahun t (juta Rupiah). POP t : Populasi penduduk tahun t (ribu orang). IPM t : Indeks Pembangunan Manusia tahun t (antara nol sampai seratus). PAD t : Pendapatan asli daerah tahun t (juta Rupiah). NPJK t : Pendapatan non pajak tahun t (juta Rupiah). DNP t : Dana perimbangan tahun t (juta Rupiah). DAK t : Dana alokasi khusus tahun t (juta Rupiah). BHPBP t : Bagi hasil pajak dan non pajak tahun t (juta Rupiah). PLain t : Pendapatan lain-lain yang syah tahun t (juta Rupiah). PAT t : Pendapatan tahun t (juta Rupiah). N : Nomor parameter dummy (1 sampai dengan n). M : Nomor provinsi (misal Aceh = 11, Maluku = 81). U 1t - U 2t : Error term. Dengan arah dan magnitude dari dugaan parameter yang diharapkan: a 11, a 12, a 21, a 22 > Blok Belanja Daerah 1. Belanja Sektor Pendidikan BSP t = a 30 + a 31 PAT t + a 32 POP t + d NMt D Mt + U 3t...(6) 2. Belanja Sektor Kesehatan BSK t = a 40 + a 41 PAT t + a 42 PNS t + d NMt D Mt + U 4t...(7) 3. Belanja Pemerintah Sektor Pertanian GPST t = a 50 + a 51 PAT t + d NMt D Mt + U 5t...(8)

7 61 4. Belanja Pemerintah Sektor Industri GPSI t = a 60 + a 61 PAT t + d NMt D Mt +U 6t...(9) 5. Belanja Pemerintah Sektor Bangunan dan Infrastruktur GPSB t = a 70 + a 71 PAT t + d NMt D Mt + U 7t...(10) 6. Belanja Pemerintah Sektor Lain-Lain GPSLL t = a 80 + a 81 PAT t + a 82 BSPK t + d NMt D Mt + U 8t...(11) 7. Belanja Sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan BSPK t = BSP t + BSK t...(12) 8. Total Belanja BLJ t = GPST t + GPSI t + GPSB t + GPSLL t...(13) dimana: BSP t : Belanja sektor pendidikan tahun t (juta Rupiah). BSK t : Belanja sektor kesehatan tahun t (juta Rupiah). BSPK t : Belanja sektor pendidikan dan kesehatan tahun t (juta Rupiah). BLJ t : Belanja tahun t (juta Rupiah). PAT t : Pendapatan tahun t (juta Rupiah). POP t : Populasi penduduk tahun t (ribu orang). PNS t : Pegawai negeri sipil tahun t (orang). GPST t : Belanja Pemerintah sektor pertanian tahun t (juta Rupiah). GPSI t : Belanja Pemerintah sektor industri tahun t (juta Rupiah). GPSB t : Belanja Pemerintah sek. bangunan dan infrastruktur tahun t (Rp. juta). GPSLL t : Belanja Pemerintah sektor lain-lain tahun t (juta Rupiah). N : Nomor parameter dummy (1 sampai dengan n). M : Nomor provinsi (misal Aceh = 11, Maluku = 81). U 3t - U 8t : Error term. Dengan arah dan magnitude dari dugaan parameter yang diharapkan adalah: a 31, a 41, a 51, a 61, a 71, a 81, a 32, a 42, a 82 > Blok Permintaan Agregat 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga PKRT t = a 90 + a 91 PDRBSEC t + a 92 POP t + d NMt D Mt + U 9t... (14)

8 62 2. Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB t = a a 101 PDRBSEC t + a 102 KUK t + d NMt D Mt + U 10t...(15) 3. Produk Domestik Regional Bruto Sisi Permintaan PDRBEXP t = PKRT t + BLJ t + PMTB t + NX t...(16) 4. Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita KRTCAP t = PKRT t / POP t...(17) dimana: PKRT t : Pengeluaran konsumsi rumah tangga tahun t (juta Rupiah). PDRBSEC t : Produk domestik regional bruto sektoral tahun t (juta Rupiah). PMTB t : Pembentukan modal tetap bruto tahun t (juta Rupiah). KUK t : Kredit usaha kecil tahun t (juta Rupiah). PDRBEXP t : Produk domestik regional bruto sisi permintaan tahun t (juta Rupiah). KRTCAP t : Konsumsi rumah tangga per kapita tahun t (juta Rupiah). POP t : Populasi penduduk tahun t (ribu orang). NX t : Selisih antara ekspor dikurangi impor tahun t (juta Rupiah). U 9t -U 10t : Error term. Magnitute dan arah dari dugaan parameter yang diharapkan adalah: a 91, a 101, a 92, a 102 > Blok Penawaran Agregat 1. Total Produksi Sektor Pertanian TQST t = a 110 +a 111 LOGTKST t + a 112 GPST t ++d NMt D Mt +U 11t...(18) 2. Total Produksi Sektor Industri TQSI t = a 120 +a 121 TKSI t + a 122 GPSI t +d NMt D Mt +U 12t...(19) 3. Total Produksi Sektor Bangunan dan Infrastruktur TQSB t = a 130 +a 131 TTKKSB t +a 132 GPSB t +a 133 JLHK t +d NMt D Mt +U 13t...(20)

9 63 4. Total Produksi Sektor Lain-Lain TQSLL t = a 140 +a 141 TKKSL t + a 142 GPSLL t + a 143 JLHK+d NMt D Mt +U 14t. (21) 5. Rasio Total Produksi Sektor Bangunan dan Infrastruktur RTQSB t = TQSB t /PDRBSEC t... (22) 6. Produk Domestik Regional Bruto Sektoral PDRBSEC t = TQST t + TQSI t + TQSB t + TQSLL t... (23) dimana: TQST t : Total produksi sektor pertanian tahun t (juta Rupiah). TQSI t : Total produksi sektor industri tahun t (juta Rupiah). TQSB t : Total produksi sektor bangunan dan infrastruktur tahun t (juta Rupiah). TQSLL t : Total produksi sektor lain-lain tahun t (juta Rupiah). TKST t : Angka partisipasi kerja sektor pertanian tahun t (orang). GPST t : Belanja Pemerintah sektor pertanian tahun t (juta Rupiah). TKSI t : Angka partisipasi kerja sektor industri tahun t (orang). GPSI t : Belanja Pemerintah sektor industri tahun t (juta Rupiah). TTKKSB t : Tren angka partisipasi kerja sektor bangunan dan infrastruktur tahun t GPSB t : Belanja Pemerintah sektor bangunan dan infrastruktur tahun t (juta Rupiah). JLHK t : Jumlah kendaraan tahun t (buah). TKKSL t : Angka partisipasi kerja sektor lain-lain tahun t (orang). GPSLL t : Belanja Pemerintah sektor lain-lain tahun t (juta Rupiah). PDRBSEC t : Produk domestik regional bruto sektor tahun t (juta Rupiah). RTQSB t : Rasio TQSB t /PDRBSEC t tahun t. U 11t -U 14t : Error term. Magnitute dan arah dari dugaan parameter yang diharapkan adalah: a 111, a 121, a 131, a 141, a 112, a 122, a 132, a 142, a 133; a 143 > Blok Tenaga Kerja 1. Angka Partisipasi Kerja Sektor Pertanian TKST t = a a 151 TQST t + d NMt D Mt + U 15t...(24) 2. Angka Partisipasi Kerja Sektor Industri TKSI t = a a 161 TQSI t + d NMt D Mt + U 16t...(25)

10 64 3. Angka Partisipasi Kerja Sektor Bangunan dan Infrastruktur TKKSB t = a a 171 RTQSB t + d NMt D Mt + U 17t...(26) 4. Angka Partisipasi Kerja Sektor Lain-Lain TKKSL t = a a 181 TQSLL t + d NMt D Mt + U 18t...(27) 5. Angka Partisipasi Kerja Sektor TKS t = TKST t + TKSI t + TKKSB t + TKKSL t...(28) 6. Pengangguran U t = AK t - TKS t...(29) dimana: TKST t : Angka partisipasi kerja sektor pertanian tahun t (orang). TKSI t : Angka partisipasi kerja sektor industri tahun t (orang). TKKSB t : Angka partisipasi kerja sektor bangunan dan infrastruktur tahun t (orang). TKSLL t : Angka partisipasi kerja sektor lain-lannya tahun t (orang). TQST t : Total produksi sektor pertanian tahun t (juta Rupiah). TQSI t : Total produksi sektor industri tahun t (juta Rupiah). RTQSB t : Rasio TQSB t /PDRBSEC t tahun t. TQSLL t : Total produksi sektor lain-lain tahun t (juta Rupiah). TKS t : Angka partisipasi kerja sektor tahun t (orang). AK t : Angkatan kerja tahun t (orang). U t : Pengangguran tahun t (orang). U 15t -U 18t : Error term. Magnitute dan arah dari dugaan parameter yang diharapkan adalah: a 151, a 161, a 171, a 181 > Blok Indeks Pembangunan Manusia 1. Angka Harapan Hidup AHH t = a a 191 BSK t + a 192 KRTCAP t + d NMt D Mt + U 19t...(30) 2. Angka Melek Huruf AMH t = a a 201 BSK t + a 202 BSP t + a 203 KRTCAP t + d NMt D Mt + U 20t (31)

11 65 3. Rata-Rata Lama Sekolah RLS t = a a 211 BSP t + a 212 KRTCAP t + a 213 APSD t + d NMt D Mt + U 21t. (32) 4. Daya Beli PPP t = a a 221 U t + a 222 KRTCAP t + d NMt D Mt +U 22t... (33) 5. Tingkat Kemiskinan Desa dan Kota TKDK t = a a 231 PPP t + d NMt D Mt + U 23t... (34) 6. Indeks Hidup Panjang IHP t = {(AHH t -25) / (85-25)}... (35) 7. Indeks Pendidikan IP t = (1/3)*(RLS t /15) + (2/3)*(AMH t /100)... (36) 8. Indeks Hidup Layak IHL t = {(PPP t - 360) / ( )}... (37) 9. Indeks Pembangunan Manusia IPM t = (1/3)*(IHP t + IP t + IHL t )* (38) dimana: AHH t : Angka harapan hidup tahun t (tahun). AMH t : Angka melek huruf tahun t (persen). RLS t : Rata-rata lama sekolah tahun t (tahun). PPP t : Daya beli tahun t (ribuan Rupiah). BSP t : Belanja sektor pendidikan tahun t (juta Rupiah). BSK t : Belanja sektor kesehatan tahun t (juta Rupiah). KRTCAP t : Konsumsi rumah tangga per kapita tahun t (juta Rupiah). APSD t : Angka putus sekolah dasar tahun t (persen). U t : Pengangguran tahun t (orang). IHP t : Indeks hidup panjang tahun t. IP t : Indeks pendidikan tahun t. IHL t : Indeks hidup layak tahun t. IPM t : Indeks Pembangunan Manusia tahun t (antara nol sampai seratus). TKDK t : Tingkat kemiskinan desa dan kota tahun t (persen). U 19t -U 23t : Error term.

12 66 Dengan arah dan magnitude dari dugaan parameter yang diharapkan adalah: a 191, a 201, a 211, a 192, a 202, a 212, a 222, a 213 > 0; a 221, a 213, a 231 < Prosedur Analisis Data Identifikasi Model Identifikasi model ditentukan berdasarkan order condition sebagai syarat keharusan dan rank condition sebagai syarat kecukupan. Untuk mengidentifikasi model persamaan struktural berdasarkan order condition digunakan rumusan (Koutsoyiannis, 1977): (K - M) > (G - 1)... (39) dimana: K : M : G : Total variabel dalam model, yaitu variabel endogen dan variabel eksogen yang telah ditetapkan (predetermined). Jumlah variabel endogen dan variabel eksogen yang termasuk dalam satu persamaan tertentu dalam model. Total persamaan dalam model, yaitu jumlah variabel endogen dalam model. dengan ketentuan: (K - M) > (G - 1) : maka persamaan dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (overidentified). (K - M) = (G - 1) : maka persamaan tersebut dinyatakan teridentifikasi secara tepat (exactly identified). (K - M) < (G - 1) : maka persamaan tersebut dinyatakan tidak teridentifikasi (unidentified). Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly identified atau overidentified untuk dapat menduga parameter-parameternya. Kendati suatu persamaan memenuhi order condition, mungkin saja persamaan tersebut tidak teridentifikasi. Karena itu, dalam proses identifikasi diperlukan suatu syarat perlu sekaligus syarat cukup yang ditentukan oleh rank condition yang menyatakan suatu persamaan teridentifikasi jika dan hanya jika

13 67 dimungkinkan untuk membentuk minimal satu determinan bukan nol pada order (G - 1) dari parameter struktural variabel yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut (Koutsoyiannis, 1977) Metode Pendugaan Model Dari hasil identifikasi model yang menunjukkan bahwa seluruh persamaan teridentifikasi secara berlebih (overidentified) dan mempertimbangkan digunakannya pool data dalam penelitian ini, maka pendugaan/estimasi parameter menggunakan model panel, dengan metode pendugaan/estimasi fixone. Untuk mengetahui apakah pengaruh secara bersama-sama dari variabel penjelas signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji F. Sedangkan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh secara sendirisendiri dari masing-masing variabel penjelas terhadap variabel endogennya diuji dengan menggunakan uji statistik t pada tingkat signifikansi tertentu Validasi Model Validasi model dimaksudkan untuk mengetahui apakah model yang dirumuskan itu cukup layak atau valid untuk digunakan dalam menganalisis Dampak kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia. Kriteria yang biasa digunakan dalam menilai layak atau valid tidaknya suatu model ekonometrik di antaranya adalah Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) dan Theil inequality coefficient (U theil) (Pindick dan Rubinfeld, 1991). Persamaan matematis RMSPE dan Utheil adalah sebagai berikut:

14 68 1 RMSPE = T T t= 1 s a [ Y - Y ] t t a t Y 2 x100%... (40) Dimana, Y t s adalah nilai Y t simulasi/prediksi, Y t a adalah nilai Y t aktual dan T adalah jumlah observasi dalam simulasi. t=1 T 1 s a 2 ( Y ) t - Yt T t=1 Utheil =... (41) T T 1 s 2 1 a 2 ( Y ) ( ) t + Yt T T Dimana U dapat didekomposisi menjadi: t=1 1/N Σ (Y t s Y t a ) 2 = (Y s Y a ) 2 + (σ s σ a ) 2 + 2(1 ρ)σ s σ a... (42) Dimana Y s dan Y a adalah rata-rata untuk nilai prediksi dan nilai aktual, σ s dan σ a adalah standar deviasi untuk nilai prediksi dan nilai aktual, ρ adalah koefisien korelasi. Proporsi dari U (proportions of inequality) dapat dinyatakan sebagai berikut: U U U M S C = = = 1 N 1 N 1 N s a 2 ( Y - Y ) s a ( Y - Y ) s a 2 ( σ - σ ) s a ( Y - Y ) 2 ( - ρ) σsσa s a ( Y - Y ) (43)... (44)... (45) dimana, U M adalah proporsi bias yang menjelaskan seberapa jauh rata-rata nilai prediksi menyimpang dari rata-rata nilai aktual dan nilai U M yang diharapkan adalah yang mendekati nol; U S adalah proporsi varians yang menjelaskan

15 69 seberapa jauh variasi nilai prediksi menyimpang dari nilai variasi nilai aktual dan nilai U S yang diharapkan adalah yang mendekati nol; U C adalah proporsi kovarians yang mengukur kesalahan peramalan yang tidak sistematis (unsystematic error). Distribusi ketimpangan (U) yang ideal atas ketiga sumber tersebut adalah U M = U S = U C = 1 (Pyndick and Rubinfeld, 1991) Simulasi Model Simulasi pada dasarnya merupakan solusi matematis (mathematical solution) dari suatu kumpulan berbagai persamaan secara simultan. Simulasi model dengan demikian menunjuk kepada sekumpulan persamaan tersebut. Simulasi model dilakukan dengan berbagai alasan, misalnya untuk pengujian dan evaluasi model, analisis kebijakan historis dan untuk peramalan (Pindyck and Rubinfeld, 1991). Dalam studi ini, simulasi model terutama ditujukan untuk menganalisis kebijakan historis yang dapat digunakan sebagai dasar peramalan di masa yang akan datang. Dalam studi ini, analisis kebijakan difokuskan pada Dampak kebijakan fiskal sektor pendidikan dan sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia. Simulasi kebijakan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Belanja pendidikan dan kesehatan naik 20 persen. 2. Transfer Dana alokasi umum naik 20 persen. 3. Belanja sektor bangunan naik 20 persen. 4. Kombinasi kebijakan belanja pendidikan dan kesehatan naik 20 persen dan belanja sektor bangunan naik 20 persen. 5. Provinsi quantil 1 indeks pembangunan manusia terendah naik dana alokasi umum 40 persen, dan lainnya dana alokasi umum naik 20 persen.

16 70 6. Provinsi quantil 1 dan 2 indeks pembangunan manusia terendah naik dana alokasi umum 40 persen, dan lainnya dana alokasi umum naik 20 persen. 7. Provinsi quantil 1 dan 2 indeks pembangunan manusia terendah naik total belanja 40 persen, dan lainnya belanja naik 20 persen. 8. Provinsi quantil 1 dan 2 indeks pembangunan manusia terendah naik belanja sektor pendidikan dan kesehatan 40 persen, dan lainnya belanja sektor pendidikan dan kesehatan naik 20 persen.

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pool data 13 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Tengah selama periode 1995-2005. Data sekunder yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia tahun 2005-2009 yang diperoleh dari Dirjen Perimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan Kementrian Keuangan. Data yang

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam

IV. METODE PENELITIAN. Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam IV. METODE PENELITIAN 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Berdasarkan studi pustaka dan logika berpikir yang digunakan dalam menganalisis dampak pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap makroekonomi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0 12' - 8 lintang selatan dan 116 48' - 122 36' bujur timur. Luas wilayahnya 62 482.54 km². Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Di dalam Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi daerah seluas-luasnya,

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER P R O S I D I N G 186 DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER Novi Haryati, Soetriono, Anik Suwandari Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KEBIJAKAN

VII. ANALISIS KEBIJAKAN VII. ANALISIS KEBIJAKAN 179 Secara teoritis tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif kebijakan dengan jalan mengubah dari salah satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 1980 sampai 2008. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian 205 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis atas data yang telah ditabulasi berkaitan dengan dampak investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap kinerja perekonomian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan/Desain Penelitian Penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang akan diukur serta mengetahui sejauh mana variasi-variasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabelvariabel penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Langkah Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan spesifikasi model Langkah ini meliputi: a. Penentuan variabel,

Lebih terperinci

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN 1994-2003 6.1. Hasil Validasi Kebijakan Hasil evaluasi masing-masing indikator

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari berbagai sumber. Data deret waktu (time series) meliputi data tahunan dari

Lebih terperinci

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS 4.1. Spesifikasi Model Model merupakan suatu penjelas dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model ekonometrika adalah suatu

Lebih terperinci

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model.

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model. V. EVALUASI MODEL BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model. Pembahasan dibedakan untuk masing-masing blok, yang terdiri dari: (1) blok makroekonomi, (2) blok deforestasi, dan (3) blok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Persamaan Simultan Penelitian ini menganalisis perilaku kebijakan fiskal, khususnya komposisi belanja Pemerintah. Permasalahan yang dihadapi adalah format kebijakan

Lebih terperinci

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2)

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2) ANALISIS EKONOMI RUMAHTANGGA PEKERJA WANITA INDUSTRI KECIL KAIN TENUN IKAT DI KELURAHAN BANDAR KIDUL KOTA KEDIRI DALAM RANGKA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Kasirotur Rohmah 1), Hastuti 2), dan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Departemen Kesehatan. Data yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series 35 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series tahunan dengan rentang waktu dari tahun 1990 sampai 2010. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder. Dalam penelitian ini, data diambil dari laporan terbitan BPS nasional periode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, Indonesia dijadikan sebagai objek penelitian untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, ekspor dan jumlah penduduk terhadap

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu,

Lebih terperinci

4. METODOLOGI. Jenis dan Sumber Data. Cakupan Data

4. METODOLOGI. Jenis dan Sumber Data. Cakupan Data 63 Cakupan Data 4. METODOLOGI Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder dari dua sumber utama yaitu Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) dan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas, 2007). Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil Provinsi Jawa Timur sebagai lokasi penelitian untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto (PDRB) dan investasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan suatu negara diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

ISSN : INFO KAJIAN

ISSN : INFO KAJIAN .. ISSN : 1693-7422 '. INFO KAJIAN Daftar Isi Pengantar Redaksi... ii 1. Pengembangan Model Investasi Regional... 1 2. Pengembangan Model Analisis Perdagangan dan Investasi... 21 3. Analisis Korelasi Antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

Lebih terperinci

VII. DAMPAK TRANSFER FISKAL TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

VII. DAMPAK TRANSFER FISKAL TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA VII. DAMPAK TRANSFER FISKAL TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA Secara teoritis, tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif atau skenario kebijakan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dampak kebijakan moneter terhadap kinerja sektor riil mencakup wilayah Indonesia dengan basis analisis pada masing-masing sektor yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 90 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian 3.1.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini memuat tentang tingkat pengangguran terbuka yang terjadi di Indonesia selama. Adapun yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh dan Kementrian Keuangan Republik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Wirawan 2014 menjelaskan bahwa teori keagenan melukiskan hubungan antara kepentingan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 52-58 PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB Soemartini Statistika FMIPA UNPAD Email: tine_soemartini@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menguji teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. MEODOLOGI PENELIIAN 91 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa engah dengan pertimbangan wilayah Jawa engah merupakan salah satu sentra berbagai kegiatan usaha kecil yang dinamis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B

SKRIPSI. Oleh : PURNOMO NIM: B ANALISIS KEMANDIRIAN DAN KINERJA KEUANGAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA, SEMARANG, DAN SURAKARTA TAHUN 2001-2006 SKRIPSI Disusun dan diajukan Guna Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

Model Persamaan Simultan

Model Persamaan Simultan Model Persamaan Simultan Dalam peristiwa ekonomi seringkali ditemukan bahwa beberapa variabel saling mempengaruhi. Contoh : Pendapatan akan mempengaruhi konsumsi, artinya jika pendapatan naik maka diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari berbagai lembaga pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND

ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND ISBN : 9786023610020 ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND Arya Fendha Ibnu Shina 1, Setiawan 2 Mahasiswa Jurusan Statistika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data tahunan dari periode 2003 2012 yang diperoleh dari publikasi data dari Biro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Jalur Analisis jalur dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright. Analisis jalur sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang telah disediakan dan dipublikasi oleh pihak lain. Penelitian ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang telah disediakan dan dipublikasi oleh pihak lain. Penelitian ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder yang telah disediakan dan dipublikasi oleh pihak lain. Penelitian ini merupakan pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan kemampuan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan kemampuan suatu perekonomian untuk berproduksi sepanjang waktu (Salvatore 2004:80). Peningkatannya dengan terjadi kenaikan

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN 5.1. Hasil Estimasi Model Ekonometrika Setelah dilakukan respesifikasi-respesifikasi terhadap model desentralisasi fiskal Provinsi Riau, diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu menjelaskan kedudukan variabel-variabel penelitian yang diteliti serta pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang dikumpulkan dari dokumen pemerintah daerah di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY berupa

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Negara Indonesia sebanyak 416 kabupaten dan 98 kota. Sampel yang diambil

BAB III METODE PENILITIAN. Negara Indonesia sebanyak 416 kabupaten dan 98 kota. Sampel yang diambil BAB III METODE PENILITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua kabupaten dan kota yang ada di Negara Indonesia sebanyak 416 kabupaten dan 98 kota. Sampel yang diambil sebanyak

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data merupakan variabel yang diukur dan diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel atau populasi. Data menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari PAD, transfer

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ada di dunia nyata (Intriligator, 1980). Selanjutnya Labys (1973) menjelaskan

METODE PENELITIAN. ada di dunia nyata (Intriligator, 1980). Selanjutnya Labys (1973) menjelaskan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Model dapat diartikan sebagai suatu penjelasan dari fenomena nyata sebagai suatu sistem atau proses yang sistematis (Koutsoyiannis, 1977). Suatu model merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar yang dilakukan pada berbagai program sebagaimana diungkapkan pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan sarana untuk mendorong kemajuan daerahdaerah. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu wilayah dengan wilayah yang lain,

Lebih terperinci

Penelitian ini membahas pencapaian target makroekonomi melalui jalur-jalur

Penelitian ini membahas pencapaian target makroekonomi melalui jalur-jalur 101 BAB IV KONSTRUKSI MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS 4.1. Model Makroekonometrika Mekanisme Transmisi Moneter Perekonomian Indonesia Penelitian ini membahas pencapaian target makroekonomi melalui jalur-jalur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah daya saing produk industri pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah daya saing produk industri pengolahan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah daya saing produk industri pengolahan berupa data time series periode 1988-2008 sebagai variabel yang dipengaruhi (Y). Selain

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN Oleh: M. Rondhi, Ph.D Standar Kompetensi Kompetensi dasar Metode Pembelajaran : Mahasiswa dapat menganalisis model simultan : 1. Mahasiswa menjelaskan contoh perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan pembangunan diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan anggapan bahwa peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Pada lokasi penelitian ini diambil pada Kabupaten/Kota yang terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota di Provinsi Jawa tengah dengan variabel penelitian pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci