KESULTANAN TERNATE DALAM LINTAS PERDAGANGAN ABAD XVI - XVII

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KESULTANAN TERNATE DALAM LINTAS PERDAGANGAN ABAD XVI - XVII"

Transkripsi

1 KESULTANAN TERNATE DALAM LINTAS PERDAGANGAN ABAD XVI - XVII SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Humaniora Oleh: Pery Achmad Sapari NIM PROGRAM STUDI JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

2 KESULTANAN TERNATE DALAM LINTAS PERDAGANGAN ABAD XVI-XVII SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Humaniora Oleh: Pery Achmad Sapari NIM Di Bawah Bimbingan: Drs. H. Azhar Saleh, M.A. NIP PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

3 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Kesultanan Ternate dalam Lintas Perdagangan Abad XVI- XVII, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 12 Maret Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada program Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta, 25 Maret 2011 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Drs. H. M. Ma ruf Misbah, MA. Sholikatus Sa diyah, M.Pd. NIP: NIP: Anggota Penguji, Pembimbing, Imas Emalia, M.Hum Drs. H. Azhar Saleh, MA NIP: NIP:

4 ABSTRAKSI Kesultanan Ternate pada abad ke M, merupakan sebuah kesultanan yang memperoleh kejayaan dari perdagangan rempah-rempah. Letaknya yang menjorok ke arah lautan, memudahkan datangnya pedagang baik dari dalam maupun dari luar Kesultanan Ternate untuk berlabuh dan mengadakan hubungan dagang. Sumber daya alam berupa cengkeh dan pala merupakan komoditi yang diperdagangkan ketika itu, rempah-rempah tersebut hanya terdapat di Maluku. Kejayaan Kesultanan Ternate tidak terlepas dari perdagangan rempahrempah yang membawa keuntungan besar. Karena kebutuhan pasar akan rempahrempah pada saat itu sangat besar, menjadikan harga rempah-rempah menjadi sangat mahal, maka tak mengherankan jika para pedagang bangsa asing saling berburu untuk mendapatkan rempah-rempah secara langsung dari produsennya. Oleh karena itu, tak mengherankan jika rempah-rempah telah membawa Kesultanan Ternate dalam percaturan politik dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kesultanan Ternate sebagai bandar niaga di Kepulauan Timur Nusantara. Melalui sumber-sumber tertulis yang didapat telah diketahui bahwa kejayaan Kesultanan Ternate amat dipengaruhi oleh perdagangan. i

5 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, penulis panjatkan puji serta syukur ke hadirat Ilahi Rabbi, Dzat Yang Maha Pengatur dan Pemberi Kemudahan, Allah SWT. Akhirnya, jerih payah dan kesabaran menanti kepastian yang telah digoreskan Sang Penguasa kehidupan telah terjawabkan, tanpa keridhoan dari-nya mimpi ini tidak akan pernah jadi kenyataan. Hanya Dia yang setia menemani ketika jiwa ini dalam kerapuhan, pikiran, dan hati yang tersesat, kelelahan yang tiada tara, waktu yang terus merongrong. Demi Dzat Yang Maha Sempurna, penulis tidak akan bisa bertahan tanpa inayah dan hidayah dari-nya. Untaian shalawat dipersembahkan untuk Khatam Al-Nabiyyin, pemimpin sejati, pembawa pesan cahaya Ilahi, Muhammad saw. Dalam pengantar skripsi ini, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tua tercinta; ayahanda H. Kaman dan ibunda Hj. Naya Safitri. Terima kasih yang tulus, rasa ta dzim dan hormat penulis haturkan atas kesabaran, nasihat, dan kasih sayang yang tiada pernah berujung. Ini wujud bangga untuk ayahanda dan ibunda dari ananda, semoga Allah selalu memberi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amien. 2. Prof. Dr. H. Badri Yatim (alm), Dr. H. Abdul Chair, MA, selaku mantan Dekan Fakultas Adab dan Humanira, dan Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 3. Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M.Hum, selaku mantan Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam, dan Drs. H. M. Ma ruf Misbah, M.A, selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam. 4. Usep Abdul Matin, S.Ag, MA, MA, selaku mantan Sekretaris Jurusan Sejarah Peradaban Islam, dan Sholikatus Sa diyah, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. ii

6 5. Drs. H. Azhar Saleh, M.A, selaku pembimbing dalam menyusun skripsi ini dan salah satu dosen yang memiliki komitmen dan loyalitas dalam mengajar mahasiswa-mahasiwanya. 6. Imas Emalia, M.Hum, selaku penguji dalam ujian skripsi, terima kasih atas segala saran dan masukkan dalam proses perbaikan skripsi. 7. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis. 8. Kakak dan adik-adikku, Nur Wahinah, Zaka Khairuddin, dan Rosmawati. Serta teman-teman seperjuangan SPI Ibnu, terima kasih atas bukubukunya. Arif, Agung, dan Ion, terima kasih atas bantuannya. Wilda buletku, makasih ya. Jakarta, 10 Maret 2011 iii

7 GLOSSARIUM 1 bahar 309 kg 1 ducat 5,25 Gulden Bala Warga, rakyat Barakati Berkah Batu Cina de Moro Sebutan Maluku oleh orang Cina Halmahera oleh Portugis Benteng Pusat kegiatan pemerintahan sipil sekaligus markas militer Bobato Arti harfiah: pelaksana peraturan. Secara umum digunakan untuk menunjukkan kepala persekutuan. Chetti Pedagang Dvipantara Nusantara dalam bahasa India Emas hijau Nama lain untuk Indonesia Timur diberikan oleh Portugis karena sumber daya alamnya Fala Raha Empat penasehat agung, sebagai lembaga penasehat kolano Gam Raha Empat kekuatan bangsa, sebagai dewan tertinggi yang memilih dan mengangkat kolano serta menyatakan perang dan damai Gapi Nama lain Ternate pada masa awal Gobernador Gubernur Hikayat Cerita, kisah Iberia Wilayah Eropa, meliputi Spanyol dan Portugal Imam Pemimpin dalam agama Islam, pembantu sultan dalam bidang agama Islam Jogugu Perdana Menteri, pemegang kekuasaan pemerintahan (eksekutif) Juanga Kora-kora, perahu untuk berperang. Juanga ukuran sedang dapat memuat sampai 200 orang. Juanga besar dapat memuat orang iv

8 Kaicil Kolano Lavanga Momole Ngofangares Sabua Raha Sangaji Silk Road Siwa Soa VOC Raja/pangeran Raja Cengkeh dalam bahasa India Sebutan untuk seorang pimpinan sebuah komunitas (raja) Budak Empat hakim agung dan hakim agama Pemerintah wilayah, Gubernur Jalur sutra, jalur perdagangan antara Asia dengan Eropa Sembilan Kampung Verenigde Oost Indische Companie, Persatuan Umum Persekutuan Dagang Hindia Belanda v

9 DAFTAR ISI ABSTRAKSI.. i KATA PENGANTAR... ii GLOSSARIUM.. iv DAFTAR ISI.. vi BAB I PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang Masalah.. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 6 D. Metodologi Penelitian. 7 E. Tinjauan Pustaka. 8 F. Sistematika Penulisan. 9 BAB II TERNATE DALAM LINTASAN SEJARAH.. 10 A. Letak Geografis B. Sumber Daya Alam : Cengkeh sebagai Komoditi Utama. 14 C. Iklim. 16 D. Posisi Ternate dalam Dunia Perdagangan.. 17 BAB III KESULTANAN TERNATE. 23 A. Berdirinya Kesultanan Ternate B. Awal Masuknya Islam ke Ternate C. Struktur Sosial Masyarakat Ternate 33 vi

10 BAB IV KESULTANAN TERNATE DALAM LINTAS PERDAGANGAN A. Ternate dalam Lintas Perdagangan Abad ke-xvi-xvii.. 37 A.1. Jenis Barang Ekspor dan Impor 40 A.2. Alat Tukar Perdagangan 44 B. Hubungan dengan Bangsa Asing.. 44 B.1. Bangsa Cina B.2. Bangsa Portugis B.3. Bangsa Belanda. 50 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 56 vii

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan Asia Tenggara berada dalam jalur pelayaran yang menghubungkan negeri Cina dengan India, Persia dan negeri-negeri Arab di Timur Tengah yang berlanjut ke Eropa. Jalur laut menjadi sangat penting setelah jalur darat dirasakan tidak aman lagi setelah berkecamuk peperangan di wilayah Asia Tengah. Secara khusus jalur perdagangan antara Asia dengan Eropa disebut dengan jalur sutera (silk roads). Silk roads adalah nama puitis yang diberikan kepada jalur perdagangan yang terbentang dari Timur ke Barat sejak dahulu kala. 1 Ternate merupakan salah satu kesultanan yang mengalami perkembangan dalam bidang perdagangan sejalan dengan meningkatnya perdagangan rempah-rempah di kawasan Timur Nusantara. Berdiri sejak sekitar abad ke-15 M, 2 Kesultanan Ternate kemudian berkembang menjadi kesultanan terkemuka di Maluku setelah kedatangan para pedagang Melayu dan Jawa untuk mendapatkan rempah-rempah. Bahkan, dalam perkembangannya kemudian, tepatnya setelah kejatuhan Malaka ke tangan Portugis, Kesultanan Ternate juga dikunjungi para pedagang internasional, khususnya bangsa Arab 1 RZ. Leirissa, dkk., Ternate Sebagai Badar Jalur Sutra (Jakarta: CV. Ilham Bangun Karya, 1999), h Yaitu pada masa Kolano Marhum antara tahun , dapat dilihat pada buku M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara (Makassar: Nala Cipta Litera, 2007), h

12 dan Persia, yang berusaha mencari wilayah utama penghasil rempah-rempah. 3 Sejalan dengan perkembangan tersebut, Kesultanan Ternate mengalami perkembangan pesat, baik di bidang ekonomi maupun politik, melampaui kerajaan-kerajaan lain di Maluku; seperti Tidore, Jailolo, dan Bacan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa Ternate merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar-bangsa. Lokasinya merupakan jalur yang menghubungkan antara Jawa dan belahan bumi bagian Timur Nusantara yang telah melahirkan suatu peninggalan-peninggalan purbakala. Peninggalan-peninggalan tersebut sebagai bukti masuknya aneka ragam kebudayaan dan produksi dagang dari berbagai penjuru dunia seperti Arab, India, Cina, dan Eropa, dengan produksi dagang seperti kain sutra, keramik, porselin, alat-alat rumah tangga, serta alat persenjataan, dll. Abad ke-3 SM bangsa kita sudah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang Cina khususnya dalam perdagangan rempah-rempah. Perdagangan rempah-rempah mulai ramai pada abad ke-7 M, dan bangsa Cina menyebut daerah penghasil rempah-rempah ini dengan sebutan Mi-li-ku. Dalam dokumen Spanyol dan Portugis bangsa Cina menamakan Maluku dengan sebutan Batu Cina de Moro yang artinya (Batu atau kepulauan milik orang Cina). 4 Rempah-rempah khususnya cengkeh merupakan tulang punggung perekonomian kesultanan Ternate. Cengkeh juga merupakan komoditi eksport yang sangat dibutuhkan oleh pasar dunia, hal inilah yang menyebabkan Ternate 3 Prof. Dr. Taufik Abdullah, dkk, ed. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara jilid V (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), h Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate (Ternate:T.pn., 1998), h

13 banyak dikunjungi oleh berbagai suku bangsa, pelaut, dan pedagang yang ingin mengadakan hubungan dagang yang lebih terbuka. Dengan demikian barangbarang dagangan seperti sutera, porselin, keramik, senjata, dan bahan makanan yang dibawa oleh para pedagang dari luar Ternate telah membuat Ternate semakin makmur dan berjaya. Bangsa Eropa yang pertama menemukan Kepulauan Maluku adalah Portugis tahun 1512 M. Pada tahun itu dua armada Portugis, masing-masing di bawah pimpinan, Anthonio d Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di pulau Banda dan Pulau Penyu. Segera mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat, seperti dengan Kerajaan Ternate, sehingga Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikapoli, Negeri Hitu Lama, dan Mamala. 5 Kehadiran bangsa Portugis dan Spanyol yang semula hanya mengurus perdagangan rempah-rempah saja, ternyata kemudian menggiatkan pula usaha penyeberan agama Kristen. Hal ini menimbulkan kegusaran penduduk khususnya di daerah Maluku Utara yang sejak abad ke-15 M, sudah menjadi pemeluk agama Islam yang taat. Keadaan ini menyebabkan sering terjadi benturan dan pertentangan antara Portugis dengan penduduk setempat. Hubungan yang kurang baik antara Portugis dan Kesultanan Ternate menjadi semakin meruncing setelah Portugis mulai memaksakan kehendaknya memonopoli perdagangan rempah-rempah. 5 Kementrian Dalam Negri, Profil Provinsi Republik Idonesia Maluku (Jakarta: Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara, 1992), h. 8. 3

14 Pada tahun 1530 M persahabatan antara kerajaan Ternate dengan Portugis berakhir, setelah para pedagang dari benua Eropa merampas hasil cengkeh milik sultan Hairun yang tewas di benteng 6 Santo Paulo, Ternate. Sejak saat itu hubungan antara Portugis dan Ternate tidak pernah harmonis lagi. Selain itu usaha Portugis untuk menguasai Ternate yaitu, Gobernador Gonzales de Pareira ( M) membunuh putera mahkota Deyale dengan meracuni makanan yang akan dimakan pangeran. Begitu juga Pangeran Abdul Hayat ditawan Portugis. Sultan Tabarija naik tahta ( M) dengan tetap mempertahankan wilayah serta jalur perniagaan tradisional seperti bandar Ternate Jawa Aceh Malaka. 7 Akibatnya Sultan Tabarija ditawan di Goa India dan dipaksa menandatangi kesetiaan pada penguasa Iberia, King Alfonso di Lisabon. Penggantinya adalah Sultan Khairun Jamil ( M) 8 dengan memimpin perang melawan Portugis. Untuk menghancurkan Portugis putera mahkota Baabullah mengadakan hubungan dengan Sulawesi, Makasar, dan kepulauan Nusa Tenggara. Selain itu hubungan tradisional dengan Aceh, dan Demak dilanjutkan lagi. Dalam pertempuran yang hebat Sultan Khairun dibunuh secara biadab oleh Gobernador Lopez de Mosquito tanggal 27 Februari 1570 M. Sultan Baabullah naik tahta ( M) dan kembali memimpin perang setelah berhasil mengadakan konsolidasi kekuatan. Pada waktu 6 Benteng adalah pusat kegiatan pemerintahan sipil sekaligus merupakan markas militer. 7 RZ. Leirissa, Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra, h Terdapat perbedaan tahun pada awal masa kepemimpinan Sultan Khairun Jamil. Abdul Hamid Hasan menyebut dalam buku Aroma Sejarah dan Budaya Ternate, awal kepemimpinan Sultan Khairun yaitu tahun Sedangkan, M. Adnan Amal menyebutkan tahun , dapat dilihat dalam bukunya Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara

15 sebelumnya perang antara kerajaan dengan Portugis masih bersifat mempertahankan wilayah kerajaan. Pada masa Sultan Baabullah perang sudah ditingkatkan dengan perang pengusiran Portugis dari Ternate. 9 Tahun 1575 M, bangsa Portugis menyerah, bendera mereka diturunkan dari atas benteng dan diganti dengan bendera Ternate. Penganut Kristen dari Bacan lari ke Ambon. Tahun 1578 M, sultan mengirim utusan ke Lisabon menuntut kerugian atas kematian ayahnya. Sayangnya, jawaban itu diterima setelah Sultan Baabullah wafat. Isi jawaban itu bahwa de Masquito akan diserahkan ke Ambon. Hanya saja perahu yang membawanya dilanda angin ribut dan terdampar di pantai Jawa. Perahu itu dibajak orang dan sekalian penumpangnya dibunuh, termasuk de Masquito (1579 M). Sultan Baabullah wafat (awal tahun 1583) 10 setelah seluruh Maluku dapat dikuasainya. 11 Sultan Baabullah adalah penguasa Kesultanan Ternate ke-24 yang berkuasa antara tahun M, Ia merupakan sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang sejarah yang berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke puncak keemasan di akhir abad ke-16 M. Sultan Baabullah juga dijuluki sebagai penguasa 72 pulau. 9 RZ. Leirissa, Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra, h Terdapat 3 versi mengenai kematiannya. Pertama, tidak pasti diracuni oleh orang Eropa maupun orang Maluku. Kedua, dikarenakan terkena guna-guna oleh wanita. Ketiga, diculik untuk di bawa ke Goa lalu entah bagaimana ia meninggal dalam perjalanan. Dilihat dalam buku Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore dan Ambon (Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2005), h Tim penulis IAIN Syarif Hidyatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1992), h

16 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi pembahasan pada Kesultanan Ternate dalam lintas perdagangan abad XVI - XVII. Adapun pembahasan skripsi ini dirumuskan dalam tiga poin: 1. Bagaimana Peran Kesultanan Ternate dalam mempertahankan perdagangan dari monopoli bangsa asing? 2. Faktor apa yang Mendukung Kesultanan Ternate menjadi pusat perdagangan di wilayah Timur Nusantara? 3. Apa sebab bangsa Eropa datang ke Ternate? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Selama ini penelitian Sejarah banyak terpusat di Jawa karena sumbersumbernya lebih banyak. Di luar Jawa belum banyak diteliti barangkali karena sumber-sumbernya kurang. Sekarang tiba waktunya untuk mengusahakan penelitian sejarah di luar Jawa perlu dikembangkan, sehingga gambaran sejarah nasional menjadi makin lengkap. Seperti sejarah lokal lainnya sejarah Ternate adalah memiliki lokalitas dan karakteristik tersendiri, sehingga unik dan komplek. Namun demikian sepanjang pengetahuan penulis belum banyak sarjana Indonesia meneliti sejarah Ternate. Oleh karena itu studi sejarah lokal di luar Jawa seperti kajian sejarah Ternate ini sangat penting artinya. Selain itu untuk menemukan faktor-faktor yang mendukung terbentuknya Kesultanan Ternate sebagai bandar niaga. 6

17 Penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan ketertarikan bangsa asing tentang komoditi utama daerah Maluku, khususnya cengkeh. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah: Pertama, menambah wawasan intelektual khususnya wawasan kesejarahan, terkait sejarah nusantara, khususnya Kesultanan Ternate dalam perdagangan Nusantara abad ke-xvi - XVII. Kedua, menyumbang hasil karya penelitian bagi UIN Syarif Hidayatullah pada umumnya dan Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah Peradaban Islam khususnya. D. Metodologi Penelitian Skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode penelitian sejarah dengan melalui empat tahap: 1) Heuristik: mengumpulkan sumber-sumber berupa buku, dan beberapa tulisan ahli sejarah Maluku, khususnya yang membahas tentang Kesultanan Ternate baik masa-masa awal berdiri, masa kedatangan bangsa-bangsa asing, hingga Kesultanan Ternate menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. 2) Kritik: sumber-sumber yang terkumpul kemudian dilakukan kritik sumber. Baik kritik terhadap sumber primer ataupun kritik terhadap para peneliti mengenai sejarah dan kondisi kesultanan Ternate pada abad ke-16 sampai 17 M. 3) Interpretasi: interpretasi adalah pemahaman yang mendalam mengenai teks-teks yang telah melalui fase kritik, di mana penulis sudah menemukan korelasi dan pemahaman yang baru mengenai tema yang dibahas 7

18 4) Historiografi: pemahaman yang diperoleh setelah melalui beberapa tahap kemudian diaplikasikan dalam bentuk karya tulis sejarah yaitu cengkeh Kesultanan Ternate, analisa perdagangan khususnya perdagangan cengkeh. E. Tinjauan Pustaka Setidaknya ada beberapa sumber yang membahas tentang Maluku umumnya, dan Kesultanan Ternate khususnya. Namun, di sini penulis lebih cenderung kepada buku M. Adnan Amal Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara M. Adnan Amal dalam bukunya menjelaskan tentang perdagangan rempah-rempah yang sedikit banyak telah membawa daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah hingga kedatangan bangsa asing yang ingin memonopoli perdagangan di Ternate. Pada saat itu rempah-rempah menjadi barang langka dan menjadi primadona dikarenakan keuntungan dari hasil perdagangan rempah-rempah yang sangat menjanjikan. Selain itu adalah buku karya Abdul Hamid Hasan yaitu Aroma Sejarah dan Budaya Tenate. 13 Buku ini menjelaskan peranan cengkeh dalam mengangkat perekonomian bangsa Ternate yang juga sekaligus membawa Kesultanan Ternate masuk dalam sejarah percaturan ekonomi dan politik nusantara maupun dunia. Dari sumber-sumber tersebut lebih menekankan peranan cengkeh yang telah membawa kejayaan Kesultanan Ternate lalu tanpa disadari juga nanti akan membawa Kesultanan Ternate menuju kehancuran dikarenakan terjadinya 12 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara (Nala Cipta Litera, 2007). 13 Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate (Ternate:T.pn., 1998). 8

19 konflik perebutan kekuasaan dalam perdagangan rempah-rempah yang tak kunjung berhenti. F. Sistematika Penulisan Skripsi ini tersusun dari lima bab di antaranya: Bab I adalah pendahuluan berisi tentang signifikansi tema yang diangkat sebagai latar belakang penulisan, pembatasan dan perumusan masalah, metodologi penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, serta sistematika penulisan. Bab II, menjelaskan bagaimana kondisi geografis Ternate, sumber daya alamnya, dan juga iklim yang mempengaruhi kedatangan pedagang-pedagang dari luar untuk datang ke Ternate. Bab III, membahas tentang Islamisasi di Ternate hingga terbentuknya sebuah kesultanan dan bagaimana struktur sosial masyarakat Ternate. Bab IV, membahas tentang periode di mana Kesultanan Ternate telah berperan dalam perdagangan Internasional, kedatangan para bangsa asing, serta melihat hubungan perdagangan Kesultanan Ternate dengan daerah-daerah lain di Nusantara, hingga pengaruh perdagangan terhadap kondisi politik kesultanan Ternate, yang mengakibatkan mundurnya perdagangan di Ternate. Bab V, berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran-saran untuk penelitian lanjutan. 9

20 BAB II TERNATE DALAM LINTASAN SEJARAH Ternate muncul sekitar abad ke-13 M sekitar tahun 1257 karena permusyawarahan antara 3 kerajaan 14 di wilayah Ternate yang ingin mengakhiri pertikaian di antara mereka, yang bisa membawa pada kerugian masing-masing hingga terjadilah kemufakatan dengan terpilihnya Momole Cico sebagai pucuk pimpinan kerajaan. Setelah menjadi penguasa tunggal atas ketiga komunitas tersebut, Cico mengubah gelarnya menjadi Kolano. Wilayah Ternate mulai ramai dikunjungi para pedagang dari Jawa dan Melayu sekitar permulaan abad ke-14 M, menyusul setelahnya yaitu para pedagang dari luar wilayah Nusantara. Sejarah mencatat agama Islam datang ke Ternate pada masa kepemipinan Kolano Marhum. Akan tetapi proses Islamisasi di Kesultanan Ternate terjadi setelahnya yaitu pada masa Sultan Zainal Abidin. Tahun pun terus berganti, Ternate kemudian berkembang menjadi kerajaan/kesultanan terbesar di Maluku ini dibuktikan dengan dapat dikuasainya 72 pulau yang selalu membayar upeti kepada Kesultanan Ternate yakni terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Baabullah. Setelah berakhirnya masa Baabullah menjadi Sultan Ternate lambat laun Kesultanan Ternate mengalami kemunduran yang siginifikan ini bisa diasumsikan dengan tidak banyak cakapnya sultan-sultan di Ternate sehingga 14 Pada masa pra-kolano (raja), dikenal dengan sebutan Momole yang berarti pemimpin atas suatu komunitas. 3 Momole tersebut adalah Momole Guna yang berkedudukan di Tobona, Momole Matiti yang berkedudukan di Foramadiyahhi, lalu Momole Cico yang berkedudukan di Sampalu. Lihat buku M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara (Nala Cipta Litera: 2007), h

21 memudahkan bangsa asing, yakni Portugis, Spanyol, dan Belanda yang secara silih berganti memonopoli perdagangan rempah-rempah dan memegang kekuasaan atas wilayah Kesultanan Ternate. Letak Ternate yang dekat dengan laut mengakibatkan Alfred Thayer Mahan, seorang ahli yang membahas pengaruh laut terhadap sejarah, menyatakan bahwa apabila keadaan pantai suatu negeri memungkinkan orang turun ke laut maka penduduk negeri itu akan bergairah mencari hubungan ke luar untuk berdagang, kecenderungan ini selanjutnya memunculkan kebutuhan untuk memproduksi komoditasi. 15 Meskipun letak Ternate dekat dengan pantai, bukanlah hasil laut yang jadi primadona perdagangan saat itu. Melainkan rempah-rempah yang merupakan hasil dari perkebunan. Pendapat Mahan tersebut mengacu pada dua hal penting, yaitu kondisi wilayah dan penduduk. Kondisi wilayah bukan hanya menyangkut letak dan keadaan alam tetapi juga kedudukannya dalam dunia perdagangan. Sementara yang terakhir menyangkut matapencaharian penduduk serta pemerintahan. Menurut pemahaman penulis bahwa pada masa-masa awal kerajaankerajaan yang berada di Nusantara memiliki dua corak yaitu, kerajaan yang bercorak maritim karena letaknya yang berada di pesisir pantai, dan kerajaan yang bercorak agraris karena letaknya yang berada di pedalaman. Kerajaan maritim biasanya lebih menitik beratkan kehidupannya pada perdagangan yaitu suatu ciri yang erat kaitannya dengan kenyataan bahwa para pedagang lebih 15 J. C Van Leur dan F.R.J Verhoeven, Teori Mahan dan Sejarah Kepulauan Indonesia (Jakarta: Bharatara, 1974), h. 6 11

22 sesuai hidup dalam masyarakat kota bercorak maritim. 16 Ciri kerajaan maritim ini biasanya dimiliki oleh kerajaan-kerajaan Islam. Sebaliknya kerajaan yang bercorak agraris dalam kehidupan ekonominya lebih menitik beratkan pada pertanian, sedangkan kekuatan militernya lebih dititik beratkan pada angkatan darat. Ciri ini biasanya dimiliki oleh kerajaan-kerajaaan pada zaman Indonesia Hindu. Namun, tidak semua kerajaan pada zaman Indonesia-Hindu bercorak agraris, contoh kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang bercorak campuran agraris-maritim. 17 A. Letak Geografis Maluku Utara adalah daerah kepulauan yang terletak pada lintasan garis Khatulistiwa dan berada pada 124 Bujur Timur dan 3 Lintang Selatan. Ada sekitar 353 pulau besar dan kecil baik yang berpenghuni maupun yang belum berpenghuni di wilayah ini. Pulau terbesarnya dan paling utama adalah Halmahera, menyusul pulau-pulau penting lainnya seperti Obi, Sula, Morotai, Bacan, Makian, Ternate, dan Tidore. Luas wilayah Maluku Utara mencapai km, sementara kawasan lautnya sebesar km. Di sebelah Utara kawasan ini berbatasan dengan Samudera Pasifik, di sebelah Selatan dengan Laut Seram, di sebelah Timur dengan Laut Halmahera, dan di sebelah Barat dengan Laut Maluku. Wilayah kota Ternate terletak antara 0-2 Lintang Utara dan berada pada posisi Bujur Timur, dengan luas wilayah 249,75 16 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia (Kudus: Menara Kudus, 2000), h Ibid, 12

23 km², seluruh wilayah daerah ini dikelilingi laut, dengan batas-batasnya meliputi: Sebelah Timur dengan Selat Halmahera dan Sebelah Barat dengan Laut Maluku. 18 Wilayah kota Ternate merupakan daerah kepulauan karena wilayahnya terdiri dari delapan buah pulau, lima pulau berukuran sedang, dan tiga pulau lainnya berukuran kecil yang hingga sekarang belum dihuni penduduk. Nama dan luas pulau tersebut serta kategorinya seperti pada uraian berikut: Pulau Ternate (110,7 km²/ dihuni) 2. Pulau Hiri (12,4 km²/ dihuni) 3. Pulau Moti (24,6 km²/ dihuni) 4. Pulau Mayau (78,4 km²/ dihuni) 5. Pulau Tifure (22,1 km²/ dihuni) 6. Pulau Maka (0,50 km²/ tidak dihuni) 7. Pulau Mano (0,50 km²/ tidak dihuni) 8. Pulau Gurida (0,55 km²/ tidak dihuni) Nama Maluku pada awalnya hanya menunjuk kepada sebuah mata rantai lima pulau kecil yaitu Ternate, Tidore, Morotai, Bacan, dan Makian yang membentang sepanjang 25 mil 2 dan berada hanya 5 mil 2 dari pantai pesisir pulau yang relatif cukup besar yaitu Jailolo (6,950 mil 2 ) 20 yang dewasa ini disebut Halmahera. Letaknya di sebelah Utara Khatulistiwa dan arah ke Selatan 18 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah perjalanan Sejarah Maluku Utara , (Nala Cipta Litera: 2007), h BPS 2002, dalam laporan penelitian Abu Sanmas, Kedudukan dan Fungsi Lembaga Adat Kesultanan Ternate dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (Jakarta: LIPI), h Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h

24 dari Filipina. Kepulauan kecil ini yang memiliki jumlah daratan tidak kurang dari 200 mil 2 pada zaman dahulu dihuni oleh jiwa (dibandingkan dengan jiwa dewasa ini). Pemegang peranan di kepulauan ini adalah pulau kembar Ternate dan Tidore yang masing-masing luasnya sekitar 40 mil 2. Kedua pulau tersebut merupakan gunung berapi yang menyembul dari dasar laut sampai ketinggian lebih dari satu mil di atas permukaan laut. Secara alamiah kedua pulau ini pada awalnya merupakan sumber penghasil cengkeh dunia. Pulau-pulau ini merupakan kedudukan dari para kaicil (yaitu pemimpin-pemimpin tertinggi atau raja-raja kecil) yang menguasai kawasan yang membentang ke Barat sampai ke Sulawesi, Mindanao di Utara, Papua di Timur, Seram, serta Ambon di Selatan. B. Sumber Daya Alam Maluku sebagai daerah yang mendapat julukan emas hijau mempunyai hasil utama dalam bidang pertanian yaitu jagung, sagu, dan padi. Hasil utama perkebunan berupa kelapa, pala, cengkeh, dan kopi, dalam bidang kehutanan yaitu kayu putih. Hasil utama perikanan berupa ikan laut, rumput laut, dan mutiara. Dalam bidang industri antara lain; minyak pala, minyak kelapa, kayu lapis, dan kayu olahan; bidang pertambangan; minyak bumi, mangaan, batu perhiasan, dan lain-lain. 14

25 Julukan emas hijau ini karena komoditi berupa rempah-rempah, seperti tulisan Tomé Pires dalam bukunya The Suma Oriental of Tomé Pires, 21 yang menjelaskan bahwa cengkeh, pala dan bunga pala (fuli) hanya terdapat di Indonesia bagian Timur dan terdapat dalam jumlah besar, oleh karena itu cengkeh dapat diupayakan menjadi barang ekspor guna memenuhi kebutuhan yang selalu berubah, terutama di pasaran Eropa. Orang-orang Maluku memanfaatkan rempah-rempah sebagai bumbu penyedap masakan dan untuk pengobatan. Ketika Francis Drake mengunjungi Ternate, ia dijamu Sultan Baabullah dengan berbagai jenis masakan yang semuanya diramu dengan aroma cengkeh. Orang-orang Cina, pada zaman dahulu, menggunakan cengkeh untuk pengobatan dan stimulasi selera makan. Bahkan, mereka percaya bahwa cengkeh dapat meningkatkan kemampuan seksual manusia. Pada zaman pemerintahan dinasti Han di Cina, cengkeh digunakan para hakim untuk melegakan tenggorokan sebelum mengucapkan putusan atau mejatuhkan hukuman kepada seorang terdakwa. Para punggawa juga diharuskan mengunyah cengkeh untuk mengharumkan suasana audiensi mereka atau ketika menghadap kaisar menerima titah, supaya mereka bisa berbicara dengan suara bagus dan lancar. Di Eropa, selain untuk pengobatan dan penyedap masakan, cengkeh juga digunakan sebagai parfum. Bubuk cengkeh dipakai sebagai obat hirup yang biasanya merupakan asesori kalangan 21 Tome Pires, The Suma Oriental of Tome Pires , terj. Armando Cortesao (London: Hakluyt Society, 1944) h

26 menengah ke atas. Tetapi, karena harganya sangat mahal, ia hanya dapat dinikmati oleh golongan berduit. 22 C. Iklim Ternate sama dengan wilayah di Nusantara lainnya, mengenal musim kemarau dan hujan. Perubahan musim ini bergantung pada keadaan muson. Musim hujan berlangsung antara November hingga April berkat angin muson Barat, musim penghujan berakhir pada bulan Mei hingga Oktober ketika angin muson Barat berhenti dan digantikan oleh angin muson Timur. Angin muson tidak hanya mempengaruhi perubahan musim tetapi juga pelayaran dan perdagangan. Perubahan angin yang terjadi di Indonesia setiap setengah tahun dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, peredaran bumi mengitari matahari yang menyebabkan daerah angin mati berpindah-pindah dari Lintang Mengkara (Tropic of Cancer) ke Lintang Padayat (Tropic of Capricorn). Maka, angin pasat Tenggara pada waktu melintas garis Khatulistiwa akan berubah menjadi Barat Daya, sedangkan apabila angin pasat Timur Laut melintas Khatulistiwa dalam perjalanan ke Selatan ia akan berubah menjadi angin laut. Faktor kedua ialah lokasi Indonesia di antara dua kontinen, Asia dan Australia. Iklim panas di salah satu benua ini akan mengakibatkan suatu tekanan rendah yang cukup mempengaruhi daerah angin mati tersebut bergeser lebih jauh ke Selatan atau Utara menurut musimnya sehingga merubah arah angin yang bersangkutan. Dengan demikian terjadilah 22 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara (Nala Cipta Litera, 2007), h

27 angin musim yang berubah tujuan setiap setengah tahun sehingga angin memutar haluannya Perubahan musim ini sudah lama dikenal pelaut-pelaut Nusantara. Dengan memanfaatkan perubahan angin, pada bulan Oktober kapal-kapal sudah berangkat dari Maluku menuju pusat-pusat perdagangan di kota-kota sebelah barat, adapun pada bulan Maret dengan menggunakan angin barat biasanya dimanfaatkan oleh pedagang yang berada di bagian Barat seperti Malaka, Riau, Johor, dan Batavia, untuk berlayar ke arah Timur. D. Posisi Ternate dalam Dunia Perdagangan Hall 24 yakin bahwa pada sekitar abad ke-xiv dan permulaan abad ke- XV terdapat lima jaringan perdagangan (commercial zones). Pertama, jaringan perdagangan Teluk Bengal yang meliputi pesisir Koromandel di India Selatan, Sri Langka, Birma (kini Myanmar), dan pesisir Utara dan Barat Sumatera. Kedua, jaringan perdagangan Selat Malaka. Ketiga, jaringan perdagangan yang meliputi pesisir Timur Semenanjung Malaka, Thailand, dan Vietnam Selatan (untuk memudahkan, kita sebut jaringan perdagangan Laut Cina Selatan). Keempat, jaringan perdagangan Laut Sulu, yang meliputi pesisir Barat Luzon, Mindoro, Cebu, Mindanao, dan pesisir Utara Kalimantan (Brunei Darussalam). Kelima, jaringan Laut Jawa, yang meliputi kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, pesisir barat Kalimantan, Jawa, dan bagian Selatan 23 Adrian B. Lapian, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17,(Jakarta: Komunitas Bambu, 2008), h Kenneth R. Hall, Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia (Honolulu: University of Hawai Press. 1985), h

28 Sumatera. Jaringan perdagangan yang di sebut terakhir berada di bawah hegemoni Majapahit. 25 Sejarah jalur lautan mempunyai arti penting bagi sejarah awal Indonesia dan masa-masa berikutnya, karena mengandung episode penting dalam sejarah politik dan sejarah kebudayaan yang terkait erat dengan perdagangan dan jalur perdagangan. 26 Dengan pulau dan lautan yang lebih luas dari daratannya, Indonesia mempunyai letak yang strategis dan potensial bagi pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan. Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan tersebut antara lain didorong faktor lautan yang menjadi jalur pelayaran internasional. Dengan jalur pelayaran tersebut, terjadilah jaringan perdagangan antar-pulau dan antar-suku bangsa yang kemudian berkembang menjadi jaringan perdagangan internasional atau perdagangan antar-bangsa. 27 Ternate sebagai bandar jalur sutera mengalami masa jaya pada abad ke- 16 M. Pada masa itu Ternate berhasil meluaskan kekuasaannya di seluruh wilayah yang terbentang antara Sulawesi dan Irian Jaya. Ke Barat kekuasaannya diakui sampai ke pesisir Timur Sulawesi termasuk Sulu dan Kepulauan Banggai, ke Selatan Ternate meluaskan kekuasaannya ke Seram Barat (Jazirah Hoamal) dan kepulauan Ambon. Kekuasaan yang begitu jelas didukung oleh sumber daya manusia dan sarana yang cukup kuat, seperti perahu, junk, atau kapal sebagai alat untuk menjangkau antar-pulau yang membutuhkan cengkeh. Tanpa dukungan yang kuat tidak mungkin mampu mengadakan ekspansi 25 Majapahit runtuh pada abad ke-15 M, antara tahun Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara (Jakarta: PT. Gramedia, 2009), h Ibid., h

29 politik. Hal ini erat kaitannya dengan peranan Ternate sebagai bandar jalur sutera. Munculnya Ternate sebagai bandar jalur sutera berkaitan erat dengan interaksi jalur dagang darat maupun jalur dagang laut. Di Ternate terdapat Pelabuhan Samudera Ahmad Yani dan Bandar Udara Babullah. Kota Ternate sendiri berlokasi di pesisir Timur pulau Ternate menghadap pulau Halmahera, posisi ini sangat potensial 28. Kedudukan yang demikian ini menyebabkan kota Ternate memiliki peranan yang sangat penting dalam ekonomi perdagangan lintas Halmahera. Selain itu, letak pulau Ternate adalah dekat dengan kota Manado ibukota Propinsi Sulawesi Utara. Posisi strategis yang berhadapan dengan kawasan Dodinga, sebuah persimpangan jalan di pulau Halmahera yang menyebabkan kota ini berkembang dalam jalur perdagangan di daerah Maluku Utara. Rempah-rempah dari Maluku menemukan pasar yang makin meluas, karena dibawa dalam jumlah besar ke Eropa lewat Mesir dan Venesia. Karena Maluku hampir merupakan satu-satunya produsen rempah-rempah, maka segera menjadi tempat yang penting secara politik. Kedatangan Portugis ke Maluku mulai berupaya memonopoli perdagangan rempah-rempah. Namun, menurut Howard Federspiel, usaha Portugis tidak terlalu berhasil, akibat tidak mampu menggantikan sistem perdagangan yang telah ada. 29 Lebih lanjut, Des Alwi menjelaskan, bahwa perdagangan rempah-rempah yang dilakukan oleh Portugis di Maluku tidak lain semacam sistem barter yang sangat memberi keuntungan besar kepada Portugis 28 RZ. Leirissa, Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra, h Howard M. Federspiel, Sultans, shamans, and saints : Islam and Muslims in Southeast Asia, (USA : University of Hawai i Press, 2007), h

30 sedangkan Maluku menerima keuntungan yang sangat kecil saja. Membandingkan dengan harga dewasa ini maka volume dan nilai perdagangan Portugis di Maluku dapat diperkirakan kira-kira pemasukan dan pengeluaran per tahun hanya sekitar ton senilai 2 sampai 3 juta dollar AS. Tetapi 2-3 juta dollar pada abad ke-16 M setara dengan juta dollar AS atau bahkan juta dollar AS sekarang. Pada jalur Ternate-Lisabon, Portugis berhasil memuat sekitar setengah juta pound setiap tahun dan seperempat juta pound pala dan fuli dengan nilai total yang dilaporkan sebesar sekitar 2 juta dollar AS di pasaran Eropa. 30 Keuntungan sepihak inilah yang mengindikasikan Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku dan Ternate tidak mengalami sukses secara signifikan. Di Eropa, selama abad Pertengahan, rempah-rempah ini dijual dengan harga sangat mahal, tapi harga itu sangat sedikit, karena masalah biaya produksi atau jumlah yang tersedia. Pembudidayaan cengkeh hanya membutuhkan sedikit kerja, dan pohon itu terus berproduksi selama tigaperempat abad, yang sangat cukup menutupi ongkos selama periode lama pertumbuhan sebelum mulai berbunga hampir 12 tahun. Yang membuat biayanya begitu mahal ialah biaya transportasi, serta resiko tinggi perjalanan panjang di laut. Penduduk kepulauan Maluku tidak banyak beruntung dari perdagangan itu dibandingkan pedagang-pedagang Jawa, Gujarat, dan Cina Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h Ibid, h

31 Kepulauan rempah-rempah sudah menjadi legenda di Eropa sebagai sumber kekayaan terbesar di kawasan Timur. Cengkeh dan pala adalah produknya. Cengkeh, kuncup bunga yang dikeringkan dari pohon cengkeh. Dengan perkembangan perdagangan cengkeh yang menyebabkan perluasan perkebunan cengkeh dan menurunnya produksi bahan pangan, maka bahan makanan harus didatangkan dari luar, terutama dibawa oleh orang Jawa dan Melayu. Orang Cina pun mula-mula berlayar sampai ke Maluku, akan tetapi sesudah abad ke-14 M mereka tidak lagi berhubungan langsung dengan Maluku, mungkin karena tidak bisa menghadapi saingan berat dari pedagang Jawa dan Melayu. Yang jelas ialah bahwa pedagang Cina memperoleh rempahrempah Maluku dari pelabuhan-pelabuhan di Jawa. Keadaan ini mungkin berubah pada abad ke-16 M. Sebab ketika orang Belanda khususnya VOC tiba di Maluku (awal abad ke-17 M) 32 mereka bertemu dengan banyak orang Cina yang memainkan peranan penting di Maluku sebagai juru bahasa dan penilai rempah-rempah. Mereka ini mungkin datang dari kepulauan Filipina (bersama orang Spanyol). Sekitar tahun 1630 M, Belanda telah mencapai banyak kemajuan dalam meletakkan dasar-dasar militer untuk mendapatkan hegemoni perdagangan atas perniagaan laut di Indonesia. Mereka berkuasa di Ambon, di pusat kepulauan penghasil rempah-rempah, dan mendirikan markas besar di Batavia yang terletak di Nusantara bagian barat. Pada tahun 1641 M, Malaka Portugis jatuh ke tangan VOC, dan pada tahun 1648 M, Perang Delapan Puluh Tahun di Eropa 32 Tim Penulis PUSPINDO, Sejarah Pelayaran Niaga di Indonesia Pra Sejarah Hingga 17 Agustus 1945 (Jakarta: PUSPINDO, 1990), h

32 berakhir, mengakhiri permusuhan antara Belanda dan Spanyol. Akan tetapi, pada pertengahan abad XVII, menjadi jelas bawa hegemoni VOC tidak dapat ditegakkan hanya dengan perjanjian-perjanjian perdamaian, pembangunan benteng-benteng, dan dipertahankannya keunggulan angkatan lautnya. Kekuasaan-kekuasaan di Indonesia, baik yang besar maupun yang kecil, masih tetap dapat megacaukan rencana-rencana VOC. Oleh karena itu, VOC harus melakukan suatu kebijakan militer yang bahkan lebih agresif, dengan campur tangan secara langsung dalam urusan dalam negeri beberapa negara di Indonesia. Dengan demikian, diletakanlah dasar-dasar bagi apa yang disebut sebagai imperium Belanda di Indonesia M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), h

33 BAB III KESULTANAN TERNATE A. Berdirinya Kesultanan Ternate Di seluruh wilayah Nusantara, pada masa lampau banyak terdapat kerajaan-kerajaan yang secara historis kelahirannya berbeda antara kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lainnya. Sejarah Maluku sebelum kedatangan Portugis adalah sejarah yang diterka atau rekaan saja, karena memang tidak ada catatan sejarah dan peninggalan-peninggalan arkeologis penting. Bahkan Maluku juga sama sekali tidak mendekati kepada arus civilisasi yang maju sampai masa mulai menyebarnya Islam pada abad ke-15 M. Sebelum masa itu para imigran dari daerah Melayu telah datang dan menetap di pulau-pulau di sepanjang pesisir yang sampai hari ini masih bisa kita temukan. 34 Berdirinya kesultanan Ternate tidak dapat dilepaskan pada awal sejarah terbentuknya Kerajaan Ternate atau yang disebut awal masa pra-kolano (raja). Awal berdirinya kerajaan Ternate berkaitan dengan beberapa sumber mitos dan legenda. Menurut Des Alwi 35 yang bersumber dari naskah tua Ternate, pada awalnya Ternate diduduki oleh pelarian-pelarian yang telah menentang kekuasaan penguasa lalim dari Jailolo. Profil pemimpin Ternate pertama yang cukup berpengaruh adalah seorang yang bernama Guna seorang kepala Desa 34 Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h Ibid, h

34 Tobona yang bertempat tinggal di ketinggian lereng kepundan Merapi. Ketika pada suatu hari ia sedang berkelana mencari kelapa untuk melegakkan tenggorokan dengan airnya, kaki Guna tersentuh sebongkah batu yang kemudian ternyata terbuat dari emas murni. Harta ini yang pada awalnya dianggap bekas milik jin yang dianggap bisa membuat pemiliknya mendapatkan kekuatan magis yang pada zaman dahulu dianggap sebagai kelengkapankelengkapan yang dimiliki seorang pemimpin. Oleh karena itu Guna dan para pengikutnya dianggap sebagai penguasa-penguasa seluruh pulau Ternate. Menurut Abu Sanmas 36 dalam laporan penelitiannya menyatakan bahwa Kerajaan Ternate bermula dari beberapa Momole di antaranya; Momole Guna yang berkedudukan di Tobona yang menemukan benda berupa bongkahan emas, tetapi karena terjadi huru-hara yang menyertai keberadaan benda tersebut, lalu beliau menyerahkan kepada Momole Matiti yang berkedudukan di Foramadiyahi, namun Momole Matiti juga tak sanggup menahan benda yang dianggap mempunyai kekuatan magis, maka diserahkan kepada, Momole Cico yang berkedudukan di Sampalu, Momole Cico ternyata berhasil mengendalikan huru-hara masyarakat yang berasal dari benda aneh dan dianggap mempunyai magis tersebut. Akhirnya para Momole setuju untuk mengangkat Momole Cico sebagai Kolano pertama Kerajaan Ternate. Menurut M. Saleh Kota (staf Keraton) yang diwawancarai oleh Abu Sanmas, proses terbentuknya Kerajaaan Ternate dimulai sejak menyatunya empat persekutuan hukum adat yakni, Tobona, Tobanga, Sampalu, dan Momole 36 Abu Sanmas, Kedudukan dan Fungsi Lembaga Adat Kesultanan Ternate dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Laporan Penelitian (Jakarta: LIPI,t.t.), h

35 Toyo melalui suatu forum yang dikenal dengan nama Foramadiyahhi yang artinya duduklah kebenaran dan keadilan. Proses pernyataan empat persekutuan itu sendiri diprakarsai oleh Mashur Malamo, putra keempat dari Siti Nursafah dengan Jafar Sadik yaitu seorang penyiar agama Islam yang tiba di Ternate pada tahun 1250 M. Sedangkan menurut Abdul Hamid Hasan, 37 Kerajaan Ternate berdiri karena pertikaian antara sesama Momole di Ternate, yang menyebabkan kerugian para kelompok-kelompok Momole, hingga diadakanlah suatu permufakatan bersama pada tahun 1251 yang dikenal dengan persetujuan Foramadiahi artinya duduklah kebenarannya. Dari beberapa versi di atas, bahwa asal-usul berdirinya kerajaan Ternate dimulai dari penyatuan beberapa wilayah persekutuan hukum adat yang ada di pulau Ternate. Pada versi kedua, kerajaan Ternate terbentuk pada saat sebelum masuknya pengaruh Islam di wilayah itu, yang ditandai dengan ditemukannya sebuah benda aneh, di mana Cico-lah yang diangkat menjadi (Kolano) raja pertama. Sementara versi ketiga, menunjukkan bahwa kerajaan Ternate terbentuk setelah terjadi perkawinan antara Jafar Sadik dengan Siti Nursafah, setelah masuknya pengaruh agama Islam, semua Momole pada persekutuanpersekutuan hukum tersebut semua berada dalam satu garis keturunan genealogis. Terkecuali pada versi pertama, sumber yang berasal dari cerita rakyat yang disebut legenda atau mitos yang dipengaruhi unsur animisme, sehingga tingkat keotentikan sumber tersebut sangat lemah. Namun, cerita 37 Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate (Ternate: 1998), h

36 rakyat tersebut, dapat dijadikan kekayaan Nusantara sebagai wacana pembuktian lebih lanjut mengenai kerajaan Ternate. Pada masa kerajaan pucuk pimpinan dinamakan, Kolano, dari kata Koko-la-nao, yang artinya tegak diatas kekuatan dimana kekuatan-kekuatan dibawahnya terdiri dari lembaga-lembaga kerajaan, yaitu: Gam Raha = Empat Pilar Besar, sebagai dewan tertinggi yang memilih dan mengangkat kolano serta menyatakan perang dan damai. 2. Bobato Nyagimoi de Tufkange = Dewan Delapan Belas, sebagai lembaga penetapan hukum-hukum adat dan berhak mengajukan kandidat kolano. 3. Soasio = Dewan Menteri 4. Falahara = Dewan Pertimbangan Agung 5. Sabua Raha = Mahkamah Agung 6. Sangaji-sangaji = Pemerintahan Wilayah 7. Heku Cim = Angkatan Bersenjata 8. Bala Kusu se Kano-kano = Rakyat Pada sub-judul sebelumnya, diterangkan bahwa Ternate pertama kali bersentuhan dengan Islam, yaitu pada masa Kolano Marhum. Namun, secara struktur pemerintahan gelar kolano sebagai raja belum digantikan dengan gelar 38 Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate (Ternate: 1998), h. 23. Tentang struktur lengkap lembaga-lembaga kerajaan maupun struktur pemerintahan kerajaan lihat, Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate, h

37 sultan, itu berarti intensitas Islamisasi yang terjadi di kerajaan Ternate pada masa Marhum masih dalam masa transisi. Ketika masa kepemimpinan Marhum berakhir, tahta kerajaan Ternate digantikan anaknya Zainal Abidin. Awal kepemimpinannya, gelar sultan mulai diterapkan sebagai identitas pemimpin kerajaan. Dengan demikian, secara de facto struktur pemerintahan kerajaan Ternate telah berganti menjadi kesultanan Ternate, seiring dengan pergantian gelar tersebut. Meski pada masa Marhum Islamisasi baru pada tahap transisi, tampaknya Marhum menyadari betul bahwa Islam benar-benar sebuah pilihan sehingga berimplikasi pada pentingnya mempelajari dan mendalami Islam. Oleh karena itu, Marhum berupaya mendidik anaknya, Zainal Abidin, mempelajari Islam di bawah bimbingan Maula Husein, dan memperoleh pendidikan Islam secara formal di sekolah tinggi Islam Gresik yang dipimpin langsung oleh Sunan Giri (1495). 39 Adanya perubahan dalam sistem pemerintahan ini mengakibatkan fungsi ganda Sultan, yaitu sebagai pemegang kekuasaan duniawi (pemerintah) dan juga sebgai pemegang kekuasaan spiritual (keagamaan). Secara teoritis sultan adalah pengganti Rasul atau dikenal dengan istilah Tubaddi al Rasul, yaitu sultan memiliki tanggung jawab memimpin negara sekaligus menyiarkan dan memelihara agama Islam. selain itu, sultan memiliki kewajiban memperluas wilayah kekuasaannya dan menundukkan daerah-daerah lain. 39 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara (Nala Cipta Litera: 2007), h

38 B. Awal Masuknya Islam ke Ternate Menurut Ricklefs, penyebaran Islam di Nusantara berlangsung melalui dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan pemeluk agama Islam yang datang ke wilayah Nusantara kemudian penduduk pribumi menganut agama Islam. Kedua, orang-orang asing, seperti Arab, India, dan Cina yang telah beragama Islam bertempat tinggal secara permanen di suatu wilayah, kemudian melakukan perkawinan campur dan mengikuti gaya hidup lokal. 40 Jadi, pendapat Ricklefs, faktor yang lebih berpengaruh dalam proses penyebaran agama Islam adalah melalui proses perkawinan. Sedangkan menurut De Graaf, penyebaran Islam di Nusantara melibatkan tiga fase penting yang saling melengkapi, yaitu yang pertama melalui fase perdagangan, kedua fase tasawuf (sufi), ketiga melalui fase politik. 41 Pendapat De Graaf mengindikasikan antara ketiga fase tersebut memiliki korelasi yang saling berkesinambungan, terutama pada fase perdagangan dan tasawuf, yang memungkinkan para pedagang tersebut juga merupakan seorang ulama (sufi). Sementara pada fase politik, para penguasa di Nusantara memeluk Islam demi memperoleh dukungan dari para pedagang Muslim secara ekonomis dan politis. 42 Lebih jauh lagi motif penyebaran Islam merupakan akibat dari ancaman agama Kristen yang mendorong penduduk Nusantara masuk Islam. Jadi, 40 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern , h H. J de Graff, Southeast Asian Islam To The Eighteenth Century, dalam P.M. Holt, The Cambridge History of Islam, vol 2A (London: Cambridge University Press: 1987), h Lihat J.C. Van Leur, Indonesian Trade and Society, h

39 masuknya Islam akibat dari persaingan antara Islam dan Kristen untuk memenangkan pemeluk baru di Indonesia. Penyebaran Islam di Nusantara terjadi ketika persaingan dan konflik semakin sengit di antara bangsa Portugis dan para pedagang Muslim. 43 Namun, secara umum proses masuk dan berkembangnya agama Islam ini disepakati berjalan secara damai, meskipun ada juga penggunaan kekuatan oleh penguasa Muslim untuk mengislamkan rakyat atau masyarakat. Secara umum mereka menerima Islam tanpa meninggalkan kepercayaan praktek keagamaan lain. Perbedaan pendapat tentang apa yang dimaksud dengan Islam, ada yang memberikan pengertian Islam dengan kriteria formal yang sangat sederhana seperti pengucapan dua kalimat syahadat atau pemakaian nama Islam, sebagian lain mendefenisikan Islam secara sosiologis, yakni masyarakat itu dikatakan telah Islam, jika prinsip-prinsip Islam telah berfungsi secara aktual dalam lembaga-lembaga sosial, budaya dan politik, jadi mereka menganggap bacaan kalimat syahadat tidak dapat dijadikan bukti adanya penetrasi Islam dalam suatu masyarakat. 44 Hal tersebut menyebabkan konsep masuknya Islam atau Islamisasi masih dicampuradukkan antara datang (terdapat bekas Islam disuatu tempat), 43 B.J.O. Schrieke, Indonesian Sociological Studies, vol II, (The Hague dan Bandung: W. van Hoeve, 1957), h Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h

40 berkembang (mesjid ditemukan), dan munculnya Islam sebagai kekuatan Politik (sultan memerintah). 45 Bahwa, apapun teori Islamisasi yang dijelaskan di atas, kedatangan Islam ke daerah Maluku sangat mengandalkan jalur perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Menurut tradisi setempat, bangsa Arab datang ke Maluku sejak abad ke-14 M. Raja Ternate yang ke-12 bernama Molomasetija ( M) telah bersahabat akrab dengan orang Arab, tetapi hubungan kekerabatan tersebut tidak berpengaruh pada penyebaran Islam. Islam mulai menyebar di Ternate ketika masa pemerintahan Kolano Marhum 46 ulama dari Jawa bernama Maula Husein. 47 ( M) oleh seorang Pendatang dari Jawa ini telah membuat raja dan orang-orang di Maluku tertarik akan ajaran Islam. Dengan demikian maka Maula Husein berhasil meng-islamkan banyak orang di daerah itu. Setelah Kolano Marhum, raja Ternate yang telah memeluk agama Islam adalah Zainal Abidin ( M), beliau tidak hanya sekedar masuk Islam melainkan juga berupaya dalam proses perkembangan Islam di Maluku. Ia 1979), h Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja Dan Perkembangan Ekonomi (Jakarta: LP3ES, Kolano Marhun adalah raja pertama yang menerima Islam. Namun, sampai akhir hayatnya beliau tidak memakai gelar Sultan, tetapi dimakamkan secara Islam. Lihat M. Adnan Amal Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara (Nala Cipta Litera: 2007), h M. Adnan Amal Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara (Nala Cipta Litera: 2007), h.62 Nama Maula Husein terdapat perbedaan dalam pengejaan nama, menurut Uka Tjandrasasmita, Maulana Husein, lihat Arkeologi Islam, (Jakarta: Gramedia, 2009), h.60. Namun, beliau juga mengutip perbedaan nama tersebut dari bukunya TW. Arnold dengan ejaan Datu Mulia Husein, lihat Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam, h.27 30

41 mendapat ajaran agama tersebut dari madrasah Giri di Jawa 48. Dalam kunjungan ke pusat Islam ini, Sultan Ternate bertemu dengan kepala daerah Hitu dari Ambon. Antara keduanya diadakan persetujuan mengenai persekutuan. Masuknya pengaruh agama Islam pada abad ke-15 M (masa Kolano Marhum 1468) mempengaruhi juga pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang politik dan pemerintahan. Kepemimpinan dalam bentuk Kolano Ternate menjadi Kesultanan Ternate dan Zainal Abidin diangkat sebagai Sultan pertama. Menurut pengetahuan umum bahwa masuknya Islam di Ternate dalam tiga periode, yaitu periode awal, periode pertengahan dan periode diterimanya Islam oleh Kesultanan Periode Awal Periode ini dimulai pada masa perdagangan orang-orang Arab ke daerah ini untuk membeli rempah-rempah, berupa cengkeh, pala, dan fuli, lalu dibawa ke Eropa. Periode ini berlangsung pada pertengahan abad VII Masehi. Masuknya orang-orang Arab ke daerah ini paling tidak memberi pengaruh terhadap masyarakatnya, terjadinya interaksi antara dua orang atau lebih, akan memberi peluang untuk memberi pengaruh antara satu dengan yang lainnya. 2. Periode Pertengahan Periode ini dimulai pada abad XII, pada periode ini penyiaran Islam telah disampaikan kepada penduduk, bahkan telah memasuki kawasan kerajaan, 48 Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, h Abd. Rahman I. Marasabessy, Masuknya Agama Islam di Ternate dalam Pandangan Tokoh-tokoh di Ternate (Sebuah Telaah Pemurnian Islam di Ternate) dalam Ed, G.A. Ohorella, Ternate Sebagai Bandar di Jalur Sutera (Jakarta: CV. Putra Sejati Raya, 1997), h

42 baik Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Bahkan masyarakat pada umumnya. Periode ini ditandai dengan munculnya nama-nama raja yang sudah dipengaruhi nama-nama Arab, dan diduga keras adalah pengaruh ajaran Islam, seperti Mashur Malamo ( ) yang nama aslinya adalah Cico untuk kerajaan Ternate, lalu Kolano Sida Arif Malamo ( ). Dari nama-nama raja yang telah dikemukakan, jelas bahwa telah ada pengaruh langsung dari bangsa Arab yang masuk ke daerah ini, terhadap para raja dari kerajaan-kerajaan yang ada di daerah ini. 3. Periode Penerimaan Islam oleh Kesultanan Sultan Zainal Abidin adalah penguasa Ternate yang ke-19, yang juga merupakan orang pertama di Ternate yang memakai gelar Sultan. Ini dikarenakan beliau sudah belajar ajaran Islam sedari kecil dan memperoleh didikan formal dari Maula Husein, hingga ia belajar di sekolah tinggi Islam Gresik di bawah pimpinan Sunan Giri, inilah yang disebut dengan penerimaan Islam oleh Kesultanan. Dari hasil belajar Islam beberapa bulan di Giri, Zainal Abidin berhasil membangun persahabatan dengan orang-orang yang berpengaruh besar di Jawa. Beliau juga kemudian bersahabat dengan penguasa lokal yang dikunjunginya dalam perjalanan pulang setelah belajar agama Islam, seperti penguasa Ambon dan Makasar. Bukan hanya kembali ke kerajaan, Zainal Abidin juga membawa serta para sufi dari Jawa ke Ternate untuk membantu dalam menyiarkan Islam pada kalangan istana maupun juga kepada masyarakat Ternate. Sehingga mampu membentuk budaya masyarakat Islam pada masanya di daerah ini. 32

43 C. Struktur Sosial Masyarakat Ternate Menurut Uka Tjandrasasmita, sangat sulit menganalisa dan menyajikan struktur masyarakat kota pelabuhan Ternate, berkaitan dengan langkanya sumber-sumber mengenai masyarakat kota tersebut serta agaknya terlalu kompleks memahami teori struktur masyarakat (social structure). 50 Biasanya struktur masyarakat terjadi dari berbagai aturan kelembagaan dan lingkungannya, cara inilah yang dianggap sebagai proses pemeliharaan dan hubungan satu dengan lainnya dan menentukan kesatuan dan komposisi suatu struktur masyarakat. Namun, aturan kelembagaan selalu terbentur dengan aturan politik, kekuasaan, militer, dan ekonomi. 51 Antonio Galvao sedikitnya mampu menggambarkan struktur masyarakat Ternate sebelum Islam, berdasarkan penerapan peranan sosial dan status ekonomi masing-masing dan mengklasifikasikannya sesuai dengan nama gelar. Momole adalah sebutan atau gelar pemimpinnya, kemudian berganti menjadi kolano, atau istilah yang hampir sama dengan istilah raja. Kolano atau raja adalah posisi tertinggi dalam struktur kerajaan Ternate. Di bawah kolano terdapat golongan elit birokrat, mereka adalah Sangaji atau para adipati, kemudian Marsaoli atau para ksatria, dan Menteri atau para pembesar kerajaan. Pada level bawah terdapat Chetti atau para pedagang, terkecuali para pedagang yang memiliki modal besar. Sedangkan golongan budak disebut Ngofangares. 50 Uka Tjandrasasmita, Struktur Masyarakat Kota Pelabuhan Ternate Abad XIV-XVII, dalam Ed, G.A. Ohorella, Ternate Sebagai Bandar di Jalur Sutera (Jakarta: CV. Putra Sejati Raya, 1997), h Ibid., h

44 Raja-raja atau kolano-kolano beserta saudara-saudaranya, sengaji dan anak-anaknya menyandang gelar-gelar yaitu untuk laki-laki bergelar Kaicil (Pangeran) untuk wanita bergelar Naicil. Hanya saudara-saudara laki maupun perempuan dari sengaji-sengaji dan para adipati memakai gelar-gelar yang diberikan oleh kolano. 52 Para Sengaji di daerahnya masing-masing dan daerah kekuasaannya ditaati rakyatnya, ditakuti, dan dihormati seperti raja-raja. Ia mengurusi peradilan sipil dan kejahatan beserta memakai lencana kerajaan. Para sengaji itu memelihara perbatasan-perbatasan dan tanda-tanda bagi pertanahan, di seluruh wilayahnya, kekuasaannya, tempat-tempat, desa-desa, dan kota-kota yang dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut soa-soa (kampung-kampung). Jumlah penduduk dikatakan yang terbesar daerah itu mempunyai penduduk tidak sampai orang. Penduduk itu kebanyakan menempati sepanjang pesisir atau sepanjang alur-alurnya, dengan rumah-rumahnya di atas tiang-tiang disertai tangga yang diambil pada malam hari. Setelah Islam masuk, seorang Sultan dibantu oleh para Imam (pemimpin dalam agama Islam, pembantu sultan dalam bidang agama Islam), pada masa ini kedudukan para Imam menjadi sangat penting. Mereka juga sering dipilih menjadi anggota Soasiwa (Soa: kampung, siwa: sembilan atau dalam pengertiannya 9 sengaji). 53 Tidak jarang mereka turut menentukkan nasib kesultanan sekaligus ikut berperan dalam perang melawan para bangsa asing, 52 Ibid, h R.Z. Leirissa, Sultan Ternate Emir el Mukminin Hamzah Nasarun Minallahi Shah (Sultan Hamzah ) dan Politiknya di Kerajaan Ternate antara Tahun Berdasarkan Dokumen VOC yang telah diterbitkan, (Skripsi Sarjana Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1965), h

45 selain sebagai penetap hukum keagamaan karena merekalah yang paling mengerti hukum-hukum agama. Di Ternate, Raja adalah kunci utama perdagangan, mengumpulkan cengkeh dari tangan masyarakat sebagai hasil pajak, dan hanya memberikan sedikit imbalan kepada masyarakat, atau dalam keadaan tertentu mengambil dengan paksa atau menyita hasil bumi itu untuknya. Sehingga perdagangan rempah-rempah tidak membawa keuntungan bagi masyarakat biasa, yang mendapat untung besar hanyalah raja dan bawahan-bawahannya. 54 Jogugu (menteri) dan Fala Raha (kata ini secara harfiah berarti empat rumah dan dianggap di sini sebagai Raja Penasehat) terpilih untuk membantu raja dalam menjalankan kerajaan. Fala Raha merupakan perwakilan dari empat klan bangsawan yang merupakan pilar penting dari Kerajaan Ternate. Dapat dikatakan bahwa Fala Raha merupakan pengganti empat momole pada periode pra-islam. Selain itu ada beberapa posisi yang dibentuk untuk membantu raja seperti Nyagimoi Bobato (Dewan 18), Sabua Raha (empat hakim agung), Heku Cim (angkatan laut dan darat), Salahakan (Gubernur), dan Sangaji. 55 Kepercayaan atau keagamaan penduduk di daerah Maluku dan Ternate sebagian besar masih animisme dan dinamisme dan sebagian kecil pada lapisan atas terutama golongan raja dan bangsawan berikut anggota birokratnya sudah menganut agama Islam. Golongan atau lapisan masyarakat seperti telah digambarkan oleh Antonio Galvao dari mulai kolano atau sultan setelah Islam masuk dan tersebar di daerah itu lambat laun makin bertambah dan bukan 54 Des Alwi, Sejarah Maluku, Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate, h

46 penduduk asli saja tetapi sudah bercampur dengan etnik lainnya akibat kedatangan pedagang-pedagang dari etnis lainnya yang berdagang di situ. Perhubungan yang erat sekali berasal dari Jawa atau kebudayaan Jawa masuk dan bercampur dengan kebudayaan setempat seiring dengan pertumbuhan jaringan pelayaran dan perdagangan. Seluruh sistem pertanian, industri, dan sosial di Maluku didasari pada pemahaman bahwa tanah atau lahan dan pengusahaan lahan, termasuk juga laut dan ikan di dalamnya, adalah milik masyarakat. 56 Artinya setiap penduduk mempunyai hak untuk mengelola sistem-sistem ini akan tetapi sebagian dari hasil panen diserahkan kepada para penguasa. Masyarakat Ternate divariasikan dalam hal pekerjaan mereka. Karena Ternate terkenal dengan hasil panen seperti rempah-rempah, dan cengkeh, sebagian besar orang menjadi petani. Mereka yang biasanya bertanam cengkeh, pala, kenari, dan kayu manis tinggal di daerah bukit. Sementara orang-orang yang tinggal dekat pantai biasanya menanam kelapa atau menjadi nelayan. Selain itu, beberapa dari mereka adalah pedagang. Huda yang terbuat dari beras, sagu, atau singkong yang biasanya dimasak dengan cara tertentu adalah makanan pokok Ternate. 56 Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h

47 BAB IV KESULTANAN TERNATE DALAM LINTAS PERDAGANGAN ABAD XVI-XVII A. Ternate dalam Lintas Perdagangan Abad XVI-XVII Jalur sutera adalah nama puitis dari jalur perdagangan yang berkembang antara Asia dan Eropa sejak abad-abad pertama masehi. Nama Seidentrasse yang pada abad ke 19 M, diberi oleh seorang pakar geografi Jerman, Baron Ferdinand von Richthofen, kini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, dan sejak tahun 1978 M, menjadi nama sebuah proyek penelitian Unesco yang diberi judul : Integral Study of the Silk Roads: Roads of Dialogue. Dengan memilih nama demikian hendak diperingatkan bahwa melalui jalur itu tidak hanya mengalir barang dagangan seperti sutera, rempah-rempah, dan sebagainya tetapi juga gagasan dan pemikiran, nilai dan norma, dan sebagainya yang telah memperkaya, malah mengubah kebudayaan setempat. 57 Jalur sutera ini juga meliputi atau melewati perairan Indonesia. Jalur ini menyatu dengan jalur rempah-rempah yang berawal dari Maluku, penghasil pala dan cengkeh. Sampai akhir abad ke-13 M, rempah-rempah Maluku dahulu hanya diperdagangkan ke Ambon dan Banda oleh para pedagang lokal. Para pedagang Jawa dan Melayu kemudian membawanya dari Ambon atau tepatnya Hitu dan Banda ke Pelabuhan Gresik, Tuban, Pasai, dan Malaka. Tetapi para pedagang Hitu dan Banda ketika itu juga membawa rempah-rempah Maluku ke 57 Adrian B. Lapian, Ternate Sekitar Pertengahan Abad XVI Menurut Catatan Antonio Galvao, Kapitan di Ternate ( ), dalam Ed, G.A. Ohorella, Ternate Sebagai Bandar di Jalur Sutera (Jakarta: CV. Putra Sejati Raya, 1997), h

48 pelabuhan-pelabuhan Jawa Timur dan Malaka. 58 Pada awal abad ke-14 M, pelabuhan Ternate, Tidore, Makian, dan Bacan mulai dikunjungi para pedagang Nusantara yaitu Jawa dan Melayu lalu menyusul pedagang-pedagang Cina dan Arab. Agaknya perdagangan cengkeh mulai ramai kala itu. Dengan datangnya para pedagang dari Arab, agama Islam mulai masuk namun belum dianut oleh para bangsawan maupun oleh kalangan penduduk lainnya. Barulah pada pertengahan abad ke-15 M agama Islam mulai dianut oleh para bangsawan kemudian menyusul kalangan penduduk lainnya. Namun, rupanya bukan bangsa Arab yang mengislamisasi penduduk Ternate melainkan orang Jawa atau tepatnya berasal dari Giri (Gresik) yaitu Maula Husein. Pada pertengahan abad ini jugalah motivasi para pelayar ataupun para pedagang asing untuk memperoleh rempah-rempah ini secara langsung (tanpa pedagang perantara seperti pada abad-abad sebelumnya) telah mendorong mereka melakukan pelayaran hingga menemukan daerah asal produsennya. Mula-mula terbatas pada orang Portugis dan Spanyol saja, tetapi sejak akhir abad ke 16 M orang Inggris, Perancis, Belanda, dan kemudian juga orang Denmark, 59 mulai terlibat dalam pertarungan sengit yang terjadi ketika kapal-kapal Eropa tersebut saling memperebutkan hegemoni dan monopoli perdagangan pada masa globalisasi awal ini. Cengkeh merupakan komoditi dagang yang dibawa dari Indonesia oleh pedagang India. Cengkeh yang merupakan hasil dari wilayah Timur Indonesia 58 M.Adnan Amal, Maluku Utara. Perjalanan Sejarah (Universitas Khairun Ternate, 2002) h Adrian B. Lapian, Ternate Sekitar Pertengahan Abad XVI Menurut Catatan Antonio Galvao, Kapitan di Ternate ( ), h

49 rupa-rupanya telah dikenal lama dalam tradisi India ini dibuktikan dalam kitab Raghuvamsa yang ditulis Kalidasa disebut lavanga yang berarti cengkeh yang berasal dari Dvipantara yang artinya nama lain dari Indonesia. 60 Cengkeh oleh orang India digunakan antara lain untuk campuran bahan obat yang diperkenalkan oleh seorang tabib raja. Digunakannya jalur laut ke kepulauan rempah-rempah oleh para pedagang bangsa asing untuk mencapai dan membawa ke pelabuhan-pelabuhan lain. Karena jalur darat dirasakan tidak aman dan beresiko tinggi selain berhadapan dengan para perampok, para pedagang yang melewati jalur ini harus mengeluarkan biaya yang terlalu tinggi belum lagi terjadi pungutan dalam sepanjang perjalanan oleh orang-orang yang bermukim di wilayah jalur niaga. Kerajaan atau kesultanan-kesultanan di Maluku sangat mengandalkan penghasilannya pada sektor perdagangan rempah-rempah. Hingga pada abad ke-16 M, Ternate berhasil mencapai kejayaannya. 61 Menurut catatan sejarah tentang dunia perniagaan cengkeh merupakan niaga utama yang mempengaruhi dunia perniagaan karena mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Jadi tidaklah mengherankan para pedagang terdorong untuk menemukan wilayah produsen rempah-rempah, walaupun jalan menuju tujuan ke Maluku tidaklah mudah. Pengaruh rempah-rempah telah mengangkat perekonomian Ternate, pengaruh rempah-rempah juga membuat percaturan politik antara kerajaan 60 Tim Penulis Puspindo, Sejarah Pelayaran Niaga di Indonesia Pra Sejarah hingga 17 Agustus 1945, (Jakarta: Yayasan PUSPINDO, 1990), h M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara , h

50 maupun kesultanan daerah sekitar Maluku saling memperluas wilayahnya. Kedatangan para bangsa asing khususnya bangsa Eropa pada abad ke-16, telah membawa perubahan dalam perniagaan rempah-rempah. Kebanyakan dari mereka ingin menguasai dan memonopoli perdagangan dengan cara politik bujuk rayu dan adu domba antar-kesultanan hingga menyebabkan kerajaan atau kesultanan-kesultanan di Maluku terperangkap dengan siasat itu. A. 1. Jenis Barang Ekspor dan Impor Sejalan dengan penyebaran barang perdagangan yang diduga dibuat di dalam maupun di luar kesultanan, maka didapatkan sistem ekspor dan impor. Sistem ekspor dimaksudkan adalah penjualan barang-barang ke luar wilayah dari Kesultanan Ternate. Baik berupa hasil pertanian dan non-pertanian. Sedangkan sistem impor adalah penjualan barang-barang yang didatangkan dari luar wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate, baik berupa bahan makanan seperti beras, benda seni seperti keramik yang didatangkan dari Jawa dan Cina, dan peralatan seharihari. Mengacu pada sumber-sumber yang ada saat ini. Sulit sekali untuk mendapatkan rincian tertulis mengenai komoditi ekspor dan impor di Ternate. telah diketahui bahwa pada umumnya barang yang diekspor oleh Kesultanan Ternate antara lain, cengkeh, pala, dan kayu manis. Kesulitan data ini mengakibatkan pengambaran komoditi ekspor dan impor ini hanya di pilih beberapa saja. Dari sumber yang ada, barang ekspor antara lain cengkeh dan pala. Barang Impor yaitu Beras. 40

51 Cengkeh, bentuk komoditi cengkeh yang diperdagangkan berupa putik bunga cengkeh yang dikeringkan. Awalnya tanaman ini tumbuh subur di pulaupulau kecil di Ternate, Tidore, Makian, dan Motir di lepas pantai Barat Halmahera. Kegunaan cengkeh sebelum Masehi sampai sekarang masih dimanfaatkan untuk pengobatan, parfum, dan bumbu masak. 62 Selama abad ke-16 penanaman jenis tanaman tropis ini mulai meluas ke Selatan yakni ke Ambon dan Seram. Pada abad ke-17 kepulauan di sebelah Selatan ini merupakan pusat produksi utama. Kombinasi antara tanah subur walaupun berbatu, kabut pegunungan, angin laut, dan matahari serta hujan tropis adalah kondisi alam yang sangat baik bagi pertumbuhan cengkeh. Tidak memerlukan tenaga ekstra untuk memproduksi cengkeh. Ketika pohon cengkeh mendekati masa berbunga pada Agustus atau September, maka orang-orang siap memanen yang berlangsung selama beberapa pecan. 63 Pada awalnya cengkeh hanya dijual ke Ambon dan sekitarnya kemudian para pedagang dari Ambon membawanya ke Jawa. Setelah kedatangan bangsa Eropa, perdagangan rempah-rempah Maluku dimonopoli oleh mereka. Hal ini menjadikan harga cengkeh di Maluku sangat rendah sedangkan di pasaran Eropa sangat mahal. Dengan kisaran harga 1 bahar (456 lb, atau setara dengan 309 kg) di Maluku hanya 2 ducat (1 ducat=f5,25). Sementara di Malaka harganya mencapai 10 ducat (525 Gulden). Di Calcutta, harga cengkeh naik tajam menjadi fanom (1fanom=1 real) sedang cengkeh dengan kualitas terbaik seharga mencapai 700 fanom. Pada tahun 1600 harga 1 pon cengkeh (1 pon=0,54 kg) di 62 M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara , (Nala Cipta Litera, 2007), h Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h

52 Maluku hanya ½ penny (penny, mata uang Inggris. 100 penny=1 poundsterling), tetapi di Eropa harganya bisa mencapai 16 poundsterling atau naik menjadi % 64. Pala, berbentuk agak bulat biasa dipakai sebagai bumbu masakan. Sama halnya dengan cengkeh. Komoditas yang termasuk dengan rempah-rempah ini hanya ada di Maluku. di Banda pohon pala berbuah sepanjang tahun dan para pemetiknya menggunakan bambu panjang yang ujungnya terdapat keranjang agar kualitas buah pala dapat terjaga. 65 Dalam memanennya jauh lebih ringan daripada memanen cengkeh. Oleh para pedagang rempah-rempah (cengkeh dan pala) dibawa menuju Eropa. Pada tahun 1390-an. ± sekitar 6 metrik ton cengkeh dan 1 ½ metrik pala mencapai daerah Eropa. Pada abad sesudahnya terjadi peningkatan dalam pengiriman rempah-rempah yaitu menjadi 52 ton untuk cengkeh dan 26 ton untuk pala. 66 Jalur perdagangan ini melalui Timur Tengah hingga sampai di Italia tepatnya kota Venesia. Kebutuhan pasarlah yang mnyebabkan meningkatnya pengiriman rempah-rempah. Sulit untuk menjelaskan berapa nominal harga pala pada saat itu, kesulitan dalam pencarian sumber-sumber yang menjelaskan harganya. Membuat penulis tidak dapat menerangkan dan menjelaskannya. Yang bisa dijelaskan, menurut sumber-sumber yang diperoleh keuntungan yang didapat dari perdagangan lada 64 Datu Jamal Ashley Abbas, Mindanao and the Spice Islands, (The Philippine Post, 11 Maret 2.000), dalam M. Adnan Amal, Portugis & Spanyol di Maluku, (Depok: Komunitas Bambu, 2009), h Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h Anthony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara,(Jakarta: Pustaka LP3ES, 2004), h

53 telah menjadikan raja dan para bangsawan cepat kaya, rempah-rempah sangat laku dan banyak membawa keuntungan. Beras, barang impor terpenting yang didatangkan dari luar contohnya adalah Beras. Beras merupakan salah satu hasil pertanian terpenting. Untuk masyarakat Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari. Tetapi makanan pokok ini tidak terlalu berpengaruh bagi penduduk di wilayah Maluku, karena pada umumnya rakyat Maluku lebih banyak yang mengkonsumsi sagu. Dengan perkembangan perdagangan cengkeh yang menyebabkan perluasan lahan perkebuanan cengkeh dan menurunnya produksi bahan pangan, maka bahan makanan harus didatangkan dari luar, terutama dibawa oleh orang Jawa dan Melayu. Selain bahan pangan, Ternate juga mendatangkangkan berbagai macam bahan pakaian, seperti kain sutra dari Cina termasuk juga bermacam-macam porselin. Tidak didapatkannya banyak data mengenai komoditi impor di Kesultanan Ternate namun komoditi tersebut sangat bernilai penting untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang tinggal di KesultananTernate. Semua barang ekspor dan impor tersebut sangatlah berpengaruh bagi kehidupan Kesultanan Ternate dan masyarakatnya. Karena di samping perdagangan rempah-rempah yang telah mendatangkan kemakmuran bagi Kesultanan Ternate, mendatangkan bahan pangan dan sandang, seperti beras yang amat penting peranannya untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat 43

54 Ternate. Semuanya itu merupakan barang-barang yang diperdagangkan di Ternate. A. 2. Alat Tukar Perdagangan Di Ternate juga telah dikenal penggunaan mata uang yang telah di gunakan sebagai alat transaksi pembelian suatu barang. Namun, berbeda dengan Aceh pada zaman Iskandar Muda (w ), yang menggunakan mata uang kesultanan yang dibuat oleh pemerintah yang berupa mata uang emas untuk menggantikan mata uang real Spanyol. 67 Kesultanan Ternate sama seperti bandar dagang di Nusantara lainnya, bertransaksi dengan penggunaan mata uang real Spanyol, 68 terkadang juga mengunakan mata uang gulden Belanda, karena hal ini lebih memudahkan dalam transaksi baik di dalam maupun ke luar. Hal ini wajar karena mata uang real Spanyol telah banyak beredar dan berlaku di berbagai tempat, seperti Malaka, Banten, Sulawesi, dan tempat lain. B. Hubungan dengan Bangsa Asing Dalam sebuah lintas perdagangan, akan didapati keterlibatan berbagai kelompok bangsa yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi suatu kota perdagangan. Karena mereka itu merupakan pemain yang aktif dalam perdagangan baik lokal maupun internasional. Hal ini telah menjadikan sebuah 67 Denys Lombard, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda ( ) (Jakarta: Kepusatakaan Populer Gramedia, 2006), h real Spanyol mata uang yang terbuat dari perak. Satu real = 6 ¼ dollar lihat, Van Leur, Indonesian Trade and Society, h

55 kota perdagangan yang bersifat pluralistik menjadi titik temu antar bangsa-bangsa dari seluruh wilayah. 69 Pada abad ke-xvi, yang merupakan puncak kemakmuran Kesultanan Ternate, telah banyak didatangi oleh berbagai bangsa yang ikut meramaikan perdagangan. Seringnya mereka melakukan perdagangan, lambat laun mereka berdomisili di Ternate. Berbagai bangsa itu datang dari kawasan sekitar Nusantara maupun asing, antara lain bangsa: Cina, Arab, Portugis, Spanyol, Belanda, Jawa, dan Melayu. Para pedagang Cina, Arab, dan para pedagang dari bumi Nusantara, pada umumnya datang ke Ternate hanya untuk berdagang. Namun, tak dipungkiri pedagang-pedagang dari Arab maupun pedagang Nusantara membawa misi mengislamkan penduduk sekitar. Berbeda dengan para pedagang dari Eropa yang selain berdagang dan misi penyebaran agama Kristen mereka juga berupaya untuk memonopoli perdagangan hingga menimbulkan pertentangan dengan penguasapenguasa lokal. Jika melihat dari data yang ada dalam abad ke-xvi, dari semua negara di atas, Cina, Portugis, dan Belanda-lah yang memiliki peran yang amat berarti bagi perdagangan di Kesultanan Ternate. Peran penting ini dapat dilihat dari sejauh mana mereka dapat memainkan pengaruh dalam faktor ekonomi dan politik. 69 Anthony Reid, Dari Ekspansi Hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara , Jilid II terj, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), h

56 B. 1. Bangsa Cina Orang-orang Cina berabad-abad lamanya telah merahasiakan negeri asal cengkeh. 70 Penemuan kompas oleh orang Cina, telah memberi jalan pengetahuannya tentang kelautan, sehingga dapat dipastikan orang Cina-lah yang pertama kali datang ke kepulauan rempah-rempah, kemudian menyusul setelahnya para pedagang asing lainnya dengan tujuan yang sama pula. Diperkirakan pada abad ketiga sebelum masehi telah ada hubungan dagang antara Indonesia dan Cina dalam perdagangan rempah-rempah atau antara Maluku dengan Cina. 71 Hubungan dagang mengalami perbedaan pada era Majapahit berkuasa. Semua hasil komoditi Indonesia Timur terutama cengkeh harus dikumpulkan oleh kapal pengangkut dari Jawa ke pelabuhan-pelabuhan besar Majapahit sebelum dibawa oleh para pedagang asing. Ini karena komoditi cengkeh merupakan komoditi dagang ketika itu. Diberlakukannya sistem perdagangan ala Majapahit menyebabkan bangsa Cina mengurangi pelayarannya menuju Maluku. Sistem perdagangan pada masa ini adalah barter, Cina mendatangkan kain sutra, keramik, dan logam. Barangbarang tersebut kemudian ditukar dengan cengkeh dari Maluku yang dikumpulkan terlebih dahulu di pelabuhan-pelabuhan besar Majapahit Tulisan Deineem, lihat Paramita R. Abdurrahman, Peninggalan-peninggalan yang berciri Portugis di Ambon Bunga Rampai Sejarah Maluku, (Jakarta: Lembaga Pendidikan Sejarah Maluku), h Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate, h Tim Penulis PUSPINDO, Sejarah Pelayaran Niaga di Indonesia, h

57 B. 2. Bangsa Portugis Jalur-jalur perdagangan Nusantara menjadi daya tarik bangsa-bangsa Eropa. Didorong oleh kebutuhan masyarakat Eropa akan rempah-rempah, maka bangsa-bangsa ini mencari jalan untuk menuju ke daerah penghasil rempahrempah, kemudian menagadakan hubungan dagang dengan penguasa-penguasa setempat. Pada tahun 1511 M, Portugis sebagai salah satu pendatang dari benua Eropa, berhasil menguasai Malaka yang merupakan Bandar terbesar di perairan Barat Nusantara. Setelah penaklukan Malaka, Portugis melakukan ekspedisi yang mengarah menuju akhir dari jalur pelayarannya ke bagian Timur Nusantara, untuk mencari dan mencapai daerah penghasil rempah-rempah yang konon katanya berada di Timur Nusantara. Daerah penghasil rempah-rempah inilah sasaran utama Portugis dari berpuluh-puluh tahun menjelajahi jalur pelayaran internasional. Kedatangan Portugis yang dipimpin oleh Fransisco Serrao pada tahun 1512 M, di kepulauan Maluku disambut oleh penguasa Ternate yang pada waktu itu sedang mencari sekutu untuk memenangkan persaingan sebagai penguasa tunggal daerah Maluku. Sultan Ternate ketika itu adalah Bayan Sirullah, 73 menjanjikan persahabatan dan mengangkat Serrao sebagai penasehat dalam bidang militer. Pada tahun 1513 M pendirian kantor dagang Portugis di Ternate. 74 Bahkan di tahun 1513 M Sultan meminta Portugis mendirikan benteng dan 73 Nama Sultan Bayan Sirullah atau Kaichil Bolief, kadang dalam berbagai naskah dapat berubah-ubah ejaannya, seperti Bayang Allah. Lihat, Willard A. Hanna dan Des Alwi, Ternate dan Tidore Masa Lalu Penuh Gejolak, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h D.G.E Hall, Sejarah Asia Tenggara, terj. L.P. Soewarsha dan M. Habib Mustopo, (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), h

58 mengadakan perjanjian berupa pemberian hak monopoli perdagangan cengkeh kepada Portugis. 75 Tahun 1522 M mulai berdiri benteng pertamaportugis di Ternate. 76 Benteng ini selain memperkuat kedudukan perdagangan Portugis di Ternate juga memberikan jaminan kekuatan politik dan militer, sehingga dapat menjadi pusat perdagangan cengkeh bagi seluruh daerah Maluku. 77 Setelah Sultan Bayan meninggal dunia tahun 1522 M, kericuhan mulai timbul dikarenakan campur tangan Portugis dalam negeri mengenai pengangkatan sultan baru Ternate. Portugis akhirnya menggunakan pengaruhnya setelah terjadi beberapa kali perubahan kepala pemerintah dengan menempatkan Sultan Tabarija tahun 1535, tetapi akhirnya ia juga ditahan dan diasingkan ke Goa. Namun tidak berlangsung lama, yang menjadi Sultan Ternate setelah Tabarija adalah Sultan Khairun. Pada masa pergantian sultan ini, telah ada dokumen-dokumen penting pewarisan tahta, surat wasiat dari Tabarija kepada seorang bangsawan Portugis bernama Jurdao de Freitas dan juga testamen dari Sultan Khairun tentang pewarisan Kesultanan Ternate. 78 Hal ini mencerminkan sudah adanya pengaruh 75 Ibid, h Awal pembangunan 24 Juni 1522 atau bertepatan dengan perayaan hari Santa John Baptiste, sehingga dinamakan benteng San Joao Baptiste de Ternate. Tetapi, setelah pembangunan benteng usai tahun 25 Februari 1523 berubah kembali namanya menjadi Nostra Senhora del Rosario (gadis cantik berkalung bunga mawar). Rupanya nama ini terlalu sulit dalam ejaannya sehingga orang Ternate menyebutnya Benteng Gamlamo, mengikuti nama kota dimana benteng tersebut didirikan. Lihat, M. Adnan Amal, Portugis dan Spanyol di Maluku, (Depok: Komunitas Bambu, 2009), h Paramita R. Abdurrahman, Peninggalan-peninggalan yang berciri Portugis di Ambon Bunga Rampai Sejarah Maluku, h Sultan Tabarija akhirnya ditahan dan diasingkan ke Goa karena sultan tidak dapat menerima intrik-intrik Portugis dan ia dipersalahkan dengan tindakan anti-portugis. Sultan penggantinya yaitu Sultan Khairun ternyata juga mempunyai pandangan yang sama dengan Sultan Tabarija, bahkan agar kesultanan tidak jatuh ke tangan Portugis, ia bersiasat membuat surat wasiat. Isinya dinyatakan bahwa Ternate merupakan vassal Portugis, tetapi ia minta agar putra sulungnya Baabullah diakui resmi sebagai putra mahkota dan anak-anak lainnya diakui sebagai pewaris tahta. 48

59 pemikiran Barat, bahwa segala sesuatu harus diatur secara legal dan ditulis hitam di atas putih. Sultan Khairun berusaha mengukuhkan kekuatan dan memperluas daerah Kesultanan Ternate selain membantu kegiatan Portugis di wilayahnya. Masa pemerintahan Sultan Khairun berakhir ketika tahun 1570 M terjadi pembunuhan atas dirinya, setelah selesai mengadakan persetujuan mengenai penjualan rempah-rempah dengan Portugis yang kemudian melanggar kesetiaannya melalui pembunuhan tersebut. 79 Dengan terbunuhnya Sultan Hairun seluruh rakyat Ternate merasa terhina dan dengan serentak bangkit menyerang Benteng Gamlamo di bawah pimpinan Sultan Baabullah ( ). Baabullah menuntut balas atas pembunuhan ayahnya, ia beserta para pengikutnya mengumumkan perang jihad untuk memerangi Portugis selama 5 tahun. 80 Tahun 1575 akhirnya Portugis berhasil diusir dari Ternate dan bentengnya dipindahkan ke Tidore. Pengusiran bangsa Portugis oleh Sultan Baabullah adalah kemenangan besar suatu bangsa dalam menegakkan kewibawaan dan martabat. Kemenangan Sultan Baabullah memberikan kredibilitas kepemimpinannya dalam menyusun kekuatan bangsa mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan seluruh wilayah kesatuan. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Ternate mengalami kemajuan yang luar biasa. Berkat keterampilan politiknya, ia meluaskan daerah Lihat, Paramita R. Abdurrahman, Peninggalan-peninggalan yang berciri Portugis di Ambon Bunga Rampai Sejarah Maluku, h Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate, h. 40, menyebutkan bahwa Sultan Hairun diserang oleh Antonio Pimental (keponakan dari Diego Lopes de Mesquita) setelah menerima perintah dari de Mesquita, dengan menikamkan sebuah keris di dalam Benteng Gamlamo, pada saat itu pulalah Sultan Hairun tewas seketika. 80 Pada waktu itu dilakukan pengepungan terhadap benteng Portugis dan tiap usaha dari pemukim-pemukim benteng untuk mendapatkan bahan makanan dicegah. Lihat, Paramita R. Abdurrahman, Peninggalan-peninggalan yang berciri Portugis di Ambon Bunga Rampai Sejarah Maluku, h

60 kekuasaannya. Pada masa pemerintahan Baabullah juga bangsa Eropa lainnya datang ke Kesultanan Ternate. Francis Drake seorang pedagang petualang Inggris datang pada tahun Saat itu sultan yang sedang kesal dan dendam dengan Portugis, bersumpah untuk mengadakan persahabatan dan kesetiaan kekal kepada Ratu Elisabeth dan mempercayakan sebuah cincin materai berhias batu merah delima untuk diserahkan kepada ratu serta menawarkan padanya suatu perjanjian dan pengangkutan rempah-rempah. 81 B. 3. Bangsa Belanda Setelah orang-orang Portugis diusir ke luar dari Ternate oleh Sultan Baabullah. Ternate juga harus menghadapi Bangsa Spanyol, inilah yang menyebabkan Kesultanan Ternate mencari kekuatan baru dalam upayanya mengusir bangsa Spanyol dari Ternate. Pada 22 Mei 1599 kapal Belanda yang pertama tiba di Ternate di bawah pimpinan Wijbrand van Warwijk 82 kemudian menyusul Jacob Corneliszoon van Neck dalam upaya mencari rempah-rempah. Sultan Said yang ketika itu menjabat sebagai kepala pemerintahan Kesultanan Ternate segera mengundang saingan orang Portugis dan Spanyol untuk berkunjung ke daerahnya. Maksud tujuan utama Belanda untuk berdagang segera tercapai. Ternate merangkul Belanda sebagai mitra dagang dan sebagai sekutu untuk mengusir Spanyol maupun Portugis yang ingin kembali ke Terante. Sementara itu, pada bulan Maret 1602 M dibentuklah Persatuan Umum Persekutuan Dagang Hindia Belanda atau VOC (Verenigde Oost Indische 81 Des Alwi, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore, dan Ambon, h Willard A. Hanna dan Des Alwi, Ternate dan Tidore Masa Lalu Penuh Gejolak, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h

61 Companie). Terbentuknya VOC untuk menyatukan perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda yang saling bersaing memperebutkan rempah-rempah. 83 Menurut Boxer, 84 ada dua sebab utama dibentuknya persatuan perusahaan dagang ini, yaitu: guna meneimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan Tanah Air. Para pendiri VOC benar-benar sadar bahwa setiap usaha untuk memperkukuh dan memperluas perdagangan Belanda di Asia, tidak boleh tidak melibatkan persengketaan bersenjata dengan orang-orang Portugis maupun Spanyol, kendatipun perang dengan mereka telah diperhitungkan, oraganisasi VOC pertama kalinya hanya ditujukan untuk maksud-maksud dagang. Tahun 1606 Spanyol menyerang Ternate dengan suatu kekuatan armada yang besar. Mereka menduduki bagian Barat Ternate, Sultan Said ditangkap dan diasingkan ke Manila. 85 Terancam dengan Spanyol, sultan yang baru bersekutu dengan VOC dan berhasil mengadakan perjanjian pada tahun Isi perjanjian tersebut adalah: Belanda diperbolehkan mendirikan benteng di Ternate, Belanda membantu dalam melindungi dari kemungkinan ancaman Spanyol, Ternate mengakui pembesarpembesar Belanda, ongkos pemeliharaan tentara Belanda ditanggung oleh Ternate, Belanda memperoleh monopoli rempah-rempah, saling menghormati agama masing-masing, tanpa persetujuan kedua belah pihak tidak boleh mengadakan perjanjian dengan Spanyol maupun Tidore M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern , (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), h C.R. Boxer, Jan Kompeni Sejarah VOC dalam Perang dan Damai , terj. Bakri Siregar (Jakarta: Sinar Harapan, 1983), h Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate, h Merupakan kutipan Valentjin, lihat Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate, h

62 Di tahun 1609, VOC membuat perjanjian lagi dengan pihak Kesultanan Ternate, masih seputar perdagangan rempah-rempah dan pengamanan dari persaingan orang-orang Iberia yaitu Spanyol dan Portugis. Dalam perdagangan setiap barang yang masuk dikenakan tarif atau bea masuk, oleh karena itu VOC juga membuat peraturan mengenai hal ini, seperti tercantum pada perjanjian tahun 1610 yang salah satu syaratnya adalah setengah dari penghasilan bea cukai adalah untuk Sultan sendiri. 87 Dalam rangka pengamanan perdagangan, akhirnya VOC mulai turut campur dalam urusan dalam negeri, seperti pendirian badan administrasi Gouverment der Molukken yang berpusat di Ternate, tercantum dalam perjanjian tahun 1623, 1652, 1667, dan Monopoli VOC telah menentukan akan dibawa kemana Kesultanan Ternate, kalangan istana maupun rakyat Ternate sadar akan konsekuensinya dengan perjanjian-perjanjian yang dibuat VOC kepada Kesultanan Ternate maupun sebaliknya akan menimbulkan percikan pertikaian yang berujung pada peperangan antara Ternate dengan VOC. Monopoli VOC mengakibatkan kerugian, kegelisahan, dan penyeludupan rempah-rempah oleh para pedagang gelap dari belahan Bumi Nusantara, misalnya, Makassar. Perdagangan gelap terus berlangsung di tahun 1636 dan berpusat di Makassar. Karena itu pada tahun 1683 dibuat pejanjian VOC dengan Sultan Hamzah yang memerintah pada masa itu di Ternate, mengenai pengakuan hak-hak pengusahaan di kepulauan rempah- 87 Uka Tjandrasasmita, ed., Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h R.Z. Leirissa, Tiga Pengertian Istilah Maluku dalam Sejarah Bunga Rampai Sejarah Maluku, (Jakarta: Lembaga Penelitian Sejarah Maluku, Pusat Dokumentasi Ilmiah Naional LIPI, 1973), H

63 rempah, penyerahan hak untuk penangkapan dan penghancuran kapal-kapal Makassar yang dijumpai di dekatnya. Tahun 1649 Gubernur Arnold de Vlaming van Oudshoorn mengeluarkan kebijakan menghancurkan pohon rempah-rempah yang berkelebihan di daerah Seram Barat. 89 Maksud mula-mula adalah sebagai senjata untuk menghukum penyelundup yang melanggar hak monopoli VOC dan menakutkan saudagarsaudagar yang masih berniaga dengan orang-orang di Maluku. Maksud kedua adalah untuk membatasi produksi dengan menghancurkan atau menebang sebagian pohon-pohon cengkeh agar harga itu tetap tinggi. 90 Kebijakan ini dipakai terus selama 2 abad berikutnya tanpa ada yang bisa melanggarnya, termasuk Sultan Ternate sendiri. Meskipun terdapat kekuasaan VOC di Maluku, namun perebutan wilayah kekuasaan antara Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore masih tetap terjadi, bahkan dimanfaatkan oleh penguasa asing tersebut. Pihak penguasa VOC di Maluku maupun di Belanda pada tahun 1649 menyetujui siasat pejabat VOC di Maluku bahwa Sultan Ternate harus selalu dilibatkan dalam peperangan dengan Sultan Tidore dan diusahakan agar kedua kesultanan ini jangan pernah berdamai karena hal ini sebenarnya dapat mencegah jatuhnya cengkeh ke tangan pedagang Spanyol ataupun pedagang lainnya. Perebutan kekuasaan ini terus meluas, sampai tahun 1665 ketika Kerajaan Goa memaksakan pengukuhan kekuasaan kepada raja-raja daerah Kepulauan Sula, Banggai, dan Tambuku yang sebelumnya 89 D.G.E Hall, Sejarah Asia Tenggara, h Tim Penyusun Monografi Daerah Maluku, Monografi Daerah Maluku. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, h

64 merupakan daerah kekuasaan Ternate. Kesultanan Ternate membentuk aliansi dengan VOC dan mendapatkan perlawanan dari pihak Kerajaan Goa yang beraliansi dengan Kesultanan Tidore. 91 Akhirnya Kerajaan Goa berhasil ditaklukan dan daerah Kesultanan Ternate semakin meluas, tetapi karena semakin besarnya ketergantungan sultan terhadap VOC, untuk masa selanjutnya kedudukan sultan di daerahnya mulai tergeser oleh kekuatan asing. 92 Pihak Kesultanan Ternate juga merasa dirugikan dengan adanya hak monopoli VOC. Merasa dirugikan Sultan Sibori pun memberontak terhadap VOC. Sultan yang dikenal dengan nama Raja Amsterdam ini mencoba mengambil bagian dalam perdagangan rempah-rempah yang menghasilkan keuntungan besar. Tahun 1675 Sultan Amsterdam memulai perang melawan Belanda. Namun usahanya gagal, ternyata VOC telah siap siaga melakukan tindakan pencegahan untuk menggagalkan niat sultan. Akhirnya Sibori ditangkap dan diasingkan ke Batavia. 93 Kemenangan VOC atas Ternate 1683 mengecilkan posisi Kesultanan Ternate yang dijadikan sebagai negara di bawah naungan VOC dan Sultan harus melepaskan semua klaimnya atas kedaulatan Laut Sulawesi. 94 Tetapi segala upaya yang dilakukan oleh Sultan Sibori ternyata pada akhirnya membawa kerugian besar. 91 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru dari Emporium sampai Imperium, jilid I. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h Hal ini disebabkan oleh adanya perjanjian mengenai hak-hak monopoli dan kesepakatan mengenai daerah taklukan. Kesepakatan pada intinya adalah apabila wilayah yang baru ditaklukan berpenduduk Kristen, maka akan menjadi milik VOC, sedangkan mereka yang beragama Islam di bawah yurisdiksi Kesultanan Ternate, dengan demikian wilayah kekauasan VOC menjadi semakin luas. Kemunduran Ternate juga disebabkan adanya kenyataan bahwa Sultan Ternate telah banyak berhutang dengan VOC. Adrian B. Lapian, Perebutan Samudera Laut Sulawesi Pada Abad XVI- XVII, Prisma No, 11 Th. XIII, h Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate, h R.Z. Leirissa, Masyarakat Halmahera dan Raja Jailolo: Studi tentang Sejarah Masyarakat Maluku Utara, (Disertasi, Universitas Indonesia, 1990), h

65 Sepanjang dua puluh tahun terkahir dari abad ke-17 M, kekuasaan atas wilayah Timur berada di tangan Belanda. Tidak diperlukan lagi tindakan besar, kecuali sesekali melakukan ekspedisi untuk memadamkan pemberontakan setempat. Hal ini terlebih karena perhatian Belanda semakin tertuju ke Pulau Jawa. Perdagangan rempah-rempah semakin kurang berarti jika dibandingkan dengan hasil perkebunan di Jawa dan Sumatera. Karenanya, pada saat itu tidak terjadi perluasan wilayah lagi. 55

66 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian dari bab-bab terdahulu yang telah menjelaskan mengenai tahap-tahap berkembangnya Kesultanan Ternate dalam lintas perdagangan pada abad ke-xvi-xvii, maka dapatlah diketahui bahwa berkembangnya Kesultanan Ternate sebagai salah satu pusat perdagangan di Nusantara diakibatkan peran Kesultanan Ternate. Disebut demikian karena rempah-rempah yang berupa cengkeh dan pala telah mengharumkan nama Indonesia sampai ke tingkat internasional, berabad-abad lamanya. Sejak abad ke-7 M, rempah-rempah merupakan salah satu hasil bumi Indonesia yang diperdagangkan. Pada waktu itu cengkeh merupakan tanaman yang hanya terdapat di Maluku. Pulau Ternate sebagai salah satu daerah penghasil cengkeh terpenting, dianggap tanah asal bagi jenis rempah-rempah yang sangat vital di daerah Maluku. Dalam upayanya mempertahankan dari monopoli bangsa asing, langkah yang ditempuh Kesultanan Ternate adalah mencoba merangkul bangsa Eropa demi mendapatkan dukungan militer, seperti, dengan VOC. Walaupun demi menempuh tujuannya, Kesultanan Ternate harus mengalami suatu dilema di mana harus menerima segala resiko atas koalisinya dengan VOC atau ancaman dari kerajaan lainnya. Beberapa perjanjian yang dibuat oleh VOC dan Ternate maupun sebaliknya berujung pada kerugian di pihak Ternate yang juga pada akhirnya menimbulkan peperangan di antara mereka. Memang terdapat keuntungan dari koalisi antara Kesultanan Ternate dengan VOC. Seperti, 56

67 meluasnya wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate. Namun, seiring berjalannya waktu pengaruh sultan di Ternate mulai memudar, ini dikarenakan VOC mendominasi Kesultanan Ternate. Sedangkan faktor yang mendukung Kesultanan Ternate menjadi pusat perdagangan di wilayah Timur Nusantara tak lain adalah letak geografis dan sumber daya alamnya. Kesultanan Ternate dalam perkembangannya tidak dapat terpisahkan dari letaknya yang strategis dan sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah tersebut. Maluku sebagai daerah yang mendapat julukan emas hijau mempunyai potensi sumber daya alam berupa hasil pertanian, perkebunan, dan pengolahan hutan, serta kelautan yang merupakan komoditi perdagangan yang telah menarik para pedagang untuk singgah dan melakukan transaksi perdagangan di wilayah Maluku. Julukan emas hijau ini terutama karena komoditi berupa rempah-rempah. Selain itu peran bangsa asing juga turut berperan dalam meramaikan perdagangan di Kesultanan Ternate. Didorong oleh kebutuhan masyarakat Eropa akan rempah-rempah, maka bangsa-bangsa ini mencari jalan untuk menuju ke daerah penghasil rempah-rempah, kemudian mengadakan hubungan dagang. Dimulai dari bangsa Portugis hingga Belanda, dan Inggris pada abad sesudahnya. Namun yang terjadi bukanlah hubungan dagang yang saling menguntungkan. Kita ketahui dalam sejarah dunia, kepulauan Banda, Ternate, Tidore, dan Ambon telah menjadi magnet yang sangat menarik pehatian dan keserakahan bangsa Eropa. Karena kekayaan alam yang melimpah, khususnya pala dan cengkeh, merupakan harta tak terkira dan sekaligus membawa derita 57

68 panjang bangsa. Tak pelak, bangsa-bangsa Eropa yaitu, Portugis, Inggris, dan Belanda saling bergantian menguasai dan mencurangi penduduk di sana selama hampir empat abad. Saat itu rempah-rempah sungguh menjadi ratu dunia. Merupakan fakta bahwa kedatangan bangsa-bangsa asing ke Ternate, tak lain karena rempah-rempah yang mempunyai keuntungan yang luar biasa menjanjikan. Bahkan para pedagang Arab dan Gujarat menuturkan pengakuannya bahwa apabila pedagang datang membawa 3 atau 4 kapal berisi rempah-rempah dari Maluku, lalu beberapa kapal yang bermuatan rempah-rempah itu hancur di tengah perjalanan. Maka 1 kapal yang tersisa sudah cukup untuk menutup kerugian atas hancurnya kapal-kapal tersebut bahkan bukan hanya itu 1 kapal yang berisi rempah-rempah masih memperoleh keuntungan. Jadi tak mengherankan jika bangsa Eropa berlomba-lomba datang ke Ternate dan Maluku umumnya untuk membuka hubungan dagang dengan penduduk sekitar. Meskipun jalan menuju ke Timur Nusantara jauh tak terkira dan memakan waktu. Tak menyurutkan niat mereka untuk datang ke Maluku. 58

69 DAFTAR PUSTAKA 1. Sumber yang Belum Diterbitkan Leirissa, R.Z, Masyarakat Halmahera dan Raja Jailolo: Studi tentang Sejarah Masyarakat Maluku Utara, Disertasi, Depok: Universitas Indonesia, 1990 Leirissa, R.Z, Sultan Ternate Emir el Mukminin Hamzah Nasarun Minallahi Shah (Sultan Hamzah ) dan Politiknya di Kerajaan Ternate antara Tahun Berdasarkan Dokumen VOC yang telah diterbitkan, Skripsi Sarjana Fakultas Sastra, Depok: Universitas Indonesia, 1965 Sanmas, Abu, Kedudukan dan Fungsi Lembaga Adat Kesultanan Ternate dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Jakarta: t.t, LIPI 2. Sumber yang Sudah Diterbitkan Abdullah, Taufik, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3ES, 1979 Abdullah, Taufik, dkk, ed, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara Jilid V, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve Abdurrahman, Paramita R, Peninggalan-peninggalan yang Berciri Portugis di Ambon Bunga Rampai Sejarah Maluku, Jakarta: t.t., Lembaga Pendidikan Sejarah Maluku Alwi, Des, Sejarah Maluku Banda Naira, Ternate, Tidore dan Ambon, Jakarta: PT. Dian Rakyat,

70 Amal, M. Adnan, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara , Makassar: Nala Cipta Litera, 2007 Amal, M. Adnan, Portugis & Spanyol di Maluku, Depok: Komunitas Bambu, 2009 Anthony Reid, Dari Ekspansi Hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara , Jilid II terj, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998 Azra, Azyumardi Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999 Boxer, C.R, Jan Kompeni Sejarah VOC dalam Perang dan Damai , terj. Bakri Siregar, Jakarta: Sinar Harapan, 1983 Federspiel, Howard M, Sultans, Shamans, and Saints : Islam and Muslims in Southeast Asia, USA : University of Hawai i Press, 2007 Hall, Kenneth R, Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia, Honolulu: University of Hawai Press, 1985 Hanna, Willard A dan Des Alwi, Ternate dan Tidore Masa Lalu Penuh Gejolak, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996 Hasan, Abdul Hamid, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate. Ternate: T.pn., 1998 Kartodirdjo, Sartono, Pengantar Sejarah Indonesia Baru dari Emporium sampai Imperium, Jilid I, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

71 Kementerian Dalam Negri, Profil Provinsi Republik Idonesia Maluku, Jakarta: Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara, 1992 Lapian, Adrian B, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17, Jakarta: Komunitas Bambu, 2008 Lapian, Adrian B, Perebutan Samudera Laut Sulawesi Pada Abad XVI-XVII, Prisma No, 11 Th. XIII, 1984 Leirissa, R.Z, dkk., Ternate Sebagai Badar Jalur Sutra, Jakarta: CV. Ilham Bangun Karya, 1999 Leirissa, R.Z, Tiga Pengertian Istilah Maluku dalam Sejarah Bunga Rampai Sejarah Maluku, Jakarta: Lembaga Penelitian Sejarah Maluku, Pusat Dokumentasi Ilmiah Naional LIPI, 1973 Lombard, Denys, Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda ( ), Jakarta: Kepusatakaan Populer Gramedia, 2006 Ohorella, G.A, ed., Ternate Sebagai Bandar di Jalur Sutera, Jakarta: CV. Putra Sejati Raya, 1997 Pires, Tome, The Suma Oriental of Tome Pires , terj. Armando Cortesao London: Hakluyt Society, 1944 Reid, Anthony, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, Jakarta: Pustaka LP3ES,

72 Ricklefs, M. C, Sejarah Indonesia Modern , Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008 Schrieke, B.J.O, Indonesian Sociological Studies, vol II, The Hague dan Bandung: W. van Hoeve, 1957 Tim Penulis IAIN Syarif Hidyatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1992 Tim Penulis PUSPINDO, Sejarah Pelayaran Niaga di Indonesia Pra Sejarah Hingga 17 Agustus 1945, Jakarta: PUSPINDO, 1990 Tim Penyusun Monografi Daerah Maluku, Monografi Daerah Maluku, Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, tt Tjandrasasmita, Uka ed., Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta: Balai Pustaka, 1993 Tjandrasasmita, Uka, Arkeologi Islam Nusantara, Jakarta: PT. Gramedia, 2009 Tjandrasasmita, Uka, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia, Kudus: Menara Kudus, 2000 Van Leur, J.C dan F.R.J Verhoeven, Teori Mahan dan Sejarah Kepulauan Indonesia, Jakarta: Bharatara, 1974 Van Leur, J.C, Indonesian Trade and Society, The Hague dan Bandung: Van Hoeve,

73 Vlekke, Bernard H. M, Nusantara Sejarah Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, Sumber Elektronik/Internet &aq=f&aqi=&oq=&q=baabullah 63

74 Lampiran: 1 Daftar Para Momole, Kolano, dan Sultan Ternate 95 Versi Pertama Nama Raja Tahun Berkuasa 1. Momole Guna Tobona Momole Matiti Foramadiyahi Momole Sia Kolano Cico Bunga (Mashur Malamo) Kolano Jamin Kolano Komalo Kolano Bakuku Kolano Ngaralamo Kolano Pastarang Malamo Kolano Aiya (Sidang Arif Malamo) Kolano Paji Malamo Kolano Syah Alam Kolano Tolu Malamo Kolano Kie Mabiji Kolano Ngolo Macaya Kolano Momole Kolano Gapi Malamo Kolano Gapi Baguna Kolano Komalo Kolano Sia Kolano Gapi Baguna (Marhum) Sultan Zainal Abidin Sultan Bayan Sirullah Abdul Hamid Hasan, Aroma Sejarah dan Budaya Ternate, Ternate: T.pn., h, 28-64

75 24. Duko Lamo 25. Daiyalo Bohayat 27. Tabariji Sultan Hairun Sultan Babullah Sultan Said Barakati Sultan Mudaffar Sultan Hamjah Sultan Mandarsyah Sultan Muhammad Nuri Islam (Amsterdam) Sultan Said Fatahullah Sultan Amir Iskandar Zulkarnain Sultan Alaudin Mansur Sultan Syah Mardan Sultan Zwardekroon Sultan Aerun Syah Sultan Ahral Sultan Sarkan Sultan Muhammad Yasin Sultan Muhammad Ali Sultan Muhammad Haeruddin Sultan Muhammad Jen Sultan Muhammad Arsad Sultan Muhammad Ayanhar Sultan Muhammad Ilham Sultan Muhammad Usman Sultan Muhammad Jabir Syah

76 Lampiran: 2 Daftar Para Kolano Ternate 96 Versi Kedua (sebelum Masuknya Agama Islam) Nama Raja Tahun Berkuasa 1. Ciko, setelah menjadi raja menyebut dirinya sebagai Mashur Malamo. 2. Poit, dikenal juga dengan nama Kaicil Yamin Siale, disebut juga Kaicil Kamalu Kalabatta, alias Kaicil Bakuku Komala, alias Ngara Malamo Patsyaranga Malamo Sida Arif Malamo Paji Malamo Sah Alam Tulu Malamo Boheyat alias Kaicil Kie Mabiji Ngolo Macahaya atau Cahaya Laut Momole Gapi Malamo Gapi Baguna I Kumala Putu Gapi Baguna II Para Sultan Ternate (setelah Masuknya Agama Islam) 19. Marhum Zainal Abidin Bayan Sirullah alias Bolief Deyalo (karena di bawah umur, ibunya Nyai Cili Boki Raja 96 M. Adnan. Amal, Kepulauan Rempah-rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara , Nala Cipta Litera: 2007, h

77 menjadi Mangkubumi dan Taruwese menjadi wakil sultan ) Boheyat Tabariji Khairun Jamil Babullah Datu Syah Saidi atau Sahid atau Saifuddin Hidayat, Jogugu yang bertindak selaku Mangkubumi, karena Mudaffar di Bawah umur Mudaffar Hamzah Mandar Syah Sibori Amsterdam Kekuasaan kerajaan Ternate dijalankan para Bobato Kaicil Toloko Kaicil Raja Laut Oudhoorn Sahmardan Arunsah Sarka atau Sarkan Muhammad Yasin Sarmole van der Parra Muhammad Zain Muhammad Arsyad Ayanhar Haji Muhammad Ilham Haji Muhammad Usman Kesultanan Ternate lowong setelah pengasingan Haji Muhammad Usman ke Bacan kemudian ke Bandung karena dituduh merencanakan pemberontakan Jailolo Iskandar Muhammad Jabir Syah

78 Lampiran: 3 Sebuah Gambaran Lukisan Kota Ternate dan Perairannya yang Dibuat sekitar 1700 M, dengan Latar Belakang Gunung Gammalama sebagai Ciri Khas Kota ini

79 Lampiran: 4 Peta Kepulauan Maluku

80 Lampiran: 5 Benteng Portugis di Ternate

81 Lampiran: 6 Maluku Utara Kini

82 Lampiran: 7 Sultan Baabullah , Masa Kejayaan Ternate &aqi=&oq=&q=baabullah 72

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan orang-orang Eropa pertama di kawasan Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang-kadang dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan

Lebih terperinci

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Masa Lampau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Masa Lampau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Masa Lampau Rumah bangsawan Ternate merupakan bagian dari bangunan masa lampau yang menjadi salah satu simbol warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

Tugas Perkuliahan & bobot nilai. Model Perkuliahan. Sub Pokok Bahasan. Kompetensi Khusus. Pokok Bahasan. Pertemuan ke- No.

Tugas Perkuliahan & bobot nilai. Model Perkuliahan. Sub Pokok Bahasan. Kompetensi Khusus. Pokok Bahasan. Pertemuan ke- No. SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH SEJARAH ISLAM DI INDONESIA DOSEN : Drs. Andi Suwirta, M,Hum. Dr. Agus Mulyana, M.Hum. Encep Supriatna, M.Pd. BOBOT 3 SKS/Kode SJ 200 =======================================================================================================

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP / MTs :.. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/2 Alokasi waktu : 8 x 40 menit ( 4 pertemuan) A. Standar Kompetensi 5. Memahami perkembangan

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada :

KATA PENGANTAR. Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih kepada : KATA PENGANTAR Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas sejarah yang berjudul Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan

Lebih terperinci

I. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a,b,c atau d di depan jawaban yang paling benar!

I. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a,b,c atau d di depan jawaban yang paling benar! Standar Kompetensi : Kemampuan memahami: (1) Keragaman kenampakan alam, sosial, budaya, dan kegiatan ekonomi di Indonesia; (2) Perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Buddha, Islam, sampai masa kemerdekaan;

Lebih terperinci

Kerajaan Islam di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku

Kerajaan Islam di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku LOGO Elvanya Purba D (08) Hutama Sektiaji (16) Nirma Ayuni S (24) Tutug Kinasih (32) Kerajaan Islam di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku SEJARAH Kerajaan Islam Kerajaan di Kalimantan (Kerajaan Banjar) Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul INDONESIAN MARITIME MUSEUM DI YOGYAKARTA. Pendekatan pada teori teori proporsi pada arsitektur

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul INDONESIAN MARITIME MUSEUM DI YOGYAKARTA. Pendekatan pada teori teori proporsi pada arsitektur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul INDONESIAN MARITIME MUSEUM DI YOGYAKARTA Pendekatan pada teori-teori proporsi pada arsitektur. Indonesian : Perihal Indonesia; yang bersangkut paut dengan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Naskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]

Lebih terperinci

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi *Diselenggarakan 20 November 2013 oleh Jurusan Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia Sejarah Peraturan Perikanan Indonesia Peranan Hukum Laut dalam Kedaulatan RI Laut Indonesia pada awalnya diatur berdasarkan Ordonansi 1939 tentang Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim yg menetapkan laut

Lebih terperinci

BAB. I MOLOKU. (Taufik Abdullah, Sejarawan Indonesia)

BAB. I MOLOKU. (Taufik Abdullah, Sejarawan Indonesia) BAB. I MOLOKU Penjajahan di bumi nusantara tidak akan pernah terjadi apabila tidak ada cengkeh (Eugenia aromatika) di bumi Maluku karena pada waktu itu cengkeh merupakan primadona unggulan untuk perdagangan

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 1. Persentuhan antara India dengan wilayah Nusantara didorong oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang paling penting

Lebih terperinci

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI. Macam-macam Letak Geografi Untuk mengetahui dengan baik keadaan geografis suatu tempat atau daerah, terlebih dahulu perlu kita ketahui letak tempat atau daerah tersebut di permukaan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI KEAGAMAAN DI TERNATE

BAB II KONDISI KEAGAMAAN DI TERNATE 17 BAB II KONDISI KEAGAMAAN DI TERNATE A. Letak Geografis Kota Ternate adalah sebuah kota yang berada dibawah kaki gunung api Gamalama pada sebuah Pulau Ternate di Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Kota

Lebih terperinci

menurut nama Raja Spanyol pada waktu itu, Philipe II. Megelhaens meninggal dunia di

menurut nama Raja Spanyol pada waktu itu, Philipe II. Megelhaens meninggal dunia di NEGARA FILIPINA a. Profil Negara Nama internasional Luas wilayah Ibu kota Bentuk pemerintahan : Republic of The Philippines : ± 330.324 km2 : Manila : Republik Hari kemerdekaan : 12 Juni 1898 Kepala negara

Lebih terperinci

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Islam Budaya lokal Pengantar 611M Masa Kelahiran Islam Di Arab. 632-661 M Mulai muncul Kekhafilahan di Arab untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Lebih terperinci

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II K-13 Geografi K e l a s XI POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami batas wilayah. 2. Memahami laut dangkal,

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet

Lebih terperinci

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

Sejarah Sosial & Politik Indonesia. Sejarah Sosial & Politik Indonesia Sejarah Ina Modern * Ricklefs: sejarah tertulis dimulai prasasti Yupa, Kutai 400M *3 unsur fundamental sbg kesatuan historis Budaya & agama: Islamisasi Ina 1300 M Unsur

Lebih terperinci

BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA. perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis ke Asia

BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA. perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis ke Asia BAB II KEHADIRAN SERIKAT YESUIT DI NUSANTARA A. Awal Misi di Maluku Misi Katolik di Nusantara dimulai ketika bangsa Portugis melaksanakan perdagangan ke pusat rempah-rempah di Asia. Perdagangan Portugis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur Melacak Perburuan Mutiara dari Timur A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Barat Peta diatas merupakan gambaran dari proses kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara. Garis menggambarkan proses perjalanan

Lebih terperinci

Kekayaan Alam Indonesia dan Isyarat Islam untuk Memanfaatkan Sumber Daya Alam

Kekayaan Alam Indonesia dan Isyarat Islam untuk Memanfaatkan Sumber Daya Alam Kekayaan Alam Indonesia dan Isyarat Islam untuk Memanfaatkan Sumber Daya Alam Oleh: Luyyina M. Atsaury Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga.

I. PENDAHULUAN. telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan lalu lintas pelayaran antara Tionghoa dari Tiongkok dengan Nusantara telah berlangsung sejak zaman purba sampai batas waktu yang tidak terhingga. Berdasarkan

Lebih terperinci

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang Bahasa resmi Lagu kebangsaan Agama Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang

Lebih terperinci

MANAJEMEN LABORATORIUM PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK ULIL ALBAB DEPOK CIREBON

MANAJEMEN LABORATORIUM PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK ULIL ALBAB DEPOK CIREBON MANAJEMEN LABORATORIUM PERKANTORAN DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI SMK ULIL ALBAB DEPOK CIREBON SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu

Lebih terperinci

Sejarah. Arung Sejarah Bahari Suatu Pendekatan Edukatif Melihat Laut Dari Perspektif Sejarah

Sejarah. Arung Sejarah Bahari Suatu Pendekatan Edukatif Melihat Laut Dari Perspektif Sejarah Arung Sejarah Bahari Suatu Pendekatan Edukatif Melihat Laut Dari Perspektif Sejarah Stenli R. Loupatty 1 A. Pengantar Nenek Moyangku Orang Pelaut, Menentang Badai Membelah Samudera merupakan suatu ungkapan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

PERANAN SYEKH MAULANA MALIK IBRAHIM DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI GRESIK TAHUN SKRIPSI

PERANAN SYEKH MAULANA MALIK IBRAHIM DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI GRESIK TAHUN SKRIPSI PERANAN SYEKH MAULANA MALIK IBRAHIM DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI GRESIK TAHUN 1404-1419 SKRIPSI Oleh Evi Khafidah Rohmah NIM 070210302029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

POLITIK EKSPANSI RAJA SULTAN AGUNG ( ) SKRIPSI. Oleh Andriana Nafelian NIM

POLITIK EKSPANSI RAJA SULTAN AGUNG ( ) SKRIPSI. Oleh Andriana Nafelian NIM POLITIK EKSPANSI RAJA SULTAN AGUNG (1613-1645) SKRIPSI Oleh Andriana Nafelian NIM 100210302093 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIPE 5E PADA MATA PELAJARAN AL-ISLAM MATERI ADAB PERGAULAN ISLAMI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 6 PALEMBANG

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA

BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA BAB 10 PROSES KEDATANGAN DAN KOLONIALISME BANGSA BARAT DI INDONESIA TUJUAN PEMBELAJARAN Dengan mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: mendeskripsikan sebab dan tujuan kedatangan bangsa barat ke Indonesia;

Lebih terperinci

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA

JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA JAN HUYGEN VAN LINSCHOTEN: MEMBUKA JALAN BAGI MASUKNYA BELANDA KE NUSANTARA Pada abad 15 di Eropa telah berkembang dua super power maritim dari Semanjung Iberia yakni Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 1/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN DI PROVINSI MALUKU

Lebih terperinci

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono 6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci

PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA (ABAD M): MASALAH DI SEKITAR KAPAN, SIAPA, DAN DARI MANA? *)

PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA (ABAD M): MASALAH DI SEKITAR KAPAN, SIAPA, DAN DARI MANA? *) MASALAH KONTROVERSIAL SEJARAH NASIONAL INDONESIA II PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA (ABAD 13-18 M): MASALAH DI SEKITAR KAPAN, SIAPA, DAN DARI MANA? *) Oleh: Andi Suwirta **) ABSTRAK Tulisan ini ingin mendiskusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia

1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia 1. Bukti-Bukti Masuknya Islam di Indonesia Diperkirakan pengaruh Islam masuk ke Indonesia lebih awal daripada yang diduga banyak orang. Orang-orang gujaat lebih awal menerima pengaruh Islam dan mereka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI NOMOR : 1 TAHUN 2010 T E N T A N G LAMBANG DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI NOMOR : 1 TAHUN 2010 T E N T A N G LAMBANG DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI NOMOR : 1 TAHUN 2010 T E N T A N G LAMBANG DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PULAU MOROTAI Menimbang : a. bahwa Kabupaten

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim PARADIGMA KEMARITIMAN DAK JEJAK SEJARAH KEMARITIMAN YANG TERHAPUS 1. Aditya Ramadinata 1601552010 2. Dewi Fitrianingsi 160155201017 3. Friska Emelia Tindaon 160155201015

Lebih terperinci

SOAL ULANGAN HARIAN. : - Memahami perkembangan wilayah Indonesia

SOAL ULANGAN HARIAN. : - Memahami perkembangan wilayah Indonesia SOAL ULANGAN HARIAN No Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Hari / Tanggal : Selasa, 18-09 - 2012 Kelas / semester Waktu Standart Kompetensi : VI/I : 35 menit : - Memahami perkembangan wilayah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan membahas mengenai (1) latar belakang; (2) rumusan permasalahan; (3) tujuan dan kegunaan; (4) ruang lingkup penelitian; (5) kerangka pemikiran; dan (6) sistematika

Lebih terperinci

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari

Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Contoh Naskah Pidato Tema Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Pemuda ini bisa digunakan disaat memperingati Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan atau Hari Kemerdekaan. Bisa juga dalam acara kepemudaan. Silahkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN

Lebih terperinci

Islam Maroko, Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan (13/M) Oleh : Hening Nugroho Senin, 25 April :04

Islam Maroko, Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan (13/M) Oleh : Hening Nugroho Senin, 25 April :04 KOPI, Maroko merupakan sebuah wilayah yang pengaruhnya sampai ke Spanyol pada masa klasik khususnya masa dinasti Murabitun dan Muwahidun. Akan tetapi, pada era kehancuran Islam di Spanyol sekitar abad

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMERANKAN NASKAH DRAMA DENGAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Syarat Guna

Lebih terperinci

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT Gusti Asnan (Jur. Sejarah, Fak. Ilmu Budaya, Univ. Andalas Padang gasnan@yahoo.com) Berbincang mengenai budaya maritim Nusantara sesungguhnya membincangkan

Lebih terperinci

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi 1767 1769 SKRIPSI Oleh: A n g g a M a y R a w a n NIM : 050210302229 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk

Lebih terperinci

KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN M

KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN M 62 Kerjasama Kerajaan Sriwijaya dengan Dinasti Tang. Alan Saputra, Yunani Hasan. KERJASAMA KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN DINASTI TANG PADA TAHUN 683-740 M Alan Saputra, Yunani Hasan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3)

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Aceh yang dahulu pernah menjadi sebuah negara tangguh di dunia kini menjadi sebuah provinsi dalam wilayah Republik Indonesia. Ia berkedudukan di ujung barat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF AL-QUR AN DENGAN METODE DRILL PADA ANAK PAUD ALAMKU MENGANTI KEDUNG JEPARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PERANAN WALISONGO DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI JAWA PADA ABAD XV-XVI MENURUT HISTORIOGRAFI TRADISIONAL SKRIPSI. Oleh

PERANAN WALISONGO DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI JAWA PADA ABAD XV-XVI MENURUT HISTORIOGRAFI TRADISIONAL SKRIPSI. Oleh PERANAN WALISONGO DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI JAWA PADA ABAD XV-XVI MENURUT HISTORIOGRAFI TRADISIONAL SKRIPSI Oleh Dedy Prasetyo NIM 060210302380 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam. Oleh: STUDI KOMPARASI ANTARA HASIL BELAJAR SISWA PROGRAM AKSELERASI DENGAN SISWA PROGRAM OLIMPIADE MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA NEGERI 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia: Pengaruh Letak Geografis Terhadap Kondisi Alam dan Flora Fauna di Indonesia Garis Lintang: adalah garis yang membelah muka bumi menjadi 2 belahan sama besar yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.

Lebih terperinci

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Lisan Semester VI Dosen Prof.Dr.H.Edi.S.Ekadjati Oleh : Fandy Hutari HIC 02005 JURUSAN ILMU SEJARAH

Lebih terperinci